Upload
others
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BERBASIS PROGRAM
PADAT KARYA TUNAI DI DESA TONGKONAN BASSE KECAMATAN
MASALLE KABUPATEN ENREKANG
KARMILA
Nomor Stambuk : 105610541015
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BERBASIS PROGRAM
PADAT KARYA TUNAI DI DESA TONGKONAN BASSE KECAMATAN
MASALLE KABUPATEN ENREKANG
Skripsi
Sabagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
KARMILA
Nomor Stambuk : 105610541015
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Karmila
Nomor Stambuk : 105610541015
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akedemik
sesuai aturan yang berlaku, sakalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 27 September 2019
Yang Menyatakan,
Karmila
vi
ABSTRAK
KARMILA.2019 Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Alimuddin Said dan Fatmawati)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat Desa berbasis Program Padat Karya Tunai. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Informan ditentukan secara
purposive sampling berdasarkan karakteristik dengan jumlah 5 orang. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.
Teknik analisis data melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan tringulasi sumber,
waktu dan teknik.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pemberdayaan
program padat karya tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle terdiri
dari beberpa tahapan (1) tahap penyadaran dimana pada tahap ini Pemerintah
Desa sudah melakukan sosialisasi secara optimal bahkan Pemerintah Desa juga
menyampaikan langsung kepada Masyarakat cara/proses pengerjaan Program
Padat Karya Tunai, (2) tahap pengkapasitasan yaitu pemerintah Desa sudah
menetukan jenis kegiatan yang akan dikerjakan seperti pengecoran jalan tani,
pembuatan rainase, pembuatan talud jalan, pembangunan pustu, dan pembuatan
jamban. Adapun upah yang di berikan kepada masyarakat yaitu Rp. 100-110
perharinya, dan (3) tahap pendayaan dimana Masyarakat Desa belum sepenuhnya
terberdayakan dikarenakan tingkat pertisipasi masyarakat yang kurang terhadap
program padat karya tunai yang di adakan di Desa Tongkonan Basse
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Program Padat Karya Tunai
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis
Program Padat Karya Tunai Di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
Kabupaten Enrekang“.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis sepenuhnya mengakui dan
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan dan Do’a
dari Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Kadir.T dan Ibunda tercinta Jumiati
atas segala bimbingan, jasa, dan pengorbanannya serta kasih sayang yang tulus
sepanjang masa sehingga skripsi ini bisa dikerjakan dengan baik, penghargaan,
simpuh dan sujud do’a semoga Allah SWT memberinya umur panjang, kesehatan
dan selalu dalam lindungan-Nya.
Dalam kesempatan ini dengan sepenuh hati yang tulus, penulis juga
mengucapkan banyak terimah kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang
setingi-tinginya kepada Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd dan Ibu Dr. Hj.
Fatmawati,M.Si yang bertindak sebagai pembimbing pertama dan kedua dalam
penyusunan skripsi ini. Kecerdasan, keluasan wawasan yang kritis, mengarahkan,
dan mendorong penulis agar senantiasa belajar dan bertindak dengan lebih teliti
dan hati-hati serta tidak mudah patah semangat.
viii
Penulis menyadari juga bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tampa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E,M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar atas jasa dan jeri payahnya dalam menyiapkan
sarana dan prasarana belajar, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,MPA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Ibu Dra. HJ. Muhajirah Hasanuddin, M.Si selaku Penasihat Akademik (PA)
Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu membimbing dan mengarahkan
saya untuk terus rajin belajar.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan di lembaga ini.
6. Segenap staf tata usaha Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan pelayanan administrasi dan
bantuan kepada penulis dengan baik.
ix
7. Ucapan terima kasih kepada seluruh responden yang berada di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang baik kepala desa,
kepala dusun, dan tokoh masyarakat atas kesediannya untuk membantu penulis
dan bersedia untuk diwawancarai dalam rangka merampungkan penelitian.
8. Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan kelas executive E
angkatan 2015 dan kepada teman-teman lainnya serta kerabat yang senantiasa
bersama dengan penulis baik dalam keadaan senang maupun susah dan selalu
menghibur serta selalu mendukung penulis jika penulis dalam keadaan
lelah,sedih dan bahkan merasa patah semangat
9. Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan dan tersayang
“kuttu-kuttu balala squad” fate battala, pute, yua, indah battala, dewi, ninnong,
indri toa, wara, yustika dora, nida pesek, dan risna mandra, yang selalu
menghibur dan menemani penulis dalam keadaan susah maupun senang
10. Ucapan terima kasih juga kapada teman-teman seperjuangan dari SD
sampai saat ini yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada
penulis
11. Ucapan terima kasih kepada segenap keluarga besar yang selalu memberi
motivasi dan semangat kepada penulis
12. Tidak lupa pula ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Wahyudi
Bilhaq Syahrim S.Pd yang telah banyak membantu dan memberikan masukan
serta motivasi kepada penulis
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan baik dari dosen maupun teman-teman manapun dari
x
keluarga Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 27 September 2019
KARMILA
xi
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi.................................................................................... i
Halaman Persetujuan .............................................................................................. ii
Halaman Penerimaan Tim ...................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................... iv
Abstrak ...................................................................................................................... v
Kata Pengantar......................................................................................................... vi
Daftar Isi ................................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... 9 1. Penegertian Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 9 2. Proses Pemberdayaan Masyarakat ........................................................... 14 3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 20 4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 21 5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat .......................................................... 23
B. Program Padat Karya Tunai ........................................................................... 25 1. Pengertian Padat Karya Tunai .................................................................. 25 2. Prinsip Pelaksanaan Padat Karya Tunai ................................................... 26 3. Manfaat Padat Karya Tunai...................................................................... 28 4. Kegiatan Padat Karya Tunai .................................................................... 28 5. Sifat Kegiatan Padat Karya Tunai ............................................................ 28
C. Kerangka Fikir................................................................................................ 28 D. Fokus Penelitian ............................................................................................. 31 E. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................................ 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ......................................................................... 32 B. Jenis Penelitian ............................................................................................... 32
xii
C. Suber Data ...................................................................................................... 32 D. Informan Peneliti ............................................................................................ 33 E. Tekhnik Pengumpulan Data ........................................................................... 34 F. Tekhnik Analisis Data .................................................................................... 34 G. Tekhnik Keabsahan Data ............................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................. 36 B. Hasil penelitian dan pembahasan ................................................................... 49
1. Tahap Penyadaran .................................................................................... 50 2. Tahap Pengkapasitasan ............................................................................ 56 3. Tahap Pendayaan ..................................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 80 B. Saran ............................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 82
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Halaman
3.1 Informan Penelitian ........................................................................... 33 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Enrekang ....................................... 39
4.2 Kondisi Desa Tongkonan Basse ....................................................... 42
4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Tongkonan Basse ................ 43
4.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Tongkonan Basse ...................... 43
4.5 Sarana/Prasarana Desa Tongkonan Basse ......................................... 43
4.6 Jumlah Penduduk Perdusun di Desa Tongkonan Basse .................... 43
Gambar
4.1 Peta Kabupaten Enrekang ................................................................. 40
4.2 Skema: SOP Desa Tongkonan Basse Kecamatn Masalle Kabupaten
Enrekang ............................................................................................. 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan Masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan formal
dan informal yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan berbagai
Komponen Organisasi. Selain itu Pemberdayaan Masyarakat juga merupakan
suatu kegiatan untuk memberikan kekuatan dan kemampuan kepada Masyarakat
dan Lingkungannya. Maka dari itu, diperlukan sejumlah Program dan kegiatan
baik yang berasal dari Masyarakat secara langsung maupun dari Pemerintah yang
telah diperhitungkan dalam APBD atau APBN
Konsep Pemberdayaan berpangkal dari anggapan bahwa hubungan antara
Masyarakat dan Negara semuanya harus berhubungan satu sama lain. Dalam
konteks Pemberdayaan, semua Pemerintah Desa menduduki posisi yang sama
sehingga dapat berkembang dan mengisi kekurangan satu sama lain. Kemudian
Masing-masing individu harus mampu mengetahui kepentingan dan perbedaan
satu sama lainnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama empat Mentri yaitu Menteri Dalam
Negeri, Mentri Keuangan, Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Mentri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN/Bapennas) Nomor: 140-8698 Tahun 2017, Nomor:
954/Kmk.07/2017, Nomor: 116 Tahun 2017, Nomor: 01/SKB/M.PPN/12/2017
Tentang penyelarasan dan penguatan kebijakan percepatan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dengan ruang lingkup (1)
2
pembangunan Desa dan kawasan perdesaan (2) pengalokasian, penyaluran dan
pelaksanaan Dana Desa, Alokasi Dana Desa/ADD dan bagian hasil pajak daerah
dan Retribusi Daerah/ PDRD (3) Pendampingan Desa (4) Penataan Desa (5)
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa/BUMDes dan koperasi (6) pelaksanaan
Padat Karya Tunai di Desa dalam penggunaan Dana Desa untuk pembangunan,
Anggaran Kementrian, Lembaga dan APBD dan (6) Pembinaan, Pemantauan,
Pengawasan, Penguatan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Kemudian turun
menjadi Peraturan Bupati Enrekang Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Pengalokasian dan Pembagian Alokasi Dana Desa di Kabupaten Enrekang.
Pada Desember 2017 (SKB-4 Menteri) menetapkan Program pelaksanaan
Padat Karya Tunai dalam Pembang
unan Desa menggunakan Dana Desa dan melakukan penguatan
pendampingan profesional untuk mengawal pelaksanaan Padat Karya Tunai di
Desa dan berkoordinasi dengan pendamping lainnya dalam program pengentasan
kemiskinan, pemusatan kembali penggunaan Dana Desa pada tiga sampai lima
jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Desa, melalui koordinasi
dengan kementrian terkait, fasilitasi penggunaan Dana Desa untuk kegiatan
Pembangunan Desa, di mana paling sedikit 30% (tiga puluh persen) wajib
digunakan untuk membayar upah masyarakat dalam rangka menciptakan lapangan
kerja di Desa
Padat Karya Tunai merupakan program Pemberdayaan Masyarakat Desa
yang kurang mampu dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan juga merupakan
program kegiatan pemberdayaan yang melibatkan masyarakat dalam proses
3
pembangunan infrastruktur Desa, membuka lapangan pekerjaan bagi Masyarakat
pengangguran dan dapat meningkatkan perekonomian Masyarakat Desa.
Selain memanfaatkan Dana Desa, Program Padat Karya Tunai di Desa juga
mensinergikan program/kegiatan yang bersumber dari Kementerian/Lembaga.
Fokus SKB adalah memastikan berjalannya Program Padat Karya Tunai di Desa,
mengakomodasi kebijakan afirmatif untuk mengatasi Kesenjangan Desa,
meuwujudkan sinergi kebijakan pusat dan daerah, mewujudkan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, serta terlaksananya Tata Kelola Keuangan Desa yang tertib,
sederha, dan tepat waktu.
Sejumlah bentuk pembangunan dilakukan secara swakelola dengan
memberikan upah kepada Masyarakat yang ikut bekerja dalam proses
pembangunan infrastruktur desa, adapun pemberian upah diberikan secara harian,
sehingga dari pendapatan tersebut dapat dipergunakan untuk pengeluaran sehari-
harinya
UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah lebih membuka peluang partisipasi masyarakat dan upaya pemberdayaan
pembangunan berbasis Masyarakat dalam rangka merumuskan dan melaksanakan
kebijakan pembangunan. Pembangunan berbasis Masyarakat secara sederhana
dapat diartikan sebagai pembangunan yang mengacu pada perencanaan dan
pelaksanaan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan
memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dan dapat di akses oleh Masyarakat.
Berdasarkan data yang didapatkan dari (TRIBUNENREKANG.COM:2018
26 April) bahwa Sepuluh Desa di Kabupaten Enrekang ditunjuk sebagai Pilot
4
Project pelaksanaan Program Padat Karya Tunai (PKT) dari Kementrian Pedesaan
RI. Kemudian Pemerintah Dinas setempat yaitu Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa (DPMD) menunjuk sepuluh Desa yang tersebar di lima
Kecamatan di Kabupaten Enrekang yaitu Kecamatan Masalle, Baraka, Bungin,
Maiwa Dan Baroko.
Ketetapan Undang-Undang (SKB-4 menteri) akan menjadikan Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang menjadi salah satu
Pilot Project melalui Program PKT(Padat Karya Tunai) dibutuhkan usaha untuk
menyukseskan pengimplemntasian undang-undang pada aspek desa mandiri dan
partisipatif. Yang berfokus pada Pemberdayaan Masyarakat, yang merupakan
lanjutan dari Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tantang Desa. Dan aspek
inilah yang harus diperhatikan oleh Pemerintah.
Pemerintah setempat harus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasannya
secara partisipatif untuk mencapai tujuan Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana
diatur dalam Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dapat berjalan
dengan maksimal.
Diterapkannya Program Padat Karya Tunai di Desa sangat bermanfaat dan
membantu Masyarakat terutama di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle.
akan tetapi Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan
Masalle belum sepenuhnya terealisasikan secara merata jika dilihat dari bentuk
pembangunan infrastruktur yang ada seperti pengecoran jalan tani, pembuatan
rainase,pembangunan talud jalanan dan pembanguna jamban belum terselesaikan
dengan sepenuhnya di karenakan Masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam
5
pelaksanaan pembangunan Padat Karya Tunai sehingga pembangunan di anggap
lambat terselesaikan
Inti dari Pemberdayaan yaitu membangun kemampuan untuk memandirikan
Masyarakat kearah yang lebih baik secara terus menerus. Oleh karenanya,
pemberdayaan atau pengembangan terhadap masyarakat merupakan upaya
memberikan pilihan kepada Masyarakat sehingga masyarakat mampu memilih
sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri. Untuk itu setiap pemberdayaan
diarahkan untuk meningkatkan martabat Manusia sehingga menjadikan
Masyarakat yang maju dalam berbagai aspek sehinggah melalui Program
PKT(Padat Karya Tunai) ini dapat membuat Masyarakat lebih sejahtera dan
mandiri serta dapat mengurai pangangguran, dan angka kemiskinan sesuai yang
diharapkan di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang
Adapun proses pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari tiga
tahap yaitu Tahap Penyadaran, Tahap Pengkapasitasan, dan Tahap
Pendayaan(tahap pemberian daya itu sendiri) dimana Tahap Penyadaran ini
memberikan wawasan kepada Masyarakat akan pentingnya Program Padat Karya
Tunai dan membuat masyarakat mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan dan
perlu membangun kesadaran bahwa proses pemberdayaan harus dimulai dari
dalam diri mereka sendiri(bukan dari oarang lain/luar), tahap pengkapasitasan
untuk meningkatkan kapasitas/peningkatan kapasitas baik dalam konteks individu
maupun kelompok yang dapat dilakukan dengan sosialisasi dan informasi yang
mengenai Padat Karya Tunai, peningkatan kapasitas dilakukan dengan
merestrukturisasi kelompok Masyarakat dengan membentuk kelompok yang baru
6
dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan, peningkatan kapasitas dilakukan
dengan membantu masyarakat untuk membuat kesepakatan diantara meraka
mengenai kegiatan yang akan dilakukan kedepannya, serta tahap pendayaan
dimana pada tahap ini masyarakat diberikan kekuatan, daya, kekuasaan atau
peluang serta masyarakat diberikan kewenangan untuk mengidentifikasi masalah
dan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan masyarakat juga diberikan ukuran
sehingga dapat mengukur keberhasilan dan tujuan program yang akan dilakukan.
Dari hasil penelitian Justina Nuriati Purba(2008) mengemukakan bahwa
keikutsertaan Masyarakat dalam tahap perencanaan sudah berlangsung dengan
baik. Akan tetapi dalam proses perencanaan pembangunan Masyarakat kurang
terlibat dikarenakan sikap masyarakat yang susah diajak untuk bergotong royong
sehingga harus melibatkan pemerintah setempat dalam proses pembangunan.
Sehubungan dengan permasalahan diatas maka observer berupaya untuk
meneliti tentang realisasi Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Berbasis Program PKT(Padat Karya Tunai) dengan Judul Penelitian,
“Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dari latar belakang diatas, maka permasalahan
penelitian ini akan dibatasi dalam bentuk pertanyaan dasar yang perlu
memperoleh jawaban dari penelitian mengenai :
7
1. Bagaimana Tahap Penyadaran dalam Proses Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan
Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang?
2. Bagaimana Tahap Pengkapasitasan dalam Proses Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di
Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang?
3. Bagaimana Tahap Pendayaan dalam Proses Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan
Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Bertitik dari Rumusan Masalah diatas Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Tahap Penyadaran dalam Proses Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program PKT(Padat Karya
Tunai) di Desa Tongkonan Basse kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui Tahap Pengkapasitasan dalam Proses Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program PKT(Padat Karya
Tunai) di Desa Tongkonan Basse kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
3. Untuk mengetahui Tahap Pendayaan dalam Proses Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program PKT(Padat Karya
Tunai) di Desa Tongkonan Basse kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
D. MANFAAT PENELITI
1. Kegunaan Teoritis
8
a) Hasil dari penelitian ini di harapkan agar dapat memperdalam pengetahuan
dan wawasan penulis mengenai tahap-tahap dalam Proses Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai Di
Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
b) Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Proses
Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat
Karya Tunai Di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten
Enrekang.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, peneliti ini dapat dijadikan sebagai sumbangan saran dan
masukan bagi pemerintah setempat khususnya di kabupaten Enrekang dalam
melakukan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang berbasis Program
Padat Karya Tunai
a) Untuk Mahasiswa, penelitian ini merupakan peluang dan kesempatan yang
baik guna menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataan di lapangan.
b) Untuk Pemeritah penelitian ini hendaknya di jadikan kritikan yang
membangun untuk perbaikan khususnya bagi instansi terkait penelitian ini.
c) Untuk Masyarakat, penelitian ini untuk menambah wawasan masyarakat
mengenai Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis
Program Padat Karya Tunai Di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
Kabupaten Enrekang.
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto(2007) pemberdayaan artinya
pemberian kekuatan serta daya kepada masyarakat sehingga masyarakat
mempunyai kekuasaan.
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto(2007) menyatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat yaitu pembangunan masyarakat, pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat serta pembangunan yang digerakkan oleh masyarakat itu sendiri.
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto(2007) mengemukakan Konsep
pemberdayaan merupakan pengambilan keputusan yang menekankan pada
pembangunan otonomi daerah secara alternatif yang dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat yang berdasarkan pada sumber daya pribadi yang melalui
partisipasi, demokrasi, dan pembelajaran sosial lainnya melalui pengalaman
secara langsung.
Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses yang dapat mengubah
suatu individu yang tidak berdaya menjadi individu yang berdaya Sulistiyani
(2004)
Widayanti (2012) menyatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat akan
menjadi perhatian publik serta menjadi pendekatan yang setara dalam mengatasi
masalah sosial, terutama pada masalah kemiskinan, yang harus diperhatikan oleh
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui organisasi masyarakat sipil.
ii
Bentuk pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memberikan kekuatan kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya secara mandiri.
Adi (2012) menyatakan Pemberdayaan Masyarakat bertujuan membantu
masyarakat untuk mendapatkan kekuatan sihingga mampu menentukan dan
mengambil keputusan sendiri baik yang dapat menghambat secara pribadi
maupun sosial.Selain itu makna pemberdayaan dipandang sebagai upaya untuk
memampukan individu atau komunitas. Dimana pemberian wewenang atau
kekuasaan tersebut bertujuan untuk memandirikan masyarakat.
Suhendra (2006) mengatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah
suatau rangkaian kegiatan yang berkelanjutan secara dinamis dan sinergis untuk
melibatkan semua anggota masyarakat kearah yang lebih baik.
Pemberdayaan itu sendiri dimaksud agar masing-masing unsur dapat
meningkatkatkan kemampuannya menjadi semakin kuat, semakin mandiri, dan
dapat menjalankan tugasnya masing-masing. dalam hal pemberdayaan, unsur
yang lebih tinggi harus mampu menjalankan tugasnya sebagai fasilitator dengan
baik sehingga memudahkan unsur-unsur yang lainnya dapat diberdayakan secara
mandiri. Untuk melaksanakan tugasnya dalam pemberdayaan masyarakat desa,
para pekerja atau fasilitator harus profesional, memiliki kemampuan dan
keterampilan terkait. Setiap manusia harus mampu memahami teori dengan
mudah Suyanto (2009).
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu cara untuk memperkuat
keorganisasi masyarakat sehingga mampu mewujudkan kehidupan yang mandiri
iii
dan sejahtera dalam kehidupan sosial kedepannya. Dengan kata lain
pemberdayaan masyarakat juga berarti memandirikan dan memampukan
masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat sehingga dapat mengurangi
angka kemiskina.
Inti dari pemberdayaan itu sendiri adalah membantu masyarakat untuk
memperoleh kekuasaan dalam melakukan suatu tindakan tanpa melihat hambatan
secara pribadi maupun sosial dalam kehidupannya. Hal ini dapat terwujud dengan
adanya rasa percaya diri dari masyarakat serta adanya dukungan dari lingkungan
sekitar untuk meningkatkan kemampuan daya yang dimiliki.
Soetomo (2011) menyatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah
sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih besar
kepada masyarakat setempat sehingga dapat berpartisipasi dalam proses
pembangunan.
Berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli di atas mengenai
pemberdayaan masyarakat dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
adalah usaha untuk mensejahterakan dan memandirikan masyarakat menuju
kekehidupan yang lebih baik.
Mardikanto (2010) terdapat beberapa upaya pokok dalam setiap
pemberdayaan masyarakat diantaranya sebagai berikut:
1) Bina manusia(memajukan manusia)
Bina manusia atau memajukan manusia merupakan kegiatan yang
bermaksud untuk menguatkan pengembangan kapasitas masyarakat yang terdiri
dari:
iv
a. Mengembangkan kemampuan setiap individu, seperti pengembangan
kemampuan secara pribadi, kemampuan dalam bekerja dan
pengembangan kemampuan dalam hal keprofesionalan seperti:
a) Mengembangkan kemampuan setiap lembaga, seperti jelasnya Visi
Misi serta Budaya Organisasi lembaga tersebut
b) Jelasnya struktur organisasi dalam menjalankan program organisasi
tersebut
c) Bertambahnya angka kualitas sumber daya
d) Hubungan antara individu dalam suatu lembaga organisasi
e) Hubungan antara suatu organisasi dan pemangku kepentingan
lainnya.
b. Pengembangan kapasitas sistem (jejaring) yang meliputi:
a) Perkambangan interaksi yang sama dalam organisasi
b) Perkembangan interaksi di luar organisasi
2) Bina usaha(memajukan usaha)
Bina usaha(memajukan usaha) merupakan suatu upaya pemberdayaan
masyarakat yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Dengan
diterapkannya bina usaha ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam
melakukan usaha-usaha kecil untuk meningkatkan kesejahteraan dan
perekonomian masyarakat setempat dengan cara masyarakat ikut berpartisipasi
dalam bentuk pemberdayaan bina usaha ini.
v
3) Bina lingkungan(memajukan lingkungan)
Bina lingkungan berarti memberikan perlindungan yang terkait dengan
pelestarian dan perbaikan terhadap sumber daya alam yang ada disekitar
lingkungan hidup.
4) Bina kelembagaan(memajukan lembaga masyarakat)
a. Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai organisasi sosial jika terdapat
dalam empat poin dibawah ini yaitu:
a) Anggota individu, yang artinya jika masyarakat secara individu
terlibat dalam suatu organisasi maka masyarakat tersebut harus dapat
dikenali secara jelas.
b) Anggota kepentingan, yang artinya masyarakat yang terlibat dalam
suatu organisasi terikat oleh kepentingan atau tujuan organisasi
sehingga mereka harus saling berinteraksi satu sama lain.
c) Anggota Aturan, yang artinya masyarakat yang terlibat dalam suatu
organisasi terikat oleh sebuah aturan yang telah disepakati bersama.
d) Anggota Struktur, yang artinya didalam sebuah organisasi terdapat
struktur dimana setiap anggota organisasi mempunyai posisi yang
berbeda-beda sehingga mereka harus menjalankan tugas yang telah
ditetapkan dan tidak bisa mengubah posisinya sesuai kemauan sendiri.
Berdasar beberapa penjelasan secara luas mengenai pemberdayaan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pemberdayaan yang terpenting
adalah untuk meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia(SDM). Karyawan
sebagai individu, di samping harus memiliki keahlian, pengetahuan dan
vi
pengalaman yang cukup untuk mendukung jabatan yang menjadi tanggung
jawabnya, juga harus memiliki kesamaan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai yang
dikembangkan organisasi. Oleh sebab itu fokus sumber daya manusia sebagai
sasaran perubahan ditujukan pada aspek-aspek visi, nilai yang dianut, keahlian,
sikap dan persepsi mereka. Sikap dan persepsi yang tidak sama tentang arti
penting perubahan merupakan faktor penghambat perubahan yang akan dilakukan.
2. Proses pemberdayaan masyarakat
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mengemukakan bahwa sebagai proses
pemberdayaan terdapat 3 (tiga) tahapan yaitu :
1) Tahap pertama yaitu tahap penyadaran, yang artinya bahwa masyarakat
diberdayakan dengan cara memberikan pencerahan sehingga mereka sadar
bahwa mereka mempunyai hak untuk diberdayakan dan tahap penyadaran
ini juga memberikan wawasan kepada masyarakat akan pentingnya
program padat karya tunai dan membuat masyarakat mengerti bahwa
mereka perlu diberdayakan dan perlu membangun kesadaran bahwa proses
pemberdayaan harus dimulai dari dalam diri mereka sendiri(bukan dari
oarang lain/luar),
2) Tahap kedua yaitu tahap pengkapasitaan yang artinya memberdayakan
masyarakat dengan memberikan kapasitas atau kekuatan kepada
masyarakat serta tahap pengkapasitasan ini untuk meningkatkan
kapasitas/peningkatan kapasitas baik dalam konteks individu maupun
kelompok yang dapat dilakukan dengan sosialisasi dan informasi yang
mengenai padat karya tunai, peningkatan kapasitas dilakukan dengan
vii
merestrukturisasi kelompok masyarakat dengan membentuk kelompok
yang baru dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan, peningkatan
kapasitas dilakukan dengan membantu masyarakat untuk membuat
kesepakatan diantara meraka mengenai kegiatan yang akan dilakukan
kedepannya
3) Tahapan ketiga tahap pendayaan (pemberian daya itu sendiri) yaitu
masyarakat diberdayakan dengan cara memberikan kekuasaan atau
peluang kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa diberdayakan
serta masyarakat diberikan kewenangan untuk mengidentifikasi masalah
dan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan masyarakat juga diberikan
ukuran sehingga dapat mengukur keberhasilan dan tujuan program yang
akan dilakukan.
Adi (2008) mengemukakan lima tahap utama yang berkesinambungan
sebagai suatu siklus, diantaranya sebagai berikut:
1) Menghadirkan kembali pengalaman yang bersifat memberdayakan
masyarakat
2) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
ketidakberdayaan terhadap masyarakat
3) Mengidentifikasi suatu masalah atau proyek yang akan dikerjakan
kedepannya
4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna terhadap masyarakat sehingga
masyarakat mampu melakukan suatu perubahan
viii
5) Mengembangkan beberapa rencana aksi dan mengimplementasikannya di
lingkungan masyarakat
Adapun pendapat lain dari Mardikanto (2010) sebagai berikut:
1) Titik awal dari pemberdayaan yaitu memperbaiki diri dan mempunyai
keinginan untuk melakukan suatu perubahan.
2) Keluar dari zona nyaman kemudian berani mengambil keputusan untuk
mengikuti perbaikan pemberdayaan demi terwujudnya suatu perubahan
yang di harapkan.
3) Mengambil peran dalam proses kegiatan pemberdayaan sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat lainnya sehingga dapat merubah keadaan
masyarakat.
4) Lebih berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan sehingga dapat
bermanfaat untuk masyarakat lainnya.
5) Memberikan motivasi mengenai kegiatan pemberdayaan sehingga
masyarakat mampu untuk melakukan perubahan.
6) Meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam proses kegiatan
pemberdayaanan.
7) Meningkatkan kemampuan untuk malukan suatu perubahan melalui
kegiatan pemberdayaan baru.
Selain pendapat diatas pendapat lain dari Mardikanto (2010)
mengemukakan bahwa tahapan dalam pemberdayaan masyarakat memiliki 4
tahapan, antara lain :
ix
1) Tahapan pertama seleksi lokasi. Seleksi wilayah sesuai dengan kriteria
yang telah disepakati oleh lembaga masyarakat dan pihak yang terkait.
Penentuan lokasi dianggap sangat penting agar pemberdayaan masyarakat
dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Seleksi lokasi ini
untuk menentukan lokasi masyarakat miskin yang benar-benar harus
diberdayakan.
2) Sosialisasi pemberdayaan masyarakat. Sosialisasi merupakan upaya untuk
menyampaikan suatu kegiatan kepada masyarakat. Melalui prosess
sosialisasi akan membantu menciptakan pemahaman masyarakat dan pihak
terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi hal yang sangat diutamakan
karena dengan proses sosialisasi dapat berkomunikasi langsung dengan
masyarakat sehingga masyarakat dapat menentukan ketertarikan dan minat
dalam proses kegiatan pemberdayaan masyarakat.
3) Proses pemberdayaan msayarakat Hakekatnya pemberdayaan masyarakat
adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat
dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses tersebut masyarakat
bekerjasama untuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengkaji potensi wilayah serta mengidentifikasi permasalahan dan
beberapa peluang. Kegiatan ini bertujuan sehingga masyarakat percaya
diri dalam mengidentifikasi serta menganalisis keadaanya, baik potensi
maupun permasalahannya. Pada tahap ini di harapkan dapat
x
memperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan
kelembagaan. Proses tersebut meliputi :
a) Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan
pertemuan awal dan teknisi pelaksanaannya
b) Persiapan penyelenggaraan pertemuan
c) Menilai keadaan dan pelaksanaannya
d) Menyusun dan membahas hasil rencana selanjutnya
b. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan kelompok sesuai dengan
hasil pembahasan, diantaranya:
a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah
b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik
c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah
d) Pengembangan rencana kegiatan serta perorganisasian pelaksanaan
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok
Rencana yang telah disusun bersama-sama dengan adanya dukungan
dari pendamping yang berupa fasilitas kemudian diimplementasikan
dalam kegiatan sesuai dengan rencana sebelumnya. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan
menjadi perhatian semua pihak, salain itu juga dilakukan perbaikan
jika diperlukan.
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif (participatory monitoring dan evaluation/PME). Partisipasi
monitor dan evaluasi(PME) ini ini dilakukan secara mendalam pada
xi
semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar prosesnya berjalan
sesuai dengan tujuannya. PME adalah suatu proses pengkajian, proses
pemantauan kegiatan dan proses penilaian baik secara pelaksanaannya,
hasilnya maupun dampaknya sehingga dapat dilakukan proses
perbaikan jika diperlukan.
4) Pemandirian masyarakat
Arah kemandirian masyarakat dapat berupa pendampingan untuk
mempersiapkan masyarakat yang benar-benar mampu dalam
melaksanakan suatu kegiatan, karena prinsip pemberdayaan masyarakat
adalah untuk memandirikan masyarakat dan meningkatka taraf hidupnya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan
eksternal. Dimana faktor internal sangat penting karena merupakan inti
dari organisasi namun faktor eksternal juga harus diperhatikan karena
faktor internal dan faktor eksternal saling berhubungan satu sama lain.
Proses Pemberdayaan mestinya juga didampingi oleh satu tim fasilisator
yang bersifat multidisiplin. Tim fasilisator disini berperan sebagai faktor eksternal
dalam proses pemberdayaan masyarakat, dimana pada tahap awal proses
pemberdayaan fasilisator berperan untuk mendampingi kegiatan masyarakat
sampai masyarakat mampu melaksanakan kegiatannya seacara mandiri. Dalam
operasinalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat akan pelan-pelan berkurang
dan akhirnya berhenti. Peran fasilitator akan dipenuhin oleh pengurus kelompok
atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Kapan waktu kemudurun
xii
tim fasilitator tergantung kesepakatan bersama yang telah tetapkan sejak awal
program dengan warga masyarakat.
Adi (2008) menyatakan pemberdayaan dapat bervariasi berdasarkan tujuan
pembangunan. Berbagai macam bentuk pemberdayaan tersebut dapat
dilaksanakan secara bersamaan sehingga saling melengkapi guna menciptakan
kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan Program (NPM-MP) Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek pembangunan sarana fisik
(sarana dan prasarana), peningkatan pada bidang pelayanan kesehatan dan
pendidikan serta peningkatan kapasitas/ketrampilan masyarakat. Pelaksanaan
Program (NPM-MP) Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
ditiap-tiap kecamatan berbeda antara satu kecamatan denga kecamatan yang lain
tergantung keinginan dan kebutuhan kecamatan tersebut.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mengemukakan bahwa terdapat 3
(tiga) strategi dalam pemberdayaan. Ketiga strategi tersebut adalah:
1) Pemberdayaan konformis berbicara tentang struktur sosial, ekonomi, dan
politik yang dianggap sebagai suatu hal yang penting, karena
pemberdayaan masyarakat dapat dinilai sebagai upaya untuk
meningkatkan peradaptasian masyarakat terhadap struktur yang telah
ditetapkan sebelumnya. Bentuknya berupa memperbaiki mental
masyarakat yang tadinya tidak berdaya menjadi berdaya serta memberikan
bantuan baik berupa modal maupun subsidi.
xiii
2) Pemberdayaan reformi. Pemberdayaan difokuskan pada upaya
peningkatan kinerja opersional dengan membenahi pola kebijakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan lembaga dan
sebagainya.
3) Pemberdayaan struktural, bahwa ketidakberdayaan masyarakat disebabkan
oleh struktur sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang tidak memberikan
kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat yang kurang mampu.
4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mengemukakan bahwa terdapat 4
(empat) indikator dalam mengukur pemberdayaan. Keempat indikator tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Akses, yaitu masyarakat yang hendak diberdayakan harus mempunyai
akses akan sumber tenaga kerja yang diperlukan guna untuk
mengembangkan diri
2) Partisipasi, yaitu masyarakat yang hendak diberdayakan harus mampu
berpartisipasi untuk mendayagunakan sumber tenaga kerja yang
diaksesnya.
3) Kontrol, yaitu masyarakat yang hendak diberdayakan harus mempunyai
kemampuan untuk mengontrol proses pendayagunaan sumber tenaga kerja
yang ada.
4) Kesetaraan, yaitu pada saat terjadi konflik masyarakat mempunyai
kedudukan yang sama dalam hal pemecahan masalah.
xiv
Helman (2000) menyatakan bahwa terdapat 4 (empat) elemen kunci dalam
pemberdayaan. Keempat elemen kunci tersebut adalah sebagai berikut :
1) Access to information (akses informasi)
Informasi adalah sumber kekuasaan/kekuatan dalam pemberdayaan
masyarakat. Informasi mengenai pemberdayaan masyarakat dapat berupa
akses terhadap pelayanan yang disediakan, peluang-peluang yang ada
dalam pemberdayaan, efektivitas dalam negoisasi, dan akuntabilitas dari
pemerintah maupun non-pemerintah yang terkait dengan pemberdayaan.
Sehingga informasi yang relevan dengan keadaan yang sebenarnya sedang
terjadi sangat dibutuhkan bagi masyarakat miskin agar dapat terlibat dalam
pemberdayaan
2) Inclusion and participation (inklusi dan partisipasi)
Inklusi dan partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberdayaan karena merupakan cara agar masyarakat dapat
berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan pemberdayaan. Dengan
adanya partisipasi memberikan kemungkinan kepada setiap masyarakat
untuk terlibat dalam program pemberdayaan yang dibuat oleh pemerintah.
Partisipasi memiliki bentuk yang berbeda-beda, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Partisipasi yang dilakukan secara langsung
b. Partisipasi yang diwakilkan kepada anggota dari kelompok atau
asosiasi
c. Partisipasi melalui politik, yaitu melalui perwakilan pemilihan
xv
3) Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan tanggungjawab dari pemerintah mengenai
kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya. Terdapat 3 (tiga) tipe utama
dalam akuntabilitas, yaitu sebagai berikut:
a. Politik
b. Administratif
c. Public
4) Local organizational capacity (kapasitas lokal organisasi)
Kapasitas lokal organisasi merupakan kesediaan masyarakat untuk bekerja
secara bersama-sama, mengelola organisasinya, mengatur sumber daya
guna memecahkan masalah yang terjadi.
5. Tujuan pemberdayaan masyarakat
Tujuan yang ingin diwujudkan dari pemberdayaan yaitu untuk membentuk
masyarakat menjadi individu yang lebih mandiri, dimana mandiri yang dimaksud
yaitu kemandirian dalam berfikir dan kemandirian dalam bertindak serta dapat
mengendalikan hal-hal yang akan dilakukan kedepannya. Untuk lebih dalamnya
perlu diketahui apa yang dimaksud dengan masyarakat yang mandiri.
Kemandirian masyarakat berarti keadaan yang dialamai oleh suatu masyarakat
dan harus memiliki kemampuan dalam berfikir untuk memutuskan segala sesuatu
yang akan dilakukan dengan tepat sehingga dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.dengan demikian untuk menuju masyarakat yang mandiri perlu adanya
dukungan serta kemampuan dari SDM (Sumber Daya Manusia) dengan melihat
xvi
keadaan yang kognitif, konatif, psikomotorik, dan efektif dan sumber daya
lainnya yang bersifat fisikmaterial Sulistiyani (2004).
Pemberdayan Masyarakat harusnya mengarah pada pembentukan yang lebih
baik secara kognitif. Dimana kondisi kognitif merupakan kemampuan berfikir
masyarakat secara luas serta mempunyai pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
masalah yang dihadapi. Selain itu Kondisi konatif adalah suatu bentuk perilaku
masyarakat yang arahnya sensitif terhadap nilai pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh
masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan
dalam sikap dan perilaku. Kondisi psikomotorik adalah keterampilan yang dapat
mendukung masyarakat sehingga mampu melakukan aktivitas kegiatan
pembangunan Sulistiyani (2004).
Terjadinya proses pemberdayaan pada keempat poin diatas yaitu kognitif,
konatif, efektif, dan psikomotorik dapat memberikan masukan terhadap
masyarakat sehingga dapat terciptanya masyarakat yang mandiri dan dapat
menjadiakan masyarakat lebih terampil dan memiliki wawasan yang lebih luas
serta dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya suatu
pembangunan. Dengan adanya proses yang bertahap maka masyarakat akan
menghasilkan kemampuan/daya dari waktu ke waktu, dengan adanya proses dapat
memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan
secara mandiri, sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang ideal danmandiri
dalam hal pembangunan Sulistiyani (2004).
xvii
B. Program padat karya tunai
1. Pengertian program padat karya tunai
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama empat Mentri yaitu Menteri Dalam
Negeri, Mentri Keuangan, Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Mentri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN/Bapennas) Nomor: 140-8698 Tahun 2017, Nomor:
954/Kmk.07/2017, Nomor: 116 Tahun 2017, Nomor: 01/SKB/M.PPN/12/2017
Tentang penyelarasan dan penguatan kebijakan percepatan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dengan ruang lingkup (1)
pembangunan desa dan kawasan perdesaan (2) pengalokasian, penyaluran dan
pelaksanaan dana desa, alokasi dana desa/ADD dan bagian hasil pajak daerah dan
retribusi daerah/ PDRD (3) pendampingan desa (4) penataan desa (5)
pengembangan badan usaha milik desa/BUMDes dan koperasi (6) pelaksanaan
Padat Karya Tunai di desa dalam penggunaan dana desa untuk pembangunan,
anggaran kementrian, lembaga dan APBD dan (6) pembinaan, pemantauan,
pengawasan, penguatan undang-undang nomor 6 tahun 2014.
Dalam SKB-4 Menteri ditetapkan bahwa Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melakukan:
1) Penguatan pendamping seacara profesional untuk:
a. Mendampingi kegiatan pelaksanaan program padat karya tunai di desa
b. Bekerjasama dengan pendamping lainnya untuk program pengentasan
angka kemiskinan
xviii
2) Pemusatan kembali (refokusing) penggunaan Dana Desa pada 3 (tiga)
sampai dengan 5 (lima) jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas Desa, melalui koordinasi dengan kementerian terkait;
3) Fasilitas dalam kegiatan penggunaan dana desa yang wajib digunakan
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) untuk membayar upah masyarakat
yang berpartisipasi dalam proses pembangunan desa;
4) upah kerja dibayar secara harian atau mingguan dalam pelaksanaan kegiatan
yang dibiayai dengan Dana Desa; dan
5) fasilitasi pelaksanaan kegiatan pembangunan yang didanai dengan Dana
Desa untuk mekanisme swakelola dan diupayakan tidak dikerjakan pada
musim panen;
2. Prinsip Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa
1) Inklusif artinya dalam proses pemberdayaaan akan melibatkan
masyarakat yang kurang mampu, kaum marginal, penyandang disabilitas
dan penganut kepercayaan lain;
2) Partisipatif artinya pemberdayaan yang berasal dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yang disepakati dalam musyawarah
desa sehingga dapat meningkatkan semngat gotong royong;
3) Transparan dan Akuntabel artinya dalam pemberdayaan lebih
mengutamakan prinsip akuntabilitas dan ketransparanan baik secara
moral, teknis dan administratif kesemua anggota kelompok masyarakat;
xix
4) Efektif artinya kegiatan penting pemberdayaan yang dapat menigkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara merawat, mengelola, dan
melestarikan secara berkelanjutan;
5) Swadaya dan Swakelola artinya pemberdayaan yang mengutamakan
keswadayaan masyarakat dengan bentuk bantuan berupa dana, tenaga,
dan bahan baku yang telah disedikan desa sehingga masyarakat dapat
melaksanakan kegiatan secara mandiri;
6) Upah Kerja artinya pemberdayaan dengan pemberian upah sesuai hasil
musyawarah desa dengan berpatokan pada peraturan kepala. Adapun
Batas Atas Upah/HOK dibawah lipah Minimum Provinsi. Besaran
upah/HOK lebih lanjut alcan diatur oleh Peraturan Kepala Daerah.
3. Manfaat Padat Karya Tunai
1) Menyediakan lapangan kerja bagi pengangguran, setengah
pengangguran, keluarga miskin, dan keluarga dengan balita gizi buruk.
2) Menguatkan rasa kebersamaan, keswadayaan, gotong-royong dan
partisipasi masyarakat.
3) Mengembangkan potensi sumber daya alam secara optimal
4) Mengurangi angka pengangguran, keluarga kurang mampu, serta
keluarga dengan balita kurang gizi
4. Kegiatan Prioritas Padat Karya Tunai
1) Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana pedesaan, seperti
jalan desa, jembatan, drainase dan sanitasi, linkungan hidup, posyandu,
pasar desa.
xx
2) Pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi lainnya, seperti
pariwisata, ekonomi kreatif, pengelolaan hasil produksi pertanian, dan
pengelolaan usaha jasa dan industri kecil
3) Pemberdayaan masyarakat, seperti pengelolaan sampah, pengelolaan
limbah, pengelolaan lingkungan pemukiman, pengembangan energi
terbarukan, dan pendistribusian makanan tambahan bagi anak.
4) Kegiatan lainnya selain penyelesaian fisik pembangunan
5. Sifat Kegiatan Padat Karya Tunai
1) Swakelola:
a. Pelaksanaan Program Padat Karya Tunai di Desa di lakukan melalui
kegiatan mekanisme swakelola
b. Bagian kegiatan penyediaan barang dan jasa yang tidak di sediakan
oleh desa dapat di sediakan melalui kontrak yang sederhana
2) Mengutamakan tenaga kerja dan material lokal desa yang berasal dan
Desa setempat, sehingga mampu menyerap tenaga kerja local dan
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Upah tenaga kerja
dibayarkan secara langsung secara harlan, dan jika tidak memungkinkan
maka dibayarkan secara mingguan.
C. Kerangka Pikir
Kabupaten Enrekang di tunjuk oleh Kementrian Pedesaan RI sebagai
sepuluh Desa pilot project dalam pelaksanaan Program Padat Karya Tunai(PKT),
Salah satunya di Desa Tongkonan Basse Kacamatan Masalle. Hal tersebut
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan
xxi
sehingga masyarakat mendapatkan pekerjaan dan dapat mengurangi angka
pengangguran masyarakat Desa dengan tujuan mensejahterakan dan menciptakan
kehidupan masyarakat yang mandiri. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui
bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Program Padat Karya Tunai di
Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang. Pada penelitian
ini menggunakan teori dari Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007) mengemukakan
bahwa sebagai proses pelaksanaan pemberdayaan terdapat 3 (tiga) tahapan yaitu :
(1)tahap penyadaran yang artinya memberikan wawasan kepada masyarakat akan
pentingnya program padat karya tunai dan membuat masyarakat mengerti bahwa
mereka perlu diberdayakan dan perlu membangun kesadaran bahwa proses
pemberdayaan harus dimulai dari dalam diri mereka sendiri(bukan dari oarang
lain/luar), (2)tahap pengkapasitasan yaitu untuk meningkatkan
kapasitas/peningkatan kapasitas baik dalam konteks individu maupun kelompok
yang dapat dilakukan dengan sosialisasi dan informasi yang mengenai padat karya
tunai, peningkatan kapasitas dilakukan dengan merestrukturisasi kelompok
masyarakat dengan membentuk kelompok yang baru dengan jenis kegiatan yang
akan dilakukan, peningkatan kapasitas dilakukan dengan membantu masyarakat
untuk membuat kesepakatan diantara meraka mengenai kegiatan yang akan
dilakukan kedepannya, (3)tahap pendayaan dimana pada tahap ini masyarakat
diberikan kekuatan, daya, kekuasaan atau peluang serta masyarakat diberikan
kewenangan untuk mengidentifikasi masalah dan jenis kegiatan yang akan
dilakukan dan masyarakat juga diberikan ukuran sehingga dapat mengukur
keberhasilan dan tujuan program yang akan dilakukan.
xxii
Bagan Kerangka Pikir
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai Di Desa Tongkonan Basse Kecamatan
Masalle Kabupaten Enrekang
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto(2007)
Proses pelaksanaan pemberdayaan
Tahap penyadaran(awareness) Tahap pengkapasitasan(capacity) Tahap pemberian daya itu
sendiri/tahap pendayaan(empowerment)
Mewujudkan Kemandirian dan kesejahteraan Masyarakat Desa
Kegiatan Perioritas Padat Karya Tunai
Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana pedesaan, seperti jalan desa, talud jalan,drainase,dan posyandu
Pemanfaatan lahan Pemberdayaan masyarakat,
seperti pengelolaan sampah, limbah, pengelolaan industri kecil lainnya serta berpartisipasi dalam kegiatan program desa
Kegiatan lainnya seperti penyelesaian fisik pembangunan
xxiii
D. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah Proses Pelaksanaan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan
Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang
E. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Tahap pertama yaitu Tahap Penyadaran (awareness) Pemerintah Desa
memberikan wawasan dan membuat Masyarakat mengerti akan
pentingnya Program Padat Karya Tunai dan menghimbau Masyarakat
untuk ikut dalam Pelaksanaan Pembangunan Program ini. Untuk
mewujudkan akan hal itu Pemerintah Desa melakukan Sosialisasi dan
menyampaikan langsung kepada Masyarakat Desa Tongkonan Basse
2. Tahap kedua yaitu Tahap Pengkapasitasan (capacity) Pemerintah Desa
membentuk Struktur Kelompok Masyarakat yang ikut berpartisipasi dan
menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan seperti pengecoran jalan
tani, pembuatan rainase, pembuatan talud jalan, pembangunan pustu(
puskesmas pembantu ) dan pembuatan jamban untuk Masyarakat Desa
Tongkonan Basse
3. Tahap yang terakhir yaitu Tahap Pendayaan/tahap pemberian daya itu
sendiri (empowerment) pada Tahap ini Masyarakat Desa Tongkonan Basse
sudah ikut dalam pelaksanaan pekerjaan Padat Karya Tunai berdasarkan
kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya setelah ikut dalam
pelaksanaan pekerjaan padat karya tunai maka Masyarakat diberi uapah
sebesar Rp. 100-110 perharinya.
xxiv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini waktu yang dibutuhkan penulis adalah selama dua(2)
bulan mulai 1 juni sampai 1 Agustus bertempat di Desa Tongkonan Basse
Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui
bagaimana Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis
Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
Kabupaten Enrekang.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian Yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif yaitu menggambarkan gambaran Mengenai
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai
2. Tipe Penelitian Tipe penelitian yaitu Fenomenologi dimana fenomenologi
ini melihat fakta-fakta yang terjadi dilapangan dengan tertulis atau lisan
dari masyarakat setempat yang di amati
C. Sumber Data
1. Data Primer adapun data primer yang didapatkan dari hasil penelitian di
Des Tongkonan Basse berupa data jumlah penduduk di Kabupaten
Enrekang dari sumber BPS Kabupaten Enrekang, kondisi Desa Tongkonan
Basse, tingkat pendidikan Masyarakat Desa, mata pencaharian masyarakat
Desa, bentuk sarana dan prasarana yang telah di bangun di Desa
xxv
Tongkonan Basse, Jumlah penduduk perdusunnya, serta struktur
organisasi pemerinthan Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
2. Data Sekunder didapatkan dari data-data atau dokumen dari pemerintah
setempat, seperti data jumlah penduduk desa dan jumlah sarana dan
prasarana yang di bangun di Desa sarta foto-foto bangunan infrastruktur
Desa.
D. Informan Penelitian
Informan merupakan sasaran objek peneliti yang menjadi sumber informasi
dalam pengumpulan data-data primer melalui proses observasi dan wawancara
lapangan. Informan dalam penelitian ini merupakan informan yang betul-betul
memahami masalah yang sedang dipersoalkan dalam penelitian dan informan
dipilih langsung secara sengaja atau biasa disebut dengan teknik purposive
sampling.
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No. Nama Inisial jabatan/pekerjaan Jumlah informan
1 Syarifuddin S.Pd SRD BPD(Badan Permusyawaratan
Desa)
1
2 AbuRahmat AR Kepala Desa 1
3 Sulihin SLH Pak Dusun 1
4 Sapri SPR Masyarakat 1
5 Kenden KDN Kulibangunana/tukang 1
xxvi
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik observasi di lakukan oleh peneliti dengan malakukan pengamatan
secara langsung di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten
Enrekang dengan mengamati bentuk pembangunan yang sudah ada seperti
pembangunan talud jalan, pengecoran jalan tani, pembuatan pustu,
pembuatan rainase dan pembuatan jamban yang sementra di buat.
2. Teknik wawancara dilakukan dengan lima informan yang telah di tentukan
diantaranya BPD, Kapala Desa Tongkonan Basse, Kepala Dusun, Tokoh
Masyarakat biasa, dan masyarakat yang berprofesi sebagai tukang di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang
3. Teknik dokumentasi yang didapatkan berupa foto-foto pembangunan
infrastruktur desa dan foto-foto pada saat wawancara dengan informan di
Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang
F. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data peneliti merangkum data dan memilih hal-hal pokok yang
penting sehingga peneliti dapat menyajikan data secara sederhana. Data
yang sudah direduksi akan memberikan data yang akurat sehingga
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data.
2. Penyajian Data Setelah mereduksi data, maka selanjutnya melakukan
penyajian data, Dimana Penyajian data merupakan suatu bentuk uraian
data yang singgkat yang berupa teks naratif , gambar, bagan, tabel, dan
hasil wawancara.
xxvii
3. Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan
dimana penarikan kesimpulan dilakukan dari hasil data awal yang
didapatkan sampai hasil akhir yang benar-benar merupakan data yang
valid,benar dan konsisten sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
G. Teknik Keabsahan Data
1. Tringulasi sumber melakukan wawancara kepada tiga sumber dengan
pertanyaan yang sama kemudian melakukan wawancara keduakalinya
kepada tiga sumber dengan pertanyaan yang sama kemudian jawaban dari
keenam sumber itu di bandingkan jika ada jawaban yang sama dari
keenam sumber tersebut maka peneliti sudah mendapatkan data yang
akurat.
2. Tringulasi teknik dilakukan untuk menguji kebenaran data dengan cara
melakukan pengecekan data pada sumber yang sama tetapi dengan teknik
yang berbeda.
3. Tringulasi waktu peneliti dapat melakukan wawancara kepada satu sumber
dengan memberikan satu pertanyaan di waktu yang berbeda-beda seperti
malakukan wawancara pada pagi hari, siang hari, dan sore hari, ketika
jawaban dan observasi di waktu yang berbeda beda untuk mendapatkan
data yang lebih.Triangulasi waktu di lakukan dengan pengamatan berkali
kali sehingga peneliti dapat mengumpulkan data yang sah.
xxviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam Provinsi
Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 314’36”_350’00 Lintang
Selatan dan 11940’53”_12006’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian
442mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 . Jarak dari Ibu Kota Provinsi
(Makassar) ke Kota Enrekang dengan jalan darat sepanjang 235 Km.
1. Batas Daerah Kabupaten Enrekang
Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah
yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, di Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Luwu, di Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Sidrap dan di Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang.
Secara setengah dasawarsa terjadi perubahan administrasi pemerintahan
baik tingkat kecamatan maupun pada tingkat kelurahan/desa yang awalnya pada
tahun 1995 hanya berjumlah 5 kecamatan dan 54 kelurahan/desa, dan pada tahun
2008 jumlah kecamatan menjadi 12 dan 129 desa/kelurahan. Adapun pembagian
kecamatan kecamatan dalam lingkup Kabupaten Enrekang antara lain :
- Kecamatan Alla
- Kecamatan Anggeraja
- Kecamatan Enrekang
- Kecamatan Masalle
- Kecamatan Buntu Batu
xxix
- Kecamatan Baroko
- Kecamatan Cendana
- Kecamatan Curio
- Kecamatan Baraka
- Kecamatan Bungin
- Kecamatan Maiwa
Secara umum bentuk topografi wilayah Enrekang terbagi atas wilayah
perbukitan (karst) yang terbentang di bagian utara dan tengah, lembah-lembah
yang curam, sungai,Jenis flora yang banyak ditemukan pohon bitti, pohon hitam
Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu terdapat
juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis tanaman
lainnya.
2. Keadaan Sistem Sosial
Terbentuknya struktur pelapisan masyarakat Enrekang berawal dari konsep
to manurung, dimana cara kedatangan to manurung yang tiba-tiba turun dari
langit dianggap luar biasa dan memberikannya kewibawaan yang ampuh dalam
menghadapi rakyat, hal ini pula memberikan satu anggapan bahwa status sosial to
manurungdan keturunannya lebih tinggi dari masyarakat biasa. Pada umumnya
masayarakat Enrekang mengenal tiga lapisan masyarakat, yaitu :
a. Golongan To Puang atau Arung (Bangsawan) bagi masyarakat Enrekang,
keturunan To Puangdianggap titisan dewa sehingga mereka mempunyai
peranan dalam memegang pucuk pimpinan yang tertinggi dalam suatu
daerah kekuasaan.
xxx
b. Golongan To Merdeka (Rakyat Biasa) golongan ini mempunyai golongan
tengah dimana mereka tidak sebagai kaum bangsawan (penguasa) dan
bukan juga orang yang diperhamba.
c. Golongan To Kaunan (Hamba milik To Puang) golongan yang diperhamba
atau abdi dari orang lain.
3. Pemerintahan
Pada mula terbentuknya Kabupaten Enrekang telah beberapa kali
mengalami pergantian Bupati sampai sekarang.Pelantikan Bupati Enrekang yang
pertama yaitu pada tanggal 19 Februari 1960 dan ditetapkan sebagai hari
terbentuknya Daerah Kabupaten Enrekang.Berikut adalah daftar Bupati
Kabupaten Enrekang yang menjabat sejak pembentukan pada tahun 1960.
- Andi Babba Mangopo (1960-1963)
- Muhammad Nur (1963-1964)
- Muhammad Cahtif Lasiny (1964-1965)
- Bambang Soetrisna (1965-1969)
- Abullah Rachman, B.A (1969-1971)
- Drs. Mappatoeran Parawansa (1971-1973)
- Mochammad Daud (1973-1978)
- H. Abdullah Dollar, B.A (1978-1983)
- Muhammad Saleh Nurdin Agung (1983-1988)
- Mayjend. TNI H.M. Amin Syam ( 1988-1993)
- Andi Rachman (1993-1998)
- Drs. Andi Iqbal Mustafa (1998-2003)
xxxi
- Ir.H.La Tinro La Tunrung (2003-2013)
- Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd (2013-Sekarang)
4. Keadaan Penduduk
Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang di beberapa Kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Enrekang
No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Cendana 4254 4579 8833
2 Baraka 11347 11108 22455
3 Buntu Batu 6955 6647 13602
4 Anggeraja 12643 12687 25330
5 Malua 3989 4178 8167
6 Alla 11380 10821 22201
7 Curio 8243 7865 16108
8 Masalle 6593 6288 12881
9 Baroko 5444 5139 10583
10 Enrekang 15727 16494 32221
11 Bungin 2264 2187 4451
12 Maiwa 12358 12424 24782
Sumber : BPS Kabupaten Enrekang
xxxii
Gamabr 4.1
Peta Kabupaten Enrekang
5. Visi Misi Kabupaten Enrekang
Enrekang sebagai daerah yang cukup potensial dilihat dari segi sumber
daya alam, tingkat aksesbilitas dukungan sarana dan prasarana sesungguhnya
memungkinkan untuk mencapai daerah argopolitan dimana pola pengembangan
sektor pertanian selanjutnya akan memberikan efek eksternal terhadap tumbuh
kembangnya berbagai sektor lainnya seperti industri pemgolahan perdagangan,
lembaga keuangan dan sebagainya.
Pengembangan daerah argopolitan dimaksud harus tetap mengacu pada
prinsip otonomi dan kemandirian melalui pengembangan interkoneksitas antar
daerah baik di Sulawesi Selatan maupun diluar Sulawesi Selatan. Pembangunan
daerah harus dipandang dalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaan
pembangunan akan selalu ditempatkan dalam kerangka pembangunan
xxxiii
berkelanjutan, kerangka pembangunan seperti itu akan menempatkan aspek
kelestarian lingkungan sebagai persyaratan utama.
Merupakan proses untuk mencapai Visi yang telah di tetapkan. Adapun
Misi Kabupaten Enrekang adalah :
a. Pilar pendukung perekonomian bagi pengembangan perekonomian Sul-Sel
melalui pengembangan berbagai komoditas unggulan, khususnya sektor
pertanian.
b. Mengembangkan kerja sama kawasan dan keterkaitan fungsional antara
daerah agar tetap mengacu pada semangat kemandirian dan otonomi.
c. Mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan pada
pengembangan Kawasan Timur Enrekang (KTE) dalam rangka mewujudkan
keseimbangan pembangunan antara wilayah di Kabupaten Enrekang.
d. Melakukan penataan tata ruang yang mampu memberikan peluang bagi
terciptanya struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkan
munculnya interkoneksitas dan antara wilayah.
e. Mengedepankan norma dan nilai-nilai budaya tradisional dan keagamaan
seperti kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling menghormati, semangat
gotong royong, dan kerja sama, dalam berbagai aktifitas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
6. Profil Sejarah Desa Tongkonan Basse
Sejarah berdirinya Desa Tongkonan Basse berawal dari pemakaran Desa
Batu Kede pada tahun 1997 tongkonan basse diambil dari sebuah nama tempat
xxxiv
untuk melaksanakan musyawarah yang terkait dengan kesejahteraan Masyarakat.
Tongkonan berarti musyawarah/tudang sipulung dan Basse berarti upah.
Tabel 4.2
Kondisi Desa Tongkonan Basse
TAHUN KEJADIAN YANG BAIK KEJADIAN YANG BURUK 1997 Pembukaan jalan tani Jalan tani yang bermasalah 2008 Pilkada bupati enrekang Timbul konflik antara
kelompok sosial di masyarakat
2009 Pengecoran lorong-lorong dusun Terjadi musim kemarau Gagal panen kopi karena
hama 2010 Pengecoran jalan desa
Hasil pertanian mahal harganya Perguliran dana PUAP Perbaikan gedung-gedung sekolah
Musim hujan ekstrim Serangan hama tikus Hampir gagal panen
2011 Berjalannya PNPM secara merata disetiap dusun
Banyak program perencanaan yang tidak tuntas karena keterbatasan dana
2014 Adanya undang-undang N0 06 tahun 2014
Pilkades
7. Profil Kondisi Umum Desa Tongkonan Basse
a. Geografis
letak dan luas wilayah Desa Tongkonan Basse terletak 54 KM dari ibu kota
Kabupaten Enrekang, atau 9 KM dari ibukota Kecamatan Masalle dengan luas
wilayah seluas ± 1916 KM² , dengan batas sebahgai berikut :
- sebelah utara berbatasan dengan Desa Tongko Kec.Baroko dan Kabupaten
Tana Toraja
- sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rampunan
- sebelah timur berbayas dengan Desa Batu Kede
- sebelah barat berbatasan dengan Desa Mundan
xxxv
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan Penduduk Des Tongkonan Basse
PRA SEKOLAH
SD SMP SLTA SARJANA
78 113 61 75 32 c. Mata Pencaharian
Tabel 4.4
Mata Pencaharian Penduduk Desa Tongkonan Basse
PETANI PEDAGANG PNS BURUH JASA 994 30 10 10 35
d. Sarana dan Prasarana Desa
Tabel 4.5
Sarana / Prasarana Desa Tongkonan Basse
Kantor Bpd
Kantor Desa
Balai Desa
Jalan Kabupaten
Jalan Kecamatan
Jalan Desa
Masjid Sekolah
- 1 Bh - 54 Km 9 Km 7Km 6 Bh
2Bh
8. Kondisi Pemerintahan Desa Tongkonan Basse
a. Pembagian Wilayah Desa
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Perdusun Desa Tongkonan Basse
NO NAMA DUSUN
JUMLAH JIWA KEPALA KELUARGA L P TOTAL
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Karauja Tirowali Poriga Tarian Buntu podong Buntu tallu
267 268 114 199 140 119
227 252 97 195 128 120
494 520 211 394 268 239
115 130 51 89 54 59
Jumlah 1107 1019 2126 498
xxxvi
b. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Gamabr 4.2
SKEMA : SOP DESA TONGKONAN BASSE KECAMATAN MASALLE
KABUPATEN ENREKANG
6 Potensi dan Masalah
a. Potensi
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dan potensi Desa
Tongkonan Basse yang dapat dijadikan landasan dalam perumusan strategi untuk
Syarifuddin S.Pd BPD
Aburahmat KADES
Ir. Muslimin KASI PEMB
Zainuddin SEKRETARIS DESA
Musdalifah KAUR KEU
Mardin KASI UMUM
Agus salim KASI PEMERT
Laha KD.PORIGA
Sulihin KD.TIROWALI
Jufri KD.KARUAJA
Nurdin KD.TARIAN
Ansar.S KD.BT.PODONG
Rente KD.BT.TALLU
xxxvii
mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang
adalah:
a) Sumber Daya Manusia
Semakain tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
terbukti bahwa sudah banyak pemuda dan warga yang melanjutkan pendidikan
sampai perguruan tinggi bahkan sudah ada beberapa diantaranya yang
menyandang gelar sarjana dari berbagai jurusan.
Ekonomi (biaya) menjadi alasan utama penyebab tingginya angka putus
sekolah dikalangan anak usia sekolah khusus jenjang perguruan tinggi. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa Tongkonan Basse dalam
meraih visi cerdas.
b) Demografi
Jumlah penduduk ± 2126 jiwa termasuk jumlah yang besar bagi ukuran
suatu Desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu kekuatan/potensi
pembangunan bilamana memeiliki Kompetensi Sumberdaya Manusia. Komposisi
pebandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah hampir seimbang.
Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil setiap tahun, di satu sisi menjadi
beban pembanguna karena ruang gerak untuk produktivitas Masyarakat makin
rendah, apalagi jika tidak diikuti peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan
langan kerja. Memang tidak selamanya pertambahan penduduk membawa
dampak negatif, malahan menjadi positif jika dapat diberdayakan secara baik
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
xxxviii
Kondisi ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian dan
penanganan secara komprehensip adalah terjadinya peningkatan angka usia kerja
setiap tahunnya.
Pertumbuhan angakatan kerja yang memasuki dunia kerja di mana dari
angkatan kerja yang mencari kerja tersebut tidak dapat terserap pada lapangan
kerja yang tersedia khususnya dalam konteks hubungan kerja (bekerja di sektor
pemerintah atau di sektor swasta/perusahaan), karena memang daya serap dari
sektor-sektor tersebut sangat terbatas, sehingga sebagai “katup pengaman” harus
dapat dikembangkan sebagai potensi atau peluang bekerja terbuka luas melalui
kerja mandiri/wirausaha (sektor ekonomi dan formal).
c) Sarana dan Prasarana
Terdapat sarana dan prasarana jalan berupa Jalan Raya (jalan beton) yaitu
poros yang menghubungkan Desa Tongkonan Bassse dengan Tongkonan Basse.
Sarana dan prasarana sosial yang ada yaitu ; sarana pendidikan berupa
Sekolah 3 Unit, dan Sarana Kesehatan berupa Pustu Permanen 1 Unit dan
Posyandu 2 Unit, serta Masjid 6 Buah.
7. Visi dan Misi
a. Visi
Visi pembanguna Desa Tongkonan Basse merupakan gambaran kesuksesan
yang ingin di capai dalam jangka waktu 6 (enam) tahun ke depan yang disusun
dengan memeperhatikan visi RPJPD kabupaten enrekang, Substansi RPJMD
Kabupaten Enrekang, dinamika lingkungan strategis, aspirasi masyarakat dan
xxxix
Pemerintah Desa Tongkonan Basse, serta visi dan misi Kepala Desa terpilih.
Untuk enam tahun pertama RPJMDesa 2016-2020 adalah :
“TERCIPTANYA MASYARAKAT DESA TONGKONAN BASSE YANG
AMAN, SEJAHTERA, MAKMUR DAN RELIJI PADA TAHUN 2020”
Selain itu, dalam reangka untuk menjaga sinergitas dengan visi pada
dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang.
Penyusunan visi pembangunan Desa Tongkonan Basse Tahun 2016-2020 juga
memperhatikan visi pada rencana pembangunan jangka menegah daerah
(RPJMD) Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018 (Peraturan Daerah Kabupaten
Enrekang Nomor 7 Tahun 2014) yaitu :
“Kabupaten Enrekang yang Maju, Aman dan Sejahtera di Tahun 2028”
Dengan Visi-Misi sebagai berikiut:
a) Mewujudkan konsep pengembangan daerah agropolitan
b) Mewujudkan kemandirian Daerah
c) Mengembangkan berbagain produk pertanian komoditas unggulan
berbasisi Ekonomi Masyarakat dan Berorientasi Pasar
d) Mewujudkan pemerataan pembangunan berwawasan lingkungan
b. Misi
Desa Tongkonan Basse mempunyai misi pembangunan dalam jangkam
waktu 2016-2020 adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat
Pelayanan diarahkan untuk memenuhi hak dasar Masyarakat yang
meliputi ; (1) ketersediaan pangan; (2) pendidikan: (3) kesehatan; (4)
xl
kesepakatan kerja dan lapangan usaha ; (5) sarana dan prasarana ; (6)
rasa aman dan tentram ; (7) partisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
b) Penguatan Ekonomi Berbasis Masyarakat
Membangun struktur ekonomi yang kompetitif dan Berbasis Masyarakat
melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pembangunan yang menjamin terciptanya peningkatan pendapatan
Masyarakat terkait dengan sektor pertanian, peternakan, dan
kewirausahaan yang mengandalkan Sumber Daya Lokal. Membangun
kelembagaan ekonomi Masyarakat yang kreatif dan adaktif
c) Menciptakan Iklim Kondusif
Menciptakan iklim yang kondusif dalam kehidupan bermasyrakat,
berbangsa dan bernegara. Terbangunnya kelembagaan pemerintah yang
berwibawa dan bebas KKN, sehingga terbangun kehidupan Masyarakat
yang mampu mencipyakan inovasi dan meningkatkan kemampuannya
secara berkesinambungan
d) Pemberdayaan Kelembagaan
Terciptanya sinergi pencapaian tujuan Pemerintah, Swasta, dan
Masyarakat melalui pegembangan dan pemberdayaan kelembagaan.
Mengembangkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh, yang
didukung oleh adanya partisipasi optimal dari seluruh lapisan
Masyarakat.
xli
8. Matriks Program Pembangunan Enam Tahunan dan Tahunan
RPJMDes
Matriks program secara lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran 1.1 (Tabel
program tahunan RPJMDes) dan tabel lampiran 1.2 (tabel program tahunan
RKPDes)
a. Strategi Pencapaian
a) Pola Penyelenggaraan
- Program indikatif pada tahun 2016-2020 ditetapkan melalui 4(empat)
misi pembangunan yang dijabarkan kedalam 7(tujuh) program
pembangunan ;
- Sasaran RPJMDes Tongkonan Basse Tahun 2016-2020 diarahkan dan
dikendalikan langsung oleh Kepala Desa Tongkonan Basse dalam
pelaksanaan sehari-hari dibantu oleh Sekretaris Desa, dan Para Kepala
Seksi serta Kepala Urusan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dan para kepala dusun, serta keder-kader Pembangunan Desa atas
pengawasan BPD.
- RPJMDes akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun RKPDes
dan penyusunan APBDes Tongkonan Basse;
- Penguatan peran stakeholders/pelaku pelaksanaanRPJMDes dalam
upaya pencapaian sasaran yang dilakukan melalui program indikatif
yang akan dijabarkan dalam berbagai kegiatan dengan pembiayaan
dari APBDes dalam sumber pembiayaan lainnya(APBD kab./APBD
prov./APBD/swadaya;)
xlii
b) Organisasi Pelaksanaan
Penyelenggaraan RPJMDes Tongkonan Basse tahun 2016-2020 dilakukan
berdasarkan hasil musyawarah desa (musrembangdes) atas persetujuan BPD,
Pembentukan tim pengelola kegiatan (TPK) yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan
bendahara sebagai pionir dalam pelaksanaan pembangunan desa. TPK dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh kader Pembangunan Masyarakat Desa
(KPMD) yang diseleksi dari Masyarakat Desa, Agar kegiatan pembangunan
terlaksana dengan baik dan pemanfaatannya sesuai peruntukan maka dibentuk tim
monitoring oleh kepala desa atau persetujuan BPD.
c) Monitoring dan Evaluasi
- Monitoring dan evaluasi RPJMDes Tongkonan Basse Tahun 2016-
2020 dilaksanakan tom yang dibentuk oleh Kepala Desa dengan surat
keputusan atas persetujuan BPD;
- Monitoring dan evaluasi RPJMDes Tongkonan Basse menunjukan
seberapa jauh pencapaian tujuan dan sasaran serta indikator yang telah
dirumuskan;
- Kegiatan monitoring dan evaluasi RPJMDes dilakukan dengan tertib
dan objektif, serta hasilnya disampaikan dalam bentuk laporan tertulis
dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan
ketelitian.
Evaluasi umum pelaksanaan RPJMDes dilaksanakan pada akhir periode,
dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja enam tahunan dan tahunan Desa
xliii
Tongkonan Basse dalam menjabarkan capaian RPJMDes sekaligus sebagai
pertimbangan dalam penyiapan RPJMDes periode berikutnya.
B. Hasil Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program
Padat Karta Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
Kabupaten Enrekang
Pemberdayaan Masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan formal
dan informal yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan berbagai komponen
organisasi.Selain itu Pemberdayaan masyarakat juga merupakan suatu kegiatan
untuk memberikan kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat dan
lingkungannya. Maka dari itu, diperlukan sejumlah program dan kegiatan baik
yang berasal dari masyarakat secara langsung maupun dari pemerintah yang telah
diperhitungkan dalam APBD atau APBN.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama empat Mentri yaitu Menteri Dalam
Negeri, Mentri Keuangan, Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Mentri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN/Bapennas) Nomor: 140-8698 Tahun 2017, Nomor:
954/Kmk.07/2017, Nomor: 116 Tahun 2017, Nomor: 01/SKB/M.PPN/12/2017
Tentang penyelarasan dan penguatan kebijakan percepatan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dengan ruang lingkup (1)
pembangunan desa dan kawasan perdesaan (2) pengalokasian, penyaluran dan
pelaksanaan dana desa, alokasi dana desa/ADD dan bagian hasil pajak daerah dan
retribusi daerah/ PDRD (3) pendampingan desa (4) penataan desa (5)
pengembangan badan usaha milik desa/BUMDes dan koperasi (6) pelaksanaan
xliv
Padat Karya Tunai di desa dalam penggunaan dana desa untuk pembangunan,
anggaran kementrian, lembaga dan APBD dan (6) pembinaan, pemantauan,
pengawasan, penguatan undang-undang nomor 6 tahun 2014.
Berdasarkan data yang didapatkan dari (TRIBUNENREKANG.COM:2018
26 April) bahwa sepuluh desa di Kabupaten Enrekang ditunjuk sebagai Pilot
Project pelaksanaan Program Padat Karya Tunai (PKT) dari Kementrian Pedesaan
RI. Kemudian Pemerintah Dinas setempat yaitu Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa (DPMD) menunjuk sepuluh Desa yang tersebar di lima
Kecamatan di Kabupaten Enrekang yaitu Kecamatan Masalle, Baraka, Bungin,
Maiwa Dan Baroko.
Kecamatan Masalle merupakan lokus penelitian penulis yaitu di Desa
Tongkonan Basse, sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Program Padat Karya Tunai di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle belum sepenuhnya terealisasikan secara
merata jika dilihat dari bentuk pembangunan infrastruktur yang ada seperti
pengecoran jalan tani, pembuatan rainase,pembangunan talud jalanan dan
pembanguna jamban belum terselesaikan dengan sepenuhnya di karenakan
masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan padat
karya tunai sehingga pembangunan di anggap lambat terselesaikan
1. Tahap Penyadaran
Untuk memberdayakan masyarakat itu sendiri pemerintah desa harus lebih
mampu memberikan kesadaran yang penuh untuk masyarakat itu sendiri agar
dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan yang telah di tentukan. Dalam tahap
xlv
penyadaran ini pemerintah desa harus melalukan beberapa cara untuk
menyadarkan masyarakat salah satu diantaranya yaitu sosialisasi
(Sosialisasi) Sebagaimana ditemukan dilapangan bahwa proses pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai pada tahap
pertama penyadaran yang dilakukan meliputi pemberian sosialisasi mengenai
program yang akan dikerjakan, dan cara atau proses yang dilakukan dalam
pelaksanaan padat karya tunai. Cara dalam memberikan sosialisasi dilakukan oleh
Pemerintah Desa (Kapala Desa) Tongkonan Basse yaitu melakukan pertemuan
dengan beberapa Tokoh Masyarakat yang dapat mewakili Masyarakat lainnya di
Kantor Desa dan berkoordinasi dengan Perangkat Desa lainnya untuk mengajak
Masyarakat mengikuti pertemuan di Kantor Desa Tongkonan Basse yang
diadakan hanya setahun setahun sekali. Jadi masyarakat yang telah ikut dalam
pertemuan sosialisasi tersebut menyadarkan masyarakat lainnya untuk lebih
berparisipasi dalam pelaksanaan padat karya tunai.
Tahap penyadaran ini masyarakat diberi pengetahuan atau wawasan
mengenai pentingnya Program Padat Karya Tunai karena dengan berjalannya
program ini masyarakat yang tadinya tidak berdaya akan terberdayakan dan yang
tadinya pengangguran akan memiliki kerjaan dengan berpartisipasi dalam
pelaksanaan pekerjaan Padat Karya Tunai sehingga pembangunan cepat
terselesaikan sehingga dapat pergunakan dan dapat membuat aktifitas lebih
mudah.
Cara yang dilakukan pemerintah tersebut sudah sesuai dalam tahapan
penyadaran yang ada dibagian proses pelaksanaan pemberdayaan, dan Pemerintah
xlvi
Desa harus mempertahankan kegiatan sosialisasi yang dilakukan sebelum akan
melakukan kegiatan agar hasilnya lebih baik dan masyarakat yang ingin
berpartisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan padat karya tunai akan lebih mudah
memahami.Untuk memberikan penjelasan mengenai tahap penyadaran maka
dilakukan wawancara dengan informan selaku Kepala Desa Tongkonan Basse
Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang yang mengatakan bahwa:
“Tetap di sosialisasikan, dan dilakan juga pertemuan di kantor desa satu tahun sekali untuk membahas perencanaan kalau sudah mi pembahasan di bahas mi juga itu padat karya tunai jadi kan yang ikut tidak semua masyarakat jdi yang ikut dalam pertemuan nanti na sampaikan kambali sama yang masyarakat yang tidak ikut dalam pertemuan. karena pada saat kita mau kerja pasti saya umumkan di masjid, jadi misalnya di dusun A ada kegiatan yang mau dilaksanakan tetap saya umumkan juga di tempat itu, mengenai prosesnya di lapangan tergantung dari kesepakatan antara pak dusun dengan masyarakat”(Wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tahap
penyadaran disini Pemerintah Desa melakukan sosialisasi dengan cara
mengumumkan di masjid dan disetiap dusun jika akan dilaksanakan padat karya
tunai dan mengenai proses pelaksanaannya dilapangan Pemerintah Desa tidak
campur tangan dan mengenai hasilnya tergantung dari bagaimana kesepakatan
antara pak dusun dan masyarakat setempat yang akan ikut dalam Proses
Pelaksanaan Pembangunan Program Padat Karya Tunai.
Sama halnya dengan pendapat yang disampaikan di atas timbul pendapat
dari informan lain selaku Pak Dusun Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle
Kabupaten Enrekang yang mengatakan bahwa:
“Kalau caraku saya mengikut jika sama pak desa karena kan sudah mi na
sampaika pak desa secara langsung bahwa ada itu program jadi tugasku saya
xlvii
ini untuk bekerja sama sama masyarakat yang mau ikut dalam pengerjaan pembangunan program padat karya tunai ini” (Wawancara SLH, tanggal 22 juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak SLH mengatakan bahwa
sebagai Pak Dusun di Desa Tongkonan Basse dia tidak terlalu mensosialisasikan
program padat karya tunai karena dia hanya mengikuti arahan pak desa karena
setelah pak desa menyampaikan bahwa adanya program padat karya tunai
otomatis semua masyarakat sudah mengetahuinya jadi tugas pak dusun hanya
bekerja sama dengan masyarakat desa.
Adapun pendapat lain dari tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa:
“Pak desa menyampaikan ke kami lewat masjid dengan diumumkan jadi semua warga mendengarnya jadi setelah pak desa sampaikan itu kami langsug pergi mendaftarkan nama kami di pak dusun” (wawancara SPR, tanggal 15 juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SPR di atas yang menyatakan
bahwa pada saat akan dilaksanakannya program padat karya tunai pemerintah
desa (pak desa) mengumumkan atau memberitahukan kepada masyarakat bahwa
akan dilaksanakan pembangunan padat karya tunai dan masyarakat diharap untuk
ikut berpartisipasi dalam pelaksanaannya setelah pemerintah desa mengumumkan
adanya program padat karya tunai masyarakat yang mau berpartisipasi segera
mendaftarkan namanya di pak dusun setempat.
Hal senada juga di sampaikan oleh informan selaku kulibangunan/tukang
yang menyatakan bahwa:
“Pak desa menyampaikan ke kami lewat masjid na umumkan ii di masjid
jadi setelah pak desa sampaikan itu kami langsug pergi mendaftarkan nama kami di pak dusun”(Wawancara KDN, Tanggal 1 Agustus 2019)
xlviii
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak KDN mengatakan bahwa jika
akan dilaksanakan pengerjaan program padat karya tunai pemerintah desa
menyampaikan kepada masyarakat kemudian masyarakat yang berminat ikut
dalam pengerjaan bangunan padat karya tunai akan mendaftarkan namanya di pak
dusun agar segera didata untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Adapun pendapat lain dari hasil wawancara dengan bapak AR yang
mengatakan:
“Sebenarnya kalau kita berbicara dana desa yang jelas itu pasti masyarakat
tahu persis tentang adanya program yang seperti itu dan yang sering juga menonton televisi pasti sudah mendengar seperti apa itu Padat Karya Tunai. Tapi mungkin kalau yang orang tua mungkin tidak terlalu mengerti”(Wawancara AR, tanggal 5 juli 2019 )
Dari hasil wawancara dengan bapak AR yang mengatakan bahwa
Sebernarnya Program padat karya tunai itu sendiri menggunakan dana desa jadi
masyarakat sudah mengetahui cuman kalau istilah padat karya tunai tidak terlalu
di pahami oleh masyarakat terutama masyrakat yang sudah lansia apa lagi yang
jarang nonton tv otomatis tidak mengetahui akan adanya padat karya tunai yang di
ketahui hanya pembangunan menggunakan dana desa kalau itu mutlak masyarakat
semua sudah mengetahui akan hal itu.
Hal senada juga di sampaikan oleh informan lain sebagai pak dusun di
desa tongkonan basse yang mangatakan bahwa:
“kalau padat karya tunai ini mungkin hanya sebagianji yang tau itu ji saja
yang tau yang masih muda apalgi kalau sering menonton tv pasti itu na tauji kecuali yang org tuami tidak na tau ini program paingan yang na tau hanya pembangunan desa menggunakan dana desa” (Wawancara SLH, Tanggal 22 juli 2019 )
xlix
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SLH yang mengatakan bahwa
Seperti jawaban-jawaban sebelumnya rata-rata masyarakat yang tahu program
padat karya tunai ini hanya sebatas masyarakat yang tidak terlalu tua dan selalu
menonton acara televisi.
Melihat dari beberapa pendapat di atas maka Pendapat lain muncul dari
informan yang berbeda selaku tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa:
“Kalau di bilang namanya padat karya tunai itu banyak masyarakat yang tidak terlalu na tau ituji na tau masyarakat yang pembangunan menggunakan dana desa tapi org yang selalu menonton telefisi pasti na tauji tentang padat karya tunai itu” (Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)
Sehubungan dengan hasil wawancara di atas Jika mengenai program padat
karya tunai masyrakat di Desa Tongkonan Basse tidak terlalu banyak yang
mengetahui akan program ini kecuali masyarakat yang memang peduli akan
kondisi lingkungan serta masyarakat yang sering nonton tv pasti yang namanya
program padat karya tunai sudah tidak asing lagi bagi mereka tetapi untuk
masyarakat yang sudah berumur(lansia) pasti sama sekali tidak mengetahui apa
yang dimaksud akan program padat karya tunai kecuali jika di sebut dengan
pembangunan menggunakan Dana Desa pasti otomatis semua masyarakat
mengetahui akan hal itu bahkan tidak asing lagi bagi mereka.
Hal senada juga di sampaikan oleh informan lain yang berprofesi sebagai
kuli bangunan/tukang yang mengatakan bahwa:
“Kalau di bilang padat karya tunai tidak terlalu na tau orang ituji na tau kalau di bilang pembangunan menggunakan dana desa tapi org yang selalu menonton pasti na tauji itu” (Wawancara KDN, Tanggal 1 Agustus 2019)
l
Jika dilihat dari jawaban informan diatas bahwa program padat karya tunai
tidak terlalu di ketahui atau dikenal Masyarakat Desa Tongkonan Basse yang
mereka tahu hanyala pembangunan infrastruktur desa yang menggunakan dana
desa.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan mengenai tahap
penyadaran dalam proses pelaksanaan pemberdayaan Masyarakat Desa berbasis
Program Padat Karya Tunai menunjukkan bahwa untuk menyadarkan Masyarakat
Pemerintah Desa memang sudah seharusnya melalukan sosialisasi bahkan harus
menyampaikan secara langsung kepada masyarakat akan pentingnya program
padat karya tunai dan menghimbau kepada semua masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam proses pengerjaan padat karya tunai yang akan di laksanakan
sehingga pembangunan dapat terselesaikan dengan cepat dan mengenai program
padat karya tunai itu sendiri hanya sebagian masyarakat yang tahu akan hal itu
kebanyak masyarakat di Desa Tongkonan Basse hanya mengetahui pembanguna
menggunakan Dana Desa
2. Tahap Pengkapasitasan
Pengkapasitasan atau “capacity building” artinya memampukan masyarakat
sehingga Masyarakat Desa merasa di berdayakan dengan memberikan hak dan
kekuatan kepada mereka untuk melakukan segala kegiatan atau program-program
pembangunan yang telah di tentukan oleh pemerintah setempat, pengkapasitasan
disini cara untuk melihat kapasitas masyarakat agar kedepannya mereka bisa
berpartisipasi sepenuhnya dalam pelaksanaan program padat karya tunai sebagai
upaya untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Aturan yang dibuat pemerintah
li
desa membuat masyarakat merasa nyaman dan tidak merasa terpaksa dalam
pekerjaan padat karya tunai dimana kepala desa menyerahkan semua proses
pelaksanaan kegiatan kepada kepala dusun dan masyarakat setempat apalagi
masyarakat yang berprofesi sebagai tukang.tidak hanya itu pemerintah desa juga
tidak mengurus masalah upah/gaji yang diberikan kepada masyarakat yang telah
ikut dalam pekerjaan padat karya tunai, pemerintah desa hanya menetapkan
jumlah gaji yang akan diberikan kepada masyarakat selepas dari itu kepala desa
sudah tidak ikut campur lagi.Untuk lebih lanjutnya penulis melakukan wawancara
dengan informan selaku pak desa tongkonan basse kecamatan masalle kabupaten
enrekang yang mengatakan bahwa:
“Mutlak kalau disini karena apalagi upah yang dihasilkan dari kegiatan itu
dikasi masuk di masjid dan tidak ada yang menerima secara pribadi tapi pak dusun tetap membuatkan daftar kerja untuk masyarakat secara berkelompok misalnya hari ini kelompok A besoknya lagi kelompok B dan seterusnya” (wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)
Dari pendapat yang telah disampaikan di atas bahwa Pada pelaksanaan
program padat karya tunai semua masyarakat turut andil dalam pekerjaan program
ini dan mereka telah sepakat bahwa upah/uang yang dihasilkan dari pekerjaan
padat karya tunai ini disepakati untuk dimasukkan ke kas umum /kas masjid
setempat untuk keperluan bersama kedepannya.
Hal senada disampaikan oleh informan lain selaku Pak Dusun di Desa
Tongkonan Basse yang mangatakan bahwa:
“kalau di bilang ikut serta tidak semua masyarakat ikut dalam pengerjaan ini
hanya sebagian yang ikut itupun masyarakat yang ikut tidak hadir secara rutin ituji saja na hadir kalau pertama sekali akan di lakukan itu pembangunan tapi kecuali yang tukang iyaa dia ikut terus ji malahan sampai selesai itu pembangunan”(Wawancara SLH,Tanggal 22 juli 2019)
lii
Adapun pendapat lain yang di sampaikan oleh informan selaku masyarakat
bahwa:
“Iyee, kalau kami masyarakat disini kalau ada kegiatan program seperti itu
ikutji cuman sebagian ji yang tidak ikut jadi kami yang ikut dalam pengerjaan kami sudah sepakat itu hasil di kasi masuk saja ke masjid jadi kalau ada nanti keperluan yang dibutuhkan bersama tinggal itu mi saja di pake karena sudah sepakat semuami untuk kasi masuk di masjid hasilnya dan mengenai ini pak desa tidak campur tangan lagi masalah ini karena ini kesepakatan antara kamiji dan itu juga tidak sehari-hari ji kami ikut kerja karena kami juga pergi di kebun mengurus kebun kami” (Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)
Sehubungan hasil wawancara di atas menyatakan bahwa tidak semua
masyarakat ikut berpartisipasi dalam program pembangunan padat karya tunai di
Desa Tongkonan Basse hanya sebagian yang berpartisipasi karena mereka lebih
memilih untuk bekerja dikebun masing-masing dan untuk masyarakat yang ikut
dalam pekerjaan padat karya tunai itu sudah sepakat bahwa hasil yang didapat dari
padat karya tunai akan di masukkan ke dalam kas umum masjid untuk digunakan
nantinya ketika ada kebutuhan mendadak yang dibutuhkan dan masyarakat yang
berpartisipasi tidak hadir secara rutin karena mereka juga harus merawat dan
bekerja di kebun masing-masing.
Hal senada juga disampaikan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai
tukang yang mengatakan bahwa:
“Kalau sya liat2 pada saat pengerjaan tidak semua warga disini ikut hanya
beberapaji yang ikut itupun juga ikut pas hari pertamanya pengerjaan, tidak seperti kami yang memang pekerjaanya sebagai tukang kalau itu kami hari-hari ikut sampai selesai pembangunan disini” (wawancara KND, Tanggal 1 Agustus 2019)
Dari pendapat yang telah di sampaikan di atas jika Dari segi keikutsertaan
masyarakat dalam pengerjaan program padat karya tunai di Desa Tongkonan
liii
Basse tidak semua masyarakat ikut serta dalam proses pengerjaan pembangunan
kecuali masyarakat yang memang berprofesi sebagai tukang atau kulibangunan,
masyarakat yang ikut dalam proses pengerjaan program ini hanya berpartisipasi
satu hari saja bertepatan dimulainya proses pengerjaan pembangunan program
padat karya tunai di Desa Tonggonan Basse tetapi yang berprofesi sebagai tukang
berpartisipasi setiap harinya sampai pengerjaan pembangunan selesai.
Adapun pendapat lain dari hasil wawancara dengan Kepala Desa
Tongkonan Basse yang mengatakan bahwa:
“Kalau respon masyarakat iyaa masyarakat ikut semuaji pada saat
pengerjaan program ini, tapi kalau masalah terima atau tidaknya itu tergantung dari masyarakat itu sendiri karena saya sebagai pemerintah desa hanya mengumumkan di masjid agar masyarakat ikut semua dalam proses pelaksanaan program ini, mengenai masalah upah mereka juga telah berdiskusi jika upah itu di masukkan saja kedalam kas masjid untuk kepentingan bersama dan tidak ada sama skli paksaan dri saya bahwa semua upah harus dimasukkan ke dalam masjid itu adalah kesadaran dari mereka sendiri, dan sudah itu sya sudah lepas tangan masalh uang itu mau dipake untuk apa sya jga tidak tahu kalau masalah itu” (Wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)
Berdasarkan hasil waancara diatas menyatakan bahwa Masyarakat cukup
merespon adanya program padat karya tunai ini karena bisa dilihat dari
keikutsertaannya dalam proses pelaksanaannya dan mengenai masalah proses
pengerjaannya pak desa menyerahkan semuanya ke pak dusun bagaimana
keputusan yang dihasilkan dari diskusi antara masyarakat, dan mengenai masalah
pembagian upah pemerintah desa tidak campurtangan akan hal itu karena dimana
masyarakat sudah sepakat bahwa hasil upah yang didapatkan akan di masukan
kedalam kas umum masjid untuk keperluan kedepannya.
liv
Hal senada di sampaikan oleh pak dusun desa tongkonan basse yang
mengatakan bahwa:
“oiye alhamdulillah na respon sama na terima dengan baik ji semua
masyarakat ini pembangunan yang sudah di bangun di sini karena kan itu semua untuk mereka ji dan na nikmati semuaji apalagi itu yang jalan tani sangat membantu untuk masyarakat di sini” (wawancara AB,Tanggal 5 juli 2019)
Dari pendapat di atas Dapat dilihat bahwa dengan adanya program padat
karya tunai di Desa Tongkonan Basse ini sangat di respon dan di terima baik oleh
masyarakat setempat karena dengan adanya pembangunan padat karya tunai di
Desa Tongkonan Basse sangat membantu terutama dalam aktifitas masyarakat ke
kebunnya masing-masing.
Sama halnya dengan pendapat yang disampaikan di atas muncul pendapat
lain yang mengatakan bahwa:
“Kami merespon baik ji program ini karena dengan adanya program ini
cukup membantu kami terutama masalah jalan tani kekebun dan alhmdulillah program ini di terima semua ji masyarakat disini karena begitu mi sya bilang tadi dengan adanya pembangunan begini sangat membantu dan mempermudah aktifitas masyarakat di desa ini” (Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)
Melihat tanggapan diatas di Desa Tongkonan Basse ini masyarakat
merespon baik dan menerima dengan baik adanya program padat karya tunai ini
karena mereka merasa sangat terbantu apalagi jalan-jalan tani rata-rata sudah di
lakukan pengecoran jadi dapat mempermudah dan menperlancar aktifitas
masyarakat keluar masuk kebun apalagi pada saat panen itu sangat
mempermudah.
Adapun jawaban lainnya seperti:
lv
“Kalau pembangunan yang sudah selesai itu seperti pengecoran jalan tani,
pembuatan talud jalan, pembuatan rainase dan pembangunan pustu tapi masih ada ji juga jalanan tani yang belum selesai di cor dan ada juga pembuatan jamban umum kalau itu sementara di buatmi dan belumpi di gunakan tapi kalau yang lainnya di nikmati semuami” (wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)
Adapun bentuk pembangunan program padat karya tunai di Desa
Tongkonan Basse berupa pemngecoran jalan-jalan tani, pembuatan talud jalan,
pembuatan rainase, pembangunan pustu dan pembuatan jamban umum/gratis
Hal senada juga yang dikemukan bahwa:
“Menurut saya masyarakat cukup merespon program ini karena jika tidak
merespon, masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini meskipun hanya sebagian yang ikut tapi tetap masyarakat merespon baikji yang masalah na terima jelas kami terima program ini karena bagi saya program ini dapat membatu perekonomian keluarga saya yang biasanya saya hanya menerima uang dua minggu sekali bisa juga seminggu sekali itupun juga kalau panen dikebun sedangkan dengan adanya program ini saya dapat menerima uang sehari-hari dan menurut saya itu sangat membantu”(Wawancara KDN, Tanggal 1 Agustus 2019)
Melihat respon masyarakat mengenai adanya program ini masyarakat
cukup merespon baik program padat karya tunai ini apalagi bagi masyarakat yang
berprofesi sebagai tukang program ini sangat membantu dalam pendapatan
perekonomian sehari-harinya yang tadinya biasanya hanya berpenghasilan
seminggu sekali bahkan bisa dua minggu sekali jika adanya panen atau hasil dari
tanaman di kebun tapi dengan adanya program ini mereka bisa berpenghasilan
sehari-hari dan bisa memenuhi kebutan sehari-harinya.
Adapun jawaban lain seperti:
“Kalau panen tomat itu biasanya di panen 1-2 kali dalam seminggu kalau harga tomat mahal kita biasa dapat 300 ribu perkeranjang tapi kalau murah biasa na kenna 50 ribu 1 keranjang tapi kalau sayur sayur na kenna lagi hama tidak banyak hasilnya lagi dan biasa tdk ada di panen, selama saya
lvi
ikut dalam pengerjaan padat karya tunai ini saya dapat gaji Rp. 110 perharinya dan alhamdulillah itu sangat membantu” (wawancara KND, Tanggal 1 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara di atas bahwa Penghasilan masyarakat biasanya di
lihat dari seberapa banyak panen hasil kebun dalam seminggunya dan biasanya
dapat panen 1-2 kali dalam seminggunya jika harga sayuran tinggi maka
pendapatan meraka juga banayak dan begitupun sebaliknya dan bahkan jika
semua tanaman terserang penyakit atau diserang hama biasanya tidak ada sama
sekali yang bisa di panen atau dihasilkan dari taman dikebun tapi dengan adanya
program padat karya tunai ini masyarakat dapat berpenghasilan sehari-harinya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan mengenai tahap
pengkapasitasan dalam proses pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Berbasis Program Padat Karya Tunai menunjukan bahwa Masyarakat Desa
Tongkonan Basse merespon baik adanya program padat karya tunai akan tetapi
hanya sebagian yang ikut berpartisipasi dan sebagiannya lebih memilih untuk
berkebun dan upah yang di dapatkan yaitu Rp.100-110 per harinya dan
masyarakat yang ikut dalam pekerjan padat karya tunai telah sepakat bahwa upah
yang didapatkan akan dikumpulkan dan dimasukkan ke kas umum/masjid untuk
keperluan kedepannya adapun bentuk-bentuk pembangunan padat karya tunai
yaitu pengecoran jalan tani, pembangunan talud jalanan, pembuatan rainase,
pembangunan pustu (puskesmas pembantu) dan pembuatan jamban umum
3. Tahap Pendayaan/Pemberian Daya itu sendiri
Tahap pendayaan diartikan sebagai peluang daya, kekuasaan yang diberikan
pemerintah desa kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat melakukan
lvii
pekerjaan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, masyarakat yang lebih
peduli dan ikut berpartisipasi akan berpengaruh pada aspek ekonominya sendiri.
Untuk lebih mengetahui secara dalam maka peneliti melakukan wawancara
dengan informan selaku kepala Desa Tongkonan Basse yang mengatakan bahwa:
“Pada saat akan dilaksanakan pengerjaan kami sebagai pemerintah desa
tetap mengumumkan di masjid bahwa akan di laksanakan lagi program padat karya tunai , jadi siapa yang mau kerja silahkan mendaftar dan sudah di tentukan masing-masing upahnya seperti upah buruh sekian upah tukang sekian, tapi kami tetap membatasi macam kalau ada program padat karya tunai dalam satu harinya bahwa sekian yang bisa dikerjakan jadi semua tergantung pak dusun bagaimana cara pengaturannya” (Wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)
Dari tanggapan di atas dapat dilihat Mengenai proses pelaksanaan padat
karya tunai ini pemerintah desa mengumumkan kepada masyarakat bahwa akan
dilaksanakan pengerjaan padat karya tunai setelah itu masyarakat yang hendak
berpartisipasi segera mendaftarkan diri ke pak dusun setempat, dan mengenai
upah itu sudah ditetapkan dari pemerintah desa, selain itu pemerintah desa tetap
membatasi pelaksanaan pekerjaan perharinya sesuai dengan yang sudah
didiskusikan antara kepala desa dan pak dusun setempat setelah itu pak desa
menyerahkan seutuhnya kepada pak dusun mengenai pembagian pekerjaan
kepada masyarakat.
Seperti halnya yang dikatakan oleh informan lainnya sebagai berikut:
“Pada saat akan di laksanakan pembangunan padat karya tunai di desa ini
masyarakat datang mendaftarkan nama-namnya kemudian saya membagikan kelompok-kelompok sesuai hari dan apa yang akan di laksanakan kalau sudah itu saya langsung mengarahkan masyarakat untuk bekerja tapi sebelum bekerja kami adakan diskusi dulu bahwa hari ini apa-apa yang mau di selesaikan kemudian itu yang masalah upanya masyarakat sudah sepakat untuk di kasi masuk masjid itu gajinya jdi yang ikut itu langsung na tanyaka bilng tidak adaji mau di ambil ini gaji di sini
lviii
karena mau di kasi masuk di masjid untuk kepentingan atau kebutuhan yang mendadak kedepannya”(Wawancara SLH, Tanggal 22 juli 2019)
Sama halnya dengan pendapat yang di sampaikan di atas muncul
pertanyaan lain yang mengatakan bahwa:
“Pada saat akan dilaksanakan pengerjaan program ini kan pak desa
menyampaikan ke pada kami secra langsung jadi kami langsung pergi mendaftarkan nam-nama kami agar bisa ikut bekerja jadi setelah mau bekerja pak ada itu nama-nama sudah memang na susun pak dusun berkelompok-kelompok jadi kami berja sesuai kelomokm dan hari yang di tentukan sama kerjakan yang sudah di tentukan pak dusun” (Wawancara SPR, Tanggal 15 juli 2019)
Sesuai dengan yang dikatakan di atas bahwa proses pengerjaan padat
karya tunai akan di kerjakan oleh masyarakat setempat yang sudah mendaftarkan
mana-namanya kemudian pak dusun membentuk kelompok menentukan hari dan
bentuk pembangunan yang akan dikerjakan.
Pendapat dari informan lain mengatakan bahwa:
“Kalau menurut saya itu proses pembangunan itu sendiri sudah di tentukan
sma pak dusun jadi saya hanya menerima arahan dari pak dusun sementara pembangunannya itu hampir sama ji prosesnya sma pembangunan2 yang lainnya karena pak dusun sudah mengenal saya jadi kalau ada program begini langsung na kasi tau ka jadi langsung ikut maka pas dikerja itu pembangunan”(Wawancara KND, Tanggal 1 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara di atas menyatakan bahwa Pada proses pembangunan
itu sendiri masyarakat hanya menerima arahan dari pak dusun bahwa yang akan
dikerjakan ini karena semuanya sudah di persiapkan ini itu tinggal masyarakat
yang mengerjakannya tapi tetap di bawah arahan dan pengawasan pak dusun
setempat.
Sama halnya dengan pendapat-pendapat di atas muncul pendapat lain
yang mengatakan bahwa:
lix
“Menurut pandangan saya sendiri kalau dibilang masyarakat
diberdayakan, menurut saya iya masyarakat sudah diberdayakan karena kalau dilihat sendiri banyak ji masyarakat yang ikut pas pelaksanaannya menurut saya itu sudah diberdayakan karena kami sebagai pemerintah desa menyiapkan dan membuka lapangan kerja seperti itumi yang pekerjaan padat karya tunai dan itu semua masyarakat dianjurkan ikut dalam pekerjaannya dan kalau upahnya itu sudah ditentukan sebesar Rp.110 perhari dan kalau dibilng meningkatkan pendapatan masyarakat saya kira itu tidak terlalu membantu karena hanya sekali-kali masyarakat ikut dalam pelaksanannya itu sja dia ikut kalau pertama skli pekerjaan tapi seterusnya tidak ikutmi kecuali yang berprofesi memng sebagai tukang itu tiap hari memng dia bekerja karena memang sudah pekerjaannya itu dan mendapatkan penghasilan dari itu,jadi dapat sya katakan kalau padat karya tuanai disini tidak terlalu di minati masyarakat, mereka lebih memilih untuk pergi kerja dikebun masing-masing dari pada kerja harian begitu mereka lebih merasa menguntungkan kalau kerja di kebunnya dan kalau dibilang program ini dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat saya tidak bisa bilng iya sya jga tdk bisa bilng tdk kan kalau di lihat dri segi pembangunan sya rasa sudah cukup membuat sejahtera karena semuanya sdh dapat di nikmati seperi posyandu itu sdh bisami di gunakan dan jalan-jalan tani juga sudah sebagian ada yang selesai jadi memudahkan masyarakat untuk beraktifitas kekebunnya jadi menurut sya dlam hal itu sdh sejahtera tapi kalau dalam hal perekonomian kalau dri program ini tidak terlalu menunjang kesehteraan karena masyarakat disini tidak terlalu tinggi partisipasi masyarakat untuk ikut akan program ini mereka lebih memilih untuk pergi di kebunnya masing-masing” (Wawancara AR, Tanggal 5 juli 2019)
Pendapat di atas mengayatakan bahwa dengan Melalui Program Padat
Karya Tunai ini masyarakat sudah diberdayakan dengan menyediakan fasilitas
dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan Pemerintah Desa juga
sudah menentukan jumlah upah yang akan diberikan kepada masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan, tetapi disini masyarakat hanya
berpartisipasi dihari pertama berlangsungnya proses pekerjaan kecuali yang
berprofesi sebagai buruh atau tukang itu bekerja setiap harinya sedangkan
masyarakat biasa mereka lebih memilih untuk bekerja dikebun maisng-masing
karena mereka merasa lebih menguntungkan mengurus kebun mereka dan lebih
lx
merasa puasa jika mendapatkan hasil dari kebun mereka, jadi di Desa Tongkonan
Basse pelaksanaan padat karya tunai tidak terlalu diminati masyarat jadi pendapat
yang dihasilkan dari padat karya tunai tidak terlalu seberapa dibandingkan
pendapatan dari hasil panen kebun meraka. Kecuali masyarakat yang berprofesi
sebagai tukang itu sangat membantu dan meningkatkan penghasilan sehari-
harinya serta jika dilihat dari keesejahteraan masyarakat dengan adanya program
ini kalau dari segi pembangunan masyarakat sudah sejahtera tapi kalau sejahtera
dari segi pendapatan itu tidak terlalu membuat masyarakat sejahtera karena
masyarakat tidak terlalu minat atau kurang berpartisipasi dalam dalam
pelaksanaan program ini masyarakat lebih memilih terjun langsung kekebun
mereka masing-masing.
Seperti halnya yang dikatan informan sebagai berikut:
“Kalau saya liat di sini soal di berdayakan itu masyarakat saya rasa iya
sudah diberdayakan karena kitakan sudah menyiapkan semuanya jadi tinggal masyarakat mami apakah dia mau kerja atau tidak tapi kalau saya liat-liat di sini masyarakat kalau ada program seperti ini tidak terlalu ikut dalam pelaksanaannya karena na bilng di bayar harian jadi mereka lebih memilih bekerja dikebunnya masing-masing ikut iya kerja tapi hari pertama ji kecuali kalau yang tukang saya memang pergi langsung ke rumahnya tanya ii bilang ada lagi mau dikerja. Kalau di desa ini memang susah ki mau cari orang yang mau ikut kerja harian begitu karena rata-rata di sini kerja di kebun semua orng itupun yang tidak kerja pasti mahasiswa yang kuliah di makassar itupun kalau libur tidak ikut kerja bgtu kalau pas ada pengerjaan bagaimana juga mau ikut palingankalau libur kan sebentar ji, jadi di sini memng susah ki cari orang yang mau kerja harian begitu kecuali tukang kasian” (Wawancara SLH, Tanggal 22 juli 2019)
Hasil wawancara diatas dapat dilihat Jika melihat keadaan di Desa
Tongkonan Basse dengan adanya program padat karya tunai masyarakat cukup
diberdayakan karena terlihat dari fasilitas yang sudah dipersiapkan pemerintah
desa tongkonan basse jadi tergantung dari masyarakat itu sendiri mau ikut atau
lxi
tidak dalam palaksanaan padat karya tunai tapi lagi dan lagi masyarakat di sini
tidak teralalu memperhatikan akan adanya program ini apalagi cara kerja program
ini secara harian sedangkan di Desa Tongkonan Basse ini sendiri belum banyak
masyarakat yang mau kerja harian seperti program ini karena mereka menganggap
dengan kerja harian begini tidak menguntungkan dan dapat menghambat
pekerjaannya di kebun jadi mereka lebih memilih kerja di kebunnya masing-
masing
Pendapat lain muncul yang mengatakan bahwa:
“Kalau menurut saya kalau di bilang program ini dapat memberdayakan
masyarakat kalau itu saya tidak tau tapi kalau menurut saya sendiri itu tidak terlaluji karena apa masyarakat disini tidak terlalu tinggi minatnya ikut program ini karena bayarannya di gaji perhari dan memng masyarakat ikut ji tapi itu saja na ikut pada hari pertama pengerjaan bangunan karena kami menganggap lebih menguntungkan kalau kerja di kebun kalau di kebunkan bisa ki kerja ini itu bisa ki juga rawat palawijata dan kalau di rawat baik-baik ji insyaallah itu hasilnya banyak ji juga di bandingkan kalau ikut ki program itu Rp. 100 ji di dapat perhari bru itu satu kali dibelanjakanji na habismi lagi jadi lebih baik pergi ki dikebun urus kebunta kalau di kebun bisa ki panen 2 kali seminggu dan hasilnya lumayan ji” (Wawancara SPR,Tanggal 15 juli 2019)
Berdasarkan dari tanggapan diatas bahwa program padat karya tunai ini
tidak terlalu memberdayakan masyarakat karena minat masyarakat untuk ikut
dalam pengerjaan program padat karya tunai ini tidak terlalu tinggi mereka ikut
berpartisipasi hanya saat dimulainya pengerjaan program padat karya tunai ini
tidak seperti masyarakat yang memang berprofesi sebagai tukang kalau tukang itu
sendiri hadir rutin sehari-hari dalam pelaksanaan program bahkan sampai
pengerjaan bangunan program itu selesai, sedangkan masyarakat lainnya tidak
terlalu peduli akan hal itu mereka lebih memilih dan merasa lebih menguntungkan
lxii
untuk kerja di kebun masing-masing dari pada ikut kerja bangunan yang di bayar
secara harian.
Hal senada juga disampaikan bahwa:
“Menurut saya jika dibilang program ini dapat memberdayakan
masyarakat kalau masyarakat yang seperti saya yang bekerja sebagai tukang saya merasa sudah diberdayakan karna asal ada pengerjaan program ini saya selalu ikut dan pak dusun itu pasti na panggilka teruska dan alhamdulillah bagi saya dengan adanya ini sangat membatu dari segi penghasilanku karena setiap harinya saya dapat gaji Rp.110 ribu perharinya dan kalau disejaterakan kalau dilihat dari bentuk pembangunan yang sudah jadi tentu masyarakat sejahterami bisa ji diliat apalagi yang jalan kekebun yang sudah dicor itu sangat mempermudah masyarakat pergi kekebunnya dan mempermudah kalau panen di bawa ke kampung jadi nda susah-susahmi itu kendaraan keluar masuk kebun apalagi itu pembangunan postu sangat membantu itu kasian jadi kalau ada morang yang sakit tidak jauh-jauh mi pergi ke puskesmas di kota untuk berobat karena adami postu dibangun juga di sini” (Wawancara KDN, Tanggal 1 Agustus 2019)
Dengan adanya Program Padat Karya Tunai di Desa Tongkonan Basse
sudah termasuk memberdayakan masyarakat apalagi masyarakat yang berprofesi
sebagai kulibangunan/tukang serta dengan adanya program padat karya tunai ini
dapat meningkatkan penghasilannya karena mereka yang sebagai tukang dapat
uapah perharinya, dengan adanya program ini juga dapat mensejahterakan
kehidupan masyarakat dari segi pembangunannya seperti yang sudah ada
pengecoran jalan tani itu sangat membantu aktifitas masyarakat sehari-hari, tidak
hanya sejahtera dalam hal beraktifitas kekebun masyarakat juga merasa sehajtera
karena telah selasainya pembangunan pustu(puskesmas pembantu) jadi mereka
tidak harus ke puskesmas yang ada di kota Kecamatan Masalle ketika akan
berobat jadi dengan adanya pustu ini sangat membantu dan mensejahterakan
masyarakat setempat.
lxiii
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Lapangan mengenai tahap
pendayaan dalam proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa berbasis
program padat karya tunai menunjukan bahwa pada saat pelaksanaan padat karya
tunai masyarakat mendaftarkan namanya ke pak dusun kemudian pak dusun
membuatkan jadwal, membentuk kelompok dan menentukan apa yang terlebih
dahulu akan dikerjakan, serta jika dilihat program padat karya tunai di Desa
Tongkonan Basse belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat dikarenakan
pada saat pelaksanaan padat karya tunai hanya sebagian masyarakat yang
berpartisipasi dalam pelaksanaannya dikarenakan kebanyakan masyarakat lebih
memilih untuk berkebun dan lebih merasa menguntungkan jika bekerja dikebun
dari pada ikut kerja yang di bayar secara harian
lxiv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan mengenai proses
pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang Berbasis Program Padat Karya
Tunai di Desa Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang maka
dapat ditarik kesimpulan:
1. Tahap Penyadaran dalam Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Berbasis Program Padat Karya Tunai menunjukkan bahwa Pemerintah Desa
sudah melakukan sosialisasi secara optimal bahkan Pemerintah Desa juga
menyampaikan langsung kepada Masyarakat cara/proses pengerjaan Program
Padat Karya Tunai.
2. Tahap Pengkapasitasan dalam Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai menunjukan bahwa Pemerintah
Desa sudah menetukan jenis kegiatan yang akan dikerjakan seperti pengecoran
jalan tani, pembuatan rainase, pembuatan talud jalan, pembangunan pustu, dan
pembuatan jamban. Adapun upah yang di berikan kepada masyarakat yaitu Rp.
100-110 perharinya.
3. Tahap Pendayaan dalam Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Berbasis Program Padat Karya Tunai menunjukan bahwa Masyarakat Desa
belum sepenuhnya terberdayakan dikarenakan tingkat pertisipasi masyarakat
yang kurang terhadap program padat karya tunai yang di adakan di Desa
Tongkonan Basse
lxv
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Tongkonan Basse Kecamatan
Masalle Kabupaten Enrekang maka dari itu penulis menyarankan :
Bagi Pemerintah Desa baik itu BPD, Pak Desa, atau bahkan Pak Dusun agar
kiranya lebih meningkatkan cara untuk menyadarkan serta lebih giat
menyampaikan atau bahkan membuat penyampaian yang lebih menarik mengenai
Program Padat Karya Tunai sehingga masyarakat tertarik untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan pembangunan Padat Karya Tunai
Untuk Pemerintah Desa dan Masyarakat setempat agar kiranya lebih
meningkatkan kerjasama satu sama lain sehingga dapat mencapai dan
terwujudnya tujuan Dari Program Padat Karya Tunai
Bagi masyarakat agar kiranya lebih berpartisipasi dalam palaksanaan
pembangunan padat karya tunai karena bagaimanapun pembangunan itu
dilakukan untuk masyarakat sendiri dan demi kenyamanan serta kesejahteraan
Masyarakat
lxvi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto.2008.Intervensi komunikasi pengembangan masyarakat
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.Jakarta:PT.Radja Grafindo
Persada.
Ambar, Teguh Sulistiyani.2004.Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Graha Media.
Dwidjowijoto,dkk.2007.manjemen pemberdayaan.Jakarta:Kompas.
Kehik, seran bernandus.2017.pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
desa di bidang ekonomi kemasyarakatan.Bikomi:Agrimor.diunduh dari
237751-pelaksanaan-program pemberdayaan-masyarakat-dod58819,pdf
(diakses pada tanggal 8 november 2018).
Kementrian Desa, pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.2018.Diunduh dari http://www.berdesa.com/download-
petunjuk-teknis-penggunaan-dana-desa-2018-padat-karya-tunai/ (diakses
pada tanggal 8 november 2018).
Mardikanto.2010.konsep pemberdayaan masyarakat.Surakarta:Penerbit TS.
Parman.2016.Dampak Pembangunan Pembangkit Liatrik Tenaga MikroHidro
(PLTMH) di Desa Baruka Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang.Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Soetomo,2011.pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.Bandung:Pustaka
Pelajar.
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
lxvii
Suhendara, K. 2006. Peran Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.
TRIBUNENREKANG.COM
Undang-undang No.25 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa (SKB4 mentri) pada desember
2017 ditetapkan pelaksanaan padat karya tunai di desa dalam penggunaan
dana desa untuk pembangunan.
Utami.2016.implementasi program pemberdayaan masyarakat terhadap
pengelolaan sarana air bersih berbasis masyarakat(studi pada warga
penerima program SCV nestle di RT 13 & 14 desa sukamanjur, kelurahan
bumikedamaian, kecamatan kedamaian, kota bandar lampung).jurusan ilmu
administrasi negara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.
lxviii
lxix
Gambar I
Bentuk Bangunan Jalan Tani yang sudah di Cor
lxx
Gambar II
Bentuk bangunan Talud Jalan
Gamabr III
Bentuk bangunan Rainase
lxxi
Gambar IV
Bentuk bangunan Pustu
lxxii
Gambar V
Pembangunan Jamban Umum
lxxiii
Gambar VI
Wawancara dengan Informan
lxxiv
lxxv
RIWAYAT HIDUP
KARMILA. Lahir di Darrah Pada Tanggal 20
September 1997, buah kasih dari pasangan Ayahanda
Kadir.T dengan Ibunda Jumiati. Anak pertama dari
Empat Bersaudara. Mulai mendapat pendidikan
dibangku TK Nur Alam Tarobok dan tamat Tahun
2003, kemudian melanjutkan Pendidikan di bangku SD 031 Tarobok tamat Tahun
2009, kemudian melanjutka Sekolah Menengah Pertama SMPN 1 Baebunta tamat
Tahun 2012. Kemudian melanjutkan Jenjang Pendidikan di Sekolah SMAN 1
Baebunta tamat Tahun 2015. Kemudian melanjutkan Pendidikan S1 (Strata Satu)
di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2015 dan diterima di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Pada
Hari Jum`at Tanggal 27 September 2019 Pukul 08:30 WITA melaksanakan ujian
skripsi yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjan Ilmu
Administrasi Negara.
Berkat RahmatIlahi Rabbi dan kerja keras serta Do`a yang tak terhingga,
penulis dapat menyelesaikan studi dengan Karya Ilmiah yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Program Padat Karya Tunai di Desa
Tongkonan Basse Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang”