29
Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIR Farmland Management and Sustainable Agriculture Practices Flood Management in Selected River Basins Sector Project CS 05 Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian 2018

Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedoman Teknis

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Farmland Management and Sustainable Agriculture PracticesFlood Management in Selected River Basins Sector Project CS 05

Direktorat Perluasan dan Perlindungan LahanDirektorat Jenderal Prasarana Dan Sarana PertanianKementerian Pertanian2018

Page 2: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) i

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

Cidurian, Keputusan Meneri PU, No. 47,Tahun 2014, Secara umum, curah hujan tahunan rata-

rata sebesar 2.000 mm untuk bagian utara yang relatif datar, hingga 4.000 mm untuk bagian

selatan yang merupakan daerah berpegunungan. Musim hujan berlangsung antara bulan

Oktober hingga bulan April, sedangkan untuk bulan-bulan lainnya berlangsung musim

kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga bulan Februari, sedangkan

yang terendah terjadi pada bulan Juli sampai bulan Agustus.

Di wilayah DAS Ciujung, khususnya di bagian hilir, seperti di Kabupaten Serang,

dengan bertambahnya jumlah penduduk, agaknya konversi lahan untuk kebutuhan

perumahan dan pemukiman, perluasan kota, pabrik dan usaha/jasa lainnya memicu terjadinya

peningkatan volume aliran permukaan karena luas permukaan tanah yang kedap air

bertambah luas. Hal ini akan memicu peningkatan aliran permukaan dan menyebabkan banjir

pada musim penghujan.

Fenomena tahunan erosi dan banjir di daerah Cidanau-Ciujung-Cidurian (3C) berada

pada kondisi yang membahayakan. Degradasi lahan yang disebabkan karena lemahnya

manajemen usaha tani dan penggundulan hutan menyebabkan tingginya aliran air permukaan

dan peningkatan sedimentasi saat musim hujan. Fakta ini menggambarkan perlu

dilaksanakannya mitigasi risiko banjir yang sampai saat ini belum mendapat perhatian serius.

Demikian juga, implementasi praktek bertani dan pemeliharaan hutan serta konservasi tanah

dan air. Oleh karena itu, perlu dibuatkan Pedoman Teknis dalam pengelolaan konservasi

tanah dan air.

Pedoman Teknis ini disusun untuk menjadi pedoman dan acuan pelaksanaan bagi

pelaksana kegiatan, dan semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dengan

kegiatan ini.

Jakarta, Desember 2018

DirekturPerluasan dan Perlindungan Lahan

Ir. Indah Megahwati, MP.NIP. 1968 0115 199303 2 001

Page 3: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………………………………. iv

I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... ... 11.1. Latar Belakang …................................................................................................. .. 11.2. Tujuan ................................................................................................................... 21.3. Sasaran …............................................................................................................... 31.4. Pengguna Pedoman Teknis ............................................................................. ...... 3

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ...................................................................... ....... 42.1. Pengertian...................................................................................................... ........ 42.2. Ruang Lingkup ................................................................................................ ........ 4

III. KETENTUAN TEKNIS ....................................................................................................... 53.1. Standar Teknis ............................................................................................ ......... 53.2. Kriteria Lokasi ………………......................................................................................... 53.3. Tahap Pelaksanaan ................................................................................................ 63.4. Monitoring dan Evaluasi ........................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8

L A M P I R A N .................................................................................................................... 9

Page 4: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Pemilihan Teknologi Konservasi Tanah secara Mekanis dan

Vegetative Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lahan, Eerodibilitas Tanah

dan Kedalaman Solum (P3HTA dengan Modifikasi) …………………………............... 6

Page 5: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sketsa dan Contoh Teras Bangku di lapangan ………………………….................... 10

Gambar 2. Sketsa Teras Guludan ……….………………………….………………………………………….. 11

Gambar 3. Sketsa dan Contoh Teras Saluran di lapangan …………………………………………. 12

Gambar 4. Sketsa Teras Individu ………………………………………………………………………………. 13

Gambar 5. Skletsa dan Contoh Teras Kebun di Lapangan ………………………………………… 15

Gambar 6. Contoh Pertanaman Tumpang sari …………………………………………………………. 16

Gambar 7. Contoh Sistem Budidaya Lorong dengan Fleminia congesta sebagaiTanaman Pagar pada Tanaman Berlereng ……………………………………………. 17

Gambar 8. Contoh Penanaman Menurut Kontur pada Lahan yang KemiringannyaTidak Terlalu Curam …………………………………………………………………………….. 18

Gambar 9. Contoh Strip Rumput Gajah (Penisetum purpureum) sebagai tanamanPenguat Teras ……………………………………………………………………………………… 19

Gambar 10. Contoh Tanaman Penutup Tanah berupa Legume Menjalar Ditanamdi antara Residu (Sisa Panen) Tanaman Sebelumnya ………………………………… 20

Gambar 11. Contoh Pergiliran Tanaman (crop rotation) setelah Panen Padi ……………… 22

Gambar 12. Contoh Tumpang Gilir (relay cropping) antara Tanaman Jagung denganKacang Tanah …………………………………………………………………………………………. 24

Page 6: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 1

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi manusia,agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, maka dalam pengelolaannnya harusmemperhatikan aspek pelestariannya khususnya kaidah konservasi. Erosi dan banjirberdampak pada kerusakan lingkungan yang sangat luas, baik di tempat kejadianmaupun maupun daerah yang dilanda dampak erosi dan banjir

Terjadinya erosi erat kaitannya dengan penggunaan lahan dan tindakankonservasi tanah di suatu kawasan, tidak kecuali di bagian hulu (upstream) suatudaerah aliran sungai (DAS). Untuk mencegah erosi masyarakat harus memperbaikipola dan praktek-praktek penggunaan lahan dan melakukan usaha-usahakonservasi tanah dan air.

Erosi merupakan penyebab paling utama menurunnya kualitas tanah.Dampak dari erosi itu sendiri adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagianatas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan).Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air(infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanahakan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir disungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan padaakhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibattingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai.

Kerusakan sifat fisik tanah, baik yang diakibatkan oleh proses erosimaupun pengolahan tanah yang tidak intensif, juga seringkali menjadi penyebabpenurunan produktivitas lahan. Oleh karena itu berbagai tindakan yang dapatmenekan erosi, sedimentasi dan juga banjir, dapat meningkatkan kadar bahanorganik tanah, dan mengurangi dampak negatif dari pengolahan tanah, merupakanusaha yang diperlukan dalam pelestarian tanah sebagai salah satu sumberdayalahan pangan.

Secara umum sebuah konservasi tanah dan air selalu bertujuan untukmencapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat sehingga dapat memberikanatau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang namun secara khusus konservasi tanah dan air adalahuntuk meningkatkan produktivitas lahan serta menurunkan/menghilangkandampak negatif pengelolaan lahan seperti erosi, sedimentasi dan banjir. Berikutprinsip-prinsip dasar dalam pengkonservasian tanah dan air : Mengusahakan agar kapasitas infiltrasi tanah tetap besar sehingga jumlah aliran

permukaan dapat dikurangi Mengurangi laju aliran permukaan sehingga daya pengikisannya terhadap

permukaan rendah dan material yang terbawa aliran dapat diendapkan. Mengusahakan agar daya tahan tanah terhadap daya tumbuk atau

penghancuran agregat tanah oleh butir hujan tetap ada. Mengusahakan agar pada bagian-bagian tertentu dari tanah dapat menjadi

penghambat atau menahan partikel yang terangkut aliran permukaan agarterjadi pengendapan yang tidak jauh dari tempat pengikisan.

Page 7: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 2

Sesuai dengan prinsip di atas maka hal yang harus dilakukan adalah: Penutupan tanah agar terlindung dari daya dispersi air hujan Perbaikan dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran

agregat. Pengaturan aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak

merusak Penghambatan aliran permukaan dan menambah kapasitas infiltrasi.

Kondisi sosial ekonomi dan sumber daya masyarakat juga menjadipertimbangan sehingga tindakan konservasi yang dipilih diharapkan dapatmeningkatkan produktivitas lahan, menambah pendapatan petani sertamemperkecil risiko degradasi lahan. Dalam rangka pembangunan pertanianberkelanjutan, maka pengelolaan lahan harus menerapkan suatu teknologi yangberwawasan konservasi. Suatu teknologi pengelolaan lahan yang dapatmewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan bilama memiliki ciri seperti :dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai dengankondisi bio fisik lahan dan dapat diterima oleh pasar, tidak mengakibatkandegradasi lahan karena laju erosi kecil, dan teknologi tersebut dapat diterapkanoleh masyarakat

Pada dasarnya teknik konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif;(b) mekanik; dan (c) kimia. Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyakditeliti dan dikembangkan. Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal,maka teknik vegetatif berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat. Teknikkonservasi tanah secara vegetatif mempunyai beberapa keunggulan dibandingkandengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia, antara lain karenapenerapannya relatif mudah, biaya yang dibutuhkan relatif murah, mampumenyediakan tambahan hara bagi tanaman, menghasilkan hijauan pakan ternak,kayu, buah maupun hasil tanaman lainnya. Hal tersebut melatarbelakangipentingnya informasi mengenai teknologi konservasi tanah secara vegetatif.

Namun dalam Petunjuk Teknis ini yang akan dibahas hanya mencakupkonservasi secara mekanis dan vegetatif (merujuk pada Sistem UsahataniKonservasi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :47/Permentan/OT.140/10/2006 Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Padalahan Pegunungan.

Metode konservasi tanah secara mekanik seperti pembuatan teras guludan,teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras kebun, teras datar, teras batudan teras bangku. Sedangkan metode konservasi tanah secara vegetatif yaitupertanaman lorong (alley cropping), pertanaman menurut strip (strip cropping),strip rumput (grass strip) barisan sisa tanaman, tanaman penutup tanah (covercrop), penerapan pola tanam termasuk di dalamnya adalah pergiliran tanaman(crop rotation), tumpang sari (intercropping), dan tumpang gilir (relay cropping).

Page 8: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 3

1.2. Tujuan

Pedoman Teknis Konservasi Tanah ini bertujuan untuk :1. Memberikan gambaran dan pengertian bagi petani atau kelompok tani Program

FMSRB mengenai berbagai masalah konservasi tanah dan air, tujuan, ruanglingkup dan metode konservasi tanah dan air.

2. Meningkatkan pengetahuan bagi petani atau kelompok tani Program FMSRBdalam memahami metode-metode dan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air,baik secara mekanik maupun secara vegetatif.

3. Memberikan panduan kepada petani atau kelompok tani Program FMSRBmengenai teknologi konservasi tanah dan air baik secara mekanik maupunsecara vegetatif untuk diterapkan dalam pengelolaan lahan-lahan kritis.

4. Memberikan pemahaman kepada petani atau kelompok tani Program FMSRBcara pemanfaatan lahan kritis agar bisa optimal dengan menggunakan metodekonservasi tanah dan air baik secara mekanik maupun secara vegetatif.

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Pedoman Teknis Konservasi Tanah danAir ini, yaitu :1. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani atau kelompok tani

Program FMSRB dalam memahami kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.2. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani atau kelompok tani

Program FMSRB dalam mengidentifikasi permasalahan dan penyebab lahankritis.

3. Meningkatnya kemampuan petani atau kelompok tani Program FMSRB dalammemilih dan menggunakan metode konservasi tanah dan air untukmengoptimalkan lahan dengan sistem usahatani konservasi.

1.4. Pengguna Pedoman Teknis

Pedoman Teknis ini disusun agar dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dibidang konservasi lahan terutama yang terkait dengan upaya konservasi danoptimasi lahan dan air serta praktek budidaya pertanian yang berkelanjutan. Dalamkonteks FMSRB panduan ini dapat digunakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten.

Page 9: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 4

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP2.1. Pengertian

Konservasi Tanah dan Air adalah upaya pelindungan, pemulihan, peningkatan,dan pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan sesuai dengan kemampuan danperuntukan Lahan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dankehidupan yang lestari.

Lahan Kritis adalah Lahan yang fungsinya kurang baik sebagai media produksiuntuk menumbuhkan tanaman yang dibudidayakan atau yang tidakdibudidayakan.

Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah satuan wilayahdaratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungaiyang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal daricurah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di daratmerupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerahperairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan

Budidaya lorong (alley cropping) : Sistem petanaman dimana tanamansemusim ditanam pada lorong (alley) diantara dua baris tanaman pagar(hedgerows).

Erosi : Hilang atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media alami(air atau angin) dri suatu tempat ke tempat lain.

Kedalaman solum : Ketebalan tanah di atas bahan induk tanah (horizon Adan/atau B).

Konservasi secara engineering atau mekanis (metode mekanik) : Semuaperlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatanbangunan konservasi yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan danerosi, serta meningkatkan kelas kemampuan lahan.

Konservasi secara vegetatif (metode vegetatif) : Semua tindakan konservasimenggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yangmenjalar, semak atau perdu, maupun pohon atau rumput-rumputan sertatumbuh-tumbuhan lain, yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliranpermukaan

2.2. Ruang LingkupRuang lingkup Petunjuk Teknis Konservasi tanah dan air meliputi :i. Pendahuluan terdiri atas latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran.ii. Pengertian dan ruang lingkup kegiatan terdiri atas pengertian dan ruang

lingkup.iii. Ketentuan Teknis terdiri dari: Standar teknis, Kriteria lokasi terasering,

penentuan lokasi konservasi vegetatif, Tahap pelaksanaan, serta Monitoringdan Evaluasi

Page 10: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 5

III. KETENTUAN TEKNIS

3.1. Standar TeknisSecara garis besar, standar teknis metode mekanik maupun vegetatif

meliputi kriteria-kriteria yang dipersyaratkan dalam Permentan No. 47 tahun 2006seperti kemiringan lahan, erodibiltas tanah dan kedalaman solum. Secara khususkonservasi tanah dan air, baik secara mekanik maupun secara vegetatifdiprioritaskan pada lokasi yang kritis dan sangat kritis pada masing-masing fungsikawasan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan tersebut. Untuk kawasan lindungdirekomendasikan untuk melakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan padalahan yang terlantar dan lahan yang gundul. Untuk kawasan penyangga jugadilakukan reboisasi dan penghijauan pada lahan yang terlantar tetapi dengantanaman tahunan yang memiliki nilai ekonomis.

Parameter yang paling dominan dan sangat berpengaruh terhadap tingkatkekritisan lahan kawasan budidaya adalah tingkat produktivitas lahan. Dengandemikian maka upaya rehabilitasi lahan secara vegetatif selain sebagai usahapencegahan erosi dan sedimentasi, diusahakan agar menggunakan metodebudidaya yang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan tingkat kesuburantanah.

3.2. Kriteria LokasiKriteria lokasi konservasi tanah secara mekanis (terasering ) dan vegetatifmengacu pada “PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :47/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYAPERTANIAN PADA LAHAN PEGUNUNGAN” yaitu Pedoman pemilihan teknologikonservasi tanah secara mekanis dan vegetatif berdasarkan tingkat kemiringanlahan, erodibilitas tanah dan kedalaman solum (P3HTA dengan modifikasi)berdasarkan

Page 11: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 6

Tabel 1. Pedoman pemilihan teknologi konservasi tanah secara mekanis dan vegetatifberdasarkan tingkat kemiringan lahan, erodibilitas tanah dan kedalaman solum(P3HTA dengan modifikasi).

Lereng(%)

Kedalaman solum (cm) / erodibilitas RekomendasiProporsi Tanaman> 90 cm 40 – 90 cm < 40 cm

Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Semusim Tahunan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

15 - 25

TB, BL,PH, SP,PT, RR,

ST

TB, BL, PH,SP, PT, RR,

ST

TB, BL, PH,SP, PT, RR,

ST,

TB, BL, PH,SP, PT, RR,

ST

TB, BL, PH,SP, PT, RR,

ST

TB, BL, PH,SP, PT, RR,

STMax 50 Min 50

25 - 40 TB, BL,PH, PT

TG, BL, PH,PT

TG, BL, PH,PT

TG, BL, PH,PT

TG, BL, PH,PT

TI, RR, BL,PH, PT Max 25 Min 75

> 40 TI, TK TI, TK TI, TK TI, TK TI, TK TI, TK 0 100

Sumber: Permentan no. 047 thn 2006Ket : * Untuk tanah peka erosi (Ultisoi, Entisoi, Vertisoi, Alfisoi) dibatasi sampai lereng 65%, sedangkan untuk tanahyang kurang peka sampai lereng 100%. TB = Teras bangku; BL = Budidaya lorong, TG = Teras gulud; TI = Teras Individu;RR = Rorak; TK = Teras kebun, PH = Pagar hidup; ST = Strip rumput atau strip tanaman alami; SP = Silvipastura; PT =Tanaman penutup tanah

3.3. Tahap Pelaksanaan1. Persiapan

Sebelum dilaksanakannya penerapan metode konservasi tanah dan air perluadanya identifikasi, survey dan investigasi calon lokasi. Calon lokasi yangdimaksud adalah lokasi-lokasi yang terdampak berdasarkan peta DAS BBWSCiujung, Cidanau dan Cidurian yaitu lokasi-lokasi yang terdampak erosi danlokasi-lokasi yang tergolong dalam areal yang potensial kritis hingga kritis.

2. Penetapan Lokasi dan Metode Pelaksanaan KegiatanSetelah teridentifikasii, maka ditetapkan lokasi yang terdampak untukpelaksanaan konservasi tanah dan air (mekanik dan atau vegetatif). Adapunmetode palaksanaannya yaitu dilaksanakan secara swakelola yangmelibatkan partisipasi kelompok tani/Gapoktan/P3A setempat, mulai daripersiapan, perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan pemeliharaan, yangdibimbing petugas Dinas Pertanian Kabupaten dan konsultan pendamping.

Page 12: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 7

3.4. Monitoring dan Evaluasi Monitoring pelaksanaan kegiatan: Persiapan dan pelaksanaan pekerjaan Pelaksana monitoring adalah staf Dinas Pertanian Kabupaten dibantu konsultan

daerah Monitoring dilakukan pada setiap tahap kegiatan ( Persiapan dan Pelaksanaan

Kegiatan) Laporan monitoring pelaksanaan kegiatan dilakukan pada setiap minggu yang

berisi informasi perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan yang dilengkapidengan foto-foto dokumentasi

Evaluasi dilakukan dari tahap persiapan dan pelaksanaan konstruksi(kesesuaian antara rencana dan hasil pelaksanaan, kendala-kendala dansolusinya).

Page 13: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Pedeoman Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 8

DAFTAR PUSTAKA

Agus et al., 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Sekretariat Tim Pengendali BantuanPenghijauan dan Reboisasi Pusat. Jakarta.

Agus, F dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. World AgroforestryCentre ICRAF Southeast Asia. Bogor

Anonim, 1993.

Arsyad, Sitanala., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

FAO. 1976. Soil Conservation for Development Countries. Soil Bulletin No. 30.

Haryati, U., Haryono, dan A. Abdurachman. 1995. Pengendalian erosi dan aliran permukaanserta produksi tanaman pangan dengan berbagai teknik konservasi pada tanah TypicEutropept di Ungaran, Jawa Tengah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 13: 40-50

Kasdi Subagyono, Setiari Marwanto, dan Undang Kurnia. 2003. TEKNIK KONSERVASI TANAHSECARA VEGETATIF. Seri Monograf No. 1. Sumber Daya Tanah Indonesia. BALAIPENELITIAN TANAH. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Menteri Pertanian No. 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum BudidayaPertanian Pada Lahan Pegunungan

Priyono et al. 2002. Panduan Kehutanan Indonesia

Sukartaatmadja. 2004. Konversi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Yuliarta et al. 2002. Teknologi Budidaya pada Sistem Usaha Konversi. Grafindo. Jakarta.

Page 14: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 9

Lampiran-Lampiran

Penjelasan : Pemilihan konservasi Tanah dan Air yang dicantumkan dalam PedomanTeknis ini baik secara mekanik maupun secara vegetatif, standar teknisnyatetap berpedoman pada kriteria yang dicantumkan pada matrik PermentanNo. 47/Permentan/)T.140/10/2006 Tentang “Pedoman Umum BudidayaPertanian pada Lahan Pegunungan”

Konservasi secara Mekanik (Terasering)

1. Teras BangkuA. Pengertian

Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehinggabidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunanpelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman danterkendali. (Sukartaatmadja, 2004).

Teras bangku adalah serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur padainterval yang sesuai. Bangunan ini dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) danditanami dengan rumput untuk penguat teras. Jenis teras bangku ada yang miring ke luardan miring ke dalam (Priyono, et al., 2002)

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng danmeratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga ataubangku. Teras jenis ini dapat datar atau miring ke dalam. Teras bangku yang berlereng kedalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya rendah dengan tujuanagar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir ke luar melalui talud. Teras bangkusulit dipakai pada usaha pertanian yang menggunakan mesin-mesin pertanian yang besardan memerlukan tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad, 1989).

B. Cara Pembuatan Teras Bangku Persiapan di Lapangan Memasang patok induk di sepanjang calon tempat saluran pembuangan air, dengan

kode 1, 2, 3, dst sebagai batas galian dan timbunan tanah. Jarak antara 2 patok yangberdekatan sama dengan lebar bidang olah teras yang direncanakan, jarak iniditentukan oleh kemiringan lereng (Lihat tabel 1). Pemasangan dimulai dari bagianatas lereng,

Memasang patok pembantu dengan kode 1a, 1b, 1c, dst berderet menurut gariskontur di kanan kiri patok induk kode 1 dengan kode 2a, 2b, 2c, dst untuk patokinduk 2 dan seterusnya. Jarak antara patok pembantu 5 meter. Deretan patokpembantu merupakan garis batas galian dan batas timbunan tanah. Untukmenentukan letak patok pembantu digunakan waterpas sederhana sehinggamengikuti garis kontur, seperti pada gambar 8,

Memasang patok as (pusat) di antara 2 baris patok pembantu. Ukuran patok as lebihkecil dari patok pembantu. Jarak antar patok as pada deretan yang sama 5 meter.

Page 15: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 10

Pembuatan Bangunan Teras Bangku Membuat arah teras dengan menggali tanah sepanjang larikan patok

pembantu, Memisahkan lapisan tanah atas yang subur dengan mengeruk dan

menimbunnya sementara di sebelah kiri / kanan di tempat tertentu, Menggali tanah yang lapisan olahnya sudah dikeruk mulai dari deretan

patok pembantu sebelah atas sampai kepada deretan patok as, denganbentuk galian. Tanah galian ditimbun ke lereng sebelah bawah patok assampai ke deretan patok pembantu di sebelah bawah,

Tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak-injak. Permukaan bidangolah teras dibuat miring ke arah dalam sebesar sekitar 1 %,

Tanah lapisan olah yang semula ditempatkan di tempat tertentu,ditaburkan kembali secara merata di atas bidang olah yang telah terbentuk,

Pada ujung teras bagian luar (bibir teras) dibuat guludan setinggi 20 cmdan lebar 20 cm. Di bagian dalam teras dibuat selokan selebar 20 cm dandalam 10 cm. Dasar selokan teras harus lebih tinggi 50 cm dari tinggi dasarsaluran pembuangan air,

Talud teras dibuat dengan kemiringan 2:1 atau 1:1 tergantung pada kondisitanah. Talud bagian atas (bagian urugan) ditanami rumput makanan ternakatau jenis tanaman penguat teras yang lain (Yuliarta, 2002).

Gambar 1. Sketsa dan Contoh Teras Bangku di Lapangan

Page 16: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 11

2. Teras Guludan

A. PengertianTeras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan yang dibuatmelintang lereng

dan biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10-15 %. Sepanjang guludansebelah dalam terbentuk saluran air yang landai sehingga dapat menampung sedimenhasil erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan daribidang olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Terasguludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarakantar teras guludan 10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan dibuatguludan lain sebanyak 3-5 jalur dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004).

Sedangkan menurut Priyono et. al. (2002), teras guludan adalah bangunankonservasi tanah berupa guludan tanah dan selokan / saluran air yang dibuat sejajarkontur, dimana bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Di antara duaguludan besar dibuat satu atau beberapa guludan kecil. Teras ini dilengkapi denganSaluran Pembuangan Air (SPA) sebagai pengumpul limpasan dan drainase teras.

B. Pembuatan Teras Guludan Persiapan lapangan dengan pemancangan patok-patok menurut garis kontur dengan

menggunakan ondol-ondol dan atau waterpass sederhana. Jarak patok dalam baris 5m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara dua guludan),

Pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah larikanpatok. Ukuran selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan lebar atas 50 cm,

Tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras ditimbunkan di tepi luar (bagianbawah saluran) sehingga membentuk guludan dengan ukuran: lebar atas 20 cm, lebarbawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan dibuat tegak lurus garis kontur.Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng,

Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayu-kayuanyang ditanam dengan jarak 50 cm bila menggunakan stek / stump, atau ditabur jikamenggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30–50 cm jika menggunakan jenis rumput.

Pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara mengeruk tanah akibat erosi yangmenimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan dan memeliharatanaman penguat teras.

Gambar 2. Sketsa Teras Guludan

Page 17: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 12

3. Teras Saluran (Rorak)

A. PengertianTeras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik

konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat untukmeresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.(Priyono, et al., 2002).

Tujuan pembuatan teras saluran ini adalah meningkatkan jumlah persediaan airtanah, menahan tanah yang tererosi (sedimen) dari bidang olah dan mengendalikansedimen yang terkumpul ke bidang olah, serta dapat dikombinasikan dengan mulsavertikal untuk memperoleh kompos.

B. Pembuatan Teras Saluran (Rorak) Rorak dapat dibuat pada bagian lereng atas dari areal tanaman, sejajar kontur. Ukuran rorak umumnya berukuran panjang 50 – 200 cm, lebar 25 – 50 cm dan

dalam 30 - 60 cm, Rorak dapat diisi dengan mulsa slot untuk mengurangi sedimentasi dan

meningkatkan kesuburan tanah Pembuatan rorak dapat mengakibatkan pengurangan luas lahan sebesar 3 – 10 % Sedimen yang tertampung dalam rorak buntu dapat dipergunakan untuk

membumbun tanaman

Gambar 3. Sketsa dan Contoh Teras Saluran di Lapangan

Page 18: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 13

4. Teras IndividuA. Pengertian

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman terutamatanaman tahunan. Jenis teras ini biasa diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanamanbuah-buahan. Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempatpembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhanmasing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu cukupsederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman danmenimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti terasbangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padangrumput) atau ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja,2004).

B. Cara Pembuatan Teras Individu membuat batas galian dengan mencangkul tanah mulai dari bagian bawah patok

pembantu melalui pencangkulan tanah dengan panjang 2 meter, menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawahnya

sehingga membuat bidang datar dengan panjang 2 meter dan lebar sekitar 1 meteratau disesuaikan dengan keperluan tiap jenis tanaman,

tanah urugan dipadatkan di bagian tepi khususnya di bawah lereng (bagian timbunan)dan diberi patok-patok penguat (trucuk),

tanah di sekeliling teras individu tidak boleh diolah, sebaiknya ditanami rumput.

Gambar 4. Sketsa Teras Individu

Page 19: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 14

5. Teras KebunA. Pengertian

Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanamanpekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jaraktanam (Gambar 13). Pembuatan teras bertujuan untuk: (1) meningkatkan efisiensi penerapanteknik konservasi tanah, dan (2) memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility),di antaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaankebun.

Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanamanpekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jaraktanam (Gambar 13). Pembuatan teras bertujuan untuk: (1) meningkatkan efisiensi penerapanteknik konservasi tanah, dan (2) memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility),di antaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaankebun

Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebutterdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah.Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas.Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yangberdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja, 2004).

B. Cara Pembuatan Teras Kebun Patok induk dipasang mengikuti lereng dengan nomor kode 1, 2, dan seterusnya. Jarak

antara dua patok induk disesuaikan dengan rencana jarak tanaman; pemasangandimulai dari bagian atas lereng,

Membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melaluipencangkulan tanah dan menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkanke bagian bawah sampai patok batas timbunan

Patok pembantu merupakan patok batas galian tanah, dengan nomor kode 1A, 1B danseterusnya; dipasang di kanan kiri patok induk, demikian seterusnya. Untukmenentukan letak patok pembantu digunakan waterpass agar arahnya sejajar gariskontur. Jarak antara 2 patok sekitar 5 meter atau sesuai dengan rencana jarak tanamdalam lajur,

Di bawah patok pembantu dipasang patok batas timbunan dengan nomor kode 1a, 1b,1c, dan seterusnya yang sejajar dengan patok pembantu nomor kode 1A, 1B, 1C danseterusnya. Jarak antara patok pembantu dan patok batas timbunan sekitar 1,5 meterdan jarak antara 2 batas timbunan 5 m.

tanah urugan dipadatkan dan permukaan tanah dibuat miring ke arah dalam sekitar1%,

Di bawah talud dibuat selokan teras atau saluran buntu dengan panjang 2 m, lebar 20cm dan dalam 10 cm.

Page 20: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 15

Gambar 5. Sketsa dan Contohr Teras Kebun di lapangan

Page 21: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 16

Konservasi Tanah Metode Vegetatif

1. Pertanaman sela / Tumpang Sari (intercropping)Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa

pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yangbersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanamandalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama,seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal inidikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanamanpertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenalsebagai tumpang gilir (relay cropping).

Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur)suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masihkecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung ataukedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.Sistem budidaya surjan, suatu bentuk kearifan lokal dari Yogyakarta selatan, juga dapatdigolongkan sebagai tumpang sari.

Konsep serupa tumpang sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain.Dalam kehutanan, kombinasi pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon hutandikenal sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagibudidaya padi dan ikan air tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina padi.

Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkanpola monokultur karena:1. Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis

tanaman berbeda,2. petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap

jenis tanaman berbeda dan,3. Risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.

Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan karena: lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan, pemakaiannya sekali.Namun sistem teknologi model tersebut masih sedikit orang yang melaksanakannya.

Gambar 6. Contoh Pertanaman Tumpang Sari

Page 22: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 17

2. Pertanaman lorong (alley cropping),Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah suatu sistem dimana tanaman

pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur,sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagartersebut. Sistem ini sesuai untuk diterapkan pada lahan kering dengan kelerengan 3-40%.Dari hasil penelitian Haryati et al. (1995) tentang sistem budi daya tanaman lorong diUngaran pada tanah Typic Eutropepts, dilaporkan bahwa sistem inimerupakan teknikkonservasi yang cukup murah dan efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaanserta mampu mempertahankan produktivitas tanah.

Penanaman tanaman pagar akan mengurangi 5-20% luas lahan efektif untuk budi dayatanaman sehingga untuk tanaman pagar dipilih dari jenis tanaman yang memenuhipersyaratan di bawah ini (Agus et al., 1999):a. Merupakan tanaman yang mampu mengembalikan unsure hara ke dalam tanah, misalnya

tanaman penambat nitrogen (N2) dari udara.b. Menghasilkan banyak bahan hijauan.c. Tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh kembali secara cepat sesudah

pemangkasan.d. Tingkat persaingan terhadap kebutuhan hara, air, sinar matahari dan ruang tumbuh

dengan tanaman lorong tidak begitu tinggi.e. Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama.f. Sebaiknya mempunyai manfaat ganda seperti untuk pakan ternak, kayu bakar, dan

penghasil buah sehingga mudah diadopsi petani.

Gambar 7. Contoh Sistem budidaya lorong dengan Flemingiacongesta sebagai tanaman pagar pada tanah berlereng

Page 23: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 18

3. Penanaman Menurut Strip (Strip Cropping)Penanaman menurut strip (strip cropping) adalah system pertanaman, dimana dalam

satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-selingdengan jenis tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung dalam satu stripsearah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 m tergantung kemiringan lahan, di lerengbawahnya ditanam kacang tanah dengan sistem sama dengan penanaman jagung, striprumput atau tanaman penutup tanah yang lain. Semakin curam lereng, maka strip yangdibuat akan semakin sempit sehingga jenis tanaman yang berselang-seling tampak lebihrapat. Sistem ini sangat efektif dalam mengurangi erosi hingga 70-75% (FAO, 1976) danvegetasi yang ditanam (dari jenis legum) akan mampu memperbaiki sifat tanah walaupunterjadi pengurangan luas areal tanaman utama sekitar 30-50% (Kasdi Subagyono, SetiariMarwanto, dan Undang Kurnia, 2003)

Sistem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai bergunungdan biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi lain seperti tanaman pagar, saluranpembuangan air, dan lain-lain. Penanaman menurut strip merupakan usaha pengaturantanaman sehingga tidak memerlukan modal yang besar.

Gambar 8. Contoh Penanaman Menurut Kontur pada lahan yangkemiringannya tidak terlalu curam

4. Strip rumput (grass strip) barisan sisa tanaman,Sistem ini hampir sama dengan sistem pertanaman lorong, namun tanaman pagarnya

adalah tanaman rumput pakan ternak. Strip dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5m atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif dalam penanggulangan erosi dan semakintinggi jaminan ketersediaan pakan ternak.Manfaat

Strip rumput pakan ternak penting bagi petani yang memelihara ternak ruminansiasebagai penyangga kekurangan hijauan pakan pada musim kemarau. Pada keadaan tertentuapabila ternak semakin penting, petani bisa saja memilih untuk mengganti tanaman pangandengan rumput pakan ternak sehingga tegalannya berubah menjadi padang rumput

Page 24: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 19

Penanaman: Bibit rumput ditanam sejajar kontur dan sebaiknya terdiri atas 2 barisan rumput atau lebih

tergantung kepada berapa persen lahan akan ditanami rumput. Jarak antar barisan 30 cmdan jarak dalam baris 20-30 cm.

Jarak antara strip rumput disesuaikan dengan Tabel 9.1. Jika biji rumput tersedia, penanaman dengan biji memerlukan lebih sedikit tenaga kerja

dibandingkan dengan penanaman dengan stek.

Gambar 9. Contoh Strip rumput gajah (Penisetum purpureum) sebagaitanaman penguat teras

Penanaman larikan (strip) rumputan di sepanjang kontur berfungsi untukmengurangi panjang lereng, memperlambat laju aliran permukaan dan menahan tanah yangtererosi dari bidang olah. Larikan rumput dapat menjadi awal pembentukan teras secaraalamiah di lereng, karena terkumpulnya tanah di belakang larikan rumput. Proses ini bahkansudah terjadi semenjak tahun pertama.

Rumput dapat ditanam di sepanjang dasar dan pinggiran parit untuk menguatkanparit dan mencegah tererosinya lereng di atasnya. Rumput dapat juga ditanam padatampingan teras bangku untuk mencegah erosi dan memperkuat terasnya. Jarak antaralarikan rumput ditentukan oleh kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian (interval tegak.Perbedaan ketinggian antara larikan sebesar 1,25 meter cukup memadai, namun apabiladiinginkan jumlah yang lebih tinggi, maka perbedaan ketinggian harus diperpendek. Larikanrumput harus ditata mengikuti kontur. Lebar lahan untuk tiap larikan kira-kira 0,5 meter.Untuk menghindari bibit rumput yang baru ditanam hanyut terbawa aliran permukaan, makadi sebelah atas larikan perlu dibuat sebuah parit kecil yang dalamnya sekitar 15 cm.

Pada lereng, benih atau anakan rumput ditanam dalam barisan berganda (denganjarak 50 cm) di sepanjang kontur dengan jarak antar larikan disesuaikan dengan keadaanlahan. Dalam parit, anakan ditanam dengan rapat dalam satu barisan. Pada tampingan terasbangku, anakan ditanam dalam polla segitiga dengan jarak 30 x 20 cm.

Untuk mencegah rumput berbunga, menaungi dan menyebar ke bidang tanam diantara teras, rumput perlu dipangkas secara teratur (setiap 2 – 4 bulan). Dengan demikianlarikan bisa sangat cocok untuk para petani yang memelihara ternak di dalam kandang.Rumput juga dapat digunakan sebagai mulsa di antara tanaman.

Page 25: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 20

Jenis rumput yang umum digunakan antara lain: bahia (Paspalum notatum), bede(Brachiaria decumbens), rumput palisade (Brachiaria brizantha), rumput ruzi (Brachiariaruziiensis), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum sp), serai(Cymbopogon citratus), setaria (Setaria sphacelata, Setaria anceps dan vetiver (Viteveriazizanioides)

Keuntungan Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja dan biaya yang

rendah. Efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan tanah Menghasilkan rumput untuk pakan ternak atau untuk mulsa Secara berangsur dapat membentuk teras bangku jika dikehendaki.

Kelemahan Pengelolaan larikan rumput memerlukan waktu tenaga kerja Penggunaan potongan rumput sebagai mulsa dapat menjadi masalah tanaman

pengganggu Larikan rumput menggunakan luasan lahan yang juga bisa digunakan untuk tanaman

pangan.

5. Tanaman penutup tanah (cover crop),Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam

untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan / atau untukmemperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.Tanaman penutup tanah berperan:1) Menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di

atas permukaan tanah,2) Menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan3) Melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.

Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnyakekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan danmemperbesar infiltrasiair ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.

Gambar 10. Contoh Tanaman penutup tanah berupa legume menjalarditanam di antara residu (sisa panen) tanaman sebelumnya

Page 26: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 21

Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dandigunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche et al,1961):a) Mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,b) Mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman

pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkatkesuburan tanah yang tinggi,

c) Tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,d) Toleransi terhadap pemangkasan,e) Resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,f) Mampu menekan pertumbuhan gulma,g) Mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau

tanaman pokok lainnya,h) Sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dani) Tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur

yang membelit.

6. Pergiliran Tanaman (Crop Rotation),Pergiliran tanaman (crop rotation) adalah sistem bercocok tanam dimana sebidang

lahan ditanami dengan beberapa jenis tanaman secara bergantian. Tujuan utama dari sistemini adalah untuk memutuskan siklus hama dan penyakit tanaman dan untuk meragamkanhasil tanaman. Pergantian tanaman ada yang dilakukan secara intensif dimana setelah panentanaman pertama kemudian langsung ditanami tanaman kedua dan ada pula yang dibatasiperiode bera. Daerah yang memiliki musim kering (MK) <4 bulan sangat baik untukmenerapkan system ini.

Penggunaan sistem pergiliran tanaman intensif secara berurutan, antara tanamanpertama yang disusul tanaman kedua dan seterusnya mampu menekan erosi secara nyatadibandingkan lahan yang hanya diolah tanpa ditanami. Pengaruh nyata tersebut dihasilkandari fungsi tanaman sebagai pengikat tanah (nilai C koefisien tanaman = 0,371) sertapenambahan bahan organik dari sisa tanaman tersebut sebagai mulsa dan pembenah tanahsehingga tahan terhadap erosi.

Penggunaan sistem ini disarankan untuk tetap menggunakan pupuk dan teknikkonservasi tanah, sehingga hasil tanaman dapat maksimal dan lahan yang dipergunakandapat terjaga produktivitasnya. Dari segi konservasi tanah, pergiliran tanaman memberikanpeluang untuk mempertahankan penutupan tanah, karena tanaman kedua ditanam setelahtanaman pertama dipanen. Demikian seterusnya, sehingga sepanjang tahun intensitaspenutupan tanah senantiasa dipertahankan. Kondisi ini akan mengurangi risiko tanahtererosi akibat terpaan butir-butir air hujan dan aliran permukaan.

Dalam setahun, perlu ada pergiliran antara tanaman yang tidak mampumenghasilkan banyak bahan hijauan seperti kedelai dan kacang hijau dengan tanaman yangmampu menghasilkan Iebih banyak bahan hijauan seperli jagung dan sorgum. Kenyatanmenunjukkan bahwa di daerah yang berpenduduk padat seperti di daerah aliran sungai diJawa, usaha mengembalikan limbah ke tanah sangat sukar dilakukan. Hal ini disebabkan olehdigunakannya limbah untuk berbagai kepentingan lain seperti untuk ternak, industri, kayubakar dan sebagainya.

Page 27: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 22

Akibatnya kadar bahan organik tanah sukar dipertahankan dan produktivitassebagian besar lahan kering menjadi sangat rendah. Dalam usahatani konservasi yangdipadukan dengan ternak, sebagian limbah sering digunakan untuk ternak. Bila seluruhpupuk kandang dapat dikembalikan ke tanah maka kadar bahan organik tanah dapatdipertahankan. Salah satu cara untuk memelihara produktivitas lahan adalah dengan usahamenghasilkan bahan hijauan dalam jumlah besar dan mengembalikannya ke tanah sebagaimulsa (disebar di permukaan) atau dibenamkan ke dalam tanah waktu pengolahan tanah.

Pengembalian sisa tanaman dalam bentuk mulsa akan lebih efektif karena dapatmenekan erosi dan menghindari pemadatan tanah.

Bila musim kemarau tiba, saatnya petani untuk melakukan pergiliran tanaman. Mulaidengan menanam jagung, menanam kedelai juga kacang panjang, ada juga yang melakukanpola padi, jagung dan tembakau

Gambar 11. Contoh Pergiliran tanaman (crop rotation) setelah panen padi

7. Tumpang Gilir (relay cropping)Tumpang gilir adalah cara bercocok tanam di mana satu bidang lahan ditanami

dengan dua atau lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu panen dan tanam. Padaumumnya sistem ini dikembangkan untuk mengintensifkan lahan dengan memanfaatkansisa kesuburan dan kelembaban dari tanaman pertama. Ini dimaksudkan agar penggunaanpupuk bisa lebih sedikit, menghindari kekurangan air bagi tanaman kedua serta mampumenghemat biaya dan tenaga kerja pengolahan tanah sehingga total biaya produksi dapatberkurang

Contoh tanaman yang biasa digunakan untuk tanam dengan sistem tumpang gilir diantaranya; brokoli dengan kacang tanah, gandum dengan kapas, jagung dengan kacangtanah, jagung dengan kacang hijau, jagung dengan kacang panjang dan jagung dengankedelai. Pada sistem ini, tanaman kedua ditanam menjelang panen tanaman musimpertama. Salah satu contohnya adalah tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanampada awal musim hujan dan kacang hijau yang ditanam beberapa minggu sebelum panenjagung. Penerapan tumpang gilir pada lahan kering yang hanya satu kali tanam denganjagung maupun kacang hijau secara monokultur dapat memberi harapan peningkatanintensitas tanam dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam.

Page 28: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 23

Teknologi Tumpang GilirTeknologi tumpang gilir diterapkan dalam upaya peningkatan intensitas tanam lahan keringdengan pemanfaatan curah hujan yang pendek. Adapun teknologi yang diterapkan adalah:

1. Perbaikan teknologi produksi jagung Pengolahan tanah sederhana atau tanpa olah tanah (TOT). Varietas yang digunakan adalah bersari bebas (varietas Bisma) maupun hibrida

sebanyak 20 kg/ha, yang telah diperlakukan ridomil, benih ditugal dengan jarak tanam80 x 40 cm dengan 2 biji /lubang.

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi setempat, yaitu seluruh pupuk SP36, KCI dan½ bagian Urea diberikan bersamaan tanam atau 7-10 hari setelah tanam sebagai pupukdasar, dengan cara ditugal 5 cm dari lubang tanaman. Pupuk susulan ½ bagian Ureadiberikan pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam, pupuk diberikan dengan caratugal sedalam 5-10 cm ditutup kembali.

Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam sekaligusmembumbun.

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalianhama terpadu (PHT).

Tanaman dipanen apabila klobot berwarna keputihan/coklat dan mengering denganbiji mengkilap dan kadar air 25-30 I.

2. Penyiapan lahan untuk penanaman kacang hijau Pembersihan lahan Menjelang kelobot jagung berwarna keputihan/coklat, dilakukan pemotongan batang

jagung bagian atas tongkol, yang diikuti pembersihan daun-daun dan gulma sekitartanaman jagung.

Penyemprotan herbisida Tanah tidak perlu diolah hanya dilakukan pembersihan dengan cara menyemprotkan

herbisida di sekitar tanaman jagung yang belum dipanen.

3. Perbaikan teknologi produksi kacang hijau Varietas yang digunakan adalah lokal (Samsik) yang bijinya kecil-kecil yang sudah

dikenal petani, atau introduksi varietas yang mampu beradaptasi dan berdaya hasiltinggi. Kebutuhan benih sebanyak 20-25 kg/ha.

Benih ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm dengan 2-3 biji/lubang dengankedalaman lubang tugal 3-5 cm. Karena jarak antar baris jagung adalah 80 cm, makasetiap antar 2 baris jagung ditugal 2 baris kacang hijau dengan jarak 20 cm dari barisjagung dengan demikian jarak tanam kacang hijau antar baris adalah 40 cm.

Pemupukan tidak perlu dilakukan karena memanfaatkan residu pupuk yang telahberikan pada tanaman jagung.

Penyiangan dilakukan antara 1-2 kali sesuai keadaan gulma pada umur 2 minggusetelah tugal penyiangan pertama.

Pengendalian hama/penyakit sesuai konsep PHT. Panen dilakukan apabila sebagian besar polong sudah berwarna coklat sampai hitam

Page 29: Pedoman Teknis KONSERVASI TANAH DAN AIRfmsrbpsp.com/download/file/13_Pedoman_Teknis_-_Konservasi_Tanah.pdf · dapat meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai

Lampiran Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan Air

FMSRB-Farmland Management and Sustainable Agricultural Practices (FMSAP) 24

Keuntungan penanaman dengan sistem tumpang gilir antara lain: Mendapatkan hasil panen dua kali dengan jarak waktu yang singkat Tidak membutuhkan waktu yang relatif lama jika anda ingin menanam jenis tanaman

yang berbed Dapat memanfaatkan secara maksimal lahan Dapatmencegah serangan hama dan penyakit yang meluas Hasilpanen secara beruntun Dapatmemperlancar penggunaan modal Meningkatkanproduktivitas lahan Dapatmenghemat tenaga kerja Biayapengolahan tanah dapat ditekan Kerusakantanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari. Kondisilahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya

erosi Sisakomoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau

contohnya jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.

Gambar 12. Contoh Tumpang Gilir (relay cropping) antara tanaman jagungdengan kacang tanah