10
MOHAMMAD RIVALDI 1102014159 1. MM Demam 1.1 Definisi Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam hiptalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang di produksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. (Juliana,2008) 1.2 Klasifikasi - Demam kontinyu: ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 C selama periode 24 jam - Demam remiten: ditantai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi melenihi 0.5 C per 24 jam - Demam intermiten: suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari - Demam septic atau hektik: terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar - Demam quotidian: disebabkan oleh p. vivax, ditandai dengan paroksime demam yang terjadi pada siang hari (soegeng soegijanto, 2002) 1.3 Mekanisme Bakteri masuk ke tubuh melalui makanan maupun minuman yang terkontaminasi dapat juga dikarenakan imunitas tubuh yang menurun ataupun jumlah bakteri yang meningkat yang akhirnya masuk ke system pencernaan di usus halus yang selanjutnya menembus ke pembuluh darah yang menyebabkan leukosit mengeluarkan zat pirogen yang merangsang fospolipid dan akhirnya menyebabkan inflamasi selanjutnya fospolipid berubah menjadi asam arakidonat dan menghasilkan prostaglandin dengan bantuan fospolipase A2, prostlagandin menghasilkan D2, E2, F2.

PBL IPT 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aa

Citation preview

MOHAMMAD RIVALDI1102014159

1. MM Demam1.1 DefinisiDemam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam hiptalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang di produksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. (Juliana,2008)

1.2 Klasifikasi Demam kontinyu: ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 C selama periode 24 jam Demam remiten: ditantai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi melenihi 0.5 C per 24 jam Demam intermiten: suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari Demam septic atau hektik: terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar Demam quotidian: disebabkan oleh p. vivax, ditandai dengan paroksime demam yang terjadi pada siang hari (soegeng soegijanto, 2002)

1.3 MekanismeBakteri masuk ke tubuh melalui makanan maupun minuman yang terkontaminasi dapat juga dikarenakan imunitas tubuh yang menurun ataupun jumlah bakteri yang meningkat yang akhirnya masuk ke system pencernaan di usus halus yang selanjutnya menembus ke pembuluh darah yang menyebabkan leukosit mengeluarkan zat pirogen yang merangsang fospolipid dan akhirnya menyebabkan inflamasi selanjutnya fospolipid berubah menjadi asam arakidonat dan menghasilkan prostaglandin dengan bantuan fospolipase A2, prostlagandin menghasilkan D2, E2, F2. Yang menyebabkan demam adalah prostlaganding E2

1.4 suhu tubuh Suhu tubuh rendah bisa disebut sebagaihipotermia. Suhu tubuh yang terlalu rendah dapat mengancam jiwa karena memperlambat sistem kerja saraf dan pernapasan, serta peredaran darah. Seseorang dikatakan mengalami hipotermia jika suhu tubuh berada di bawah 35 derajat Celcius. Kondisi ini terjadi ketika seseorang terkena paparan cuaca dingin seperti terlalu lama berada di tempat dingin, tidak memakai pakaian hangat saat di tempat dingin, atau terjatuh ke dalam air yang sangat dingin. Suhu tubuh tinggi. Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh berada pada titik lebih dari 38,3 derajat Celcius. Hipertermia terjadi ketika tubuh gagal mengatur suhu sehingga suhu tubuh pun terus meningkat. Sengatan panas akan dirasakan oleh pengidap hipertemia.Demam berbeda dari hipertermia. Seseorang dikatakan mengalami demam ketika suhu tubuhnya berada di atas 37,5 derajat Celcius. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dalam tingkat yang sepenuhnya terkendali oleh sistem pengaturan suhu tubuh sedangkan hipertermia adalah meningkatnya suhu tubuh di luar kendali sistem tersebut. (alodokter.com)

2. MM Salmonela Enterica2.1 DefinisiBakteri Gram negative, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora (widoyono, 2011)2.2 morfologiPanjang Salmonella bervariasi. Sebagian besar isolate motil dengan flagel peritrika. Merupakan batang gram negative. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana. Tidak memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Tetapi membentuk asam dan terkadang gas dari glukosa dan manosa. Salmonella biasanya menghasilkan H2S. Bertahan didalam air yang membeku dengan waktu yang lama. Salmonella resistan terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian, natrium tetrationat, natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lain. Salmonella umumnya bersifat pathogen untuk manusia. (mikrobiologi kedokteran, jawetz, edisi 23)

2.3 klasifikasiAda 2 spesies utama yaitu Salmonella enterica dan Salmonella bongori. Salmonella enterica memiliki 5 subspesies yaitu subspecies enterica (subspecies I), salamae (subspecies II), arizonae (subspecies IIIa), diarizonae (subspecies IIIb), hountenae (subspecies IV) dan indica (subspecies VI)Berdasarkan serotype salmonella dibagi menjadi :1. Salmonella Paratyphi A ( serogrup A)2. Salmonella Paratyphi B (serogrup B) 3. Salmonella Cholerasuis (serogrup C1) 4. Salmonella Typhi (serogrup D)( mikrobiologi kedokteran, jawetz, edisi 23)

2.4 siklus hidup

3. MM Demam Tyfoid3.1 DefinisiDemam tifoid adalah infeksi salmonella typhi yang terutama mengenai folikel limfoid ileum, ditandai dengan mengigil, demam, sakit kepala, batuk, lemah, ditensi abdomen, splenomegali, dan makulopapular ( Dorland, 2008)

3.2 EtiologiPenyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah gram negative, tidak berkapsul, mempunyai flagel dan tidak membentuk spora. Bakteri salmonella akan mati pada pemanasan suhu 57oC selama beberapa menit. Ada tiga antigen penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu : antigen O (somatic), antigen H (flagella) dan antigen K (selaput) (buku Penyakit Tropis edisi kedua Widoyono)

3.3 EpidemiolgiDemam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara sedang berkembang. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19 tahun sama seperti di Amerika Selatan.Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengekresikannya melalui sekret urin, saluran pernafasan, dan tinja dalam waktu yang bervariasi. S. typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. S. typhi mudah mati dengan klorinasi dan pasteurisasi.Penularan kuman dapat juga terjadi melalui transmisi transpasental ari seorang ibu hamil yang berada dalam keadaan bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium penelitian.

3.4 patogenesisKuman salmonella typhi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Kuman yang masuk sebagian dimusnahkan didalam lambung tetapi ada sebagian yang lolos masuk kedalam usus dan berkembang biak. Bila respon imunitas mukosa usus kurang baik, kuman akan menembus sel-sel epitel dan ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup didalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Melalui duktus torasikus kuman dalam makrofag masuk kedalam sirkulasi darah (bakteri utama yang asimtomatik) dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial terutama hati dan limpa. Di organ inilah makrofag ditinggal dan berkembang biak. (buku Ilmu Penyakit Dalam)

3.5 diagnosis dan diagnosis banding diagnosis Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa: demam naik secara bertahap lalu menetap selama beberapa hari, demam terutama pada sore atau malam hari. sulit buang air besar atau diare, dan sakit kepala. gangguan kesadaran, bradikardia relatif, lidah kotor, hepatomegali atau splenomegali.Dengan kriteria ini, maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis demam tifoid. Diagnosis banding

3.6 penatalaksanaan Preventif dan kontrol penularanSecara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu:1. Identifikasi dan eradikasi S. typhi baik pada kasus demam tifoid asimtomatik, tifoid carrier, maupun kasus tifoid akut.2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S. Typhi akut maupun carrier. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui mengidap kuman S. typhi, misalnya dengan peningkatan mutu sarana sanitasi dan saluran air.3. Proteksi pada orang yang berisiko tinggi terinfeksi. Dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik. Daerah non-endemik. Tanpa ada kejadian outbreak atau epidemi. Sanitasi air dan kebersihan lingkungan. Penyaringan pengelola pembuatan, distribusi, dan penjualan makanan dan minuman. Pencarian dan pengobatan kasus tifoid carrier.

Bila ada kejadian epidemi tifoid Pencarian dan eliminasi sumber penularan. Pemeriksaan air minum dan MCK. Penyuluhan kesehatan dan sanitasi pada populasi umum daerah tersebut. Daerah endemik Masyarakat pengelola bahan makanan dan minuman yang memenuhi standar prosedur kesehatan. Pengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah melalui pendidihan, menjauhi makanan segar (sayur/buah). Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat maupun pengunjung.a. Vaksinasi Vaksin oral : Ty21a (vivoid berna). Belum beredar di indonesia. Vaksin parenteral: ViCPS (Typhim Vi/pasteur merieux), vaksin kapsul polisakarida. (widoyono, 2011)

3.7 komplikasikomplikasi yang terjadi antara lain komplikasi pada system saraf seperti ensefalitis, ensefalomielitis; gangguan psikiatri, miokarditis akut, hepatitis, osteomilitis, arthritis septik, juga komplikasi pada usus berupa pendarahan pada perforasi. Relapse merupakan komplikasi yang umumnya terjadi setelah satu sampai tiga minggu pengobatan dihentikan ( karsinah et.al,1994)komplikasi yang biasa terjadi adalah perforasi usus perdarahan usu neuropsikiatri ( widoyono, 2011)

3.8 pencegahanSecara umum pencegahan demam tifoid dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan dan minuman seperti merebus air minum dan makanan sampai mendidih. Sanitasi lingkungan, pembuangan sampah dan imunisasi. Secara lebih detail, ada beberapa hal yang harus mencangkup dalam pencegahan demam tifoid, yaitu: 1. Penyediaan sumber air minum yang bersih2. Penyediaan jamban yang sehat3. Sosialisasi budaya mencuci tangan4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum5. Pemberantasan lalat6. Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman7. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui8. Imunisasi Imunisasi pencegahan tifoid termasuk program pengembangan imunisasi yang dianjurkan di Indonesia. Ada beberapa jenis vaksin yaitu:1. Vaksin parental utuh. Berasal dari sel S. Typhi utuh yang sudah mati. Karena efek samping dan tingkat perlindungan yang pendek maka vaksin ini sudah tidak beredar lagi.2. Vaksin oral Tya21a. mengandung S. Typhi strain Ty21a hidup. Dapat memberikan perlindungan selama 5 tahun3. Vaksin parental polisakarida. Berasal dari polisakarida Vi dari kuman Salmonella. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relative aman.(buku Penyakit Tropis edisi kedua Widoyono)

3.9 PrognosisPrognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak adalah 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4 %. Sehingga rata-ratanya adalah 5,7%.

4. MM Antibiotik untuk Kuman Penyebab Tyfoid4.1 kinetikkontrimoksazol: rasio kadar sulfat metoksazol dan trimetroprim yang ingin dicapai dalah darah ialah 20 : 1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetropim mempunyai volume distribusi yang lebih besar daripada sulfatmetoksazol.farmakologi antibiotic dibagi menjadi farmakokinetika dan farmakodinamika. Farmakodinamika antibiotic digambarkan konsentrasi waktu obat dalam tubuh makhluk hidup yang menghasilkan respon antimicrobial, yaitu apakah mikroba tereradikasi atau tidak. Sedangkan secara farmakokineta hanya digambarkan dari profil konsentrasi dan waktu obat dalam tubuh makhluk hidup. Secara prinsip, pemilihan antibiotika yang tepat harus mempertimbakan aktivitas mikrobiologi dan farmakodinamik masing masing terhadap pola sensitivitas kuman setempat. Dosis efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar hambat minimal ( minimum inhibitory concentration/MIC) kemampuan pertahanan tubuh individu, lokasi infeksi, dan farmakokinetika antimikroba. The international society for Anti-Infective Pharmalogy (ISAP) mengawali studi farmakokinetik dan farmako dinamik antibiotic untuk memperbaiki dosis regiment. Sejak studi dan penggunaan prinsip farmakokinetik dan farmakodinamik dalam terapi antibiotic ditingkatkan secara besar besaran. Berdasarkan mekanisme aksinya, obat antibacterial dibagi menjadi time-dependent antibiotic dan concentration-dependent antibiotic. (Gunawan. GS 2007)4.2 dinamikkotrimazol: menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi trimetroprim dan sulfatmetoksazol memberikan efek sinergi. Flurokinolon: sub unit A dari DNA-girase dihambat. Dengan demikian, penghambat girase puntiran DNA (supercoiling) yang mutlak diperlukan untuk fase istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC.Karsinah,et.al. 1994 buku ajat mikrobiologi kedokteran mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.Gunawan, SG, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.Staf Pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.Sudoyo, AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.