Upload
others
View
67
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN PERKAWINAN DI TIMOR LESTE DALAM
PANDANGAN ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H)
Oleh:
Fatima Wati
NIM: 1112043200019
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438 H/ 2017 M
ABSTRAK
Fatima Wati. NIM 1112043200019. Pelaksanaan Perkawinan di Timor
Leste Dalam Pandangan Islam. Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum
(PMH), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, 1437 H/ 2017 M. xi + 76 halaman.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan prosedur
perkawinan adat yang terjadi di Timor Leste dalam pandangan Islam, serta tata
cara atau praktek yang digunakan masyarakat Timor Leste yang tidak jauh beda
dengan adat negara lainnya yaitu harus adanya sebuah perkenalan, tahap persiapan
menuju lamaran, serta upacara serah terima mas kawin dan akad nikah, serta
dikaitkan dengan pandangan Islam mengenai perkawinan dalam pemahaman
masyarakatTimor Leste.
Adapun penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif analisis
yang mana penulis menggunakan data primer yaitu Profil Propinsi Republik
Indonesia Timor Timur yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan
karakteristik saja, melainkan juga menganalisis dan menjelaskan mengapa dan
bagaimana. Sementara itu buku, jurnal, laman internet serta surat kabar sebagai
data sekunder. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik
penelusuran dokumen (studi dokumenter).
Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur pelaksanaan perkawinan
yang ada di Timor Leste masih menuai kontroversi jika dilihat dari sudut
pandangan hukum Islam yaitu sudah terlakasana prosesi pelaksanaan perkawinan
dalam adat telah usai maka kedua pasangan boleh tinggal serumah dan bahkan
boleh memiliki anak tanpa harus ada ijab qabul atau perkawinan sah secara
agama. Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan agama
Islam maka wajib untuk dihilangkan. Sejatinya kita sebagai seorang muslim
haruslah menggunakan tata cara yang dianjurkan oleh agama Islam. Islam telah
memberikan konsep yang jelas tentang tata cara pernikahan yang berlandaskan al-
Quran dan Sunnah Nabi SAW.
Kata kunci: Prosedur Perkawinan, Adat Timor Leste, Pandangan Hukum Islam.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
yang tak terhingga, serta shalawat dan salam kepada Rasul-Nya, junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan, juga atas keluarga dan para
sahabatnya yang telah membawa dakwa Islam dan menjulangnya sehingga
berkibar ke seluruh dunia.
Alhamdulillah, akhinya penulis mampu menyelesaikan dan merampungkan
penulisan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Perkawinan di Timor Leste
Dalam Pandangan Islam”. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi persyaratan
guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Perbandingan Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak akan selesai dengan mudah tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Adanya bimbingan serta kritikan kepada penulis sangat berarti agar bisa
menghasilkan penulisan yang lebih sempurna. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si dan Ibu Hj. Siti Hanna, S. Ag,
LC., M.A selaku Ketua dan Skretaris Program Studi Perbandingan
Mazhab Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. BapakDr. Fuad Thohari, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, M. Ag dan Dr. Afidah Wahyuni, M. Ag
selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan berbagai pikiran dengan memberikan masukan serta
membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
6. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Perbandingan Mazhab
hukum dan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
yang sangat bernilai kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di
Prodi Perbandingan Mazbah Hukum Fakultas Syariah dan Hukum.
7. Ayahanda tercinta Sebastio Abdullah Da Costa dan ibunda tersayang
Joana Siti Aminah, sebagai orangtua penulis yang selalu memberikan
dukungan kasih sayang dan tak henti-hentinya mendoakan penulis
dalam menempuh pendidikan. Dan untuk saudara-saudariku tercinta:
Hamza Karim, Nur Hasana Linda Dortea, Hamza WK, Erna Wati dan
seluruh keluarga di Caisido, Lesi Dahabolale terima kasih atas
dukungan dan doa kalian semua.Love you and Miss you all.
viii
8. Departemen Agama Republik Indonesia, dan Bapak Agus Sholeh, Ibu
Euis beserta Staf Depag lainnya terima kasih atas bantuan Beasiswanya
yang sangat bermanfaat buat penulis selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. The greatest thanks are dedicated to all my colleagues in International
Office UIN and ISA (Internacional Student Association); Pak Ramhat
Baihaqi, Pak Ariadi Rahman, Pak Furqon, Ibu Novita, Ka Indah, Ibu
santi, Ibu Atik dan Ichsan Fadillah. Terima kasih karena selalu ada saat
butuh.
10. Keluarga kecil penulis di Indonesia, Bapak Said Thaiyaib dan Keluarga,
Custodio Agiar, Sayed Safee Peters, serta teman-teman kost; Khadijah
Abd Munir, Sahara, Rifka, Niha, Mitha, Fatim. Thanks and love you all.
11. Teman-teman dari ISA (International Student Association); Zaheed
Hamidi (Malaysia) dkk, Fadli (Singgapur) dkk, Sarifah Aqila
dirampatan (Filipina) dkk, Sayed Ahmad (Tajikistan) dkk, Famara
Zawla (Gambia) dkk, Amama Ibrohem (Thailand) dkk, Hayem Thaha
(Yaman) dkk, Koutsar (Maroco) dkk, Ustad (Mesir), Iqra’ Palajwela
Yunus (Kanada), and all. Thank you guys for all the joy and
togetherness we shared.
12. Teman seperjuangan Perbandingan Mazhab Hukum 2012, khususnya;
Andi Permana, Miladyah, Mawwadah, Nayla, Hida,Yuni, Ulfa dan
lainnya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan
semangat dan dukungannya untuk penulis thank you guys love all.
ix
13. Kepada sahabat-sahabat terbaik; Sarifah da Costa Vidigal, Septian,
kawan-kawan KKN, Nur Latifah, Husnul, Zelia Ximenes, Yaser Arafat,
Anacleto Marques yang telah menjadi saksi perjuanganku. Terima kasih
telah banyak membuat cerita dalam hidup penulis.
14. Serta terima kasih kepada semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, namun tetap tidak mengurangi rasa terima kasih.
Semoga semua amal baik mereka dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan
kebaikan yang berlipat ganda.
Terkahir, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas
segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat
membangun, sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar
harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
Jakarta, 30 Maret 2017
Fatima Wati
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan mempunyai arti dan kedudukan yang sangat penting dalam tata
kehidupan manusia. Sebab perkawinan, dapat dibentuk ikatan hubungan
pergaulan antara dua insan yang berlainan jenis, secara resmi dalam suatu ikatan
suami-istri menjadi suatu keluarga.1 Kehidupan berkeluarga terjadi lewat
perkawinan yang sah, baik menurut hukum agama maupun ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis,
tentram, dan sejahtera lahir bathin yang didambakan oleh setiap insan yang
normal. Perkawinan merupakan cara untuk memelihara dan melestarikan
keturunan. Biasanya hukum perkawinan yang dipandang syah didasarkan pada,
hukum agama, hukum sipil, dan hukum adat. Untuk melaksanakan perkawinan
tersebut ada beberapa prosedur yang harus ditempuh, seperti tata cara perkawinan,
dan pembuatan akta nikah.2 Prosedur pelaksanaan perkawinan ini ada di tiap
negara, begitu juga dengan negara Timor Leste.
Timor Leste adalah negara yang baru, setelah pemisahannya dari negara
Republik Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang ditentukan oleh
masyarakat Timor-Timur. Dan disahkan pada 20 Mai 2002. Republik Demokratik
Timor Leste merupakan sebuah Negara kecil yang berada dikawasan Asia
Tenggara, dengan luas wilayah sekitar 14.609.375 km2 dan jumlah penduduk
1Muhammad Nabil Kazhim, Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan
Sukses,(solo: Samudera, 2007), h. 14. 2Sutarmo’s “Sejarah Perkawinan” http://sutarmo-univet.blogspot.co.id/2011/12/sejarah-
perkawinan.html, di akses pada 03 november 2016. pukul 16:50 WIB.
2
1.212.107 jiwa pada tahun 2014. Secara geografis, Timor Leste berada di
tenggah-tenggah kepulauan Indonesia dibagian timur, Timor Leste memang
sempat menjadi bagian Negara kesatuan Republik Indonesia tepatnya sebagai
Propinsi ke-27 dari Tahun 1976 sampai 2002, setelah sebelumnya dijajah oleh
Portugal atau bangsa Portugis selama kurang 450 tahun.3
Timor Leste resmi menjadi negara sendiri, tepatnya lepas dari Indonesia 20
mei 2002, setelah hasil dari jajak pendapat yang diselenggarakan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) melalui UNAMET (United Nation Mission In East
Timor) atau Misi perserikatan bangsa- bangsa di Timor-Timur, menunjukan
mayoritas penduduk Timor Timur memilih untuk menolak otonomi khusus dan
berpisah dengan Indonesia (344.580 suara atau 78,5%) sementara (94.388 suara
atau 22,5% ) menerima otonomi khusus.4
Penduduk Timor Timur merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan
Papua. Mayoritas penduduk Timor Timur beragama Katolik (90%), di ikuti
Prostetan (5%), Islam (3%), dan sisanya Budha, Hindu, dan aliran kepercayaan
(2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat dua
keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili dan Diosis Baucau yang meliputi empat
distrik bagian Timur Timor Letse.
Pengunaan bahasa di Timor Leste dipengaruhi oleh sejarah panjang yang
dialami oleh negara tersebut, setidaknya ada tiga bahasa yang lazim dan resmi
3Rosita Budi Suryaningsih,” Negara di Asia Tenggara ”,http://www.Negara di Asia
Tenggara.com/content/view/58/1/, di akses pada 13 November 2016, pukul 17:48 WIB 4Zacky Anwar Makarim dkk, Hari-hari Terakhir Timor-Timur, (Jakarta: PT Enka
Parahiyangan, 2003), cet. ke-2, h. 384.
3
digunakan yaitu di antaranya: Tetum bahasa pribumi, bahasa Portugis, dan bahasa
Indonesia. Dengan kategori Etnic yang mendiami Timor-leste diantaranya: Etnic
Malay Polinesia, Chinese dan Arab.5
Di Timor Leste sendiri belum ada Undang-Undang yang menggatur tentang
perkawinan itu sendiri, tetapi Konstitusi RDTL Tahun 2002 pasal 39 ayat 1 hanya
mengesahkan atau melegalkan perkawinan itu, sehingga perkawinan di Timor
Leste masih bergantung pada adat istiadat perkawinan yang ada di suatu daerah,
dimana hampir semua lingkungan masyarakat menempatkan masalah perkawinan
sebagai urusan keluarga dan mayarakat mengikut adat masing- masing selain
memuat aturan-aturan dengan siapa seseorang boleh melakukan perkawinan.
Perkawinan bagi orang Timor merupakan tindakan yang mempersatukan
dua unsur yaitu; pertama, pengantin laki-laki dan perempuan bersatu menciptakan
makhluk manusia yang baru. Kedua, kelompok keturunan pengambil istri dan
pemberi istri bersatu menciptakan saling keuntungan dalam upacara.6 Menurut
doktrin hukum Islam klasik, perkawinan dianggap sah dan terjadi dengan adanya
ijab (menyerahkan) yang diucapkan oleh wali dari pihak calon istri dan adanya
qabul (menerima) yang diucapkan oleh pihak laki-laki dengan dihadiri saksi; dua
atau satu orang Muslim laki-laki dan dua orang Muslim perempuan, dan adanya
mahar. Unsur-unsur tersebut dinamakan dengan rukun pernikahan, dan setiap
rukun dari pernikahan terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhui. Syarat bagi
rukun adanya ijab dan qabul adalah, diantaranya, bahwa ijab dan qabul harus
5Soemargono. K, Profil Propinsi Timor-Timur, (Jakarta: Pamrakarsa, 1992) cet. ke-1 h.
283. 6 Domingos Caires Bendito Bere Mau Gomes, Cu Pede Usa Sae Pede Laru, (Timor Leste:
PT CNIC/UNTL 2007) Cet. ke-1, h. 44. 45.
4
dengan kalimat yang jelas, selaras, dan berkesinambungan. Wali yang
mengucapkan ijab juga harus memenuhui syarat, seperti persamaan agama. Begitu
juga halnya dengan saksi.7
Dalam Syari’at Islam Allah telah menetapkan aturan perkawinan yang
merupakan tuntunan agama yang wajib dilaksanakan oleh semua umat-Nya. Bagi
mereka yang melakukan perkawinan tidak berdasarkan ketentuan syari’at Islam,
maka perkawinan akan mendapat murka Allah SWT. Perkawinan menurut hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau Mitsaqon ghalizon
untuk menaati perintah Allah dan melaksanakan-Nya adalah ibadah.8
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al-Dzariyat: 49
Artinya: “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah” (Q.S. Al-Dzariyat/ 51:49).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa perkawinan itu merupakan
sunatullah yang berlaku baik bagi manusia maupun makhluk lainnya. Dengan
demikian Allah menciptakan mahkluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi di dalamnya
terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya di dunia
ini menjadi tentram sebagaimana dalam Firman Allah Al-Rum: 21.
7Asep Saepudin Jahar, Hukum Keluarga, Pidana dan Bisnis, (Jakarta: PT Kencana
Pernadamedia Group 2013), cet ke-1, h. 25. 8Alici Komputer “Pelaksanaan Upacara Perkawinan dalam Perspektif Hukum Islam”
http://koleksi-skripsi.blogspot.co.id/2009/, di akses pada 02 November 2016, pukuk 17: 20 WIB.
5
Artinnya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang,
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir. (Q.S. Al-Rum/ 30: 21).
Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih dan sayang ke dalam hati masing-
masing pasangang, supaya diantara keduanya saling melengkapi satu dengan yang
lain. Agar terciptanya kehidupan yang tentram dalam membina suatu rumah
tangga yang sakina mawaddah warahmah.9
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh mengenai
“PELAKSANAAN PERKAWINAN DI TIMOR LESTE DALAM
PANDANGAN ISLAM”
B. Batasan Masalah dan Permusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pembatasan masalah berisikan uraian tentang cakupan wilayah masalah
yang akan diteliti. Pembatasan masalah dimaksudkan agar masalah lebih
terfokuskan dan spesifik, serta untuk menghindari kemungkinan tumpuk tindih
dengan masalah lain.10
Maka dari itu, agar tidak menyimpang dari apa yang
diinginkan penulis dan peneliti tidak terlalu melebar dan terarah, maka penulis
membatasi dan menitikberatkan pada permasalahan yaitu, Pelaksanaan
perkawinan di Timor Leste dalam pandangan Islam.
9 Amir Taat Nasution, Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), cet
ke-3, h. 1. 10
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. (Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)2014), h. 21.
6
2. Perumusan Masalah
Dari masalah pokok di atas maka penulis memberikan beberapa pertanyaan
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosesi pelaksanaan perkawinan dalam hukum adat Timor
Leste?
2. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap pelaksanaan perkawinan
yang ada di Timor Leste?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui tentang prosesi pelaksanaan perkawinan dalam hukum adat
di Timor Leste.
2. Mengetahui tentang perspektif hukum Islam terhadap pelaksanaan
perkawinan di Timor Leste.
Adapun manfaat dari peneliti ini yaitu:
1. Sebagai dasar untuk mempelajari lebih jauh tentang pelaksanaan
perkawinan yang terjadi di Timor Leste dalam pandangan hukum Islam.
2. Menjadi suatu bahan refrensi pada perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta secara khusus dan pembaca pada umumnya serta
dapat dijadikan kajian bagi para pihak akademis dalam menambah
pengetuhuan.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai
mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11
Dalam penelitan
ini, pendekatan yang digunakan bersifat analisis deskriptif yang berfokus pada
penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah peneltiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis.12
2. Jenis Data Penelitian
a. Data Primer adalah, data yang didapatkan langsung dari tempat
penelitian, tanpa perantara dari sumbernya yaitu hasil wawancara secara
langsung oleh peneliti kepada ahli dalam permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini.
b. data sekunder adalah, data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya, dan data tersebut didapat dari buku-buku, artikel, situs
internet dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
11
Lexy. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
h. 4. 12
Suharismi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Bina
Askara, 1989), h. 194.
8
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) teknik
pengumpulan datanya dengan menggunakan cara: observasi, wawancara dan
dokumentasi.
E. Tinjaun Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis topik penellitian yang sama dengan topik
yang penulis teliti baik dalam Perpustakaan Utama ataupun Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum, belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya, namun ada
beberapa judul skripsi yang mendekati permasalahan bahasan penulis yaitu:
1. Prosesi Pernikahan Suku Adat Anatoni Dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus pada Masyarakat Anatoni, Kec Amanuban Timur Propinsi
Nusa Tenggara Timur) oleh Abiyati Atnan Nitiono(1110044100085)
Jurusan Ahwal Al Syahksiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi ini membahas tentang prosesi
pernikahan suku adat Anatoni pada masyarakat desa Billa sangat berbeda
atau bertentangan dengan ajaran agama Islam, masyarakat Anatoni dalam
melakukan setiap prosesi pernikahan selalu menggunakan syarat
pengubahan jalannya perkawinan, yaitu dengan cara tua none (minum
arak yang memabukan) kemudia di saat setelah di khitbah orang tua
perempuan memperboleh si calon suami tingggal bersama dengan satu
atap rumah, selayaknya sudah pasangan suami istri. Akan tetapi belum
melakukan akad nikah, dan ini sangat bertentangan dengan syariat agama
Islam.
9
2. Prosesi ritual perkawinan adat Jawa dilihat dari sudut pandang Islam oleh
Anugrah Sejati (101044222178) Jurusan Ahwal Al Syahksiyah Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Skripsi ini membahas tentang proses peminangan adat Jawa itu
dinamakan dengan istilah ngebunebun esuk, anjejawah sonten. Lamaran
dapat dilakukan sendiri oleh orang tua laki-laki secara lisan namun
dianggap kurang tepat kemudian laki-laki tersebut menulis dan mengirim
surat lamaran kepada pihak perempuan yang dibawa oleh seorang
petugas yang dijadikan duta dan biasanya berasal dari kalangan sendiri
(paman). Beberapa hari kemudian surat berdasarkan hasil perundingan
dari keluarga si gadis yang dihadiri oleh nenek atau kakek si gadis maka
orang tua si gadis tersebutpun menulis surat jawaban . Berbeda dengan
yang dibahas oleh penulis, yaitu membahas lebih dalam mengenai
pelaksanaan perkawinan di Timor Leste dalam pandangan Islam.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulis ini, peneliti menguraikan beberapa hal
tentang Sistematika Penulisan yang terdiri dari Lima Bab, yaitu sebagai berikut.
BAB I: Pendahuluan, Bab ini berisi tentang, Latar Belakang, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metodelogi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sitematika Penulisan.
BAB II: Tinjauan Teoritis Tentang Perkawinan, Bab ini menjelaskan tentang;
Pengertian, Tujuan, dan Asas-asas Perkawinan. Syarat dan Rukun Nikah
dalam Perkawinan. Dan Hikmah dan Tujuan dalam Perkawinan.
10
BAB III: Gambaran Umum Tentang Timor Leste, Bab ini menjelaskan tentang;
Sejarah Singkat Tentang Timor Leste. Letak Geografis. Kondisi Sosial
Ekonomi dan Budaya. Kondisi pendidikan dan keagamaan.
BAB IV: Perspektif Hukum Islam Terhadap Plaksanaan Perkawinan di Timor
Leste. Bab ini menjelaskan tentang; Prosesi Pelaksanaan Perkawinan
dalam Hukum Adat Timor Leste. Tinjaun dari Hukum Islam. Pandangan
Penulis Tentang Pelaksanaan Perkawinan di Timor Leste.
BAB V: Penutup, Bab ini merupakan Kesimpulan dan Saran-saran yang di dapati
dalam penelitian.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.
Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul („aqad) yang menghalalkan
persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang
menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam. Perkataan
zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam penggunaannya
perkataan ini bermaksud perkawinan Allah SWT menjadikan manusia itu
berpasang-pasangan, menghalalkan perkawinan dan mengharamkan zina.
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami isteri. Adapun nikah menurut syari‟at nikah juga berarti akad.1
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan
memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya,
maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang
berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula. Pengesahan secara
hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang
mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya
1 K. Wantik Saleh, “Hukum Perkawinan Indonesia”, (Jakarta: PT. Saadiyah, 1976), cet ke-
4, h. 14.
12
merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-
istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan
keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan
pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan
istri dalam ikatan perkawinan.
Secara etimologi pernikahan adalah bentukan kata benda dari kata dasar
nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: النكاح)
yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain
dalam bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: نكاح) yang berarti persetubuhan.
Nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya (haqiqat) dan arti kiasan
(majaaz). Arti yang sebenarnya daripada nikah adalah dham yang berarti
menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasan adalah wathaa yang
berarti setubuh atau aqad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan.2
Di kalangan para ulama berkembang tiga macam pendapat tentang arti lafaz
nikah.
1. Nikah menurut arti aslinya (arti hakiki) adalah setubuh dan menurut arti
majazi (metaforis) adalah akad yang dengan akad ini menjadi halal
hubungan kelamin antara pria dan wanita. Demikian menurut Ahli Ushul
golongan Hanafi.
2. Nikah menurut arti aslinya adalah akad yang dengan akad ini menjadi
halal hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti
majazi ialah setubuh. Menurut golongan Ahli Ushul golongan Syafi‟iyah.
2 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Kramat
Kwitang,1974), cet ke-1, h. 11.
13
3. Nikah bersyarikat artinya akad dan setubuh, demikian menurut Abu al-
Qasim Az-Zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan sebagian Ahli Ushul
dari sahabat Abu Hanifah.3
Persoalan pernikahan adalah persoalan manusia yang banyak seginya,
mencakup seluruh segi kehidupan manusia, mudah menimbulkan emosi dan
perselisihan. Karena itu adanya kepastian hukum bahwa telah terjadinya suatu
perkawinan sangat diperlukan. Dalam hal ini telah terjadinya suatu aqad
(perjanjian) pernikahan mudah diketahui dan mudah diadakan alat buktinya,
sedang telah terjadinya suatu persetubuhan sulit dan sukar membuktikannya.
Demikian pula di dalam Al-Quran dan hadits Nabi, perkataan “nikah” pada
umumnya diartikan dengan “perjanjian perkataan” seperti dalam Firman Allah
SWT dalam Surah An-Nur: 32
Artinya: “Dan nikah (aqad)kanlah orang-orang yang tidak mempunyai jodoh
diantara kamu (yang merdeka) dan orang-orang yang layak (bernikah)
darihamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba sahayamu yang
perempuan” (Q.S. Al-Nur/ 24:32)
Allah SWT menyatakan bahwa nikah itu bukanlah suatu perjanjian yang
biasa saja, tetapi adalah suatu perjanjian yang kuat. Dalam Firman Allah SWT
An-Nisaa:21
3 Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2003), cet ke-1, h. 115.116.
14
Artinya: “bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu
telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat”. (Q.S. An-
Nisaa/ 4:21).
Dalam perkawinan menurut yang disyariatkan agama Islam mempunyai
beberapa segi diantaranya ialah
1. Segi Ibadah
Perkawinan menurut agama Islam mempunyai unsur-unsur ibadah.
Melaksanakan perkawinan berarti melaksanakan sebagian dari ibadah dan berarti
pula telah menyempurnakan sebagian dari agama.
Dalam pada itu Rasulullah SWT mencela dengan keras para sahabat yang
ingin menandingi ibadahnya dengan cara berpuasa setiap hari, bangun setiap
malam untuk beribadah, hidup menyendiri dan tidak akan kawin, karena
perbuatan yang demikian menyalahi sunnahnya. Dari Annas RA. bahwa beliau
berkata dalam sabdanya:
4 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Annaisabury. “Shaih Muslim”, (Maktabah: Al-
Islamiyyah Al-Azhar, 2011), cet ke-1, Juz 3, no.1401, h. 300.
15
sebagian shahabat Nabi SAW yang berkata, “Aku tidak akan kawin”. Sebagian
lagi berkata, “Aku akan shalat terus-menerus dan tidak akan tidur”. Dan
sebagian lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus-menerus”. Kemudian hal itu
sampai kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda, “Bagaimanakah keadaan kaum
itu, mereka mengatakan demikian dan demikian. Padahal aku berpuasa dan
berbuka, shalat dan tidur, dan akupun mengawini wanita. Maka barangsiapa
yang tidak menyukai sunnahku, bukanlah dari golonganku”. (HR. Muslim).
2. Segi Hukum
Perkawinan menurut yang disyariatkan agama Islam, merupakan suatu
perjanjian yang kuat. Sebagai perjanjian, perkawinan mempunyai beberapa sifat
yaitu:
a. Perkawinan tidak dapat dilangsungkan tanpa persetujuan dari pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.
b. Akibat perkawinan, masing-masing pihak yang berkepentingan dengan
perkawinan itu terikat oleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban ditentukan
persyaratan berpoligami bagi suami-suami yang hendak melakukan.
c. Ketentuan-ketentuan dalam persetujuan itu dapat dirobah sesuai dengan
persetujuan masing-masing pihak dan tidak melanggar batas yang
ditentukan oleh agama.
3. Segi Sosial
Hukum Islam memberikan kedudukan sosial yang tinggi kepada wanita
(isteri) setelah dilakukan perkawinan, ialah dengan adanya persyaratan bagi
seorang suami untuk kawin lagi dengan isterinya yang lain, tidak boleh sorang
suami mempunyai isteri lebih dari empat, adanya ketentuan hak dan kewajiban
suami dan isteri dalam rumah tangga dan sebagainya.
16
Perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang diliputi rasa saling cinta
mencintai dan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. Keluarga-
keluraga yang seperti inilah yang akan merupakan batu bata, semen, pasir, kapur,
dsb dari bangunan umat yang dicita-citakan oleh Agama Islam. Karena itu
Rasulullah SAW melarang kerahiban, hidup menyendiri dengan tidak kawin, yang
menyebabkan hilangnya keturunan, keluarga dan melenyapkan umat.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan ialah
perjanjian perikatan antara pihak seorang laki dengan pihak seorang perempuan
untuk melaksanakan kehidupan suami isteri, hidup berumah tangga, melanjutkan
keturunan sesuai dengan ketentuan agama.5
2. Dasar Hukum Perkawinan
Pernikahan adalah sunatullah bagi seluruh alam ini. Laki-laki dan
perempuan laksana siang dan malam, dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan. Dalam kehidupan rumah tangga, bagi manusia pernikahan membawa
implikasi dan tanggung jawab sosial besar. Rasulullah SAW memerintahkan agar
orang-orang yang telah mempunyai kesanggupan untuk kawin melaksanakannya,
karena kawin itu akan memelihara diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang
Allah. Dari Abdullah Ibnu Mas‟ud r.a. bahwa Rasulullah bersabda:
Artinya: Dari Abdullah r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hai sekalian
pemuda, barangsiapa yang telah sanggup diantara kamu melaksanakan
5 Kamal Muchtar , “Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan”, h. 12.16.
6 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Annaisabury. “Shaih Muslim”, no. 1400, h. 300.
17
kehidupan suami isteri, hendaklah ia kawin. Sesungguhnya kawin itu
menghalangi pandangan mata (kepada yang terlarang memandangnya) dan
memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak sanggup, wajib berpuasa.
Maka sesungguhnya puasa adalah perisai baginya”. (HR. Muslim).
Oleh karena itu pernikahan harus didasarkan oleh pondasi yang kuat dan
kokoh agar tidak mudah runtuh.7 Dasar hukum perkawinan banyak disebutkan
dalam Al-Quran diantaranya adalah firman Allah dalam Surah An-Nisaa: 3
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya”. (Q.S. An-Nisaa: 3)
Sedangkan asal hukum nikah adalah mubah dan hukum tersebut dapat
berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang melakukan pernikahan, hukum
tersebut bisa menjadi wajib, sunnah, haram, atau makhruh. Keempat hukum dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Sunnah
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum nikah adalah sunnah bagi mereka
yang tidak khawatir dirinya terjerumus ke perbuatan zina, bagi seseorang
yang memungkinkan jika tidak menikah, maka nikah baginya hukumnya
sunnah. Meskipun demikian, menikah tetap dianjurkan dan mungkin lebih
utama daripada melakukan berbagai macam ibadah. Rasulullah SAW pun,
7 Muhammad Mutawaali Sya‟rawi, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pena Pundi Askara, 2007), h. 97
18
melalui hadits yang telah disebutkan di atas (dari Annas ibn Malik r. a),
menegaskan bahwasannya pernikahan merupakan sunnahnya.8
2. Wajib
Bagi orang yang sudah siap untuk melakukan melangsungkan pernikahan
dan dia khawatir manakala tidak menikah, dia akan terjebak pada
perzinahan, maka pernikahan baginya adalah wajib. Sebab, menjaga diri
dari sesuatu yang diharamkan (zina) adalah hukumnya wajib, sementara
untuk mencegah perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan
menikah. Karena itu hukum menikah adalah wajib.
3. Makruh
Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan pernikahan adalah
seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum mempunyai keinginan
melangsunkan pernikahan serta belum memiliki bekal yang mapan untuk
melangsungkan pernikahan.
4. Haram
Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan
serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam
rumah tangga sehingga apabila melangsungkan perkawinan bagi orang
tersebut adalah haram.9
5. Mubah
8Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan “Analisa Perbandingan Antar
Madzhab”, (Jakarta: Prima Heza Lestari, 2006), h. 9. 9 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 18.21.
19
Bagi orang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga
cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin.
Hukum perkawinan yang terakhir ini diperselisihkan oleh ulama Fiqih.
Menurut ulama mazhab Syafi‟i, perkawinan bagi lelaki itu adalah mubah.10
Ayat dan hadits di atas, cukup jelas bahwa nikah disyari‟atkan oleh agama,
sejalan dengan hikmah manusia diciptakan oleh Allah, yaitu untuk memakmurkan
dunia ini dengan jalan terpeliharanya perkembangan baik umat manusia.
Kemakmuran dunia ini bergangtung pada pengaturan perkawinan, karena dengan
perkawinan terjadilah keturunan yang berkembang biak dan teratur sempurna
berupa pengkeluargaan-pengkeluargaan yang sesamanya diikat oleh ikatan kasih
sayang. Dari ikatan ini diaturlah urusan-urusan penghidupan, karena pekerjaan
yang mesti dilakukan oleh bersama tidak akan mungkin dapat dilakukan oleh
seseorang secara sendirian.11
Karena itulah, pernikahan yang mempunyai nilai untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakina, mawaddah warohmah, perlu diatur denga
syarat dan rukun tertentu, agar tujuan disyariatkannya pernikahan tercapai.
B. Syarat dan Rukun dalam Perkawinan
Syarat dan rukun menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang
menyangkut sah atau tidaknya perbuatan tersebutdari segi hukum. Kedua kata
tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan
10
“Nikah”, dalam Abdul Azis Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Vol. 1 (Jakarta:
PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1997), h. 1331. 11
Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, h. 130
20
sesuatu yang harus diadakan. Dalam suatu pernikahan syarat dan rukun tidak
boleh tertinggal, pernikahan tidak sah bila keduanya tidak lengkap antara rukun
dan syaratnya.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai syarat dan rukun
pernikahan maka menurut hukum Islam adalah sebagai berikut:
Syarat-syarat pernikahan mengikuti rukun dan syarat-syaratnya yaitu:
a. Calon mempelai pria, syarat-syaratnya:
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Jelas orangnya
4. Tidak terdapat halangan pernikahan.
b. Calon mempelai wanita syarat-syaratnya:
1. Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani
2. Perempuan
3. Jelas orangnya
4. Dapat diminta persetujuannya
5. Tidak terdapat halangan pernikahan
c. Wali nikah syarat-syaratnya:
1. Laki-laki
2. Dewasa
3. Mempunyai hak perwalian
4. Tidak terdapat halangan perwalian
d. Saksi nikah syarat-syaratnya:
21
1. Minimal dua orang atau lebih
2. Hadir dalam ijab qabul
3. Dapat mengerti maksud akad
4. Islam
5. Dewasa
e. Ijab dan qabul syarat-syaratnya:
1. Adanya peryataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki
3. Memakai kata nikah atau terjemahan dari kata tajwiz
4. Antara ijab dan qabul menyambung
5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang dalam ihram atau
umrah
7. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minal empat orang. Yaitu: calong
mempelai laki-laki atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya
dan orang saksi.
Di dalam memahami jumlah rukun nikah, ada perbedaan pendapat diantara
para ulama. Menurut jumhur ulama rukun nikah itu ada empat, yaitu:
a. Sighat (Ijab dan Qabul)
b. Calon istri
c. Calon suami
d. Wali
22
Ini berbeda dengan Hanafiyah yang mengatakan bahwa rukun nikah itu
hanya ada dua yaitu ijab dan qabul, tidak sah ada yang lain.12
Namun Aljaziri mengatakan bahwa, sebernarnya menurut Malikiyah rukun
nikah itu ada lima yaitu:
a. Wali
b. Mahar (harus ada tetapi tidak disebutkan pada saat akad)
c. Istri (suami istri ini disyariatkan bebas dari halangan menikah seperti masih
ada masa iddah atau sedang ihram)
d. Sighat
Sedang menurut Syafi‟iah juga mengatakan rukun nikah ada lima namun
sedikit berbeda dengan Malikiyah, yaitu:
a. Suami
b. Istri
c. Wali
d. Dua saksi
e. Sighah
Rukun dan syarat-syarat pernikahan tersebut wajib dipenuhui, apabila tidak
terpenuhui maka pernikahan yang dilangsungkan tidak sah. Disebutkan dalam
kitab Al-Fiqh „Ala al Mazahib al-Arab‟ah “Nikah fasid yaitu nikah yang tidak
memenuhui syarat-syaratnya, sedang nikah batil yaitu nikah yang tidak
12
Ma‟ruf Amin, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Elsaas, 2008),
h.14.16
23
memenuhui rukunnya. Hukum nikah fasid dan nikah batil adalah sama yaitu tidak
sah.13
C. Tujuan dan Hikmah dalam Perkawinan
a. Tujuan Perkawinan
Diantara tujuan dan hikmah perkawinan adalah agar tercipta suatu keluarga
atau rumah tangga yang harmonis, penuh kedamaian, saling terjalin rasa kasih
sayang antara suami-isterri. Untuk membangun rumah tangga ideal tersebut, harus
melalui ikatan perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran
ajaran Islam.14
Hanya dengan cara demikian, konsekuensi adanya hak dan
kewajiban serta rasa tanggungjawab antara pasangan suami-isteri dapat muncul
dalam membina dan membangun keluarga yang sejahtera dan bahagia,
sebagaimana dalam firman Allah SWT surah Ar-Rum: 21
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Rum/ 30:21).
Dan melalui ikatan perkawinan tersebut diharapkan lahirnya generasi
penerus yang berkualitas dan dapat melangsungkan keturunan umat manusia
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Dalam surat An-Nahl: 71
13
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.
71. 14
Hasanudin AF, “Perkawinan dalam Perspektif al-Quran: Nikah, Talaq, Cerai, Rujuk”,
(Jakarta: Nusantara Damai Press), h. 12.
24
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”. (Q.S. An-Nahl/16:71)
Secara rinci tujuan perkawinan yaitu sebagai berikut:
1. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhui tuntutan hajat tabiat
kemanusiaan.
2. Membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.
3. Memperoleh keturunan yang sah
4. Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezki penghidupan yang
halal, memperbesar rasa tanggungjawab.
5. Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah (keluarga
yang tentram, penuh cinta kasih dan kasih sayang).
6. Ikatan perkawinan sebagai mitsaqan ghalizan sekaligus mentaati perintah
Allah SWT bertujuan untuk membentuk dan membina tercapainya ikatan
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dalam
kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat
hukum Islam.15
15
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, h. 11
25
b. Hikmah Perkawinan
Sebagai ketetapan yang digariskan oleh syarah, nikah memiliki hikmah
mulia dibalik persyari‟atannya hal ini harus diketahui oleh setiap muslim agar
menentukan nilai-nilai ibadahnya di dalamnya. Islam tidak mensyariatkan nikah
sebagai solusi bagi pemuasaan kebutuhan biologis manusia. Tetapi ia memiliki
hikmah-hikmah harkat martabat manusia.16
Adapun hikmah dalam perkawinan
yaitu:
a. Untuk memperoleh keturuna. Ini merupakan inti dari tujuan pernikahan.
Dimana pernikahan merupakan proses kelangsungan hidup manusia.
Dalam Al-Quran juga menganjurkan agar manusia selalu berdoa agar
dianugerahi putra yang menjadi mutiara dari isterinya, sebagaimana
dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Furqon: 25
Artinya: “dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah
kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati
(Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al-
Furqan/25: 74)
b. Untuk menjaga diri dari syahwat kepada yang haram. Tujuan utama
hidup adalah untuk beribadah, sebagaimana firman Allah SWT dalam
surah Al-Imran: 3
16
Nasrudin Thaha, Pedoman Perkawinan Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1960) , h.
11
26
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)”.(Q.S. Al-Imran/ 3:14)
Dari keterangan ayat di atas, jelaslah bahwa manusia normal tidak dapat
melepaskan dirinya dari dorongan syahwat. Karena syahwat adalah ketentuan
Allah terhadap alam ini agar ia terus berkesinambungan. Demikian pernikahan
disyariatkan untuk penyaluran kebutuhan biologis manusia dengan tujuan
menciptakan ketenangan dalam kehidupan umat jika syahwat itu sudah tersalur
sesuai dengan petunjuk syariat, tentunya manusia dapat beribadah kepada Allah
SWT.
c. Untuk tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berumah
tangga, seseorang telah membagi sebagian beban tugas hidupnya kepada
pasangannya. Seorang laki-laki telah dibantu tugasnya menyiapkan
makanan dan lain-lain untuk kehidupannya oleh seorang isteri.
Demikianpula seorang wanita, kebutuhannya akan nafkah telah dibantu
oleh suami. Dengan berbagi tugas, keduannya telah menghemat sekian
27
banyak waktu, maka bertmbahlah waktu yang akan digunakan untuk
beribadah.17
d. Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak dengan pernikahan,
masyarakat dapat diselamatkan dari kerusakan pergaulan. Dengan
pernikahan ini, umat dapat diselamatkan, baik secara individual maupun
sosial dengan budi pekerti yang baik dan akhlak yang mulia. Inilah salah
satu dari fungsi risalah yang di bawah oleh Rasulullah SAW.
e. Untuk penyegaran jiwa. Sudah merupakan fitrah bagi manusia memiliki
tabiat, yaitu malas beribadah. Kemalasan ini muncul karena dorongan
hawa nafsu yang ada pada diri manusia. Nafsu mendorong hawa nafsu
yang disuakinya, yaitu syahwat dan benci ibadah, sedangkan manusia
dibebankan amanah untuk bertindak kepada Allah SWT. Nafsu manusia
harus sesekali diberikan kesempatan untuk mengecap yang disukainya,
setelah keinginannya terpenuhui tentu ia dapat kembali diajak untuk
beribadah. Demikianlah pernikahan dapat memberikan penyegaran jiwa
bagi manusia, sehingga tidak bosan untuk beribadah.
Inilah beberapa hikmah dari pernikahan yang perlu diperhatikan oleh
manusia yang ingin mendapat kebahgiaan didunia dan akhirat.
17
Syahrizal Abbas, Pemikiran Ulama Dayah Aceh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),
h. 165
28
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG TIMOR LESTE
A. Sejarah Singkat Tentang Timor Leste
Perjalanan sejarah sebuah bangsa sesungguhnya tak lepas dari hukum
sebab-akibat yang bisa dipahami secara rasional.1 Timor Timur merupakan sebuah
wilayah bekas kolini Portugis yang dianeksasi oleh milter Indonesia menjadi
sebuah provinsi yang pernah menjadi bagian Indonesia antara 15 Juli 1976 sampai
19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi Indonesia yang ke-27.
Timor Timur dianeksasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republi Indonesia
(NKRI) setelah dijajah selama tahun 450 tahun oleh Portugal. Setelah merdeka,
namanya berubah menjadi Negara Republik Demokratik de Timor Leste (juga
disebut Timor Lorosa’e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur. Negara
ini adalah sebuah negara kecil disebalah utara Australia dan bagian timur pulau
Timor Indonesia. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau kambing atau
Atauro, Jaco, dan Enclave Oecussi-Ambeno di Timor Barat yang dikelilingi oleh
provinsi Nusa Tenggara Timur.
Negara Timor Leste mempunyai sejarah yang panjang untuk dapat berdiri
sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat seperti sekarang karena Negara
Timor Leste pernah dijajah oleh 3 (tiga) negara yakni: Portugal selama 450 tahun,
Jepang selama 3 tahun dan Indonesia selama 24 tahun serta di bawah pimpinan
PBB melalui lembaga yang bernama United Nation Transitional Administration
1 Domingos Caires Bendito Bere Mau Gomes, Cu Pede Usa Sae Pede Laru, (Timor Leste:
PT. CNIC/UNTL 2007), cet. ke-1, h. 1.6.
29
in East Timor / UNTAET selama kurang lebih 2 tahun (24 Oktober 1999 sampai
20 Mei 2002).
Portugal tercatat sebagai negara dengan durasi penjajahan terlama yakni
selama 450 tahun, yang di mulai pada awal kedatangannya sejak 1512. Meskipun
pada awalnya Portugis hanya melakukan perdagangan dengan Raja-raja lokal,
namun, kegiatan itu lama-kelamaan berubah menjadi aneksasi, ketika Portugis
berhasil dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605 dan menguasai wilayah
jajahannya yaitu Ambon (Maluku) dan pulau Solor (NTT) pada tahun 1613.
Pemungkinan Portugis pertama di pulau Timor bagian Timur dirintis sejak
tahun 1681, yakni bermula dari dibangunnya benteng di Lifau (Oecusee/ sebuah
distrik di Timor Leste) oleh Antonio Guerriro. Kemudian 1769 pusat kekuasaan
Portugis berpindah di Dili. Pada tahun 1942-1945 Timor Portugis sempat dikuasai
oleh Jepang selama 3 tahun. Pendudukan Jepang atas Timor Portugis tidak
bertahan lama karena Jepang kalah dalam Perang Dunia II melawan sekutu.
Wilayah itu kemudian diserahkan kembali kepada Portugis. Di tahun 1975 Timor
Portugis telah memproklamasikan kemerdekaannya melalui partai Fretilin, yang
mana sebelumnya Timor Portugis telah diberikan kebebasan oleh pemerintahan
pusat di Lisbon untuk menentukan nasibnya sendiri, karena di Portugal telah
terjadi sebuah Revolusi yang mengakibatkan tidak terurusnya wilayah itu.
Bersamaan dengan itu, juga lahir beberapa partai politik memiliki arah dan
pandangan politiknya berbeda dengan Fretilin. Apodeti yang sejak awalnya
menghendaki bergabung dengan negara tetangganya Indonesia, terus melakukan
berbagai lobi politiknya dengan pemerintahan Indonesia. Dilain pihak, Fretilin
30
terus memaksakan kehendak dan tidak memberikan peluang bagi partai politik
lainnya seperti Apodeti, UDT, KOTA, dan Trabalhista untuk menentukan masa
depan Timor Portugis selain Independensi total. Akibatnya, terjadi sebuah koalisi
antara empat partai lainnya untuk melakukan kontra politik. Salah satu langkah
politik yang diambil oleh empat partai tersebut adalah Integrasi dengan Indonesia.
Langkah ini diambil mana kala Fretilin melakukan serangkaian aksi teror terhadap
pemimpin dan simpatisan dari empat partai lainnya. Dalam pelariannya di
wiliayah perbatasan (Batugede), empat partai tersebut menyusun sebuah deklarasi
tertanggal 30 November 1975 menyusul proklamasi kemerdekaan Timor Portugis
yang dilakukan dua hari sebelumnya (28 November 1975).
Deklarasi yang dipelopori oleh para pemimpin dari empat partai empat
partai, Apodeti, UDT, KOTA, dan Trabalhista tersebut, mendesak pemerintah
Indonesia untuk segera mengambil alih wilayah Timor Portugis sebagai dari
NKRI. Namun, Indenesia tidak segera mengidahkan pemerintah tersebut karena
khawatir di cap sebagai negara yang memiliki ambisi teritorial. Namun setelah
melalui berbagai pertimbangan, akhirnya petisi rakyat Timor Portugis yang di
wakili oleh empat partai tersebut disahkan dalam Undang-Undang nomor 7 tahun
1976 tertanggal 15 Juli 1976 yang menyatakan Timor Portugis resmi menjadi
propinsi NKRI yang ke-27, dan bernama Timor-Timur. Meskipun sebelumnya
pada tanggal 7 Desember 1975, Indonesia telah lebih dulu mendarat di wilayah
itu dengan alasan “pembebasan wilayah” dari aksi brutal Fretilin yang beraliran
Komunis.
31
Selama 24 tahun bergabung dengan Indonesia, kebersamaan itu diusik oleh
sebuah opsi Otonomi Khusus/ Referendum yang ditawarkan oleh pemerintahan BJ
Habibie. Dalam sebuah jajak pendapat yang diselengarakan dan di awasi oleh
PBB, mayoritas masyarakat Timor Timur memilih pisah dari Indonesia. Akhirnya
pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur resmi menjadi sebuah negara dengan
nama Republik Demokratik Timor Leste (RDTL)/ Timor Leste setelah melewati
masa transisi selama tiga tahun. Selama 5 tahun pertama kemerdakaan, Timor
Leste masih menghadapi berbagai ketidakstabilan secara terus menerus dan
pencapaian pembangunan dapat dikatakan sangat rendah, terutama dengan
meningkatnya jumlah penduduk miskin dan berbagai ganguan keamanan akibat
konflik horizontal. Seiring berjalannya waktu, Timor Leste kini menunjukan
perkembangan yang sangat signifikan di berbagai bidang.2
B. Letak Geografis
Republik Demokratik Timor Leste merupakan sebuah negara kecil yang
berada dikawasan Asia Tenggara, secara geografis, Timor Leste berada di tengah-
tengah kepulauan Indonesia dibagian Timur. Timor Leste berlokasi di Asia
Tenggara, pulau Timor merupakan bagian dari wilayah Maritim Asia Tenggara,
dan merupakan kawasan paling Timur di Kepulauan Sunda Kecil. Letak geografis
Timor Leste adalah: Di sebelah utara terdapat Selat Ombai, Selat Wetar, dan Laut
Banda. Di sebelah selatan terdapat Laut Timor dan Australia. Di sebelah barat
terdapat Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan bagian dari Indonesia.
2 Hedi Sasrawan, “Sejarah Timor Leste” diakses pada tanggal 22 November 2016, dari
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/timor-leste-artikel-lengkap.html.
32
Di sebelah timur terdapat Taman Nasional Nino Konis Santana yang berupa hutan
tropis kering. Disana terdapat beberapa spesies tumbuhan dan hewan unik.
Kebanyakan wilayah Timor Leste berupa pegunungan dan gunung tertinggi di
Timor Leste adalah Gunung Tatamailau yang dikenal sebagai Gunung Ramelau
dengan ketinggian 2.963 meter. Timor Leste beriklim tropis dan umumnya panas
dan lembab. Terdapat dua musim yaitu musim panas dan musim hujan.
Ibukotanya, kota terbesar, dan pelabuhan utama adalah Dulu, dan kota terbesar
kedua adalah Baucau. Letak astronomis Timor Leste adalah antara 8o LS-10
o LS
dan 124o BT-128
o BT.
3
a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah
Luas Timor Leste kurang lebih 15.007 km². Wilayahnya berada di bagian
timur Pulau Timor. Berikut ini batas-batas geografis wilayah Timor Leste,
Sebelah utara : Laut Banda dan Selat Wetar
Sebelah selatan : Laut timor
Sebelah barat : Indonesia
Sebelah timur : Laut Arafuru
b. Bentang Lama
Wilayah negara Timor Leste terdiri atas dua wilayah yang terpisah.
Sebagian wilayahnya ada yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Alam
Timor Leste sebagian besar tidak subur, dan miskin sumber daya alam. Sumber
daya alam yang dimiliki hanyalah tambang minyak bumi di Selat Timor.
Tambang ini belum dieksploitasi karena menjadi sengketa dengan Australia.
3 Hedi Sasrawan, “Geografis Timor Leste” diakses pada tanggal 22 November 2016, dari
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/timor-leste-artikel-lengkap.html.
33
Gunung tertinggi di Timor Leste adalah Gunung Ramelau. Negara Timor Leste
dulunya merupakan sebuah provinsi di wilayah negara Indonesia. Pada tahun
1999, sebagian besar rakyat Timor-Timur menghendaki berpisah dari negara
Indonesia.
c. Iklim
Sebagian besar wilayah negara ini mengalami iklim tropis dengan curah
hujan yang kecil. Akibatnya, di wilayah Timor Leste juga banyak dijumpai sabana
karena wilayahnya relatif kering.
d. Keadaan Penduduk
Pada tahun 2008, jumlah penduduk Timor Leste mencapai 1.108.777 jiwa,
dengan angka pertumbuhan cukup tinggi, yaitu 3,36%. Penduduk Timor Leste
terdiri atas suku-suku seperti Timor, Belu, Galo, Nombi, Sabu, Rote, dan Telun.
Agama utama adalah Katholik Roma. Bahasa resmi adalah bahasa Portugis,
sedangkan bahasa sehari-hari adalah Indonesia dan Spanyol.4
C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai negara baru, perekonomian negara Timor Leste bisa dibilang
relative rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Pasifik Barat Daya.
Timor Leste memiliki komoditas ekspor seperti kopi, marmer, minyak, dan kayu.
Pertumbuhan ekonomi Timor Leste berkisar 10% pada tahun 2011. Perekonomian
Timor Timur diklasifikasi sebagai ekonomi dengan pendapatan menengah ke
4 Nurul Hidayat “Mengenal Timor Leste dan Karakteristik” diakses pada tanggal 22
November 2016, dari http://nurulhedayat.blogspot.co.id/2013/08/mengenal-timor-leste-dan.html.
34
bawah oleh Bank Dunia. 20% penduduk menganggur, dan 52,9% hidup dengan
kurang dari US $ 1,25 per hari. Sekitar setengah dari penduduk buta huruf.
Negara ini terus menderita akibat dampak setelah perjuangan kemerdekaan
selama puluhan tahun melawan Indonesia, yang mengakibatkan rusaknya
infrastruktur dan banyaknya ribuan pengungsi warga sipil. Walaupun telah
merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang
dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama
melalui provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain amat tergantung secara politik
kepada mantan penjajah Portugal, Timor Leste mengadopsi mata uang Dolar
Amerika Serikat sebagai mata uang yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh
menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia. Pada November
2007, terdapat sebelas kecamatan dimana kebutuhan makanan harus dipasok oleh
bantuan internasional. Belum ada hukum perlindungan hak cipta di Timor Leste.
Saat ini tiga bank asing memiliki cabang di Dili: ANZ National Bank,
Banco Nacional Ultramarino yang merupakan anak perusahaan dari bank terbesar
Portugal Caixa Geral de Depósitos, dan Bank Mandiri. Salah satu proyek jangka
panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan exploitasi
minyak bumi dan gas alam bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan
Timor. Setelah revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugis memberikan
konsesi pada Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan
exploitasi tersebut. Namun, hal ini gagal terlaksana dikarenakan oleh Operasi
35
Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, sumber daya dibagi antara
Indonesia dan Australia dengan Perjanjian Celah Timor pada tahun 1989.5
b. Sosial Budaya
Dalam aspek pemerintahan dan sosial budaya, Timor Leste memiliki corak
yang hampir sama dengan Portugis. Bahasa nasional mereka adalah Tetum dan
bahasa Portugis. Sedangkan corak agama, mayoritas penduduk Timor Leste
memeluk agama Kristen. Masyarakat Timor Leste secara kultural terbagi menjadi
dua, yaitu masyarakat lorosae (Tetum timur) dan masyarakat loromonu (Tetum
barat). Seperti umumnya suku-suku bangsa di negara lain, kebudayaan Timor
Leste juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yang merupakan identitas masyarakat
pendukungnya. Berbagai unsur budaya Timor Leste. Meskipun masyarakat Timor
Leste menerima banyak pembaharuan dari unsur-unsur kebudayaan luar, namun
secara keseluruhan mereka dapat mempertahankan sebagian nilai-nilai budaya
mereka.
1. Pakaian
Sejak dahulu kala masyarakat Timor Leste sudah mengenal pakaian yang
terbuat dari kulit kayu. Baru sesudah abad ke-18 mereka memulai membuat
pakaian dari kain tenunan (Tais). Ada dua jenis kain tenun yang dikenal
masyarakat, yaitu Tais Mane yaitu untuk pakaian kaum pria dan untuk kaum
wanita Tais Feto/Sabulu.
5 Hedi Sasrawan, “Ekonomi Timor Leste” diakses pada tanggal 22 November 2016, dari
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/timor-leste-artikel-lengkap.html
36
Ada beberapa jenis kain tenun yang terkenal dari Timor Leste, antara lain
tais atsabe, tais ermera, tais oecusse, tais lospalos, dan tais suai. Namun saat ini
tetunan tais hanya dikenakan pada penyelenggaraan upacara-upacara adat atau
pesta-pesta. Sebagian pakaian sehari-hari, wanita Timor Leste mengenakan baju
kebaya (kabaya) dan kain sarung (lipa), sedangkan kaum pria mengenakan baju
hem (kamisola) yang dikombinasi dengan kain sarung (lipa).
2. Kesenian
Dalam kehidupan masyarakat Timor Leste berkembang berbagai unsur
kesenian, seperti seni rupa, seni musik, seni drama, seni sastra, dan seni tari. Dari
semua unsur kesenian yang ada, hanya yang disebutkan terakhir yang paling
menonjol. Tarian dibawakan pada hampir semua aktivitas hidup manusia untuk
menyatakan rasa syukur, gembira, bahkan dukacita.
Adapun jenis tari-tarian yang sring dibawakan antara lain:
a. Tebe-tebe atau tebedai; jenis tarian ini biasanya dibawakan pada upacara
adat, penerimaan tamu, atau kegiatan lainnya.
b. Kaisana roko-roko; tarian ini dibawakan oleh delapan wanita dengan
musik gong, dan digunakan alat bantu yang berupa sebilah pedang
panjang.
c. Isu dudu bau; tarian ini dibawakan setiap upacara adat menjelang akhir
musim kemarau setiap setahun sekali. Dan tarian ini mengandung unsur-
unsur bersaji untuk memanggil hujan.
d. Loro sa atau tari perang; jenis tarian ini sebenarnya tabu (suci) untuk
dibawakan, kecuali jika terjadi pelanggaran adat.
37
e. Wira; merupakan tari pergaulan muda-mudi.
f. Bidu; juga merupakan tarian muda-mudi dengan gerakan dinamis tanpa
musik.
g. Suruboek; melukiskan suasana para nelayan ketika mencari ikan
bersama-sama.
3. Senjata
Parang (oby) merupakan senjata tradisional yang di Timor Leste. Alat ini
mempunyai banyak fungsi, seperti untuk berperang, sebagai benda upacara, serta
digunakan dalam berbagai kegiatan lainnya. Bila senjata ini agak bengkok, dan
biasanya dihiasi ornamen-ornamen dengan motif bulan, bintang, matahari, bunga,
atau daun.
4. Arsitektur
Rumah adat (uma lulik) di Timor Leste antara daerah yang satu dengan daerah
lain mempunyai corak arsitektur yang berbeda, sesuai dengan kondisi lingkungan
alam masing-masing daerah.
5. Upacara Adat
Meskipun masyarakat Timor Leste sudah memeluk agama Islam dan
Katolik, namun masih banyak upacara adat yang tetap dijalankan sampai saat ini.
Karena upacara-upacara tersebut merupakan warisan tradisi nenek moyang yang
berdasarkan pada kepercayaan asli mereka.
a. Upacara perkawinan yaitu pola perkawinan yang dianjurkan adalah yang
terjadi antara seorang pemuda dengan anak gadis dari adik wanita
ayahnya. Pemilihan jodoh erat kaitannya dengan jumlah mas kawin yang
38
harus dibayarkan kepada keluarga si gadis. Perkawinan dengan yang
masih sekerabat berarti keluarga pihak laki-laki dikenakan membayar
mas kawin.
b. Upacara kehamilan, upacara ini dilangsungkan sejak masa kehamilan
hingga sesudah melahirkan.
c. Upacara kematian, jika ada seseorang yang meninggal yang bertangung
jawab secara adat adalah saudara laki-lakinya, terutama saudara laki-laki
tertua yang masih hidup. Sebelum semua sanak keluarga berkumpul,
jenazah disemayamkan dirumah duka. Serangkaian selamatan diadakan
oleh keluarga inti, berlangsung selama empat minggu, dan terdiri dari,
Aifunan moruk (bunga pahit), Aifunan midar (bunga kemanisan)6
D. Kondisi Pendidikan dan Keagamaan
1. Kondisi Pendidikan
Untuk Timor Leste, masalah pendidikan, sudah tertera secara jelas dalam
konstitusi RDTL pasal 59 ayat 3 bahwa “ Negara akan mengakui dan mengawasi
pendidikan swasta dan pendidikan bersama”.
Penjajahan Portugis tidak berusaha keras untuk mendidik penduduk Timor
Leste. Sampai akhirnya 450 tahun kolonisasinya, pendidikan hanya didirikan
untuk memenuhui pembutuhan penjabat administrasi.7 Kepedulian pemerintahan
Portugis akan pendidikan sangat rendah. Hal ini dilihat dari kesenjangan antara
sistem pendidikan yang diterapkan di Timor Leste sama seperti halnya pendidikan
6 Soemargono, “Profil Timor Timur”, (Jakarta: PT Intermesa 1992), cet 1, h 69.79.
7 Jose Soares, “Sistem Pendidikan di Timor Leste”, diakses pada tanggal 24 November
2016 dari http://haumaknee.blogspot.co.id/2012/12/sistem-pendidikan-di-timor-leste.html?=1.
39
yang diterapkan di Portugis. Pendidikan dimulai dari sekolah Taman Kanak-kanak
(Pre Primaria) dan berakhir di perguruan tinggi.8 Akhibat dari sistem pendidikan
semacam itu maka masyarakat tidak maju dan penjajahan berlangsung lama
selama 450 tahun. Sebagai efek nyata dari sistem pendidikan semacam itu maka
tingkat buta huruf mencapai tingkat tinggi 97%.
Setelah Timor Leste beritegrasi dengan Indonesia, maka masalah
pendidikan ini mendapatkan perhatian yang serius bagi pemerintahan Provinsi
Timor Timur saat itu. Usaha pertama adalah membuka kembali pendidikan yang
ada yang sebelumnya telah tertutup beberapa akibat pergolakan politik. Dengan
didirikannya begitu banyak sekola-sekolah baru selama masa integrasi, maka
kesempatan untuk untuk mengenyam pendidikan bagi orang Timor Leste semakin
terbuka. Sementara itu program-program pengajaran di luar sekolahpun telah pula
membantu penduduk penduduk Timor Leste untuk tidak melek huruf dan angka
latin. Pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, diidentifikasikan oleh pemerintah
baru Timor Leste sebagai salah satu prioritas untuk pembangunan, tetapi ada
banyak masalah yang butuh diatasi. Sekarang ada 14 lembaga pendidikan tinggi di
Timor Leste, tetapi dari jumlah ini, hanya Universitas Nasional Timor Lorosae
adalah universitas umum, menerima 70 persen pembiayaan dari pemerintah Timor
Leste.
Oleh karena itu ada 13 lembaga yang menerima pembiayaan dari berbagai
organisasi internasional seperti Bank ANZ, USAID dan kelompok perusahaan
Cina di Hong Kong. Menurut penyelidikan pada tahun 2003, kebanyakan kondisi
8 Soemargono, “Profile Timor Timur”, h. 287.
40
di lembaga swasta adalah mengawatirkan karena ada fasilitas minim dan material
terbatas. Institut ini kekurangan laboritori-laboritori, perpustakaan yang lengkap,
fasilitas-fasilitas kesenian dan olahraga, dan staf perguruan berkualitas Hamutuk.
Karena di bawah kekuasaan Indonesia sebagian besar guru berasal dari wilayah
lain daripada Timor Timur, waktu ada kekerasan pada tahun 1999, kebanyakan
profesor- profesor pulang ke Indonesia dan tidak kembali ke Timor Leste. Ini
meninggalkan kekurangan besar pengajar yang dilatih di negara baru Timor Leste.
Kira-kira 50 persen professor yang sekarang ada di Timor Leste, hanya
menyelesaikan Stratum Satu (S1) dan semua lain mempunyai diploma saja. Selain
itu, banyak professor mengajar di beberapa institusi (termasuk seorang yang
mempunyai lima tempat pekerjaan dalam satu waktu). Situasi ini bermaksud
pengajar tidak bisa memberi cukup perhatian kepada mahasiswanya, menyiapkan
pelajaran dan materi, mengoreksi tugas-tugas ataupun menghadiri kuliah. Juga,
pemerintah belum menentukan syarat kirikulum atau mengumumkan secara resmi
peraturan tentang bahasa dalam proses pendidikan. Sampai sekarang lembaga
pendidikan mengambil sistem pendidikan dari Indonesia, Portugis dan negara-
negara lain.9
2. Kondisi Keagamaan
Agama Katolik, Kristen Prostetan, Agama Islam, Hindu, Budha, dan
Kepercayaan Tradisional adalah agama-agama yang hidup di Timor Leste.
9 Jose soares, “Sistem Pendidikan di Timor Leste”, diakses pada 27 November 2016, dari
http://haumaknee.blogspot.co.id/2012/12/sistem-pendidikan-di-timor-leste.html.
41
Kepercayaan terakhri ini dianggap sebagai kepercayaan asli orang Timor Leste.10
Mayoritas penduduk Timor Leste beragama Katolik, dan Gereja Katolik adalah
institusi keagamaan yang dominan. Ada juga sebagian kecil komunitas Protestan
dan muslik.
1. Katolikisme
Gereja Katolik Roma di Timor Leste adalah bagian dari Gereja Katolik
Roma seluruh dunia, dibawah kepemimpinan spiritual dari Paus dan kuria di
Roma. Ada lebih dari 900,000 penganut Katolik di Timor Leste, warisan dari
status bekas koloni Portugis. Sejak kemerdekaan dari Indonesia, Timor leste
menjadi salah satu dari dua negara yang dinominasi oleh agama Katolik di Asia
(setelah Filipina) - diperkirakan 96% dari populasi menganut Katolik Roma.
Negara ini dibagi menjadi tiga keuskupan; Dili, Maliana dan Baucau, yang
semuanya langsung tunduk kepada Tahta Suci. Nuncio Apostolik untuk Timor
Leste bersamaan dengan nuncio untuk Malaysia. Nuncio saat ini adalah Uskup
Agung Joseph Salvador Marino, dan nunciature atau kedutaan berlokasi di Kuala
Lumpur.
Pada awal abad ke-16, pedagang Portugal dan pedagang Belanda melakukan
kontak dengan Timor Leste. Misionaris mempertahankan kontak sporadis sampai
tahun 1642 ketika Portugal mengambil alih dan mempertahankan kontrol sampai
1974, dengan pendudukan singkat oleh Jepang selama Perang Dunia II.
Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Timur pada Oktober 1989.
Paus Yohanes Paulus II telah berbicara menentang kekerasan di Timor Timur, dan
10
Soemargono, “Profile Timor Timur”, h. 280.
42
menyerukan kedua pihak untuk menahan diri, memohon rakyat Timor Timur
untuk memberikan "cinta dan berdoa untuk musuh-musuh mereka." Uskup yang
telah pensiun, Carlos Ximenes Belo adalah pemenang Hadiah Nobel Perdamaian
bersama dengan José Ramos-Horta pada tahun 1996 untuk upaya mereka untuk
membebaskan Timor Leste dari Indonesia. Gereja Katolik Roma masih sangat
terlibat dalam politik, dengan konfrontasi yang terjadi pada tahun 2005 dengan
pemerintah terhadap pendidikan agama di sekolah dan sebelumnya dari
pengadilan kejahatan perang untuk kekejaman terhadap Timor Leste oleh
Indonesia. Mereka juga telah mendukung Perdana Menteri baru dalam upayanya
untuk mendorong rekonsiliasi nasional. ada bulan Juni 2006 Catholic Relief
Services menerima bantuan dari Amerika Serikat untuk membantu korban pada
bulan-bulan kerusuhan di negara itu.11
2. Islam
Tak ada literatur ataupun sumber hidup yang pasti yang menyebutkan kapan
Islam masuk kenegara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia ini. Akan
tetapi, setidaknya ada lima pendapat ahli yang menyatakan proses masuknya
Islam ke Timor Leste, diantaranya:
1. Dikatakan bahwa Islam memasuki Timor Leste bersamaan dengan
masuknya Islam di Indonesia. Pendapat ini didukung oleh alur masuknya
Islam dari kerajaan Samudra Pasai hingga ke Timur Indonesia dan
kemudian ke Timor Leste.
11
Wikipida ensiklopedia bebas, “Agama di Timor Leste”, diakses pada 27 November 2016
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Timor_Leste.
43
2. Penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal
dibandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain. Maksudnya adalah
Islam masuk sebagai agama pertama di Timor Leste dan dibawa oleh
pendatang yang kedatangannya jauh lebih awal daripada kedatangannya
bangsa Eropa ataupun penjajah Portugis.
3. Pendapat lain mengatakan Islam masuk ke timor leste bertepatan dengan
masuknya Islam di Indonesia yang dibawa para pedagang Hadramaut.
Namun, para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka
mulai menetap di Dili sejak awal abad ke-17 M. Sejumlah sumber
memercayai bahwa pedagang dari Hadramaut yang pertama kali menetap
di Dili bernama Habib Umar Muhdhar.
4. Sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Leste
bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal,
Spanyol, dan Belanda. Ketika melakukan pelayaran ke Indonesia dan
Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan
pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Timor Leste melalui
pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.
5. Keturunan Arab di Timor Leste pernah mengatakan dari leluhur mereka
bahwa para pedangang Arab itu datang ditanah Timor Dili sejak awal
abad permulaan Islam jazirah Arab. Pada dasarnya umat Islam didaerah
Dili adalah bagian dari beberapa tokoh sejarah yang berkembang
persebaran islam didaerah tersebut. Menurut informasi-informasi
44
masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut,
sebelum bangsa Portugis, Belanda Jepang, Australia, dan Cina.12
Tampak jelaslah bahwa terdapat dua komunitas umat Islam Timor-Leste,
yaitu kelompok pendatang dari Arab (Yaman dan Hadramaut) yang datang lebih
awal dari pendatang dari kepulauan Hindia Belanda (Indonesia). Walaupun agama
Islam lebih dulu masuk ke Timor melalui pedagang baik dari Arab maupun dari
Hindia Belanda (Indonesia), namun masyarakat setempat tidak secara langsung
menerimanya dikarenakan kepercayaan terhadap Animisme telah melekat pada
diri masyarakat setempat. Lalu mengapa masyarakat kemudian menerima agama
Katolik, sedangkan kepercayaan terhadap Animisme begitu kuat? Ada dua
kemungkinan yang mendorong masyarakat untuk meninggalkan kepercayaan
Animisme. Yang pertama, adanya unsur paksaan oleh pihak kolonial Portugis
terhadap rakyat sehingga mau menerima agama yang dibawakan oleh Misionaris
Katolik. Dan yang kedua adalah waktu. Mengingat penjajahan porugis terhadap
penduduk Timor selama 450 tahun, maka selama itu pula mereka berupaya untuk
membaptis penduduk setempat. sehingga pada akhir penjajahannya, dipastikan
masyarakat Timor portugis memeluk agama Katolik hampir 100%.
Agama Islam yang telah ada lebih dulu, mengalami terlambatan
pertumbuhan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor: yang pertama, tujuan
kedatangan orang Arab untuk berdagang. Persoalan Da’wah adalah tergantung
sempat dan tidaknya. Berhubung diawal kedatangannya, masih bersifat sementara
12
Ambarak A. Bazher, Islam Di Timor-Timur, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet ke-1,
h. 25.
45
(tidak menetap). Yang kedua setelah mereka menetap di Dili ( ibu kota Timor-
Leste sekarang) portugis pun berpindah ibu kota dari Lifau (Oecusse) ke Dili.
Setelah pusat pemerintahan Portugis dipindahkaan ke Dili, Portugis memainkan
perannya yakni dengan membatasi segala bentuk kegiatan yang bukan bersumber
dari pemerintahan Portugis. Dari sinilah ruang gerak mereka (Pendatang Arab)
untuk berda’wah dibatasi sehingga Islam tidak berkembang pada waktu itu.
Islam baru berkembang di Timor-Leste sejak penyatuan rakyat Timor
portugis (kala itu) ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
dipelopori oleh empat partai yakni, APODETI, UDT, KOTA, dan
TRABALHISTA melalui sebuah deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Balibo
pada tanggal 30 November 1975. Berdasarkan deklarasi tersebut, pemerintah
Indonesia mengesakan sebuah undang-undang yakni nomor 7 tahun 1976, tentang
penyatuan Timor-Timur kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.13
Dilain pihak, umat Islam yang semula tidak merasakan kebebasan dalam
menyiarkan ajaran Islam, mulai mendapatkan angin segar dari Integrasi yakni
meningkatnya pemeluk agama Islam, seperti yang dikutip dari bukunya
AMBARAK A. BAZHER yang berjudul Islam Di Timor-Timur, ia mengatakan “
pada periode awal kedatangannya, umat Islam di Dili berjumlah sekitar 250 jiwa.
Menjelang integrasi jumlahnya membengkak menjadi sekitar 1000 orang.
Keadaan jumlah penduduk muslim di Timor leste mengalami perkembangan
yang signifikan, dikatakan bahwa jumlah muslim pada tahun 1990-an mencapai
31579 jiwa. Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, keberadaan umat Islam di
13
Khirul Jasmi, Eurico Guterese Melintas Badai Politik Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2002), cet ke-1, h.19.
46
Timor Leste amat naik secara signifikan, dikarenakan banyak berdatangan dari
wilayah Indonesia.14
Tercatat berdasarkan statistik umat Islam di Timor Leste
yang dikeluarkan CONISTIL (Centro da Comunidade Islamica de Timor Leste).
Namun perbedaan terjadi disaat Timor Leste berpisah dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, jumlah Muslim mengalami penurunan yang amat drastis.
Namun demikian semangat keIslaman tetap tumbuh di Timor Leste,
walaupun sudah tidak bergabung kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha meraih hak-hak warga negara di
tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan
PBB. Melalui UNAMET Muslim Timor Leste telah mempersiapkan diri dengan
membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama Conistil.15
15 Firdaus Iman Agung, “Islam Timor Timur’’, diakses pada tanggal 13 Maret 2016, dari
http://darikitauntukindonesia.blogspot.com/2013/03/islam-timor-timur-islam-timor-leste.html.
47
BAB IV
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
PERKAWINAN DI TIMOR LESTE
A. Prosesi Pelaksanaan Perkawinan Menurut Adat Timor Leste
Perkawinan bagi orang Timor merupakan tindakan yang mempersatukan
tiga unsur pasangan yaitu:
1. Pengantin laki-laki dan perempuan bersatu menciptakan makhluk
manusia yang baru.
2. Kelompok keturunan pengambil isteri dan pemberi istri bersatu
menciptakan saling keuntungan dalam upacara.
3. Manusia dan roh nenek moyang bersatu untuk menjamin agar kedua
persatuan (poin satu dan dua) subur dan membantu nenek moyang
tinggal senang di dunia lain.
Perkawinan dalam pengertian seperti itu menuntut agar pengaturan
perkawinan didasarkan pada asas keselarasan dan keseimbangan antara unsur
Ritual, Sexual dan ekonomi. Dari ketiga pasangan pelaku perkawinan sebagai
mana dikonsepsikan oleh nilai budaya orang-orang Timor Leste perkawinan yang
paling mengesangkan dan khas menurut adat tata kelakuan adalah perkawinan
Barlake atau Hafolin.1
Kawin adat sebetulnya adalah sebuah proses di mana kedua mempelai
berjanji untuk mengikat tali pernikahan sah secara adat dan telah direstui oleh
1 David Hiks, “Roh Orang Tetum di Timor Timur” , (Jakarta; Pustaka Sinar Harapan,
1985), cet ke-1, h. 97.
48
kedua belah pihak. Prosedur pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Timor
Leste dilakukan dengan berbagai urutan sebagai berikut;2
a. Perkenalan (conese mentu)
Tahap pertama yang dapat menjadi awal suatu perkawinan adalah
perkenalan antara seorang pria dan seorang wanita. Perkenalan ini biasanya terjadi
baik di tempat umum seperti pasar mingguan di kota ataupun di tempat-tempat
khusus seperti upacara adat atau keagamaan.
Pemuda-pemudi Timor pada umumnya masih berpendidikan rendah,
malahan mereka pada umumnya masih buta aksara pemalu dan tertutup dalam
membicarakan hal-hal yang menyangkut perkawinan. Kehendak menjalin
hubungan ketingkat perkawinan biasanya dilakukan secara “simbolis” dengan
saling memberi dan menerima hadiah.
b. Tahap persiapan (preparasau)
Pada tahap ini, keluarga mempelai laki mengundang sanak saudara untuk
duduk bersama dan meyiapkan strategi apa yang harus dibicarakan ketika
berhadapan dengan pihak mempelai wanita. Strategi yang penulis maksud disini
adalah berapa biaya yang harus dipersiapkan oleh mempelai laki sebelum
dibayarkan ke pihak mempelai perempuan.
c. Peminangan (tama husu)
Setelah diadakan penjejakan dan dicapai kesimpulan perkawinan dapat
dilaksanakan, ayah si pemuda menyelenggarakan kunjugan resmi kepada orang
tua gadis. Pada kunjungan ini ia menyatakan keinginan anak laki-lakinya
2 Singh, Bilveer, “Timor-Timur Indonesia dan Dunia”, (Penerjemah: Tim Institut for policy
studies IPS ), (Jakarta: Institut for policy studies, 1998).
49
memperistrikan anak gadis bapak tersebut. Menurut adat kebiasaan yang berlaku
penegasan keinginan ini harus dinyatakan dengan menyerahkan barang tertentu.
Jikan barang ini diterima maka gadis yang bersangkutan telah terlarang bagi laki-
laki lain. Pemberian ini menurut David Hicks merupakan referensi terhadap mas
kawin (belis), karena pemberian ini akan dihimpun menjadi satu dalam segala
macam pemberian sebagai mas kawin yang diberikan kepada mertua laki-laki.
d. Negoisasi
Tahap ini sukses tidaknya acara kawin adat biasanya tergantung kepintaran
sang jurubicara (petua adat) untuk bisa bernegoisasi dengan pihak mempelai
perempuan. Mulai dari pembahasan tata cara adat, bayar belis ke pihak
perempuan hingga menentukan tanggal pernikahan Gereja biasa di bahas di tahap
ini.
e. Pertunangan (troka prenda)
Setelah pernyataan keinginan dari pihak laki-laki dinyatakan tegas dan
diterima pula oleh perempuan dengan tegas maka si pemuda mengunjugi orang
tua si gadis paling tidak dua kali. Setiap kali datang ia menghantarkan ke laki-laki
senior dari kalangan garis keturunan gadis dengan seekor kerbau susuan dan
sedikit uang sebagai tanda hormat pada kunjungan yang pertama si pemuda
menyerahkan hadiah yang berfungsi sebagai “pengentuk pintu” untuk memasuki
rumah mertua.3 Pada kunjungan barikutnya pemuda menyerahkan sesuatu yang
berfungsi sebagai “tali milik” (tara korenti) yang berarti pertunangan antara si
3 Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu Pede Usa Sae Pede Laru,h. 44.
50
gadis dan si pemuda telah terjadi. Upacara ini berfungsi pula sebagai tanda
perhubungan pertama antara garis keturunan mereka masing-masing.
f. Upacara serah terima mas kawin tahap pertama
Setelah upacara perkawinan dan penetapan jumlah serta waktu pembayaran
mas kawin ditentukan. Proses selanjutnya adalah upacara serah terima mas kawin
(belis), saat upacara serah terima ini tergantung dari kesanggupan pengantin laki-
laki menggumpulkan mas kawin. Upacara serah terima mas kawin ini dapat
dimulai walaupun yang terkumpul baru beberapa saja.
Pada tahap ini barang lain yang menjadi bagian mas kawin (belis) seperti;
kerbau, sapi, kambing dan beberapa kalung (mortel), tusuk konde (ulsukun), perak
(dinel), emas (osan mean), petaca (belak), diharapkan sudah diserahkan kapada
mertua. Pada hari pertemuan dari garis keturunan pengambilan istri mengawal
saudaranya ke rumah mertuanya. Dirumah mertuanya rombongan disambut oleh
keluarga patrilinear pengantin perempuan. Seorang keluarga patrilinear pengantin
laki-laki. Sesudah binatang-binatang itu diperiksa oleh tukang pariksa dan diserah
terimakan, mertua menyampaikan terima kasi kepada kelompok pengambil istri
pemimpin upacara ke luar dari rumah untuk mengantar sepupuh kedua belah
pihak memasuki rumah pada saat ini pemimpin upacara mengadakan
persembahan kepada roh nenek moyang.4
g. Upacara serah terima mas kawin tahap kedua
Tahap ini merupakan acara dari sekalian banyak upacara penyerahan mas
kawin yang tersisah pada acara sebelumnya dilakukan di sini. Dalam kenyataan
4 Wawancara via SMS dengan Sr. Muhammad Nuno Guterres (Tokoh Masyarakat), Dili
Timor Leste, 2 Desember 2016
51
ada beberapa kelompok garis keturunan yang kaya menyerahkan mas kawin pada
saat serah terima mas kawin tahap pertama, namun penyerahan yang terlalu dini
semacam ini dilarang. Jika dari awal mas kawin sudah siap, maka serah terima
mas kawin pada tahap ini dilakukan beberapa hari setelah terima mas kawin yang
pertama dilaksanakan. Penyerahan ini disertai dengan upacara (kenduri)
pelembagaan integrasi kedua jenis kelamin, kedua jenis keturunan dari nenek
moyang dengan manusia.
h. Upacara perkawinan
Upacara perkawinan adat pada tahap ini ditandai oleh kegiatan; pertama
adalah, penyampaian mas kawin yang telah terkumpul. Penyampaian mas kawin
ini kepada ayah gadis, kedua “pergi untuk mencapai persetujuan”. Beberapa mas
kawin itu diberikan pada tahap ini, beberapa jumlah uang (osan) sebagai
“pembuka pintu rumah” (loke odamatan).
Dengan pemberian ini, berarti pengambilan istri mendapat hak memasuki
rahim rumah mertua, untuk membicarakan besarnya mas kawin (folin atau belis)
dan jangka waktu pembayaran. Upacara lain pada tahap ini adalah tindakan yang
mempersatukan, tidak hanya pengantin laki-laki dan pengantin perempuan dalam
satu ikatan, tapi jua sekaligus mempersatukan mereka dengan warga kelompok
pemberi isteri dan pengambil isteri serta persatuan manusia dengan arwah nenek
moyang. Sesudah upacara ini, pengantin perempuan bebas tinggal dirumah
suaminya, atau tinggal dirumah ayahnya. Pada saat itu perkawinan antara
keduanya telah tercipta. Upacara ini dihadiri oleh setiap laki-laki dari garis
52
keturunan pengambil isteri, selain itu juga hadir orang-orang senior ditiap dukuh
dari garis keturunan.
Lambang persatuan dalam upacara ini adalah sirih dan pinang (bua ho
malus) yang saling ditukarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
Upacara doa suci dan penyatuan ini dipimpin oleh seorang pria yang dianggap
sebagai wakil dunia suci. Kegiatan selanjutnya adalah makan dan minum
bersama. Pada tahap ini pihak perempuan menghidangkan makanan dan
minuman, sementara pihak laki-laki tawar-menawar mengenai besarnya mas
kawin (folin atau belis) dan bagaimana cara pembayaran.
Setelah semua upacara perkawinan adat selesai kedua keluarga menyepakati
supaya melangsungkan upacara perkawinan agama. Pada tahap ini pihak keluarga
laki-laki mempersiapkan perlengkapan pakaian pengantin wanita dan sebaliknya
pihak keluarga wanita menyiapkan perlengkapan pria. Sebelumnya kedua
mempelai masih berada dirumah masing-masing walaupun mereka telah diizinkan
untuk saling berkunjung, tetapi pada saat upacara perkawinan agama akan
dilangsungkan masing-masing di rumahnya dan didampingi oleh keluarga
masing-masing.
Setelah semua upacara perkawinan adat selesai kedua keluarga menyepakati
supaya melansungkan upacara perkawinan ini. Pada tahap ini pihak keluarga laki-
laki mempersiapkan perlengkapan pakaian pengantin wanita dan sebaliknya pihak
keluarga wanita menyiapkan perlengkapan pakaian pria. Sebelumnya kedua
mempelai masih berada di rumah masing-masing walaupun telah diizinkan untuk
saling berkunjung, tetapi pada saat upacara perkawinan akan dilangsungkan
53
masing-masing di rumahnya dan didampingi oleh keluarga masing-masing saat ke
altar pernikahan. Dan di atas altar pria telah menanti bersama keluarganya untuk
menyambut mempelai wanita dan keluarganya. Di sinilah kedua mempelai akan
diikat dalam satu perkawinan yang resmi dan sah dimata hukum agama. Di situlah
Tuhan telah mempersatukan hubungan cinta mereka dengan mengucapkan
sumpah setia mereka mencintai satu sama lain sampai mati. Setelah acara
perkawinan dilangsungkan dengan perjamuan makan bersama (han hemu
hamutuk) dan pesta dirumah mempalai wanita (dengan kata lain acara resepesi).
Setelah selang waktu satu sampai dua minggu barulah si wanita dibawa oleh
keluarga laki-laki untuk tinggal bersama pada tempat kediaman baru dan tidak
mengelompokan sekitar tempat kediaman kerabat si suami atau kerabat istri.5
i. Tujuan perkawinan bagi masyarakat Timor Leste
Tujuan perkawinan bagi orang Timor yaitu tidak sekedar mempertemukan
kedua anggota masyarakat yang berlainan jenis dan membentuk keluarga tapi di
dalamnya ada maksud yang luhur untuk melanjutkan generasi yang menyangkut
individu dan masyarakat. Dan tujuan ini menyadarkan bahwa perkawinan tidak
hanya menyangkut kepentingan individu tetapi juga kepentingan keluarga.
Dengan demikian proses perkawinan melibatkan seluruh keluarga.
Upacara perkawinan tidaklah sederhana untuk dilaksanakan karena harus
melalui proses atau tahap-tahap perkawinan yang melibatkan seluruh anggota
keluarga. Baik tahap perkenalan, pertunangan maupun perkawinan makna yang
penting untuk menjalin relasi antara pihak laki-laki dan perempuan yang
5 Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu Pede Usa Sae Pede, h. 44.46.
54
merupakan pola hidup masyarakat turun-temurun supaya kehidupan berlangsung
aman, tentram dan lancar. Upacara perkawinan ini diatur secara adat karena
mempunyai nilai yang luhur. Nilai luhur berarti nilai itu dinyatakan sebagai
pedoman tertinggi bagi tingkah laku dalam kehidupan beramasyarakat.6
Hal ini memberi arti bahwa perkawinan mempunyai tujuan penting karena
ini tahap perkawinan perlu disiapkan dengan matang. Persiapan ini tidak semata-
mata oleh kedua individu yang bersangkutan tetapi juga oleh kedua pihak
keluarga. Dengan persiapan yang baik dan adanya ikatan-ikatan dengan tanda
pembayaran belis (maskawin), terkandung maksud bahwa perkawinan akan
berjalan dengan baik dan mengahasilkan hubungan yang kekal. Secara adat,
ikatan-ikatan ini tidak mudah untuk dibatalkan. Dengan demikian dipahami
bahwa adat perkawinan adalah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam
suatu masyarakat untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan
perkawinan.7
Adat dan upacara perkawinan yang berlaku merupakan suatu manifestasi
ikatan kekeluargaan dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat. Adat
perkawinan sebagai ikatan kekeluargaan maksudnya terjalin relasi antara keluarga
perempuan dan laki-laki.dan sebagai ikatan kepercayaan berarti masyarakat
percaya bahwa dengan patuh dan setia terhadap adat maka mereka dapat hidup
aman dan tentram. Dengan demikan adat yang turun temurun dari nenek moyang
yang merupakan patokan atau peraturan-peraturan wajib untuk dilaksanakan.
6 E. K. M. Masinambow, Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, (Jakarta: 1997),
cet ke-1, h. 101. 7 Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Proyek Inventariasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Jakarta 1983, h. 3.
55
Dengan upacara perkawinan secara adat terdapat aturan tertentu dalam
sistem kekeluargaan yang bersifat patrilineal artinya sesudah perkawinan maka
istri keluar atau marga istri diganti dengan marga suami. Dalam upacara
perkawinan nampak adanya nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dan bukanlah
nilai-nilai individu yang ditonjolkan. Misalnya nilai gotong-royongnya yaitu
bagaimana menyiapkan belis (mas kawin) ditanggung oleh seluruh keluarga.
Yang dimaksud belis adalah mas kawin yang diserahkan oleh pihak laki-laki
kepada pihak pengantin perempuan.
Masyarakat Timor Leste menjadikan belis sebagai syarat dalam tradisi
perkawinan mereka. Keunikan dari belis ini adalah pembayarannya tidak
menggunakan uang atau emas, melainkan dengan hewan ternak seperti kerbau.
Belis ini wajib wajib dibayarkan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita
yang nantinya menjadi istrinya. Jumlah belis yang ditentukan oleh kesepakatan
dari keluarga kedua calon mempelai.8
B. Tinjauan Dari Hukum Islam
Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam
berbagai suku adalah pernikahan, karena pernikahan merupakan suatu sistem
sosial yang tidak hanya menyangkut dua manusia yang berkepentingan saja tetapi
juga menyangkut orang tua, kerabat dan masyarakat.9
Andil masyarakat dalam suatu adat perkawinan adalah cukup kuat. Hal ini
dapat dilihat dari sistem kemasyarakatan dan agama, sebab dua hal tersebut
8 Wawancara via SMS dengan Sr. Ibrahim (Tokoh Agama Dewan Syuroh Pusat Islam
Timor Leste), 3 Desember 2016. 9 Suryowingjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung,
1982), cet ke-1, h. 122.
56
menentukan corak adat istiadat suatu daerah. Namun demikian kita mesti ingat
agama tidak memberikan kewenangan begitu jauh untuk menentukan.10
Apabila
telah berlangsung suatu perkawinan dengan memenuhi rukun dan syaratnya maka
menurut para ahli fiqih suami wajib memberik nafkah kepada istri dan anaknya,
berdasarkan firman Allah SWT surat At-Thalaq: ayat 7:
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah
dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (At-Thalaq : 7/ 65:7)11
Adapun prosedur pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Timor Leste
yang dilakukan jika ditinjau dari segi hukum Islam dapat dilihat perincinya
sebagai berikut:
a. Perkenalan (conese mentu)
Tahap pertama yang dapat menjadi awal suatu perkawinan adalah
perkenalan antara seorang pria dan seorang wanita. Perkenalan ini biasanya terjadi
baik ditempat umum seperti pasar mingguan dikota ataupun ditempat-tempat
khusus seperti upacara adat atau keagamaan.
Mengambil teladan dari Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam dan para
sahabat, akan kita ketahui bahwa dalam proses pernikahan beliau dan para
sahabatnya jauh dari perkara-perkara mengandung dosa. Hal tersebut dikarenakan
proses menuju pernikahan melalui para wali pihak wanita atau perantara pihak
10
Suryowingjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, h. 134. 11
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 416.
57
ketiga yang terpercaya. Begitu pula, yang dilakukan seorang yang ingin mengenal
calon pasangannya. Hendaknya mereka melibatkan wali atau kerabat dari wanita
untuk ikut berperan. Bisa juga dengan meminta tolong orang lain yang amanah
sebagai pihak ketiga untuk memperantarai proses ta‟arufnya. Melalui perantara
mereka kita bisa mengenali calon pasangan yaitu dengan mengetahui asal,
keturunan, keluarga, akhlak, dan informasi-informasi lain yang dibutuhkan.
Demikianlah tuntunan indah ajaran Islam. Melalui proses ta‟aruf yang syar‟i
terjagalah kehormatan wanita dan laki-laki, dan terjauhkannya mereka dari
perbuatan-perbuatan zina sebagaimana yang terjadi dalam jalinan haram bernama
pacaran.12
b. Tahap Persiapan (preparasau)
Pada tahap ini, keluarga mempelai laki-laki mengundang sanak saudara
untuk duduk bersama dan meyiapkan strategi apa yang harus dibicarakan ketika
berhadapan dengan pihak mempelai wanita. Strategi yang penulis maksud disini
adalah berapa biaya yang harus dipersiapkan oleh mempelai laki sebelum
dibayarkan ke pihak mempelai perempuan.
Dalam rangka pelaksanaan suatu akad perkwinan, hukum Islam mewajibkan
calon suami untuk memberikan MAHAR kepada calon isteri. Dasar hukum
diwajibkannya Mahar dalam perkawinan ialah dalam Firman Allah Surah An-nisa
ayat 4;
12
Anonim, “Tahapan Dalam Proses Pernikahan Yang Syar‟i”, diakses pada tanggal 22
Desember 2016 dari http://www.masuk-islam.com/tahapan-dalam-pernikahan-yang-syari-tanya-
jawab-lengkap-dan-penjelasannya.html.
58
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”. (Surah An-nisa: 4/ 4:4)
Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau
memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti: As
aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Dalam KBBI mahar disebut MASKAWIN. Yang disebut Maskawin dalam
rangka suatu akad perkawinan ialah “Sesuatu yang diserahkan oleh calon suami
kepada calon istri dalam rangka akad perkawinan antara keduanya, sebagai
lambang kecintaan calon suami terhadap calon istri serta kesediaan calon istri
untuk menjadi isterinya”. Wujud daripada sesuatu yang dijadikan mahar itu dapat
berupa barang yang berharga dan bermanfaat. Mahar tidak boleh berupa sesuatu
yang dilarang oleh syara‟, seperti minuman keras, ganja, anjing, babi dan
sebagainya.
Tentang batas minimal besarnya Mahar, demikian pula batas maksimal
besarnya Mahar, hukum Islam tidak menetapkan batas tersebut, terserah
kepantasan menurut adat-istiadat setempat serta kondisi dan situasi masing-
masing yang akan melaksanakan akad perkawinan. Perlu diperhatikan hukum
59
Islam tidak membenarkan adanya sikap mempermahal Mahar itu berupa sesuatu
yang tidak bernilai atau tidak ada artinya.13
c. Peminangan (tama husu)
Setelah diadakan penjejakan dan dicapai kesimpulan perkawinan dapat
dilaksanakan, ayah si pemuda menyelenggarakan kunjugan resmi kepada orang
tua gadis. Pada kunjungan ini ia menyatakan keinginan anak laki-lakinya
memperistrikan anak gadis bapak tersebut. Menurut adat kebiasaan yang berlaku
penegasan keinginan ini harus dinyatakan dengan menyerahkan barang tertentu.
Jikan barang ini diterima maka gadis yang bersangkutan telah terlarang bagi laki-
laki lain. Dalam Islam Peminangan disebut Khitbah (lamaran).
Khitbah adalah jalan pembuka menuju pernikahan. Boleh disebut khitbah
merupakan jenjang yang memisahkan antara pemberitahuan persetujuan seorang
gadis yang sedang dipinang oleh seorang pemudadan pernikahannya. Keduannya
sepakat untuk menikah. Tapi, ini hanya sekedar janji untuk menikah yang tidak
mengandung akad nikah.
Adapun batasan dalam khitbah yaitu:
a. Khitbah biasanya, peminangan seorang pria kepada wanita (tentunya
kepada wali wanita tersebut). Seorang wanita bisa meminta kepada pria
untuk dinikahi.
13
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
di Indonesia”, (Jogja: Binacipta, 1999), cet ke-1, h. 42
60
b. Khitbah bukan menghalalkan segalanya, khitbah (tunangan) bukanlah
sahnya nikah, akad nikah tanpa khitbah tetap sah, akan tetapi khitbah
suatu wasilah untuk menuju ke jenjang pernikahan yang diperbolehkan.
c. Jangan berlama dalam masa khitbah meski tidak ada nash khusus tentang
batas waktu masa khitbah, tapi dianjurkan menikah dan khitbah tidak
terlalu lama. Untuk menghindarkan fitnah dan berbagai potensi
terjadinya kerusakan. Sesudah khitbah (permohonan menikah) disetujui,
sebaliknya keluarga kedua pihak bermusyawarah mengenai kapan dan
bagaimana walimah dilangsungkan.
d. Haram meminang pinangan saudaranya.14
e. Pertunangan (troka prenda)
Setelah pernyataan keinginan dari pihak laki-laki dinyatakan tegas dan
diterima pula oleh perempuan dengan tegas maka si pemuda mengunjugi orang
tua si gadis paling tidak dua kali. Setiap kali datang ia menghantarkan kelaki-laki
senior dari kalangan garis keturunan gadis dengan seekor kerbau susuan dan
sedikit uang sebagai tanda hormat pada kunjungan yang pertama si pemuda
menyerahkan hadiah yang berfungsi sebagai “pengentuk pintu” untuk memasuki
rumah mertua. Pada kunjungan barikutnya pemuda menyerahkan sesuatu yang
berfungsi sebagai “tali milik” (tara korenti) yang berarti pertunangan antara si
14
Hendriyana, “Tahapan Menuju Pernikahan”, diakses pada tanggal 21 Desember 2016
dari http://hendriyana.abatasa.co.id/post/detail/45421/tahapan-menuju-pernikahan-taaruf-khitbah-
nikah-walimah.html.
61
gadis dan si pemuda telah terjadi. Upacara ini berfungsi pula sebagai tanda
perhubungan pertama antara garis keturunan mereka masing-masing.15
Pertunangan adalah istilah yang digunakan dalam masyarakat yang berarti
bahwa seseorang telah terikat janji dengan orang lain dengan maksud untuk
menikah nantinya. Dalam Islam hubungan seperti ini tidak ada. Satu-satunya cara
agar laki-laki dan perempuan dapat mempunyai hubungan yang khusus baik
secara emosional maupun fisik adalah melalui pernikahan.
Definisi “pertunangan” dalam Islam adalah kesepakatan pribadi dengan
maksud untuk menikah antara laki-laki muslim yang sesuai atau pantas dengan
perempuan muslim melalui walinya, yaitu wali Amr.
Dalam Islam pertunangan bisa berlanjut pada pernikahan dan juga bisa tidak
tergantung pada keduannya. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan
berbagai naluri yang membutuhkan pemenuhan, dan Allah juga memberikan kita
solusi untuk memenuhinya. Diantara naluri-naluri manusia, secara fitroh manusia
mencari pasangan hidup dan untuk itu kita memenuhui naluri tersebut melalui
jalan pernikahan saja. Setiap muslim harus ingat bahwa kita semua adalah hamba
Allah SWT dan bukan menjadi budak manusia atau budak nafsu.16
f. Upacara serah terima mas kawin tahap pertama dan kedua
Tahap pertama, Pada tahap ini barang lain yang menjadi bagian mas kawin
(belis) seperti; kerbau, sapi, kambing dan beberapa kalung (mortel), tusuk konde
(ulsukun), perak (dinel), emas (osan mean), petaca (belak), diharapkan sudah
diserahkan kapada mertua.
15
Domingos Cairesi Bendito Bere Mau Gomes, Cu Pede Usa Sae Pede Laru, h. 44 16
Arrahmah, “Pertunangan Dalam Islam”, pada tanggal 22 Desember 2016 dari
https://m.arrahmah.com/read/2007/09/25/1051-pertunangan-dalam-islam.html.
62
Tahap kedua, Tahap ini merupakan acara dari sekalian banyak upacara
penyerahan mas kawin yang tersisah pada acara sebelumnya dilakukan disini.
Penyerahan ini disertai dengan upacara (kenduri) pelembagaan integrasi kedua
jenis kelamin, kedua jenis keturunan dari nenek moyang dengan manusia.17
Para ahli Islam sepakat bahwa Mahar atau Mas kawin adalah suatu hal yang
wajib adanya dalam suatu akad perkawinan dan merupakan syarat sahnya akad
perkawinan, karenanya tidak sah suatu akad perkawinan jika yang bersangkutan
bersepakat tidak adanya mahar dalam perkawinan itu.
Wujud daripada sesuatu yang dijadikan mahar itu dapat berupa barang
berharga, baik berupa bergerak sepertu perhiasaan dari emas atau perak, binatang
ternak seperti kerbau atau sapi, buku berharga seperti Kitab Suci Al-Quran,
maupun barang tetap seperti sebidang tanah pekarangan, rumah atau sawah.18
Oleh sebab itu, pemberian mahar juga harus dengan ikhlas dan tulus serta benar-
benar diniatkan untuk memuliakan seorang wanita sebagimana disebutkan dalam
Firman Allah SWT surah An-nisa ayat 25.
17
18
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
di Indonesia”, h. 42
63
Artinya: “Dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup
perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh
mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain,
karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin
mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara
diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai
piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian
mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman
dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini
budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga
diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah An-nisa: 25/ 4:25)
Perlu kita ketahui bahwa mahar hanyalah sebuah media, bukan sebuah
tujuan utama. Tujuan utama menikah dalam Islam bukanlah sarana atau mencari
mahar yang mahal ataupun sebesar. Mahar atau mas kawin juga bukan untuk
jadikan bahan pameran kepada khalayak. Mahar bertujuan untuk memuliahkan
wanita. Jadi jika anda mau menikah, sebaiknya tidak dipusingkan dengan urusan
mahar, menyusahkan diri dengan urusan mas kawin, karena tujuan utama menikah
dalam Islam bukanlah mahar.19
g. Upacara Perkawinan
Masyarakat awam masih menganggap bahwa upacara pernikahan
berdasarkan adat dan budaya daerah merupakan sebuah keharusan dan bernilai
sakral. Begitupun dengan upacara perkawinan yang ada di Timor Leste, yaitu:
19
Fanind, “Penjelasan Mahar Pernikahan Dalam Islam”, diakses pada tanggal 22
Desember 2016, dari http://www.fanid.com/penjelsan-mahar-pernikahan-dalam-islam.html.
64
1. Sebelum melaksanakasan upacara perkawinan adat maka harus ada
penyampaian mas kawin yang telah terkumpul.
2. Pelaksanaan upacara serah terima mas kawin.
3. Istri mendapat hak memasuki rumah mertua.
4. Lambang persatuan upacara perkawinan ini adalah Sirih dan Pinang (Bua
ho Malus).
5. Setelah semua upacara adat terlaksana maka kedua keluarga menyepakati
melangsungkan upacara perkawinan agama.
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara pernikahan
berlandaskan al-Quran dan Sunnah yang shahis (sesuai dengan pemahaman para
Salafus Shahih). Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah
hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang
oleh orang lain. Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang
dipinang oleh orang lain.
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan „khutbah‟ terlebih
dahulu yang dinamakan “khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat”. Aqad nikah
dalam aqad nikah beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu:
1. Adanya Ijab Qabul.
2. Adanya Mahar.
3. Adanya Wali.
4. Adanya Saksi-saksi.
Seperti yang kita ketahui bersama, pernikahan adalah peritiwa agung bagi
setiap individu. Dalam kecamata agama Islam. Siapapun yang hendak menikah
65
pasti menggunakan tatacara agama. Maka tidak salah jika peristiwa istimewa ini
dirayakan sedemikian rupa oleh para pelakunya.20
Resepsi pernikahan atau dalam
agama Islam dikenal dengan sebutan walimatul „ursy bukanlah sembarangan
acara. Resepsi pernikahan atau walimah merupakan tradisi yang telah diajarkan
Rasulullah SAW kepada umatnya.
Walimah adalah perayaan pesta yang diadakan dalam kesempatan
pernikahan. Dikarenakan pernikahan menurut Islam adalah sebuah kontrak yang
serius dan juga momen yang sangat membahagiakan dalam kehidupan seseorang
maka dianjurkan untuk mengadakan sebuah pesta perayaan pernikahan dan
membagi kebahagiaan itu dengan orang lain seperti dengan para kerabat, teman-
teman ataupun bagi mereka yang kurang mampu. Dan pesta perayaan pernikahan
itu juga sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dia
berikan kepada kita.
Saat ini masih banyak diantara kita yang mengelar upacara adat pernikahan.
Sebelum atau sesudah akad digelar, tradisi pernikahan yang dikatakan sakral itu
juga diadakan. Dari mulai memohon agar rumah tangganya berjalan langgeng
hingga menganggap bahwa tidak sah jika pernikahan tidak menggunakan adat
daerah tersebut.
Sebetulnya, ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya.
Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, maka
wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu
meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah
20
Lutfi Hakim, “Perkawinan Menurut Hukum Adat”, diakses pada tanggal 23 Desember
2016 dari http://www.lutfihakim.com/2012/01/perkawinan-menurut-hukum-adat-dan.html?m=1.
66
Nabi shallallahu „alaihi wasallam yang benar dan shahih telah mereka matikan
dan padamkan. Sejatinya kita sebagai seorang muslim haruslah menggunakan
tatacara yang dianjurkan oleh agama Islam.21
C. Pandangan Penulis Tentang Pelaksanaan Perkawinan di Timor Leste
perkawinan dalam kehidupan manusia mempunyai arti dan kedudukan yang
sangat penting, sebab perkawinan dapat dibentuk dalam sebuah ikatan pergaulan
antara dua insan yang berlainan jenis secara resmi dalam ikatan suami istri
sehingga menjadi sebuah keluarga.
Begitupun pelaksanaan perkawinan yang ada di Timor Leste. Berdasarkan
hukum adat, dalam perkawinan adat Timor Leste prosedurnya tidak jauh bedah
dengan adat negara lainnya, yaitu adanya: sebuah perkenalan (conese mentu),
tahap persiapan (preparasau), peminangan (tama husu), negosiasi, pertunangan
(troka prenda), upacara serah terima mas kawin pertama dan kedua, upacara
perkawinan, tujuan perkawinan bagi masyarakat Timor Leste itu sendiri. Sehingga
pelaksanaan perkawinan di Timor Leste masih bergantung pada upacara adat
karena mempunyai nilai leluhur yang kuat (akan diberkati juga oleh para leluhur
yang sudah meninggal) sehingga perkawinan tersebut akan kekal dan akan hanya
berujung dengan kematian (artinya hanya maut yang akan bisa memisahkan).
Itulah beberapa prosedur pelaksanaan perkawinan yang ada di Timor Leste.
Dan dilihat dari pandangan Islam sendiri ada beberapa tahap dalam prosedur
perkawinan yaitu,
21
Wen‟s Photography, “Konsep Walimah Pesta Pernikahan Dalam Islam Untuk Pengantin
Muslim”, diakses pada tanggal 24 Desember 2016 dari
https://wensphotography.wordpress.com/2010/06/17/konsep-walimah-pesta-pernikahan-dalam-
islam-untuk-pengantin-muslim/.
67
1. Ta‟aruf
2. Khitbah
3. Pernikahan (aqad)
4. Pemberian mahar
5. Walimah atau resepsi
Dilihat dari beberapa prosedur yang dianjurkan oleh Nabi SAW dalam
sunnahnya, maka hanya beberapa saja dari prosedur perkawinan yang ada di
Timor Leste yang mengikuti ajaran Beliau. Masyarakat Timor Leste sendiri masih
menjunjung tinggi upacara perkawinan adat sehingga perkawinan yang dianjurkan
oleh agama di nomorduakan dan dikesampingkan. Begitupun sebagaian umat
Islam yang ada di Timor Leste saat ini, masih mengikuti upacara perkawinan adat
karena dinilai mempunyai leluhur yang kuat (akan diberkati juga oleh para leluhur
yang sudah meninggal) sehingga perkawinan tersebut akan kekal dan akan hanya
berujung dengan kematian (artinya hanya maut yang akan bisa memisahkan kedua
pasangan tersebut).
Sebetulnya, ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya.
Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, maka
wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu
meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah
Nabi shallallahu „alaihi wasallam yang benar dan shahih telah mereka matikan
dan padamkan. Sejatinya kita sebagai seorang muslim haruslah menggunakan
tatacara yang dianjurkan oleh agama Islam.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada beberapa bab sebelumnya maka
penulis dapat menyimpulkan yaitu,
1. Prosedur pelaksanaan perkawinan dalam adat Timor Leste prosedurnya
tidak jauh beda dengan adat negara lainnya, yaitu adanya: sebuah
perkenalan (conese mentu), tahap persiapan (preparasau), peminangan
(tama husu), negosiasi, pertunangan (troka prenda), upacara serah terima
mas kawin pertama dan kedua, upacara perkawinan, tujuan perkawinan bagi
masyarakat Timor Leste itu sendiri. Upacara perkawinan adat di Timor
Leste tokoh adatlah yang bertindak sebagai wali nikah kepada pasangan
yang telah disepakati oleh kedua keluarga belah pihak dan menyatakan
perkawinan tersebut telah sah. Tujuan perkawinan bagi orang Timor yaitu
tidak sekedar mempertemukan kedua anggota masyarakat yang berlainan
jenis dan membentuk keluarga tapi di dalamnya ada maksud yang luhur
untuk melanjutkan generasi yang menyangkut individu dan masyarakat.
2. Dalam pandangan Islam, prosedur pelaksanaan perkawinan yang ada di
Timor Leste menuai kontroversi jika dilihat dari segi hukum Islam yaitu,
dari segi pelaksanaannya karena sebelum Ijab qabul kedua pasangan
tersebut boleh tinggal dalam satu atap selayaknya suami istri, bahkan boleh
memiliki anak bila sudah memenuhi syarat dari pelaksanaan perkawinan
adat. Sesungguhnya hal tersebut tidak dibenarkan dalam agama Islam dan
69
haram hukumnya. Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan
dengan Islam, maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam
cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat,
sehingga sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang benar dan
shahih telah mereka matikan dan padamkan. Sejatinya kita sebagai seorang
muslim haruslah menggunakan tata cara yang dianjurkan oleh agama Islam.
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara pernikahan yang
berlandaskan al-Quran dan Sunnah yang shahis (sesuai dengan pemahaman
para Salafus Shahih). Sebetulnya, ajaran dan peraturan Islam harus lebih
tinggi dari segalanya.
B. Saran-saran
1. Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang perkawinan adat yang ada di suatu
daerah maka haruslah memberi ide dan masukan kepada masyarakat yang
ada di daerah tersebut bahwa terlaksananya suatu perkawinan yang baik dan
benar itu haruslah mengikuti ajaran agama yaitu yang bersumber dari Al-
quran dan sunnah Nabi, dan Undang-Undang yang telah diatur dalam suatu
negara tersebut. Dalam suatu negara tersebut hendaklah membuat Undang-
Undang yang mengatur tentang perkawinan itu sendiri sehingga setiap
pelaksanaan perkawinan yang ada agar bisa terlaksana secara hukum yang
sah. Dan hukum adat hanyalah bagian yang diikutsertakan saja, karena
dilihat dari hukum yang ada sekarang ini, hukum adatlah yang dominan
sehingga perkawinan itu masih terbelakang. Bisa disebut jika hukum adat
tidak terlaksana dalam suatu perkawinan tersebut maka perkawinan itu
70
belum sah, itu semua karena disebabkan oleh belum adanya Undang-
Undang yang menggatur tentang perkawinan tersebut.
2. Jika pelaksanaan perkawinan yang ada di suatu adat tersebut bertentangan
dengan norma agama maka sebaiknya masyarakat Timor Leste
meninggalkannya. Sebagai umat Islam Timor Leste yang taat dan patuh
kepada Agama, haruslah menggunakan tatacara yang dianjurkan oleh agama
Islam. Begitupun umat Islam yang ada di Timor Leste sebaiknya tinggalkan
perkawinan adat yang melanggar aturan agama Islam yang ada.
72
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Quran al-Karim
Abbas, Syahrizal. Pemikiran Ulama Dayah Aceh. Jakarta: Prenada Media Group,
2007.
AF, Hasanudin. Perkawinan dalam Perspektif al-Quran: Nikah, Talaq, Cerai,
Rujuk. Jakarta: Nusantara Damai Press.
Al-annaisabury al-Hajjaj bin Muslim al-Husain Abi. Shahih Muslim. Maktabah:
Al-Islamiyyah Al-Azhar, 2011.
Amin, Ma’ruf. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta: Elsaas,
2008.
Arikonto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Bina Askara, 1989.
Bazher, Ambarak A. Islam Di Timor-Timur. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Bendito, Domingos Caires Bere Mau Gomes. Cu Pede Usa Sae Pede Laru, Timor
Leste: PT CNIC/UNTL 2007.
Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana, 2003.
Hamid, Zahri. Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia. Jogja: Binacipta 1999.
Hosen, Ibrahim. Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2003.
Hiks, David. Roh Orang Tetum di Timor Timur. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan,
1985.
Jahar, Asep Saepudin. Hukum Keluarga, Pidana dan Bisnis. Jakarta: PT Kencana
Pernadamedia Group 2013.
Jasmi, Khirul. Eurico Guterese Melintas Badai Politik Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan,2002.
Kazhim, Muhammad Nabil. Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan
Sukses. solo: Samudera, 2007.
73
Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,
2013.
Masinambow, E. K. M. Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta:
1997.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002.
Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Kramat
Kwitang,1974.
Mutawaali, Muhammad Sya’rawi. Fiqih Wanita. Jakarta: Pena Pundi Askara,
2007.
Nasution, Amir Taat. Perkawinan dalam Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1994.
Nasution, Khoiruddin. Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap
Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan
Malaysia. Jakarta: INIS, 2002.
Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Jakarta: Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu PPJM,2014.
Ramulyo, Idris. Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan
Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995.
Saleh, K. Wantik. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Saadiyah, 1976.
Soemargono. Profil Timor Timur. Jakarta: PT Intermesa, 1992.
Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita,
2009.
Sudirman, Abbas Ahmad. Pengantar Pernikahan: Analisa Perbandingan Antar
Madzhab. Jakarta: Prima Heza Lestari, 2006.
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. PT. Eesco,
Bandung. 1995.
Thaha, Nasrudin. Pedoman Perkawinan Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1960.
74
Wingjodipuro, Suryo. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung
Agung, 1982.
Jurnal:
Al-Asqalani, Ibnu Hajar dan Ditahqiq oleh Islam Ad-din As-Shababuthy.
“Bulughul Maraam Min Jam’i Adillatil Ahkam”. Cairo: Darul Hadits Kitab
An-Nikah. Hadits ke- 909, hal. 216.
“Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Timur”. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventariasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah. Jakarta 1983, hal. 3.
Bilveer,Singh. Timor-Timur Indonesia dan Dunia. Penerjemah : Tim Institut for
policy studies IPS. Jakarta : Institut for policy studies, 1998.
“Nikah”. dalam Abdul Azis Dahlan, dkk, ed. “Ensiklopedi Hukum Islam”. Vol. 1
Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1997, hal. 1331.
Skripsi:
Abiyati, Atnan Nitiono. “Prosesi Pernikahan Suku Adat Anatoni Dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Kasus pada Masyarakat Anatoni, Kec Amanuban
Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur) Tahun 2014. Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anugrah, Sejati. Prosesi ritual perkawinan adat Jawa dilihat dari sudut pandang
Islam. Tahun 2010. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wawancara:
Wawancara via SMS dengan Sr. Muhammad Nuno Guterres. Dili Timor Leste, 2
Desember 2016
Wawancara via SMS dengan Sr. Ibrahim. 3 Desember 2016.
Situs Internet:
Anonim. “Tahapan Dalam Proses Pernikahan Yang Syar’i”. diakses pada
tanggal 22 Desember 2o16 dari http://www.masuk-islam.com/tahapan-
dalam-pernikahan-yang-syari-tanya-jawab-lengkap-dan-penjelasannya.html.
Arrahmah. “Pertunangan Dalam Islam”. pada tanggal 22 Desember 2016 dari
https://m.arrahmah.com/read/2007/09/25/1051-pertunangan-dalam-
islam.html.
75
Fanind. “Penjelasan Mahar Pernikahan Dalam Islam”. diakses pada tanggal 22
Desember 2016, dari http://www.fanid.com/penjelsan-mahar-pernikahan-
dalam-islam.html.
Firdaus, Iman Agung. “Islam Timor Timur’’. diakses pada tanggal 13 Maret 2016,
dari http://darikitauntukindonesia.blogspot.com/2013/03/islam-timor-timur-
islam-timor-leste.html.
Hedi, Sasrawan. “Sejarah Timor Leste”. diakses pada tanggal 22 November 2016,
dari http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/timor-leste-artikel-
lengkap.html.
Hendriyana. “Tahapan Menuju Pernikahan”. diakses pada tanggal 21 Desember
2016 dari http://hendriyana.abatasa.co.id/post/detail/45421/tahapan-menuju-
pernikahan-taaruf-khitbah-nikah-walimah.html.
Jose, Soares. “Sistem Pendidikan di Timor Leste”. diakses pada tanggal 24
November 2016 dari http://haumaknee.blogspot.co.id/2012/12/sistem-
pendidikan-di-timor-leste.html.
Komputer, Alici. “Pelaksanaan Upacara Perkawinan dalam Perspektif Hukum
Islam”. diakses pada tanggal 02 November 2016 dari http://koleksi-
skripsi.blogspot.co.id/2009/.
Lutfi, Hakim. “Perkawinan Menurut Hukum Adat”. diakses pada tanggal 23
Desember 2016 dari http://www.lutfihakim.com/2012/01/perkawinan-
menurut-hukum-adat-dan.html.
Nurul, Hidayat. “Mengenal Timor Leste dan Karakteristik”. diakses pada tanggal
22 November 2016 dari
http://nurulhedayat.blogspot.co.id/2013/08/mengenal-timor-leste-dan.html
Scar's, Blog. “Pengertian, Dasar Hukum, dan Hikmah Perkawinan”. diakses pada
11 November 2016 dari http://scarmakalah.blogspot.co.id/2012/03/html.
Sutarmo’s. “Sejarah Perkawinan”. diakses pada 03 november 2016 dari
http://sutarmo-univet.blogspot.co.id/2011/12/sejarah-perkawinan.html.
Suryaningsih, Rosita Budi.” Negara di Asia Tenggara ”. diakses pada tanggal 13
November 2016 dari http://www.Negara di Asia
Tenggara.com/content/view/58/1/.
Tunardi, Wibowo. “Tata Cara Melangsungkan Perkawinan”. diakses pada 15
Oktober 2016 dari www.jurnal.com/tata-cara-melangsungkan-
perkawianan/.
Wikipida, ensiklopedia bebas. “Agama di Timor Leste”. diakses pada 27
November 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Timor_Leste.
76
Wen’s, Photography. “Konsep Walimah Pesta Pernikahan Dalam Islam Untuk
Pengantin Muslim”. diakses pada tanggal 24 Desember 2016 dari
https://wensphotography.wordpress.com/2010/06/17/konsep-walimah-pesta-
pernikahan-dalam-islam-untuk-pengantin-muslim/.