Upload
zulmakrofag
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
1/20
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mutu Hasil Pemeriksaan Laboratorium
1. Mutu Pemeriksaan Laboratorium
Dalam upaya mencapai tujuan laboratorium klinik, yakni
tercapainya pemeriksaan yang bermutu, diperlukan strategi dan
perencanaan manajemen mutu. Salah satu pendekatan mutu yang
digunakan adalah Quality Management Science (QMS) yang
memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q. (Sukorini
dkk, 2010).
Westgard (2000) menyatakan Five-Q meliputi :
1. Quality Planning (QP)
Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di
laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen,
bahan, alat, sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki
laboratorium.
2. Quality Laboratory Practice (QLP)
Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan
acuan setiap pemeriksaan laboratorium. Standar acuan ini digunakan
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
2/20
6
untuk menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang akan
mempengaruhi mutu pemeriksaan.
3. Quality Control (QC)
Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen.
QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan
membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality .control adalah
bagian dari quality assurance, dimana quality assurance merupakan
bagian dari total quality manajement
4. Quality Assurance (QA)
Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium: pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan
keseluruhan input-proses-output/outcome, dan menjamin pelayanan
dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA
adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima
secara konsisten, jadi lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan
terjadi (antisipasi error).
5. Quality Improvement (QI)
Dengan melakukan QI, penyimpangan yang mungkin terjadi akan
dapat dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung
yang diketahui dari quality control dan quality assessment. Masalah
yang telah dipecahkan, hasilnya akan digunakan sebagai dasar proses
quality planning dan quality process laboratory berikutnya
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
3/20
7
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung
setiap saat dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan
efisien. Ini penting dalam semua tahap proses, mulai dari penerimaan
sampel hingga pelaporan hasil uji (Depkes, 1997).
Pemantapan Mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan
yang bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu merupakan suatu upaya
untuk meminimalkan atau pencegahan kesalahan semaksimal mungkin
mulai dari kesalahan pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes,
1997).
Perhatian utama untuk mutu laboratorium klinik adalah akurasi,
kebenaran data, dan tepat waktu, karakteristik yang lainnya tetap penting
untuk diperhatikan dan dilaksanakan (Hendrayana, 2007). Menurut Hadi
(2000) dalam kaitannya dengan mutu laboratorium data hasil uji analisa
laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji tersebut
dapat memuaskan pelanggan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
teknis sehingga ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai, dan
data tersebut harus terdokomentasi dengan baik sehingga dapat
dipertahankan secara ilmiah.
Kegiatan pemantapan mutu meliputi komponen-komponen :(1)
Pemantapan mutu Eksternal;(2) Pemantapan mutu internal; (3)
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
4/20
8
Verifikasi; (4) Audit; (5) Validasi hasil; (6) Pendidikan dan latihan
(Depkes, 2004)
2. Pemantapan mutu laboratorium
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan mencakup semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium pada saat yang tepat, dari spesimen yang tepat
dan diinterpretasikan secara tepat berdasarkan rujukan data yang tepat
pula. Kegunaan dari pemantapan mutu oleh laboratorium adalah :
a. Meningkatkan kualitas laboratorium.
b. Meningkatkan moral dalam kehidupan karyawan laboratorium
(kemantapan pemberian hasil, kesadaran akan usaha yang telah
dilakukan, serta prestice yang diberikan kepadanya).
c. Merupakan suatu metoda pengawasan (kontrol) yang efektif dilihat
dari fungsi manajerial.
d. Melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh
pengguna (konsumen) laboratorium karena sering tidak sesuai dengan
gejala klinis.
e. Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil
sehingga tidak perlu ada “ duplo “.
Secara umum pemantapan mutu terbagi atas, yaitu Pemantapan
mutu eksternal (PME) dan Pemantapan mutu Internal (PMI).
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
5/20
9
i. Pemantapan Mutu Eksternal adalah Suatu sistem pengontrolan
yang dilaksanakan oleh pihak lain yang umumnya adalah pihak
pengawas pemerintah atau profesi.
ii. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.
Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses yaitu : pra analitik,
analitik, dan pasca analitik.(Riffani, 2010)
a. Tahap pra analitik
Kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa
untuk analitik oleh sebuah metode/instrumen tertentu. Mencakup
persiapan pasien , pengambilan dan penampungan spesiemn,
penanganan specimen, pengiriman spesiemn, pengolahan dan
penyimpanan specimen.
b. Tahap analitik
Kesalahan terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan
kesalahan acak atau kesalahan sistematis mencakup
pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, uji ketepatan
dana ketelitian
c. Tahap pasca analitik
Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan
proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
6/20
10
penulisan, yang meliputi :1) Perhitungan, 2) Cara menilai, 3)
Ketata usahaan 4) Penanganan informasi (Kahar, 2005).
Tujuan pemantapan mutu internal adalah:
1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil
yang salah tidak terjadi dan perbaikan kesalahan dapat
dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan
spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui
sumbernya.
5) Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan
mutu pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2004 : 67).
Setiap tindakan dapat merupakan sumber kesalahan dalam
pemeriksaan laborat. Dalam melakukan pemantapan mutu terhadap
suatu pemeriksaan tidak begitu saja dapat diinterprestasi hanya dari
hasil pemeriksaan tetapi harus dinilai secara keseluruhan pemantapan
dalam proses pemeriksaanlaborat yang meliputi berbagai jenis
aktifitas dalam laboratorium seperti; (1) persiapan penderita,(2)
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
7/20
11
pengambilan bahan atau sampel ,(3)penanganan sampel, (4)
pengiriman sampel, (5) pemeriksaan, (6), penilaian atau interpretasi
hasil, (6) pencatatan hasil.
B. Ketepatan dan Ketelitian
1. Akurasi / Ketepatan
Akurasi adalah kemampuan untuk mengukur dengan tepat sesuai dengan
nilai yang benar (true value). Secara kuantitatif, akurasi diekspresikan
dalam ukuran inakurasi. Inakurasi alat dapat diukur dengan melakukan
pengukuran terhadap bahan kontrol yang telah diketahui kadarnya.
Perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan nilai target
bahan kontrol merupakan indikator inakurasi pemeriksaan yang
dilakukan. Perbedaan ini disebut sebagai bias dan dinyatakan dalam
satuan persen. Semakin kecil bias, semakin tinggi akurasi pemeriksaan.
Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak, sistematik dan keduaduanya (total). Nilai
akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang
telah ditentukan oleh metode standar. Akurasi dapat dinilai dari hasil
pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%)
seperti berikut: d % = (x – NA) / NA
Keterangan :
x = hasil pemeriksaan bahan kontrol
NA= nilai aktual / sebenarnya dari bahan kontrol
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
8/20
12
Nilai d % dapat positif atau negative.
Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.
Nilai negative menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya
(Depkes, 2004):
2. Presisi (ketelitian)
Presisi adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada
setiap pengulangan pemeriksaan. Secara kuantitatif, presisi disajikan
dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam ukuran koefisien
variasi. Presisi terkait dengan reproduksibilitas suatu pemeriksaan. Dalam
praktek sehari-hari kadang-kadang klinisi meminta suatu pemeriksaan
diulang karena tidak yakin dengan hasilnya. dimiliki memiliki presisi
yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap sampel yang sama akan
memberikan hasil yang tidak jauh berbeda (Sukorini dkk, 2010). Presisi
biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (% KV atau % CV).
Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai impresisi
(ketidaktelitian) Semakin kecil % KV semakin teliti sistem/metode
tersebut dan sebaliknya. (Westgard,2010). Makin besar SD dan CV
makin tidak teliti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian
yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume / kadar bahan yang diperiksa,
waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa (Musyaffa, 2010).
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
9/20
13
3. Jenis Kesalahan
Kontrol kualitas bertujuan mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium.
Kesalahan analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan
acak (random error) dan kesalahan sistematik (systematic error).
Kesalahan acak menandakan tingkat presisi, sementara kesalahan
sistematik menandakan tingkat akurasi suatu metode atau alat (Sukorini
dkk, 2010).
1) Kesalahan acak
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:
instrumen yang tidak stabil, variasi temperature, variasi reagen dan
kalibrasi, variasi teknik prosedur pemeriksaan (pipetasi,
pencampuran, waktu inkubasi), variasi operator/analis.
2) Kesalahan sistematik
Kesalahan sistematik umumnya disebabkan hal-hal sebagai berikut:
spesifitas reagen/metode pemeriksaan rendah (mutu reagen), blanko
sampel dan blanko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak linear),
mutu reagen kalibrasi kurang baik, alat bantu (pipet) yang kurang
akurat, panjang gelombang yang dipakai, salah cara melarutkan
reagen.
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
10/20
14
4. Dasar Statistik yang berkaitan dengan Ketepatan dan Ketelitian
1) Rerata
Rerata adalah hasil pembagian jumlah nilai hasil pemeriksaan dengan
jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rerata biasa digunakan sebagai
nilai target dari kontrol kualitas yang dilakukan, rumus rerata adalah
:Xഥ =
∑ଡ଼
୬
Keterangan :
X : rerata
∑x : jumlah nilai hasil pemeriksaan
n : jumlah pemeriksaan yang dilakukan
National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS)
merekomendasikan setiap laboratorium untuk menetapkan sendiri
nilai target suatu bahan kontrol dengan melakukan setidaknya 20 kali
pengulangan (Biorad dalam Sukorini, 2010).
2) Rentang
Rentang merupakan penyebaran antara nilai pemeriksaan terendah
hingga tertinggi. Rentang memberikan batas nilai bawah dan batas
atas suatu rangkaian data. Dengan demikian rentang dapat menjadi
ukuran paling sederhana untuk melihat menilai sebaran data, namun
rentang tidak dapat menggambarkan bentuk distribusi atau tendensi
terpusat data yang kita miliki.
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
11/20
15
3) Simpangan baku
Simpangan baku mengkuantifikasikan derajat penyebaran data hasil
pemeriksaan disekitar rerata. Simpangan baku dapat digunakan untuk
menggambarkan bentuk distribusi data yang kita miliki. Dengan
menggunakan nilai rerata sebagai nilai target dan simpangan baku
sebagai ukuran sebaran data, kita akan menentukan rentang nilai yang
dapat diterima dalam praktek kontrol kualitas.
4) Distribusi Gaussian
Dalam menterjemahkan sebaran data pada praktek kontrol kualitas,
harus dipahami adanya bentuk distribusi normal atau Distribusi
Gausian (Gaussian distribution). Bentuk distribusi Gaussian
menggambarkan bahwa ketika melakukan pengulangan pemeriksaan,
tidak akan diperoleh hasil yang sama persis, hasilnya berbeda-beda
dan sifatnya acak. Data hasil pengulangan tersebut apabila
dikelompokkan akan membentuk suatu kurva simetris dengan satu
puncak yang nilai tengahnya merupakan rerata dari data tersebut.
5) Koefisiensi Variasi
Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat
relative dan dinyatakan dalam persen. Koefisien variasi dikenal juga
sebagai related standard deviation yang dapat dihitung dari nilai
rerata dan simpangan baku.Koefisien variasi menggambarkan
perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali dilakukan pengulangan
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
12/20
16
pemeriksaan pada sampel yang sama. Koefisien variasi juga dapat
digunakan untuk membandingkan kinerja metode, alat maupun
pemeriksaan yang berbeda (Sukorini dkk, 2010)
6) Grafik Levey-jennings
Grafik Levey-jennings merupakan penyempurnaan dari grafik kontrol
Shewhart yang diperkenalkan Walter A. Shewhart pada tahun 1931.
Pada kedua jenis grafik kontrol tersebut akan ditemui nilai rerata dan
batas-batas nilai yang dapat diterima. Batas-batas tersebut
menggunakan kelipatan dari simpangan baku.
a. Aturan 12S
Aturan ini merupakan aturan peringatan. Aturan ini menyatakan
bahwa apabila satu nilai kontrol berada diluar batas 2SD, tapi dalam
batas 3SD, harus mulai waspada. Ini merupakan peringatan akan
kemungkinan adanya masalah pada instrument atau malfungsi
metode.
b. Aturan 13s
Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai kontrol berada
di luar batas 3 SD, maka instrument harus dievaluasi dari adanya
keslahan acak.
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
13/20
17
c. Aturan 22S
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Kontrol dinyatakan
keluar apabila dua nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar
batas 2SD.
d. Aturan R4S
Aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita menggunakan dua
level kontrol
e. Aturan 41S
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat
digunakan pada satu level kontrol saja maupun pada lebih dari satu
level kontrol.
f. Aturan 10x
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada
level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di
satu sisi yang sama terhadap rerata
C. Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit, Hematokrit
Hitung darah lengkap (HDL) atau darah perifer lengkap atau DPL
(complete blood count/full blood count/blood panel ) adalah jenis pemeriksan
yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes
laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes
skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi,
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
14/20
18
dan banyak penyakit lainnya. HDL memeriksa jenis sel dalam darah,
termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet).
Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi: Jumlah sel darah
putih (leukosit), Jumlah sel darah merah (eritrosit), Hemoglobin (Hb),
Hematokrit (Ht),Indeks eritrosit,, jumlah dan volume trombosit.
1. ERITROSIT atau RBC (Red Blood Cell )
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti yang
berumur ± 120 hari dengan proses pematangan sel darah merah 1 minggu
dan tidak mempunyai organel. dan ribosom.Normal SDM :5.000.000.000
sel/ml darah. Bentuk eritrosit adalah 1) Lempeng berkonkraf , fungsinya
adalah menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi O2
menembus membrane dari pada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan
volume yang sama. 2) Tebalnya 1 cm bagian tengah dan tepi luar 2 cm
funsinya memeungkin O2 berdifusi lebih cepat antara bagian paling
dalam sel dengan ekteriumnya. 3) Garis depannya 8cm, fungsinya agar
mampu mengalami deformasi saat mereka menyelinap satu persatu
melalui kapiler. (wadhy:2010). Fungsi ini dapat diukur melalui tiga
macam tes.
i. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang
menghitung jumlah total sel darah merah; Hemoglobin (Hb) yaitu
protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
15/20
19
dari paru ke bagian tubuh lainnya; Hematokrit (Ht atau HCT)
yang mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume
darah. Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai
lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh
mengatasi kekurangan oksigen. Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat
rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat
cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia,
kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Nilai Hemoglobin (Hb)
Bayi baru lahir (14,0 – 24,0 gr/dl), Bayi (10,0 – 15,0 gr/dl), Anak-
anak (11,0 – 16,0 gr/dl).
ii. Volume Eritrosit
Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV)
mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil
berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal.
Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau
penyakit kronis. MCV yang besar dapat disebabkan oleh obat
HIV, terutama AZT dan d4T. Ini tidak berbahaya. MCV yang
besar menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel
darah merahnya besar dan berwarna muda.Biasanya hal ini
disebabkan oleh kekurangan asam folat.
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
16/20
20
iii. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
mengukur lebar sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu
mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin.
Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular
hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-
Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration
(MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan
kepekatan hemoglobin. MCH dihitung dengan membagi
hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total.( dr.Abu
Hana,2010)
2. LEUKOSIT atau WBC (White Bl ood Cell )
Dellman dan Brown, 1989 membagi leukosit menjadi dua
golongan, yaitu granulosit dan agranulosit. Fungsi sel darah putih atau
leukosit yaitu menyediakan pertahan yang cepat dan kuat terhadap setiap
bahan infeksius yang mungkin ada
Struktur leukosit (WBC) adalah mempunyai nukeus dan tidak
mempunyai hemoglobin dan merupakn unit yang mobiler dlam sistem
pertahanan tubuh (imunitas) yang mengacu pada kemampuan tubuh
untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Nilai
leukosit normal pada dewasa adalah 4500-10000 sel/mm3.
Nilai normal
bayi di bawah 1 bulan atau Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
17/20
21
balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3,
ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm.
a) Interpretasi Hasil
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi
bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan leukositosis yaitu Anemia hemolitik, sirosis hati dengan
nekrosis, stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis
berolahraga), keracunan berbagai macam zat.Leukosit rendah (disebut
juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya
dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi
obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik,
arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya .
3. HEMATOKRIT (Ht)
Nilai hematokrit atau PCV ( packed cell volume, PCV ) adalah persentase
volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar
pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode
pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode
makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
18/20
22
a) Nilai Range
Nilai normal Hematokrit anak adalah 33-38%, laki-laki dewasa
adalah40-50%, sedangkan perempuan dewasa adalah 36-44%
b) Interpretasi Hasil
Penurunan Hematokrit, terjadi dengan pasien yang mengalami
kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins,
limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis
hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis
reumatoid , dan ulkus peptikum. Sedangkan Peningkatan Hematokrit,
terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat,
asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek
pembedahan, dan luka bakar.( Fransisca D. Kumala's ,2010)
c) Penyebab kesalahan pemeriksaan adalah 1) Sample darah diambil
setelah terjadi perdarahan ( Hematocrit cenderung tinggi ), 2)
Anticoalugan berlebih, 3) kecepatan & waktu pemusingan ( Macro
30’, Mikro 5-10’) ,4) terlalu lama Vena terbendung
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
19/20
23
D. KERANGKA TEORI
Instansi Laboratoium
swasta atau negeri
Pemantapan Mutulaboratorium
PME PMI
a. Pra Analitik
b. Analitik c. Pasca analitik
Ketepatan dan ketelitian
Manajemen
mutu lab
Mutu
pelayanan lab
Mutu Hasil Laboratorium
8/17/2019 Pemantapan Mutu Lab
20/20
24
E. KERANGKA KONSEP
Hasil Pemeriksaan eritrosit,
Leukosit, hematokritKetepatan dan ketelitian