Komoditi Murabahah

Embed Size (px)

Citation preview

Komoditi Murabahah, Tawarruq, Bay Al-Inah Dan Fatwa DSN-MUI No.82 Tentang Komoditi Syariah: Comprehensive Review

joomla 2.5 Details Written by H.M. Iman Sastra Mihajat, LC, PDIBF, MSc Fin inShare0

Seiring dengan perkembangan perbankan syariah akhir-akhir ini terus menunjukkan angka yang positif, produk-produk baru diharapkan terus bermunculan seiring dengan tingginya permintaan pasar. DSN-MUI sebagai lembaga independen pemberi fatwa terus diharapkan memberikan respon-respon yang positf sesuai dengan kemajuan perbankan syariah yang terus membaik. Meskipun Indonesia masih tertinggal dengan Negara-negara maju pencetus perbankan syariah, akan tetapi ada harapan yang besar disana bahwa DSN-MUI dan BI sangat berhati-hati dalam penetapan sebuah produk sehingga nantinya tidak terjadi produk-produk yang bermasalah dari segi syariah. Salah satu yang menjadi topik hangat baru-baru ini adalah pengesahan Fatwa DSN-MUI No.82 mengenai bursa komoditi syariah. Dimana produk ini diharapkan menjadi pioneer dalam pengembangan produk dipasar bursa. Sehingga tuntutan-tuntutan yang telah terpendam lama akhirnya disahkan. Fatwa ini didasari oleh permintaan yang sangat banyak dari pihak industri perbankan syariah terutama untuk pengelolaan managemen risiko likuiditas mereka. Dimana sampai saat ini bank syariah yang notabene pangsa pasarnya masih relatif kecil,

sangat kesulitan dalam mencari likuiditas untuk mencukupi kebutuhan uang tunai untuk memenuhi permintaan di sisi Liability. Sehingga sering kali mereka harus mengemis kepada induk mereka untuk di suntikkan dana dan mungkin pernah pula harus meminta pembiayaan dari perbankan konvensional meskipun dengan akad syariah. Fatwa DSN-MUI No.82 ini adalah solusi yang baik bagi indusrti perbankan syariah dalam pengelolaan manajemen likuiditas mereka. Sehingga ketika terjadi kelebihan dana ataupun kekurangan dana, mereka tidak perlu lagi khawatir karna sudah disediakan Bursa Komoditi Syariah yang memberikan wadah bagi mereka untuk bertransaksi. Di lain hal, bursan komoditi syariah ini diharapkan bisa memberikan efficiency cost yang tidak kalah dengan produk-produk konvensional, jika tidak, peresmian fatwa no 82 ini dan penciptaan produk komoditi syariah oleh Bursa Indonesia akan menjadi sia-sia dikarna sepi peminat. Komoditi Murabahah Konsep komoditi murabahah pada dasarnya sudah banyak dipraktekkan oleh Negara-negara yang menggunakan system perbankan syariah. Negara tetangga Malaysia misalnya, mereka telah dulu menetapkan konsep ini untuk merespon kebutuhan pasar local mereka maupun internasional. Sehingga pasaran luar bisa mengacu pada mereka dalam konsep komoditi murabahah. Sampai pada puncaknya, tahun 2010, Bursa Malaysia meluncurkan sebuah produk yang sangat dinanti-nanti oleh pasar yaitu Bursa Suq Al-Sila. Produk ini diharapkan bisa menjadi instrumen yang menarik di industri keuangan syariah dalam pengelolaan risiko mereka terutama masalah likuiditas. Sampai-sampai produk ini telah diapprove oleh AAOIFI dan menyatakan bahwa produk ini adalah shariah compliant. Tidak hanya AAOIFI saja, produk ini telah diterima juga oleh pasar timur tengah yang notabene sangat strict dalam hal syariah. Jikalau produk ini bermasalah, tidak mungkin AAOIFI dan pasar perbankan syariah timur tengah menerimanya sebagai produk yang sesuai dengan syariah. Oleh sebab itu, mungkin pelajaran di Bursan Suq Al-Sila bisa menjadi pelajaran penting bagi Bursa Komoditi Syariah dalam menerapkan transaksi. Meskipun ada permintaan di tahun kemarin dari Bursa Malaysia untuk menjual asset (CPO) yang ada di pasar Bursa Malaysia tidak sesuai dengan persediaan stock yang ada, akan tetapi hal ini tidak di izinkan oleh Shariah Advisory Council. Tawarruq Pada dasarnya, konsep yang diterapkan dalam Bursa Komoditi Syariah ini adalah Akad Tawarruq. Dimana si bank surplus mendapatkan pesanan dari bank deficit untuk membeli barang, sehingga bank surplus akan membeli komoditas dari market dengan tunai menggunakan akad al-bay, lalu menjualnya kepada bank deficit dengan cara murabahah dengan bayaran tangguh atau cicilan. Lalu bank

deficit akan menjual asset ini ke pasar komoditas dengan tujuan untuk mendapatkan tunai. Inilah akad tawarruq yang biasa dikenal diindustri perbankan syariah timur tengah yang bisa mereka praktekkan tidak hanya untuk pengelolaan likuditias akan tetapi bisa juga di targetkan kepada individual untuk keperluan konsumtif. Akan tetapi tawarruq yang dipakai ditimur tengah banyak sekali menuai kecaman karna disana sudah diatur oleh pihak bank atau dikenal dengan organized tawarruq. Yang lebih parah lagi, dari research yang pernah dilakukan di eropa khususnya UK menerapkan konsep tawarruq dengan memakai asset China Metal yang sebenarnya ini tidak bernilai. Akan tetapi china metal ini berharga sangat tinggi dikarnakan dipakai untuk transaksi tawarruq. Dari data yang dihimpun bahwasanya hanya 2.7% asset yang dipakai dikomoditi murabaha atau tawarruq itu masuk kepada end user. 97.3% digunakan untuk transaksi derivatives. Dari aspek Fikih, sebenarnya ulama banyak menjelaskan berbagai macam konsep tawarruq. Dimana tidak semua tawarruq diharamkan, akan tetapi ada beberapa yang disepakati oleh ulama bahwa itu shariah compliant. Ulama kontemporer membagi tawarruq menjadi dua macam, pertama tawarruq munazzhom atau disebut dengan organized tawarruq, yang kedua adalah tawarruq fiqhi atau haqiqi. Konsep tawarruq pertama adalah akad tawarruq yang banyak digunakan oleh bank syariah di eropa dan timur tengah. Dikarnakan bank syariah ambil andil didalam menentukan lini penjualannya. Bank syariah menetapkan siapa broker pembelian dan kepada siapa si pembeli menjual kembali barang tersebut. Hal inilah yang dilarang dalam syariah karna saudaranya bay al-inah. Cuma menambahkan pihak ketiga. Konsep tawarruq yang kedua adalah dimana bank syariah (surplus unit) betul betul membeli barang itu dari market, dan menjualnya kepada konsumen yang memberlukan tanpa ada embel-embel untuk dijual kepada pihak manapun. Sehingga konsumen bebas dan punya hak dalam menentukan kepada siapa dia mau menjual asset tersebut. Sehingga tidak terjadi hilah ghairu syariyyah didalamnya yang menyebabkan produk ini tidak shariah compliance. Jiakalu hal ini yang ditetapkan oleh Bursan Komoditi Syariah, maka kita sudah bisa disebut dengan Shariah compliance product. Bay Al-Inah Bay Al-inah adalah sebuah akad dimana deficit unit memerlukan dana, lalu menjual asset yang dia miliki kepada surplus unit dengan cara cash, lalu surplus unit akan menjual kembali asset tersebut kepada pihak deficit unit dengan cara tangguh atau cicilan. Tujuannya adalah sama seperti tawarruq, dimana pihak deficit unit memerlukan dana tunai. Bisa jadi asset yang dipakai adalah asset deficit unit, atau asset yang dimiliki oleh surplus unit dalam hal ini bank syariah.

Meskipun kita sudah keluar dari bay al-inah dan menciptakan sebuah produk yang baru yang shariah compliant. Akan tetapi masih ada muncul usulan dari para praktisi untuk disahkannya bay al-inah. Padahal Negara tetangga kita Malaysia lambat laun telah meninggalkan akad ini karna telah mendapatkan tetnangan dari berbagai pihak. Apakah indonesia mau dicap Negara tidak shariah compliance di industri perbankan syariah padahal kita selalu membanggakan bahwasanya kita sangat hati-hati dalam pembuatan fatwa? Tentunya tidak dan jangan sampai predikat Shariah compliance ini terlepas dari kita. Fatwa DSN-MUI No. 82 Difatwa ini telah dijelaskan bahwasanya Komoditi Murabahah telah disahkan oleh DSN-MUI dengan JFX pihak penyelenggara perdagangan bursa komoditi ini. JFX sebagai pihak perantara dari pihak yang mempunyai komoditas. Dan setelah itu menjadi pihak penjual komoditas kepada supplier dan dilaksanakan secara komputer dan online oleh pihak anggota Bursa Komoditi Syariah. Ada beberapa akad yang digunakan dalam pelaksanaan fatwa no 82 ini; pertama adalah bay, dimana peserta komersial akan membeli komoditi dari supplier lalu supplier memenuhi permintaan sesuai dengan komoditi yang dinginkan lalu dijual kepada peserta komersial dengan cara tunai. Kedua, murabahah, dimana peserta komersial akan menjual asset ini atas permintaan konsumen komoditi dengan cara murabahah dimana ada kelebihan margin diatas pokok dengan cara tangguh atau cicilan. Ketiga, bay musawamah dimana supplier diwakilkan oleh JFX menjual barang ke peserta komersial tanpa berkewajiban memberitahukan berapa harga pokok dan margin. Keempat, wakalah, dimana JFX akan menjual asset tersebut jika perlukan oleh konsumen komoditi untuk menjualnya kepada supplier yang berbeda dari supplier awal. Kelima, akad muqorodhoh, dimana supplier satu bisa barter asset dengan supplier 2, ataupun ke supplier 3 dan sebaliknya. Supaya asset tersebut tidak kembali kepada orang yang sama. Dari lima akad ini, sebenarnya ada satu akad lagi yang harus diperhatikan, yaitu Al-Wadu. Atas perjanjian dimana ketika konsumen komoditi menginginkan komoditas kepada peserta komersial dengan tujuan mendapatkan uang tunai maupun menahan asset tersebut untuk dijual dimasa yang akan datang atau dijual ke selain peserta supplier dari Bursa komoditi syariah. Konsumen komoditi harus berjanji membeli barang yang dibeli oleh peserta komersial. Jikalau tidak, maka ketika komoditas tersebut sudah dibeli oleh peserta komersial lalu konsumen komoditi membatalkan transaksi tersebut. Maka akan terjadi permasalahan disana, bisa jadi asset yang dibeli oleh peserta komersial turun harga, pertanyaannya adalah, siapakah yang mau menanggung kerugian dari pembatalah transaksi ini? Oleh sebab itu, haruslah ada akad Al-Wadu disana sehingga konsumen komoditi berjanji akan membeli komoditi tersebut dari peserta komersial. Parameter Dalam Pelaksanaan Bursan Komoditi Syariah

Ketika telah dibuat sebuah fatwa, maka harus ada parameter yang membatasi transaksi Komoditi Murabaha Syariah ini. Supaya tidak terjadi misuse dalam penggunaan produk yang menyebabkan produk ini menjadi tidak shariah compliance. Pertama; harus ditekankan bahwasanya transaksi Komoditi Murabahah Syariah ini hanya boleh digunakan untuk Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah. Sehingga produk ini tidak lari kepada produk konsumen dan bahkan untuk keperluan spekulasi dan mencari keuntungan. Sehingga nantinya bank syariah tidak focus untuk membesarkan sector riil dikarnakan lebih focus kepada pencarian keuntungan semata. Kedua; transaksi in harus real, bukan ficticious contract. Maksudnya adalah ketika transaksi ini terjadi harusnya benar-benar terjadi transaksi barang pada umumnya, keinginan seller untuk menjual, dan keinginan buyer untuk membeli dengan barang yang sudah jelas wujudnya. Kalau tidak, kita akan terperangkap dalam konsep tawarruq yang sudah diaplikasikan oleh banyak bank syariah baik itu dinegara tetangga maupun dibelahan dunia lainnya baik itu timur tengah ataupun eropa. Ketiga; harus ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership). Hal ini juga menjadi perhatian penting ketika terjadi sebuah transaksi terutama transaksi komoditi syariah. Komoditi yang menjadi objek perdagangan harus betul-betul berpindah kepemilikan dari penjual kepada pembeli tanpa ada embel-embel apapun. Jika tidak, kita akan terjebak kepada konsep bay al-inah dimana disana tidak terjadinya perpindahan kepemilikan dan implikasinya si pembeli harus menjual kembali barang itu dengan harga yang lebih rendah untuk mendapatkan uang tunai. Keempat; bisa dikirim ke pembeli jika di inginkan. Hal ini untuk menyatakan bahwasanya komoditi yang ditransaksikan dikomoditi syariah ini adalah barangnya ril dan berwujud, ada perpindahan kepemilikan yang jelas, maka dari itu jika ini betul, maka ketika terjadi permintaan dari pembeli untuk mengirimkan komoditi tersebut ke tempat yang dia inginkan. Maka kewajiban penjual adalah mengantarkan komoditi tersebut ke pembeli dengan ketentuan yang berlaku, baik itu berapa hari komoditi ini bisa sampai ke tangan pembeli, dan berapa cost yang dikenakan kepada pembeli. Dalam diskusi dengan JFX mereka menyebutkan bahwasanya pengiriman komoditi akan memakan waktu lima hari akan tetapi belum menyebutkan berapa cost yang harus ditanggung apakah hitungannya per Kg ataukah per barrel dan sebagainya. Semoga hal ini sudah menjadi bahan presentasi pihak JFX yang kemarin belum sempat disampaikan. Kelima; barangnya harus bernilai sesuai dengan harga pasar. Hal ini sangatlah penting, karna kita tidak menginginkan konsep tawarruq yang ada diluar diterapkan di Negara kita tercinta ini yang notabene paling syariah dari aspek shariah compliance sebuah produk. Jika tidak, kita hanya memperdagangkan

sesuatu asset yang mana nilainya tidak sesuai dengan harga pasar masa itu. Meskipun kita juga bisa memakai supply dan demand dari komoditi tersebut, akan tetapi ini harus dilandaskan dengan penghargaan yang jelas. Keenam; lokasi komoditi nya harus diketahui. Poin ini juga sangat penting, karna kita tidak mungkin memperdagangkan sesuatu yang kita tidak tau dimana letak barang itu. Hal ini mungkin harus diawasi oleh dewan pengawas syariah JFX dan memastikan bahwasanya barang tersebut ada di kota A, bertempat di pabrik B, kecamatan C di kilang X. dikarnakan, dalam pengesahan Bursa Suq al-Sila mereka memastikan dulu lokasi CPO-CPO yang akan diperdagangkan di Bursa Malaysia dan berapa banyaknya, baru boleh diperdagangkan secara online. Ketujuh; barangnya harus halal dan boleh menurut undang-undang. Hal ini juga telah menjadi poin utama di fatwa DSN No. 82 ketika mengesahkan fatwa ini, supaya tidak melanggar undang-undang Negara indonesia dan sesuai dengan syariah. Kedelapan; harus jelas jenis, kualitas dan kuantitas yang diperdagangkan. Poin ini juga menjadi syarat utama dalam fatwa ini, dikarnakan untuk menghilangkan gharar dari sebuah transaski. Jikalau jenis, kualitas dan kuantitasnya diketahui, maka gharar ini akan berpindah dari gharar fakhish (gharar yang besar) menjadi gharar yasir (gharar yang kecil) yang diperbolehkan dalam syariah. Seperti layaknya pembolehan Bay Salam yang awalnya tidak boleh, akan tetapi dibolehkan dengan syarat sebagaimana disebutkan dalam hadis, salam dibolehkan asal jenis, kualitas dan kuantitasnya diketahui dan waktu pengirimannya ditetapkan. Kesembilan; tidak boleh dipergunakan untuk keperluan individual. Hal ini untuk menghindari masuknya komoditi syariah ini kepada produk konsumen yang mana akan menyebabkan produk ini tidak dipakai sesuai pada kepentingannya. Jikalau masuk ke pembiayaan individual, takutnya praktek tawarruq atau komoditi murabahah yang ada diluar akan di implementasikan di industri perbankan syariah indonesia. Kesepuluh; komoditi yang diperdagangkan harus siap guna, bukan yang masih diolah. Ketentuan ini adalah untuk memastikan bahwasanya kita tidak memperdagangkan sesuatu yang tidak bisa digunakan oleh pembeli. Jangan sampai dalam transaksi komoditi syariah ini menjual sesuatu yang masih diolah sehingga akan menghambat pengiriman ketika sang pembeli menginginkan supaya komoditi ini dikirimkan kepadanya. Penutup Dengan hadirnya fatwa DSN-MUI No 82 ini diharapkan menjadi sebuah langkah baru bagi bank syariah untuk mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi akan tetapi tetap pada koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh syariah. Diharapkan

dengan lahirnya fatwa baru ini, target bank syariah 5% bisa tercapai insya allah. Apalagi ditambah dengan peran penting bank syariah dalam mengedukasi publik dengan terus memberikan support disetiap acara-acara seminar yang bisa menambah wawasan masyarakat tentang bank syariah. Disisi lain, dalam implementasi produk Bursa Berjanga Jakarta ini harusnya diawasi oleh orang-orang yang kredibel dari aspek syariah dan faham bagaimana bursa komoditi syariah berjalan. Terutama mereka-mereka yang telah mempunya pengalaman dalam hal perdagangan komoditi syariah. Sehingga kedepannya tidak kita temui lagi dewan pengawas syariah hanya memasang nama disana tanpa mempunya ilmu yang mumpuni. Sehingga pengawasan atas jalannya transaksi ini diserahkan penuh kepada BBJ atau JFX. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan peran Dewan Pengawas Syariah haruslah betul-betul diteliti background study dan pengalamannya sehingga orang percaya bahwasanya ini diawasi oleh orang-orang yang kompeten dibidangnya tanpa melihat nama besar akan tetapi kurang ahli di bidang ini. Wallahualamu bisshawab Oleh: H.M. Iman Sastra Mihajat, LC, PDIBF, MSc Fin Penulis adalah Dosen Perbankan Shariah dan Pasar Modal Shariah di Universitas Al Azhar Indonesia, Konsultan Asuransi Shariah, Perbankan Shariah dan Pasar Modal Shariah Zakirah Group, Trainer Fikih Muamalah on Islamic Banking and Finance Di Iqtishad Consulting MES, R&D WakafPro99 Dompet Dhuafa Jawa Barat, Kandidat Ph.D Islamci Banking and Finance (IIiBF) International Islamic University Malaysia. http://www.fossei.org/index.php/articles/komoditi-murabahah-tawarruq-bay-alinah-dan-fatwa-dsn-mui-no82-tentang-komoditi-syariah-comprehensivereview.jam11.14 Manajemen likuiditas menjadi salah satu masalah perbankan syariah, mengingat instrumennya yang terbatas. Terbitnya fatwa DSN-MUI Nomor 82 bisa menjadi salah satu jalan keluar. Wahyu JakartaDewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) meluncurkan fatwa Nomor 82 tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam sambutannya, Ketua Harian DSN-MUI Maruf Amin menyatakan bahwa penerbitan fatwa tersebut bukan berarti semua perdagangan di bursa berjangka itu halal.

Sebab ada persepsi yang salah terkait fatwa tersebut, ujar Maruf Amin, di acara CEO Gathering, Sosialisasi Fatwa DSN-MUI No 82 di Hotel Mandarin Oriental, Jakarat, Senin, 8 Agustus 2011. Menurut Maruf, perdagangan komoditi syariah memang agak terlambat ketimbang negara-negara tetangga. Sebab, DSN-MUI menginginkan transaksi komoditi yang ada harus benar-benar sesuai prinsip syariah. Kalau mau syariah berarti bursa komoditi itu harus ada barangnya, bukan hanya surat, jelasnya. Ke depan, Maruf merasa yakin ekonomi syariah di negeri ini akan lebih maju, dan bisa menjadi sumber pembiayaan bagi berbagai proyek pemerintah. Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan beberapa instansi pemerintah untuk membicarakan kemungkinan berbagai surat berharga syariah, seperti SUKUK, untuk dijadikan sumber pembiayaan proyek pemerintah, pungkasnya. Sementara itu, Mulya Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia, menyambut baik penerbitan fatwa tersebut. Dengan adanya perdagangan komoditi syariah, maka perbankan syariah memiliki alternatif instrumen untuk memudahkan manajemen likuiditasnya. Hingga saat ini manajemen likuiditas menjadi masalah utama bagi perbankan syariah di negeri ini, terangnya. (*) http://www.infobanknews.com/2011/08/dsn-mui-keluarkan-fatwa-perdagangankomoditi-berdasarkan-prinsip-syariah/ jam 11.32

MUI Sahkan Fatwa Komoditas SyariahNasional 9/8/2011 | 10 Ramadhan 1432 H | Hits: 431 Oleh: Tim dakwatuna.com

0 0diggsdigg email print

Ilustrasi (inet) dakwatuna.com Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) akhirnya mensahkan fatwa nomor 82 tentang perdagangan komoditas berdasarkan prinsip syariah. Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) KH Maruf Amin menegaskan, fatwa itu bukanlah bertujuan mensahkan produk-produk bursa berjangka sehingga ada anggapan MUI menghalalkan sesuatu yang haram. Padahal tidak begitu. Tidak semua perdagangan di bursa hukumnya haram. Intinya, fatwa nomor 82 ini menegaskan bahwa perdagangan komoditas diperbolehkan dengan berbagai ketentuan yang diatur secara syariah, katanya dalam acara sosialisasi fatwa nomor 82 hari ini di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (8/8). Fatwa tersebut, menurut Maruf, dikeluarkan MUI karena banyaknya syarat yang dicantumkan dalam perdagangan komoditi berjangka. Yang jelas, secara syariah, bursa komoditi harus ada barangnya, tidak hanya jual beli surat, atau barang yang fiktif. Jika tidak ada barangnya, maka itu haram. Seperti yang terjadi di bursa-bursa komoditi konvensional. (OL8/Wibowo/MICOM)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/08/14005/mui-sahkan-fatwakomoditas-syariah/#ixzz1osEyEmap Jam 11.33

Tentang Inah dan TawaruqPosted on December 16, 2010 by Sang Gelombang

Pernah mendengar tentang Bay al-inah? Bagaimana kalo Tawaruq? Yup. Kedua jenis pembiayaan ini tidak ada di Indonesia, mereka hanya ada di Malaysia (inah) dan di Timur tengah (tawaruq). Kedua model pembiayaan ini umumnya digunakan untuk yang namanya personal financing. Maksudnya, pembiayaan pribadi seseorang untuk berbagai macam keperluan. Misalnya, untuk pergi jalanjalan ke Paris, belanja ke Singapur, dan lainnya. He he he aneh ya? Tapi begitulah memang peruntukan uangnya. Yah, kadang-kadang dipakai juga oleh seorang Ayah untuk biaya membuat acara pernikahan anak perempuannya [smile].

Disebabkan pembiayaan murabaha hanya bisa dilakukan jika melibatkan jual-beli benda yang nyata, maka perbankan syariah di kedua wilayah tersebut mengembangkan model Bay al-inah dan Tawaruq sebagai alternative dari pinjaman konvensional.

Namun pro dan kontra bermunculan sejak diperkenalkannya kedua model tersebut. Yang pro mengatakan bahwa kedua kontrak tersebut sah secara hukum syariah, dengan dilandaskan pada mazhab SyafiI. Sedangkan yang kontra mengatakan bahwa niat yang melandasi kedua model tersebut adalah hutang dengan fixed-return bagi pihak bank sehingga walaupun akadnya sah, namun niatnya salah.

Skema Bay al-Inah

Kenyataan saat ini adalah Malaysia mulai meninggalkan Bay al-Inah dan beralih kepada Tawaruq. Aplikasi tawaruq ini diantaranya adalah pada liquidity manajemen perbankan syariah melalui Islamic inter-bank money market dengan model commodity murabaha, dan lain sebagainya. Skema Tawaruq

Apa itu At-Tawarruq? 10 February 2010. 5 comments. At-Tawarruq adalah jika seseorang membeli barang dari seorang penjual dengan harga kredit lalu ia menjual barang tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain dari penjual. Dinamakan dengan nama At-Tawarruq dari kalimat waraqoh yaitu lembaran uang, sebab pembeli yang merupakan pihak pertama sebenarnya tidak menginginkan barang tapi yang ia inginkan hanyalah mendapatkan uang sehingga ia bisa lebih leluasa menggunakannya. Contoh : Seseorang memiliki uang sebesar Rp1.000.000,- sedangkan ia butuh uang Rp10.000.000,-, maka ia pun mencicil motor senilai Rp11.000.000,- dengan panjar Rp1.000.000,- tersebut. Setelah motor ia pegang, ia menjualnya kepada pihak ketiga selain penjual dengan harga Rp10.000.000,-. Jadi, letak perbedaannya dengan jual beli dengan cara Al-Inah hanya pada tempat penjualan kembali. Kalau jual beli dengan cara Al-Inah penjualannya kembali kepada pihak penjual sedangkan At-Tawarruq penjualannya kepada pihak ketiga selain dari pihak penjual. Hukum At-Tawarruq Ada dua pendapat di kalangan para ulama tentang hukum At-Tawarruq ini. 1. Hukumnya adalah boleh. Ini adalah pendapat kebanyakan ulama dan pendapat Iyas bin Muawiyah serta salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Dan ini yang dikuatkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sady dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz sebagaimana dalam Taudhihul Ahkam (4/398), Syaikh Sholih Al-Utsaimin dalam Asy-Syarh Al-Mumti (8/232) dan Al-Mudayanah, Syaikh Sholih Al-Fauzan dalam Al-Farq Bainal Baii war Riba fii Asy-Syariatul

Islamiyah dan dalam Al-Muntaqo dan keputusan Majlis Majma Al-Fiqh AlIslamy sebagaimana dalam Taudhihul Ahkam (4/399-400). 2. Hukumnya adalah haram. Ini adalah riwayat kedua dari Imam Ahmad dan pendapat Umar bin Abdul Aziz serta dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah Saudi Arabia yang disebutkan dalam Kitab 99 Tanya-Jawab dalam Jual Beli dan Bentuk-bentuknya. Kesimpulan Insya Allah yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat pertama. Hal ini berdasarkan kaidah umum bahwa asal dalam jual beli adalah halal dan tercakup dalam firman Allah Azza wa Jalla : Dan Allah telah menghalalkan jual beli. (QS. Al-Baqorah : 275) Dalam masalah At-Tawarruq ini tidak nampak bentuk riba baik secara maksud maupun bentuk, sementara manusia membutuhkan muamalah yang seperti ini dalam melunasi hutang, nikah dan lain-lainnya. Namun Syaikh Ibnu Utsaimin mensyaratkan bolehnya dengan beberapa ketentuan sebagai berikut. 1. Ia butuh untuk melakukan transaksi tersebut dengan kebutuhan yang jelas. 2. Sulit baginya mendapatkan keperluannya dengan jalan Al-Qardh (pinjaman), As-Salam maupun yang lainnya. 3. Hendaknya barang yang akan ditransaksikan telah dipegang dan dikuasai oleh penjual. Wallahu Taala Alam. http://ib.eramuslim.com/2010/02/10/apa-itu-at-tawarruq/ jam 11.34

Ciri-ciri karya tulis ilmiah yang baik adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Bersifat kritis dan analitis Memuat konsep dan teori Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform. Rasional Obyektif

Penelitian yang baik disamping memiliki cirri-ciri di atas, juga memiliki cirri-ciri: 1. Tujuan dan masalah penelitian harus digambarkan secara jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan kepada pembaca. 2. Teknik dan prosedur dalam penelitian itu harus dijalaskan secara rinci. 3. Obyektifitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukkan bukti-bukti mengenai sample yang diambil. 4. Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan penelitian harus diinformasikan secara jujur dan menjelaskan dampak dari kekurangan tersebut.

5. Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat. 6. Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan data penelitian. Info Terkait

Apakah Karya Tulis Ilmiah Itu?Mei 6, 2010 Handout Mata Kuliah Judul Materi Pengajar : Metodologi Penulisan Karya Tulis Ilmiah : Apakah Karya Tulis Ilmiah Itu? : Maizuddin M. Nur

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah. Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa karya tulis sebenarnya adalah laporan dari sebuah pengkajian, baik dalam arti penelitian maupun gagasan-gagasan koseptual dari hasil telaahan. Laporan ini akan mengambil bentuk yang berbedabeda, ketika ditulis. Biasanya hal ini terkait dengan kepentingan dari laporan itu sendiri. Oleh karena itu, karya ilmiah bisa dilihat dalam beberapa bentuk: 1) makalah, yaitu karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah disertai analisis logis dan objektif, biasanya dirancang untuk kepentingan seminar, 2) artikel, yakni karya tulis yang dirancang untuk kepentingan penerbitan jurnal, 3) skripsi, tesis dan disertasi, yaitu karya tulis ilmiah yang dijadikan sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan. B. Ciri karya Ilmiah Sebuah karya ilmiah mesti menunjukan ciri-ciri keilmiahan, baik dari sifatnya, maupun dari segi bahasanya. Dari segi sifatnya, karya ilmiah mestilah memenuhi unsur-unsur: 1) logis, dalam pengertian disimpulkan dengan kaedah berfikir yang sehat, 2) objektif, dalam pengertian bahwa kegiatan penulisan karya ilmiah itu didasari dan disertai dengan data dan fakta, bersifat informatif dan deskriptif serta bebas dari kepentingan subjektif, 3) empiris, dalam pengertian karya tersebut

berbicara dalam wilayah pengalaman manusia, dan 4) sistematis, dalam pengertian bahwa karya tulis itu ditulis dengan sifat kronologis. Demikian pula dari sisi bahasa yang digunakan mesti pula bahasa ilmiah, yakni perpaduan antara ragam bahasa tulis dan bahasa ilmiah. Bahasa tulis tentu berbeda dengan bahasa lisan, oleh karena itu, pada ragam bahasa tulis terdapat ciri: 1)pemilihan kosa kata secara cermat, 2) struktur kalimat yang lengkap, dan 3) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu serta kronologis. Sedangkan ragam bahasa ilmiah bercirikan: 1)cendikia dalam membentuk pernyataan, 3)lugas, 4) formal, dan 5) bertolak dari gagasan, yakni penonjolan diarahkan pada gagasan bukan pada penulis. Karya tulis ilmiah sebagian berasal dari penelitian, artinya karya ilmiah merupakan laporan dari sebuah penelitian. Tetapi, banyak pula karya ilmiah tidak berasal dari penelitian, tetapi berupa gagasan-gaasan konseptual atau hasil telaahan. C. Karya Tulis Non Ilmiah Dari ciri-ciri tersebut, karya tulis ilmiah dapat dibedakan dengan karya tulis non ilmiah, di mana karya tulis non ilmiah sangat bersifat subjektif. Diantara sifat karya non ilmiah: 1) emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampui kebenaran, 2) persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca, 3) deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan 4) terkadang over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik dan lain-lain yang semisalnya. E. Daftar Rujukan Hakikat karya ilmiah, Ciri-ciri, Macam karya ilmaih, Sikap ilmiah, Kesalahan dalam penulisan ilmiah Diposkan oleh giAnk togedogawa di 12:46 Hakikat dan Karakteristik Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik. Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu

pengetahuan/hasil

penelitian.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

Ciri-ciri

Karya

Ilmiah

Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa

menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Macam-macam Artikel

Karya Ilmiah

Ilmiah Popular

Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah

popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa dibungkus dengan opini penulis.

Contoh analogi anarki bibliografi biodata definisi diskriminasi eksentrik final formasi format friksi indeks konklusi kontemporer kontradiksi menganalisa prediksi

kata

ilmiah

kata

popular

: kiasan kekacauan

daftar biografi

pustaka singkat batasan

perbedaan

perlakuan aneh akhir susunan ukuran

bagian,

pecahan penunjuk kesimpulan

masa

kini,

mutakhir pertentangan menguraikan

ramalanpasien

orang

sakit

Artikel

Ilmiah

Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk

lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.

Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya diakui.

Disertasi Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.

Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

Tesis Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan pengetahuan baru.

Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian

dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.

Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

Skripsi Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan mengawal dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.

Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

Kertas

Kerja

Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada perhelatan ilmiah tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja dimentahkan karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

Makalah

Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.

Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling soft dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.

Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.

SIKAP

ILMIAH

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai : An attitude ia an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation .

Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah

dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara ;ain : Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek. Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah sebagai berikut Selalu meragukan : sesuatu.

Percaya Selalu T Suka Mudah Loyal Objektif Enggan Menyukai Selalu Tidak Dapat Menyadari Pendapatnya Menghargai Menghargai Dapat Dapat

akan menginginkan e pada mengubah

kemungkinan adanya k sesuatu pendapat etrhadap

penyelesaian verifikasi u yang atau

masalah. eksprimental. n. baru. opini. kebenaran.

mempercayai penjelasan berusaha melengkapi penegathuan mengambil antara perlunya bersifat struktur hipotesis dan yang

takhyul. ilmiah. dimilikinya. keputusan. solusi. asumsi. fundamental. teoritis kuantifikasi

tergesa-gesa membedakan

menerima menerima

penegrtian

kebolehjadian pengertian

dan, generalisasi

Kesalahan

dalam

penulisan

Karya

Ilmiah

Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan tidak konsisten dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.

Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai salah salah mengerti dalam audience berikut atau pembaca struktur : tulisannya, pelaporan,

menyusun

- salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat), salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,

-

penggunaan

Bahasa

Indonesia

yang

belum

baik

dan

benar,

- tata cara penulisan Daftar Pustaka yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),

- tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).