63
PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup 2014

PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PERUBAHAN

IKLIM

Kementerian Lingkungan Hidup

2014

Page 2: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PERUBAHAN IKLIM

Bagian atau seluruh Isi Buku Ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai

ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Cara mengutip:

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2014. Pedoman Penilaian

Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim, Jakarta

Cetakan Pertama

April, 2014

TIM PENYUSUN

Pengarah

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Penanggung Jawab:

Sri Tantri Arundhati - Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim

Anggota:

Arif Wibowo, Koko Wijanarka, Astutie Widyarissantie

Nara Sumber:

Prof. Rizaldi Boer, Dr. Muhammad Ardiansyah,Dr. Perdinan, Adi Rakhman, M.Si., Anria, Prima Yustitia

Diterbitkan oleh:

Asdep Adaptasi Perubahan Iklim

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

JL. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta Timur

Telp./Fax. (021) 85904934

e-mail: [email protected]

alamat situs web: http://adaptasi.menlh.go.id

Page 3: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

iii

PENGANTAR

Hasil kajian yang dilakukan oleh

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC),

yakni panel ahli internasional yang mengkaji

aspek ilmiah tentang perubahan iklim menunjukkan

bahwa dampak perubahan iklim di kawasan Asia

Tenggara, termasuk di Indonesia, diperkirakan akan

meningkatkan ancaman terhadap ketahanan pangan,

kesehatan manusia, ketersediaan air, dan juga ancaman

keragaman hayati.

Laporan terbaru dari IPCCC dalam Kajian IPCC

yang ke-5 (IPCC Fifth Assessment Report/AR-5) yang dikeluarkan pada akhir Tahun 2013, khususnya Laporan Kelompok Kerja I IPCC

(Working Group 1 Physical Science Basis), menunjukkan akan meningkatnya

frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global, kondisi suhu

ekstrim, termasuk hari-hari panas dan gelombang panas menjadi lebih umum terjadi,

serta meningkatnya frekuensi badai tropis dengan skala 4 dan 5 secara global.

Perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan frekuensi kejadian fenomena El Nino

dan La Nina di Indonesia. Adanya fenomena ini akan menyebabkan kondisi curah

hujan yang ekstrim dan juga kondisi kekeringan yang ekstrim yang akan menimbulkan

dampak bencana berupa kekeringan dan banjir.

Untuk mengantisipasi hal tersebut upaya adaptasi perubahan iklim sebagai

langkah untuk mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang

ditimbulkan perlu terus didorong pelaksanaannya. Sebagai salah satu langkah untuk menyusun strategi adaptasi yang tepat dalam menghadapi perubahan iklim pada suatu

daerah, penilaian dampak sosial ekonomi perubahan iklim merupakan tahap awal untuk

memberikan pijakan pilihan-pilihan adaptasi yang mungkin dilaksanakan dan

diselaraskan dengan program pembangunan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT

atas diterbitkannya Buku Pedoman Penilaian Dampak Sosial dan Ekonomi Perubahan

Iklim. Buku ini disusun dengan mengambil beberapa studi kasus beberapa sektor

utama yang terjadi di daerah dan dilengkapi dengan berbagai contoh perhitungan,

sehingga dapat membantu berbagai pihak dalam menilai dampak sosial ekonomi dari

perubahan iklim yang terjadi. Dengan diterbitkannya buku ini kami mengharapkan agar

adaptasi perubahan iklim dapat menjadi prioritas pembangunan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, sehingga dampak perubahan iklim bisa diminimalisasi dan

pembangunan nasional dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Untuk lebih menyempurnakan dan melengkapi buku ini, kami dengan senang

hati menerima kritik dan masukan yang konstruktif, sehingga pedoman ini dapat lebih

mudah diaplikasikan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Page 4: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

iv

Akhir kata, Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan kontibusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini.

Jakarta, April 2014

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim,

Kementerian Lingkungan Hidup,

Ir. Arief Yuwono, MA.

Page 5: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

v

SAMBUTAN

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Perubahan iklim menjadi perhatian

sejak penyelenggaraan KTT Bumi di Rio De

Jenairo yang menghasilkan Agenda 21 yang

didalamnya juga menghasilkan tersusunnya

konvensi tentang perubahan iklim. Setelah

pelaksanaan KTT Bumi tersebut, Pemerintah

Indonesia menyusun Agenda 21 Indonesia

yang menekankan adanya perubahan-

perubahan termasuk kebijakan dan program-program lingkungan, serta bertekad untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan

dengan mengintegrasikan konsep-konsep

sosial, ekonomi dan lingkungan.

Pengaruh antropogenik masih

menjadi penyebab terbesar terjadi perubahan iklim, melalui kegiatan pembangunan

yang tidak memperhatikan keseimbangan alam, dan penggunaan bahan bakar fosil

yang tidak terkontrol. Aktivitas manusia yang tidak terkontrol cenderung untuk

menambah beban bagi lingkungan sehingga dapat mempengaruhi daya dukung

lingkungan tersebut, termasuk daya dukung menghadapi dampak perubahan iklim

yang kian terasa. Perubahan yang terjadi pada variabel iklim, seperti kenaikan temperatur permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan

lain-lain akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi berbagai sektor yang

menunjang kehidupan manusia.

Potensi kejadian bencana iklim ekstrim dapat menyebabkan kerugian baik

materi maupun non material, dan dapat mempengaruhi dan mengganggu

berkembangnya faktor ekonomi dan sosial yang ada di masyarakat, antara lain

kesehatan masyarakat, kerusakan dan kehilangan properti, kerusakan infrastruktur,

kehilangan mata pencaharian, kerugian akibat gagal panen, dan kerusakan ekosistem

dan sumber daya lingkungan. Banyak sektor pembangunan yang akan terkena dampak

perubahan iklim, dan sektor tersebut adalah sektor yang bersentuhan langsung dengan

masyarakat, karena terkait dengan penyediaan kebutuhan hidup masyarakat. Sektor

pertanian, sumber daya air, perikanan dan pesisir, kesehatan adalah beberapa sektor yang dianggap penting dan berpotensi mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap

perubahan iklim.

Penilaian dampak sosial dan ekonomi juga menjadi hal yang sangat penting

dalam proses perencanaan pembangunan, karena parameter sosial dan ekonomi masih

menjadi dominasi dalam penentuan keberhasilan pembangunan. Untuk itu, dalam

Page 6: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

vi

melihat apakah perubahan iklim sudah memberikan dampak signifikan terhadap

kegiatan pembangunan di Indonesia juga harus dilakukan penilaian dampak sosial dan ekonomi dari beberapa sektor kegiatan terdampak, sejalan dengan dilakukannya

kajian risiko dan adaptasi perubahan iklim yang menjadi masukan pertimbangan

penyusunan kebijakan nasional RPJP, RPJM, Renstra, RKP dan rencana kerja

pemerintah secara nasional maupun daerah. Dengan penyusunan kebijakan yang

memperhatikan pertimbangan dampak perubahan iklim, diharapkan rencana

pembangunan nasional yang disusun dapat mewujudkan pembangunan yang

beradaptasi terhadap perubahan iklim dan siap serta tahan menghadapi berbagai

paparan parameter perubahan iklim yang ekstrim. Penyiapan infrastruktur dan

perangkat sosial ekonomi yang baik dapat meningkatkan ketahanan negara terhadap

potensi bahaya perubahan iklim.

Adanya buku pedoman ini sangat baik untuk memberikan arahan bagi pihak-

pihak yang berkepentingan untuk dapat mulai menginisiasi penilaian dampak sosial dan ekonomi di lingkup kegiatan yang menjadi kewenangannya. Hasil penilaian ini

nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana kerja

institusinya. Selain itu juga hasil ini dapat menjadi bahan referensi untuk

pengembangan konsep sistem ganti rugi maupun asuransi iklim yang sangat

diperlukan oleh para pemangku kepentingan yang terkait baik dari pelaku praktisi

maupun regulator.

Saya berharap agar pedoman ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan juga

dikembangkan lebih lanjut, serta dimutahirkan sesuai dengan perkembangan masa

dan teknologi. Dengan demikian, tujuan Agenda 21 Indonesia dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan dengan integrasi positif dari faktor sosial, ekonomi dan

lingkungan dapar tercapai. Atas tersusunnya pedoman ini, saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan atas sumbangan pemikiran dari semua pakar dan pihak yang terlibat

dalam penyusunan buku pedoman ini.

Jakarta, April 2014

Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA

Page 7: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

vii

Glossary

ADB Asian Development Bank

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BPLHD Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

CRED The Centre for Research on the Epidemiology of Disasters

ENSO El Nino Southern Oscillation

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

KLH Kementerian Lingkungan Hidup

MoE Ministry of Environment (Kementerian Lingkungan Hidup)

OFDA Office of Foreign Disaster Assistance

Page 8: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

viii

Daftar Isi

PENGANTAR ......................................................................................................... iii

SAMBUTAN............................................................................................................ v

Glossary ............................................................................................................... vii

Daftar Isi .............................................................................................................. viii

Daftar Gambar ......................................................................................................... ix

Daftar Tabel.............................................................................................................. x

Bab 1. Pendahuluan .................................................................................................. 1

Bab 2. Lingkup Pedoman .......................................................................................... 3

Bab 3. Potensi Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim .......................................... 5

Bab 4. Metodologi Penilaian Dampak Perubahan Iklim ........................................... 11

4.1. Dampak Sosial ...................................................................................12

4.2. Dampak Ekonomi ..............................................................................14

A. Sektor Pertanian ..........................................................................14

B. Sektor Perikanan Darat ................................................................18

C. Sektor Kesehatan ........................................................................21

D. Sektor Penyediaan Air Bersih ......................................................24

4.3. Penilaian Dampak Untuk Prediksi Banjir dan Kekeringan ...................25

Penutup ............................................................................................................... 26

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 27

LAMPIRAN ........................................................................................................... 28

Lampiran 1. Kuisioner Individu ............................................................................... 29

I. Umum ...................................................................................................29

II. Sektor Pertanian ...................................................................................35

III. Sektor Perikanan .................................................................................40

Lampiran 2. Kuisioner Lembaga ............................................................................. 44

Page 9: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

ix

Daftar Gambar

Gambar 1. Jumlah kejadian bencana terkait iklim berdasarkan jenis (atas) dan tahun

kejadian (bawah) ...................................................................................... 6

Gambar 2. Sepuluh kejadian bencana terkait iklim yang mengakibatkan kerugian

ekonomi dan dampak terhadap kehidupan masyarakat. .............................. 7

Gambar 3. Jumlah kejadian kekeringan dan luas kerusakan yang diakibatkannya

periode tahun 2003-2011. ......................................................................... 8

Gambar 4. Jumlah dampak kejadian banjir di Kabupaten Bandung ............................ 9

Page 10: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

x

Daftar Tabel

Tabel 1. Informasi kejadian El Nino (E), Normal (N), dan La Nina di Indramayu mulai

tahun 1990 .................................................................................................11

Tabel 2. Contoh tabulasi dampak sosial terhadap individu dan komunal ....................13

Tabel 3. Informasi yang diperlukan untuk penilaian dampak perubahan iklim ...........14

Tabel 4. Contoh informasi yang diperlukan untuk penilaian dampak pada sektor

perikanan ...................................................................................................19

Tabel 5. Contoh informasi yang diperlukan untuk budidaya perikanan ......................19

Tabel 6. Contoh informasi yang diperlukan untuk perhitungan dampak pada sektor

kesehatan ...................................................................................................22

Tabel 7. Contoh perhitungan biaya tambahan yang diperlukan untuk menyediakan air

bersih ketika terjadi banjir ..........................................................................24

Page 11: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

1

Bab 1. Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir ini dampak perubahan iklim telah menjadi

perhatian dunia (IPCC 2007). Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji dampak

perubahan iklim pada berbagai sektor ekonomi terutama sektor-sektor yang rentan

terhadap variabilitas iklim. Sektor-sektor yang diindikasikan sensitif terhadap dampak

perubahan iklim adalah pertanian dan sumberdaya air. Kajian dampak perubahan iklim

dalam skala global menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat berdampak negatif bagi

produksi pertanian dunia. Dampak negatif tersebut terutama dirasakan oleh daerah-

daerah tropis yang berlokasi dekat equator (Cline 2007).

Untuk Indonesia, dampak perubahan iklim diindikasikan dengan adanya

pergeseran musim dan perubahan pola hujan di berbagai daerah di Indonesia contohnya

Sumatra dan Jawa (MoE 2007). Adanya perubahan pola curah hujan musiman tersebut

disinyalir dapat berdampak pada kejadian bencana terkait iklim seperti kering dan banjir. Perubahan musim kemarau yang menjadi lebih panjang dapat menyebabkan

kekeringan, sementara intensitas curah hujan yang meningkat pada musim hujan dapat

berpotensi meningkatkan kejadian banjir pada berbagai daerah di Indonesia. Dalam

empat dekade terakhir ini dilaporkan bahwa frekuensi kejadian kekeringan di Indonesia

meningkat (Boer and Subbiah 2005).

Kejadian banjir diberbagai daerah di Indonesia juga dilaporkan menjadi

semakin sering terjadi dengan 530 kejadian banjir terjadi pada periode 2001-2004

(MoE 2007). Adanya perubahan pola hujan musiman yang berpotensi mengakibatkan

bercana terkait iklim tersebut disinyalir terkait dengan peningkatan frequensi kejadian

ENSO (El-Nino-Southern Oscillation) atau yang dikenal dengan El Nino and La Nina

di Indonesia. Timmermann et al. (1999) melaporkan bahwa pemanasan global dapat berdampak pada meningkatnya frekuensi kejadian ENSO.

Selanjutnya kejadian kekeringan dan banjir tersebut dapat mempengaruhi

sistem pertanian dan ketersedian sumberdaya air di berbagai daerah di Indonesia.

Terjadinya kekeringan dapat berakibat pada kegagalan panen dan krisis air bersih.

Contohnya, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras pada tahun 1991 dan satu

juta ton beras pada tahun 1994 (KLH, 1998) dimana tahun-tahun tersebut diindikasikan

merupakan tahun dengan kejadian El Nino cukup kuat. Terganggunya ketersediaan air

dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan pada

suatu daerah. Setiap rumah tangga dan industri memerlukan air bersih untuk berbagai

keperluan sehari-hari. Sektor pertanian juga memerlukan air untuk keperluan irigasi.

Fluktuasi ketersediaan air tersebut juga dapat berpengaruh pada sektor industri

perikanan darat. Kejadian kering dan banjir diperkirakan dapat merugikan petani ikan dikarenakan menurunnya produksi panen.

Peningkatan suhu udara terkait pemanasan global dan pola curah hujan yang

tidak teratur dengan intensitas hujan yang diperkirakan meningkat di Indonesia,

diperkirakan dapat berdampak pada kejadian penyakit tular vektor seperti demam

berdarah dengue (DBD) dan malaria. Kondisi ini dikarenakan kelembaban yang tinggi

Page 12: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

2

dikombinasikan dengan suhu tinggi sangat mendukung siklus kehidupan vektor

pembawa penyakit. Kejadian diare juga dapat meninngkat dikarenakan berkurangnya suplai air bersih yang dapat berdampak pada pola kehidupan yang tidak sehat.

Dengan mempertimbangkan potensi dampak perubahan iklim pada berbagai

sektor tersebut, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) menekankan perlunya penilaian

dampak sosial-ekonomi perubahan iklim pada berbagai sektor. Penilaian ini diperlukan

untuk mengestimasi potensi kerugian yang dapat diakibatkan dari kejadian bencana

terkait iklim yang frekuensinya dapat meningkat dikarenakan adanya perubahan iklim

global. Estimasi nilai sosial dan ekonomi kerugian tersebut akan bermanfaat untuk

memberikan dorongan kepada para pihak di Indonesia untuk melakukan upaya adaptasi

perubahan iklim dalam rangka mengurangi potensi kerugian yang mungkin terjadi.

Page 13: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

3

Bab 2. Lingkup Pedoman

Secara umum perubahan iklim memiliki dampak kontinu, diskontinu dan

permanen. Pada pedoman ini, dampak diskontinu yaitu kejadian banjir dan kekeringan

yang diperkirakan akan meningkat akibat perubahan iklim dipergunakan dalam

penyusunan pedoman. Pedoman disusun berdasarkan penelusuran pustaka berkaitan

dengan dampak perubahan iklim di Indonesia dan teknik pengkajian dampak ekonomi

perubahan iklim serta indikator-indikator yang potensial digunakan untuk pengkajian

dampak perubahan iklim pada berbagai sektor. Tahapan berikutnya diarahkan untuk

menentukan sektor-sektor yang dinilai berpotensi rentan terhadap kejadian iklim

berdasarkan studi literatur dan pengalaman tim dalam melakukan kajian dampak

perubahan iklim. Tahapan selanjutnya adalah menjabarkan mekanisme pengumpulan

data yang diperlukan untuk menghitung nilai kerugian ekonomi bencana terkait iklim

sebagai sebuah pendekatan untuk suatu wilayah di Indonesia. Berlandaskan pada tujuan utama dari kegiatan ini yaitu penyusunan pedoman perhitungan dampak sosial-

ekonomi perubahan iklim, contoh wilayah kajian diambil untuk memberikan sebuah

ilustrasi dalam menggunakan metoda yang disusun. Berdasarkan hasil berbagai tahapan

diatas disepakati untuk menyusun pedoman penilaian dampak ekonomi perubahan

iklim terhadap sektor pertanian, perikanan darat, sumberdaya air bersih, dan

kesehatan. Selanjutnya, untuk empat sektor tersebut, dilakukan evaluasi mengenai

ketersediaan data dan indikator-indikator yang dapat digunakan untuk penyusunan

pedoman penilaian dampak dari perubahan iklim terhadap sektor-sektor ekonomi

terpilih tersebut. Penulisan pedoman penilaian dampak perubahan iklim dilengkapi

dengan ilustrasi contoh wilayah kajian disusun dalam kotak terpisah untuk memberikan

representasi contoh kerugian akibat dampak perubahan iklim. Pedoman penilaian dampak sosial ekonomi perubahan iklim yang disusun ini

ditujukan untuk dapat digunakan oleh berbagai kalangan terutama dinas terkait seperti

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) di setiap kabupaten kota seluruh

Indonesia, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, dan Dinas Kesehatan. Pedoman dampak

ekonomi untuk kajian lingkungan, diantaranya: 1) Panduan Valuasi Ekonomi

Ekosistem Karst, 2) Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan Untuk

Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, 3) Panduan Valuasi

Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, sudah pernah disusun dan diterbitkan

terlebih dahulu oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Perbedaannya pedoman

penialian dampak sosial ekonomi perubahan iklim ini menekankan perhitungan

dampak berdasarkan kejadian iklim yang dapat mengakibatkan kerugian pada suatu

wilayah. Pedoman ini memberikan gambaran mengenai dampak perubahan iklim yang diasumsikan berkaitan dengan kejadian banjir dan kekeringan akibat kejadian La Nina

dan El Nino. Penilaian dampak ekonomi diberikan secara terpisah untuk kejadian banjir

dan kekeringan. Pedoman disusun secara terstuktur dalam kotak-kotak contoh

perhitungan dengan tujuan untuk memudahkan pengguna dalam memahami metode

perhitungan yang diberikan.

Page 14: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

4

Pedoman penilaian dampak ekonomi yang disusun didesain untuk dapat

digunakan berdasarkan data sekunder dan hasil survey lapang. Oleh karena itu, penggunaannya tidak sebatas pada contoh ilustrasi yang diberikan. Misalnya, dalam

perhitungan dampak ekonomi untuk pertanian dipergunakan sumber bahan pangan

pokok yaitu padi. Untuk wilayah lain dengan bahan pangan pokok berbeda, misalnya

jagung, dapat tetap menggunakan pedoman ini dengan mengikuti metodologi penilaian

yang disusun. Selanjutnya, perlu dipahami, bahwa metode penilaian ekonomi disusun

dalam satuan unit dampak, yaitu rupiah per hektar ((IDR/ha), sehingga pengguna perlu

mendaptakan informasi dampak luasan yang terkena banjir dan kekeringan untuk

menghitung dampaknya dalam suatu kawasan. Penggunaan unit dampak ditujukan agar

pedoman dapat lebih fleksibel dipergunakan untuk wilayah lainnya. Walaupun

pedoman disusun berdasarkan data-data historis, pengguna juga dapat menggunakan

pedoman untuk mengestimasi dampak di masa depan dengan cara memodelkan

kejadian banjir dan keringan berdasarkan fenomena iklim, sehingga lama dan luasan banjir dan kekeringan di masa depan dapat diestimasi. Nilai ekonomi juga dapat

dijustifikasi dengan menggunakan discount factor untuk merepresentasikan nilai

ekonomi pada saat itu (masa depan) dan digunakan dalam analisis biaya manfaat.

Page 15: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

5

Bab 3. Potensi Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim

Sebagaimana dijelaskan diatas, perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan

global akibat dari efek gas rumah kaca merupakan isu lingkungan yang mendapat

perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on

Climate Change) pada tahun 2007 menyatakan bahwa peningkatan suhu global

observasi sejak pertengahan abad ke-20 seiring dengan peningkatan konsentrasi gas

rumah kaca (antropogenic). Berdasarkan 29.000 data observasi, secara umum

diperlihatkan bahwa lebih dari 89% perubahan dalam banyak sistem fisik dan biologis

terjadi sebagai reaksi terhadap pemanasan global.

Akibat dari pemanasan global, banyak penelitian mengindikasikan

peningkatan intensitas dan frekuensi perubahan iklim ekstrim. Salah satu fenomena

umum yang banyak terjadi dan diasosiasikan/dihubungkan dengan perubahan iklim

adalah ENSO (El-Nino Southern Oscillation). Selama beberapa tahun fenomena ini makin sering terjadi seiring dengan perubahan suhu global tahunan yang terus

meningkat (Hansen et al., 2006). Hal ini mengindikasikan/menandakan bahwa kejadian

iklim ekstrim yang berhubungan dengan El Niño juga semakin meningkat. Di

Indonesia, dalam 46 kejadian kekeringan, 30 diantaranya terjadi sekitar tahun 1844 –

1960 (dalam 117 tahun), dan 16 lainnya terjadi sekitar tahun 1961-2006 (dalam 46

tahun), lebih dari 75% kejadian kekeringan tersebut dihubungkan dengan El-Nino

(Boer and Subbiah, 2005). Banjir juga menjadi semakin sering kejadian. Selama

periode 2001-2004, sekitar 530 banjir terjadi di banyak provinsi di Indonesia. Dalam

periode tersebut, terlihat peningkatan kejadian banjir.

Berdasarkan data dari OFDA/CRED Database Bencana International (2007),

dari 1907-2007, bencana alam yang terjadi di Indonesia, 345 diantaranya dikategorikan sebagai bencana alam global. Sekitar 60% kejadian yang berhubungan dengan iklim,

umumnya banjir, diikuti dengan longsor, penyakit (vektor penyakit), badai angin,

kebakaran hujan, banjir bandang, dan pasang naik (Gambar 1-kiri). Fakta yang menarik

adalah bahwa kejadian iklim sejak pertama tercatat pada tahun 1953 menunjukkan

kondisi semakin sering terjadi setelah 1980an (Gambar 1-kanan). Peningkatan

frekuensi dan intensitas kejadian bencana alam dapat menyebabkan kerugian sosial-

ekonomi. Sebagaimana diketahui, kejadian kekeringan dan banjir dapat berakibat pada

kondisi sosial-ekonomi. Sebagai gambaran, kerugian ekonomi akibat bencana terkait

iklim sejak tahun 2007 dapat mencapai jutaan US dollar dan mempengaruhi kehidupan

jutaan manusia (Gambar 2).

Page 16: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

6

Gambar 1. Jumlah kejadian bencana terkait iklim berdasarkan jenis (atas) dan tahun kejadian (bawah). (Sumber: OFDA/CRED International Disaster

Database, 2007)

0

2

4

6

8

10

12

14

1950

1955

1960

1965

1970

1975

1980

1985

1990

1995

2000

2005

Num

ber o

f Clim

ate-

Rel

ated

.

Haz

ards

Jum

lah Kejadian

Ben

cana

terkait Iklim

Page 17: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

7

Gambar 2. Sepuluh kejadian bencana terkait iklim yang mengakibatkan kerugian

ekonomi dan dampak terhadap kehidupan masyarakat. (Sumber:

OFDA/CRED International Disaster Database, 2007)

Page 18: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

8

Kejadian bencana iklim terkait ENSO juga berdampak pada kejadian berbagai

penyakit, seperti: malaria, DBD, diare, kolera dan penyakit berbasis vector lainnya. Di Indonesia, penyakit DBD (dengue) diindikasikan meningkat terutama pada saat

kejadian La Nina ketika curah hujan diatas normal. Kondisi tersebut juga ditemui pada

berbagai kota besar terutama di Jawa. Selanjutnya, kejadian kekeringan dan banjir juga

dilaporkan akan mengakibatkan luas kerusakan lahan dan berbagai dampak lainnya.

Sebagai contoh kasus untuk beberapa daerah di Jawa Barat, kekerigan berdampak besar

terhadap luasan daerah di Kabupaten Bandung (Gambar 3). Kejadian banjir juga

dilaporkan akan berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat, misalnya: adanya

jumlah pengungsi dan penderita (Gambar 4).

Gambar 3. Jumlah kejadian kekeringan dan luas kerusakan yang diakibatkannya periode tahun 2003-2011. (sumber: dibi.bnpb.go.id)

Page 19: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

9

Gambar 4. Jumlah dampak kejadian banjir di Kabupaten Bandung

Kelompok yang paling menderita akibat kejadian bencana alam adalah

kelompok dengan penghasilan rendah. Kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap

perubahan iklim ekstrim sangat terbatas dikarenakan keterbatasa akses terhadap sumber

daya iklim dan teknologi. Akibatnya, ketergantungan mereka pada pemerintah akan semakin meningkat di masa depan dengan asumsi kejadian terkait iklim diperkirakan

akan meningkat. Sebagai contoh, Provinsi NTT, merupakan daerah yang sangat rentan

pada kejadian kekeringan, banyak petani mengalami kegagalan panen akibat

kekeringan pada El-Nino 2006/07. Sebagai akibatnya, pada tahun tersebut sumber

pendapatan sebagian besar berasal dari bantuan pemerintah,. Banyak petani yang harus

menjual ternaknya ataupun bekerja sebagai buruh untuk mendapatkan tambahan

pendapatan. Di Indramayu, kejadian kekeringan terkait El Nino 2003 mengakibatkan

gagal panen yang relatif besar. Pada saat itu, banyak keluarga yang tidak dapat

mencukupi kebutuhan pangannya yang meningkat meningkat sekitar 14% bila

dibandingkan dengan tahun-tahun normal (Boer et al., 2004).

Studi-studi yang mempelajari pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi

sosial-ekonomi di Indonesia masih sangat terbatas. Namun demikian, dari studi global terindikasi/terlihat bahwa tanpa peningkatan kapasitas adaptasi, pada 2050 kerugian

ekonomi dapat mencapai 300 miliar USD per tahun. Saat ini kerugian ekonomi berkisar

antara 50-100 miliar USD per tahun (SEI, IUCN, IISD, 2001). Sebagai tambahan,

Oxfam (2007b) menyatakan bahwa risiko-risiko iklim di masa depan akan menghambat

kemampuan sebuah Negara untuk mencapai tujuan utama dari perkembangan

negaranya. Sebagai contoh untuk Indonesia, Boer et al. (2009) memperkirakan

produksi padi di Jawa akan berkurang sebesar lima juta ton pada tahun 2025 dan

Page 20: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

10

sebanyak sepuluh juta ton pada tahun 2050 dikarenakan konversi lahan dan perubahan

iklim. Untuk kajian dampak perubahan iklim, pemerintah Indonesia sudah merangkum dampak perubahan iklim dan kerentanannya yang dirilis oleh Kementrian Lingkungan

Hidup (MoE 2007). Walaupun demikian, penilaian ekonomi dari dampak tersebut

masih belum dimasukkan.

Page 21: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

11

Bab 4. Metodologi Penilaian Dampak Perubahan Iklim

Sebagaimana dijelaskan diatas, pedoman penilaian potensi dampak perubahan

iklim disusun dengan pendekatan nilai dampak dari kejadian bencana terkait iklim

yaitu kekeringan dan banjir yang terjadi di Indonesia. Pendekatan ini dilakukan

mengingat fenomena iklim yaitu El Nino dan La Nina diindikasi mempengaruhi

kejadian dan curah (intensitas) hujan di Indonesia. Sementara frekuensi El Nino dan La

Nina diperkirakan akan meningkat dikarenakan perubahan iklim. Untuk Indonesia,

secara umum, fenomena El Nino berdampak pada penurunan kejadian dan curah

(intensitas) hujan yang dapat berakibat pada kekeringan, sementara La Nina berdampak

pada peningkatan kejadian dan curah (intensitas) hujan yang dapat mengakibatkan

banjir. Asumsi juga dilakukan dengan pertimbangan kompleksitas dari penilaian sosial-

ekonomi dampak perubahan iklim pada berbagai sektor terpilih, yaitu: pertanian,

perikanan, kesehatan dan sumberdaya air bersih. Dengan asumsi tersebut, penilaian dampak dapat dilakukan berdasarkan informasi kerugian yang ditimbulkan akibat

kejadian banjir dan kering pada masing-masing sektor yang terjadi pada suatu daerah.

Penyusunan pedoman ini juga ditujukan agar penilaian dapat dilakukan berdasarkan

informasi yang dapat diperoleh melalui survey lapang ataupun data sekunder untuk

suatu daerah.

Memahami asumsi yang dipergunakan dalam pedoman yang disusun,

informasi mengenai kejadian El Nino dan La Nina secara umum, misalnya: tahun-tahun

El Nino dan La Nina, diperlukan dalam proses pemilihan daerah kajian. Sebagai

contoh, daerah Kabupaten Indramayu dipilih dikarenakan kondisi iklim (i.e., curah

hujan) daerah ini sangat dipengaruhi oleh El Nino dan La Nina. Informasi umum

mengenai tahun-tahun kejadian El Nino (E), Normal (N), dan La Nina (L) dapat

ditelusuri seperti digambarkan pada Tabel 1. Selain itu Kabupaten Indramayu juga dikenal sebagai daerah pertanian yang relatif besar di Indonesia.

Tabel 1. Informasi kejadian El Nino (E), Normal (N), dan La Nina di Indramayu mulai

tahun 1990

Tahun 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01

Kejadian N E E E E E N E E L L L

Tahun 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13

Kejadian E E N N E L L E L L L L

Selanjutnya, penilaian dampak untuk setiap sektor terpilih (pertanian,

perikanan, kesehatan dan sumberdaya air bersih) dilakukan secara individual

berdasarkan indikator-indikator untuk masing-masing sektor. Untuk sektor pertanian

indikator yang dipergunakan adalah produksi pangan utama untuk suatu lokasi.

Page 22: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

12

Misalnya: produksi padi merupakan pangan utama di kabupaten Indramayu. Penilaian

kerugian akibat kering atau banjir didasarkan pada dampak kejadian bencana terkait iklim tersebut terhadap produksi padi di Indramayu. Untuk penilaian dampak informasi

terkait biaya produksi padi dan potensi luasan daerah kering atau banjir diperlukan.

Pendekatan yang sama juga dilakukan untuk sektor perikanan dengan mengidentifikasi

budidaya perikanan air tawar utama yang dilakukan pada suatu daerah. Untuk sektor

kesehatan, indikator yang dipergunakan adalah penambahan jumlah kejadian penyakit

yang tercatat pada suatu daerah. Sebagai contoh: untuk kabupaten Indramayu kejadian

banjir disinyalir meningkatkan jumlah penderita diare dan DBD. Untuk sektor

sumberdaya air bersih, indikator yang dipergunakan adalah biaya yang diperlukan

untuk pengolahan air saat kejadian banjir dibandingkan dengan saat kondisi normal.

Untuk indikator sosial dibedakan menjadi dua yaitu dampak bagi individu dan

rumahtangga, dan dampak masyarakat (komunal). Dampak individu dan rumah tangga

berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek kehidupan individu dan rumah tangga akibat terjadinya bencana terkait iklim seperti banjir atau kekeringan.

Contoh indikator yang dapat dipergunakan antara lain : 1) Perubahan pendapatan dan

kemiskinan; 2) Perubahan mata pencaharian; 3) Migrasi. Dampak komunal meliputi

kerusakan yang terjadi pada infrastruktur daerah akibat iklim ekstrim seperti kering

atau banjir antara lain : 1) pengangguran; 2) tindak kejahatan; 3) kelembagaan lokal.

Selengkapnya, pedoman penilaian dampak disertai dengan ilustrasi dengan

menggunakan contoh Kabupaten Indramayu dijabarkan untuk setiap sektor pada bagian

berikut.

4.1. Dampak Sosial Penilaian dampak sosial perubahan iklim dengan pendekatan banjir dan

kekeringan dilakukan dengan menentukan indikator sosial yang perubahannya

dipengaruhi oleh kejadian bencana terkait iklim. Berbeda dengan penilaian dampak

ekonomi (walaupun perubahan indikator ekonomi juga dapat diangggap sebagai bagian

dari indikator sosial di masyarakat dikarenakan dapat berdampak sosial, misal kenaikan

biaya penyediaan air bersih), dampak sosial tidak dikuantifikasi dalam bentuk angka-

angka. Langkah ini diambil dengan pertimbangan dampak sosial merupakan proses

yang terjadi dan berlangsung terus menerus sehingga dampak yang dirasakan umumnya

tidak terjadi serta merta saat terjadi kejadian bencana, namun seringkali merupakan akumulasi dari berbagai kejadian yang terjadi. Contoh dampak sosial yang dapat terjadi

akibat kejadian iklim misal kekeringan atau banjir adalah migrasi. Perilaku migrasi

tidak langsung dilakukan saat terjadi kejadian iklim namun merupakan tindakan yang

dilakukan untuk mengatasi berbagai persoalan akibat kejadian iklim. Indikator lainnya

adalah kemungkinan berubahnya mata pencaharian, meningkatnya jumlah kemiskinan

dan masyarakat yang memerlukan bantuan pemerintah. Dalam konteks ini, penilaian

dampak sosial dapat dilakukan dengan membuat tabel checklist mengenai dampak yang

terjadi pada individu/rumahtangga maupun masyarakat. Adapun indikator sosial yang

Page 23: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

13

dipergunakan dapat bekembang sesuai dengan diskusi dilapangan. Untuk kasus

Indramayu, tabel disajikan sebagai berikut.

Tabel 2. Contoh tabulasi dampak sosial terhadap individu dan komunal

Keterangan Individu Komunal

Penurunan Pendapatan √

Kehilangan Pekerjaan √

Kehilangan Pemukiman √

Perubahan Mata Pencaharian √

Kesulitan sumber daya air √

Kesulitan Pangan √

Migrasi √ √

Rusaknya pasar/ lokasi usaha √

Rusaknya rumahsakit/puskesmas √

Rusaknya Saran pendidikan √

Rusaknya Jalan v

Meningkatnya Penggangguran √ √

Meningkatnya Kejahatan √

Kepercayaan masyarakat

(meningkat/ menurun) Menurun

Kelembagaan lokal (Menguat/

Merenggang Menguat

*Catatan: checklist dilakukan berdasarkan informasi survey ataupun diskusi di daerah

kajian (contoh: Kab. Indramayu). Informasi tambahan bila dimungkinkan dapat digali

misalnya: jumlah individu, keluarga ataupun kelompok masyarakat yang mengalami berbagai dampak tersebut.

Page 24: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

14

4.2. Dampak Ekonomi

A. Sektor Pertanian1 Perhitungan dampak ekonomi pada saat kekeringan atau banjir untuk sektor

pertanian dibedakan menajdi dua bagian, yaitu: perhitungan nilai dampak untuk setiap

satuan luasan produksi pertanaman (unit loss) dan untuk daerah kajian (regional loss).

Sebagai ilustrasi, dengan mengambil contoh produksi padi di Kabupaten Indramayu,

informasi mengenai biaya produksi dan estimasi nilai ekonomi produksi untuk musim

tanam pada saat musim hujan dan kemarau berdasarkan hasil survey dan studi

sebelumnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Informasi yang diperlukan untuk penilaian dampak perubahan iklim

Informasi Unit Nilai

Harga Beras IDR/kg 2400

Hasil Tanaman Padi

Musim Hujan Ton/ha 7.34

Musim Kering Ton/ha 6.73

Nilai Produksi

Musim Hujan IDR/ha 17.616.000

Musim Kemarau IDR/ha 16.148.000

Biaya Produksi

Persemaian IDR/ha 2.000.000

Pemeliharaan IDR/ha 2.500.000

Pemanenan IDR/ha 1.500.000

* Contoh kasus biaya dan nilai produksi padi untuk kabupaten Indramayu

Perhitungan kerugian yang terjadi untuk satu satuan lahan pertanaman (unit loss) didasarkan pada kapan terjadinya kering atau banjir pada proses pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Untuk kejadian kering atau banjir apabila penanaman masih

dapat dilakukan kembali maka kerugian sebesar biaya produksi yang sudah

dikeluarkan. Terutama apabila kejadian kering atau banjir pada saat awal penanaman

(persemaian atau awal pemeliharaan). Namun, peluang penanaman kembali setelah

kejadian banjir memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan setelah kejadian

kekeringan mengingat kondisi ketersediaan air tanah. Oleh karena itu dapat

diasumsikan pada saat kekeringan penanaman kembali akan sulit dilakukan. Sehingga

untuk kejadian kekeringan kerugiannya dihitung dengan cara mengurangi nilai total

produksi (Harga * Hasil Tanaman) tergantung dari musim tanamnya dengan

menggunakan asumsi sebagai berikut.

1 Metode perhitungan dampak ekonomi dapat digunakan untuk semua produk pertanian lain seperti palawija

disesuaikan dengan temuan di lapangan berdasarkan hasil survey.

Page 25: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

15

a. > 25 hari berturut-turut: seluruh tanaman padi akan rusak

b. 15-25 hari: hasil akan berkurang sekitar 50% c. 10-15 hari: hasil akan berkurang sekitar 25%

d. <10 hari: tidak berpengaruh

Berdasarkan asumsi diatas, pertambahan persentase total kerugian untuk setiap hari

kekeringan untuk panjang kekeringan antara 10 sampai 25 hari adalah sebesar

1,667%/hari. Angka tersebut diperoleh dengan membagi selisih persentase dan hari

antara point b dan c diatas (25%/15 hari).

Sementara untuk total kerugian akibat banjir dengan asumsi penanaman kembali dapat dilakukan dan banjir lebih dari 5 hari (dibawah 5 hari kejadian banjir tidak berpengaruh

terhadap tanaman)

Saat periode persemaian

= Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan persemaian

= IDR 2.000.000

Saat periode pemeliharaan

= Biaya yang dikeluarkan untuk persemaian dan pemeliharaan

= IDR 2.000.000 + IDR 2.500.000

= IDR 4.500.000

Perhitungan kerugian untuk banjir diatas saat periode pemanenan tidak

dilakukan mengingat jarak yang terlalu dekat dengan periode penanaman masa tanam

berikutnya. Peluang penanaman kembali juga akan lebih besar pada saat periode

persemaian dibandingkan periode pemeliharaan. Konfirmasi dapat dilakukan

berdasarkan kondisi daerah kajian. Nilai perhitugan diatas diberikan hanya sebagai

ilustrasi. Apabila banjir terjadi pada saat panen, sehingga penanaman kembali tidak

Contoh 1. Kerugian Saat Kekeringan Terjadi Saat Panen Memasuki Musim

Kemarau (Informasi Lihat Tabel 3.)

Kekeringan yang terjadi selama 15 hari berturut-turut

Nilai produksi = harga * hasil tanaman = IDR 16.148.000,-

Pengurangan hasil akibat kekeringan = 25% + 1,667%/hari*(15-10 hari)

= 33.34%

Nilai kerugian = IDR 16,148,000 * 33.34%

= IDR 5.383.743,- / ha

Page 26: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

16

dapat dilakukan, total kerugian sebesar dengan nilai produksi padi sebagaimana

ilustrasi berikut.

Setelah diperoleh nilai perhitungan untuk setiap luasan unit pertanaman (unit

loss), total kerugian untuk suatu kawasan dapat dihitung. Untuk keperluan perhitungan,

perlu diperhatikan perbedaan mendasar untuk asumsi antara banjir dan kekeringan pada luasan daerah yang terkena dampak dari kejadian bencana terkait iklim tersebut. Untuk

kekeringan, luasan lahan pertanian yang ditanami pada saat kejadian kekeringan

berlangsung diasumsikan seluruhnya mengalami kerusakan. Sementara, untuk kejadian

banjir, dampaknya hanya dirasakan pada daerah-daerah rawan banjir saja, sehingga

informasi luasan daerah rawan banjir diperlukan. Informasi luasan daerah pertanaman

padi tersebut diperlukan terutama untuk menghitung kerugian ekonomi suatu kawasan

(regional loss). Sebagai contoh, kekeringan selama 15 hari dalam ilustrasi diatas terjadi

dan mengakibatkan penanaman kembali tidak dapat dilakukan. Total kerugian untuk

daerah kajian (contoh: Kabupaten Indramayu) adalah sebesar luasan pertanaman pada

saat kejadian kekeringan tersebut. Informasi berdasarkan survey luasan kekeringan

jelas diperlukan. Apabila informasi tidak tersedia atau untuk keperluan perhitungan potensi kerugian dimasa depan, maka luasan pertanaman perlu diperkirakan

berdasarkan fraksi luasan pertanaman dari total luas kawasan yang diperuntukan untuk

pertanaman komoditas tersebut (misal: padi). Pola pertanaman pada suatu daerah juga

diperlukan untuk memperkirakan luasan daerah pertanaman komoditas tersebut.

Sebagai contoh untuk pola pertanaman padi-padi-dan bera (RRF) di

Indramayu pada saat kekeringan 15 hari terjadi sekitar awal April sampai pertengahan

bulan April dengan penanaman kembali untuk musim tersebut tidak dimungkinkan

maka kerugian total untuk kawasan tersebut dengan asumsi sekitar 60% dari total

luasan daerah pertanaman padi seluas 60.000 ha (untuk Kabupaten Indramayu sebagai

contoh) setara dengan kerugian per unit luasan dikalikan dengan luasan pertanaman.

Contoh 2. Kerugian Saat Banjir di Musim Tanam Pada Musim Hujan dan Panen

Gagal(Informasi Lihat Tabel 3.)

Nilai produksi = harga * hasil tanaman = IDR 17.616.000,-

Nilai kerugian = nilai produksi = IDR 17.616.000,- / ha

Page 27: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

17

Untuk kejadian banjir, perhitungan total kerugian untuk suatu daerah kajian

memerlukan informasi luasan daerah rawan banjir, kemudian dihitungan dengan fraksi

dari total luasan yang terkena banjir berdasarkan lamanya periode genangan banjir.

Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. > 25 hari berturut-turut: merusak total daerah rentan banjir

b. 15-25 hari berturut-turut: hanya merusak 20/30 * total daerah rentan banjir

c. 5-15 hari berturut-turut: hanya mempengaruhi 10/30 * total daerah rentan banjir

d. <5 hari berturut-turut: tidak berpengaruh

Dengan menggunakan asumsi di atas, tambahan persentase kerugian untuk

setiap hari banjir bila panjang hari banjir antara 5 sampai 25 hari adalah sebesar

1,667%/hari. Angka tersebut diperoleh dengan membagi selisih persentase dan hari

pada point b dan c (33.34%/20 hari). Asumsi-asumsi untuk perhitungan pertanian ini

dikembangkan berdasarkan informasi yang diterima untuk daerah Indramayu. Sebagai

ilustrasi, melanjutkan contoh diatas, total kerugian saat terjadi banjir selama 25 hari

pada saat awal pemeliharaan dan penanaman kembali masih dapat dilakukan dengan total daerah rentan banjir sebesar 22.762 ha adalah sebagai berikut :

Contoh 3. Total Kerugian Saat Kekeringan Untuk Kawasan (Mengacu Pada Contoh 1.)

Kekeringan yang terjadi selama 15 hari berturut-turut

Nilai produksi = harga * hasil tanaman

= IDR 16.148.000,-

Pengurangan hasil akibat kekeringan = 25% + 1,667%/hari*(15-10 hari)

= 33.34%

Nilai kerugian = IDR 16,148,000 * 33.34% = IDR 5.383.743,- / ha

Total kerugian untuk daerah = IDR 5.383.743,- / ha (60%*60.000 ha)

= IDR 193.814.748.000,-

Page 28: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

18

B. Sektor Perikanan Darat

Metode penilaian dampak ekonomi untuk sektor perikanan hampir sama

dengan metode yang dipergunakan untuk sektor pertanian. Perhitungan dilakukan

dengan menetapkan komoditas utama untuk daerah kajian. Untuk contoh Indramayu,

budidaya ikan bandeng dan udang merupakan komoditas utama. Oleh karena itu

informasi mengenai produksi perikanan untuk kedua komoditas tersebut, harga produk, luasan daerah rawan banjir (Tabel 4) diperlukan untuk perhitungan kerugian yang

mungkin ditimbulkan saat terjadi bencana terkait iklim.

Sedikit berbeda dengan sektor pertanian, kejadian kekeringan tidak

berrdampak nyata terhadap budidaya perikanan. Untuk daerah contoh yaitu kabupaten

Indramayu, pada saat kekeringan petani ikan akan melakukan pemanenan apabila

dirasakan air tidak mencukupi dan tidak akan melakukan penanaman kembali.

Selanjutnya, berdasarkan informasi kajian yang dilakukan oleh Colenco dan Indrakarya

(2000), penuruan debit air saat kekeringan berlangsung yang mempengaruhi kualitas

air (misalnya meningkatnya salinitas) tidak terlihat secara nyata mempengaruhi

produktivitas sektor perikanan. Walaupun demikian, apabila untuk daerah lain

diperoleh informasi lain bahwa kekeringan berpengaruh nyata terhadap produktivitas

perikanan, maka perhitungan kerugian dapat dilakukan dengan mengacu pada perhitungan kerugian sektor pertanian diatas atau sektor perikanan pada saat terjadi

banjir yang akan dijabarkan sebagai berikut.

Untuk kejadian banjir, jumlah hari banjir dan debitnya berdampak pada kerugian

produksi perikanan. Sebagai contoh untuk daerah kajian, saat banjir terjadi lebih dari

15 hari dengan kecepatan debit aliran diatas 50 m3/dt, perikanan yang dibudidayakan

pada kawasan rentan banjir akan habis disapu banjir. Adapun total kerugiannya

Contoh 4. Total Kerugian Daerah Saat Banjir di Periode Penanaman

Saat periode pemeliharaan

= Biaya yang dikeluarkan untuk persemaian dan pemeliharaan

= IDR 2.000.000 + IDR 2.500.000 = IDR 4.500.000 /ha

Luas daerah terkena banjir

= persentase luasan banjir *total daerah rentan banjir

= 20/30 * 22.762 ha

= 15.174,67 ha

Total kerugian daerah

= total biaya*luas daerah terkena banjir

= IDR 4.500.000/ha*15.174,67 ha

= IDR 68.286.015.000,-

Page 29: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

19

tergantung pada tahapan proses budidaya perikanan di suatu kawasan. Sebagai contoh

proses budidaya dibagi menjadi tiga tahap untuk Kabupaten Indramayu dengan biaya untuk setiap tahapan dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 4. Contoh informasi yang diperlukan untuk penilaian dampak pada sektor

perikanan

Informasi dan Data Unit Nilai

Harga

Udang IDR/kg 55.000

Ikan Bandeng IDR/kg 9.000

Hasil

Udang

o Extensive kg/ha 80

o Semi Intensive kg/ha 800

Ikan Bandeng kg/ha 1.500

Nilai Produksi

Udang -

o Extensive IDR/ha 4.400.000

o Semi Intensive IDR/ha 44.000.000

Ikan Bandeng IDR/ha 13.500.000

Total Pengeluaran

Udang

o Extensive IDR/ha 1.923.000

o Semi Intensive IDR/ha 10.603.000

Ikan Bandeng IDR/ha 4.040.000

Total Luas untuk Produksi Perikanan Ha 22.976,67

Area Perikanan yang terkena Banjir Ha 1.119

*angka-angka dalam tabel adalah contoh Informasi produksi perikanan untuk Kabupaten Indramayu

Tabel 5. Contoh informasi yang diperlukan untuk budidaya perikanan

Komoditas Unit Biaya produksi

Persemaian Pemeliharaan Pemanenan

Udang

(Extensive) IDR/ha 1.282.000 341.867 299.133

Udang (Semi

Intensive) IDR/ha 7.068.667 1.884.978 1.649.356

Ikan Bandeng IDR/ha 2.630.698 751.628 657.674

* Contoh biaya produksi untuk udang dan bandeng di Indramayu

Page 30: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

20

Penilaian kerugian pada saat kejadian banjir dilakukan dalam dua tahapan

yaitu perhitungan kerugian untuk setiap luasan (unit loss) dan untuk suatu kawasan yang rentan banjir. Asumsi yang dipergunakan adalah apabila banjir terjadi pada saat

persemaian, maka kerugian setara dengar besarnya biaya yang sudah dikeluarkan untuk

persemaian pada masing-masing komoditas. Selanjutnya, informasi luasan daerah yang

dipergunakan untuk budidaya masing-masing komoditi diperlukan agar dapat dihitung

total biaya produksi yang sudah dikeluarkan untuk sektor perikanan. Selanjutnya,

luasan daerah yang terkena dampak banjir adalah daerah yang rawan banjir. Sebagai

contoh untuk daerah Indramayu luasan tersebut sebesar 1.119 ha. Sehingga total

kerugian adalah jumlah biaya produksi masing-masing komoditas dikalikan dengan

luasan kawasan yang dipergunakan untuk budidaya perikanan tersebut. Untuk daerah

contoh kajian diasumsikan luasan yang dipergunakan untuk budidaya udang semi

intensive dan extensive adalah 75% dan 15%, serta ikan bandeng adalah 10%. Ilustrasi

kerugian pada saat terjadi banjir lebih dari 15 hari pada daerah kawasan banjir saat masa persemaian dan memungkinkan untuk penanaman kemabli adalah sebagai

berikut. Untuk contoh Indramayu, para petani biasanya memulai budidaya udang pada

bulan Maret, Juli dan November dan panen pada bulan Juni, Oktober dan Februari.

Selanjutnya, apabila kejadian banjir terjadi setelah persemaian dan penanaman

kembali tidak dimungkinkan untuk masa tanam tersebut, maka total kerugian adalah

sejumlah nilai produksi masing-masing komoditas perikanan, yaitu: produksi * harga.

Sebagai ilustrasi menggunakan Tabel 4 dapat dihitung potensi kerugian saat banjir

Contoh 5. Penilaian Dampak Ekonomi Sektor Perikanan Akibat Banjir Saat Persemaian dengan Penanaman Kembali dimungkinkan di Indramayu

(Lihat Tabel 3 dan 4)

Luas kawasan rawan banjir = 1.119 ha

Total biaya persemaian (udang extensive) = IDR 1.282.000*1.119 ha*15%

= IDR 215.183.700,-

Total biaya persemaian (udang semi intensive) = IDR 7.068.667*1.119 ha*75% = IDR 5.932.378.780,-

Total biaya persemaian (bandeng) =IDR 2.630.698*1.119 ha*10%

= IDR 294.375.106,-

Total kerugian kawasan = IDR 6.441.937.586,-

Page 31: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

21

melanda seluruh kawasan rawan banjir dan semua komoditas ikan yang dibudidayakan

hanyut terbawa banjir sebagai berikut.

C. Sektor Kesehatan

Penilaian dampak ekonomi untuk sektor kesehatan didasarkan pada indikator

tambahan penderita untuk penyakit utama yang diindikasi bertambah dikarenakan

kejadian bencana terkait iklim. Dengan mengambil contoh Indramayu, teridentifikasi

adanya tambahan penderita untuk dua penyakit pada saat kejadian banjir tahun 2007 di Indramayu, yaitu DBD dan diare. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 6.

Perhitungan kerugian akibat banjir pada sektor kesehatan dilakukan dengan

menggunakan persamaan berikut.

Kerugian ekonomi untuk penyakit = (Lp/Jm) * Tp * P

dimana: Lp = lama penyakit per minggu

Jm = jumlah minggu per tahun

Tp = tambahan penderita per hari banjir

P = PDB per kapita per tahun

Kerugian ekonomi untuk kematian = Rk * Tk * Pn * P

dimana: Rk = rasio kematian per 100 kejadian Tk = tambahan kejadian kematian per hari banjir

Pn = periode normal untuk bekerja selama hidup

P = PDB per kapita per tahun

Periode Normal untuk bekerja selama hidup = usia pensiun bekerja - usia awal

bekerja

Contoh 6. Penilaian Dampak Ekonomi Sektor Perikanan Akibat Banjir dengan

Penanaman Kembali Tidak Dimungkinkan di IndramayuLihat Tabel 4

Luas kawasan rawan banjir: 1.119 ha

Total nilai produksi (udang extensive) = IDR 4.400.000,-*1.119 ha*15%

= IDR 738.540.000,-

Total nilai produksi (semi intensive) = IDR 44.000.000,-*1.119 ha*75%

= IDR 36.927.000.000,-

Total nilai produksi (bandeng) = IDR 13,500.000,-*1.119 ha*10%

= IDR 1.510.650.000,-

Total kerugian kawasan = IDR 39.176.190.000,-

Page 32: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

22

Tabel 6. Contoh informasi yang diperlukan untuk perhitungan dampak pada sektor

kesehatan

Informasi Unit Nilai

Tambahan kejadian DBD**** Kasus 200

Rata-rata hari banjir Hari 10

Tambahan penderita per hari banjir kasus/hari 20

Perbandingan antara kematian per 100

kejadian DBD % 4.36**

Lama penyakit dalam kasus DBD Minggu 4

Tambahan kejadian diare Kasus 3,999

Rata-rata hari banjir Hari 10

Tambahan penderita per hari banjir kasus/hari 399

Lama penyakit dalam kasus diare Minggu 1**

PDB per tahun

2008 (based on IMF/EIU forecast)*** IDR/percapita 17,956,450

* Contoh tambahan penderita DBD dan Diarrhea saat banjir 2007 dibandingkan saat

normal di Indramayu

** Berdasarkan Murray and Lopez (1996)

*** Nilai GDP dipilih sebagai ilustrasi dan mempertimbangkan kejadian banjir tahun

2007

****Tambahan kejadian DBD merupakan jumlah kasus DBD yang terjadi saat

kejadian banjir

Sebagaimana dijelaskan diatas, perhitungan kerugian untuk sektor kesehatan

dibagi menjadi dua bagian yaitu perhitungan kerugian akibat penyakit dan kerugian akibat kematian. Contoh perhitungan kerugian untuk contoh daerah kajian Kabupaten

Indramayu masing-masing untuk DBD dan diare dengan asumsi kejadian banjir selama

10 hari adalah sebagai berikut:

Page 33: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

23

Contoh 7. Perhitungan untuk DBD di Kab. Indramayu (Lihat Tabel 6; untuk

penyakit)

Lama penyakit per minggu = 4 minggu

Tambahan penderita per hari banjir = 20 kasus per hari

PDB = IDR 17.956.450,- (/perkapita)

Kerugian ekonomi untuk penyakit

= (lama penyakit per minggu / jumlah minggu per tahun) * tambahan penderita

banjir per hari * PDB per kapita per tahun

= (4/52) * 20 * 17.956.450

= IDR 27.625.308,- /hari banjir

Contoh 8. Perhitungan untuk DBD di Kab. Indramayu (Lihat Tabel 6;untuk

kematian)

Rasio kematian per 100 kejadian = 4.36%

Tambahan penderita per hari banjir = 20

Periode normal untuk bekerja = usia pensiun kerja - usia awal bekerja

= 55 – 18 = 37

PDB per kapita = IDR 17.956.450,- (/perkapita)

Kerugian ekonomi untuk kematian

= Rasio kematian per 100 kejadian * tambahan penderita per hari banjir *

periode normal untuk bekerja selama hidup * PDB per kapita per tahun

= 4.36% * 20 * 37 * 17.956.450

= IDR 579.346.903,-/hari banjir

Contoh 9. Perhitungan untuk Diare di Kab. Indramayu (Lihat Tabel 6; untuk

penyakit)

Lama penyakit per minggu = 1 minggu

Tambahan penderita per hari banjir = 399 kasus per hari

PDB = IDR 17.956.450,- (/perkapita)

Kerugian ekonomi untuk penyakit

= (lama penyakit per minggu / jumlah minggu per tahun) * tambahan penderita

banjir per hari * PDB per kapita per tahun

= (1/52) * 399* 17.956.450

=IDR 137.781.222,- /hari banjir

Page 34: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

24

Berdasarkan perhitungan kerugian ekonomi akibat banjir untuk sector

kesehatan per hari banjir berdasarkan informasi tambahan penderita DBD dan diare saat terjadi sepuluh hari banjir adalah sebesar IDR 27.625.308,- /hari banjir + IDR

579.346.903,-/hari banjir + IDR137.781.222,- /hari banjir = IDR 5.958.853.433,-

/hari banjir.

D. Sektor Penyediaan Air Bersih

Sektor penyediaan air bersih merupakan bagian dari PDAM sebagai penyedia

air bersih yang dapat dipergunakan untuk kebutuhan sehari hari baik di saat banjir, saat

kekeringan, maupun kondisi normal. Saat banjir penyediaan air bersih penting untuk

melakukan pembersihan lingkungan setelah banjir surut, maupun untuk keperluan

MCK pada saat banjir. Pada saat banjir diperoleh informasi bahwa ada biaya tambahan

untuk penyediaan air bersih yang dihitung berdasarkan perbedaan harga rata-rata pada

saat bulan banjir dengan harga rata rata untuk bulan lainnya. Secara umum perhitungan tersebut diformulasikan sebagai berikut:

Kerugian produksi air bersih = (Rbb – Rba) * Ab

dimana: Rbb = rataan biaya untuk bulan banjir

Rba = rataan biaya untuk bulan lainnya selain bulan banjir

Ab = air yang terjual pada bulan banjir

Sebagai ilustrasi untuk perhitungan dengan menggunakan Kabupaten

Indramayu, diperoleh informasi dari PDAM adanya biaya tambahan untuk penyediaan air bersih. Adapun nilainya dihitung berdasarkan perbedaan harga rata-rata pada bulan

banjir (Februari) dengan harga rata-rata untuk bulan lainnya (tidak banjir). Sehingga,

kerugian dalam penyediaan air bersih setara dengan biaya tambahan yang diperlukan

untuk pengelolaan air pada saat banjir dikalikan dengan rataan air yang terjual per hari

pada bulan Februari (Tabel 7).

Tabel 7. Contoh perhitungan biaya tambahan yang diperlukan untuk menyediakan air

bersih ketika terjadi banjir

Data dan Informasi Unit Harga/Nilai

Rataan biaya untuk bulan Februari (bulan

banjir) IDR/m3 3.701

Rataan biaya untuk bulan lainnya selain

Februari (bulan tidak banjir) IDR/m3 2.774

Selisih biaya antara bulan banjir dan tidak

banjir IDR/m

3 927

Air yang terjual pada bulan Februari m3/hari 35.235

Kerugian produksi air bersih disaat banjir IDR/hari 32.662.845

Page 35: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

25

4.3. Penilaian Dampak Untuk Prediksi Banjir dan Kekeringan

Perhitungan dampak sosial ekonomi akibat banjir dan kekeringan yang disusun dalam pedoman ini didasarkan pada kejadian historis di suatu wilayah kajian.

Walaupun demikian, penilaian dampak ekonomi juga dapat dipergunakan untuk

prediksi kejadian banjir dan kekeringan di masa depan, misalnya: 5 atau 10 tahun

kemudian. Perhitungan tersebut memerlukan pemodelan yang dapat digunakan untuk

menduga periode dan luasan banjir yang terjadi di suatu wilayah sebagai fungsi dari

informasi iklim, misalnya: curah hujan dan suhu udara. Penilaian ekonomi untuk

prediksi dampak banjir dan kekeringan di masa depan memerlukan informasi dasar

antara lain:

a. Tahun acuan (baseline) yang akan dijadikan dasar perhitungan kerugian ekonomi

b. Target tahun untuk perhitungan dampak kerugian ekonomi (n)

c. Estimasi periode dan luasan banjir dan kekeringan berdasarkan luaran model

Contoh untuk penilaian dampak ekonomi sektor pertanian untuk prediksi kekeringan

dimasa depan diilustrasikan sebagai berikut (angka ilustrasi hanya contoh):

Perlu diperhatikan bahwa perhitungan nilai kerugian (penilaian dampak

ekonomi) untuk sektor terpilih tetap perlu mengikuti pedoman yang telah disusun diatas. Misalnya, kerugian akibat banjir dan kekeringan per unit lahan untuk sektor

pertanian pada tahun tertentu tetap mengikuti pedoman penilaian dampak ekonomi,

yaitu kapan kejadian banjir dan kering tersebut terjadi, sehingga dampak ekonominya

dapat diestimasi. Sementara untuk perhitungan prediksi lebih menekankan perbedaan

nilai ekonomi dan luasan terkena dampak antara tahun baseline dengan tahun target

dalam contoh diatas adalah 2013 dan 2018.

Contoh 10. Perhitungan kerugian lahan dimasa yang akan datang

Misalnya kekeringanterjadi pada tahun 2013

Lahan terkena = 5 ha

Kerugian per unit lahan =IDR5.000.000,-/ha

Kerugian per unit lahan akibat kekeringan pada tahun 2018 dengan

perkiraan luasan kekeringan 10 ha (asumsi discount rate 5%)

= (1+5%)n* jumlah kerugian akibat banjir; n = 2018 – 2013 = 5

= (1+5%)5 * Rp. 5.000.000,- = IDR 6.381.408,-/ha

Kerugian ekonomi akibat banjir pada tahun 2018 untuk 10 ha luasan

kekeringan

=Rp. 6.381.408 /ha* 10 ha

= Rp. 63.814.080,-

Page 36: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

26

Bab 5. Penutup

Panduan penilaian untuk melakukan kajian dampak sosial-ekonomi diarahkan

untuk menghitung nilai kerugian per unit luasan akibat kejadian bencana terkait iklim.

Informasi mengenai kerusakan akibat banjir dan kekeringan digunakan sebagai

pendekatan untuk mengevaluasi potensi dampak perubahan iklim. Ilustrasi dari

perhitungan nilai kerugian dilakukan dengan menggunakan Kabupaten Indramayu

contoh. Adapun sektor ekonomi yang dikaji meliputi: pertanian, perikanan darat,

kesehatan, dan sumber daya air bersih. Pilihan indikator-indikator untuk setiap sektor

ekonomi terpilih dilakukan untuk menggambarkan dampak dari kejadian iklim tersebut.

Untuk sektor pertanian, komoditas utama produk pertanian dipilih dan informasi terkait

dengan komoditas tersebut ditelusuri. Metode yang sama juga diterapkan untuk sektor

perikanan darat. Dengan menggunakan contoh kabupaten Indramayu, produksi padi

dipergunakan untuk sektor pertanian dan produksi udang dan bandeng untuk sektor perikanan darat dipergunakan untuk mengilustrasikan potensi dampak ekonomi akibat

kejadian bencana terkait iklim, kekeringan dan banjir. Selanjutnya, untuk sektor

kesehatan dipilih indikator tambahan penderita pada saat kejadian banjir. Untuk kasus

Indramayu ditemui adanya tambahan jumlah penderita DBD dan diare. Untuk sektor

penyediaan air bersih, biaya tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan air bersih

pada saat kejadian banjir dipilih. Untuk dampak sosial indikator-indikator yang

menggambarkan fenomena sosial pada lingkup individu/keluarga dan komunal juga

dipresentasikan.

Selanjutnya, dengan menggunakan Kabupaten Indramayu sebagai contoh,

estimasi kerugian perluasan ataupun per kejadian/hari (unit loss) dihitung sebagai

ilustrasi penggunaan pedoman yang telah disusun. Dengan menggunakan asumsi berdasarkan informasi survei ataupun data sekunder, estimasi kerugian untuk wilayah

terpilih pada kondisi historis juga dilakukan. Hal penting yang perlu dicermati dalam

perhitungan estimasi dampak ekonomi untuk suatu wilayah adalah diperlukannya

model dampak yang dapat diandalkan untuk mengestimasi kejadian, lama dan daerah

cakupan banjir dan kekeringan. Pengembangan model tersebut juga diperlukan

terutama untuk penilaian dampak perubahan iklim di masa depan untuk mengestimasi

frekuensi banjir dan kekeringan, termasuk periode dan luasannya, untuk daerah kajian.

Dengan menggunakan informasi berdasarkan luaran model tersebut potensi dampak

ekonomi untuk suatu daerah dikarenakan meningkatnya frekuensi dampak bencana

terkait iklim (banjir dan kekeringan) dapat dilakukan. Diharapkan informasi tersebut

dapat digunakan untuk membantu dalam perencanaan pembangunan terutama dalam

mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim atau bahkan meningkatkan resiliensi terhadap dampak dari perubahan

iklim pada suatu daerah atau wilayah.

Page 37: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

27

Daftar Pustaka

Boer, Rizaldi, and A.R Subbiah. 2005. "Agriculture drought in Indonesia." In

Monitoring and predicting agriculture drought: A global study, edited by V.

K. Boken, A. P. Cracknell and R. L. Heathcote. New York Oxford University

Press.

Cline, W.R., 2007. Global Warming and Agriculture: Impact Estimates by Country.

Center for Global Development and Peterson Institute for International

Economics, Washington, DC.

IPCC. 2007. Climate Change 2007: Climate Change Impacts, Adaptation and

Vulnerability-Summary for Policy Makers. In Working Group II contribution

to the Intergovernmental Panel on Climate Change Fourth Assessment

Report. Geneva, Switzerland: Intergovernmental Panel on Climate Change.

MoE. 2007. Climate Variability and Climate Change, and their implication. In Indonesia Country Report, edited by Rizaldi Boer, Sutardi and Dadang

Hilman. Jakarta: Ministry of Environment, Republic of Indonesia.

Murray, Christopher J. L., and Alan D. Lopez. 1996. Global Health Statistics: The

Harvard School of Public Health.

OFDA and CRED. 2007. EM-DAT: The OFDA/CRED International Disaster

Database, www.em-dat.net - Université catholique de Louvain - Brussels -

Belgium".

Timmermann, A., J. Oberhuber, A. Bacher, M. Esch, M. Latif, and E. Roeckner. 1999.

"Increased El Nino frequency in a climate model forced by future greenhouse

warming." Nature no. 398 (6729):694-697.

Page 38: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

28

LAMPIRAN

Page 39: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

29

Lampiran 1. Kuisioner Individu

Identitas Responden

Nama Responden : ……………………………………………………………….......

Jenis Kelamin : Pria/Wanita

Umur : ………………… tahun

Pekerjaan : Petani/Wiraswasta/Pegawai

Swasta/PNS/TNI/Polri/...................

Jumlah ang. Keluarga :

Desa : …………………………………………………………

Kecamatan : …………………………………………………………

Kabupaten : ……………………………………………………………

Luas Lahan Garapan : ……………………..Ha atau m2

Status sosial : pemilik/penggarap*

Kelompok tani :

Jabatan dalam Kel. :

I. Umum

1. Apakah daerah ini (tempat tinggal Saudara) sering terkena banjir dan kekeringan ?

a. Ya

b. Lebih sering terkena banjir daripada kekeringan

c. Lebih sering terkena kekeringan daripada banjir

d. Tidak tahu

2. Dalam rentang waktu setahun, bulan-bulan terjadinya bencana adalah:

Banjir

J P M A M J J A S O N D

Kekeringan

J P M A M J J A S O N D

3. Apakah terjadi peningkatan banjir/kekeringan (luas, lama dan frekuensi) dari tahun

ke tahun ?

a. Ya, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun

b. Tidak ada peningkatan tapi cenderung tidak teratur

c. Tidak ada peningkatan bahkan cenderung turun dari tahun ke tahun

Page 40: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

30

Identifikasi Kejadian Banjir

4. Sumber air yang menyebabkan banjir di daerah Saudara adalah .............................. a. Air sungai

b. Air hujan

c. Air laut (banjir rob)

d. Yang lainnya, sebutkan .......................................................................

5. Penyebab banjir di daerah Saudara adalah ..............................

a. Penyempitan alur sungai

b. Pendangkalan alur sungai

c. Retaknya bendungan/dam/bangunan air

d. Yang lainnya, sebutkan .......................................................................

6. Dalam satu tahun, berapa kali terkena banjir ? a. 1 kali setahun

b. 1 – 3 kali setahun

c. Lebih dari 3 kali setahun

7. Jarak dengan sumber banjir (sungai/waduk) adalah .................

a. Kurang dari 10 meter

b. 10 – 100 meter

c. 100 meter -1 kilometer

d. Lebih dari 1 kilometer

8. Tinggi banjir/genangan (rata-rata) di daerah tersebut adalah ........................ a. Kurang dari 0,5 meter

b. 0,5 – 1 meter

c. Lebih dari 1 meter

9. Pada saat banjir besar, tinggi banjir di tempat tinggal Saudara adalah ...............

meter, tahun terjadinya besar itu adalah …………………………..

10. Umumnya (rata-rata), berapakah lama genangan atau banjir di daerah tersebut?

a. Kurang dari 1 jam

b. Kurang dari 1 hari

c. 1 hari – 1 minggu

d. 1 minggu – 1 bulan e. Lebih dari 1 bulan

11. Pada saat banjir besar, lama genangan atau banjir di tempat tinggal Saudara adalah

............... hari, tahun terjadinya besar itu adalah …………………………..

Page 41: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

31

12. Di daerah Saudara, infrastruktur yang sering terkena banjir dan mengalami

kerusakan adalah: a. Jembatan ( di desa ………….; panjang/lebar kerusakan: ......……… meter)

b. Jalan ( di desa ………………; panjang/lebar kerusakan: ......……… meter)

c. Pasar ( di desa …………………; luas kerusakan: ......……… meter persegi)

d. Lainnya, sebutkan ………………………………………………………….

13. Dalam 10 tahun terakhir, tahun-tahun kejadian banjir yang menimpa daerah

Saudara adalah ....................; ........................; ........................; ......................

Identifikasi Kejadian Kekeringan

14. Dalam 10 tahun terakhir, tahun-tahun kejadian kekeringan yang menimpa daerah

Saudara adalah ....................; ........................; ........................; ......................\

15. Umumnya, lama terjadinya kekeringan adalah ...................

a. 1 – 3 bulan

b. 4 – 6 bulan

c. 7 – 9 bulan

d. Lebih dari 9 bulan

Kebutuhan Air

16. Untuk keperluan sehari-hari seperti MMCK (minum, mandi, cuci, kakus),

berapakah jumlah air yang diperlukan oleh tiap satu anggota keluarga :

a. < 30 liter/kapita/hari

b. 30 – 60 liter/kapita/hari c. 60 – 100 liter/kapita/hari

d. > 100 liter/kapita/hari

17. Menurut pengetahuan Saudara, kualitas air yang dikonsumsi adalah ......................

a. Baik (cirinya:...................................................................................)

b. Sedang (cirinya:...................................................................................)

c. Buruk (cirinya:...................................................................................)

18. Kapan terjadinya kesulitan air untuk MMCK

J P M A M J J A S O N D

19. Sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pada saat musim

penghujan adalah ……………………………

a. PDAM b. Airtanah (groundwater)

c. Air permukaan (misalnya sungai)

d. Air hujan

Page 42: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

32

20. Sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pada saat musim

kemarau adalah …………………………… a. PDAM

b. Airtanah (groundwater)

c. Air permukaan (misalnya sungai)

d. Air hujan

Kerugian Akibat Banjir dan Kering (Umum)

21. Sektor apakah yang paling dipengaruhi oleh kejadian bencana:

Banjir

a. Sawah b. Pertanian lahan kering c. Perternakan d. Perikanan

e. Air minum f. Lainnya:.........................

Kekeringan

a. Sawah b. Pertanian lahan kering c. Perternakan d. Perikanan

e. Air minum f. Lainnya:.........................

22. Berapakah kenaikan harga produk pertanian saat kejadian bencana dari kondisi

normalnya (2008):

Komoditas

Banjir Kering

Harga

Normal

(Rp./kg)

Kenaikan

Harga (%)

Harga

Normal

(Rp./kg)

Kenaikan

Harga (%)

Beras/Padi

Palawija

Ikan/ternak

Sektor Air Minum (Individu Umum-Perumahan) 23. Apakah ada kesulitan air bersih saat kejadian bencana?

24. Banjir: ya/tidak b. Kering: ya/tidak

25. Berapakah tambahan biaya untuk memperoleh air bersih saat kejadian bencana,

bila ada:

Bencana Biaya saat normal (Rp) Biaya tambahan (%)

Banjir

Kering

Page 43: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

33

26. Apakah biaya tambahan air bersih dibayar sendiri atau bantuan pemerintah/LSM?

Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

27. Bila ada bantuan pemerintah berapakah besarnya?

Bencana Bantuan (Rp) Tahun

Banjir

Kering

Sektor Kesehatan (Individu-Umum) 28. Saat kejadian bencana penyakit apa yang sering melanda di daerah ini:

Bencana Jenis penyakit Biaya pengobatan (Rp)

Banjir

Kering

29. Saat kejadian bencana berapakan jumlah orang yang meninggal:

Bencana Jumlah orang

Banjir

Kering

30. Apakah ada bantuan untuk masalah kesehatan dari pemerintah daerah/pusat?

Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

31. Bila ada bantuan pemerintah berapakah besarnya yang anda terima?

Bencana Bantuan (Rp) Tahun

Banjir

Kering

Bila tidak dalam rupiah, apakah anda mendapatkan kartu kesehatan gratis?

ya/tidak

Dampak Sosial (Individu umum)

32. Apakah ada kesulitan untuk mendapatkan sembako saat kejadian bencana?

Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

Page 44: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

34

33. Besarnya pengeluaran rumah tangga perbulan saat kondisi normal:

a. Sembako (keperluan sehari-hari): rupiah

b. Energi (minyak tanah, memasak): rupiah

34. Kisaran kenaikan pengeluaran rumah tangga perbulan saat kejadian bencana:

Bencana Banjir (%) Kering (%)

Sembako (keperluan

sehari-hari)

Energi (minyak tanah, memasak)

35. Berapa kerugian/kehilangan yang terjadi saat banjir terhadap barang-barang yang

ada di tempat anda:

Furniture : buah; rupiah

Elektronik : buah; rupiah

Peralatan dapur : buah; rupiah

Mobil/motor : buah; rupiah

36. Apakah kerugian tersebut akibat hilang dicuri? atau terbawa banjir?

37. Bila hilang dicuri, apakah ada peningkatan kriminalitas saat banjir? ya/tidak

38. Apakah ada peningkatan kriminalitas saat kekeringan? ya/tidak

39. Apakah kejadian banjir membuat penduduk harus mengungsi? Ya/tidak

40. Apakah ada peningkatan urbanisasi setelah kejadian banjir dan kering?

Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

41. Apakah kejadian banjir dan kering meningkatkan jumlah pengangguran di sini?

Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

Page 45: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

35

II. Sektor Pertanian

Pola Tanam dan Kebutuhan Air 1. Jadwal pergiliran tanaman per tahun di daerah Saudara adalah:

Padi

J P M A M J J A S O N D

Palawija-1 (Jenisnya adalah ……………………………………)

J P M A M J J A S O N D

Palawija-2 (Jenisnya adalah ……………………………………)

J P M A M J J A S O N D

Palawija-3 (Jenisnya adalah ……………………………………)

J P M A M J J A S O N D

2. Sumber air untuk pertanian pada musim penghujan adalah:

a. Irigasi

b. Danau/Kolam

c. Sungai

d. Hujan

3. Sumber air untuk pertanian pada musim kemarau adalah:

a. Irigasi

b. Danau/Kolam

c. Sungai

d. Hujan

Karakteristik Banjir dan Kekeringan

4. Dalam satu tahun, berapa kali lahan pertanian terkena banjir ?

a. 1 kali setahun

b. 1 – 3 kali setahun

c. Lebih dari 3 kali setahun

5. Jarak lahan pertanian dengan sumber banjir (sungai/waduk) adalah .................

a. Kurang dari 10 meter

b. 10 – 100 meter

Page 46: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

36

c. 100 meter -1 kilometer

d. Lebih dari 1 kilometer

6. Berapakah tinggi banjir di lahan persawahan/tegalan/ kebun Saudara?

a. Kurang dari 0,5 meter

b. 0,5 – 1 meter

c. Lebih dari 1 meter

7. Umumnya (rata-rata), berapakah lama genangan atau banjir di lahan persawahan/

tegalan/kebun Saudara?

a. Kurang dari 1 jam

b. Kurang dari 1 hari

c. 1 hari – 1 minggu

d. 1 minggu – 1 bulan e. Lebih dari 1 bulan

8. Umumnya, lama terjadinya kekeringan di lahan persawahan/tegalan/kebun

Saudara?

a. 1 – 3 bulan

b. 4 – 6 bulan

c. 7 – 9 bulan

d. Lebih dari 9 bulan

9. Untuk tiap kejadian banjir (rata-rata), persentase luas lahan pertanian yang terkena

banjir adalah……………….. a. < 25% (……………….. Ha atau m2)

b. 25% - 50% (……………….. Ha atau m2)

c. 51% - 75% (……………….. Ha atau m2)

d. > 75% (……………….. Ha atau m2)

10. Untuk tiap kejadian kekeringan (rata-rata), persentase luas lahan pertanian yang

terkena kekeringan adalah………………..

a. < 25% (……………….. Ha atau m2)

b. 25% - 50% (……………….. Ha atau m2)

c. 51% - 75% (……………….. Ha atau m2)

d. > 75% (……………….. Ha atau m2)

Kerugian Ekonomi Sektor Pertanian Padi

11. Berapa luas persawahan yang biasa anda tanam?

Musim basah ha

Musim kering ha

Page 47: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

37

12. Berapa biaya yang telah anda keluarkan untuk kedua musim tersebut:

Aktivitas

Musim Basah Musim Kering I Musim Kering II

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan (hari)

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan (hari)

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan (hari)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

13. Berapakah luas persawahan anda yang rusak akibat bencana:

Banjir Kering

Tergenang

(ha)

Rusak/Puso

(ha)

Rusak/Puso (ha)

Luas sawah

Banjir dengan ketinggian, luas dan lama yang menghancurkan persawahan anda:

Tinggi: m, luas: ha, lama: hari

Kapan biasanya terjadi banjir?

14. Berapakah frekuensi kejadian banjir dan kering sering merusak dan termasuk

kategori kerugian tingkat apa?

Aktivitas

Banjir Kering

Frekuensi

Kerusakan

(sering,

kurang, jarang)

Kerugian

(besar/sedang

/rendah)

Frekuensi

Kerusakan

(sering,

kurang,

jarang)

Kerugian

(besar/sedan

g

/rendah)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

Ket: Misal dalam 10 tahun: Sering: lebih dari 5 kali; Kurang: 3 – 5 x; Jarang: 1-2 x;

Besar: lebih dari sebagian sampai gagal; Sedang: lebih dari ¼ bagian sampai kurang

dari sebagian; Rendah: kurang dari ¼ bagian

15. Berapakah kenaikan harga Beras/Padi saat banjir dari kondisi normalnya:

Bencana Harga normal (Rp) Kenaikan harga (%) Tahun

J F M A M J J A S O N D

Page 48: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

38

Banjir

Kering

16. Saat kekeringan adakah biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan

pasokan air bila diperlukan? ya/tidak

17. Berapakah tambahan biaya untuk memperoleh air, bila ada:

tambahan: %, biaya saat normal: rupiah

Cara yang digunakan: a. Bor b. Beli c. Illegal d. Lainnya:

18. Apakah ada bantuan untuk masalah banjir dan kering dari pemerintah

daerah/pusat? Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

19. Bila ada bantuan pemerintah berapakah besarnya yang anda terima?

Bencana Bantuan (Rp) Tahun

Banjir

Kering

Kerugian Ekonomi Sektor Pertanian Palawija

20. Berapa luas persawahan yang biasa anda tanam?

Musim basah ha

Musim kering ha

21. Berapa biaya yang telah anda keluarkan untuk kedua musim tersebut:

Aktivitas

Banjir Kering

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan

(hari)

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan

(hari)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

22. Berapakah luas persawahan anda yang rusak akibat bencana:

Banjir Kering

Tergenang (ha) Rusak/puso (ha) Rusak/puso

(ha)

Luas sawah

Banjir dengan ketinggian, luas dan lama yang menghancurkan persawahan anda:

Tinggi: m, luas: ha, lama: hari

Page 49: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

39

Kapan biasanya terjadi banjir?

23. Berapakah frekuensi kejadian banjir dan kering sering merusak dan termasuk

kategori kerugian tingkat apa?

Aktivitas

Banjir Kering

Frekuensi

Kerusakan

(sering,

kurang, jarang)

Kerugian

(besar/seda

ng

/rendah)

Frekuensi

Kerusakan

(sering,

kurang,

jarang)

Kerugian

(besar/seda

ng

/rendah)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

24. Berapakah kenaikan harga Beras/Padi saat banjir dari kondisi normalnya:

Bencana Harga normal (Rp) Kenaikan harga (%) Tahun

Banjir

Kering

25. Saat kekeringan adakah biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan

pasokan air untuk pertanian bila diperlukan? ya/tidak

26. Berapakah tambahan biaya untuk memperoleh air bersih tersebut, bila ada:

Tambahan: %, biaya saat normal: rupiah

27. Apakah ada bantuan untuk masalah banjir dan kering dari pemerintah

daerah/pusat? Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

28. Bila ada bantuan pemerintah berapakah besarnya yang anda terima?

Bencana Bantuan (Rp) Tahun

Banjir

Kering

J F M A M J J A S O N D

Page 50: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

40

III. Sektor Perikanan

Kebutuhan Air 1. Sebutkan jenis sektor perikanan yang Saudara miliki

a. Perikanan air tawar (dengan jenis komoditas ......................................)

b. Tambak (dengan jenis komoditas ......................................)

c. Nelayan

2. Luas lahan perikanan yang Saudara miliki adalah: .............................

a. Perikanan air tawar (........................... Ha)

b. Tambak (........................... Ha)

3. Sumber air untuk sektor perikanan pada saat musim penghujan adalah …………

a. PDAM

b. Airtanah (groundwater) c. Air permukaan (misalnya sungai)

d. Air hujan

4. Sumber air untuk sektor perikanan pada saat musim kemarau adalah …………

a. PDAM

b. Airtanah (groundwater)

c. Air permukaan (misalnya sungai)

d. Air hujan

5. Debit air yang diperlukan adalah

a. Perikanan air tawar (........................... liter/hari) b. Tambak (........................... liter/hari)

Karakteristik Banjir dan Kekeringan

6. Dalam satu tahun, berapa kali terkena banjir ?

a. 1 kali setahun

b. 1 – 3 kali setahun

c. Lebih dari 3 kali setahun

7. Jarak dengan sumber banjir (sungai/waduk) adalah .................

1. Kurang dari 10 meter

2. 10 – 100 meter

3. 100 meter -1 kilometer 4. Lebih dari 1 kilometer

8. Tinggi banjir/genangan di daerah tersebut

a. Kurang dari 0,5 meter

b. 0,5 – 1 meter

c. Lebih dari 1 meter

Page 51: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

41

9. Umumnya (rata-rata), berapakah lama genangan atau banjir di daerah tersebut?

a. Kurang dari 1 jam b. Kurang dari 1 hari

c. 1 hari – 1 minggu

d. 1 minggu – 1 bulan

e. Lebih dari 1 bulan

10. Umumnya, lama terjadinya kekeringan adalah ...................

a. 1 – 3 bulan

b. 4 – 6 bulan

c. 7 – 9 bulan

d. Lebih dari 9 bulan

Kerugian Ekonomi Sektor Perikanan 11. Berapa luas kolam/tambak yang biasa anda tanam?

Musim basah Ha

Musim kering Ha

12. Berapa jumlah ternak anda dan harga jual per ekor?

Ternak

Jumlah (ekor)/hektar Nilai Jual

(Rp. /ekor)

Anak muda Dewasa Anak muda Dewasa

Ikan

Udang

............

13. Berapa biaya yang telah anda keluarkan untuk kedua musim tersebut:

Aktivitas

Banjir Kering

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan

(hari)

Biaya

(Rp./ha)

Lama

kegiatan

(hari)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

14. Berapa jumlah pekerja untuk luasan usaha yang anda pekerjakan di kedua musim

tersebut:

Musim Satuan (orang/ha) Total (orang)

Musim basah

Page 52: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

42

Musim kering

15. Berapakah kerugian yang anda alami saat kejadian bencana:

Banjir

Ternak

ternak mati/hanyut Jumlah (ekor)

Penurunan Produksi (%)

Anak muda Dewasa Anak muda Dewasa

Ikan

Udang

............

Banjir dengan ketinggian, luas dan berapa lama yang menghancurkan ternak anda:

Tinggi: m, luas: ha, lama: hari

Banjir tersebut terjadi tahun berapa saja:

Kapan biasanya terjadi banjir?

Kering

Ternak

Ternak Mati

Jumlah (ekor)

Penurunan Produksi (%)

Anak muda Dewasa Anak muda Dewasa

Ikan

Udang

............

16. Berapakah frekuensi kejadian banjir dan kering sering merusak dan termasuk

kategori kerugian tingkat apa?

Aktivitas

Banjir Kering

Frekuensi

Kerusakan (sering, kurang,

jarang)

Kerugian

(besar/sedang

/rendah)

Frekuensi

Kerusakan (sering,

kurang,

jarang)

Kerugian

(besar/sedang

/rendah)

J F M A M J J A S O N D

Page 53: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

43

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

Ket: Sering: lebih dari 5 kali; Kurang: 3 – 5 x; Jarang: 1-2 x; Besar: lebih dari sebagian

sampai gagal; Sedang: lebih dari ¼ bagian sampai kurang dari sebagian; Rendah:

kurang dari ¼ bagian

17. Berapakah kenaikan harga produk perikanan saat bencana dari kondisi normalnya:

Ternak Harga normal

(Rp/kg)

Kenaikan harga (%) Tahun

Banjir Kering

Ikan

Udang

.............

18. Saat kekeringan adakah biaya tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan

pasokan air bila diperlukan? ya/tidak

19. Berapakah tambahan biaya untuk memperoleh air bersih untuk usaha anda

(perikanan), bila ada:

Tambahan: %, biaya saat normal: rupiah

20. Apakah ada bantuan untuk masalah banjir dan kering dari pemerintah

daerah/pusat? Banjir: ya/tidak Kering: ya/tidak

21. Bila ada bantuan pemerintah berapakah besarnya yang anda terima?

Bencana Bantuan (Rp) Tahun

Banjir

Kering

Page 54: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

44

Lampiran 2. Kuisioner Lembaga

Kerugian Ekonomi Akibat banjir/Kering

Dinas Pertanian

1. Bagaimanakah pola penggunaan lahan di daerah ini?

SUMBERDAYA PERTANIAN

Pola penggunaan lahan

dan luasnya Musim Basah Musim Kering

Pengolahan Ha Biaya/ha Hasil/ha Ha Biaya/ha Hasil/ha

lahan tanaman

pangan

lahan perkebunan

lahan kering, penggembalaan &

pekarangan

Badan air (danau,

rawa, kolam dsb)

Lahan lainnya

JUMLAH

Status irigasi lahan

pertanian dan luasnya

Lahan irigasi teknis

Lahan irigasi non

teknis

Lahan tadah hujan

JUMLAH

Sistem pertanian utama

dan jumlahnya

Sawah irigasi

permanent

Sawah tadah hujan

Lahan tanaman

campuran

Budidaya mina-padi

(campuran ikan dan

padi)

Budidaya campuran

mina-padi-bebek

JUMLAH

Page 55: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

45

2. Berapakah kenaikan harga produk pertanian saat kejadian bencana dari kondisi normalnya:

Komoditas

Banjir Kering

Harga

Normal

(Rp./kg)

Kenaikan

Harga (%)

Harga

Normal

(Rp./kg)

Kenaikan

Harga (%)

Beras/Padi

Palawija

Ikan/ternak

Pertanian Padi dan Palawija

3. Berapa luasan areal yang tergenang oleh banjir di daerah Indramayu:

a. Persawahan : ha

b. Pemukiman : ha

c. Jalan : ha

Banjir dengan ketinggian, luas dan lama yang menghancurkan persawahan disini:

Tinggi: m, luas: ha, lama: hari

Kapan biasanya terjadi banjir?

4. Berapakah frekuensi kejadian banjir dan kering sering merusak dan termasuk

kategori kerugian tingkat apa?

Aktivitas

Banjir Kering

Frekuensi

Kerusakan

(sering,

kurang, jarang)

Kerugian

(besar/sed

ang

/rendah)

Frekuensi

Kerusakan

(sering, kurang,

jarang)

Kerugian

(besar/seda

ng

/rendah)

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

Ket: Sering: lebih dari 5 kali;Kurang: 3 – 5 x ;Jarang: 1-2 x; Besar: lebih dari sebagian

sampai gagal; Sedang: lebih dari ¼ bagian sampai kurang dari sebagian; Rendah:

kurang dari ¼ bagian

5. Apakah ada program pemerintah saat ini untuk mengatasi masalah

tersebut?ya/tidak

J F M A M J J A S O N D

Page 56: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

46

6. Bila ada, apakah nama programnya, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah keberhasilannya?

Program Anggaran Target Capaian

7. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

8. Dari program-program / upaya yang telah dilakukan, langkah apakah yang

menurut anda paling berhasil?

9. Adakah program yang direncanakan untuk mengatasi banjir/kering pada

sektor ini? ya/tidak

10. Bila ya, apakah program tersebut, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah targetnya?

Program Anggaran Target

11. Kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9, dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

Page 57: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

47

Air Minum

12. Apakah ada kesulitan air bersih saat kejadian banjir? ya/tidak

13. Adakah kenaikan biaya operasional serta harga air per m3 saat bencana dari

kondisi normalnya:

Komponen

Biaya/Harga

normal

(Rp/m3)

Kenaikan harga (%)

Tahun Banjir Kering

Biaya operasional

Harga air

.............

14. Apakah ada program pemerintah saat ini untuk mengatasi masalah kekurangan

air bersih? ya/tidak

15. Bila diperlukan penyediaan mobil tangki, berapa jumlah mobil tangki yang

dipergunakan dan berapa biayanya per mobil?

Jumlah mobil: ;Biaya/mobil: Rp.

16. Bila ada, apakah nama programnya, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah

keberhasilannya?

Program/Aktivitas Anggaran Target Capaian

17. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

18. Dari program-program / upaya yang telah dilakukan, langkah apakah yang

menurut anda paling berhasil?

19. Adakah program yang direncanakan untuk mengatasi banjir dan kering pada

sektor ini? ya/tidak

Page 58: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

48

20. Bila ya, apakah program tersebut, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah targetnya?

Program Anggaran Target

21. Kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

Kesehatan

22. Saat banjir/kering* penyakit apa yang sering melanda di daerah ini:

Jenis penyakit Besar biaya (Rp./orang) Tahun

* coret yang tidak perlu

23. Apakah ada kenaikan jumlah penderita penyakit tersebut saat banjir/kering*:

Jenis penyakit Penderita (orang) Tahun

Normal Banjir/Kering

* coret yang tidak perlu

24. Adakah kenaikan anggaran yang diperlukan dan berapakah realisasinya untuk

mengatasi kenaikan jumlah penderita penyakit tersebut saat banjir:

Estimasi Total Anggaran (Rp.) Tahun Realisasi Total

Anggaran

Normal Banjir/Kering Kenaikan (%)

* coret yang tidak perlu

Page 59: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

49

25. Apakah ada bantuan untuk masalah kesehatan dari pemerintah daerah/pusat?

ya/tidak

26. Apakah ada program pemerintah saat ini untuk mengatasi masalah tersebut?

ya/tidak

27. Bila ada, apakah nama programnya, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah

keberhasilannya?

Program Anggaran Target Capaian

28. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

29. Dari program-program / upaya yang telah dilakukan, langkah apakah yang

menurut anda paling berhasil?

30. Adakah program yang direncanakan untuk mengatasi banjir/kering pada

sektor ini? ya/tidak

31. Bila ya, apakah program tersebut, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah targetnya?

Program Anggaran Target

32. Kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

Page 60: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

50

Sosial (Lembaga Dinas Sosial/Kepolisian)

33. Apakah ada peningkatan kriminalitas saat banjir/kering? ya/tidak

34. Bila ada, silahkan lengkapi tabel berikut

Keterangan Kisaran

1. Peningkatan kriminalitas

a. Banjir (%)

b. Kering (%)

2. Jumlah kriminalitas saat normal (kasus/tahun)

3. Kerugian ekonomi akibat tindakan kriminalitas

(Rp./tahun)

4. Biaya untuk tindakan penangan persatuan

kejahatan (Rp./kasus)

35. Apakah kejadian banjir membuat penduduk harus mengungsi? ya/tidak

Keterangan Kisaran

1. Berapa banyak yang harus mengungsi

(orang/desa)

2. Berapa biaya yang dikeluarkan selama

pengungsian (Rp./hari)

3. Lama mengungsi

4. Apakah biaya tersebut sudah dimasukkan dalam

anggaran antisipasi banjir?

Ya/tidak

5. Bila ya, berapakah biaya yang dianggarkan

(Rp./tahun)

36. Apakah ada peningkatan urbanisasi setelah kejadian banjir? ya/tidak Berapa besar kisaran peningkatannya dibandingkan tahun normal? %

Berapakah laju urbanisasi saat normal per tahun:

37. Apakah kejadian banjir/kering meningkatkan jumlah pengangguran di daerah

ini? ya/tidak

Bila ya, berapa persenkan kenaikannya? %

Berapakah angka pengangguran saat normal per tahun:

Page 61: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

51

Penanggulangan Banjir (Pemda Kabupaten)

38. Adakah program penanggulangan banjir/kering dari PEMDA Kabupaten Atau

pusat? ya/tidak

39. Bila ada, apakah nama programnya, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah

keberhasilannya?

Program Anggaran Target Capaian

40. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

41. Dari program-program / upaya yang telah dilakukan, langkah apakah yang

menurut anda paling berhasil?

42. Apakah pemerintah setempat merencanakan anggaran banjir setiap tahunnya? ya/tidak

43. Bila ya, berapa besarnya dana yang dialokasikan untuk penanggulagan banjir?

Rp/Tahun:

44. Berapa persen anggaran tersebut dipergunakan untuk mengatasi banjir?

45. Bila anggaran tersebut tidak mencukupi apa yang dilakukan untuk menutupi

kekurangannya?

46. Adakah program yang saat ini untuk mengatasi banjir dan kering? ya/tidak

47. Bila ya, apakah program tersebut, berapakah besarnya anggaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimanakah targetnya?

Program Anggaran Target

48. Kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut?

Kendala Bobot masalah Keterangan Capaian

Page 62: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

52

Pendanaan Nilai bobot diisi dengan 1-9,

dimana 1 tidak masalah sama

sekali, 9 paling masalah Sarana

Koordinasi

SDM

Lainnya

49. Apakah lembaga anda menerima bantuan dana penanggulangan banjir atau kering dari, bila ya mohon diisikan besar bantuannya (Rp)?

Lembaga Terima/Tidak

Besar bantuan

Tahun

Pemerintah pusat

PMI

LSM

Lembaga internasional, yaitu:

...............................................

Lainnya:

Page 63: PEDOMAN PENILAIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI …adaptasi.menlh.go.id/wp-content/uploads/2014/06/final-edit... · frekuensi dan intensitas kejadian curah hujan yang tinggi secara global,

Informasi Lebih Lanjut

Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Kementerian Lingkungan Hidup

Jl. D.I. Pandjaitan Kav. 24 Kebon Nanas, Jakarta Timur 13410 Telp/Fax: 021-85904934

http://adaptasi.menlh.go.id