12
PARASITOLOGI Definisi : Ilmu yang mempelajari tentang parasit (organisme yang hidupnya selalu bergantung pada hospes). Parasit dibagi menjadi dua golongan : 1. satu sel (protozoa) protozoa usus (intestinal) - Entamoeba hystolitica Entamoeba coli Giardia lamblia Balantidium coli protozoa atrial trichomonas vaginalis protozoa jaringan Toxoplasma gondii protozoa darah Plasmodium vivax Plasmodium falcifarum Plasmodium malariae Plasmodium ovale Entamoeba hystolitica Protozoa intestinal / usus

parasitologi gastroenterohepatologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gastroenterohepatologi

Citation preview

Page 1: parasitologi gastroenterohepatologi

PARASITOLOGI

Definisi :

Ilmu yang mempelajari tentang parasit (organisme yang hidupnya selalu bergantung pada

hospes).

Parasit dibagi menjadi dua golongan :

1. satu sel (protozoa)

protozoa usus (intestinal)

- Entamoeba hystolitica

Entamoeba coli

Giardia lamblia

Balantidium coli

protozoa atrial

trichomonas vaginalis

protozoa jaringan

Toxoplasma gondii

protozoa darah

Plasmodium vivax

Plasmodium falcifarum

Plasmodium malariae

Plasmodium ovale

Entamoeba hystolitica Protozoa intestinal / usus

Page 2: parasitologi gastroenterohepatologi

o biasa ditemukan dalam usus besar

Daerah penyebaran :

o keadaan lingkungan jelek

o penduduk tidak memeperhatikan kebersihan makanan / minuman

o banyak lalat / kecoa sebagai vector mekanik.

Sifatnya pathogen:

o menimbulkan penyakit amubiasis disentri

o gejala utama diare disertai darah dan lendir, entamoeba merusak mucosa usus

sehingga terjadi pendarahan.

o Menyerang segala umur

o Banyak diderita penduduk pada keadaan sos-ekonomi rendah

o Biasa terjadi pada perubahan musim.

Morfologi (bentuk trofozoit & kista )

o Bentuk trofozoit mempunyai ciri-ciri sb:

1. bentuknya tidak teratur

2. bagian dalam : endoplasma , bagian luar : ektoplasma

3. bergerak aktif dengan ektoplasma, pseudopodia (kaki palsu) berasal dari ektoplasma

4. segera mati bila berada di luar hospes, karena tidak mempunyai satu buah inti.

5. di dalam endoplasma : eritrosit ( saat merusak mukosa usus ), leukosit dan sisa jaringan

6. ukuran 20-30 mikron

7. melukai mukosa colon, diare darah

o bentuk kista mempunyai ciri-ciri sb:

1. bentuknya bulat

2. mempunyai dinding yang berasal dari ektoplasma, sehingga dapat hidup lebih lama di luar

hospes oleh karena dapat mempertahankan diri dari pengaruh factor luar ( cuaca, zat kimia,

suhu )

3. mencemari lingkungan

Page 3: parasitologi gastroenterohepatologi

4. ada tiga macam bentuk kista

kista berinti satu : vakuola glikogen dan benda kromatoid berfungsi untuk penyimpanan

makanan

kista berinti dua : vakuola glikogen dan benda kromatoid

kista berinti empat : bentuk infektif ( mencemari makanan dan bila dimakan akan berubah

menjadi tropozoit)

5. ukuran 6-15 mikron

Lingkaran hidup

Hospes definitive : manusia

Hospes antara: lalat / kecoa sebagai vector makanik, bentuk kista menempel pada luar

tubuhnya.

Habitat : colon

Bentuk infektif : kista berinti empat

Cara infeksi : melalui makanan / minuman terkontaminasi

Gejala klinis

Bentuk tropozoit merusak / melukai mukosa colon sehingga menyebabkan diare disertai

dengan darah dan lendir

Bentuk tropozoit ikut aliran darah sampai ke hepar mnyebabkan abses hepar dan hepatomegali

Bentuk kista mempunyai arti penting dalam epidemiologi oleh karena dapat menular ke orang

lain

Penderita + kista karier ( sumber penularan)

Diagnosis

Page 4: parasitologi gastroenterohepatologi

Memeriksa feses penderita

Pengobatan

Metronidazol, nama umum : flagil selama 5 hari

Pencegahan

Mengobati sumber infeksi

Memperbaiki lingkungan

Menjaga kebersihan makanan / minuman agar tidak terkontaminasi kista

Mengurangi populasi lalat / kecoa

Entamoeba coly(protozoa usus)

Daerah Penyebaran :

Keadaan lingkungan jelek

Banyak lalat / kecoa

Tidak memperhatikan kebersihan makanan/ minuman

Sifat :

Non pathogen

Tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia

Bentuknya hampir sama dengan Entamoeba histolitica

Termasuk pseudopodia : bergerak aktif dengan kaki palsu yang berasal dari ektoplasma.

Page 5: parasitologi gastroenterohepatologi

Morfologi :

Bentuk tropozoit :

1. bentuknya tidak teratur

2. bagian dalam endoplasma, bagian luar ektoplasma

3. bergerak aktif : lebih lambat daripada Entamoeba histolitica

4. bergerak aktif dengan ektoplasma: pseudopoda ( kakai palsu ) berasal dari ektoplasma

5. segera mati bila berada di luar hospes, karena tidak mempunyai dinding

6. memperbanyak diri dengan pembelahan biner

7. mempunyai satu buah inti

8. di dalam endoplasma terdapat bacteria

9. ukuran 20-40 mikron

10. tidak merusak colon

bentuk kista :

1. bentuknya bulat

2. mempunyai dinding yang berasal dari ektoplasma, sehingga dapat hidup lebih lama di

luar hospes karenanya dapat mempertahankan diri dari pengaruh factor luar ( cuaca,

zat kimia, suhu)

3. ada 4 macam bentuk kista :

a. kista berinti satu : vakuola glikogen dan benda kromatoid berfungsi untuk penyimpanan

makanan

b. kista berinti dua : vakuola glikogen dan benda kromatoid

c. kista berinti empat : vakuola glikogen dan benda kromatid

d. kista berinti delapan : stadium infektif

4. di luar hospes dapat hidup lebih lama karena mempunyai dinding sehingga dapat

mempertahankan diri dari pengaruh luar.

5. mencemari lingkungan, ukuran 15 – 20 mikron

Page 6: parasitologi gastroenterohepatologi

lingkaran Hidup

Hospes definitive : manusia

Hospes antara : lalat / kecoa sebagai vector mekanik bentuk infektif menempal pada bagian luar

tubuhnya.

Habitat : usus besar / colon

Bentuk infektif : kista berinti delapan

Cara infeksi : melalui makanan / minuman terkontaminasi

Giardia lamblia Daerah Penyebaran :

Keadaan lingkungan jelek

Banyak lalat / kecoa

Tidak memperhatikan kebersihan makanan / minuman

Sifat:

Pathogen

Menimbulakn penyakit giardiasis dengan gejala utama diare lemak / steatorhea

Bergerak dengan flagella sehingga termasuk flagelata

Biasa diderita pada anak-anak

Morfologi

Bentuk tropozoit :

1. bentukya seperti raket, bagian anterior bulat, posterior runcing

Page 7: parasitologi gastroenterohepatologi

2. bagian dorsal cembung, bagian ventral cekung

3. berinti dua buah

4. bagian ventral anterior mempunyai alat hisap / sucking disc yang berguna untuk menempel

pada mukosa usus

5. bergerak aktif dengan flagella yang berasal dari ektoplasma

6. mempunyai aksostil

7. memperbanyak diri dengan belah pasang longitudinal

8. di luar hospes tidak dapat hidup lama dan segera mati

9. ukuran 7 x 10 mikron

kista memiliki sifat –sifat :

1. bentuk oval

2. mempunyai dinding yang berasal dari ektoplasma

3. dapat hidup lama di luar hospes dan mencemari lingkungan

4. mempunyai 4 buah inti

5. di dalam ektoplasma terdapat aksostil dan sisa flagella

6. sifatnya infektif : jika masuk ke dalam hospes segera berubah menjadi tropozoit

7. penderita yang di dalam tubuhnya terdapat kista disebut karier dan merupakan sumber

penularan

Lingkaran Hidup

hospes definitive : manusia

hospes antara : lalat dan kecoa yang berperan sebagai vector mekanik

habitat : duodenum

bentuk infektif : kista

cara infeksi : melalui makanan / minuman yang terkontaminasi

Page 8: parasitologi gastroenterohepatologi

Gejala Klinis

disebabkan bentuk trofozoit

tropozoit melekat pada mukosa usus dengan alat hisap sehingga absorbsi lemak terganggu,

terjdi diare lemak

bentuk kista tidak menimbulkan gejala kliinis tetapimempunyai arti penting epidemiologi

sebagai sumber penularan

Diagnosis

memeriksa feces penderita : langsung / tidak langsung

aspirasi cairan duodenum untuk melihat bentuk tropozoit

Pengobatan

metonidazol (flagyl)

Pencegahan

mengobati sumber innfeksi

memperbaiki lingkungan

menjaga kebersihan makanan /minuman agar tidak terkontaminasi kista

menurunkan populasi vektor lalat / kecoa

Balantidium coli

1. Sejarah Penemuan

Pertama yang mempelajari balantidiasis pada manusia dilakukan oleh Cassagrandi dan

Barnagallo pada 1896. Namun, percobaan ini tidak berhasil menemukan pembuat infeksi dan

tidak jelas apakah ia Balantidium coli atau bukan. Yang pertama kasus dari balantidiasis di

Filipina, di mana ia adalah yang paling umum, dilaporkan pada 1904.

Page 9: parasitologi gastroenterohepatologi

2. Hospes, Nama Penyakit dan Habitat

Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya

golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri.

Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam

usus besar manusia, babi dan kera. B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu

stadium tropozoit dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk

kista dari B.coli tidak dapat membelah diri sebagaimana layaknya E.histolitica.

3. Distribusi Geografik Saat ini, Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia, namun kurang dari 1% dari

populasi manusia yang terinfeksi. Babi adalah reservoir utama dari parasit, dan infeksi manusia

lebih sering terjadi di daerah-daerah di mana babi banyak berinteraksi dengan manusia. Ini

termasuk tempat-tempat seperti Filipina, sebagaimana disebutkan sebelumnya, tetapi juga

termasuk negara-negara seperti Bolivia dan Papua Nugini.

4. Morfologi Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,

kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan

dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian

posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus

(maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada

cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit,

erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv)

Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat

makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub

mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis

dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup

selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila

tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk

dinding usus, dan memperbanyak diri.

Page 10: parasitologi gastroenterohepatologi

5. Siklus Hidup

Balantidium coli seperti yang terlihat di sebuah gunung basah dari contoh kotoran. The

organism is surrounded by cilia Organisme yang dikelilingi oleh bulu mata.

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes

alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di

dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa

usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang

sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.

Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis (1).

Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air (2). Setelah tertelan, terjadi

excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar (3)Tropozoit dalam lumen

usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara pembelahan binary

fission (4). Tropozoit menjadi kista infektif (5). Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus

besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri. Kista matang keluar

bersama tinja (1)

Page 11: parasitologi gastroenterohepatologi

Reproduksi

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit

melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama,

dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.

6. Patologi dan Gejala Klinis

Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada manusia

terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan yang telah tercemar

tinja babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya) menimbulkan ulserasi, sehingga

menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di tinja penderita. Penderita tidak mengalami

demam pada kasus balantidiosis usus besar.

Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri.

Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit

memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi

ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan

mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak

mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu

menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.

Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren.

Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus

nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila

ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat

ulkus-ulkus kecil dan tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat

daerah-daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas.

Pada infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari

dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang

diselingi oleh konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.

Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan

reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis.

Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan untuk

menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi pada

manusia.

7. Diagnosa penyakit

Secara klinik balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus.

Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang

tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali,

karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di

daerah sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan

pemeriksaan.

Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan

bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.

Page 12: parasitologi gastroenterohepatologi

8. Pengobatan

Obat-obatan yang sering digunakan adalah diiodohidroksikinolin (iodokuinol) 3 x 650

mg/hr selama 20 hari atau tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 10 hari. Sedangkan obat pilihan

adalah metrodinazol 3 x 750 mg/hr.

9. Epidemiologi Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi tinggi

berkisar anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli dan Balantidium suis. Spesies

Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis tidak dapat

ditularkan kepada manusia.

Tetapi babi tidak satu-satunya hewan dimana parasit ditemukan. Jepang dalam sebuah

kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubung dgn Hewan mamalia,

Balantidium coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji (dengan boars liar dan babi

yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima jenis spesies non manusia:

Simpanse (Pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey (Saimiri sciurea), Kudus yakis

(Comopithecus hamadryas), dan Jepang macaque (Macaca fuscata). Dalam studi lainnya,

adalah Balantidium coli juga ditemukan di spesies dari pesanan Rodentia dan Carnivora.

Bukti epidemiologi yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama daripada

infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi rendah pada

manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara mereka dengan babi dan

manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila terjadi suatu wabah maka manusia

yang menjadi sumber infeksi utama, di mana penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari

makanan yang terkena kontaminasi.

10. Pencegahan

Memerlukan langkah-langkah pencegahan efektif kebersihan pribadi dan masyarakat.

Beberapa pengamanan khusus meliputi:

Pemurnian dari air minum.

Penanganan makanan yang tepat.

Memperhatikan pembuangan kotoran manusia.

Pemantauan kontak dari pasien balantidiasis.