Upload
nyazzz
View
88
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PBL SS MODUL 2 TULIKasus pada anak berumur 12 tahun yang datang dengan keluhan pendengaran menurun
Citation preview
1. Jelaskan tentang Anatomi Pendengaran!
ANATOMI TELINGA
Dibagi menjadi 3:1. Telinga luar2. Telinga tengah3. Telinga dalam
Telinga luarA. Auricula
-Helix-Lobulus auriculae-Trabeculum auricula-Antihelix-Tragus-scapha-Crura antihelicus-Cymba conchae-Crus helicus-Concha auriculae-Antitragus -Incisura anterior-Cavitas conchae-Incisura intertragica
B. meatus acusticus eksternusC. membran timpani
Telinga tengah
• Cavitas tympanica
• Maleus• Incus• Stapes• Tuba
auditiva
Telinga Dalam
Labyrinthus : L. Osseus • Cochlea• Vestibulum• Canalis Semisirkularis
L. MembranaseusMeatus Acusticus Internus
2. Jelaskan tentang Histologi Pendengaran!
• Telinga merupakan alat vestibulocochlearis, sebagai alat keseimbangan dan pendengaran. Telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian:– Telinga luar (auris eksterna)– Telinga tengah (auris media)– Telinga dalam (auris interna)
yang secara anatomis, histologis, dan fungsional berbeda.
TELINGA LUAR
Terdiri dari:• Daun telinga:– Tulang rawan elastis– Jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal dari
anterior– Folikel rambut, glandula sudorifera– Lobus auricula jaringan adiposa
• Meatus Acusticus Externus:– Panjang ± 25 mm, terarah ke jurusan medio inferior– Dinding luar: kartilago elastis– Dinding dalam: os temporal– Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea,
glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin)
– Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, dan berwarna kecoklatan.
• Membrana timpani:– Oval, semi transparan– Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar– Dalam: epitel selapis gepeng/kuboid, jaringan
pengikat kolagen, jaringan pengikat elastis, fibroblas– Pars flaccid/membran Shrapnell: kuadran
anterosuperior, daerah segitiga kecil yang lunak, tidak terdapat serat kolagen.
– Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid
TELINGA TENGAH
• Terdiri dari:• Kavum timpani:– Isi: udara– Posterior: berhubungan dengan ruangan-ruangan processus
mastoideus– Anterior: berhubungan dengan tuba Eustachii– 3 tulang yang menghubungkan membrana timpani dengan
foramen ovalis: os maleus, os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam.
– Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/kuboid, lamina propria tipis, dan periosteum.
• Tuba Eustachii:– Merupakan saluran antara bagian anterior kavum
timpani dan bagian latero posterior nasofaring– Lumen sempit, gepeng– 2/3 bagian kartilago elastis– 1/3 bagian tulang– Epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris– Lamina propria tipis– Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, sel
goblet, limfosit
TELINGA DALAM
• Terdiri dari:• Labirin tulang:
– Vestibulum– Saluran semisirkularis tulang– Cochlea
• Labirin membanosa:– Utriculus– Sacculus– Saluran semisirkularis membranosa– Ductus dan saccus endolimfaticus– Ductus reuniens– Ductus cochlearis
• Cochlea:– Scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat
tipis dengan epitel selapis gepeng.– Scala media/ductus cochlearis dengan membrana
vestibularis Reissner.– Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat
tipis dengan epitel selapis gepeng.
3. Jelaskan tentang Fisiologi Pendengaran!
PROSES KONDUKSI
GELOMBANG BUNYI
AURIKULIM MEATUS AKUSTIKUS
EKSTERNUS
MEMBRANA TIMPANI
TULANG-TULANG PENDENGARAN (MELEUS, INKUS, STAPES)
PROSES SENSORINEURAL
PROSES SENSORINEURAL
KOKLEA DAN
RETROKOKLEA
GERAKAN CAIRAN
PERILIMPE
MEMBRANA REISNER ENDOLIMFE
MEMBRANA BASALIS DAN MEMBRANA TEKTORIADEFLEKSI STEREOSILIA SEL-SEL RAMBUT
KANAL ION TERBUKA
PELEPASAN IOL DARI BADAN
SEL
DEPOLARISASI PADA SEL RAMBUT
MELEPASKAN NEUROTRANSMITTER KE DALAM SINAPSIS
POTENSIAL AKSI PADA SARAF AUDITORIUS
NUKLEUS AUDITORIUS DI BATANG OTAK
PUSAT PENDENGARAN KORTEKS SEREBRI LOBUS TEMPORALIS AREA 39-40
4. Jelaskan tentang Penurunan dan Klasifikasi Penurunan
Pendengaran!
Definisi(menurut WHO)
• Penurunan pendengaran pada dewasa sebagai ambang batas pendengaran permanen tanpa bantuan (rata-rata untuk frekuensi 0,5, 1, 2, 4 kHz (kiloHertz)) untuk telinga yang lebih baik dari 41 dB atau lebih besar
• Pada anak di bawah usia 15 tahun, gangguan penurunan pendengaran didefinisikan sebagai ambang batas pendengaran tanpa bantuan permanen (rata-rata untuk frekuensi 0,5, 1, 2, 4 kHz) untuk telinga yang lebih baik dari 31 dB atau lebih besar
Klasifikasi Penurunan Pendengaran
Tuli Konduktif
• Disebabkan karena kelainan atau penyakit di teling bagian luuar atau tengah. Gangguan pendengaran konduktif menunjukkan obstruksi hantaran suara dari atmosfer ke telinga bagian dalam.
Tuli Sensorineural
• pengurangan sensitivitas ambang pendengaran. Patologi mungkin terletak di koklea dan / atau di saraf pendengaran dan pusat sistem saraf pendengaran (retrocochlear).
Tuli Campuan
• Gangguan pendengaran campuran mengacu pada adanya gabungan dari kedua tuli konduktif dan sensorineural.
5. Jelaskan tentang Etiologi Penurunan Pendengaran!
Menurut klasifikasinya :
a. Tuli konduktif (tuli hantar)
b. Tuli sensorineural
c. Tuli campur
Telinga luar : atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga.Telinga tengah : tuba katar atau sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.
Tuli sensorineural koklea : aplasia (kongenital), labirinitis (bateri atau vius), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Tuli sensorineural retrokoklea :mieloma multiple, cedera otak, perdarahhan otak, dan kelainan otak lainnya
Radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam
Penyebab secara umum :a.Penyakit
Telinga
b. Cedera telinga
c. Kecelakaand. Zat lilin (serumen)
telinga
f. Suara keras
6. Jelaskan Adakah Hubungan Keluar Cairan dari Telinga dengan
Penurunan Kesadaran?
Peradangan Perforasi membran T.
Vasodilatasi vaskuler di
membran T.
Terbentuk eksudat di cavum T.
Perforasi TimpaniKeluar cairanGangguan
pendengaran
Infeksi
Hubungan Keluar Cairan dari Telinga dengan Penurunan Pendengaran
7. Mengapa Pasien Merasa Pusing!
VertigoVertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
Jenis-jenis vertigo:• Vertigo Peripheral
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
• Vertigo SentralVertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Vertigo Perifer
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
Penyebabnya diperkirakan akibat serpihan debris (kristal kalsium karbonat) yang lepas dari dinding saluran telinga bagian dalam. Serpihan ini hanya menyebabkan gangguan jika masuk ke saluran telinga bagian dalam yang penuh cairan.
Serpihan tersebut biasanya akan hanyut di sepanjang saluran telinga bagian dalam akibat gerakan kepala tertentu dan menyebabkan gerakan cairan yang abnormal. Gerakan tersebut akan mengirim sinyal membingungkan ke otak dan memicu vertigo.
8. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 1 dan cara menyingkirkan DD lainnya!
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIKD
EFIN
ISI • OMSK adalah stadium
dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari
telinga tengah dan mastoid dan membran
timpani tidak intak (perforasi) dan
ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Istilah
kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih.
EPID
EMIO
LOG
I • Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 Universitas Sumatera Utara prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.
ETIO
LOG
I • Lingkungan • Genetik • Otitis media
sebelumnya• Infeksi• Infeksi saluran nafas
atas• Autoimun• Alergi• Gangguan fungsi tuba
eustachius
KLASIFIKASI
Tipe tubotimpani
Penyakit aktif
Penyakit tidak aktif
Tipe atikoantral
Kolesteatom
Kolesteatom kongenital
Kolesteatom didapat
• Otitis Media Akut dengan perforasi membrane timpai menjadi Otitis Media Supuratif Kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut Otitis Media Supuratif Subakut. Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
PERJALANAN KLINIS
GEJALA KLINIS
Telinga berair
Gangguan pendengaran Nyeri telinga
Vertigo
9. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 2 dan cara menyingkirkan DD lainnya!
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DENGAN KOLESTESTOMA
OMSK dengan Kolesteatoma
• Definisi Kolesteatoma dapat didefinisikan sebagai lesi non neoplastik dan destruktif yang mengandung lapisan keratin pada suatu kavitas yang dilapisi oleh epitel skuamus dan jaringan ikat subepitelial .
• Epidemiologi Insiden kolesteatoma berkisar antara 3 kasus dari 100.000 pada anak anak dan 9 kasus dari 100.000 pada dewasa dan lebih dominan terhadap laki- laki dibanding perempuan
Patogenesis kolesteatoma • Kongenital kolesteatoma• Kista keratin bisa terakumulasi
karena epitel yang dihasilkan tertutup. Pada umumnya, kista akan terbentuk sebagai kelainan pertumbuhan atau karena penyebab iatrogenik. Kolesteatoma dikatakan kongenital apabila memiliki syarat sebagai berikut yakni: – Massa putih medial dengan
membran timpani utuh. – Pars tensa dan pars plaksida
normal. – Tidak ada riwayat telinga berair,
perforasi ataupun prosedur otologik sebelumnya.
• Acquired kolesteatoma• Kolesteatoma acquired dibagi
menjadi primer dan sekunder. – Primary acquired
cholesteatoma adalah kolesteatoma yang berasal dari retraksi pars flaksida
– Secondary acquired cholesteatoma adalah kolesteatoma yang terjadi akibat perforasi membran timpani, biasanya pada kuadran posterior superior telinga tengah.
Gejala OMSK
• Telinga berair berkepanjangan melalui membran timpani yang tidak utuh lagi.
• Telinga biasanya tidak terasa sakit. • Pasien juga mengeluhkan telinga berair. • Pemeriksaan otoskopi biasanya menemukan
perforasi membran timpani dengan mukosa telinga tengah yang sedikit edema. Pada OMSK tipe bahaya, juga sering disertai dengan adanya jaringan granulasi pada sekitar daerah perforasi.
Tanda- tanda klinis OMSK tipe bahaya adalah :
• Terdapat abses atau fistel retroaurikuler • Terdapat polip atau jaringan granulasi di liang
telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah.
• Terlihat kolesteatoma pada telinga tengah terutama di epitimpanum.
• Sekret berbau nanah dan berbau khas
Diagnosis
• Anamnesis Penyakit ini datang dengan perlahan –lahan dan gejala yang paling sering dijumpai adalah– Telinga berair – Adanya sekret di liang telinga yang berbau busuk – Terkadang disertai jaringan granulasi ataupun polip,
maka sekret yang keluar berupa darah. – Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang
pendengaran atau telinga berdarah• Pemeriksaan otoskopi• Pemeriksaan radiologi• Pemeriksaan audiologi
10. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 3 dan cara menyingkirkan DD lainnya!
LABIRINTIS
Definisi Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin).
Keadaan ini dapat ditemukan sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja.
Etiologi Labirinitis
Labirinitis bakteri (supuratif)
1. Labirinitis akut atau toksik (serous)2. Labirinitis akut supuratif 3. Labirinitis kronik supuratif 4. Labirinitis fibroseus
Labirinitis Viral
Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh
berbagai macam virus. Seperti: - infeksi virus mumps
- virus influenza
Patogen penyebab Labirinitis Akut (serous):- S. pneumoni- Streptokokus - Hemofilus influenza. Labirinitis Kronik: mikroorganisme penyebab biasanya disebabkan campuran dari basil gram negative- Pseudomonas- Proteus - E.coli. VIRUS- Cytomegalo virus- virus campak- mumps dan rubella (measles, mumps, rubella =
MMR)- virus herpes- influenza- HIV merupakan patogen penyebab pada
labirinitis viral.
Klasifikasi Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu: 1. Labirinitis lokalisata (labirinitis
sirkumskripta, labirinitis serosa)
Merupakan komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam. 2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif)
Merupakan suatu keadaan infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan membran.
Tanda dan Gejala Labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya :1. vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan
hingga menengah secara tiba-tiba. Labirinitis difusa (supuratif):- Didapati gangguan vestibular- Vertigo yang hebat- Mual dan muntah dengan disertai nistagmus. - Gangguan pendengaran menetap- Tidak dijumpai demam- Tidak ada rasa sakit di telinga. - Penderita berbaring dengan telinga yang sakit
ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak. - Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi
membrana timpani. LABIRINITIS VIRAL Pada labirinitis viral biasanya telinga yang dikenai unilateral.
Pemeriksaan Penunjang Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula: 1. Tes fistula positif akan menimbulkan
nistagmus atau vertigo.
2. Tes fistula negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal.
Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan kadang-kadng dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.
11. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 4 dan cara menyingkirkan DD lainnya!
OTOSKLEROSIS
OTOSKLEROSISD
EFIN
ISI • Otosklerosis
merupakan penyakit pada kapsul tulang
labirin yang mengalami
spongiosis di daerah kaki stapes,
sehingga stapes menjadi kaku dan
tidak dapat menghantarkan getaran suara ke
labirin dengan baik.
EPID
EMIO
LOG
I
• Insiden penyakit ini paling tinggi pada
bangsa kulit putih (8-10%), 1% pada bangsa Jepang dan 1% pada bangsa kulit hitam.
Angka insiden di Indonesia belum pernah dilaporkan, tetapi telah dibuktikan penyakit ini
ada pada hampir semua suku bangsa di
Indonesia, termasuk warga keturunan Cina,
India dan Arab. Penyakit ini pada bangsa kulit
puth mempunyai factor herediter tetapi dari
pasien-pasien yang ada di Indonesia belum pernah di temukan.
ETIO
LOG
I • Penyebab penyakit ini belum dapat di
pastikan. Diperkirakan
beberapa factor ikut sebagai penyebab
seperti, factor keturunan dan
gangguan perdarahan pada
stapes.
• Pendengaran terasa berkurang secara progresif. Keluhan lain yang sering adalah tinnitus dan kadang vertigo. Dari pengamatan sebagian besar pasien yang dating berobat, terutama disebabkan karena gangguan tinnitus dan ketulian telah mencapai 30-40 dB. Penyakit ini lebih sering terjadi bilateral dan perempuan lebih banyak dari laki-laki, umur pasien antara 11-45 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan membrane timpani utuh, normal atau dalam batas-batas normal. Tuba biasanya paten dan tidak terdapat riwayat penyakit telinga atau trauma kepala atau telinga sebelumnya. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan audiometri nada murni dan pemeriksaan impedance.
• Dilaporkan juga bahwa kemungkinan terlihat gambaran membrane timpani yang kemerahan oleh karena terdapat pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign). Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising (Paracusis Willisii).
GEJALA KLINIS
12. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 5 dan cara menyingkirkan DD lainnya!
OTOTOKSISITAS
Definisi
• Gangguan yang terjadi pada alat pendengaran yang terjadi karena efek samping dari konsumsi obat-obatan.
• biasanya bermanifestasi menjadi tuli sensoryneural.
• Dapat bersifat reversibel maupun permanen.
Gejala Klinis
• Tinitus• gangguan pendengaran• vertigo
Gejala utama ototoksisitas
berupa
Patomekanisme
Aminoglikosida
mengaktifkan nitric oxide synthetase
meningkatkan konsentrasi nitric
oxide
menghasilkan radikal bebas di telinga
dalam
Terjadi reaksi antara oksigen radikal
dengan nitric oxide
Membentuk peroxynitrite radical
yang bersifat destruktif
Mampu menstimulasi kematian sel
(apoptosis) secara langsung
Terjadi kerusakan permanen sel rambut
luar koklea
Berakibat gangguan pendengaran
permanen
Alur Diagnosis
Anamnesis
• Keluhan utama• RPS : Keterangan lengkap gejala-gejala ototksisitas (kapan terjadinya, mendadak, unilateral atau
bilateral)• Riwayat penyakit dahulu (apa pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya)• Riwayat medis dahulu (pernah trauma, riwayat perawatan di RS, riwayat sakit telinga).
Singkirkan penyebab lain, misalnya riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma kustik, terpajan bising, atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza berat, dan meningitis.
• Riwayat pengobatan (obat-obatan apa saja yang sedang dikonsumsi, dosisnya, dan sudah berapa lama menggunakan obat tersebut)
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik dilakukan berupa tes pendengaran, yaitu tes penala dan tes bisik.
• Tes penala meliputi tes Rinne, tes Schwabach, dan tes stenger.
• Gangguan pendengaran akibat ototoksik biasanya adalah tuli sensorineural sehingga akan didapatkan hasil tes Rinne positif, tes weber terjadi lateralisasi ke telinga yang sehat, dan tes scwabach memendek.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan audiometer untuk membuat audiogram.
• Kriteria ototoksisitas yang digunakan adalah -Penurunan ambang nada murni sebesar 20db atau lebih dalam 1 frekuensi. - Penurunan 10db atau lebih di dua frekuensi. - Kehilang respon pada 3 frekuensi
13. Jelaskan Faktor Resiko Penurunan Pendengaran!
Faktor Resiko Penurunan Pendengaran
• Hipertensi• Masa Kerja dan Umur• Gizi• Merokok• Kadar Kolesterol Total
14. Jelaskan Patomekanisme Otorrhea!
Otorrhea• Telinga berair (otore) adalah keluarnya sekret dari
liang telinga.• Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi
telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umunya berasal dari telinga tengah.
• Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatoma.
• Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.
• Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal
Infeksi saluran atas yang melibatkan nasofaring
Inflamasi ini akan menjalar dari nasofaring
ke tuba eustachius
Memicu stasis & mengubah tekanan di dalam telinga tengah
Memicu infeksi bakteri patogenik yg
berasal dari nasofaring
Terjadi reaksi inflamasi akut yang ditandai dgn vasodilatasi, eksudasi,
invasi leukosit, fagositosis & respon
imun lokal
Semakin lama eksudasi semakin banyak
Mendesak membran timpani
Membran timpani perforasi
Keluar cairan dari telinga (otorrhea)
15. Jelaskan Derajat Ketulian!
Derajat Ketulian
• Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu : (AD 500 Hz + AD 1000 Hx + AD 2000 Hz) : 3
• Pada interpretasi audiogram harus ditulis :– Telinga yang mana– Apa jenis ketuliannya– Bagaimana derajat ketuliannya
Derajat Ketulian
0 – 25 dB normal>25 – 40 dB Tuli ringan>40 – 55 dB Tuli sedang>55 – 70 dB Tuli sedang berat>70 – 90 dB Tuli berat>90 dB Tuli sangat berat
16. Jelaskan Pencegahan dari Penurunan Pendengaran!
• Kenakan Pelindung pendengaran • Gunakan Penyumbat telinga (earplug)• Gunakan Penutup telinga (earmuffs) • Gunakan Penyumbat telinga dan penutup
telinga (earplug dan earmuffs)• Jangan mendengarkan suara keras terlalu lama • Memperkecil kenyaringan suara. • Hindari factor risiko• Penyuluhan mengenai kesehatan telinga• Skrining
17. Jelaskan Tatalaksana dari Setiap DD!
Otitis Media Supuratif Kronik
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan
H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Secara
oral diberikan antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima.
Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi terhadap ampicillin dapat
diberikan ambicillin dengan asam klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka
idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah
terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Otitis Media Supuratif Kronik dengan Kolesteatoma
• Mastoidektomi Sederhana • Mastoidektomi Radikal • Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi • Miringoplasti • Timpanoplasti • Timpanoplasti dengan Pendekatan Ganda
Ada beberapa jenis teknik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara
lain :
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna (OMSK disertai dengan kolesteatoma) adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi. Infeksi kronis telinga tengah dapat menyebabkan mastoiditis.
Labirinitis
Antibiotik Antihistamin
Operasi Perawatan Suportif
Otoskelorosis
Pengobatan penyakit ini adalah dengan operasi stapedektomi atau stapedotomi, yaitu stapes diganti dengan bahan protesis. Operasi ini merupakan salah satu operasi bedah mikro yang sangat rumit dalam bidang THT. Pada kasus yang tidak dapat dilakukan operasi, Alat Bantu Dengar (ABD) dapat sementara membantu pendengaran pasien.
Ototoksik
Tuli yang diakibatkan oleh obat-obatan ototoksik tidak dapat diobati.
Berat ringannya ketulian yang terjadi tergantung kepada jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan. Kerentanan pasien
termasuk yang menderita insufisiensi ginjal dan sifat obat itu sendiri.
Apabila ketulian sudah terjadi dapat dicoba melakukan rehabilitasi antara lain dengan Alat
Bantu Dengar (ABD), psikoterapi, auditory trainning, termasuk cara menggunakan sisa
pendengaran dengan ABD, belajar komunikasi total dengan belajar membaca bahasa isyarat.
Pada tuli total bilateral mungkin dapat dipertimbangkan pemasangan implan koklea.
18. Jelaskan Komplikasi dari Setiap DD!
Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik
Komplikasi ditelinga tengah
• Perforasi persisten• Erosi tulang
pendengaran• Paralisis nervus
fasial
Komplikasi telinga dalam
• Fistel labirin• Labirinitis supuratif• Tuli saraf
( sensorineural)
Komplikasi ekstradural
• Abses ekstradural• Trombosis sinus
lateralis• Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat
• Meningitis• Abses otak• Hindrosefalus otitis
Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik dengan Kolesteatoma
komplikasi yang sering terjadi karena terjadi erosi pada rangkaian tulang pendengaran.
Tuli konduksi Terdapatnya tuli sensorineural menandakan terdapatnya keterlibatan labirintin.
Tuli sensorineural
Setelah operasi sebanyak 3% telinga yang dioperasi mengalami kerusakan permanen karena penyakitnya sendiri atau komplikasi proses penyembuhan.
Kehilangan pendengaran
total- Disebabkan karena hancurnya tulang diatas nervus fasialis 7
- Paralisis dapat berkembang secara akut mengikuti infeksinya atau lambat dari penyebaran kronik kolesteatomanya.
Paralisis fasialis
- Fistula labyrinthin terjadi pada 10% pasien dengan infeksi kronik dengan kolesteatoma.
- Fistula dicurigai pada pasien dengan gangguan tuli sensorineural yang sudah berjalan lama dan atau vertigo dengan perubahan tekanan pada telinga tengah
Fistula labirintin - Komplikasi intrakranial
seperti abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses intrakranial terjadi pada 1% penderita kolesteatoma.
- Komplikasi intra kranial ditandai dengan gejala otore maladorous supuratif, biasanaya dengan nyeri kepala kronik, nyeri dan atau demam.
Intrakranial
Komplikasi labirinitis
Komplikasi seperti hidrops endolimfatik dan penyakit Meniere’s.
Penyebaran peradangan ke daerah lain di telinga.
Tuli total dan meningitis serta abses intracranial.
kerusakan vestibulokoklea yang lebih lanjut.
Intrakranial melalui perineural dan perivaskuler.
Subaratiroid melalui aqua duktus koklearis ( Perilimfe ).
Durameter melalui duktus endolimfatik ( endolimfe ).
Gangguan pendengaran menjadi parah dan progresif.
Komplikasi Otosklerosis
Tuli kondusif
Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)
Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)
Granuloma Kolesterin. Reaksi sistem imun terhadap produksi samping darah
Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang
Komplikasi Ototoksik
Terjadinya gangguan fungsional pada telinga dalam yang disebabkan karena terjadi perubahan struktur anatomi pada organ telinga dalam.
Degenerasi stria vaskularis
Degenerasi sel epitel sensori
Degenerasi sel ganglion
Tuli permanen
19. Jelaskan Prognosis dari Setiap DD!
Prognosis dari Setiap Differntial DiagnosisOMSK• Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses
infeksinya. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan kematian karena telah mengalami komplikasi intrakanial.
OMSK Kolesteatoma• Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat menyebabkan
ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius.
Labirinitis• Gejala-gejala akut seperti vertigo dan mual dan muntah akan hilang setelah beberapa hari atau minggu
pada segala tipe labirinitis, namun gangguan pendengaran bisa bervariasi. Labirinitis supuratif hampir selalu mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen
Otoskeloris• Pemeriksaan garpu tala menentukan keberhasilan dari tindakan bedah, diikuti dengan alat – alat bedah dan
tehnik pembedahan yang digunakan ikut menentukan prognosis.
Ototksik• Prognosis sangat tergantung kepada jenis obat, jumlah obat, lamanya pengobatan dan kerentanan pasien.
Adanya faktor resiko seperti gagal ginjal akut ataupun kronis dan pengobatan ototoksik yang lain secara bersamaan akan tetapi pada umumnya prognosis tidak begitu baik dan malah makin memburuk.
20. Jelaskan Pencegahan dari setiap DD!
Pencegahan OMSK
Pencegahan primer OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencetus OMSK yaitu:
- infeksi saluran pernapasan atas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan
- rajin berolahraga
- Tidak membersihkan telinga dengan benda yang berujung keras,
- Tidak terlalu lama berada dalam air ketika berenang jika tidak menggunakan pelindung telinga.
OMSK dengan kolesteatoma
Terdapat dua jenis gangguan kolestetoma, yaitu :
1. Kolesteatoma kongenital tumbuh di belakang
gendang telinga ( membran timpani ) dan merupakan bawaan sejak lahir . Diperkirakan bahwa beberapa sel kulit berkembang di tempat yang salah di telinga sehingga terbentuk sebuah kolesteatoma
2. Kolestetoma akuital
Labirinitis
a. Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping
b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat terjadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.
Pencegahan Otosklerosis
• RasBeberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi pada ras Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi oriental. Dan sangat jarang pada orang negro dan suku Indian Amerika.
• Faktor KeturunanOtosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit yang diturunkan secara autosomal dominant dengan penetrasi yang tidak lengkap (hanya berkisar 40%). Derajat dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi otosklerotik lesi pada kapsul tulang labirin.
• GenderOtosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita dibanding pria.
• Sejarah keluargaSekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan memiliki keluarga dengan riwayat yang sama.
Pencegahan ototoksisitas akibat obat sistemik
Pencegahan dilakukan dengan memonitor kadar obat dalam serum dan fungsi ginjal serta pemeriksaan pendengaran sebelum, selama dan sesudah terapi.
Aminoglikosid bertahan lama di kokhlea sehingga pasien harus diedukasi untuk menghindari lingkungan yang bising sampai dengan 6 bulan sesudah terapi dihentikan karena mereka lebih rentan terjadi kerusakan kokhlea akibat bising.
Pencegahan Ototoksisitas akibat diuretik
Pencegahan ototoksisitas akibat diuretik dapat dilakukan dengan penggunaan dosis yang terendah yang masih bisa mencapai efek terapi dan menghindari penggunaan intravena dengan tetesan cepat.
Pencegahan ototoksisitas akibat obat kemoterapi
Pada pasien yang akan menerima obat kemoterapi usahakan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan sebelum, selama dan sesudah terapi bahkan sampai 6 bulan kemudian. Anjurkan pasien untuk menghindari suasana yang bising sampai 6 bulan sesudah terapi selesai.
21. Jelaskan Klasifikasi dari Cairan yang Keluar dari Telinga!
Ada tiga jenis cairan yang keluar dari telinga :• Cairan encer dan bening• Cairan lengket dan kental • Serumen
kering berwarna kekuning-kuningan atau abu abu
basah berwarna coklat, licin, lengket dan dapat berubah warna menjadi gelap bila terpapar udara bebas