Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELANGGARAN HAK ASASI PEREMPUAN
DALAM NOVEL DRUPADI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
(PERSPEKSTIF FEMINISME LIBERAL)
SKRIPSI
OLEH
SUSIYANTI NINGSIH
NPM 216.01.01.1.138
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2020
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Mayjen Haryono 193 Malang 65144 Jawa Timur – Indonesia
Telp./Faks. (0341) 571950. website: www.unisma.ac.id
Nama : Susiyanti Ningsih
NPM : 21601071138
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Pelanggaran Hak Asasi Perempuan dalam
Novel Drupadi Karya Seno Gumira Ajidarma
(Persepktif Feminisme Liberal)
ABSTRAK
Kata Kunci: hak asasi perempuan, feminisme liberal, pelanggaran hak, sastra
Hak asasi perempuan adalah hak asasi yang dimiliki oleh seorang
perempuan baik itu sebagai manusia maupun seorang wanita. Hak asasi
perempuan adalah hak yang wajib didapat oleh perempuan, namun karena
stereotip masyarakat yang beredar, banyak terjadinya pelanggaran hak yang
dilakukan. Sehingga hak asasi perempuan juga dilindungi oleh konstitusi dan
konvensi perempuan. Setara dengan hak asasi perempuan, kaum feminis juga
menuntut adanya persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki. Feminisme adalah
gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Feminisme memiliki beberapa aliran, satu di antaranya adalah feminisme liberal.
Feminisme liberal memiliki arti sebagai tututan kaum perempuan untuk
mendapatkan kebebasan atas dirinya sendiri secara otonom. Dalam sejarahnya,
feminisme liberal menuntut tiga hak bagi kesetaraan kaum perempuan, yiatu: hak
pendidikan, hak sipil, dan hak ekonomi. Namun, dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pandangan feminisme liberal dan memilih hak sipil sebagai
pelanggaran hak yang diterima oleh tokoh utama perempuan dalam novel Drupadi
karya Seno Gumira Ajidarma.
Dengan begitu fokus penelitian ini sebagai berikut: 1) bagaimana
kedudukan tokoh utama perempuan, 2) apa saja pelanggaran hak yang didapat
oleh tokok perempuan, dan 3) bentuk pembelaan diri yang dilakukan oleh tokoh
perempuan dalam novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma. Tujuan penelitian
ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan kedudukan tokoh utama perempuan dalam
novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma, 2) untuk menjelaskan pelanggaran
hak yang didapat oleh tokoh utama perempuan dalam novel Drupadi karya Seno
Gumira Ajidarma, dan 3) untuk mendeskripsikan bentuk pembelaan diri yang
dilakukan oleh tokoh utama perempuan mengenai pelanggaran hak yang
didapatnya.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini tidak
terdapat data yang menggunakan bilangan, namun kata, frasa, kalimat, dan
paragraf. Sumber data penelitian ini adalah novel Drupadi karya Seno Gumira
Ajidarma.
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan tabel
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
close reading. Teknik analisi data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
mamparkan data dengan mendeskripsikannya sebelum diberikan kepada pembaca.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedudukan tokoh utama
perempuan sebagai perempuan yang termarginalkan, perempuan yang terampas
hak-haknya, dan sebagai perempuan yang terhina. Pelanggaran hak yang didapat
oleh tokoh utama perempuan meliputi: 1) hak kebebasan untuk memilih, 2) hak
untuk berpendapat, 3) hak untuk mendapatkan kenyamanan dan perlindungan, dan
4) hak hidup sebagai seorang perempuan. Dengan adanya pelanggaran hak
tersebut, tokoh utama melakukan pembelaan diri, dengan melakukan: 1) berikap
tegas, 2) bersikap menentang, 3) berani memulai, dan 4) membalas dendam.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti akan mendeskripsikan mengenai: (1) latar belakang
masalah; (2) rumusan masalah; (3) tujuan penelitian; (4) asumsi; (5) ruang lingkup
dan batasan masalah; (6) kegunaan penelitian; dan (7) definisi operasional.
Berikut adalah paparannya:
1.1 Latar Belakang
Dalam budaya masyarakat Indonesia, berkembang aturan mengenai
pembagian peran gender. Peran gender tersebut dapat kita amati secara khusus
pada kaum laki-laki atau kaum perempuan sehingga muncul stereotip tentang apa
yang pantas bagi laki-laki ataupun yang pantas bagi perempuan. Sehubungan
dengan peran gender tersebut, digambarkan bahwa perempuan adalah mahkluk
yang lemah, emosional, dan pasif. Sedangkan para laki-laki adalah makhluk yang
kuat, jantan, perkasa, dan rasional. Fakta tentang ini ada benarnya sehingga
stereotip tidak mudah diubah (Darma, dalam Musrifah, 2018:85). Hal tersebut
membuktikan bahwa budaya patriarki di Indonesia masih sangat dominan.
Sehingga menyebabkan munculnya stereotip yang harus ditanggung oleh kaum
perempuan dalam menajalani kehidupannya.
Perempuan bukanlah sebuah barang yang perlu diperebutkan ataupun ditukar
tambah. Mereka adalah mahkluk independen yang berhak menentukan apa yang
akan mereka perbuat dan keputusan apa yang akan mereka putuskan. Namun, bagi
masyarakat kalangan menengah ke bawah ataupun masayarakat pedesaan,
perempuan selayaknya diwajibkan untuk tunduk terhadap laki-laki yang nanti
akan menjadi kepala rumah tangga. Ada pepatah yang mengatakan bawah tugas
seorang perempuan nantinya hanya sebatas di dapur dan melayani suami.
Pemikiran tersebut tidak salah tetapi kurang tepat. Selain kedua hal tersebut
perempuan juga memiliki hak-haknya sendiri. Misalnya mengenai karir,
pendidikan yang akan mereka tempuh, hak untuk menyuarakan pendapat, dan hak
untuk mendapatkan kesetaraan dalam berbagai bidang antara kaum perempuan
dan kaum laki-laki. Yang menjadi persoalan di sini adalah perempuan relatif
memiliki banyak kesulitan untuk menemukan atau menunjukkan eksistensinya
atau perannya dalam menentukan sikap untuk menghadapi permasalahan yang
kerap muncul di hidupnya. Perempuan yang ingin menemukan eksistensinya
terkadang dipandang sebagai bentuk perlawanan oleh sebagian orang yang masih
dilingkupi pemikiran patriarkis. Padahal perempuan hanya ingin menemukan jati
dirinya, membentuk, dan mengembangkan kesadaran bahwa ada potensi non fisik
yang harus dikembangkan dalam eksistensinya sebagai manusia (Ambarwati
2009:21).
Alinson Jagger (dalam Arivia 2006:4-5), memberikan penjelasan mengenai
ketertindasan perempuan sebagai berikut:
1. Bahwa perempuan secara sejarahnya merupakan kelompok yang tertindas,
2. Bahwa ketertindasan perempuan sangat meluas di hampir seluruh
masayarakat di manapun,
3. Bahwa ketertindasan perempuan merupakan bentuk yang paling dalam dan
ketertindasan yang paling sulit dihapus dan dihilangkan dengan
perubahan-perubahan sosial seperti penghapusan kelas mayarakat tertentu,
4. Bahwa penindasan terhadap perempuan menyebabkan kesengsaraan yang
amat sangat terhadap korbannya, baik secara kualitatif maupun kuantatif,
walaupun kesengasaraan tersebut tidak tampak karena adanya ketertutupan,
baik yang dilakukan oleh pihak penindas maupun tertindas,
5. Bahwa pemahaman penindasan terhadap perempuan pada dasarnya
memberikan model konseptual untuk mengerti bentuk-bentuk lain
penindasan.
Upaya untuk menyeratakan diri dengan kaum laki-laki inilah disebut dengan
feminisme. Feminisme dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memilliki
pengertian sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya
anatara kaum perempuan dan laki-laki. Tong (1998:15) menyebutkan, gerakan
feminis pertama kali yang muncul pada abad ke-18 adalah feminisme liberal.
Aliran feminisme ini bermula dari sebuah aliran politik, liberalisme. Pada
dasarnya, kaum feminisme liberal, jika dilihat dari perkembangannya, menuntut
tiga hak dasar, yaitu mengenai hak pendidikan bagi perempuan, hak sipil bagi
perempuan, dan kesempatan berekonomi yang setara bagi perempuan.
Sebagai salah satu media dalam berpendapat, karya sastra sering kali bertema
mengenai ketertindasan perempuan dan ketimpangan gender yang kerap dialami
oleh kalangan perempuan. Hal ini sangat efektif untuk menyuarakan bendapat
penulis atau pengarang mengenai idealis atau pandangan mereka mengenai
perempuan yang kerap kali berada dalam posisi kedua di kelas sosial.
Sastra merupakan seni yang mempersoalkan mengenai nilai-nilai kehidupan.
Teeuw (2015:20) menjelaskan bahwa kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal
bahasa Sansekerta; akar kata hs-, dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan,
mengajarkan, memberi petunjuk atau intruksi’. Akhiran –tra biasanya
menunjukkan alat, sarana,. Oleh dari itu sastra dapat dikatakan sebagai alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku intruksi atau pengajaran.
Salah satu jenis karya sastra yang kerap dijadikan media untuk menyuarakan
pendapat mengenai perempuan adalah novel. Novel adalah salah satu jenis karya
sastra yang digunakan untuk menggambarkan, menceritakan, mengekspresikan,
dan mengkritik kenyataan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat sang
pengarang atau penulis. Banyak kalangan yang menyukai sebuah novel. Selain
karena bacaan bagi semua kalangan, novel juga banyak sekali menceritakan
kejadian yang mirip dengan kenyataan. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa
novel adalah cerminan kehidupan yang manusia jalani.
Banyaknya ketidaksadaran gender yang dirasakan oleh kaum perempuan,
meskipun mereka sering tidak merasakan hal itu, maka perlu adanya suatu
pemahaman yang perlu diberitahukan atau ditekankan secara mendasar kepada
semua orang, khusunya para perempuan. Bahwa, sesungguhnya kedudukan
perempuan dalam segala aspek, misalnya sosial, politik, hukum, perekonomian,
pendidikan, memiliki kesetaraan yang sama dengan kaum laki-laki. Tidak ada
pembedanya. Dengan menggunakan kajian femnisme liberal, yang dalam hal ini
menurut Tong, peneliti mengambil salah satu hak yang menurut peniliti cocok
dengan sumber data yang peneliti kaji, yaitu mengenai hak sipil perempuan,
mencangkup: hak untuk memiilih, hak untuk berpendapat, hak untuk
mendapatkan kenyamanan dan perlindungan, dan hak hidup sebagai seorang
perempuan, maka dari itu penelitian mengenai pelanggaran hak terhadap
perempuan saya teliti dengan judul Pelanggaran Hak Asasi Perempuan dalam
Novel Drupadi Karya Seno Gumira Ajidarma melalui tinjauan feminsime liberal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan tokoh utama perempuan pada novel Drupadi karya
Seno Gumira Ajidarma?
2. Bagaimana pelanggaran hak yang didapat oleh tokoh utama perempuan
pada novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma dalam tinjauan
feminisme liberal?
3. Bagaimanakah bentuk pembelaan diri yang dilakukan oleh tokoh utama
perempuan terhadap pelanggaran hak yang diperolehnya dalam novel
Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kedudukan tokoh utama prempuan pada novel Drupadi
karya Seno Gumira Ajidarma.
2. Menjabarkan pelanggaran hak yang didapat oleh tokoh utama
perempuan dalam novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma dalam
tinjauan feminisme liberal.
3. Menjelaskan bentuk pembelaan diri yang dilakukan oleh tokoh utama
perempuan dalam terhadap pelanggaran hak yang diperolehnya dalam
novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma.
1.4 Asumsi
Asumsi adalah sebuah anggapan dasar yang diyakini kebenarannya oleh
peneliti. Asusmsi dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Feminisme Liberal adalah gerakan kaum perempuan untuk menuntut
kebebasan dirinya sendiri secara otonom.
2. Novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma mengandung nilai-nilai
mengenai kesetaraan gender. Dimana banyak terjadinya pelanggran hak yang
dirasakan oleh tokoh utama perempuan dalam novel tersebut.
3. Penelitian yang berjudul Pelanggaran Hak Asasi Perempuan pada Novel
Drupadi Karya Seno Gumira Ajidarma dapat diteliti menggunakan perspektif
feminisme liberal.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan feminisme ini adalah tindakan-tindakan
pelanggaran hak yang dialami tokoh perempuan dalam novel Drupadi karya Seno
Gumira Ajidarma yang diterbitkan pada tahun 2017. Selain membahas mengenai
pelanggaran hak yang diterima tokoh perempuan, hal lain yang akan dibahas
adalah bentuk pembelaan diri atau perlawanan yang dilakukan oleh tokoh utama
perempuan dalam menyikapi keadaan—pelanggaran hak, yang menimpa dirinya.
1.6 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau acuan
dalam penulisan karya sastra yang lebih bervariasi dan keratif dengan mengangkat
berbagai macam tema tentang perempuan dan hak-hak yang wajib mereka
dapatkan. Dapat juga dijadikan sebagai pemahaman pada perempuan bahwa
mereka juga memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dalam tataran
masyarakat. Dan bisa juga dijadikan sebagai sarana untuk meminimalkan tindakan
diskriminasi terhadap perempuan.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian pelanggaran hak asasi perempuan pada novel
Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma adalah sebagai berikut:
1. Feminisme adalah gerakan menuntut ketidakadilan terhadap perempuan
dan menuntut persamaan hak dan kedudukan yang sama dengan laki-laki.
2. Feminisme liberal adalah gerakan kaum perempuan yang menuntut
kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.
3. Hak Asasi adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh seseorang.
Hak Asasi Perempuan merupakan hak yang dimiliki oleh seorang
perempuan, sebagai manusia dan sebagai seorang wanita yang memiliki
martabat kemanusiaan. Hak-hak perempuan adalah bagian dari hak asasi
manusia.
4. Novel adalah salah satu jenis karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku yang berisi idealism seorang
pengarang.
5. Tokoh utama merupakan peran utama dalam sebuah cerita rekaan untuk
mengembangkan cerita tersebut.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini, dipaparkan penutup yang terdiri dari, (1) simpulan dan (2)
saran dari hasil penelitian dengan judul Pelanggaran Hak Perempuan dalam Novel
Drupadi Karya Seno Gumira Ajidarma (Perspektif Feminisme Liberal).
5.1 Simpulan
Novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma menceritakan Dewi Drupadi
bersuamikan lima Pandawa. Pandawa memenangkan Drupadi ketika Arjuna
mengikuti sayembara yang dilakukan oleh Prabu Drupada untuk mencari suami
yang pantas bagi Drupadi. Setelah melakukan analisis terhadap novel Drupadi
dapat dipaparkan hasil pembahasan novel tersebut melalui pedekatan feminis,
lebih khususnya feminis liberal.
Tokoh utama perempuan dalam novel tersebut adalah Drupadi. Sebagai
seorang perempuan, Dewi Drupadi mengalami pelanggaran hak dalam pemenuhan
hak-haknya sebagai seorang perempuan maupun sebagai seorang manusia.
Kedudukan Dewi Drupadi di lingkungan sekitarnya membuatnya lebih rendah
dari kedudukan laki-laki. Karena mendapat perlakuan tidak adil dari kaum laki-
laki disekitarnya, membuat Dewi Drupadi melakukan pembelaan atau
pemberontakan.
Berdasarkan hasil pembahasan di bab IV, dapat disimpulkan bahwa
kedudukan Dewi Drupadi sebagai tokoh utama perempuan, pelanggaran hak
melalui perspektif feminisme liberal, dan pembelaan diri dari tokoh utama
perempuan yang nampak pada novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma
adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan tokoh utama perempuan, Drupadi, dalam novel Drupadi karya
Seno Gumira Ajidarma melipui: perempuan yang termarginalkan, perempuan
yang terampas hak-haknya, dan perempuan yang terhina. Sebagai perempuan
yang termarginalkan, Drupadi merasakan rasa sendiri ketika dia diarak
mengelilingi alun-alun Pancala saat Prabu Drupada melakukan sayembara
untuk mencari suami bagi dirinya. Perlakukan marginal juga didapatkan oleh
Drupadi ketika mereka semua sedang melakukan sebuah diskusi setelah
Kurawa menyerang Wirata. Pemarginalan itu dilakukan oleh Pandawa.
Sebagai perempuan yang terampas hak-haknya meliputi: Dewi Drupadi tidak
terpenuhi hak-haknya oleh Prabu Drupada, oleh suaminya, Lima Pandawa,
dan sebagai seorang perempuan yang otonom terhadap dirinya sendirir. Yang
ketiga adalah kedudukan Dewi Drupadi sebagai perempuan yang terhina
adalah ketika Kurawa menghina Drupadi dengan melecehkannya di depan
Pandawa. Hal ini juga nampak ketika Drupadi yang menyamar menjadi
pelayan Permaisuri mendapatkan pelecehan oleh Mahapatih Kichaka.
2. Pelanggaran hak yang diperoleh oleh Drupadi melalui sudut pandang
feminisme liberal, meliputi: kebebasan untuk memilih, kebebasan untuk
berpendapat, hak untuk mendapatkan perlindungan dan kenyamanan, dan hak
hidup sebagai seorang perempuan. Kebebasan untuk memilih tidak didapatkan
oleh Drupadi dalam hal memilih pasangan. Dewi Drupadi mendapatkan
pasangan ketika dia disayembarakan oleh Prabu Drupada. Kebebasan untuk
berpendapat tidak didapatkan oleh Drupadi ketika ia ingin mengemukakan
pendapatnya saat ia ingin memilih Arjuna sebagai suaminya. Dewi Drupadi
juga tidak mendapatkan hak perlindungan dan kenyamanan dalam hidupnya.
Dia tak mendapatkan perlindungan oleh Pandawa ketika dia mendapatkan
pelecehan dari Kurawa dan Mahapatih Kichaka. Dewi Drupadi tidak
mendapatkan kenyamanan ketika dia sudah menikah dengan Pandawa.
Pandawa yang kalah berjudi dari Sangkuni, membuatnya hidup di dalam
pelarian selama dua belas tahun. Dan yang terakhir Dewi Drupadi tidak
mendapatkan hak hidup sebagaimana perempuan lainnya. Menjadi perempuan
menurut Drupadi memiliki nasib yang terduga. Dengan menjadi perempuan,
dia tak bisa memilih, diandaikan tak memiliki keinginan, dan tak memiliki
kehendaknya sendiri. Perempuan juga sering menjadi korban keegoisan laki-
laki. Menjadi perempuan sering kali dianggap remeh bagi laki-laki sehingga
mereka membatasi perempuan untuk melakukan segala hal.
3. Sikap pembelaan atau perlawanan yang dilakukan oleh tokoh utama
perempuan dalam novel Drupadi meliputi: bersikap berani memulai, bersikap
tegas, sikap menentang, dan membalas dendam. Sikap berani memulai
ditunjukkan oleh Dewi Drupadi ketika dia menghentikan Karna yang akan
memanah. Dewi Drupadi melakukan hal tersebut karena ia tahu bahwa Karna
memiliki kesaktian. Jika Karna mampu memanah burung yang sedang
bergerak dan dia memiliki kemenangan atas Drupadi, perempuan itu yakin,
bahwa Karna akan menyerahkan dirinya pada Duryudhana. Sikap berani
memulai juga ditunjukkan Dewi Drupadi ketika dia angkat bicara saat para
Raja dan Pandawa berdiskusi apakah mereka akan menggempur balik Kurawa
atau tidak.
Pembelaan kedua yang dilakukan oleh Drupadi adalah bersikap tegas.
Sikap tegasnya ditunjukkan ketika dia berdebat dengan Karna dan
melontarkan kata-kata yang menghina Karna untuk menghentikan aksinya.
Sikap tegasnya juga diperlihatkan dengan menegaskan posisinya sebagai
seorang perempuan yang masih juga manusia. Dengan tegas Druupadi tidak
akan membiarkan dirinya dihina lebih lama lagi. Dengan tegasnya pula,
Drupadi menyampaikan bahwa perempuan juga mempunyai kemarahan dan
kemarahan adalah hak manusia.
Pembelaan ketiga yang dilakukan oleh Drupadi adalah dengan menentang.
Dewi Drupadi menentang keputusan untuk tidak menggempur Kurawa. Dan
sikap menentang juga diperlihatkan oleh Drupadi saat berdebat dengan Kresna
mengenai hahkikat dari korban yang disandang Drupadi.
Dan yang terakhir adalah sikap membalas dendam. Pembalasan dendam
Drupadi dilakukan dengan menghasut Pandawa sikap provokatif terhdap Bima.
Drupadi meminta Pandawa untuk membunuh Dursasana yang telah
menghinaya. Drupadi juga mengingkan pembalasan dendam kepada
Mahapatih Kichaka yang telah melecehkannya.
5.2 Saran
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa banyak perempuan yang
mengalami diskirminasi membuat kita harus berhati-hati dalam menentukan sikap.
Hapuslah pandangan picik terhadap perempuan. Perempuan harus mampu
menjaga dirinya dan menambah wawasannya agar tidak selalu diremehkan.
Dengan begitu pelanggaran hak yang dilakukan oleh laki-laki atau sesama
perempuan dapat diminimalisir.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dilakukan oleh
peneliti, peneliti selanjutkan akan memberi penjelasan mengenai saran terkait
dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian
selanjutnya mengenai feminisme. Feminisme memiliki berbagai macam
aliran, mulai dari feminisme radikal, marxis-sosialis, ekofeminis, dan lainnya.
Peneliti berharap dengan berkembangnya penelitian mengenai feminis dari
berbagai macam aliran, dapat meningkatan pemahaman kita sebagai manusia
bahwa hak-hak perempuan juga penting.
2) Bagi pembaca, peneliti dapat berharap semoga penelitian ini dapat menjadi
patokan untuk penelitian yang lebih baik ke depannya. Peneliti juga berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
DAFTAR RUJUKAN
Ajidarma, Seno Gumira. 2017. Drupadi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ambarwati, A. 2009. Perspektif Feminis dalam Novel Perempuan di Titik Nol
Terjemah Novel Imra’Atun’Inda Nuqtah Al-Shifr Karya Nawal El-Sa’dawi
dan Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Online.
http://e-journal. iainpekalongan. ac. id/diakses, 26, 22-31.
Ambarwati, Putri. 2018. Bentuk Ketidakadilan dan Perjuangan Tokoh Perempuan
Melalui Refleksi Novel Drupadi Karya Seno Gumira Ajidarma (Kajian
Feminisme). FKIP Universitas Muhamadiyah Malang: Prosiding SENABASA
(Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi I.
Arivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Penerbit Buku Kompas.
Astrianti, Linna; Jayanti, Sri Rahayu Nur. 2018. Feminisme Liberal dalam Novel
Nayla Karya Djenar Maesa Aayu. In: Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan
Sastra Indonesia (SENASBASA).
Derana, Ganes Tegar. 2016. Bentuk Marginalisasi terhadap Perempuan dalam Novel
Tarian Bumi Karya Oka Rusmini. Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya Vol. 2.
Eddyono, Sri Wiyanti. 2007. Hak Asasi Perempuan dan Konvensi CEDAW. Jakarta:
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat.
Hearty, Free. 2015. Keadilan Jender: Perspektif Feminis Muslim dalam Sastra Timur
Tengah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Jamil, Nuraida. 2014. Hak Asasi Perempuan dalam Konstitusi dan Konvensi
CEDAW. Jurnal Muwazah Vol 6.
Mandrastuty, Rany. 2010. Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Kajian Femnisme.
Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Musrifah. 2018. Feminisme Liberal dalam Novel Sepenggal Bulan untukmu Karya
Zhaenal Fanani. Lingua Franca: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya 2.1.
Moeljadi, David, dkk. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Luring. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universiy Press.
Purbani, Widyastuti. 2010. Metode Penelitian Sastra. Jurnal Universitas Negeri
Yogyakarta. http://staff. uny. ac. id/system/files/pengabdian/dr-
widyastutipurbani-ma/metode-penelitian-susastra. pdf. Diakses pada 10.
Rahadian, Arief. 2019. Bagian II—Feminisme Liberal, Radikal, Marxist, Sosialis.
(Online). https://medium.com/@ariefism/bagian-ii-feminisme-liberal-radikal-
marxist-dan-sosialis-1909b57a8386 (diakses 29 Oktober 2019).
Sugiarto, Eko. 2017. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis:
Suaka Media. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Susanto, Dwi. 2016. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for
Academic Publishing Service).
Supriatin, Yeni Mulyani. 2017. Perempuan dalam Drama Seri Televisi “Greatest
Marriage”: Perspektif Feminis Liberal. ATAVISME, 20.1: 38-52.
Teeuw, A. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.
Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif
kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Terjemahan Aquarini Priyatna
Prabasmoro. Yogyakarta: Jalasutra.
Zuraida, Tia Ratna, dkk. 2013. Pemberontakan Perempuan dalam Novel Perempuan
Badai Karya Mustofa Wahid Hasyim: Kajian Feminisme. Jurnal Sastra
Indonesia: Universitas Negeri Semarang.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1437/5-hak-hak-utama-
perempuan (Diaskes pada 23 Desember 2019 dan 1 Juni 2020).