1
BERITA GULUNG PARMAGZ [email protected] www.parmagz.com @parmagz EDISI KEDUA MEI 2014 Agama dalam Kehidupan Modern Perspektif Cak Nur kehidupan yang wajar sangat memerlukan keseimbangan diantara keduanya, yaitu profane dan aspek sacral. Oleh karena itu ada indikasi- indikasi yang menyebutkan bahwa ada dua macam yang saling berlawanan, yaitu negatif dan positif. Yang negatif ada tema yang membahas mengenai Peranan Agama dalam kehidupan Modern-industrial. Beliau mengatakan, berbicara mengenai agama memerlukan suatu sikap ekstra hati-hati. Sebab, sekalipun agama merupakan persoalan social, penghayatannya amat bersifat individual. Apa yang dipahami, apalagi yang dihayati, sebagai agama oleh seseorang amat banyak bergantung pada keseluruhan latar belakang dan kepribadiannya. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan efek emosional. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara agama modern dengan yang primitif. Sebab, agama merupakan kecendrungan untuk pemenuhan yang secara alamiyahnya bagi diri sendiri. Juga bisa dikatakan dengan rasa kesucian. Ketika membicarakan peranan agama dalam kehidupan modern, seringkali dihubungkan dengan konotasi modernitas yang disebut ekses. Ekses adalah akibat dominasi iptek. Kepetingan iptek ialah objektivitas. Dengan sendirinya objektivisme itu akan sering Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau populer dipanggil Cak Nur, merupakan salah seorang pemikir Islam, cendekiawan sekaligus sebagai budayawan Indonesia. Pada zaman reformasi beliau begitu banyak berjasa kepada bangsa ini. Ketika posisi Indonesia sedang dilanda krisis kepemimpinan pada tahun 1998. Cak Nur sering diminta untuk menjadi penasihat oleh Presiden Soeharto terutama dalam mengatasi gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta setelah Indonesia dilanda krisis hebat yang berimbas sampai pada tahun 1997. Cak Nur memiliki gagasan- gagasan yang sangat cemerlang, salah satu gagasannya yang paling masyhur adalah islam kemoderenan dan keindonesiaan. Dari gagasan-gagasan ini, banyak mayarakat yang memahami akan arti dari pemikiran Cak Nur mengenai pembaharuan bagi bangsa Indonesia untuk kemajuannya, khususnya mengenai peranan agama di Indonesia. (baca, islam kemoderenan dan keindonesiaan) Di dalam buku yang beliau tulis sebagaimana dikatakan di atas, berbenturan dengan subjektivisme, sehingga mengakibatkan ketidaksanggupan seseorang mengenali dirinya sendiri serta makna hidupnya, sehingga manusia akan mengalami keterasingan (alienation) pada dirinya sendiri. Demikianlah adalah masalah penyakit jiwa yang banyak diderita oleh masyarakat modern (kota) ketimbang masyarakat yang sederhana (desa). Sedangkan yang positif, yaitu semakin tertariknya orang-orang modern (kota) kepada pemikiran yang spekulatif. Lalu, apa hubungannya kehidupan modern dengan agama? Dan apakah agama mampu menjadi sumber inspirasi serta mempunyai konsep bagi suatu pola pembangunan yang dapat dijadikan alternatif bagi pembangunan sekarang? Justru sangatlah erat hubungan antara keduanya, karena jika hilangnya agama didalam kehidupan modern, maka hilang pula keseimbangan pada setiap kehidupan. (Husni) Mininya kampus ini seharusnya menjadi potret kemudahan birokrasi. Kampus kecil seharusnya lebih lincah, tetapi nyatanya tidak. Sistem keuangan perlu dibenahi. Dan sistem reimburse tidak sesuai dengan semangat yang dibawa kampus ini. Melalui HIMA dan UKM sebagai wadah representasi, mahasiswa telah menyuarakan penolakannya terhadap sistem ini. Sistem reimburse harus dihapuskan! Perlu solusi atau alternatif sistem yang lain. Jika pihak kampus belum rela untuk memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada mahasiswa dalam pengelolaan anggaran. Maka memberikan atau mencairkan separuh anggaran sebagai modal awal kepengurusan bisa menjadi alternatif sehingga organisasi tidak perlu berhutang sana-sini untuk menutup biaya kegiatan. Dan sisanya diberikan sesuai dengan kebutuhan di setiap kegiatan. Modal awal ini bisa diputar dalam bentuk fundrising atau bentuk kewirausahaan yang lain, dalam rangka kemandirian finasial keorganisasian. Transparansi pun dipertanyakan. Dalam beberapa pertemuan dengan pihak kampus, mahasiswa seringkali harus menarik kesimpulan selepas pertemuan. bahwa kampus ini belum sepenuhnya transparan, dengan berbagai alasan dan pembelaan. Para pemimpin keorganisasian tentu dengan senang hati mau berdiksusi dengan para petinggi kampus untuk membicarakan masalah bersama ini. Semoga kita senantiasa diberikan kesadaran dam kerendahan hati untuk hijrah ke arah yang lebih baik. Masih jelas dalam ingatan kita, tiga tokoh muda berbicara ditengah hangatnya suasana aula paramadina. Hadirnya dua kepala daerah elit, ibukota dan tetangga, semakin hangat dengan hadirnya media-media. Bahkan rektor pun tumben menyempatkan hadir, di sela- sela cutinya. Ketiganya bisa dibilang tokoh nasional yang sedang naik daun. Tema acaranya sangat menarik “Peran mahasiswa dalam reformasi Birokrasi”. Menyandang diksi mahasiswa, tapi sedikit sekali tema itu menghadirkan perspektif mahasiswa, acaranya hanya jadi panggung presentasi program-program kerja pembicara sebelum dan sesudah pemenangannya. Bahkan kesempatan bertanya bagi mahasiswa terkesan sangat dibatasi. “Tidak ada pernyataan, hanya pertanyaan”. Lalu dimana peran mahasiswanya? Bagaimana mahasiswa bisa berperan, ketika tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pernyataan atau gagasan? Berbicara reformasi birokrasi sepertinya hanya menjadi utopi. Bagaimana bisa kita mereformasi birokrasi di tataran yang lebih tinggi, kalau birokrasi didalam rumah sendiri masih berbelit. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan mahasiswa khususnya yang aktif didalam organisasi. Bagaimana sulitnya menembus birokrasi kampus, terutama terkait masalah keuangan. Apalagi jika ditambah dengan sistem reumbers yang sangat tidak sejalan dengan semangat reformasi birokrasi. Sistem reumbers berarti anggaran yang diajukan untuk sebuah program atau kegiatan dicairkan secara bertahap. Jika sesuai prosedur, separuh anggaran diberikan sebelum pelaksanaan kegiatan. Separuhnya lagi diberikan paska kegiatan, tentunya dengan menyertakan laporan penggunaan anggaran disertai dengan bukti-bukti pembayaran. Sekilas tampak menarik dan apik, dan menjadi alternatif sistem penggunaan anggaran yang bertanggungjawab. Tetapi disisi lain, sistem reumbers sangat menyulitkan mahasiswa di tataran praktis. Sistem reumbers mendidik mahasiswa untuk berhutang. Kenapa? Dengan hanya dicairkannya separuh anggaran, secara otomatis penyelenggara kegiatan, dalam hal ini OKUP (Organisasi kemahasiswaan Univeristas Paramadina) yaitu Himpunan dan UKM, harus mencari dana talangan atau pinjaman. Jika nilainya kecil, masih dalam hitungan ratus ribuan, tentu masih bisa diatasi. Penanggungjawab dengan mudah merogoh kantong sendiri, atau pinjam ke sesama mahasiswa. Beruntung jika penyelenggara/panitia memiliki anggaran pribadi. Permasalahan ini masih bisa teratasi. Namun, apa jadinya jika dananya mencapai jutaan? Masalahnya akan jauh berbeda. Belum lagi jika dibenturkan dengan kondisi diluar dugaan, seperti cutinya pegawai atau staff. Tentu hal ini menambah berat beban penyelenggara yang dampaknya kegiatan menjadi terhambat. Sulit dan berbelitnya birokrasi kampus untuk kalangan mahasiswa menjadi masalah atau tema besar dalam setiap kongres serikat mahasiswa dari tahun ke tahun. Keluhan serupa banyak datang dari HIMA dan UKM terkait dengan kesulitan mengakses anggaran. Masalahnya yang dihadapi sangat beragam. Dari hangusnya hak keuangan organisasi karena tutup buku atau tutup anggaran sampai terpotongnya anggaran tahun berjalan karena terpakai dalam kegiatan tahun sebelumnya. Kongres V Serikat Mahasiswa bulan Januari yang lalu, mencatat anggaran kemahasiswaan yang tak terpakai mencapai angka belasan juta rupiah, angka tersebut bisa lebih besar di tahun-tahun sebelumnya. Penyerapan anggaran yang tidak maksimal, menurut para ketua HIMA dan UKM karena rumitnya pengajuan anggaran. Keadaan yang sama terjadi setiap tahun dan berulang tetapi seperti belum ada itikad baik dari para pemangku kebijakan tingkat kampus untuk mengevaluasi dan membenahi sistem birokrasi ini. Pepatah jawa mengatakan jarkoni, ngajar tapi ora nglakoni. Semangat antikorupsi yang diajarkan lewat seminar-seminar dan mata kuliah wajib, sepertinya tidak sejalan dengan implementasi tataran praktis. Pengajuan anggaran dan pelaporan pertanggungjawaban yang berlarut- larut. Seringkali ditemukan ketidaksepahaman antara pimpinan dan bawahan. Menjadi catatan penting bagi para petinggi kampus ini. DARI REDAKSI EVENT KAMPUS TIPS KOLOM CAK NUR e : w : t : Jakarta, Parmagz - Di tengah-tengah masyarakat kota yang seringkali dicirikan dengan oportunis dan egois, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, ternyata masih ada orang-orang yang peduli terhadap masyarakat sekitar. Salah satu bukti bahwa masih ada orang yang peduli terhadap masyarakat sekitar adalah kegiatan yang diadakan oleh Serikat Mahasiswa (SEMA) Paramadina (11/05) yang kemudian dikemas dengan tema Jejak Bakti. Jejak Bakti merupakan program bersama pengabdian masyarakat antara Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina dengan seluruh OKUP. Tujuan diadakannya yakni untuk mengobservasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar Paramadina, lalu dikaji dan dicari solusinya, guna membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah itu. Kegiatan yang diikuti sekitar 20 orang ini semacam menjadi kritik terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa mahasiswa hanya pandai berteori di lingkungan kampus saja dan tidak mau menerjemahkan teori itu dalam bentuk praktis di di lapangan lapangan. Hal ini juga diakui oleh Sekretaris Jendral SEMA, Ade Irawan, ketika memberi sambutan sebelum berangkat ke lapangan. “Kalau selama ini mahasiswa hanya berkutat di lingkungan kampus, sekarang kita mau mencoba turun ke lapangan melihat permsalahan yang terjadi. Sudah sekitar 10 tahun mahasiswa Paramadina tidak turun lingkungan, padahal sering sekali kita mengganggu mereka dengan acara- acara yang cukup membisingkan” ungkapnya. Dari observasi yang telah dilakukan, ditemukan sekian banyak persoalan-persoalan yang menuntut penyelesaian dengan cepat. Mulai dari keamanan, kebersihan, sampah visual, penerangan yang minim, parkir liar yang membuat macet, sengketa lahan, dan lain sebagainya. Persoalan- persoalan itu sekarang sedang dikantongi SEMA, dan akan segera dicari solusi yang tepat untuk kemudian digulirkan ke masayarakat. (Ach. Fadhil) Sebagai sebuah lembaga pers mahasiswa yang bernaung di bawah payung Universitas Paramadina, Parmagz selalu mencoba untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Kami, para punggawa pers mahasiswa Paramadina mencoba memberikan media informasi, edukasi, transformasi, serta sebagai kontrol sosial. Salah satunya melalui media baru yang kami (dan kita) punya, yakni berita gulung. Pada edisi kali ini, kami mengangkat “sistem reimburse” sebagai topik utama. Mengulas dan mempertanyakan efektivitas sistem ini harus dimaknai sebagai upaya kritik menuju perbaikan. Dan tentunya edisi kali ini masih disertai berbagai berita dan kolom khas redaksi Parmagz. Tak lupa, kami masih mengharap kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan kami ke depannya. Mungkin memang (baru) sedikit yang kami bisa berikan, namun kami berharap semoga selalu ada inspirasi baru di setiap tulisan yang kami torehkan. Jakarta, Parmagz - Komunitas Pemuda Antikorupsi (KOMPAK) Universitas Paramadina mengadakan kampanye bertajuk 'Save Ujian Bersih' di lobi kampus, Senin (12/05). Kampanye ini menjadi agenda rutin tahunan Kompak menyambut Ujian Akhir Semester (UAS), yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya mengedepankan nilai kejujuran dalam upaya memperoleh hasil yang maksimal. Kampanye diawali dengan kata sambutan oleh Faiq Falahi, Ketua Kompak, yang mulai mencuri perhatian mahasiswa di sekitar lobi dan perpustakaan. Suasana lobi yang semula tenang, dalam sekejap berubah menjadi riuh karena teriakan lantang agen-agen, sebutan untuk anggota komunitas ini, ketika menyebutkan butir-butir Deklarasi Save Ujian Bersih. Tidak hanya memegang kertas berisi 7 butir Jejak Bakti: Bukti Kepedulian di Tengah Masyarakat Oportunis Deklarasi Save Ujian Bersih, agen- agen Kompak yang terlibat juga membawa quote-quote berisi nilai kejujuran oleh para tokoh-tokoh dunia. Setelah pembacaaan deklarasi, Kompak menyediakan spanduk putih sebagai media untuk mahasiswa mencantumkan tanda tangan dan janji untuk tidak menyontek ketika ujian. Kampanye Save Ujian Bersih tidak berhenti sampai di situ saja, publikasi berupa poster dan spanduk tersebar di sudut-sudut kampus, bahkan di balik setiap pintu ruang kelas, yang ditempel sampai pada hari terakhir UAS dilaksanakan. Tagline kampanye yang tertera pada publikasi tersebut, “KORUPSI BESAR BERAWAL DARI KECURANGAN KECIL” diharapkan dapat menjadi momok bagi setiap mahasiswa untuk tidak menyontek. (Winer) #SaveUjianBersih !!! Procrastination (menunda pekerjaan) merupakan kata yang paling dimusuhi oleh mahasiswa terutama dimasa-masa ujian atau skripsi. Sepertinya kita bisa melakukan apapun kecuali pekerjaan yang berada didepan kita baik itu karena malas atau tugas-tugas kuliah yang menumpuk membuat pikiran sangat jenuh. Saya sendiri sering merasa demikian bahkan dalam membuat paper ini. Jika pekerjaan tidak dilakukan akan semakin menumpuk, dan saya juga sering melakukan hal-hal yang sepele agar terkesan sibuk melakukan hal lain karena padahal sebenarnya itu adalah menunda. Rasa malas memang menjadi alasan utama, namun alasan terbesar saya adalah terkadang saya takut adanya perubahan. Sudah terlalu nyaman berada dalam comfort zone yang stagnant kita malas melakukan hal-hal yang merusak rutinitas kita (maka hukum kelembamanlah yang bekerja!) . Tetapi jika pekerjaan atau tugas-tugas dilakukan hanya semata- mata karena tugas dan semua hanya menginginkan beresnya, maka tidak akan berguna bagi kita juga karena pelajaran yang tersaring tidak akan maksimal. Oleh karena itu berikut adalah tips-tips untuk membasmi penundaan : Ÿ Kerjakan sedikit demi sedikit dengan mood dan fokus yang tinggi. Ÿ Lakukan kegiatan yang menyenangkan, dalam proses pembelajaran. Ÿ Jadikan distraction seperti handphone atau tab sebagai reward bukan selingan utama. Ÿ Disaat gundah ketika pekerjaan tertunda, jangan takut untuk mengeluarkan emosi dan menggerakkan tubuh agar tubuh terasa lebih bertenaga. Ÿ Tubuhmu akan membantumu mengerjakan apapun yang kamu inginkan, asalkan ada dukunganmu juga. Sama seperti jam beker, tubuhmu akan mengetahui secara spontan apa yang kalian butuhkan dan berusaha membantu anda sebaik mungkin. Jika ada tugas, dia pasti memberi sinyal-sinyal ketika kalian sudah kewalahan dan kemudian akan membangunkan anda kembali ketika sudah recharge. Ini terjadi ketika kita menamkan will /motivasi yang kuat. Bahkan ketika kita sudah pasrah dan terjatuh diambang kenestapaan deadline, pasti ada saja suara kecil dikepala yang menyatakan “ayo bangun! Bangkit! Kerjakan! Aku akan membantumu!”. Tubuh kita itu adalah sahabat sejati kita, mereka akan selalu membantu, yang ada ditangan kita hanyalah pilihan. (Lumina) SUSUNAN REDAKSI CEO : Dyan Rachmatullah COO : Muhammad Darwis Pimpinan Redaksi : Fina Azmiya Ilustrator : Arumdari Nurgianti Kontributor : Ade Irawan, Muh. Husni Reporter : Achmad Fadhil, Winner F, Putu Lumina Ilustrasi : Arum Sistem Reimburse : Cacat Birokrasi di Rumah Sendiri Sistem reimburse mendidik mahasiswa untuk berhutang Tutup buku dan Anggaran Hangus Hapus sistem reimburse atau coba alternatif solusi Oleh Ade Irawan (Sekjen Serikat Mahasiswa Paramadina) Kampanye Save Ujian Bersih Menyambut UAS di Universitas Paramadina foto : http://www.kapsulpintar.com/ foto : dwikisetiyawan.wordpress.com foto : kompak_paramadina Tips Membasmi SKS (sistem kebut semalam)! Nasihat untuk si penunda pekerjaan.

Parmagz post edisi kedua Mei 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Parmagz post edisi kedua Mei 2014

BERITA GULUNGPARMAGZ

[email protected]

www.parmagz.com

@parmagz

EDISI KEDUA

MEI 2014

Agama dalam Kehidupan Modern Perspektif Cak Nur

k e h i d u p a n y a n g w a j a r s a n g a t memerlukan keseimbangan diantara keduanya, yaitu profane dan aspek sacral. Oleh karena itu ada indikasi-indikasi yang menyebutkan bahwa ada dua macam yang saling berlawanan, yaitu negatif dan positif. Yang negatif

ada tema yang membahas mengenai Peranan Agama dalam kehidupan M o d e r n - i n d u s t r i a l . B e l i a u mengatakan, berbicara mengenai agama memerlukan suatu sikap ekstra hati-hati. Sebab, sekalipun agama m e r u p a k a n p e r s o a l a n s o c i a l , p e n g h a ya ta n n ya a m a t b e rs i fa t individual. Apa yang dipahami, apalagi yang dihayati, sebagai agama oleh seseorang amat banyak bergantung pada keseluruhan latar belakang dan kepribadiannya. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan efek emosional. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara agama modern dengan yang primitif. Sebab, agama merupakan kecendrungan untuk pemenuhan yang secara alamiyahnya bagi diri sendiri. Juga bisa dikatakan dengan rasa kesucian. K e t i k a m e m b i c a r a k a n peranan agama dalam kehidupan modern, seringkali dihubungkan dengan konotasi modernitas yang disebut ekses. Ekses adalah akibat dominasi iptek. Kepetingan iptek ialah objektivitas. Dengan sendirinya o b j e k t i v i s m e i t u a k a n s e r i n g

Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau populer dipanggil Cak Nur, merupakan salah seorang pemikir Islam, cendekiawan sekaligus sebagai budayawan Indonesia. Pada zaman reformasi beliau begitu banyak berjasa kepada bangsa ini. Ketika posisi Indonesia sedang dilanda krisis kepemimpinan pada tahun 1998. Cak Nur sering diminta untuk menjadi penasihat oleh Presiden Soeharto terutama dalam mengatasi gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta setelah Indonesia dilanda krisis hebat yang berimbas sampai pada tahun 1997. Cak Nur memiliki gagasan-gagasan yang sangat cemerlang, salah satu gagasannya yang paling masyhur adalah islam kemoderenan dan keindonesiaan. Dari gagasan-gagasan ini, banyak mayarakat yang memahami akan arti dari pemikiran Cak Nur mengenai pembaharuan bagi bangsa Indones ia untuk kemajuannya , khususnya mengenai peranan agama d i I n d o n e s i a . ( b a c a , i s l a m kemoderenan dan keindonesiaan) Di dalam buku yang beliau tulis sebagaimana dikatakan di atas,

berbenturan dengan subjektivisme, s e h i n g g a m e n g a k i b a t k a n k e t i d a k s a n g g u p a n s e s e o r a n g mengenali dirinya sendiri serta makna hidupnya, sehingga manusia akan mengalami keterasingan (alienation) pada dirinya sendiri. Demikianlah

adalah masalah penyakit jiwa yang banyak diderita oleh masyarakat modern (kota) ketimbang masyarakat yang sederhana (desa). Sedangkan yang positif, yaitu semakin tertariknya orang-orang modern (kota) kepada pemikiran yang spekulatif. La lu , apa hubungannya kehidupan modern dengan agama? Dan apakah agama mampu menjadi sumber inspirasi serta mempunyai konsep bagi suatu pola pembangunan yang dapat dijadikan alternatif bagi pembangunan sekarang? Justru sangatlah erat hubungan antara keduanya, karena jika hilangnya agama didalam kehidupan modern, maka hilang pula keseimbangan pada setiap kehidupan. (Husni)

M i n i n y a k a m p u s i n i seharusnya menjadi potret kemudahan birokrasi. Kampus kecil seharusnya lebih lincah, tetapi nyatanya tidak. Sistem keuangan perlu dibenahi. Dan sistem reimburse tidak sesuai dengan semangat yang dibawa kampus ini. Melalui HIMA dan UKM sebagai wadah representas i , mahasiswa telah menyuarakan penolakannya terhadap sistem ini. Sistem reimburse harus dihapuskan!

Perlu solusi atau alternatif sistem yang lain. Jika pihak kampus belum rela untuk member ikan kepercayaan sepenuhnya kepada mahasiswa dalam pengelolaan anggaran. Maka memberikan atau mencairkan separuh anggaran sebagai modal awal kepengurusan bisa menjadi alternatif sehingga organisasi tidak perlu berhutang sana-sini untuk menutup biaya kegiatan. Dan sisanya diberikan sesuai dengan kebutuhan di setiap kegiatan. Modal awal ini bisa diputar dalam bentuk fundrising atau bentuk kewirausahaan yang lain, dalam rangka kemandirian finasial keorganisasian.

T r a n s p a r a n s i p u n dipertanyakan. Dalam beberapa pertemuan dengan pihak kampus, mahasiswa seringkali harus menarik kesimpulan selepas pertemuan. bahwa kampus ini belum sepenuhnya transparan, dengan berbagai alasan dan pembelaan. Para pemimpin keorganisasian tentu dengan senang hati mau berdiksusi dengan para petinggi kampus untuk membicarakan masalah bersama ini. Semoga kita senantiasa diberikan kesadaran dam kerendahan hati untuk hijrah ke arah yang lebih baik.

Masih jelas dalam ingatan kita, tiga tokoh muda berbicara ditengah hangatnya suasana aula paramadina. Hadirnya dua kepala daerah elit, ibukota dan tetangga, semakin hangat dengan hadirnya media-media. Bahkan rektor pun tumben menyempatkan hadir, di sela-sela cutinya. Ketiganya bisa dibilang tokoh nasional yang sedang naik daun. Tema acaranya sangat menarik “Peran m a h a s i s w a d a l a m r e f o r m a s i B i ro k r a s i ” . M e n y a n d a n g d i k s i mahasiswa, tapi sedikit sekali tema itu menghadirkan perspektif mahasiswa, acaranya hanya jad i panggung presentasi program-program kerja pembicara sebelum dan sesudah pemenangannya. Bahkan kesempatan bertanya bagi mahasiswa terkesan sangat dibatasi. “Tidak ada pernyataan, hanya pertanyaan”. Lalu dimana peran m a h a s i s w a n y a ? B a g a i m a n a mahasiswa bisa berperan, ketika tidak d i b e r i k e s e m p a t a n u n t u k menyampaikan pernyataan atau gagasan?

Berbicara reformasi birokrasi sepertinya hanya menjadi utopi. Bagaimana bisa kita mereformasi birokrasi di tataran yang lebih tinggi, kalau birokrasi didalam rumah sendiri masih berbelit. Sudah menjadi rahasia u m u m d i k a l a n g a n m a h a s i s w a k h u s u s n ya ya n g a k t i f d i d a l a m organisasi . Bagaimana sulitnya m e n e m b u s b i ro k r a s i k a m p u s , terutama terkait masalah keuangan. Apalagi jika ditambah dengan sistem reumbers yang sangat tidak sejalan dengan semangat reformasi birokrasi.

Sistem reumbers berarti anggaran yang diajukan untuk sebuah program atau kegiatan dicairkan secara bertahap. Jika sesuai prosedur, separuh anggaran diberikan sebelum pelaksanaan kegiatan. Separuhnya lagi diberikan paska kegiatan, tentunya d e n g a n m e n y e r t a k a n l a p o r a n penggunaan anggaran disertai dengan bukti-bukti pembayaran. Sekilas tampak menarik dan apik, dan menjadi a l t e r n a t i f s i s t e m p e n g g u n a a n anggaran yang bertanggungjawab. Tetapi disisi lain, sistem reumbers sangat menyulitkan mahasiswa di tataran praktis.

Sistem reumbers mendidik mahasiswa untuk berhutang. Kenapa? Dengan hanya dicairkannya separuh a n g g a r a n , s e c a r a o t o m a t i s penyelenggara kegiatan, dalam hal ini OKUP (Organisasi kemahasiswaan Un iver istas Paramadina ) ya i tu Himpunan dan UKM, harus mencari dana talangan atau pinjaman. Jika nilainya kecil, masih dalam hitungan ratus ribuan, tentu masih bisa diatasi. Penanggungjawab dengan mudah merogoh kantong sendiri, atau pinjam ke sesama mahasiswa. Beruntung jika penyelenggara/panit ia memil iki anggaran pribadi. Permasalahan ini masih bisa teratasi. Namun, apa jadinya jika dananya mencapai jutaan? Masalahnya akan jauh berbeda. Belum lagi jika dibenturkan dengan kondisi diluar dugaan, seperti cutinya pegawai

atau staff. Tentu hal ini menambah berat beban penyelenggara yang d a m p a k n y a k e g i a t a n m e n j a d i terhambat.

S u l i t d a n b e r b e l i t n y a birokrasi kampus untuk kalangan mahasiswa menjadi masalah atau tema besar dalam setiap kongres serikat mahasiswa dari tahun ke tahun. Keluhan serupa banyak datang dari HIMA dan UKM terka i t dengan kesulitan mengakses anggaran. Masalahnya yang dihadapi sangat b e ra g a m . D a r i h a n g u s n ya h a k keuangan organisasi karena tutup buku atau tutup anggaran sampai terpotongnya anggaran tahun berjalan karena terpakai dalam kegiatan tahun sebelumnya. Kongres V Serikat Mahasiswa bulan Januari yang lalu, mencatat anggaran kemahasiswaan yang tak terpakai mencapai angka belasan juta rupiah, angka tersebut bisa lebih besar di tahun-tahun sebelumnya.

Penyerapan anggaran yang tidak maksimal, menurut para ketua HIMA dan UKM karena rumitnya pengajuan anggaran. Keadaan yang sama terjadi setiap tahun dan berulang tetapi seperti belum ada itikad baik dari para pemangku kebijakan tingkat kampus untuk mengevaluasi dan membenahi sistem birokrasi ini.

Pepatah jawa mengatakan jarkoni, ngajar tapi ora nglakoni. Semangat antikorupsi yang diajarkan lewat seminar-seminar dan mata kuliah wajib, sepertinya tidak sejalan dengan implementasi tataran praktis. Pengajuan anggaran dan pelaporan pertanggungjawaban yang berlarut-l a r u t . S e r i n g k a l i d i t e m u k a n ketidaksepahaman antara pimpinan dan bawahan. Menjadi catatan penting bagi para petinggi kampus ini.

DARI REDAKSI

EVENT

KAMPUS TIPS

KOLOM CAK NUR

e :w :t :

J a k a r t a , P a r m a g z - D i tengah-tengah masyarakat kota yang seringkali dicirikan dengan oportunis dan egois, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, ternyata masih ada orang-orang yang peduli terhadap masyarakat sekitar. Salah satu bukti bahwa masih ada orang yang peduli terhadap masyarakat sekitar adalah kegiatan yang diadakan oleh Serikat Mahasiswa (SEMA) Paramadina (11/05) yang kemudian dikemas dengan tema Jejak Bakti. Je jak Bakt i merupakan p ro g ra m b e rs a m a p e n g a b d i a n masyarakat antara Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina dengan seluruh OKUP. Tujuan diadakannya y a k n i u n t u k m e n g o b s e r v a s i permasalahan-permasalahan yang t e r j a d i d i l i n g k u n g a n s e k i t a r Paramadina, lalu dikaji dan dicari s o l u s i n y a , g u n a m e m b a n t u masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah itu. Kegiatan yang diikuti sekitar 20 orang ini semacam menjadi kritik t e r h a d a p o r a n g - o r a n g y a n g mengatakan bahwa mahasiswa hanya pandai berteori di lingkungan kampus saja dan tidak mau menerjemahkan teori itu dalam bentuk praktis di di lapangan lapangan. Hal ini juga diakui oleh Sekretaris Jendral SEMA, Ade Irawan, ketika memberi sambutan sebelum berangkat ke lapangan. “Kalau selama ini mahasiswa hanya berkutat di lingkungan kampus, sekarang kita mau mencoba turun ke lapangan melihat permsalahan yang terjadi. Sudah sekitar 10 tahun mahasiswa Paramadina tidak turun lingkungan, padahal sering sekali kita mengganggu mereka dengan acara-acara yang cukup membisingkan” ungkapnya. Dari observasi yang telah dilakukan, ditemukan sekian banyak persoalan-persoalan yang menuntut penyelesaian dengan cepat. Mulai dari keamanan, kebersihan, sampah visual, penerangan yang minim, parkir liar yang membuat macet, sengketa lahan, dan lain sebagainya. Persoalan-persoalan i tu sekarang sedang dikantongi SEMA, dan akan segera d icar i so lus i yang tepat untuk kemudian digulirkan ke masayarakat. (Ach. Fadhil)

Sebagai sebuah lembaga pers mahasiswa yang bernaung di b a w a h p a y u n g U n i v e r s i t a s Paramadina, Parmagz selalu mencoba untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Kami, para punggawa pers mahasiswa Paramadina mencoba m e m b e r i k a n m e d i a i n fo r m a s i , edukasi, transformasi, serta sebagai kontrol sosial. Salah satunya melalui media baru yang kami (dan kita) punya, yakni berita gulung. Pada edisi kali ini, kami mengangkat “sistem reimburse” sebagai topik utama. Mengulas dan mempertanyakan efektivitas sistem ini harus dimaknai sebagai upaya kritik menuju perbaikan. Dan tentunya edisi kali ini masih disertai berbagai berita dan kolom khas redaksi Parmagz. Ta k l u p a , k a m i m a s i h mengharap kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan kami ke depannya. Mungkin memang (baru) sedikit yang kami bisa berikan, namun kami berharap semoga selalu ada inspirasi baru di setiap tulisan yang kami torehkan.

J a k a r t a , P a r m a g z - Komunitas Pemuda Antikorupsi (KOMPAK) Universitas Paramadina mengadakan kampanye bertajuk 'Save Ujian Bersih' di lobi kampus, Senin (12/05). Kampanye ini menjadi agenda rutin tahunan Kompak menyambut Ujian Akhir Semester (UAS), yang bertujuan untuk meningkatkan k e s a d a r a n m a h a s i s w a a k a n pentingnya mengedepankan nilai kejujuran dalam upaya memperoleh hasil yang maksimal. Kampanye diawali dengan kata sambutan oleh Faiq Falahi, Ketua K o m p a k , y a n g m u l a i m e n c u r i perhatian mahasiswa di sekitar lobi dan perpustakaan. Suasana lobi yang semula tenang, dalam sekejap berubah menjadi riuh karena teriakan lantang agen-agen, sebutan untuk a n g g o ta ko m u n i ta s i n i , ke t i k a menyebutkan butir-butir Deklarasi Save Ujian Bersih. Tidak hanya memegang kertas berisi 7 butir

Jejak Bakti: Bukti Kepedulian di Tengah Masyarakat

Oportunis

Deklarasi Save Ujian Bersih, agen-agen Kompak yang terlibat juga membawa quote-quote berisi nilai kejujuran oleh para tokoh-tokoh dunia. Setelah pembacaaan deklarasi , Kompak menyediakan spanduk putih sebagai media untuk mahasiswa mencantumkan tanda tangan dan janji untuk tidak menyontek ketika ujian. Kampanye Save Ujian Bersih tidak berhenti sampai di situ saja, publikasi berupa poster dan spanduk tersebar di sudut-sudut kampus, bahkan di balik setiap pintu ruang kelas, yang ditempel sampai pada hari terakhir UAS dilaksanakan. Tagline kampanye yang tertera pada publikasi tersebut, “KORUPSI BESAR BERAWAL D A R I K E C U R A N G A N K E C I L” diharapkan dapat menjadi momok bagi s e t i a p m a h a s i s w a u n t u k t i d a k menyontek. (Winer)

#SaveUjianBersih !!!

Procrastination (menunda pekerjaan) merupakan kata yang paling dimusuhi oleh mahasiswa terutama dimasa-masa ujian atau skripsi. Sepertinya kita bisa melakukan apapun kecuali pekerjaan yang berada didepan kita baik itu karena malas atau tugas-tugas kuliah yang menumpuk membuat pikiran sangat jenuh. Saya sendiri sering merasa demikian bahkan dalam membuat paper ini. Jika pekerjaan t idak dilakukan akan semakin menumpuk, dan saya juga sering melakukan hal-hal yang sepele agar terkesan sibuk melakukan hal lain karena padahal sebenarnya itu adalah menunda. Rasa malas memang menjadi alasan utama, namun alasan terbesar saya adalah terkadang saya takut adanya perubahan. Sudah terlalu nyaman berada dalam comfort zone yang stagnant kita malas melakukan hal-hal yang merusak rutinitas kita (maka hukum kelembamanlah yang bekerja!) . Tetapi jika pekerjaan atau tugas-tugas dilakukan hanya semata-mata karena tugas dan semua hanya menginginkan beresnya, maka tidak akan berguna bagi kita juga karena pelajaran yang tersaring tidak akan maksimal. Oleh karena itu berikut adalah tips-tips untuk membasmi penundaan :Ÿ Kerjakan sedikit demi sedikit dengan

mood dan fokus yang tinggi. Ÿ L a k u k a n k e g i a t a n y a n g

menyenangkan, dalam proses pembelajaran.

Ÿ J a d i k a n d i s t r a c t i o n s e p e r t i handphone atau tab sebagai reward bukan selingan utama.

Ÿ Disaat gundah ketika pekerjaan tertunda, jangan takut untuk m e n g e l u a r k a n e m o s i d a n menggerakkan tubuh agar tubuh terasa lebih bertenaga.

Ÿ Tu b u h m u a k a n m e m b a n t u m u mengerjakan apapun yang kamu inginkan, asalkan ada dukunganmu juga.

Sama seperti jam beker, tubuhmu akan mengetahui secara spontan apa yang kalian butuhkan dan berusaha membantu anda sebaik mungkin. Jika ada tugas, dia pasti memberi sinyal-sinyal ketika kalian sudah kewalahan dan kemudian akan membangunkan anda kembali ketika sudah recharge. Ini terjadi ketika kita menamkan will /motivasi yang kuat. Bahkan ketika kita sudah pasrah dan terjatuh diambang kenestapaan deadline, pasti ada saja suara kecil dikepala yang menyatakan “ayo bangun! Bangkit! Kerjakan! Aku akan membantumu!”. Tubuh kita itu adalah sahabat sejati kita, mereka akan selalu membantu, yang ada ditangan kita hanyalah pilihan. (Lumina)

SUSUNAN REDAKSI

CEO : Dyan Rachmatullah

COO : Muhammad Darwis

Pimpinan Redaksi : Fina Azmiya

Ilustrator : Arumdari Nurgianti

Kontributor :Ade Irawan, Muh. Husni

Reporter : Achmad Fadhil, Winner F,

Putu Lumina

Ilustrasi : Arum

Sistem Reimburse : Cacat Birokrasi di Rumah Sendiri

Sistem reimburse mendidik

mahasiswa untuk berhutang

Tutup buku dan Anggaran Hangus

Hapus sistem reimburse atau coba

alternatif solusi

Oleh Ade Irawan (Sekjen Serikat Mahasiswa Paramadina)

Kampanye Save Ujian Bersih Menyambut UAS di Universitas Paramadina

foto : http://www.kapsulpintar.com/

foto : dwikisetiyawan.wordpress.com

foto : kompak_paramadina

Tips Membasmi SKS (sistem kebut semalam)!Nasihat untuk si penunda pekerjaan.