Upload
jerry-berlianto-binti
View
318
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas okupasi
Citation preview
[ ] October 27, 2011
Occupational Medicine
“Kecelakaan Kerja”
Fakultas Kedokteran UKRIDA
William Grandinata Soeseno/ 10.2008.210
Skenario
Seorang pekerja laki-laki usia 35 tahun sedang memperbaiki dinding gedung lantai 2. Pada saat
memperbaiki, stager yang dipijak patah dan terjatuh. Saat itu pekerja tidak memakai tali
pengaman. Ia mengalami patah paha kanan dan memerlukan tindakan operasi. Dokter
perusahaan membuat laporan kejadian untuk mengurus klaim kepada JAMSOSTEK.
Abstrak
Pekerjaan yang ada di dunia ini selalu memiliki aspek fisik, biologi, kimia, ergonomis dan
psikologi. Aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(K3). Apabila aspek-aspek ini diabaikan maka Kecelakaan Kerja pun tidak dapat dihindari.
Tingkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga dipengaruhi oleh alat-alat pelindung diri yang
dipakai di tempat kerja. Dalam bekerja tingkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat
diperhitungkan dan diutamakan.
1
[ ] October 27, 2011
Pendahuluan
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-
menerus berkembang. Sekitar 75% -nya merupakan pekerja di negara berkembang yang risiko di
tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja
yang mengakibatkan 330.000 kematian. Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat
pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya. Setiap tahun
sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan
itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena laporan dari berbagai wilayah di dunia
tidak dapat reliable.
Jumlah penduduk Amerika yang termasuk dalam angkatan kerja negara ini mencapai
sekitar 133,5 juta. Setelah rumah, orang Amerika menghabiskan sebagian besar waktunya pada
pekerjaan; karenanya tempat kerja yang aman dan sehat sangat penting jika Amerika ingin
memenuhi tujuan khusus kesehatan mereka di tahun 2010. Memang tidak selalu mudah untuk
membedakan antara terminologi kecelakaan kerja dengan terminologi sakit atau penyakit akibat
kerja. Namun secara umum telah diterima bahwa penyakit akibat pekerjaan (occupational
desease) adalah gangguan atau kondisi abnormal apapun, selain kondisi atau gangguan akibat
cedera terkait pekerjaan, yang disebabkan oleh factor-faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan. Termasuk di dalamnya adalah sakit atau penyakit akut kronis yang dapat terjadi akibat
menghirup , menyerap, menelan, atau kontak langsung. Kasus cedera akibat pekerjaan
(occupational injury) adalah cedera apapun, semacam luka terpotong, patah, keseleo, amputasi,
dan lain-lain, yang terjadi akibat suatu peristiwa terkait pekerjaan atau akibat satu kejadian yang
tiba-tiba di lingkungan tempat kerja.1
Risiko pekerjaan sudah pasti ada bahkan pada zaman prasejarah, bukan saja selama
berburu atau berperang, tetapi juga selama aktivitas yang lebih tenang seperti persiapan
pembuatan api dengan batu. Penemuan pembuatan api ini menyiratkan bahwa bahkan pada
zaman terawal itu pun, pekerja kemungkinan berisiko terkena silikosis(debu dalam paru-paru).
Tinjauan sejarah yang lebih mendalam terhadap masalah kesehatan dan keselamatan
kerja dari zaman awal mesir sampai saat ini telah dipublikasikan. Tonggak bersejarah ini berawal
2
[ ] October 27, 2011
pada tahun 1561 dengan catatan kerja harian George Agricola tentang pertambangan, De Re
Metallica, yang menekankan pentingnya keberadaan ventilasi pada tambang. Pada tahun 1567,
karya Philipus Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim, juga dikenal dengan
Paracelsus, dipublikasikan dengan judul On the Miner’s Sickness and Other Miner’s Deseases.
Kedua buku itu merupakan karya signifikan pertama yang menggambarkan penyakit terkait
pekerjaan tertentu. Karya pertama tentang penyakit akibat kerja secara umum adalah Discourse
on the Deseases of Workers dari Ramazzini, yang dibuat pada tahun 1700.
Populasi yang bekerja di suatu industri merupakan bagian dari populasi dalam komunitas
yang lebih besar tempat industri tersebut berdiri. Pekerja, biasanya merupakan orang tersehat di
masyarakat , akan terpajan bahan-bahan berbahaya tertentu dalam konsentrasi tertingginya
selama melaksanakan pekerjaannya. Di pabrik inilah, tersedia data kesehatan dan pajanan yang
paling akurat yang dapat disebarkan bagi masyarakat umum. Kebanyakan polutan, yang aturan
tingkat pajanan amannya telah diterapkan, merupakan bahan-bahan di tempat kerja yang telah
dikaji terlebih dahulu.
Bahan berbahaya di tempat kerja bukan saja mempengaruhi pekerja, tetapi juga mereka
yang berada di luar lokasi kerja. Pengaruh itu dapat muncul melalui kontaminasi tanah dan air
tanah oleh bahan padat dan cair, ataupun melalui pencemaran udara oleh gas dan debu industri.
Pengaruh juga dapat muncul melalui kontaminasi pakaian dan kendaraan, seperti kasus pekerja
asbes yang istri dan anaknya ikut terpajan asbestos dari sumber-sumber tersebut. Penting untuk
diperhatikan bahwa populasi umum, yang mencakup anak-anak, orang tua, dan wanita hamil,
lebih sensitive terhadap polutan disbandingkan tenaga kerja.
Cara lain industri dan masyarakatnya berbagi masalah kesehatan adalah pada saat
terjadinya bencana industri. Contohnya mencakup kebocoran reactor nuklir Three Mile
Island(Pennsylvania) di Amerika Serikat pada tahun 1979, tragedi Bhopal di India tahun 1984,
dan bencana nuklir Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986. Dalam kasus-kasus tersebut, risiko
pajanan terhadap sumber energi kimia atau nuklir ini, yang semula terbatas di tempat kerja,
meluas menjadi risiko masyarakat umum.
Terakhir, kita perlu mengakui pekerja itu sendiri sebagai suatu komunitas, yang memiliki
masalah sosial dan risiko lingkungan yang sama. Kegagalan untuk mengenal sifat komunitas dari
3
[ ] October 27, 2011
kelompok-kelompok pekerja dan memantau kondisi medis semacam dermatitis, sakit kepala,
tekanan darah, atau kimia darah menjadi kelemahan besar di dalam pendekatan konvensional
kita terhadap masalah kesehatan kerja.
Ruang lingkup masalah
Walau kematian satu pekerja pun sudah terlalu banyak , perlu dicatat bahwa tingkat
kematian yang berhubungan dengan pekerjaan di Amerika Serikat menunjukkan penurunan yang
berarti dalam abad ini. Pada tahun 1912, diperkirakan 18.000 sampai 21.000 kasus kematian
akibat cedera terkait kerja terjadi dengan angka kematian sebesar 21 per 100.000 pekerja. Pada
tahun 1999, angka kemtian mencapai sekitar 4 per 100.000.
Sejumlah 5,7 juta kasus cedera dan sakit dilaporkan di lapangan kerja industri swasta
pada tahun 1999, mengakibatkan angka sebesar 6,3 kasus per 100 pekerja purnawaktu. Setiap
hari di Amerika Serikat rata-rata 9000 pekerja mengalami cedera yang melumpuhkan pada saat
bekerja, 17 pekerja meninggal akibat cedera di tempat kerja, dan 137 pekerja meninggal akibat
penyakit terkait pekerjaan. Pada tahun 1999, National Safety Council memperkirakan biaya
tahunan akibat kasus kematian dan kecelakaan terkait pekerjaan di Amerika Serikat mencapai
$123 milyar.
Data meenyebutkan bahwa angka fatalitas terkait pekerjaan di Amerika Serikat lebih
tinggi dibandingkan Swedia, Jerman, atau di Jepang. Selain peningkatan jumlah kematian, juga
terdapat kerugian ekonomi. Kemungkinan yang tampak adalah bahwa peningkatan keamanan di
tempat kerja dapat mengurangi biaya manfaat dan biaya medis terkait pekerjaan tanpa
mengurangi manfaat yang ditawarkan oleh pemilik usaha sehingga perusahaan-perusahaan di
Amerika menjadi lebih kompetitif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecelakaan kerja
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulann, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yyang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.
4
[ ] October 27, 2011
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah
faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari
suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat
mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia
mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar
tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia.
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa
benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak
atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi,
maupun di tempat datar.
Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan
kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa
bekerja, ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat
besar kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja,
gangguan kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau sekedar
merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun ringan,
gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan
terjadi.
Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan
faktor dari tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi
lagi menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis(lebih kearah individu) dan
industrial Hygene.
5
[ ] October 27, 2011
1. Faktor tempat kerja
Di dalam tempat kerja akan banyak dijumpai faktor-faktor pajanan yang apabila diabaikan
akan sangat membahayakan keselamatan ketika bekerja.
a. Fisika
- Banyak pajanan yang berupa fisik yang dapat dijumpai di tempat kerja manapun.
Pajanan bahaya potensial faktor fisik antara lain : kebisingan, suhu panas dan dingin,
getaran, pencahayaan dan radiasi elektromagnetik.
Kebisingan
Bising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan
oleh : frekuensi bunyi(Hz) dan Intensitas bunyi(db). Dengan NAB(Nilai Ambang
Batas) : 85 dbA per 8 jam/hari.
Dampak kesehatan yang terlihat : kerusakan auditorik dan non-auditorik.
Kerusakan auditorik : trauma akustik, ketulian sementara(Temporary Threshold
Shift), dan Ketulian menetap(Permanen Temporary Shift dan akan menjadi NIHL
apabila dibiarkan dan tidak ada upaya pencegahan/preventif.6
Kerusakan non-auditorik : gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga
gangguan perilaku. Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan depresi.
Upaya pencegahan : Program konservasi pendengaran (Hearing Conservation
Program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup telinga(earmuff) dan
helm pelindung telinga(ear protektif helmet).
Suhu panas dan dingin
Terdapat mekanisme control yang terlihat yakni : evaporasi, konveksi, radiasi dan
juga vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari
suhu udara, radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.
Satuan : Indeks suhu basah dan bola(ISBB).
Apabila tekanan panas secara terus-menerus terpajan maka akan mempengaruhi
kesehatan pekerjanya , antara lain : heat fatique, heat rash, heat syncope, heat
cramps, heat exhaustion dan heat stroke.
6
[ ] October 27, 2011
Sedangkan untuk tekanan dingin yang terpajan terus-menerus juga dapat
mempengaruhi kesehatan pekerjanya antara lain: Hipoterm, Frosbite, Trenchfoot
dan Chillblain.
Getaran/vibrasi
Suatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap
suatu nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah
jarak, kecepatan dan akselerasi.
Unit akselerasi : m/s2. Dengan NAB : 4 m/s2.
Sumber vibrasi : segmental dan juga seluruh tubuh(kendaraan forcliff)
Efek getaran terhadap tubuh : Motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan
ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibaration(HAV) yang dimana memiliki
beberapa gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced
White Finger(VWF) yang dimana gejalanya seperti Raynuad;s syndrome :
blanching, numbness, tingling dan Cyanosis.
Pencahayaan
Faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya
akan menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas
pekerja.
Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni : Intensitas
cahaya(luks) dan juga tingkat kesilauan(brightness)
Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni : Discomfort
glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum menimbulkan
keluhan organ) dan juga Disability glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak
nyaman dan juga keluhan organ sudah timbul).
.
Radiasi elektromagnetik
Radiasi sinar ultraviolet, sumber : sinar UV , las.Dan dapat ,enimbulkan penyakit
kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan
menggunakan kacamata kobal saat las.
7
[ ] October 27, 2011
Radiasi sinar infra merah, Sumber : peleburan baja, peleburan gelas, dan bara
logam. Tentunya dapat meningkatkan bebabn panas tubuh. Dan juga mempunyai
efek terhadap mata yaitu katarak.
Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit : konjunctivitis,
gangguan sistem saraf, dab gangguan reproduksi.
Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa : efek stokastik
dan non-stokastik. Memiliki efek akut : eritem, depresi sum-sum tulang,
penurunan fertilitas sementara/permanen. Efek kronis : kemandulan, kanker, cacat
congenital dan juga katarak.
b. Biologik
- Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada si sekitar manusia, dalam bentuk
mikroorganisme(virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan(debu organic), dan
binatang. Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat
dibedakan : penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di
masyarakat luas.
- Penggolongan pajanan biologi :
Pajanan biologi akibbat kerja
Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau
merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja.
Pajanan biologi lingkungan kerja
Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan
akibat tidak langsung akibat proses kerja, seperti higine dan pemeliharaan
tempat kerja yang kurang baik.
Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerja
Pajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat
kerja, yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di
tempat tersebut, seperti malaria, demam berdarah.
8
[ ] October 27, 2011
- Penyakit akibat pajanan biologi :
Penyakit Legionaire
Terjangkit melalui pernapasan dalam(menghirup) udara ber-aerosol yang
tercemar. Tidak menular dari orang ke orang.
Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi juga dapat pada alat-alat
maupun tempat-tempat tertentu, seperti : system buatan manusia seperti
menara pendingin pada AC, humidifiers, system sirkulasi air hangat, kamar
mansi system semprot, kran air, alat pembangkit uap, air mancur hias, peraltan
pengobatan saluran pernafasan.
Gejala : demam Pontiak(gejala seperti flu), infeksi yang lebih serius termasuk
pneumonia.
Penyakit di sektor pertanian : Antraks
PAK(Penyakit Akibat Kerja) pertama menurut ILO.
Transmisi : udara, makanan dan kontak.
Penyebab : Bacillus anthracis.
Avian flu
Menyebabkan pneumonia berat dan progresif.
Transmisinya melalui udara dari unggas ke manusia.
c. Kimia
- Yang terpenting untuk mencegah PAK(Penyakit Akibat Kerja) karena bahan kimia
diperlukan suatu criteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia tersebut. Hal
yang terpenting tersebut adalah MSDS(Material Safety Data Sheet).
- Dari MSDS tersebut maka akan langsung diketahui semua informasi mengenai bahan
kimia tersebut.
- MSDS adalah suatu Lembar Data Keselamatan Bahan(LDKB) memberikan informasi
yang penting yang dapat digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan
bahan kimia dan meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan tempat kerja.
- MSDS meliputi : nama bahan kimia, informasi tentang komposisi bahan, sifat-sifat
fisik dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif, identifikasi bahaya, tindakan P3K,
tindakan pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan kecelakaan, metode
9
[ ] October 27, 2011
penanganan dan penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan diri yang
diperlukan, informasi tentang toksikologi(keracunan), informasi tentang
ekologi(lingkungan), pertimbangan pembuangan, informasi tentang angkutan,
informasi tentang peraturan, informasi tambahan.
d. Ergonomik
- Ilmu yang mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi
rancangan peralatan, system kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi lain : Ilmu seni dan
penerapan teknologi untuk meyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik.3
- Unsur-unsur ergonomik yakni :
1) Anatomi
o Antropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik(aplikasi tenaga).
2) Fisiologis
o Fisiologis kerja : pengeluaran energi.
o Fisiologis lingkungan : efek lingkungan fisik.
3) Psikologis
o Psikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusan
o Psikologi kerja : training, usaha dan perbedaan individu.
- Manfaat data antropometrik : merupakan data statistik mengenai ukuran manusia,
massa dan bentuknya, yang dapat digunakan di tempat kerja, membuat tempat duduk
serta untuk keperluan desain peralatan.
- Kriteria antropometrik :
Jarak ruangan
o Ruang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan melalui
rintangan
10
[ ] October 27, 2011
Jangkauan
o Termasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi
menjangkau melalui rintangan.
Postur/sikap tubuh
o Termasuk lokasi display dan control ditempat ketinggian.
kekuatan
- dikatakan pada kasus di atas, stager yang dipakai pastinya juga memenuhi standar
ergonomik suatu alat, namun sayangnya stager mungkin tidak di cek secara
berkala(rapuh termakan usia). Ditambah pula unsafe action yang dilakukan oleh
pekerja tersebut yang tidak memakai tali pengaman untuk menghinfari kecekalakaan
yang terjadi tiba-tiba. Lebih kearah unsafe action yang dilakukan oleh pekerja
tersebut.
2. Faktor individu
- Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat melakukan
pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur ergonomik
(anatomi, fisiologis, psikologi).
Stress akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena berbagai faktor
seperti : kepribadian, stress di lingkungan kerja yang dialami, coping mechanism dan
mekanisme pertahanan. Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat
kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja monotonic, mutasi dalam
pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain.
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit jantung
adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian
dengan cirri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius,
agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan relative tidak sabar. Jenis
kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki
kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.
Stress akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di
tempat pekerjaan yang berdampak negative pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik dan
jiwanya. Stress merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secaraa signifikan
menyebabkan kerugian ekonomis. Stress kerja mempunyai aspek fisik, aspek perilaku dan emosi.
11
[ ] October 27, 2011
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah : Gaya
management(diri) yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management (diri) yang
buruk , diantaranya :
Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambila keputusan.
Komunikasi yang uruk di tempat kerja.
Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.
Jenjang karir yang tidak jelas.
Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomic.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.
Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:
Gaji/upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional(UPR)/ Upah Minimum
Provinsi(UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.
Kecenderungan untuk celaka
Adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan.
Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan. Frekuensi kecelkaan pada pekerja
tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia
selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan termasuk kecelakaan di tempat kerja.
Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berprilaku asal-asalan, bberbuat
semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, berlaku masa bodoh, suka melamun, terlalu berani,
selalu bergegas, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sidat lainnya, sehingga orang
itu berulang kali ditimpa kecelakaan dan oleh karenanya ia dinyatakan sebagai mempunyai
kecenderungan untuk celaka. Pekerja yang terlalu lamban tentu tidak sesuai untuk melakukan
12
[ ] October 27, 2011
pekerjaan yang memerlukan kegesitan. Jika pekerja dipaksakan untuk mengerjakan pekerjaan
yang memerlukan kecekatan, dan hal itu tidak sesuai dengan sifat yang dimilikinya, cepat atau
lambat pada kahirnya kecelakaan akan terjadi kepadanya. Demikian pula dengan pekerja yang
kebiasaannya selalu tergesa-gesa, terburu-buru mengejar waktu, pekerja demikian cenderung
pula untuk mengalami kecelakaan; mungkin ia akan terjatuh atau terpeleset atau tergelincir atau
mungkin pula akan terlindas kendaraan bermotor di perjalanan. Kecenderungan untuk
mengalami kecelakaan dapat pula bersumber kepada keadaan kesehatan pekerja. Kelambanan
yang menjadi cirri pekerja mungkin dasarnya kurang gizi atau anemia, sedangkan ketergesaan
seseorang dapat saja dikarenakan kelainan jiwa yang impulsive.
Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor
manusia. Apabila berbicara tentang faktor manusia, sebagai konsekuensinya persoalannya cukup
rumit. Ambillah missal kecelakaan yang dikarenakan oleh keadaan emosi para pekerja, seperti
rasa ketidakadilan, persengketaan dengan sesama pekerja atau keributan di rumah tangga dengan
keluarga, atau peristiwa percintaan segitiga. Tanpa diduga dan benar-benar di luar perkiraan
seseorang dapat saja dengan sengaja mencelakakan diri sendiri atau merekayasa terjadinya suatu
kecelakaan, sehingga kata kecelkaan menjadi tidak tepat lagi. Peristiwa seperti itu menjelam
misalnya sebagai akibat luar biasanya kejemuan, pekatnya kebencian, atau pun dalamnya
keputusasaan. Mudah dipahami, bahwa dalam hal ini faktor kejiwaan memainkan peranan besar.
Memang benar bahwa ada orang yang mempunyai dorongan kejiwaan untuk membuat nekad dan
melakukan apa saja menurut gejolak batinnya. Sering pula bahwa kecelakaan disengaja guna
memperoleh kompensasi terhadap cacat yang diakibatkan kecelakaan yang disengajanya. Juga
terdapat berbagai hal unik lainnya yang berkaitan dengan faktor manusia sebagai penyebab
kecelakaan.
Gaya hidup utnuk selamat dan tidak mengalami kecelakaan adalah satu aspek pennting
dalam budaya kerja dari kehidupan modern. Pada masyarakat industri keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan diwujudkan melalui ketentuan perundang-undangan di samping segala
upaya lainnya ditingkatkan pelaksanaannya. Keselamatan kerja dan bebas dari kecelakaan kerja
merupakan hak azasi manusia(HAM). Transformasi dari kehidupan agraris kepada masyarakat
indutri maju antara lain mencakup perubahan cara hidup dari tidak menjadi pemerduli
keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan sebagai gaya hidup yang terparteri pada sikap dan
13
[ ] October 27, 2011
perilaku sehari-hari. Sehubungan dengan itu, tidak ada lagi tempat bagi siapa pun dengan dalih
apa pun untuk mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan.
Teori Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dari
berbagai faktor tersebut dapat diambil beberapa teori-teori yang dimana membahas kecelakaan
kerja yang terjadi, teori-teori tersebut adalah :
a) Teori kebetulan umum(Pure Chance Theori)
- Kecelakaan kerja yang terjadi disimpulkan karena kehendak Tuhan secara alami.
b) Teori kecenderungan (Accident Prone Theory)
- Pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan oleh karena sifat-sifat pribadinya.7
c) Teori tiga faktor utama(Three main faktor Theory)
- Kecelakaan kerja yang terjadi selalu dikaitkan oleh 3 faktor yaitu : peralatan,
lingkungan kerja dan pekerja.
d) Teori dua faktor(Two factor Theory)
- Kecelakaan kerja yang terjadi selalu dikaitkan oleh 2 faktor yaitu : unsafe condition
dan unsafe action.
e) Teori manusia(Human factor Theory)
- Kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh karena manusia.mungkin saja karena
kelalaian.
f) Teori Domino(Domino Sequence Theory)
- Kecelakaan kerja yang terjadi selalu ada penyabab dan pastinya juga ada akibat yang
perlu ditanggung. Seperti kerugian ekonomi, fisik, sosial dan lain-lain.
14
[ ] October 27, 2011
Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja(SMK3)
Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diperhatikan terlebih bagi
pmrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus
dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi, kecelakaan/kerugian
dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja , yaitu :
1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja
2) Analisis risiko di tempat kerja
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan
melaksanakannya
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi
Pemeliharaan sebagai usaha preventif
Perencanaan untuk keadaan darurat
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan buat pekerja, penyelia dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu
perusahaan(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya
dapat dilihat dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi
mengalami kemunduran. Tujuan khusus dar SMK3 adalah mencegah atau mengurangi
kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan dan PAK; mengamankan mesin instalasi, pesawat.
Alat, bahan dan hasil produksi; menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan
penyesuian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.
Dalam SMK3 memiliki tahapan-tahapan yang penting untuk diperhatikan yaitu :
Penerapan, Pengukuran dan evaluasi dan Tinjauan ulang dan peningkatan. Tahapan-tahapan
tersebut akan membawa ke dalam suatu sistem yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai
optimalisasi kerja. Tahap-tahap tersebut :
15
[ ] October 27, 2011
Penerapan
Jaminan kemampuan
SDM, sumber daya, dana
Integrasi SMK3 perusahaan
Tanggung jawab dan tanggung gugat
Konsultasi, motivasi dan kesadaran
Pelatihan dan kompetensi
Kegiatan pendukung
Komunikasi; pelaporan;pendokumentasian
Pengendalian dokumen
Pencatatan dan manajemen informasi
Identifikasi bahaya/ penilaian dan pengendalian risiko
Perancangan dan rekayas;administratif
Kontrak ;pembelian
Prosedur keadaan darurat;insiden
Pemulihan keadaan darurat
Pengukuran dan evaluasi
Inspeksi dan pengujian
Personil : keahlian dan pengalaman
Catatan dipelihara; dan tersedia
Peralatan; metode untuk menjamin standar K3
Perbaikan segera ketidaksesuaian
Penyelidikan permasalahan insiden
Temuan di analisis dan ditinjau ulang
Audit SMK3
Perbaikan dan pencegahan
Tinjauan ulang dan peningkatan
Evaluasi terhadap penerapan K3
Tujuan, sasaran; kinerja K3
Temuan audit
Efektivitas penerapan
16
[ ] October 27, 2011
Perubahan peraturan
Tuntutan pihak terkait;pasar
Perubahan produk; kegiatan
Perubahan struktur organisasi
Perkembangan iptek
Pengalaman insiden
Pelaporan
Umpan balik dari tenaga kerja
Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 berlandaskan trhadapa undang-undang yang berlaku. Pemerintah menerapkan
undang-undang K3 karena memang penting dalam proses produksi dalam suatu perusahaan.
Landasan undang-undang mengenai tenaga kerja, yaitu :
i. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
ii. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
iii. UU Kesehatan No 23 tahun 1992 fasal 23 tentang Kesehatan.
iv. UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
v. Permenaker No 05/men 1996, setiap perusahaan yang mempekerjakan > 100orang dan
atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajamen K3 (babIII
fasal 3)
vi. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
vii. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undanganTenaga Kerja.
Semua peraturan dan sistem mengenai tenaga kerja dengan upaya meningkatkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja sudah di tetapkan secara resmi oleh peraturan perundang-
undangan , sehingga dapat dikatakan Kesehatan dan Keselamata Kerja sanga wajib diberlakukan
bagi semua orang yang terkait di dalamnnya.
Upaya Pencegahan
17
[ ] October 27, 2011
Karena dalam melakukan pekerjaan banyak sekali faktor risiko yang terdapat di
lingkungan sekitar, seperti; pajanan fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikologis. Itu semua
dapat mempengaruhi kinerja pekerja dalam melakukan pekerjaan. Sehingga upaya pencegahan
merupakan upaya yang paling baik untuk mengurangi jumlah pajanan yang didapat.
1) Pajanan fisik
a. Bising
Upaya pencehagannya adalah dengan program konservasi pendengaran(hearing
conservation program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup
telinga(ear muff), helm pelindung telinga(ear protektif helmet).5
b. Vibarsi
Usahakan menghindari alat-alat yang memiliki efek vibrasi yang besar atau apabila
tidak dapat dihindari dapat juga mengurang waktu pajanan terhadap alat tersebut
atau memakai alat pelindung seperti sarung tangan yang tebal.
c. Pencahayaan
Menghindari tempat-tempat yang memiliki pencahayaan yang kurang lalu apabila
kurang pencahayaannya perlu ditingkatkan lebih lagi.
d. Suhu panas dan dingin
Menghindari tempat-tempat sumber pajanan ataupun dapat memakai alat pelindung
diri yaitu pakaian yang tebal atau pakaian khusus.
e. Radiasi elektromagnetik
Menghindari daerah pajanan.
2) Pajanan biologik
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Penerapan Higine perorangan
Cara kerja yang aman
Pemakaian alat pelindung diri yang sesuai
Proteksi yang spesifik(imunisasi dan profilaksis)
Penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya potensial di tempat kerja dengan
gangguan kesehatan yang mungkin timbul.
Penyuluhan dan edukasi higine perorangan dengan penyediaan fasilitasnya (mis :
cuci tangan , mandi)
18
[ ] October 27, 2011
Pelatihan cara kerja yang aman beserta pemakaian alat pelindung diri yang sesuai,
dengan standard precaution.
Surveilans medic terhadap penyakit yang mungkin timbul
Penanggulangan di tempat kerja : pengendalian vector dll.
3) Pajanan kimia
Perhatikan MSDS-nya
Memakai alat pelindung diri menurut aturan.
Kurangi besarnya pajanan.
4) Ergonomic
Menelaah aturan ergonomic sesuai dengan unsur yang sesuai
Memakai alat-alat sesuai dengan aturan
Hindari unsafe action
5) Psikologis
a. Pencegahan primer
Penceggahan primer bertujuan mengurangi insidensi gangguan psikiatrik dalam
suatu populasi dan untuk kelompok merka yang tidak termasuk kelompok berisiko.
Diusahakan dengan mengurangi atau meniadakan pengaruh buruk lingkungan kerja
dan memperkuat kemampuan individu untuk menghadapi dan menanggulangi
kesulitan yang dihadapinya.4
Dilakukan dengan kampanye promosi dan edukasi kesehatan jiwa dan pesan
disampaikan kepada setiap orang yang termasuk kelompok berisiko atau tidak
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan gangguan
psikatrik yang dialami pekerja serta mengurangi / memperpendek durasi penyakit.
Pencegahan sekunder ditujukan kepada kelompok yang dicurigai terkena risiko atau
gangguan stress akibat kerja.
c. Pencegahan tersier
Difokuskan pada kelompok orang yang telah megalami gangguan stress akibat kerja
dan diupayakan untuk dipulihkan kesehatannya.
Dalam pencegahan ini diupayakan konseling, pengobatan klinis dan rehabilitsi
mental.
19
[ ] October 27, 2011
Setelah pulih dari gangguan stress akibat kerja, pekerja tersebut diupayakan
kembali ke tempat kerja semula dengan supervisi dari supervisornya. Gradasi beban
kerja ditingkatkan mulai dari kerja ringan, sedang, sampai kembali bekerja seperti
semula.
Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya saja
dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari
pendapat umum jaman dahulu yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan
kerja seolah-olah takdir yang harus diterima. Tidak! Kecelakaan dapat dicegah, asal ada
kemauan yang cukup untuk mencegahnya dan pencegahan dilakukan atas dasar pengetahuan
yang memadai tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-teknologi
upaya preventif terhadap kecelakaan.2
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-
sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap
kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan
diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa
kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukannya identifikasi
bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta
mengakses besarnya risiko bahaya.
20