Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN BENANG OBRAS DALAM PEMBUATAN
LAMPU HIAS PADA SISWA DI KELAS XI IPA 7 SMA
NEGERI 1 PALLANGGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Oleh
DELVIKA DINRI
NIM: 105410046011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Melangkah lah lebih banyak dari orang lain
Lelahlah lebih sering dari orang lain
Sakit dan terhina lah lebih perih dari orang lain
Hingga engkau lelah dan ingin mundur dan mengiklaskan segalanya
maka pertolongan terbaik akan datang dari tuhan
Bahwa dirimu pantas berhasil dan lebih baik dari manusia yang lain
Sebab tuhan tidak akan salah memberikan hasil bagi orang yang berusaha
Sehingga pertolongan terindah ada dibatas keikhlasan. melangkah….
Kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua orang tuaku, kakek dan nenekku, saudaraku,
dan sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung
penulis. Mewujudkan harapan menjadi kenyataan
viii
ABSTRAK
Delvika Dinri2016. Pemanfaatan Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias
pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn
dan Meisar Ashari, S.Pd., M.Sn.
Permasalahan penelitian tersebut yang berjudul Pemanfaatan Benang Obras dalam
Pembuatan Lampu Hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan benang obras dalam
pembuatan lampu hias, untuk mengetahui kualitas lampu hias dengan
menggunakan benang obras, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang
menghambat pemanfaatan benang obras dalam pembuatan lampu hias di kelas XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif, yakni penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala,
fenomena atau peristiwa tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mengetahui proses pemanfaatan benang obras dalam pembuatan lampu hias
pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga, menggunakan teknik
observasi (pengamatan), tes praktik, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian ini dilihat dari pemanfaatan benang obras, dimana pemanfaatan
benang obras yang terjadi kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga terdiri atas
beberapa tahapan penting yaitu siswa memulai menyiapkan bahan dan
peralatan,proses pemberian lem, pengulungan dan pengeringan, tahap ke
selanjutnya adalah pemberian leher (dudukan bola benang), dan selanjutkan
membuat pola karakter dan membentuknya diatas kain flannel serta yang terakhir
adalah membuat dudukan lampu dan finising. Selain itu kualitas lampu hias yang
dihasilkan oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dapat diukur atau
diklasifikasikan berdasarkan aspek penilaian kualitas yaitu aspek ide dan gagasan,
aspek penguasaan teknis, aspek penguasaan bahan, aspek kegunaan, aspek
wujud, kreatifitas serta aspek tempat, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menghambat siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dalam pembuatan
lampu hias dari benang terdapat beberapa faktor yang beragam yang terjadi pada
setiap siswabaik itu faktor penghambat akan ide dan gagasan, penguasaan teknis,
penguasaan bahan, kegunaan, wujud, kretifitas ataupun aspek tempat.
Kata kunci :Lampu hias benang obras
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum, Wr.Wb.
Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah
SWT.yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya pada semua umat
manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari
zaman jahiliyah.
Suka dukamewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini.
Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat
sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan
skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program
Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan judul“Pemanfaatan Benang Obras dalam
Pembuatan Lampu Hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga”.
Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Andi Syukri Syamsuri M. Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
x
3. A. Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn.Ketua Program Studi Pendidikan Seni
Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Muhammad Thahir, S.Pd. Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. A. Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn.. Pembimbing I
6. Meisar Ashari, S.Pd.,M.Sn. Pembimbing II
7. Kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung
langkah kemanjuan ananda.
8. Seluruh mahasiswa Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar yang
telah mendukung kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Program Studi Pendidikan Seni
Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar, Hasniati, Sumanti, Muliati,
Yusrianti, Asnuningsih, Hadijah, Nurdaeni dan yang tidak sempat saya
sebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya serta saran dan
sumbangsinya semoga persaudaraan kita tetap terajut untuk selamanya.
10. Sahabat- sahabat saya Taslim, S,Pd, Harianto, Nurlina, S,Pd, terima kasih
telah memberikan saran dan sumbangsinya dalam penyelesaian skripsi ini.
Segenap kemampuan, tenaga, dan daya fikir telah tercurahkan dalam
merampungkan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namung
kesempurnaanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan, oleh karena itu
penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat
xi
dalam penulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang
sempat membacanya.
Wahai Rab, terimalah segala usaha hamba engkaulah maha mendengar
dan maha mengetahui. Semoga Allah SWT. membalas dengan pahala yang
berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan
tulisan ini.
Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat
Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar,April 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vii
ABSTRAK .................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. RumusanMasalah .............................................................................3
C. Tujuan Penelitian..............................................................................3
D. ManfaatPenelitian.............................................................................4
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ............................ 5
A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................5
1. Pengertian Pemanfaatan .............................................................5
2. Pengertian Benang......................................................................6
3. Pengertian Obras ........................................................................8
4. Pembuatan ..................................................................................8
5. Lampu Hias ................................................................................9
6. Pengertian Proses .......................................................................13
7. Pengertian Faktor dan Menghambat ..........................................13
8. Kualitas.......................................................................................14
B. Kerangka Pikir..................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 20
A. Jenis Penelitian .................................................................................20
B. Lokasi Penelitian ..............................................................................21
C. Subjek Penelitian ..............................................................................21
D. Fokus Penelitian ...............................................................................22
E. Variabel dan Disain Penelitian………………………………….....22
F. Defenisi Oprasional Variabel ...........................................................25
G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................25
H. Teknik Analisis Data ........................................................................27
I. Instrumen Penelitian .........................................................................28
J. Jadwal Penelitian ..............................................................................29
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................30
A. Hasil Penelitian ................................................................................30
1. Pemanfaatan Benang Obras dalam Pembuatan Lampu
Hias…………………………………………………………….30
2. Kualitas Lampu Hias dengan Menggunakan Benang Obras.
....................................................................................................36
3. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Pemanfaatan
Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias ...........................49
4. Pembahasan………………………………………………………..56
1. Pemanfaatan Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias
pada Siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga……...............56
2. Kualitas Lampu Hias dengan Mengguanakan Benang Obras
pada Siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga…...........…..…62
3. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Pemanfaatan
Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias pada Siswa
XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga…………...….....................70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................79
A. Kesimpulan .......................................................................................79
B. Saran ..................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................83
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................89
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Instrumen Penelitian……...........................................................................28
2.2Kriteria penilaian..........................................................................................28
2.1 Jadwal Penelitian……................................................................................29
2.2Penilaian kualitas pembuatan lampu hias kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga …………………………………………………………………..45
3.1Keterangan Gambar......................................................................................49
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1Benang Jahit……..………………………………………….………..6
2.2Benang Obras………….…………………..……………….…….......7
2.3Benang Wol………..……….……………...…………………….…...7
2.4Benang Rajut………………………………………………...….........7
2.5Benang Sulam..……………………………………………………… 7
2.6Lampu hias dari benang obras…………………………………….....11
2.7Lampu hias dari plastik………………..……………….……………..11
2.8Lampu hias batok kelapa……………………….……………………..12
2.9Lampu Hias dari Kayu…………..………………………………........12
3.1Lampu hias dari logam…………………….………………..………..,12
3.2Pemanfaatan Benang Obras………..…..………………………..........31
3.3Bahan dan Alat pembuatan lampu hias benangobras…….…………...32
3.4Proses pemberian Lem, Pengulungan dan Pengeringan..………......... 33
3.5Proses melepaskan balon dari gulungan benangdan pemberian
leher(dudukan bola benang)………………………………………..….33
3.6Membuat pola karakter.………………………………………..............34
3.7 Proses pembentukan karakter …….……………………………..........35
3.8Dudukan lampu dan Finishing..………………………………….........36
3.9Karakter tokoh kartun…………………………………………….…...38
4.1Penguasaan teknis.……………………..………………………..…......39
xvii
4.2 Kegunaan sebagai lampu hias …….…………………………….……41
4.3Bentuk lampu hias yang baik dan kurang baik…………………..........42
4.4 Kreatifitas siswa dalam menggunakan bahan dan alat ..……...………43
4.5 Motif Balon yang ikut menempel pada benang……………………....52
4.6Proses pengulungan yang relative lama…..……………..……..……...52
4.7Benang Wol sebagai dasar lampu hias....……………………………...53
4.8Benang wol ikut menempel pada permukaan balon…………………..54
4.9Proses pengulungan ……………………….………………….............87
5.1 Proses Pemberian lem..……...……………………………………..…87
5.2 Proses pengeringan …………………………………………….….....87
5.3 Proses pelepasan cetakan …..……………..……..……………….......88
5.4Proses pemberian leher (dudukan lampu).....………………………….88
5.5lampu hias benang obras(finising).…………………………………….88
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.Format Observasi………………...…………………………………….. .84
B. Format Wawancara….…...…………………………...,….................. .86
C. Dokumentasi…………………...……………………………….............87
D. Riwayat Hidup……………………………………………………….....89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu terkait dengan
unsur seni, baik disengaja maupun tidak disengaja. Unsur seni rupa akan
tampak pada barang yang dibuat, baik untuk kebutuhan ritual, kegunaan
praktis, maupun perlengkapan hidup sehari-hari sebagai seni rupa terapan.
Kehadiran seni rupa pada awalnya tidak disengaja, akan tetapi kemudian
menjadi kebutuhan sehari-hari seiring dengan taraf kemajuan kehidupan
manusia. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa berbudaya dan memiliki
berbagai ragam kesenian yang bernilai tinggi. Sejak zaman nenek moyang
hingga sekarang.
Seni yang bersifat dinamis dan terus berkembang tanpa menyingkirkan
kesakralan dalam penciptaan sebuah karya seni tertentu membuat manusia
harus selalu berinovasi memikirkan dan menciptakan hal-hal baru sesuai
dengan perubahan zaman. Dalam dunia pendidikan khususnya dalam
pembelajaran seni budaya di Sekolah guru diharapkan memiliki pemahaman
tentang keunikan karya seni rupa mengenai gagasan (ide), teknik, dan bahan
karya seni rupa yang lebih inovatif dan terus dikembangkan. Salah satu
unsur yang ikut menentukan di dalam kerberhasilan pembelajaran seni rupa
adalah berkreasi seni kriya terapan. Begitu banyak inovasi-inovasi baru yang
dapat diciptakan dalam membuat seni kriya terapan dalam proses
pembelajaran seni budaya di Sekolah.
1
2
Salah satu karya seni kriya terapan yang menarik saat ini yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran seni budaya adalah pembuatan lampu
hias. Lampu hias yang dimaksud kali ini bukan hanya sekedar lampu hias
yang sering dibuat dengan menggunakan bahan dasar limbah industri.
Namun lampu hias yang menggunakan bahan dasar benang obras dan kain
flannel dalam proses pembuatannya. Lampu hias benang obras merupakan
lampu hias yang unik sebab menggunakan media benang sebagai bahan
utamanya. Selain bahan dasarnya yang unik, bentuk dari karya lampu hias ini
sangat artistik sebab didukung dengan penggunaan kain flannel dalam
pembentukan karakter, atau tokoh-tokoh yang menarik bagi siswa. Misalnya
tokoh kartun atau objek-objek yang menjadi fokus perhatian saat ini.
Pembuatan lampu hias dari benang obras sangat menarik jika
diterapkan dalam proses pembelajaran seni budaya di Sekolah terutama
dalam penciptaan karya seni kriya terapan selain memiliki nilai artistik dan
bahan yang mudah ditemui dengan harga yang terjangkau sehingga tidak
terlalu membebani siswa. Lampu hias dari benang obras ini pun memiliki
nilai ekonomis yang cukup baik sehingga dapat dijadikan peluang usaha
yang patut dipertimbangkan. Latar belakang tersebut yang membuat penulis
tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan Benang Obras Dalam Pembuatan
Lampu Hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga”
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana
pemanfaataan benang obras dalam pembuatan lampu hias dikalangan siswa
3
kelas XI IPA 7 menajdi karya seni kriya terapan yang menarik dan memiliki
nilai artistik dan nilai fungsional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan benang obras dalam pembuatan lampu hias
pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga ?
2. Bagaimana kualitas lampu hias dengan menggunakan benang obras
pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat proses pemanfaatan
benang obras dalam pembuatan lampu hias pada siswa XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang benar,
lengkap dari masalah pokok yang dirumuskan:
1. Untuk mengetahui pemanfaatan benang obras dalam proses pembuatan
lampu hias pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga .
2. Untuk mengetahui kualitas lampu hias dengan menggunakan benang
obras pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
4
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pemanfaatan
benang obras dalam proses pembuatan lampu hias pada siswa XI IPA
7 SMA Negeri 1 Pallangga.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademik
a) Menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya peningkatan kualitas
pengetahuan dan keterampilan peserta didik terutama dalam kegiatan
berkarya membuat seni rupa terapan dalam bentuk lampu hias dengan
menggunakan benang obras .
b) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dengan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh secara teori di lapangan.
c) Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai acuan terhadap pengetahuan
dan pengembangan dalam penelitian yang sama.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan masukan dan informasi yang berarti bagi siswa
SMA Negeri 1 Pallangga tentang kemampuan peserta didik kelas XI IPA 7
dalam pembelajaran membuat seni rupa terapan khususnya pada
pembuatan lampu hias dengan menggunakan media benang obras.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan landasan teoritis dan menggunakan
literatur yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu
beberapa hal yang merupakan data ilmiah yang dijadikan sebagai bahan
penunjang dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Pemanfaatan
Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna,
faedah, laba, untung. Sedangkan pemanfaatan mempunyai arti proses,
cara, perbuatan, memanfaatkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
edisi ketiga (2003: 992). Pengertian dari pemanfaatan dalam kamus
umum bahasa Indonesia yaitu: hal, cara, hasil kerja memanfaatkan,
membuat sesuatu menjadi berguna, memakai sesuatu agar bermanfaat.
(Zain, 1994: 858).
Dijelaskan bahwa pemanfaatan terambil dari kata dasar manfaat yang
artinya guna, faedah. Kemudian mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti
proses, cara, perbuatan pemanfaatan. Pemanfaatan dapat pula diartikan
suatu cara atau proses dalam memanfaatkan suatu benda atau objek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud), (Balai Pustaka, 2000: 711). Oleh sebab itu dari peryataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah sebuah kegiatan
atau proses yang dilakukan oleh manusia yang memiliki nilai guna dan
nilai fungsi bagi manusia itu dan linkungannya.
5
6
2. Benang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru (Santoso, 2015: 78)
benang adalah tali halus yang dipintal dari kapas (sutra dan sebagainya)
dipakai untuk menjahit dan menenun. Selain itu dinyatakan bahwa benang
adalah sebuah serat yang panjang digunakan untuk memroduksi tekstil,
penjahitan, penenunan, dan pembuatan tambang. Benang dapat dibuat dari
banyak fiber sintetik atau alami. Benang dapat dibuat dari beragam fiber
alami seperti wol, wol Angora, katun, sutra, bambu, hemp, dan soy.
Benang yang kurang umum termasuk dibuat dari onta, kucing, anjing,
serigala, kelinci, kerbau, dan bahkan bulu ayam kalkun. Benang komersial
lebih sering dibuat dari fiber sintetik atau sebuah kombinasi dari fiber
sintetik dan alami. (Genrawati, 2015: 04)
Adapun jenis-jenis benang dapat dibedakan menjadi:
Gambar 2.1 Benang jahit
(Sumber: https://butikkaffah.files,wordpress.com18/12/2013)
7
Gambar 2.2 Benang obras
(Sumber: https://butikkaffah.files,wordpress.com18/12/2013)
Gambar 2.3 Benang Rajut
(Sumber: https://butikkaffah.files,wordpress.com18/12/2013
Gambar 2.4 Benang Wol
(Sumber: https://butikkaffah.files,wordpress.com18/12/2013
Gambar 2.5 Benang Sulam
(Sumber: https://butikkaffah.files,wordpress.com18/12/2013
8
3. Pengertian obras
Obras adalah jahitan khusus (kelim) pada tepi kain untuk mencegah
agar bahan agar tidak berserabut (yang dikerjakan dengan mesin obras).
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru (2015: 455) selain itu fungsi
obras sendiri adalah melindungi pinggiran kain dari rontoknya atau
lepasnya benang-benang halus penyusun kain tersebut sehingga kain atau
pakaian bertahan lebih lama. (Affit, 2015: 22)
4. Pembuatan
Pembuatan berasal dari kata buat yang memiliki arti kerjakan,
lakukan dan biking sedangkan yang dimaksud dengan pembuatan adalah
cara yang dilakukan dalam menghasilkan sesuatu benda. Poerwadarminta
(dalam Mirnawati, 2013: 18) maksud pendapat tersebut adalah kegiatan
yang sengaja dilakukan untuk menghasilkan sesuatu barang yang menjadi
tujuan dari kegiatan itu. Pendapat tersebut diperkuat pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia oleh penyusun terbitan Balai Pustaka Moeliono (dalam
Mirnawati, 2013: 18) menyebutkan pengertian pembuatan yakni “proses,
pembuatan, cara membuat, biaya pembuatan”
9
5. Lampu hias
Lampu hias terdiri atas dua kata yaitu lampu dan hias. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ys Bichu (2013: 356) lampu
adalah alat untuk menerangi dan pelita . Menurut (Harapan, 2012) Tipe
lampu yang umumnya digunakan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu :
1. Lampu sebagai penerangan utama
Lampu ini merupakan sumber utama penerangan ruangan (selain
cahaya matahari) atau general lighting. Biasanya lampu ini diletakkan
langit-langit ditengah ruang dan memiliki daya cahaya yang cukup
besar. Agar penyebaran cahayanya merata, sumber titik lampu bisa
dibagi menjadi beberapa titik terutama jika ruangannya cukup besar.
2. Lampu sebagai pendukung aktivitas dalam ruang.
Lampu ini contohnya seperti lampu baca atau lampu kerja yang
biasanya diletakkan di atas meja, digantung dilangit-langit, diletakkan
di atas lantai (standing lamp/wood lamps) atau menempel pada
dinding. Untuk lampu kerja, sebaiknya pilih yang memiliki cahaya
cukup terang dan sebaiknya arah pancar cahaya dapat diatur sesuai
kebutuhan kerja.
3. Lampu sebagai penghias ruang atau lampu hiasan
Lampu ini fungsinya untuk menghiasi ruangan dan memberikan aksen
sesuai tema rumah yang ingin ditampilkan. Saat ini model-model
lampu kerajinan sudah sangat variatif dengan berbagai ukuran. Untuk
lampu hias, pemasangan biasa diletakkan disudut-sudut ruangan
10
menggunakan standing lamp atau di atas meja sudut sehingga
menghasilkan efek cahaya yang menambah kesan warna pada ruang.
Sedangkan untuk kamar tidur, lampu tidur bias diletakkan menempel
pada dinding walaupun kondisi ruangan yang tidak besar namun
kebutuhan terhadap lampu tidur tetap bias terpenuhi.
Hias memiliki arti memperelok diri dengan pakaian atau perhiasan
yang indah-indah, berdandan, bersolek dan berhias. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) (2013:219). Selain itu menurut kodratnya manusia
adalah mahluk yang mengenal keindahan manusia dalam usahanya menuju
arah hidupnya yang memiliki dorongan dan keinginan untuk memperindah
diri, memperindah benda-benda yang dimilikinya serta alam sekitarnya.
Pertimbangan estetika atau keindahan inilah yang mendorong manusia
untuk menambahkan sedemikian rupa hiasan-hiasan pada benda-benda
yang dibuatnya, misalnya gambar atau ukiran pada tiang-tiang banguanan,
pakaian, perabot rumah tangga, senjata tradisional dan lain sebagainya.
(Bastomi, 2014)
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lampu
hias adalah sebuah penerangan yang memiliki nilai estetis yang tidak
hanya dapat digunakan sebagai penerangan tetapi juga memiliki unsur
keindahan di dalamnya yang dapat dijadikan sebagai pelengkap di dalam
sebuah dekorasi atau hiasan.
11
Jenis-jenis lampu hias antara lain:
Gambar 2.6 Lampu hias dari benang obras
(Sumber: www:Kriya-asri.com31/07/2014)
Gambar 2.7 Lampu hias dari plastik
(Sumber: www:Bumiku.web.id 17/08/2014)
12
Gambar 2.8 Lampu hias batok kelapa
(Sumber: www:Enportu.com 21/10/2013)
Gambar 2.9 Lampu hias dari kayu
(Sumber: www:caretekno.com 20/01/2015)
Gambar 3.1 Lampu hias dari logam
(Sumber: www:penrajin logam.worpress.com 15/04/2015)
13
6. Pengertian Proses
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian proses adalah
salah satu urutan perubahan peristiwa dalam perkembangan sesuatu,
Moeliono dalam Mirnawati (2013: 17). Masih dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, proses adalah suatu rangkaian kegiatan, tindakan, pembuatan
atau pengolahan yang menghasilkan produk, Poerwadarminta dalam
Mirnawati (2013: 17). Dan menurut definisinya proses adalah serangkaian
langkah sistematis atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang
kali untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh setiap tahapan
itu secara konsisten, maka hasilnya akan mengarah pada apa yang
didinginkan. Jadi proses dapat diartikan sebagai suatu tahap awal dari
suatu kegiatan sehingga tercapai tujuan dari kegiatan tersebut.
7. Pengertian faktor dan menghambat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia faktor adalah hal (keadaan,
peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu,
(Santoso, 2015: 194). Sedangkan menghambat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah membuat sesuatu (perjalanan, pekerjaan, dsb)
menjadi lambat atau tidak lancar (menahan), (2015: 426). Dari ke dua
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat
adalah suatu keadaan di mana terdapat suatu halangan yang menahan suatu
proses baik dalam pelaksanaan atau perencanaan akan sesuatu hal.
14
8. Kualitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kualitas memiliki arti tingkat
baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf (2015: 351). Sedangkan
dalam ISO 8402 dan SNI (Standar Nasional Indonesia) (2004). Pengertian
kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara
tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi
yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus
didefinisikan terlebih dahulu. Oleh sebab itu pengertian kualitas dapat
disimpulkan sebagai, suatu standar yang harus dicapai oleh seseorang atau
kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya
manusia, kualitas, cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang
berupa barang dan jasa.
Menurut (Dwi, dkk, 2008: 317). Jika dikaitkan antara kualitas dan
penilaian sebuah karya seni rupa terapan, berikut adalah beberapa aspek
yang bisa dijadikan ukuran untuk dapat menilai kualitas dari sebuah karya
seni rupa terapan.
15
Aspek-aspek atau ukuran penilaian itu adalah :
a) Aspek ide atau gagasan
Proses kreatif dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses
yang timbul dari imajinasi menjadi kenyataan. Proses mencipta suatu
benda melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga
masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkannya. Ekspresi yang
muncul akibat adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam
menciptakan suatu keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah
yang disebut kreativitas.
b) Aspek penguasaan teknis
Teknik adalah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi hal-hal yang
kongkrit dan punya nilai. Ketidaktrampilan dalam penggunaan teknik akan
berdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian dalam hal pemilihan
teknik juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan karya
seni. Kesalahan dalam pemilihan teknik, juga akan berdampak pada karya
seni yang dihasilkan. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu
dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.
c) Aspek penguasaan bahan
Setiap bahan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda,
misalnya sifat rotan adalah lentur, logam adalah keras, tanah liat adalah
plastis dan masih banyak lagi. Untuk itu seorang pencipta karya seni harus
tahu betul sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kesalahan dalam
16
memilih bahan juga akan berakibat pada hasil karya yang dibuatnya.
Untuk itulah aspek penguasaan bahan dalam penilaian karya seni rupa
terapan patut dipertimbangkan.
d) Aspek kegunaan
Sebagaimana dalam aspek pertimbangan penciptaan karya seni
terapan, perlu mempertimbangkan aspek kegunaan (applied), maka dalam
penilaian juga perlu mempertimbangkan aspek tersebut. Hal ini sangat
penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan adalah kegunaan.
Segi-segi penilaian yang perlu dipertimbangkan dalam kegunaan adalah
segi kenyamanan dalam penggunaan, segi keluwesan/fleksibelitas dan segi
keamanan dalam penggunaannya.
e) Aspek wujud (form)
Aspek wujud (form) adalah aspek yang berhubungan erat dengan
prinsip-prinsip komposisi. Prinsip-prinsip komposisi itu meliputi proporsi,
keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras, klimaks, kesatuan (unity).
Prinsip itulah yang menjadi ukuran untuk menilai karya seni dari segi
wujud atau form.
f) Aspek kreativitas
Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang
bersangkutan dengan karya seni. Banyak cara untuk menemukan
kreativitas, misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik
yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan
17
menampilkan bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan
yang lama. Bila hal-hal di atas dapat dicapai pada penciptaan karya seni
rupa khususnya karya seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini
menjadi penting untuk dipertimbangkan.
g) Aspek tempat
Pertimbangan tempat di mana karya itu akan diletakkan harus
mendapat perhatian dari seorang perancang karya seni rupa terapan.
Seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan
rumah tangga, tentunya harus berbeda dengan seperangkat meja kursi
makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan suatu rumah makan besar.
Berdasarkan bebarapa peryataan tersebut pendekatan apresiasi yang
tepat digunakan untuk mengukur atau menilai kualitas seni rupa terapan
adalah Pendekatan penilaian yaitu proses memberi pengukuran, baik secara
objektif maupun penilaian secara subjektif. Penilaian secara objektif
didasarkan kepada pertimbangan teknis pengerjaan, sedangkan penilaian
subjektif berdasarkan pada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga
diperoleh kesimpulan karya itu baik atau buruk.
18
B. Kerangka Pikir
Melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan pada kajian
pustaka, maka dapat dibuat kerangka atau skema yang dapat dijadikan
sebagai acuan konsep berfikir tentang Pemanfaatan benang obras dalam
pembuatan lampu hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga. Berdasarkan skema yang telah digambarkan di bawah maka
dapat diuraikan hubungan masing-masing bagian antara satu dengan yang
lain. Dengan melihat konsep yang telah disebutkan di atas maka skema
kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
19
Gambar skema 1. Kerangka pikir
Pembelajaran Seni rupa terapan
( Lampu hias )
SMA Negeri 1 Pallangga
Pembelajaran Seni rupa terapan
( Lampu hias )
Siswa Kelas XI IPA 7
SMA Negeri 1 Pallangga
Pemanfaatan
benang obras dalam
proses pembuatan
lampu hias
Kualitas lampu hias
dengan menggunakan
benang obras
Faktor-faktor
penghambat dalam proses
pembuatan lampu hias
dengan menggunakan
benang obras
Hasil Penelitian
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena atau peristiwa
tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
dengan fenomena, kondisi atau variabel tertentu selain itu penelitian ini pula
dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara mendalam dengan peneliti
sebagai instrumen utama. Metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif terdiri atas 2 hal pokok, yaitu pengamatan dan wawancara.
Pengamatan adalah memperhatikan objek secara akurat, mencatat fenomena
yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena. Sementara, wawancara adalah percakapan atau tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Erat kaitannya dalam proses
penelitian, yaitu bagaimana cara menyajikan data berdasarkan kenyatan yang
ada dengan proses pengamatan dan wawancara mengenai pemanfaatan
benang obras dalam pembuatan lampu hias pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri
1 Pallangga.
20
21
B..Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Pallangga jalan Baso Dg
Ngawing Kelurahan Manggalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Hal
ini dianggap relevan dengan judul dan tujuan penelitian, sehingga
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
Jl. Poros
Pallangga.
Jl. Poros Malino SMA Negeri 1 Pallangga.
Jl. Poros Limbung.
Sungguminasa Jl. Poros Cambaya.
Gambar. Peta Lokasi Penelitian.
C. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga. Dengan jumlah 25 orang siswa, laki-laki berjumlah 10
orang, sedangkan perempuan berjumlah 15 orang, hampir semua kelas
memiliki pengetahuan yang sama dan telah dilakukan penelitian pada kelas
lainnya, sehingga kelas tersebut dapat mewakili kelas yang lain.
22
D. Fokus Penelitian
Hal yang menjadi fokus penelitian ini adalah Pemanfaatan benang
obras dalam pembuatan lampu hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga mata pelajaran seni budaya.
E. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni berusaha menggunkapkan dan
menggambarkan apa adanya tentang Pemanfaatan benang obras dalam
pembuatan lampu hias.
Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti tidak membedakan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel-variabel
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan benang obras dalam proses pembuatan lampu hias.
2. Kualitas lampu hias dengan menggunakan benang obras.
3. Faktor-faktor penghambat dalam proses pembuatan lampu hias
dengan menggunakan benang obras.
23
2. Desain Penelitian
Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi mengatur
penelitian dan dibuat sebagai kerangka acuan dalam melaksanakan
penelitian. Dalam proses penelitian ini, peneliti berupaya menyusun
kerangka acuan yang meliputi perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengumpulan data (observasi, tes praktik, wawancara,
dokumentasi), analisis data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan
kerangka acuan yang telah dibuat, maka disusunlah desain penelitian
sebagai berikut:
24
Skema 2. Desain Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
(Observasi, tes praktik, wawancara dan dokumentasi)
Pemanfaatan
benang obras
dalam proses
pembuatan
lampu hias
Kualitas lampu hias
dengan
menggunakan
benang obras
. Faktor-faktor
penghambat dalam
proses pembuatan
lampu hias dengan
menggunakan benang
obras
Pengolahan dan analisis data
Kesimpulan
25
F. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas sasaran penelitian dan menghindari terjadinya salah
penafsiran terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini, maka variabel
terebut
perlu didefenisikan sebagi berikut:
1. Pemanfaatan benang obras dalam pembuatan lampu hias pada siswa XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.Yang dimaksud disini adalah
bagaimana siswa melaksanakan pembuatan lampu hias benang dengan
menggunakan dan memanfaatkan bahan dasar benang obras
2. Kualitas lampu hias dengan menggunakan benang obras pada siswa XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
3. Faktor-faktor yang menghambat pemanfaatan benang obras dalam
proses pembuatan lampu hias pada siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga. Yang dimaksud faktor penghambat dalam pemanfaatan
benang obras adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam
proses pembuatan lampu hias dengan bahan dasar benang obras.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
1. Penelitian kepustakaan
26
Dilakukan dengan menelaah berbagai referensi seperti buku-buku dan
literatur yang berhubungan untuk dijadikan landasan teori dalam penelitian
ini.
2. Penelitian lapangan
a. Observasi
Teknik observasi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek. Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan
proses pembelajaran secara lansung dalam proses pembuatan lampu hias
dengan menggunakan bahan dasar benang obras di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga.
b. Tes praktik
Tes dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data tentang proses
pemanfaatan benang obras dalam membuat lampu hias benang dikelas XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga. Tes praktik dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam membuat lampu hias benang dengan
mengunakan bahan dasar benang obras. Penilaian digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan proses
pengolahan benang obras dan kain flannel, alat dan bahan yang digunakan
dalam dalam membuat lampu hias dengan menggunakan benang obras
sebagai bahan utamanya, hingga menghasilkan karya seni kriya terapan.
c. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
secara lansung kepada siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
27
mengenai faktor-faktor yang menghambat siswa dalam pembuatan lampu
hias menggunakan bahan dasar benang obras.
d. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk melengkapi perolehan data di lapangan
baik pada saat melakukan observasi maupun pada saat melakukan
wawancara. Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan pengambilan foto-
foto atau gambar sebagai bahan dokumentasi. Alat pengumpulan data yang
digunakan adalah format pengamatan dan catatan lapangan.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka selanjutnya
penulis mengolah data secara terpisah dengan teknik sebagai berikut :
1. Proses analisa ini dimulai dengan membaca, mempelajari, dan
menelaah seluruh data dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi kemudian diperiksa kembali sehingga lengkap dan
benar.
2. Kategorisasi data dan membuat rangkuman dari data-data yang
dianggap penting yang diperoleh melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi.
3. Data-data tersebut di atas disusun menjadi bagian serta menyusun
uraian-uraian dengan struktur data yang diperoleh.
4. Pemeriksaan kebenaran data, kemudian diadakan penghalusan data
dari responden untuk kemudian diadakan penafsiran.
28
I. Tabel 1.1 Instrumen Penelitian
No. Indikator
Kemampuan
Hasil Penilaian
Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
1. Ide/gagasan
2. Penguasaan
teknis
3. Penguasaan
bahan
4. Kegunaan
5. Wujud
6. Kreatifitas
7. Tempat
Hasil Penilaian
Tabel 1.2 Kriteria penilaian :
Kriteria
Indicator
Pencapaian
Kompetensi
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
80-100 Sangat Baik 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang 1
29
J. Tabel 2.1 Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan berlansung selama kurang lebih 4 bulan
dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
No Kegiatan
TH. 2016 / Bulan
Januari Februari Maret April
Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
2
Konsultasi
dan ujian
Proposal
3 Pengumpulan
Data
4
Pengolahan
dan Analisis
Data
5 Penulisan
Skripsi
6 Persiapan
Ujian Skripsi
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang
didapatkan dari berbagai sumber data berupa observasi, wawancara,
kepustakaan, dan dokumentasi.
1. Pemanfaatan Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias
Hasil karya seni merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting,
di samping memiliki nilai estetis karya seni juga sangat bermanfaat. Kata
pemanfaatan sendiri dapat diartikan sebagai suatu cara, perbuatan atau
proses yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Dalam
pembelajaran seni budaya terkhusus pada penciptaan karya seni rupa
terapan begitu banyak cara yang dapat dilakukan oleh siswa untuk
meyalurkan ide dan gagasannya baik dalam penggunaan bahan atau
teknik yang digunakan, salah satunya adalah memanfaatkan benang obras
menjadi lampu hias yang unik dan menarik.
Pemanfaatan benang obras dalam pembuatan lampu hias adalah
salah satu cara untuk menghasilkan karya seni terapan yang memiliki nilai
seni tersendiri seperti yang dihasilkan oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga. Benang obras merupakan benang halus yang biasa
digunakan sebagai benang jahit khusus kelim (jahitan pinggir) untuk
menjaga agar bahan (kain) menjadi tidak berserabut, dan kali ini benang
30
31
obras akan diolah menjadi sesuatu yang berbeda. Selain pemanfaatan
benang obras yang menjadi media utama dalam pembuatan lampu hias,
terdapat beberapa bahan dan alat lain yang dimanfaatkan untuk
melengkapi proses pembuatan lampu hias dari benang. Seperti
penggunaan kain flannel, balon, lem, lampu dan beberapa alat pendukung
lainya.
Gambar 3.2 Pemanfaatan Benang Obras
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
Dalam memanfaatkan benang obras untuk menghasilkan suatu lampu
hias yang menarik dan artistik ada beberapa proses serta tahapan penting
yang harus dilaksanakan yaitu:
a) Menyiapkan bahan dan peralatan
Menyiapkan bahan dan peralatan merupakan tahap awal sebelum
memulai membuat lampu hias dari benang yaitu suatu proses
menyediakan bahan dan alat yang sesuai, dengan benang obras sebagai
media utama serta bahan dan alat pendukung lainnya yang terdiri atas
32
kain flannel, balon tiup, lem fox, kabel set, fitting lampu, bohlam
lampu 5 watt, potongan kayu sebagai dudukan fitting, bahan PVC
bulat diameter 2,5 inch dan lebar 1 cm atau bekas gulungan lakban,
digunakan sebagai leher dan pembentukan lubang pada bola benang
agar mudah memasukkan bohlam lampu pada proses finising, gunting,
serta kuas digunakan untuk memudahkan disaat mengoleskan lem pada
bagian dasar balon (cetakan).
Gambar 3.3 Bahan dan Alat pembuatan lampu hias benang obras
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
b) Proses lem, gulung, dan pengeringan
Tahapan ini merupakan proses yang telah memasuki tahap pengerjaan,
setelah semua bahan dan alat telah tersedia maka selanjutnya siswa
mengawali dengan memberikan lem pada permukaan balon, yang
kemudian diteruskan pada proses pengulungan benang obras menjadi
gulungan benang yang utuh dan sempurna, serta yang terakhir adalah
tahap pengeringan.
33
Gambar 3.4 Proses pemberian lem, pengulungan, dan pengeringan.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
c) Proses pemberian leher (dudukan bola benang)
Proses ini dilaksanakan setelah gulungan benang telah kering secara
sempurna, ditandai dengan perubahan tekstur benang yang mulai kaku
dan mengikuti bentuk balon sebagai dasar cetakan. Selain itu proses ini
juga merupakan tahap pemberian aksen pada gulungan benang agar
terlihat lebih indah dan proporsional pada bentuk lampu hias yang
akan dihasilkan sekaligus menjadi dudukan bagi lampu pijar yang akan
di pasangkan pada tahapan finising (akhir).
Gambar 3.5 Proses melepaskan balon dari gulungan benang dan
pemberian leher (dudukan bola benang).
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
d) Pembuatan pola karakter
Lampu hias benang obras, akan terlihat kurang menarik tanpa
tambahan aksen yang dapat meningkatkan nilai estetis atau keindahan
dari lampu hias itu sendiri, oleh sebab itu dibutuhkan suatu bahan yang
34
dapat memperindah gulungan benang. Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah kain flannel. dimana kain flannel dapat digunakan
untuk menciptkan desain atau pola karakter yang unik sesuai dengan
ketertarikan siswa misalnya karakter kartun atau objek-objek yang
menjadi fokus perhatian saat ini, dimana desain karakter akan dibentuk
dan diggambar di atas kain flannel.
Gambar 3.6 Membuat pola karakter
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
e) Proses pembentukan karakter
Media kain flannel yang beragam dari sisi pewarnaan memudahkan
siswa untuk menciptakan karakter atau tokoh-tokoh kesenangan
mereka. Kain flannel dapat dikombinasikan dalam berbagai warna
sehingga tercipta suatu karakter tokoh yang menarik. Setelah
pembuatan pola karakter maka pola akan dibentuk mengikuti pola
dasar yang telah dibuat sebelumnya yang akan ditempelkan pada
bagian dasar gulungan benang.
35
Gambar 3.7 Proses pembentukan karakter.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
f) Dudukan lampu dan finishing
Bola benang yang telah dibuat dengan aksen pola karakter yang unik
akan hanya menjadi hiasan atau pajangan yang tidak memiliki fungsi
pakai jika tidak dilengkapi dengan dudukan lampu. Dalam
mengembalikan fungsi atau tujuan awal pembuatannya yaitu sebagai
lampu hias yang dapat digunakan maka harus dibuat sebuah tempat
pemasangan lampu pada gulungan bola benang, selain itu dudukan
lampu juga dapat memberikan kesan proporsional pada bagian
gulungan benang yang berbentuk bulat dikarenakan gulungan benang
akan susah mendapatkan keseimbangan jika ditempatkan pada tempat
tertentu, oleh sebab itu dibuat dudukan lampu sebagai dasar untuk
memudahkan penempatan lampu hias jika ingin di tempatkan dimana
saja.
36
Gambar 3.8 Dudukan lampu dan Finishing
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
2. Kualitas Lampu Hias dengan Menggunakan Benang Obras.
Manusia telah diciptakan dengan kelengkapan lima panca indera
yang membuat manusia mampu menelaah dan menerjemahkan nilai-nilai
yang ada. Salah satu nilai dan bahasa yang mampu diterjemahkan oleh
lima panca indera kita adalah keindahan (estetika), jadi secara tidak
lansung ketika kita ingin menciptakan suatu karya seni, nilai keindahan
(estetika) menjadi salah satu patokan dan pertimbangan utama.
Berdasarkan hal tersebut lahirlah kata apresiasi. Apresiasi sendiri dapat
disimpulkan sebagai sebuah penilaian terhadap kualitas karya seni dengan
sisi keindahan sebagai unsur penilaian utamanya. Namun sebuah penilaian
tidak hanya dapat diukur dari sisi kualitas keindahanya saja tapi juga
dapat dinilai dari beberapa aspek penunjang lainnya. Kualitas sendiri
merupakan sebuah ukuran akan tingkat baik buruknya sesuatu atau dengan
kata lain dapat diartikan sebagai taraf atau kadar dalam sebuah penilaian.
37
Di dalam pembuatan lampu hias ini, benang obras memiliki tingkat
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan benang-benang pada
umumnya, yaitu terdapat 3 jenis benang yang biasa digunakan dalam
pembuatan lampu hias dengan media benang, contohnya lampu hias
benang wol, lampu hias benang jahit dan lampu hias benang obras.
Peneliti sendiri tertarik untuk mengaplikasikan proses pembuatan lampu
hias benang pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga,
dengan bahan dasar benang obras, dikarenakan benang obras memiliki
tekstur halus dan tipis sehingga gulungan benang yang dihasilkan juga
akan halus dan terlihat lebih rapi. Penilaian akan kualitas lampu hias
benang obras ini pun akan dipaparkan dalam bentuk penjabaran angka-
angka yang berpatokan pada penilaian yang telah mereka dapatkan
berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang terdiri atas penilaian
ide atau gagasan, penguasaan teknis, penguasaan bahan, kegunaan, wujud,
kreatifitas, dan tempat. Untuk mengetahui proses pembuatan lampu hias
benang obras yang terjadi di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
berdasakan aspek-aspek penilaian kualitas penjelasannya dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a) Aspek Ide atau Gagasan
Berdasarkan dari hasil proses pembelajaran yang terjadi di kelas XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dapat dinyatakan ide dan gagasan
yang terlahir dari pemikiran siswa, memiliki tingkat keunikan yang
berbeda beda dari sisi krativitas, hal ini dapat terlihat dari berbagai
38
pemilihan karakter tokoh atau objek yang dipilih yang dapat
menggambarkan ketertarikan dan kecenderungan siswa secara
personal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga lebih tertarik memikirkan ide
dan gagasan untuk membuat karakter yang sering mereka lihat seperti
karakter tokoh kartun atau objek-objek yang mereka senangi, dimana
sekitar 95% siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga yang
didominasi oleh siswa perempuan lebih dominan memikirkan ide dan
gagasan untuk membuat karakter tokoh kartun yang mereka sukai dan
5% diantaranya lebih memilih membuat objek-objek abstrak yang
tidak memiliki konsep yang jelas dimana siswa hanya berusaha
menciptakan ide dan gagasan dengan memanfaatkan bahan dan alat
yang tersedia.
Gambar 3.9 Karakter tokoh kartun
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
b) Aspek penguasaan teknis
Penguasaan teknis merupakan sesuatu yang sangat penting karena
teknik adalah cara untuk mewujudkan ide menjadi hal-hal yang
kongkrit dan punya nilai, selain itu ketidakterampilan dalam
39
penggunaan teknik akan berdampak pada karya yang akan dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut dominan penguasaan teknik yang terjadi
pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga cukup sesuai
dengan aturan atau tahapan yang benar, hal ini dikarenakan dengan
pemberian pemahaman terlebih dahulu kepada siswa secara teori
sebelum memasuki tahap praktek yang sesungguhnya, yaitu sekitar
70% siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dapat
mengerjakan pembuatan lampu hias tersebut dengan penguasaan
teknis yang baik karena telah mengikuti aturan dan arahan yang
diberikan. Walaupun tetap terdapat sekitar 30% siswa yang
didominasi siswa laki-laki memperoleh halangan atau hambatan di
dalam proses pembuatan lampu hias dari benang, dikarenakan tidak
mengikuti aturan dan tahapan yang tepat, baik dalam kesalahan
memanfaatkan bahan, proses pengerjaan yang terlalu terburu buru,
serta kesalahan awal memulai dengan tahap yang kurang tepat.
Gambar 4.1 Penguasaan teknis
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
40
c) Aspek penguasaan bahan
Bahan merupakan media untuk mewujudkan ide dan gagasan menjadi
sebuah karya seni, begitupun dengan bahan yang disiapakan oleh
siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga telah sesuai dengan
tuntunan yang tepat untuk membuat lampu hias dari benang obras,
dimana sekitar 85% siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
telah menyiapkan bahan dan alat yang benar yang terdiri atas kain
flannel, balon tiup, lem fox, kabel set, fitting lampu, bohlam lampu 5
watt, potongan kayu, bekas gulungan lakban, gunting, serta kuas.
Berdasarkan bahan dan alat tersebut proses pembuatan lampu hias di
kelas XI IPA 7 dapat berjalan dengan cukup lancar. Walaupun masih
ada sekitar 15% siswa yang membawa bahan dan alat yang salah,
seperti benang wol untuk membantu memudahkan siswa di dalam
proses pengulungan serta masih ada beberapa siswa yang tidak
melengkapi lampu hias benangnya menggunakan lampu pijar sebagai
salah satu media utamanya.
d) Aspek kegunaan
Berdasarkan hakekatnya sebagai bagian dari seni rupa terapan, lampu
hias benang obras memiliki kegunaan sebagai alat penerangan yang
diperindah dengan aksen pola karakter yang menarik. Kegunaan
lampu hias yang di buat oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga sekitar 95% lampu hias benang obras digunakan sebagai
lampu tidur oleh siswa sendiri dimana siswa telah memahami
41
kegunaan utama dalam pembuatan lampu hias ini dan 5% diantaranya
tidak dapat menggunakan lampu hias benang ini karena tidak
dilengkapi lampu pijar sebagai salah satu media utama. Selain
kegunaan utamanya sebagai alat penerangan lampu hias benang obras
juga dapat memberikan unsur kenyamanan dari sisi keindahan orang
yang melihatnya serta dari sisi keamanan pemakaipun, telah
dipertimbangkan sejak awal pembuatannya.
Gambar 4.2 Kegunaan sebagai lampu hias.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
e) Aspek wujud
Aspek wujud berhubungan erat dengan prinsip-prinsip komposisi
yang meliputi proporsi, keseimbangan, irama, kontras, klimaks dan
kesatuan. Berdasarkan hal tersebut bentuk lampu hias yang dihasilkan
oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga sebagian besar
memiliki kecenderungan terhapat prinsip-prinsip komposisi yang telah
ada sehingga tercipta lampu hias yang menarik dan indah dimana
sekitar 90% siswa telah membuat lampu hias yang memiliki prinsip-
prinsip komposisi seperti proporsi, keseimbangan, irama, kontras,
klimaks dan kesatuan yang cukup baik hal ini dapat dilihat dari bentuk
42
gulungan bola benang yang rapi, pola karakter yang menarik dan yang
terpenting adalah lampu hias dapat digunakan sebagai alat penerangan
sebagaimana tujuan awal pembuatannya. Walaupun demikian masih
terdapat beberapa siswa yang kurang menerapkan prinsip-prinsip
komposisi yaitu sekitar 10% siswa memiliki bentuk lampu hias yang
kurang baik dari sisi gulungan benang yang kurang rapi, pola karakter
yang tidak terkonsep serta lampu hias yang tidak dlengkapi dengan
dudukan lampu (leher lampu) dan lampu pijar.
Gambar 4.3 Bentuk lampu hias yang baik dan kurang baik
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
f) Aspek kreatifitas
Banyak cara untuk menemukan kreatifitas baik dalam penggunaan
bahan, alat dan teknik yang berbeda dari yang lainnya. Kreatifitas
yang terjadi pada siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
dapat dilihat dari sisi pembentukan karakter yang unik dengan
memadukan berbagai macam warna kain flannel untuk menciptakan
karakter-karakter tokoh yang siswa senangi selain itu kreatifitas siswa
juga dapat dilihat dari sisi penggunaan teknik yang mereka laksanakan
dimana siswa mencoba mencari alternatif lain yang dapat
43
memudahkan disaat proses pembuatannya, pemikiran seperti inilah
yang disebut dengan kreatifitas, yaitu sekitar 85% siswa di kelas XI
IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga memiliki tingkat kreatifitas yang
cukup baik hal ini dapat dilihat dari pengolahan bahan, pengunaan
teknik serta penciptaan ide dan gagasan yang cukup baik, selain itu
sekitar 15% siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga kurang
termotifasi untuk mengembankan kreatifitasnya dalam proses
pembuatan lampu hias benang ini sehingga lampu hias yang
dihasilkan menjadi kurang menarik dari berbagai sisi.
Gambar 4.4 Kreatifitas siswa dalam menggunakan bahan dan alat
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
g) Aspek tempat
Lampu hias benang merupakan lampu hias yang menarik walaupun
demikian kebanyakan yang tertarik terhadap lampu hias benang ini
adalah kalangan remaja dikarenakan bentuk lampunya yang unik
dengan desain pola karakter yang sesuai dengan perkembangan zaman
saat ini oleh sebab itu lampu hias benang tidak cocok ditempatkan
ditempat-tempat formal seperti ruang tamu dan ruang keluarga dan
lebih pantas diletakkan di dalam kamar sebagai lampu tidur yang unik.
44
Oleh karenanya kebanyakan siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga membuat lampu hias benang obras untuk dijadikan sebagai
lampu tidur yang ditempatkan di dalam kamar. Melalui tahap
wawancara terhadap siswa sekitar 97% siswa telah memahami dan
cukup mengerti tentang tata cara penempatan objek yang benar
begitupun dengan penempatan lampu hias benang obras, dan sekitar
3% siswa masih ada yang kurang memahami tata cara penempatan
lampu hias ini dengan benar hal ini diketahui berdasarkan pengakuan
siswa yang meletakkan lampu hias yang mereka buat di ruang-ruang
formal seperti ruang tamu dan ruang keluarga.
Selain hasil aspek penilaian kualitas yang telah dilaksanakan oleh
siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga, hasil penilaian akan
kualitas lampu hias dari benang obras dengan berpatokan pada
indikator pencapaian kompetensi dapat dipaparkan dalam tabel
sebagai berikut, adapun Fasiltator yang ditunjuk untuk untuk
memfasildasi kriteria pada tugas siswa yaitu:
Nama : Taslim, S.Pd.
Pekerjaan : Guru Seni Budaya SMA Negeri 1 Pallangga.
Alamat : Jln Baso Dg Ngawing kecamatan Manggali Kabupaten
Gowa
45
Tabel 2.2 Penilaian kualitas pembuatan lampu hias kelas XI IPA 7
SMA Negeri 1 Pallangga.
No
NAMA SISWA/
HASIL KARYA
INDIKATOR KEMAMPUAN SISWA
KELAS XI IPA 7
Rata-
rata
Kategori 1 2 3 4 5 6 7
1.
Qolbi Muhajidah
85
85
80
80
85
90
75
82
Sangat baik
2.
Nur Cahyani
70
70
70
65
65
60
70
67
Cukup
3.
Achmad Arham A.
90
93
80
85
90
95
80
87
Sangat baik
4.
Rahmawati J
90
95
80
85
90
98
80
88
Sangat baik
5.
Audrian Maulana.
85
85
65
70
85
90
65
80
Sangat baik
46
6.
Risky Awaliyah
80
70
70
80
75
80
75
75
Baik
7.
Muh Ulil Amri
75
90
80
75
90
80
70
80
Baik
8.
Tuti Awaliyah
80
65
75
75
80
85
80
77
Baik
9.
Febriyanti
90
95
80
85
80
95
75
85
Sangat baik
10.
Wahyuni
85
75
75
70
80
85
80
78
Baik
11.
Nurul Hasbi
80
75
75
80
80
85
75
78
Baik
12.
Wulan Mawardika
75
80
70
75
80
85
65
75
Baik
47
13.
Muh Nur Rahmat S.
65
60
60
80
65
60
70
65
Cukup
14.
Siti Sulaeha
75
70
70
70
80
80
65
72
Baik
15.
Munawir
75
70
80
75
75
88
75
76
Baik
16.
Adinda Lutfiah H.
65
68
70
75
80
75
75
72
Baik
17.
Ardiansyah
55
60
55
70
65
65
70
62
Cukup
18.
Nur Fajri Qadri H.
85
95
80
90
90
95
80
87
Sangat baik
19
Muh Ghalib
70
75
60
70
60
60
65
65
Cukup
48
20.
Alvira
75
70
65
80
75
80
70
73
Baik
21.
Nindyah Ariyani
75
80
70
75
75
85
70
75
Baik
22.
Ayu Istiawanti
75
90
70
80
80
90
70
79
Baik
23.
Indra Wira
75
65
65
70
65
65
70
67
Cukup
24.
Andi Supriadi
70
60
60
70
65
65
70
65
Cukup
25.
Rahmi
70
75
70
75
70
75
70
72
Baik
49
Tabel 3.1 Keterangan Gambar:
No Aspek-aspek penilan kualitas Keterangan
1. Aspek ide dan gagasan 1
2. Aspek penguasaan teknis 2
3. Aspek penguasaan bahan 3
4. Aspek kegunaan 4
5. Aspek wujud 5
6. Aspek kreatifitas 6
7. Aspek tempat 7
Kriteria penilaian :
Kriteria
Indicator
Pencapaian
Kompetensi
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
80-100 Sangat Baik 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang 1
3. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Pemanfaatan Benang Obras
dalam Pembuatan Lampu Hias.
Segala sisi kehidupan manusia tidak akan terlepas dari faktor
penghambat yang harus dilewati dan diselesaikan. Begitupun dalam
penciptaan sebuah karya seni biasanya terdapat faktor-faktor yang dapat
menghambat proses pengerjaan sebuah karya, baik dari sisi penggunaan
bahan, kesalahan teknis atau hambatan lainnya. Kata faktor sendiri dapat
diartikan sebagai hal atau kejadian yang ikut menyebabkan terjadinya
50
sesuatu, sedangkan kata menghambat adalah sesuatu yang membuat
pekerjaan menjadi tertunda atau terhalangi.
Adapun hambatan dan halangan yang diperoleh oleh siswa dalam
proses pembuatan lampu hias dari benang obras antara lain sebagai
berikut:
a) Aspek ide dan gagasan
Di dalam proses pembuatan lampu hias dari benang, hambatan awal
yang terjadi pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
adalah siswa susah menentukan ide atau gagasan awal yang akan
mereka buat misalnya dari sisi karakter apa yang ingin mereka
ciptakan, hal inilah yang membuat proses pencarian ide dan gagasan
harus berlansung cukup lama dalam menemukan bentuk yang benar-
benar mereka senangi, sehingga proses pengerjaan ke tahap
selanjutkan menjadi tertunda .
b) Aspek penguasaan teknis
Siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda didukung
dengan sifat dan karakter yang berbeda pula membuat proses
pembelajaran menjadi begitu menarik walaupun demikian hal ini
dapat menjadi suatu faktor yang menghambat di dalam proses
pembelajaran, terkhusus dalam penciptaan sebuah karya seni rupa
terapan, dimana sebagian siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga kurang memperhatikan aturan yang tepat di dalam membuat
lampu hias dari benang ini. Siswa yang memiliki tingkat pemahaman
51
berbeda mencoba mencari alternatif lain di dalam proses pengerjaan
lampu hias benang, sehingga hasil karya yang dihasilkan juga tidak
terlalu baik dibandingkan siswa yang mengikuti tahapan dan arahan
yang benar.
c) Aspek penguasaan bahan.
Ada beberapa hal yang terjadi pada siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri
1 Pallangga yang berhubungan dengan aspek penguasaan bahan yaitu
antara lain:
1. Pemilihan balon yang salah dan kualitas benang obras yang tipis.
Balon sebagai cetakan utama dalam membuat gulungan benang
terkadang memiliki tingkat kualitas yang tidak terlalu baik. Hal ini
dapat terlihat dari permukaan balon yang sangat tipis dan tidak
bulat sempurna sehingga disaat proses pengeringan, balon dengan
kualitas seperti ini dapat dengan mudah pecah atau kempes dan
membuat ukuran awal cetakan balon berubah mengecil yang
mengakibatkan benang obras yang belum kering secara sempurna
akan mengikuti ukuran balon yang berubah. Hal ini yang
menyebabkan biasanya tekstur benang menjadi tidak rapi atau
rusak.
Benang obras yang memiliki tekstur yang halus dan tipis juga
ikut menyulitkan siswa di dalam proses pengerjaannya, disaat
proses pengulungan, permukaan balon menjadi sangat licin
dengan lumuran lem fox yang telah dicampur sedikit air. Tekstur
52
benang obras yang sangat tipis juga ikut mengecil setelah terkena
lumuran lem yang semaking menyulitkan siswa. Selain itu waktu
yang diperlukan untuk mengulung benang agar balon tertutupi
secara sempurna juga memerlukan waktu yang relatif lama dan
tidak dapat dikerjakan secara perseorangan.
Gambar 4.5 Motif Balon yang ikut menempel pada benang.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Maret 2016)
Gambar 4.6 Proses pengulungan yang relativ lama.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
2. Kesalahan memadukan benang obras dan benang wol
Benang obras yang memiliki tekstur yang tipis dan halus
membuat proses pengulungan benang menjadi cukup lama,
sebagian siswa yang memiliki tingkat kejenuhan yang cukup
tinggi membuat siswa mencari alternatif lain yang dapat membuat
53
mereka tidak harus mengulung benang terlalu lama salah satu
alternatif yang bisa diambil adalah memadukan antara benang
obras dan benang wol .
Benang wol yang memiliki serat yang cukup tebal membuat
proses pengulungan menjadi cepat dan setelah dirasakan bahwa
gulungan benang wol sudah tebal maka akan dilanjutkan proses
pengulungan menggunakan benang obras pada permukaan
luarnya. Tapi hal ini akan membuat persoalan baru dikemudian
hari dikarenakan disaat lampu hias telah memasuki tahap finising
dan dinyalakan maka akan nampak bayangan benang wol yang
tebal disisi benang obras yang halus, sehingga tidak terlihat rapi.
Hal ini yang mengurangi sisi keindahan dari lampu hias benang.
Gambar 4.7 Benang Wol sebagai dasar lampu hias.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
54
Gambar 4.8 Benang wol ikut menempel pada permukaan balon.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
d) Aspek kegunaan
Hambatan yang terjadi sehubungan dengan aspek kegunaan pada
siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga cenderung tidak
memiliki hambatan yang terlalu berat, hal tersebut dikarenakan siswa
sudah memahami sejak awal bahwa lampu hias benang obras
merupakan lampu hias yang dapat digunakan sebagai penerangan dan
juga dapat dinikmati keindahannya berdasarkan bentuk lampu hiasnya
yang menarik dan unik.
e) Aspek wujud
Aspek wujud sangat berhubungan dengan prinsip-prinsip komposisi
dimana aspek ini sangat memfokuskan pada bentuk keindahan luar
dari sebuah karya seni. Hambatan yang terjadi dalam proses
pembentukan lampu hias biasanya terjadi diawal proses pengerjaan
yang membuat bentuk lampu hias menjadi tidak rapi. Hal ini lah yang
terjadi pada beberapa siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
55
Pallangga dikarenakan proses pengerjaan awal yang kurang tepat
misalnya proses gulungan benang yang salah, balon yang tiba-tiba
pecah mengakibatkan bentuk atau wujud gulungan benang menjadi
rusak.
f) Aspek kreatifitas
Perkembangan zaman membuat siswa lebih berfikiran kreatif akan
hal-hal yang akan mereka ciptakan, kaitannya dalam penciptaan
lampu hias benang obras siswa yang telah mendapatkan ide dan
gagasan akan karakter tokoh yang akan mereka buat dapat segera
mengerjakan proses pembuatan lampu hias benang ini. Walaupun
tidak terdapat hambatan yang cukup signifikan yang dihadapi oleh
siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga namun kreatifitas
yang terlalu berlebihan tanpa memperhatikan tahapan dan aturan
pembuatan yang benar juga dapat menjadi hambatan bagi siswa
dikemudian hari.
g) Aspek tempat.
Hambatan yang berhungan dengan aspek tempat pada siswa di kelas
XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga tidak memiliki hambatan yang
cukup berarti hal ini dikarenakan siswa sudah cukup mengetahui tata
cara penempatan objek yang benar. Berdasarkan beberapa pengakuan
siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga siswa lebih cenderung
56
meletakkan lampu hias yang mereka buat di dalam kamar sebagai
lampu tidur atau lampu hias.
B. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah
dilakukan di lapangan dengan mengaitkan teori-teori yang telah dikemukakan
terlebih dahulu berdasarkan kenyataan yang dihadapi atau ditemukan peneliti.
Ada tiga hal pokok yang akan dibahas yaitu pemanfaatan benang obras,
kualitas lampu hias dan faktor-faktor yang menghambat pemanfaatan benang
obras.
1. Pemanfaatan Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias pada
Siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
Proses pembuatan lampu hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga, siswa diarahkan untuk lebih memahami alat dan bahan
yang perlu digunakan terutama penggunaan benang obras sebagai media
utama. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi tingkat
kesalahan yang terjadi, proses pembuatan lampu hias harus sesuai dengan
ketentuan dan tahapan yang tepat. Ada beberapa hal yang telah di jalankan
oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga untuk menghasilkan
lampu hias benang yang menarik dan unik antara lain sebagai berikut:
a) Menyiapkan bahan dan peralatan
Siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga di dalam proses
pembuatan lampu hias dengan memanfaatkan benang obras sebagai
57
media utama, telah menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk
memudahkan dalam proses penciptaan karya seni dari benang. Bahan
dan alat yang digunakan tidak hanya terdiri dari benang obras tapi juga
memerlukan bahan dan alat pendukung lainnya. Seperti ketersediaan
kain flannel, balon tiup, lem fox, kabel set, Fitting Lampu, bohlam
lampu 5 watt, potongan kayu sebagai dudukan fitting, bahan PVC
bulat diameter 2,5 inch dan lebar 1cm atau sisa gulungan lakban
digunakan sebagai leher dan pembentukan lubang pada bola benang
agar mudah memasukkan bohlam lampu, gunting, serta kuas yang
digunakan untuk mengoleskan lem pada permukaan balon.
Selain itu pemilihan warna pada benang obras oleh siswa di
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga disesuaikan dengan warna
pada karakter objek yang akan mereka buat, dan pemilihan kain flannel
yang dijadikan sebagai bagian pelengkap untuk memperindah
gulungan benang, juga disesuaikan dengan warna karakter tokoh yang
ciptakan, walaupun terkadang ada siswa yang mencoba membentuk
karakter yang kurang jelas tanpa berpatokan pada karakter tokoh yang
telah ada atau berusaha menciptakan kreasi sesuai dengan imajinasi
mereka, dengan memadukan warna kontras antara warna benang obras
dan kain flannel yang tidak saling bersinerji, tapi tetap memiliki nilai
keindahannya sendiri.
58
b) Proses gulung, lem dan pengeringan
Di tahap ini siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga telah
memasuki tahap pengerjaan dimana tahapan ini merupakan tahapan
utama untuk menentukan kualitas atau hasil dari pembuatan lampu
hias dari benang obras. Proses awal adalah tahap pemberian lem dan
pengulungan, tahapan ini dimulai dengan siswa kelas XI IPA 7
membuat cetakan lampu hias dengan menggunakan media balon, balon
ditiup dan dilumuri dengan menggunakan lem fox yang telah dicampur
sedikit air.
Setelah balon telah terlumuri oleh lem secara sempurna fase
selanjutnya adalah proses pengulungan tetapi tahapan ini tidak dapat
dikerjakan secara sendiri melainkan harus memerlukan bantuan orang
lain oleh sebab itu proses ini dikerjakan oleh 2 orang siswa secara
bergantian, karena memerlukan waktu lama dan cukup menguras
tenaga sampai permukaan warna balon benar-benar tertutupi secara
menyeluruh.
Setelah proses pengulungan dan pemberian lem telah selesai
selanjutnya adalah pengeringan. Proses ini dapat dilakukan dengan
menjemur secara lansung balon yang telah terliliti benang obras di
bawah sinar matahari tapi untuk mengurangi resiko agar balon tidak
kempes dan pecah disaat proses pengeringan, gulungan benang dapat
dikeringkan secara manual dengan diletakkan di dalam ruang kelas.
Walaupun memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses
59
pengeringan seperti ini dikarenakan gulungan benang tidak
mendapatkan cahaya matahari secara lansung dan hanya dikeringkan
secara manual dengan udara di dalam kelas, tapi hal ini lebih efektif
untuk menghindari resiko balon akan pecah sebelum benang obras
benar-benar dalam keadaan kering secara sempurna dan hal inilah yang
dilakukan siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dengan
memperhatikan beberapa kali proses pengeringan yang telah gagal
maka proses pengeringan seperti ini diangap lebih efektif oleh siswa.
c) Proses pemberian leher
Sesuai dengan namanya „lampu hias benang‟ sudah pasti di
dalamnya akan diberikan bohlam lampu agar dapat menyala dan
digunakan, maka harus ada lubang untuk memasukkan bohlam lampu
ke dalam gulungan benang. Dalam hal ini ada beberapa pembuat
lampu yang hanya memberi lubang di bawah dengan
memotong/menggunting bagian lampu sesuai ukuran yang di inginkan,
kemudian bohlam lampu dimasukkan begitu saja, namun sebelumnya
balon yang terdapat di dalam gulungan benang harus dipecahkan
terlebih dahulu. Berbeda dengan siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga siswa membuat lubang lampunya sekaligus sebagai leher.
Jadi selain berfungsi sebagai lubang untuk tempat memasukkan
bohlam lampu, juga sebagai variasi menambah keindahan agar antara
gulungan benang dan dudukan lampu menyatu secara sempurna, disisi
lain juga mudahkan untuk dilepaskan bila kita akan mengganti bohlam
60
lampunya. Proses pemberian leher ini lakukan setelah bola benang
yang di jemur sudah benar-benar kering dan keras, maka balon yang
ada di dalam siap untuk di pecahkan dan dikeluarkan.
Setelah proses pemecahan dan pelepasan balon telah selesai siswa
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga memulai membuat leher
lampu dengan memanfaatkan bahan sisa gulungan lakban atau
potongan-potongan bulatan PVC untuk di tempelkan pada bagian
bulatan yang telah di gunting tadi. Agar lebih indah dan terlihat rapi
siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga mencoba menutupi
bagian leher lampu dengan menempelkan kain flannel yang senada
dengan warna pola karakter.
d) Proses membuat pola karakter
Tahapan ini merupakan tahapan yang dikerjakan oleh siswa kelas
XI IPA 7 setelah tahap pemberian leher lampu telah selesai. Tahap ini
diawali dengan siswa menggambar pola di atas kertas hvs terlebih
dahulu agar pola karakter lebih rapi, tapi sebagian siswa mencoba
untuk lansung menggambar pola karakter di atas kain flannel karena
menurut mereka hal ini diangap lebih cepat dibandingkan harus
menggambar terlebih dahulu pola karakter di atas kertas hvs sebelum
dicetak di kain flannel.
61
e) Proses pembentukan karakter
Setelah pola karakter telah di buat, siswa kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga memulai untuk membentuk karakter sesuai dengan
pola yang telah dibuat. Siswa kelas XI IPA 7 mengunting kain flannel
yang telah memiliki pola dengan mengikuti ukuran pola yang telah ada
dimana pola yang sebelumnya telah diggambar tidak boleh lebih besar
dibandingkan ukuran gulungan benang. Setelah tahapan penguntingan
pola karakter, siswa mulai menempelkan pola sesuai dengan urutan
penempelan yang tepat yaitu dimulai dari dasar dan diteruskan
kebagian selanjutnya seperti penempelan mata, hidung mulut dan
hiasan lainnya.
f) Dudukan lampu dan finishing
Siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga di dalam membuat
dudukan lampu lebih memilih hal praktis yaitu dengan membeli kabel
set yang sudah tersedia bersama tempat pemasangan lampu yang dapat
segera digunakan. Siswa berangapan hal ini lebih praktis dan tidak
terlalu lama dibandingkan harus membuat sendiri dudukan lampu baik
dari kayu atau bahan yang lain, setelah semua proses yang telah
dilewati oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga maka
proses yang terakhir adalah finishing dan lampu hias benang obras
sudah siap digunakan.
62
2. Kualitas Lampu Hias dengan Mengguanakan Benang Obras pada
Siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
Kualitas lampu hias benang obras pada siswa kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga dapat di ukur dan diklasifikasikan dalam beberapa
aspek penilaian kualitas, yaitu terdiri atas penilaian aspek ide dan gagasan,
aspek penguasaan teknis, penguasaan bahan, kegunaan, wujud, kreatifitas
dan aspek tempat. Berdasarkan kriteria penilaian kualitas tersebut dapat
diuraikan ketercapaian kompetensi selama dalam proses pembelajaran
yang telah berlansung serta akan didaptkan kesimpulan tentang tingkat
baik buruknya hasil dari proses pembelajaran seni rupa terapan yang
dihasilkan oleh siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dengan
hasil pemaparan sebagai berikut:
a) Aspek ide dan gagasan.
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi, pada aspek ide dan
gagasan siswa memiliki tingkat pencapaian yang berbeda beda dimana
siswa yang memiliki tingkat sangat baik dikarenakan ide dan gagasan
yang mereka angkat lebih menarik dan lebih kreatif hal ini dapat
dilihat dari penciptaan karakter yang terkonsep dibandingkan yang
lainnya, yang diperoleh oleh Qolby muhajidah dengan nilai 85, Ahmad
arham 90, Rahmawati j 90, Audrian maulana 85, Wahyuni 85,
Febriyanti 90, dan Nur fajri qadri h 85 poin, sedangkan Risky
awaliyah, tuty awaliyah dan Nurul hasbi mendapat nilai 80.
63
Selain itu siswa yang mendapatkan pencapaian kompetensi antara
70-79 dengan nilai kualitatif baik berdasarkan aspek ide dan gagasan
yang telah menciptakaan karakter-karakter yang cukup baik, walaupun
penyampaian ide dan gagasan tidak dapat diaplikasikan dengan benar
atau tidak sesuai dengan ide dan gagasan awal yang mereka fikirkan
sebelumnya, diperoleh oleh siswa Nur cahyani, Muh ghalib, Andi
supriadi, Rahmi dengan nilai 70. Muh ulil amri, wulan mawardika, Siti
sulaeha, Munawir, Nindyah, Ayu serta Indra wira mendapat nilai 75.
dan yang terakhir adalah siswa yang mendapatkan nilai cukup dan
kurang dikarenakan ketidaksiapan siswa di dalam memikirkan ide dan
gagasan akan karakter objek yang akan mereka buat yang
mengakibatkan hasil lampu hias siswa dibawah rata-rata, diperoleh
oleh Muh nur rahmat s dan Adinda lutfiah dengan nilai 65, serta
Ardiyansyah 55 dengan nilai kualitatif sangat kurang.
b) Aspek penguasaan teknis
Penilaian akan penguasaan teknis pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga memiliki tingkat penilaian yang beragam. Siswa
yang mendapatkan nilai kualitatif sangat baik dikarenakan disaat
proses pelaksanaan siswa mengikuti tata cara pembuatan lampu hias
sesuai tahapan yang benar sehingga lampu hias yang dihasilkan lebih
baik dibandingkan yang lainnya. Berdasarkan penguasaan teknis siswa
yang mendapat nilai sangat baik yaitu Qolby mujahidah 85, Achmad
arham, Ulil amri dan Rahmawati j 90, Audrian maulana,Wahyuni dan
64
Nur fajri qadri haerani dengan nilai 85. Selain itu ada bebarapa siswa
yang tidak mengikuti tahapan pembuatan lampu hias dengan tepat dan
mengurangi penilaian berdasarkan aspek penguasaan teknis yaitu siswa
atas nama Nur cahyani, Risky awaliyah, Siti sulaeha, Munawir dan
Alvira dengan nilai 70. Tuti awaliyah dan Indra wira 65, Wahyuni,
Nurul hasbi, Muh Ghalib dan Rahmi mendapatkan nilai 70
dikarenakan lampu hias yang dihasilkan tidak cukup rapi. Serta siswa
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga yang mendapatkan penilaian
cukup dan sangat kurang terdiri atas beberapa orang yang di
karenakan siswa sejak awal pembuatan tidak mengikuti tahapan yang
tepat dimana siswa ini berusaha untuk mencari alternatif lain yang
dapat memudahkan mereka disaat proses pengerjaan pembuatan lampu
hias tapi hal inilah yang membuat kualitas lampu hias menjadi sangat
kurang dikarenakan teknik yang salah serta proses pengerjaan yang
terlalu terburu buru, yang terdiri atas Tuty awaliyah 65, Muh nur
rahmat, Andi supriadi 60, Indra wira 65. Serta Ardiansyah dengan
nilai 55
c) Penguasaan bahan
Bahan merupakan media yang paling utama di dalam penciptaan
sebuah karya oleh karena itu seseorang yang akan membuat sebuah
karya seni harus menguasai karakter atau kegunaan dari sebuah bahan.
Berdasakan hal tersebut di dalam proses pembuatan lampu hias benang
terdapat kecenderungan yang berbeda beda antara siswa di dalam
65
penguasaan dan pengunaan bahan oleh sebab itu penilaian akan
penguasaan bahan pada siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
juga berbeda beda, siswa yang mendapat nilai terbaik berdasarkan
penguasaan bahan diberikan kepada Rahmawati j dan Febriyanti
dengan nilai 90, Wahyuni dan Nur fajri qadri haerani 85. Qolbi
mujahidah, Achmad arham, Risky, Tuty awaliyah, dan Nurul hasbi
mendapat nilai 80 pada aspek penguasaan bahan. Hal ini di karenakan
siswa dapat lebih memahami karakter bahan yang digunakan sehingga
disaat proses pengerjaan siswa dapat mudah menguasai bahan dan alat
dari lampu hias ini. Siswa yang dapat memahami karakter bahan
dengan benar tetapi tidak mengikuti tahapan pembuatan yang tepat
berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi mendapatkan penilaian
baik yaitu terdiri atas Muh ulil amri, Wulan mawardika, Siti sulaeha,
Nur rahmat s, Alfira, Nindiyah, Ayu dan Indra wira dengan nilai 75.
Nurul cahyani, Andi supriadi dan rahmi 70. Sedangkan yang mendapat
nilai cukup dikarenakan bahan yang digunakan tidak sesuai di dalam
membuat lampu hias dari benang obras seperti memadukan anatara
benang wol dan benang obras yaitu Muh nur rahmat s, Adinda lutfiah
dan Audrian maulana 65. Ghalib 60 serta Ardiansyah 55.
d) Aspek kegunaan.
Aspek kegunaan merupakan pertimbangan utama di dalam membuat
seni rupa terapan. Di dalam pembuatan lampu hias benang terkadang
ada siswa yang hanya mengumpulkan gulungan benang tanpa disertai
66
dengan lampu pijar sehingga gulungan benang hanya akan menjadi
hiasan yang kehilangan fungsi pakainya. Namun ada beberapa siswa
yang dapat membuat lampu hias sesuai dengan tujuan awal
pembuatannya yaitu dengan melengkapi gulungan benang dengan
lampu pijar yang dapat digunakan dan hasil dari gulungan benang yang
dibuat memiliki tingkat kerapian yang lebih baik dibandingkan yang
lainnya. Siswa yang mendapatkan penilaian yang sangat baik dari sisi
aspek kegunaan terdiri atas Qolby mujahidah, Risky, Nurul hasbi, Muh
nur rahmat s, dan Nindyah dengan nilai 80, Achmad arham,
Rahmawati j dan Febriyanti 85. Sedangkan siswa yang mendapat
penilaian baik berdasarkan kerapian dan keindahan gulungan benang
tapi tidak dilengkapi dengan lampu pijar yang mengurangi penilaian
dari sisi aspek kegunaan yaitu Muh ulil amri, Tuti, Wulan mawardika,
Munawir , Adinda lutfiah, Nindiyah dan Rahmi mendapat nilai 75 dan
yang terakhir adalah siswa yang mendapat penilaian kurang
berdasarkan gulungan benang yang tidak rapi serta tidak dilengkapi
dengan lampu pijar atau dudukan lampu yaitu Nur cahyani dengan
nilai 65.
e) Aspek wujud
Wujud atau bentuk sangat erat hubungannya akan prinsip-prinsip
komposisi yang meliputi proporsi, keseimbangan, irama, kontras,
klimaks dan kesatuan. Berdasarkan hal tersebut penilaian akan wujud
atau bentuk dari lampu hias benang dapat disimpulkan dari hasil yang
67
telah kerjakan siswa, oleh sebab itu siswa yang mendapat nilai sangat
baik dikarenakan memiliki proporsi, keseimbangan kontras dan
kesatuan yang cukup baik yaitu siswa atas nama Achmad arham,
Rahmawati j dan Muh ulil amri dengan nilai 90. Qolbi mujahidah dan
Audrian maulana 85, Tuti, Febriyanti, Wahyuni, Nurul hasbi, Wulan
mawardika, Siti sulaeha, Adinda lutfiah dan Ayu mendapat nilai 80
berdaskan penilaian aspek wujud atau bentuknya. Sedangkan siswa
yang memiliki penilaian kualitatif baik berdasarkan kesatuan bentuk
yang cukup baik yang dapat di nilai dari hasil pembuatan karakter
tokoh pada gulungan benang terdiri atas Risky awaliyah, Alvira dan
Ayu mendapat nilai 75, siswa yang mendapat nilai sangat kurang atau
cukup yaitu Nur cahyani, Andi supriadi dan Indra wira dengan nilai 65
serta Ghalib dengan nilai 60.
f) Aspek kreatifitas
Kreatifitas dapat ditemukan dimana saja baik dari sisi penggunaan
bahan maupun teknik yang digunakan. Sisi kreatifitas yang paling
mudah dijabarkan adalah dari sisi kreatifitas pembentukan karakter
atau objek-objek yang siswa senangi. Dalam penilaian akan kreatifitas
lampu hias dari benang obras terdapat beberapa siswa yang memiliki
tingkat kecenderungan kreatifitas yang cukup baik hal ini dapat terlihat
dari lampu hias yang mereka buat yaitu siswa atas nama Qolbi
mujahidah, Achmad arham, Rahmawati j, Febriyanti, Nur fajri qadri
haerani serta Ayu yang mendapat nilai 90 dan 95 serta yang tetinggi
68
diantaranya adalah Achmad arham alimuddin yang mendapat nilai 98
yang mencoba memadukan antara 2 gulungan benang dan disatukan
menjadi satu lampu hias yang unik. Siswa yang mendapat penilaian
baik diukur dari proses penciptaan karakter yang menarik tapi
gulungan benang yang dihasilkan tidak terlalu rapi diperoleh oleh
Risky, Ulil amri, Tuti awaliyah, wahyuni, Nurul hasbi, Wulan, Siti
sulaeha, Munawir serta Alvira yang mendapat nilai rata-rata antara 80
– 88. Sedangkan siswa yang mendaptkan nilai dibawah rata-rata adalah
Ardiansyah, Indra wira dan Andi supriadi dengan nilai 65, Ghalib, Nur
cahyani, Nur rahmat s dengan nilai 60 dikarenakan tekstur benang
berubah menjadi rusak, sangat kasar dan terlalu tebal.
g) Aspek tempat
Penggunaan lampu hias dari benang telah cukup dipahami oleh siswa
di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga baik dari sisi penempatan
lampu hias yang tepat atau pun sisi kegunaanya. Berdasarkan aspek
penilaian tempat dapat dinyatakan siswa kelas XI IPA 7 sebagian besar
telah memahami penempatan lampu hias dari benang walaupun ada
beberapa siswa yang lebih baik dari beberapa aspek penilaian yang lain
seperti Achmad arham alimuddin, Tuti awaliyah, Febriyanti, dan Nur
fajri qadri haerani dengan nilai 80 karena telah membuat dudukan
lampu yang benar dan unik sehingga lampu hias benang dapat
ditempatkan dimana saja. Siswa yang mendapat nilai baik dikarenakan
membuat gulungan lampu yang rapi tapi tidak dilengkapi dengan
69
lampu pijar mengurangi sisi penilaian dari aspek tempat yaitu Qolbi
mujahidah, Nur cahyani, Risky, Ulil amri, Febriyanti, Nurul hasbi,
Muh nur rahmat s, Munawir, Ardiansyah, Alfira, Nindiyah, Ayu, Indra
wira, Andi supriadi dan Rahmi mendapat nilai 70 -75. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai cukup dan sangat kurang dikarenakan
gulungan benang tidak rapi dan gulungan benang tidak dapat berdiri
secara seimbang diperoleh oleh Audrian maulana, Wulan, Siti sulaeha,
dan Muh ghalib mendapat poin 65.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
karya siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dalam proses
pembuatan lampu hias dari benang obras memiliki tingkat kualitas yang
baik dengan pencapaian nilai rata-rata antara 80-90 poin dengan nilai
kualitatif sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil karya yang dihasilkan
oleh siswa kelas XI IPA 7 dimana dominan karya yang dihasilkan
memiliki tingkat kualitas penilaian baik berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi yang ada.
70
3. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Pemanfaatan Benang Obras
dalam Pembuatan Lampu Hias pada Siswa XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga
Faktor-faktor yang menghambat siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga dalam proses pembuatan lampu hias dengan menggunakan
media benang obras dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Aspek ide dan gagasan
Ide dan gagasan merupakan acuan dasar sebelum seseorang
menciptakan sebuah karya seni dimana ide dan gagasan telah
mencakup hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan serta langkah-
langkah yang harus ditempuh di dalam membuat sebuah karya, oleh
sebab itu ide dan gagasan sangat diperlukan untuk menciptakan
sebuah karya seni. Proses pembuatan lampu hias yang terjadi di kelas
XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga sebagian siswa masih sulit untuk
menentukan bentuk atau karakter apa yang akan mereka buat hal
inilah yang menjadi hambatan awal di dalam proses pembuatan lampu
hias dari benang yang mengakibatkan proses pengerjaan ketahap
selanjutnya menjadi tertunda. Seperti yang dikemukakan oleh Adinda
Lutfiah (Siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga, Wawancara
tanggal 15 Maret 2016) bahwa:
“Saya cukup sulit untuk menentukan ide awal yang akan saya buat
terutama untuk menentukan karakter kartun apa yang akan saya
ciptakan karena begitu banyak bentuk kartun yang unik-unik oleh
sebab itu saya memerlukan waktu cukup lama untuk menentukan
objeknya sehingga proses menyiapkan bahan dan alatnya harus
tertunda menunggu konsep dasar yang akan saya ciptakan.”
71
b) Aspek penguasaan teknis
Sebagian siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga membuat
lampu hias benang obras dengan tidak memperhatikan tahapan atau
aturan pembuatan yang benar hal ini mengakibatkan hasil lampu hias
yang mereka buat menjadi tidak rapi atau rusak. Cara ini dilakukan
karena menurut mereka alternatif ini diangap lebih mudah dan tidak
memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan tahapan
pembuatan yang sebenarnya namun kesalahan menggunakan teknik
akan berdampak pada hasil akhir lampu hias benang ini. Salah satu
kesalahan teknik yang dilakukan oleh siswa di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga adalah disaat proses pengulungan benang pada
cetakan balon benang seharusnya diputar secara tidak beraturan
sehingga gulungan benang yang dihasilkan juga tidak beraturan dan
menambah keindahan dari gulungan benang itu sendiri tetapi
kebanyakan siswa kelas XI IPA 7 memutar balon dengan cara satu
arah sehingga menghasilkan gulungan benang yang searah. Teknik
yang seperti ini kurang memberikan efek yang baik disaat lampu akan
dinyalakan. Gulungan benang yang searah akan nampak sangat jelas
dengan benang yang saling menumpuk antara satu dan yang lainnya
berbeda dengan gulungan benang yang digulung secara tidak
beraturan sehingga membuat suatu pola bayangan yang tidak
beraturan yang menambah nilai estetika dari lampu hias benang ini
hal ini senanda dengan yang disampaikan oleh Ayu istiawati (Siswa
72
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga Wawancara tanggal 15
Maret 2016) bahwa:
“Proses pengulungan benang yang memerlukan waktu yang cukup
lama dan menguras tenaga yang cukup besar membuat saya kurang
memperhatikan tahapan pembuatan yang benar. misalnya saya,
lebih suka mengulung benang dengan satu arah dibandingkan harus
mengulung benang secara tidak beraturan karena hal tersebut
membutuhkan tenaga yang cukup besar dan diperlukan ketelitian
dalam mengulungnya”
c) Aspek penguasaan bahan
Ada beberapa hambatan yang terjadi di kelas XI IPA 7 yang
berhubungan dengan penguasaan bahan antara lain:
1. Pemilihan balon yang salah dan kualitas benang obras yang tipis.
Kebanyakan siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga di
dalam proses pembuatan lampu hias dengan menggunakan
benang obras membeli balon sebagai cetakan pembuatan lampu
dengan kualitas yang tidak terlalu baik. Hal ini dapat terlihat dari
kualitas balon yang sangat tipis yang mejadi halangan bagi siswa
sendiri disaat proses pengulungan telah selesai. Siswa kelas XI
IPA 7 yang telah memasuki tahap pengeringan banyak diantara
mereka yang harus membuat gulungan benang baru, hal ini
disebabkan karena pada saat proses pengeringan, balon berubah
dari ukuran awalnya dan pecah karena kualitas balon yang kurang
baik dan terlalu tipis.
73
Hal yang hampir sama disampaikan oleh Nurul Cahyani (Siswa
kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga, Wawancara tanggal 15
maret 2016) Bahwa:
“Mencari balon yang pas dan sesuai sangatlah sulit
dikarenakan kebanyakan yang mudah ditemui adalah balon
dengan kualitas yang tidak terlalu baik dan bentuknya juga
tidak bulat sempurna. Pada saat pengeringan balonnya cepat
mengempes dan membuat benang lilitannya ikut mengerucut”
Berdasarkan peryaataan tersebut kesalahan awal pemilihan
bahan yang kurang teliti mengakibatkan proses pengerjaan harus
diulang kembali dan membuat tahap pengerjaan ke tahap
berikutnya menjadi tertunda. Selain itu jenis balon yang memiliki
motif yang terlalu banyak (gambar) memberikan dampak lain
pada hasil lampu hias yang dibuat oleh siswa kelas XI IPA 7
SMA Negeri 1 Pallangga, balon yang memiliki motif atau
gambaran yang dominan membuat motif ikut tertempel pada
bagian dasar dalam balon hal ini dapat terlihat pada hasil
beberapa siswa kelas XI IPA 7 IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga.
Selain kesalahan pemilihan bahan cetakan yang memiliki
kualitas yang tidak cukup baik hambatan lain yang diperoleh
oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga adalah
proses pengulungan benang yang memerlukan waktu yang lama.
Hal ini dikarenakan jenis bahan dasar benang obras yang
memiliki tekstur yang halus, mengakibatkan siswa harus
74
mengulung benang dalam jangka waktu yang cukup lama selain
itu proses pengerjaannya yang tidak dapat dilakukan secara
perorangan membuat lampu hias ini harus dikerjakan secara
bergantian, ada yang memegang benang obras dan ada pula yang
mengulung balon dengan benang obras. Karena pengerjaannya
yang cukup lama membuat siswa harus lebih bersabar di dalam
proses pembuatannya hal ini senada dengan yang disampaikan
oleh Ardiyansah (Siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga, Wawancara tanggal 15 Maret 2016) bahwa:
“Penggunaan benang obras yang harus menutupi permukaan
balon secara sempurna membuat proses pengulungan menjadi
lebih lama ditambah dengan benang obras yang sangat tipis,
membutuhkan kesabaran disaat proses pengulungannya
apalagi dikhawatirkan balon akan pecah ketika lem masih
dalam keadaan basah”
2. Kesalahan memadukan benang obras dan benang wol
Kesalahan lain yang sering terjadi di dalam proses pembuatan
lampu hias benang obras pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga adalah kesalahan memadukan antara benang
obras dan benang wol. Hal ini berawal dari proses pengulungan
benang obras yang memerlukan waktu yang cukup lama membuat
siswa kelas XI IPA 7 mencoba mencari alternatif lain untuk
mempercepat dan mempermudah proses pengulungan dimana
alternatif yang siswa tempu adalah memadukan antara benang
obras dan benang wol. Benang wol yang memiliki serat yang
75
cukup tebal membuat proses pengulungan menjadi relatif cepat
dibandingkan dengan benang obras yang memiliki tekstur yang
halus dan tipis. Siswa terlebih dahulu mengulung benang wol
sebagai dasar gulungan benang, setelah dirasakan gulungan
benang telah tebal siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
kembali melanjutkan proses pengulungan dengan menggunakan
benang obras untuk menutupi benang wol sehingga tercipta
permukaan yang halus dan rapi dibagian sisi luar gulungan
benang.
Tapi dampak sesungguhnya baru dirasakan oleh siswa kelas
XI IPA 7 setelah proses pengeringan diangap telah selesai, serat
benang wol yang tebal membuat proses pengeringan seharusnya
lebih lama dibadingkan dengan benang obras. Pada saat proses
memecahkan balon, benang wol yang belum terlalu mengering
ikut menempel pada permukaan balon dan mengakibatkan bagian
dalam gulungan balon menjadi tidak rapi. Hal ini dikarenakan
siswa terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa gulungan
benang telah mengering secara sempurna hanya dengan melihan
benang obras yang telah mengering di bagian luar, inilah yang
membuat permasalahan baru di dalam pembuatan lampu hias dari
benang sehingga mengurangi nilai keindahan lampu hias disaat
dinyalakan sebab terdapat dua jenis benang yang berbeda, seperti
76
yang dikemukakan oleh St Sulaeha (Siswa kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga, Wawancara tanggal 15 Maret 2016) bahwa:
“Pada proses pengeringan gulungan benang harus benar-benar
kering secara menyeluruh sebab jika tidak kering secara
sempurna pada saat proses pemecahan balon, benang akan ikut
menempel pada permukaan benang terutama jika memakai
benang wol terlebih dahulu. Oleh sebab itu harus dikerjakan
dengan hati-hati agar benang berbentuk bulatan yang
sempurna”
d) Aspek kegunaan
Di dalam aspek kegunaan siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga tidak terlalu mendapatkan hambatan yang signifikan hal
ini dikarenakan siswa sudah cukup paham mengenai fungsi dan
kegunaan lampu hias benang obras yaitu sebagai penerangan yang
dapat dinikmati dari sisi keindahan artistiknya. Walaupun aspek
kegunaan lampu hias telah dipahami secara umum tapi aspek
kegunaan harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan hal ini
mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan adalah kegunaan.
e) Aspek wujud
Wujud lampu hias benang obras sangat dipengerahui berdaskan proses
awal pengerjaannya dimana proses awal inilah yang menentukan baik
tidaknya bentuk atau wujud lampu hias yang akan dihasilkan misalnya
kesalahan menggunakan bahan dasar cetakan balon yang terlalu tipis,
memadukan antara benang wol dan benang obras dan ketidak
cermatan dalam membuat lampu hias benang dengan tidak mengikuti
77
tahapan pembuatan yang benar mengakibatkan bentuk atau wujud
lampu hias menjadi rusak dan tidak menarik.
f) Aspek kreatifitas
Tak dapat dipunkiri bahwa saat ini siswa memiliki tingkat pemikiran
yang cenderung lebih kreatif hal ini di dorong dari segi
perkembangan zaman dan teknologi yang membuat siswa mampu
mengakses dan mencari hal-hal baru yang dapat mengembangkan pola
pemikiran mereka. Namun sisi kreatifitas yang terlalu diesplor tanpa
memikirkan dan memperhitungkan aturan dan ketentuan yang benar
akan berdampak kurang baik bagi siswa sendiri seperti hambatan yang
diperoleh siswa dalam membuat lampu hias dari benang siswa
cenderung mencari alternatif lain untuk mempermudah proses
pengerjaan lampu hias namun hasil yang di dapatkan lampu hias
menjadi rusak dan tidak rapi karena tidak sesuai dengan proses
pengerjaan yang benar. Salah satu peryataan yang dapat menwakili
peryataan tersebut adalah peryataan Nurul Hasbi (Siswa kelas XI IPA
7 SMA Negeri 1 Pallangga, Wawancara tanggal 15 Maret 2016)
bahwa:
“Internet sangat membantu untuk menentukan ide dan gagasan
yang akan dibuat begitu banyak hal yang dapat dijadikan sebagai
acuan dasar untuk membuat karya lampu hias benang tapi karena
merasa sudah cukup tahu saya mencoba mencari alternatif lain
yang bisa memudahkan saya di dalam proses pembuatan lampu
hias ini”
78
g) Aspek tempat
Aspek tempat merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan sebab hal
tersebut berhubungan dengan tujuan awal pembuatan sebuah karya.
Dalam aspek tempat siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga
tidak terlalu mendapatkan hambatan yang sulit dikarenakan siswa
sudah memahami sejak awal tujuan pembuatan lampu hias benang
obras dan lampu hias ini akan diletakkan dimana, karena sifatnya yang
tidak formal maka tempat yang paling tepat untuk meletakkan lampu
hias benang adalah di dalam kamar yang dapat dijadikan sebagai
lampu tidur atau lampu baca yang indah dan menarik seperti yang
disampaikan oleh Febriyanti (Siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga, Wawancara tanggal 15 Maret 2016) bahwa:
“Lampu hias benang obras ini sangat menarik dari sisi bentuk dan
bahannya. Saya membuat lampu hias benang obras ini selain
sebagai tugas sekolah saya juga ingin menggunakannya sendiri
dimana lampu hias ini akan saya letakkan di dalam kamar karna
bentuknya yang unik dan menarik lampu hias ini sangat cocok
digunakan sebagai lampu tidur”
.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Pemanfaatan benang obras yang berlansung di kelas XI IPA 7 SMA
Negeri 1 Pallangga terdiri atas beberapa tahapan penting yaitu menyiapkan
bahan dan peralatan, proses gulung, lem dan pengeringan, proses
pemberian leher, proses pembuatan pola karakter, proses pembentukan
karakter dan pembuatan dudukan lampu serta. Dimana proses pengerjaan
lampu hias dari benang obras ini memerlukan kecakapan, kreativitas serta
kerja sama yang baik diantara siswa.
2. Kualitas lampu hias dengan menggunakan benang obras yang dihasilkan
oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dapat dinyatakan
memiliki tingkat kualitas yang baik, ini dapat dilihat dari hasil karya yang
mereka hasilkan. Penilaiannya dapat diukur berdasarkan indikator penilain
kualitas yang meliputi penilaian aspek ide dan gagasan, penguasaan teknis,
penguasaan bahan, aspek kegunaan, aspek wujud, kreativitas, dan aspek
tempat. berdasarkana indikator penilaian kualitas tersebut dapat
disimpulkan dan diuraikan bahwa hasil karya lampu hias kelas XI IPA 7
SMA Negeri 1 Pallangga memiliki tingkat kualitas yang baik.
3. Faktor-faktor yang menghambat proses pemanfaatan benang obras di dalam
pembuatan lampu hias pada siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu Pemilihan balon yang
79
80
salah dan kualitas benang obras yang tipis serta kesalahan memadukan
benang obras dan benang wol. Walaupun demikian terjadi beberapa
halangan di dalam proses pengerjaannya namun semuanya dapat di lewati
oleh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga dengan kerja sama
yang baik antara siswa.
B. Saran
Setelah menguraikan tentang pemanfaatan benang obras pada pembuatan
lampu hias sebagai materi seni rupa terapan maka penulis menyarankan
beberapa hal:
1. Agar siswa lebih meningkatkan minat dan kreativitasnya untuk
menghasilkan karya-karya yang lebih baik terutama dalam penciptaan
karya yang berbentuk rupa dalam pembelajaran seni budaya di Sekolah.
2. Guru seyogyanya dapat menjadi fasilitator dan menjadi sumber
pemecahan masalahan yang baik di dalam proses pembelajan. Oleh sebab
itu guru harus lebih kreatif dan lebih membuka serta menerima ide serta
gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
terutama dalam pembelajaran seni budaya.
3. Diharapkan kepada pemerintah maupun pihak sekolah untuk lebih
memberikan perhatian terkhusus pada mata pelajaran seni budaya di mana
mata pelajaran seni budaya memadukan antara teori dan praktik yang
memerlukan beberapa fasilitas pendukung di dalam proses
pembelajarannya agar siswa dapat merasa aman dan lebih nyaman dalam
mengespresikan kreativitas-kreativitas mereka
81
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Sri Hermawati Dwi dkk, 2008, Seni Budaya Jilid 2 untuk SMK. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Badudu Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Dorothea Wahu Arini.2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan
Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: CV Andi Offset.
Drs, Arif Santoso, M,Pd. 2015. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi terbaru.
Jakarta: Mahkota Kita.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud). 2000. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fitri Genrawati. 2015. Rahasia Cepat Teknik Menjahit. Jakarta: Prima.
Hikari Luna, Amira Affit. 2015. Mahir Menjahit. Jawa Barat: Hafamira.
Mirnawati, 2013.“Proses Pembuatan Kerajinan Batu Nisan Di Desa Lolloe
Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng”.Sripsi: Makassar: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Muliono., 2013.Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Pedoman Penulisan Skripsi. 2014. Edisi Revisi 1. Makassar: Panrita Press.
Ys Bichu. 2013. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Citra Harta Prima.
Bastomi, 2014. Mengenal ornamen tradisional sejarah dan perkembanganya
(Online), (http://www.bilikseni.com/diakses 01 maret 2016).
Frida Harapan, 2014. pengertian Lampu Hias. (Online)(http://www.rumahku.com
diakses 29 januari 2016).
.
(https://butikkaffah.files,wordpress.com 18/12/2013 diakses 29 januari 2016)
(https://www.Kriya-asri.com 31/07/2014 diakses 29 januari 2016)
(https://www.Bumiku.web.id 17/08/2014 diakses 29 januari 2016)
(https://www.Enportu.com 21/10/2013 diakses 29 januari 2016)
81
82
(https:// www.caretekno.com 20/01/2015 diakses 29 januari 2016)
(https:// www:penrajin logam.worpress.com 15/04/2015 diakses 29 januari 2016)
83
84
A. Format Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhapat objek
. Pada penelitian ini objek yang akan diamati adalah pemanfaatan benang obras dalam
pembuatan lampu hias di kelas IX IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga adapun hal-hal yang
harus diamati terdiri atas:
No
Pembuatan
Lampu hias
dari Benang
Obras yang
akan diamati
Deskripsi
1
Menyiapkan bahan
dan peralatan
Ketersedian benang obras, kain flannel, balon
tiup, lem fox, kabel set, Fitting Lampu, bohlam
lampu 5 watt, potongan kayu sebagai dudukan
fitting, bahan PVC bulat diameter 2,5 inch dan
lebar 1cm digunakan sebagai leher dan
pembentukan lobang pada bola benang agar
mudah memasukkan bohlam lampu, gunting serta
kuas digunakan untuk memudahkan disaat
mengoleskan lem terhadap balon.
2
Proses gulung, lem
dan pengeringan
Setelah tahap persiapan bahan dan alat maka
selanjutnya yaitu proses pengulungan bola benang
dengan mengulung benang diatas balon yang
sudah di beri lem fox hingga siap untuk di
keringkan setelah di lem.
85
3 Proses pemberian
leher
Proses pemberian leher ini di lakukan setelah
benang yang di jemur sudah benar-benar kering
dan keras, maka balon yang ada di dalam siap
untuk di pecahkan dan dikeluarkan. Dengan
menempelkan PVC bulat ke permukaan balon
untuk mendapatkan tempat memasukkan bohlam
lampu sekaligus memperindah lampu tersebut.
4
Prose
pembuatan pola
karakter
Dalam tahap ini gambar pola karakter di buat
untuk memberikan hiasang terhadap bola benang.
Pola yang di buat akan digunakan sebagai cetakan
untuk memberi garis guntingan di kain flannel
yang akan kita gunting dan ditempelkan pada bola
benang. Dengan cara ini hasil yang di dapatkan
akan lebih rapi.
5
Proses pembentukan
karakter
Setelah selesai pembentukan karakter tersebut
kemudian diamkan hingga semua lem mengering
dengan sempurna. Untuk mempercepat
pengeringan boleh menyalakan lampu di dalam
bola benangnya, karena panas yang timbul akan
mempercepat proses pengeringan.
5555
6
Dudukan lampu dan
finishing
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses
panjang pembuatan lampu hias benang obras yaitu
memasang dudukan lampu dan mereapikannya.
86
B. Format Wawancara
Format wawancara diajukan kepada siswa kelas IX IPA 7 SMA Negeri 1 Pallangga untuk
mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang mereka rasakan didalam pembuatan lampu hias
dari benang obras .Dimana pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Menurut anda apakah sulit menentukan ide dan gagasan akan bentuk karya yang akan anda
buat ?
2. Kesulitan apa yang anda alami sehubungan dengan penguasaan teknis?
3. Hal-hal apa saja yang menghambat anda dalam proses pembuatan lampu hias yang
sehubungan dengan aspek penguasaan bahan?
4. Dari manakah anda mendapatkan acuan untuk mengembangkan kreatifitas anda di dalam
membuat lampu hias ini?
5. Dimanakah anda akan meletakkan lampu hias ini dan digunakan untuk apa?
87
C. Dokumentasi
Gambar 4.9 Proses pengulungan.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
Gambar 5.1 Proses Pemberian lem
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
Gambar 5.2 Proses pengeringan
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
88
Gambar 5.3 Proses pelepasan cetakan.
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
Gambar 5.4 Proses pemberian leher (dudukan lampu).
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
Gambar 5.5 lampu hias benang obras(finising).
Sumber: (Foto Delvika Dinri: Februari 2016)
89
RIWAYAT HIDUP
DELVIKA DINRI, lahir pada tanggal 27 Juli 1993 di. Makassar.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ayahanda
Burhanuddin dan Ibunda Jumahari, S.Pd. Jenjang pendidikan
formal yang di tempuh, Sekolah Dasar di SD Negeri Tombolo .K
Kabupaten Gowa. tamat pada tahun 2005, kemudian Penulis
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Pallangga tamat pada
tahun 2008. Kemudian melanjutkan Pendidikan di SMK Negeri 1 Somba Opu Kabupaten Gowa
tamat pada tahun 2011. kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan
Seni Rupa.
Di akhir studinya penulis menyusun skripsi dengan judul Studi Tentang “Pemanfaatan
Benang Obras dalam Pembuatan Lampu Hias pada Siswa di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 1
Pallangga”