Upload
dothien
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
45
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi
Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam,
yang lebih kepada pembangunan kilang-kilang, pabrik, dan perancangan konstruksi oil
and gas lainnya, yang keseluruhan proyek utamanya adalah kontrak yang bersifat jangka
panjang. Proses pemerolehan sebuah kontrak adalah dengan melalui Sistem Pelelangan
Tender, yaitu proses dimana beberapa kontraktor mengajukan proposal sebagai
pemenuhan atas kebutuhan pengadaan yang diinginkan klien, yang pemilihannya
berdasarkan kualitas, spesifikasi, dan harga kontrak yang keseluruhannya dapat
mempengaruhi keuntungan klien. Secara umum, proses lelang yang terjadi adalah terdiri
dari:
1. Pengambilan Dokumen Lelang
Pengambilan harus diteliti kebenaran dan kelengkapannya agar dapat dijadikan
sebagai dokumen kontrol pada proses internal perusahaan.
2. Pembentukan Tim Pelaksana Lelang
Pembentukan sesuai dengan SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan
ketrampilan untuk melakukan kegiatan estimasi biaya sesuai dengan persyaratan
berlaku.
3. Membaca & Mempelajari Dokumen Lelang
46
Pada bagian di proses ini merupakan kegiatan penting dalam upaya memahami
dokumen proyek sehingga dapat dibuat catatan-catatan penting yang perlu
dikonfirmasikan pada saat mengikuti penjelasan (Aanwijzing) kantor maupun
lapangan berkaitan dengan dokumen berikut:
• Bill of Quantity
• Technical Specification
• Drawings (Gambar)
• Agreement, General & Special Condition of Contract
• Attachments
• Addendum
• Peraturan terkait
4. Aanwijzing Kantor dan Lapangan
Untuk mendapatkan kejelasan terhadap hal-hal berikut:
1) Kelengkapan dokumen yang perlu dipenuhi.
2) Konfirmasi hal-hal ang belum jelas dengan panitia / owner.
3) Usulan adanya perubahan terhadap spek, waktu pelaksanaan pekerjaan, dll.
4) Memahami secara akurat kondisi lapangan dimana proyek dibangun, berkaitan
dalam hal-hal:
a. Kondisi lingkungan proyek
b. Akses jalan masuk proyek
c. Kelayakan jalan logistik dan upaya untuk memperbaiki
d. Keamanan
e. Kondisi tanah
47
5. Pelajari lebih mendalam Dokumen Lelang
Memahami lebih rinci yang berkaitan dengan:
1) Kesesuaian Bill of Quantity dengan gambar, spek, dan dokumen lain
2) Identifikasi lingkup pekerjaan
Kegiatan ini dilakukan dengan melalui Work Breakdown Structure (WBS) sehingga
secara akurat dapat diketahui batasan lingkup pekerjaan yang ada dalam setiap paket
proyek berkaitan dengan hal-hal berikut:
• Rincian Bill of Quantity / WBS (paket pekerjaan)
• Penghitungan Volume Pekerjaan
• Gambar detail / sketsa
• Dokumen untuk proses pengadaan sub-kontraktor & supplier
WBSadalah pedoman pengelompokan dari unsur-unsur proyek yang mengatur dan
menetapkan lingkup total dari proyek. Pekerjaan yang diluar WBS adalah diluar
lingkup proyek. Seperti halnya scope statement, WBS seringkali digunakan untuk
mengembangkan atau menjelaskan pengertian umum dari lingkup proyek.
6. Survei Lapangan Detail
Merupakan kegiatan survei ulang secara mendalam setelah mempelajari secara
mendalam dokumen lelang. Hasilnya akan dijadikan dasar dalam merumuskan
metode pelaksanaan pekerjaan, merencanakan site plan, mengetahui item-item
pekerjaan penunjang yang diperlukan seperti perlunya jembatan sementara,
bangunan bantu dan fasilitas sementara.
7. Perhitungan Volume
48
Melakukan penghitungan dan pengecekan perhitungan volume pekerjaan terhadap
volume scope yang ada dalam Bill of Quantity, dan diperlukan perhitungan volume
pekerjaan yang merupakan pekerjaan penunjang dan sementara.
8. Metode Kerja
Perumusan metode pelaksanaan pekerjaan dengan urutan penyusunan sebagai
berikut:
1) Definisi pekerjaan (Penjelasan tentang pekerjaan, spesifikasi, dan volume
pekerjaan)
2) Lokasi
3) Metode kerja (Bagaimana caranya, menggunakan alat apa, urutan pekerjaan)
4) Kebutuhan sumber daya
5) Waktu yag diperlukan
6) Jadwal pelaksanaan
7) Hal-hal penting yang harus diketahui
8) Gambar-gambar kerja
9. Sub-Kontraktor
Pemilihan pekerjaan yang disub-kontrakkan dilakukan dalam rangka memenuhi
kriteria sebagai berikut:
• Meningkatkan fokus perusahaan
• Memanfaatkan kemampuan kelas dunia
• Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari engineering
• Membagi resiko
• Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan lain
49
• Memungkinkan tersedianya dana kapital
• Menciptakan dana segar
• Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
• Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki
• Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek
konstruksi telah ditangani dengan benar sebagai bentuk tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan secara ringan maupun yang berat yang
akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada. Demikian proses yang
dilakukan:
1) Perencanaan K3 (Safety Plan)
2) Penanganan K3
3) Pelaksanaan Administrasi dan Pelaporan
11. Pembuatan Pra-Rencana Mutu Proyek
Melakukan hal-hal berikut:
1) Memahami spek setiap pekerjaan dan material yang dipakai
2) Memahami persyaratan mutu yang bersesuaian degan yang sudah ditetapkan
dalam spek, berkaitan dengan upaya untuk melakukan pemilihan material /
metode yang memenuhi syarat
3) Dokumen atas persyaratan yang dipilih menjadi dokumen kontrol dan didukung
oleh data-data yang dapat dipertanggung jawabkan
12. Plafond Harga Penawaran
50
Plafon harga yang didasarkan pada owner estimate merupakan referensi tetapi tidak
menjadi patokan, melainkan untuk melakukan evaluasi terhadap harga yang dibentuk
dari perhitungan RAP dan Mark Up
13. Proses Komputer
Proses perhitungan dengan komputer dan program yang dapat diandalkan
ketelusurannya sehingga setiap ada perubahan formulanya terkait satu sama lain.
14. Jaminan Bank, Referensi Bank, dan Syarat-Syarat Administrasi
Menentukan besarnya jaminan pelaksanaan proyek sebagai syarat administrasi yang
harus dipenuhi dan dilampirkan. Pengurusan atas jaminan ini harus memenuhi
ketentuan bank dan persyaratan dalam administrasi lelang, karena dapat
menggugurkan penawaran.
15. Memperhitungkan Kemampuan Lawan
Untuk melakukan evaluasi terhadap kemungkinan kemenangan tender yang diikuti,
dan dapat dipakai sebagai referensi dalam melakukan keputusan keikut sertaan
tender maupun penetapan harga yang kompetitif.
16. Perhitungan Mark-Up
Perhitungan harus didasarkan pada beban-beban kewajiban yang harus dipenuhi
yang menjadi ketentuan kantor pusat, kantor cabang, dan proyek, termasuk biaya
pemasaran serta keuntungan bersih yang direncanakan. Juga harus diperhitungkan
risiko terhadap kenaikan harga, dan risiko lain yang diperhitungkan.
17. Menyusun, Pengecekan, dan Pemasukan Penawaran
Tahapan yang penting pada saat melakukan penyusunan dokumen penawaran adalah
pemenuhan dokumen serta lampiran yang diperlukan dalam setiap dokumen harus
mengikuti ketentuan yang berlaku dan menjadi persyaratan kelengkapan
51
administrasi. Pengendalian atas kesesuaian dokumen perlu dilakukan dengan adanya
bukti pengecekan berupa check list yang ditandatangani oleh ketua tim sebagai bukti
telah dilakukannya kontrol.
18. Laporan hasil Lelang / Tender
Laporan dibuat dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil tender dan alasan-
alasan terukur yang menjadi penyebab kegagalan serta kekuatan yang menjadi
unggulan dalam persaingan, hal ini dapat memberikan pembelajaran untuk kegiatan
tender yang akan datang.
19. Data-data Tetap
Merupakan data-data yang menjadi ketentuan saat menetapkan harga penawaran /
tender sehingga menjadi pertanggung jawaban tim estimasi kepada manajemen
perusahaan. Dokumen ini diperlakukan sebagai dokumen kontrol.
Kontrak dari pemenangan tender biasanya diperoleh perusahaan dari pihak
swasta, atau dalam beberapa kasus diperoleh juga dari Lembaga Pemerintahan. Setelah
terpilih kontraktor yang sesuai dengan kriteria klien, maka terjadilah offering contract
dengan nilai kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Nilai kontrak yang
disepakati biasanya sudah termasuk keseluruhan kebutuhan konstruksi sampai kontrak
itu selesai, yang didalamnya termasuk untuk biaya sub-kontraktor, pengadaan barang
kebutuhan, dan proses engineering.
Adapun setelah perjanjian/kontrak telah disepakati, maka dibuatlah escrow
account antara klien dan perusahaan dengan jumlah dana yang disediakan dalam
account tersebut ditentukan dalam catatan kontrak/surat perjanjian. Escrow Account
inilah yang berfungsi sebagai rekening bersama antara pihak klien dan perusahaan yang
52
dana di dalamnya digunakan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dan juga sebagai
penjamin antara kedua belah pihak sebagai pihak yang netral. Perusahaan baru akan
memperoleh uang muka dari klien setelah escrow account ditutup, atau dinyatakan lain
dalam surat perjanjian kontrak. Besarnya uang muka pun tergantung dari kesepakatan
yang ditentukan oleh kedua pihak yang umumnya sebesar 20% dari total harga
borongan/nilai kontrak. Sebagai contoh dari salah satu kontrak yang pernah dijalankan
perusahaan, besarnya nilai proyek adalah Rp 239.344.320.309, maka perusahaan akan
menerima uang mukanya sebesar Rp 47.868.864.062. Dan pada saat penerimaan uang
muka tersebut, sistem perusahaan akan mencatat ayat jurnal kurang lebih seperti berikut
ini:
Dr. Cash Project Rp 47.868.864.062
Cr. Work Advance Payment Debt Rp 47.8688.864.062
Perlu juga diperhatikan sebelumnya bahwa perusahaan dalam pelaksanaan pencatatan
keseluruhan transaksi akuntansinya telah berbasis sistem terkomputerisasi dengan
software yang bernama ‘V-Act Accounting System’.
Penerimaan uang muka diatas pun akan dicatat sebagai kewajiban yang nantinya
akan ada pemberian kembali uang muka dari perusahaan kepada klien yang
dilaksanakan berangsur-angsur secara proporsional berdasarkan kemajuan pekerjaan
yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Pengembalian uang muka ini pun dilakukan
dengan mengurangi total pembayaran yang dilakukan oleh klien kepada perusahaan per
periode sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai. Dalam hal pengajuan
penagihan kepada klien adalah berdasarkan kepada ketentuan yang telah disepakati
dalam surat perjanjian kontrak dimana tingkat penagihan dapat dinyatakan dalam
53
persentase kemajuan pekerjaan yang biasanya sekurang-kurangnya 2% dalam per
periode penagihan.
Dalam sebuah pembangunan proyek tentunya dibutuhkan jasa – jasa penunjang
dari kegiatan utamanya yang tidak semua bisa dilakukan oleh main contractor, seperti
misalnya dalam pembangunan kilang minyak, diperlukan juga jasa kelistrikan,
penggunaan alat-alat berat, piping (instalasi pipa-pipa), dll. Maka direkrutlah para sub-
kontraktor yang dapat memberikan jasa-jasa seperti tersebut diatas untuk menunjang
kegiatan pembangunan utama yang biasanya juga diadakan melalui sistem tender
ataupun perjanjian kesepakatan kerjasama antara main contractor (PT. IKPT) dengan
para sub-kontraktor. Ataupun dalam bentuk konsorsium yaitu kerjasama dua atau lebih
pihak kontraktor dalam menjalani satu kontrak proyek secara bersama.
Setelah adanya kesepakatan dengan klien atas kontrak tersebut dan juga
perjanjian kerjasama dengan sub-kontraktor, maka dimulailah proses konstruksi di
lapangan dengan proses awalnya yaitu pengadaan bahan baku kebutuhan proyek. Namun
dalam hal studi kasus PT. IKPT ini yang tergolong kepada EPC (Engineering,
Procurement, and Construction) contractor, maka proses awal yang biasa dilakukan
dalam sebuah proyek utamanya yaitu proses perancangan desain konstruksi dan
rekayasa (engineering). Dalam tahap proses ini, pekerjaan belum dilakukan langsung di
lapangan sehingga pembangunan di lapangan masih nol tetapi sudah dapat dinyatakan
sebagai progres proyek karena pelaksanaan pekerjaan sudah berjalan. Baru setelah tahap
ini selesai, maka perusahaan melakukan pengadaan barang-barang kebutuhan konstruksi
(procurement) yang kemudian diikuti oleh kegiatan pembangunan di lapangan
(construction).
54
IV.2 Metode Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Perusahaan konstruksi pada umumnya tidak selalu menunggu sampai pekerjaan
selesai dilaksanakan, melainkan dapat diakui dan ditagih sesuai dengan tingkat
kemajuan pekerjaan (percentage of completion) yang dapat dihitung pada tiap akhir
periode penagihan, yang sebelumnya sudah ditentukan dalam surat perjanjian.
PT. IKPT dalam hal metode pencatatannya lebih mengedepankan kepada
pendekatan biaya (cost approach), yang artinya proses penagihan klaim terhadap klien
disesuaikan dengan jumlah biaya yang terjadi pada tiap periode akhir bulan, melalui
proses pengaitan atau penandingan, yang menghubungkan beban pada pendapatan. Total
biaya yang terakumulasi pada akhir periode tersebut yang kemudian dijadikan dasar
penyesuaian bagi total pendapatan yang dapat diakui agar seimbang dan sesuai dengan
perbandingan estimasi budget yang telah ditentukan pada awal masa proyek mulai
berjalan. Hal ini dilakukan dikarenakan lebih mudah dengan metode ini untuk
melakukan penyesuaian dan mengontrol biaya-biaya dimana dalam EPC hasil progres
fisik tidaklah sama dengan progres yang ditagihkan berdasarkan dari kemajuan
pekerjaan tersebut. Apabila dalam hal ini perusahaan EPC menggunakan pendekatan
pendapatan (revenue approach), seperti yang dilakukan oleh perusahaan civil
contractor, maka proses pengaitan atau penandingan bukan lagi pada biaya terhadap
pendapatan, melainkan sebaliknya, pendapatan terhadap biaya. Akibatnya, perusahaan
EPC harus dapat merinci selisih biaya yang timbul akibat penyesuaian biaya kepada
pendapatan.
55
Perincian selisih biaya dari revenue approach ini menjadi sulit dilaksanakan oleh
perusahaan EPC karena tidak semua biaya yang timbul dapat dilihat fisik kemajuannya
di lapangan, hal inilah yang justru nantinya bisa menjadi peluang kecurangan / kolusi
internal pada bagian Cost Control Division. Sebagai contoh, dalam transaksi kontraktor
EPC, penerbitan / pengajuan PO (Purchase Order) dapat dikatakan sebagai progres
apabila Milestone (tahapan pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan kewajiban
perusahaan) masih dalam tahapan Engineering (rekayasa), sedangkan hasil / bentuk
fisiknya belum ada di lapangan.
IV.2.1 Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Untuk lebih memahami secara jelas mengenai proses cost approach ini, maka
penulis sajikan ilustrasi proses pencatatan keuangan perusahaan mengenai bagaimana
perusahaan mengakui biaya dan pendapatan proyek pada tiap termin, berdasarkan dari
hasil wawancara dan penelitian langsung pada perusahaan agar lebih mudah.
Pada awal sebelum pelaksanaan pekerjaan, perusahaan tentunya perlu
menentukan besaran perencanaan budget / estimasi biaya serta pendapatan dari sebuah
proyek, sebagai acuan / arahan bagi setiap kegiatan perusahaan agar lebih terkontrol dan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Total budget biaya dan
pendapatan yang dibuat selanjutnya akan dijadikan acuan perbandingan bagi proses
pengaitan biaya pada tiap pencatatan transaksi yang dibuat oleh perusahaan. Sebagai
contoh, perusahaan menentukan budget / estimasinya pada awal proyek adalah sebagai
berikut:
56
• Cost Budget = US$ 8,000
• Revenue Budget = US$ 10,000
Pada saat telah terjadi transaksi atas progres pekerjaan, perusahaan akan
mencatat pada sistem dengan jurnal biayanya seperti berikut:
Dr. Gross Amount due from $ 1,200
Cr. Account Payable $ 1,200
Dr. Gross Amount due from $ 725
Cr. Account Payable $ 725
Tiap adanya transaksi yang terjadi maka sistem akan mencatat jurnal seperti diatas yang
berkaitan dengan pengeluaran biaya bagi perusahaan. Adapun untuk transaksi yang
berkaitan dengan jurnal pendapatan selama masa termin, sebagai contoh perusahaan
akan mencatat jurnal seperti berikut:
Dr. Account Receivable $ 2,500
Cr. Gross Amount due to $ 2,500
Lalu pada akhir bulan / termin penagihan, sistem akan mencatat jurnal hasil total dari
seluruh transaksi yang diakui sebagai ‘biaya yang terjadi sampai saat ini’ dengan
mengkredit jurnal Gross Amount due to Client dan mengakui tagihan menjadi biaya.
Dr. Cost $ 1,925
Cr. Gross Amount due from $ 1,925
( $1,200 + $725 = $1,925 )
Saat jurnal diatas tercatat, perusahaan berarti dapat mengakui biaya dan menagihkannya
kepada klien jika dan hanya jika progres kemajuan pekerjaan pada saat masa
penagihan ini telah mencapai tingkat kesepakatan minimum dari kontrak perjanjian,
57
yaitu yang sekurang-kurangnya 2%. Apabila pada saat termin kemajuan pekerjaan tidak
mencapai batas minimum untuk penagihan, maka perusahaan tidak dapat melakukan
penagihan atas biaya yang terjadi kepada klien atau dianggap nol, tetapi perusahaan
tetap mencatat biayanya sebesar yang telah terjadi pada saat itu pada jurnal.
Pada saat jurnal biaya diatas telah tercatat, maka sistem secara otomatis akan
men-generate jurnal hasil proses pengaitan biaya terhadap pendapatan dengan
perbandingan yang sama dengan ketentuan budget awal. Sehingga total pendapatan yang
boleh diakui pada akhir termin bukanlah sejumlah $ 2,500, melainkan $ 2,406.25 seperti
yang dapat ditunjukkan pada jurnal berikut ini:
Dr. Gross Amount due to $ 2,406.25
Cr. Project Revenue $ 2,406.25
Ket: Perbandingan budget = 8,000 (cost) : 10,000 (revenue) = 4 : 5
Penghitungan proses pengaitan biaya terhadap pendapatan
� 4 : 5 = 1,925 : x
� 9,625 = 4x
� 2,406.25 = x
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa besarnya pendapatan yang boleh
diakui oleh perusahaan pada saat masa penagihan / akhir termin ditentukan berdasarkan
proses pengaitan biaya terhadap pendapatan dimana pendapatan menyesuaikan dari
besarnya total biaya yang terjadi dengan dasar perbandingan pada budget / estimasi awal
biaya dan pendapatan (4 : 5). Selisih $ 93.75 yang belum dapat diakui sebagai
pendapatan akan terakumulasi pada termin berikutnya untuk menutupi apabila ada
58
kerugian pada periode berjalan, atau apabila besarnya pendapatan yang boleh diakui
sudah sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang telah terjadi.
Apabila dalam masa berjalan terjadi revisi estimasi biaya ataupun pendapatan,
karena perusahaan menggunakan komputerisasi akuntansi, maka perusahaan cukup
mengubah pada ketentuan estimasinya yang terintegrasi pada akun biaya sehingga
sistem akan secara otomatis men-generate perubahan tersebut kepada jurnal-jurnal
lainnya yang berpengaruh secara otomatis.
Adapun pada saat kemajuan pekerjaan telah mencapai 100%, maka perusahaan
tidak perlu lagi untuk membuat jurnal penutup terhadap akun Gross Amount. Karena
pada akhir masa kontrak perusahaan akan ‘memaksa’ kedua akun Gross Amount due to
dan Gross Amount due from menjadi nol atau habis. Pada metode ini, akun Gross
Amount due from akan selalu nol pada tiap periode penagihan karena perusahaan akan
selalu mengkredit akun Gross Amount due from untuk mengakui total keseluruhan dari
biaya yang terjadi. Sedangkan pada akun Gross Amount due to, perusahaan akan
mengakui seluruh sisa akun ini sehingga menjadi nol karena ketika pekerjaan telah
selesai, perusahaan tidak perlu lagi untuk menunda pengakuan pendapatan dari selisih
yang terjadi pada kolom jurnal pendapatan. Dalam arti, perusahaan boleh mengakui
seluruh pendapatan yang tadinya belum dapat diakui karena kontrak proyek telah
dinyatakan selesai.
IV.2.2 Pendekatan Pendapatan (Revenue Approach)
59
Pendekatan ini lebih mudah dan lebih cocok diterapkan pada industri konstruksi
civil engineering (pembangunan), dimana kegiatan konstruksi lebih berfokus kepada
kemajuan fisik di lapangan yang dapat dinilai dan dibuktikan dengan besarnya laporan
penggunaan biaya per termin dan juga agar proses pengakuan pendapatan dapat diakui
dengan mudah sesuai dari kemajuan pekerjaan. Walaupun pada prakteknya tidaklah
suatu metode kemudian cocok untuk suatu bidang tertentu, tetapi kembali lagi kepada
kemudahan pada penerapannya yang sesuai dengan iklim kerja perusahaan tersebut.
Membahas mengenai metode ini pada industri konstruksi EPC, pendekatan ini
cukup sulit dan riskan dalam pengakuannya yang terkadang kemajuan yang ditagihkan
bisa saja tidak sesuai dengan kemajuan fisiknya. Secara pencatatan dan penghitungan
tidaklah berbeda dengan pendekatan biaya karena keduanya pun diukur sesuai dengan
kemajuan pekerjaan yang terjadi per termin. Perbedaan adalah pada proses pengaitan /
penandingan langsung, yang terjadi justru pada pendapatan terhadap biaya.
Agar lebih mudah pemahamannya maka disajikan ilustrasi berikut, estimasi /
budget proyek yang ditentukan sama, maka pencatatan yang dilakukan perusahaan atas
jurnal biaya dan pendapatan kurang lebih sebagai berikut:
Dr. Gross Amount due from $ 1,200
Cr. Account Payable $ 1,200
Dr. Account Receivables $ 2,000
Cr. Gross Amount due to $ 2,000
Dr. Bond Receivables $ 500
Cr. Gross Amount due to $ 500
60
Lalu pada masa penagihan (termin), perusahaan akan menginput terlebih dahulu hasil
akumulasi pendapatan yang dapat diakui sebesar $2,500, yaitu hasil total keseluruhan
dari jurnal-jurnal pendapatan yang boleh diakui.
Dr. Gross Amount due to $ 2,500
Cr. Revenue $ 2,500
( $2,000 + $500 = $2,500 )
Secara otomatis sistem kemudian akan membuat jurnal proses pengaitan terhadap biaya
yang tentunya sesuai dengan perbandingan antara estimasi / budget biaya dan
pendapatan proyek (4 : 5), seperti berikut:
Dr. Cost $ 2,000
Cr. Gross Amount due toClient $ 2,000
Ket: Penghitungan proses pengaitan pendapatan terhadap biaya
� 4 : 5 = x : 2,500
� 10,000 = 5x
� 2,000 = x
Maka munculah selisih dalam biaya tersebut sebesar $ 800 ( $2,000 - $1,200 ), dimana
selisih biaya tersebutlah yang harus dipertanggung jawabkan kepada pihak pemberi
kerja atas pemakaian untuk apa saja dan juga kesesuaiannya dengan kemajuan fisik di
lapangan.
IV.2.3 Perbedaan dan Pengaruh Antara Metode Pendekatan Biaya dan
Pendapatan Terhadap Akuntabilitas Pencatatan
61
Perbedaan atas kedua metode sebelumnya hanyalah pada bagaimana perusahaan
mengkaitkan proses penyesuaian jurnal di akhir periode penagihan yang mengacu
kepada perbandingan estimasi proyek, apakah biaya terhadap pendapatan dimana jumlah
penentuan pendapatan yang boleh diakuinya mengacu kepada seberapa besar biaya total
yang terjadi dengan proses pengaitan, ataukah pendapatan terhadap biaya dimana jumlah
penentuan biaya yang terjadi yang boleh diakuinya mengacu kepada besarnya jumlah
pendapatan. Selebihnya dalam hal penghitungan dan pencatatannya adalah sama. Hal
tersebut terjadi hanyalah sebagai opsi perusahaan terhadap pendekatan mana yang
memudahkan dalam proses penagihan dan pencatatannya. Karena pada dasarnya yang
akan dihasilkan dari kedua metode tersebut adalah tidak jauh berbeda dan sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur.
Dalam cost approach, selisih terjadi pada pendapatan dimana selisih tersebut
adalah jumlah pendapatan yang belum boleh diakui untuk termin saat ini. Dalam contoh
ilustrasi diatas, pendapatan sebesar $93.75 belum dapat diakui sebagai pendapatan untuk
saat ini. Perusahaan hanya boleh mengakui pendapatannya sebesar $2,406.25 sesuai
dengan hasil dari penghitungan cost-to-cost yang didapat dan juga proses pengaitan
langsung biaya terhadap pendapatan. Sehingga biaya yang diakui adalah biaya yang
benar-benar dikeluarkan pada saat pekerjaan sesuai dengan kemajuan pekerjaan.
Pada revenue approach, selisih terjadi pada kolom biaya, dimana biaya yang
dapat diakui pada akhir termin tertentu tidaklah sama dengan total biaya yang terjadi
dalam kolom jurnal pencatatan biaya. Dalam contoh ilustrasi diatas, perusahaan harus
mengakui beban biaya untuk penagihan kepada klien sebesar $2,000 dimana besarannya
melebihi dari kolom jurnal pencatatan biaya yang sebesar $1,200. Maka perusahaan
62
melalui divisi khusus pengelolaan biaya perlu membuat perincian tanggung jawab atas
lebihan pengakuan biaya sebesar $800 tersebut, atas apa saja pembiayaan telah
dilakukan dengan merinci biaya tersebut sesuai dengan kemajuan fisik di lapangan.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa dari kedua metode tersebut
ada beberapa kesamaan dan sedikit perbedaan, yaitu dalam hal proses pengkaitannya.
Terlepas dari perbedaannya itu, kedua metode ini pada dasarnya memiliki konsep
pengakuan yang sama dan juga proses pencatatan yang sama, sehingga tidaklah terlalu
banyak berpengaruh terhadap akuntabilitas yang satu dengan metode lainnya, karena
yang akan dihasilkan tidak akan jauh berbeda diantara keduanya.
Keputusan dalam penerapan metode-metode ini disesuaikan kembali terhadap
lingkup kerja perusahaan yang lebih sesuai dan lebih mudah. Pada perusahaan EPC,
metode pendekatan biaya lebih tepat digunakan karena biaya yang diakui disesuaikan
dengan biaya yang benar-benar terjadi dalam proses kemajuan proyek dimana pada
tahapan kerjanya terdapat proses rekayasa (engineering) yang pelaksanaan biaya-biaya
di dalamnya belum terkait kepada kemajuan fisik proyek. Sehingga apabila pada EPC
diterapkan metode pendekatan pendapatan, maka selisih yang terjadi di kolom biaya tadi
harus dirinci kembali oleh perusahaan dan pula harus dibuktikan secara kemajuan fisik
sebagai bentuk tanggung jawab dari selisih biaya yang diakui tersebut, sedangkan dalam
EPC ada tahapan non-fisik yang juga harus dilalui dan tetap dianggap sebagai suatu
kemajuan proyek. Hal itulah yang menjadi kesulitan tersendiri apabila revenue approach
diterapkan dalam perusahaan EPC. Selain itu kelemahan tersebut juga dapat
dimanfaatkan menjadi celah kecurangan seperti adanya pengadaan dan pencatatan biaya
fiktif, dan lain-lain.
63
IV.3 Metode Akuntansi dan Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan
Metode pencatatan akuntansi yang diterapkan perusahaan adalah dengan
‘Accrual Basis System’, yang dengan metode ini maka tiap transaksi dan kejadian
akuntansi yang terjadi akan langsung dicatat , tidak pada saat pembayaran terjadi. Biaya
atau beban yang muncul akan langsung dicatat pada periode yang sama walaupun
pembayaran baru dilakukan pada periode berikutnya ataupun sebelumnya. Begitupun
pada income event yang terjadi, akan dicatat pada saat terjadi. Maka dengan demikian
dalam neraca akan muncul akun prepaid expense dan prepaid income.
Penyajian laporan keuangan perusahaan terdiri dari tiga: Balance Sheet, Income
Statement, dan Cash Flow Statement. Struktur dari Neraca dilaporkan atas ‘Liquidity
Preference’, dimana penyusunan akun dan baris grup neraca diurutkan berdasarkan akun
yang bersifat likuid terdahulu. Pada Laporan Laba Rugi, perusahaan menyusun atas
dasar kepada Job Costing Method, yaitu dengan mengidentifikasi biaya yang terjadi per
pekerjaan dikarenakan beragamnya pekerjaan (proyek) yang berlangsung dalam satu
waktu, sehingga dapat dikatakan bahwa ‘produk’ yang ditangani adalah berbeda-beda.
Terdapat dua jenis Laporan Laba Rugi yang dilaporkan perusahaan, yaitu
Laporan Laba Rugi Proyek dan Laporan Laba Rugi Perusahaan (konsolidasi). Yang
membedakannya adalah ruang lingkupnya. Laporan Laba Rugi Proyek dilaporkan setiap
bulan dalam masa periode akuntansi (1 Januari s/d 31 Desember) dengan merinci dan
64
melaporkan beban dan pendapatan yang diakui perusahaan pada satu proyek spesifik
tertentu. Hasil konsolidasi dari Laporan Laba Rugi Proyek kemudian dilaporkan menjadi
Laporan Laba Rugi Perusahaan yang dirilis pada tiap akhir masa periode akuntansi
(contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan pada lampiran L6-L7).
Dalam halnya neraca, perusahaan melaporkan yang disebut Neraca Konsolidasi
pada tiap akhir periode akuntansi (contoh pada lampiran L4-L5) dengan menampikan
kolom komparatif dengan tahun sebelumnya. Informasi yang disajikan di neraca antara
lain posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaannya untuk memperoleh
kekayaan perusahaan tersebut dalam masa tahunan.
IV.4 Kesesuaian Metode yang Digunakan dengan PSAK 34 (Revisi 2010)
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya pada Bab II, bahwa PSAK No. 34
mengatur mengenai pengakuan pendapatan dan biaya pada suatu kontrak konstruksi
jangka panjang yang cenderung kepada metode pencatatan dengan metode persentase
penyelesaian (percentage completion method). Persentase penyelesaian mengakui
pendapatan dengan memperhatikan tahap penyelesaian pekerjaan pada titik tertentu yang
telah disepakati bersama. Bahwa perusahaan harus menggunakan metode ini saat
kebijakan dan sifat kontrak perusahaan melakukan estimasi ke arah penyelesaian serta
pendapatan dan biaya dapat di estimasi secara andal, kecuali ada kondisi yang tidak
terpenuhi yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab II. Maka perusahaan (PT. IKPT)
telah benar dan sesuai dengan apa yang telah diatur oleh PSAK No. 34 dalam
penggunaan metodenya (percentage completion method).
65
`Adapun mengenai metode metode pengakuan pendapatan dan biaya yang
diterapkan perusahaan telah sesuai dengan apa yang diterangkan dalam PSAK No. 34
tersebut. Secara konseptual telah dijelaskan bahwa pengakuan pendapatan dapat diakui
apabila telah memenuhi kualitas keterukuran, dimana perusahaan dapat mengukur dan
menilai seberapa banyak pendapatan yang boleh diakui oleh perusahaan dengan
mengacu kembali kepada persentase penyelesaian yang terkait terhadap biaya, dengan
metode pendekatan biaya (cost approach). Dan juga apabila memenuhi kualitas
keterandalan yang dalam perusahaan terkait dengan besaran hasil pendapatan yang boleh
diakui terjadi saat ini didapatkan dari hasil perhitungan dengan perhitungan cost-to-cost
ataupun dengan kata lain proses pengaitan terhadap biaya dalam halnya yang dilakukan
PT. IKPT ini, yang dapat diuji kebenarannya atas kemajuan yang sebenarnya terjadi.
Juga dalam kriteria pengakuan biaya yang telah disinggung sebelumnya, bahwa
‘beban diakui dalam laporan rugi laba atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh’, yang dalam kriteria proses
pengakuannya menurut Stice (2004:235) salah satunya adalah dengan proses pengaitan
langsung, yaitu pada pos pendapatan melalui metode pendekatan biaya. Sebagai
tambahan, menurut keterangan dari pihak PT. IKPT disebutkan bahwa tidak terjadi
pengaruh yang signifikan atas hadirnya revisi 2010 dari PSAK No.34 dari revisi
sebelumnya (1994)