Paper Gpb Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

1. Energi Panas Bumi Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita sangat panas- estimasi saat ini adalah,500 celcius (9,932 F)- jadi tidak mengherankan jika tiga meter teratas permukaan bumi tetap konstan mendekati 10-16 Celcius (50-60 F) setiap tahun. Berkat berbagai macam proses geologi, pada beberapa tempat temperatur yang lebih tinggi dapat ditemukan di beberapa tempat. Menempatkan panas untuk bekerja Dimana sumber air panas geothermal dekat permukaan, air panas itu dapat langsung dipipakan ke tempat yang membutuhkan panas. Ini adalah salah satu cara geothermal digunakan untuk air panas, menghangatkan rumah, untuk menghangatkan rumah kaca dan bahkan mencairkan salju di jalan. Bahkan di tempat dimana penyimpanan panas bumi tidak mudah diakses, pompa pemanas tanah dapat membahwa kehangatan ke permukaan dan kedalam gedung. Cara ini bekerja dimana saja karena temparatur di bawah tanah tetap konstan selama tahunan. Sistem yang sama dapat digunakan untuk menghangatkan gedung di musim dingin dan mendinginkan gedung di musim panas. Pembangkit listrik Pembangkit Listrik tenaga geothermal menggunakan sumur dengan

kedalaman sampai 1.5 KM atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi yang sangat panas. Beberapa pembangkit listrik ini menggunakan panas dari cadangan untuk secara langsung menggerakan turbin. Yang lainnya memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini menyebabkan "kilatan panas" yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. Pembangkit listrik paling baru menggunakan air panas dari tanah untuk memanaskan cairan lain, seperti isobutene, yang dipanaskan pada temperatur rendah yang lebih rendah dari air. Ketika cairan ini menguap dan mengembang, maka cairan ini akan menggerakan turbin generator.

Keuntungan Tenaga Panas Bumi Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah, sumber energi terbarukan yang telah terbukti ini tidak dimanfaatkan secara besarbesaran. Klasifikasi Sistem Panasbumi Sistem panasbumi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter. Berdasar suhu rata-rata reservoir, sistem panasbumi dibagi menjadi tiga yaitu low temperature reservoir (T225oC) (Hochstein, 1990). Sistem Temperatur Rendah - Akuifer Cekungan Sedimen (Aquifers in sedimentary basin) Pada sistem ini akuifer/reservoir dapat meliputi daerah yang luas (500km2 atau lebih). Fluidanya bersifat stagnan/tidak bergerak, biasanya termineralisasi dan saline (marine pore fluids). Perpindahan panasnya secara konduktif, dan suhu akuifer dikontrol oleh terrestrial heat flux, konduktivitas panas batuan dan kedalaman akuifer, dengan kisaran suhu reservoir biasanya 60-75oC Contoh dari system ini misalnya di Panonian Basin (Hungaria), Aquitaine Basin (Prancis), Wyoming Sedimentary Basin (USA)

- Akuifer Dasar Dibawah Cekungan Sedimen(Basement aquifer beneath sedimentary basins) Merupakan akuifer dengan permeabilitas tinggi yang berada pada basement yang tertutup oleh sekuen batuan sedimen dengan permeabilitas rendah. Yang biasanya terjadi adalah forced convection di mana fluida bergerak dari tengah ke tepi cekungan. Suhu reservoir biasanya berkisar 50-65oC. System ini terdapat di cina, Italia, swiss, dan amerika - Sistem Mataair panas ( Warm spring systems ) Sistem ini umum dijumpai di kaki-kaki gunung, yang berasosiasi dengan deep reaching fracture berpermeabilitas tinggi. Panas berasal dari terrestrial heat flow yang dipindahkan secara forced convection. Suhu 60-80oC - Sistem Tekanan (Geopressured systems) Sistem ini terdapat pada bagian dalam dari cekungan sedimen. Akibat pengendapan cepat dan pembentukan sesar listrik, pada beberapabagian cekungan akan terbentuk penudung sehingga menghasilkan tekanan litostatik. Panas terbentuk karena adanya pressure gradients menghasilkan anomalous temperature. Suhu pada sistem ini dapat mencapai 100-120oC (pada kedalaman 2-3 km). Sistem Temperatur Menengah (Intermediate temperature system) Perpindahan panasnya biasanya konvektif dengan reservoir jenuh air, kehilangan panas alamiah (natural heat loss) biasanya cukup besar (3-30MWt). Bila tranfer panas pada reservoir >10 MWt dan dijumpai manifestasi boiling spring, maka fluida dapat diproduksi langsung dari mataair tersebut. Sumber panas berupa intrusi dalam atau hot upper crust (kerak bagian atas yang panas). Contohnya Cisolok-Cisukarame, Citaman-Banten, Aluto Lagano (Ethiopia), El Tatio (Cili).

Sistem Temperatur Tinggi (High temperature system) Sistem ini hanya terdapat dalam tatanan tektonik lempeng active plate margin, yang umumnya berasosiasi dengan vulkanisme dan dformasi kerak bumi. Contoh jenis sistem ini adalah di New Zealand, Filipina,Jepang, Amerika Latin, Afrika dan Indonesia. Sistem Air Panas (hot water systems) - pada medan datar Sebagan besar panas yang mengalami perpindahan di dalamsistem dikeluarkan ke permukaan. Reservoir yang produktif berada di bawah zona manifestasi permukaan, dan pengendapan mineral hidrotermal umumnya terjadi pada bagian atas reservoir dan pada bagian system di mana fluida panas bertemu dengan air permukaan yang dingin. Contoh sistemini: Wairakei (NZ). - pada medan terjal Perbedaan utama dengan hot water system pada medan datar adalah pola aliran fluidanya (ingat gradien hidrologi, lihat gambar). Pengeluaran panas alamiah umumnya terjadi melalui mekanisme concealed lateral outflow (semacam seepage pada zona lateral). Pada system ini biasanya terdapat uap (minor) hasil evaporasi pada bagian atas reservoir yaitu kondensasi uap dan oksidasi H2S yang menghasilkan kondensat asam, dan batuan yang terdapat di atas reservoir utama umumnya teralterasi oleh aktivitas uap tersebut. Sistem air Asin (Hot brine systems) Brine pada sistem ini kemungkinan terbentuk dari konveksi air pada hot water system yang melarutkan evaporit, atau juga adanya hypersaline brine yang mengalami advective rise. Pada sistem ini suhu reservoir umumnya tinggi (di Salton Sea, Utah mencapai 300oC), dengan transfer panas secara konduktif dan heat loss relatif kecil (< 30 MWt). Karena fluidanya bersifat salin, maka sangat korosif.

Contoh sistem ini antara lain Salton Sea, Cesano (Italia), Milos (Yunani) Two phase systems Pada sistem ini permeabilitas batuan di dalam dan di luar reservoir relatif lebih rendah dari hot water system, dan sering menurunnya permeabilitas vertikal, saturasi dan entalpi fluidanya juga turun. Contoh dari sistem ini adalah Dieng, Lahendong (Sulut), Tongonan (Filipina), Ohaaki (NZ), Krafla (Islandia) dan Olkaria (Kenya). Sistem Dominasi Uap Air Vapor-dominated systems Keterdapatan sistem ini termasuk langka di dunia. Dapat terbentuk apabila natural recharge sangat kecil karena permeabilitas di luar reservoir rendah. Umumnya pada bagian atas reservoir terbentuk lapisan kondensat yang tebal, di mana bagian atas kondensat bersifat asam. Heat loss lebih kecil dibandingkan hot water system pada ukuran yang sama. Contoh dari sistem ini antara lain Kamojang, Darajat (Garut), The Geyser (USA), Lardrello (Italia), Matsukawa (Jepang) dan Ketetahi (NZ) Sistem Panasbumi Gunungapi (Volcanic geothermal system) Ciri khas dari system ini adalah adanya kondensat tebal di atas reservoir dengan kandungan gas vulkanik yang reaktif misalnya HF dan HCl. System ini sering dikatagorikan dalam sesumber yang sub-ekonomis. Contoh model system ini terdapat di Tangkuban Parahu, Sibayak, Pinatubo (Filipina), Nevado del Ruiz (Kolombia), Tatun (Taiwan). Sistem panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang dan tinggi.Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalpi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalpi adalah fungsi dari temperatur

2. Lapangan Panas Bumi Di Indonesia

2.1 Lapangan Panas Bumi Kamojang Lapangan panasbumi Kamojang, dengan sumurnya bernama KMJ-3, yang pernah menghasilkan uap pada tahun 1926, merupakan tonggak pemboran eksplorasi panasbumi pertama oleh Pemerintah kolonial Belanda. Sampai sekarang, KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 140C dan tekanan 2,5 atmosfer (atm). Sampai tahun 1928 telah dilakukan lima pemboran eksplorasi panasbumi, tetapi yang berhasil mengeluarkan uap -- ya itu tadi -- hanya sumur KMJ-3 dengan

kedalaman 66 meter. Sampai saat ini KMJ-3 masih menghasilkan uap alam kering dengan suhu 1400 C dan tekanan 2,5 atmosfer. Sejak 1928 kegiatan pengusahaan panasbumi di Indonesia praktis terhenti dan baru dilanjutkan kembali pada tahun 1964. Dari 1964 sampai 1981 penyelidikan sumber daya panasbumi dilakukan secara aktif bersama-sama oleh Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) dengan memanfaatkan bantuan luar negeri. Eksplorasi panasbumi di kamojang telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Eksplorasi pertama dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926 sampai 1928 dengan melakukan pemboran sebanyak 5 sumur . Geothermal Survey of Indonesia yang bekerja sama dengan New Zealand Geothermal Project pada tahun 1971-1979 kembali melakukan pemboran sebanyak 14 sumur eksplorasi. Pada tahun 1978 energi panas bumi Kamojang untuk pertama kalinya menghasilkan energi listrik sebesar 0,25 MW dan diresmikan

pengoperasiannya oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. DR. Subroto. Selanjutnya, pada tahun 1979 2003 kembali dilakukan pengeboran sumur pengembangan dan produksi, kemudian pada tahun 1983, PLTP Kamojang Unit 1 dengan kapasitas 30 MW ditetapkan secara resmi oleh Presiden RI Soeharto sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia, dilanjutkan dengan peresmian PLTP Unit 2 & 3 (2 x 55 MW) pada tahun 1988 dilanjutkan kemudian pada tahun 2003 - 2007 dengan PLTP Unit 4 (60 MWe). Total kapasitas PLTP Kamojang saat ini sebesar 200 MW, terdiri atas empat unit yakni PLTP Unit 1 dengan produksi 30 MW, unit 2 dan 3 masing-masing kapasitas 55 MW, serta PLTP unit 4 sebesar 60 MW. Keseluruhan energi listrik yang dihasilkan PLTP Kamojang dialirkan guna mendukung sistem transmisi

(interkoneksi) Jawa-Bali. Pengembangan potensi panas bumi di Kamojang terus dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan potensi yang ada dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 02 Tahun 2010 Tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan Pembangunan

Pembangkit Listrik Tahap II serta transmisi terkait, dengan merencanakan pengembangan PLTP Kamojang unit 5 (40 MW) dan unit 6 (60 MW). (SF)

Gambar 2. Kondisi Lapangan Panas Bumi Kamojang 2.2 Lapangan Panas Bumi Darajat Lapangan Panasbumi dan PLTP derajat terletak di kabupaten Garut Jawa Barat, terletak sekitar 20 km sebelah barat Kota Garut, dan 10 km sebelah barat daya Lapangan Panasbumi Kamojang. Secara geografis letak wilayah kerja Lapangan Panasbumi Darajat berada pada koordinat 7? 119 LS sampai 7? 1540 LS, dan 107?4154 sampai 107?4540 BT. Steam dari Lapangan Panas bumi Darajat merupakan jenis uap kering (dry steam). Pembangkit listrik dengan menggunakan bahan baku panas bumi mempunyai beberapa kelebihan diantaranya menggunakan bahan baku yang terbarukan (renewable), berkelanjutan karena kondesat yang dihasilkan diinjeksikan kembali ke geothermal reservoirs untuk menghasilkan uap kembali. Dengan demikian tidak ada limbah cair industri, proses operasi yang bersih dan ramah lingkungan karena tidak ada pembakaran fosil sehingga dapat mengurangi udara emisi dan pemakaian sumber daya air.

Teknologi ini sangat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan listrik nasional, mereduksi gas rumah kaca, menekan konsumsi bahan bakar fosil, kontribusi energi untuk interkoneksi mengembangkan cadangan energi panas bumi, dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Ini telah diterapkan di desa Padawas, Kabupaten Garut Jawa Barat. Lapangan Panas bumi Darajat dikategorikan sebagai sistem dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistem panas bumi dimana sumur-sumurnya memproduksi uap kering. Hal ini dikarenakan rongga-rongga batuan reservoir-nya sebagian besar berisi uap panas. Uap panas yang dihasilkan dari beberapa sumur (well) di lapangan panas bumi Drajat sudah mencapai tingkatan uap sangat jenuh (superheated steam). Diperkirakan 35% batuan reservoir nya berisi air panas, sedangkan rongga-rongga lainnya berisi uap. Dalam sistem dominasi uap tekanan dan temperatur umumnya relatif tetap terhadap kedalaman. Pemanfaatan energi panas bumi dapat dilakukan dengan cara konvensional ataupun dengan pemanfaatan panas batuan kering. Process Flow Uap dari sumur dilewatkan pada katup pengatur tekanan PCV dialirkan ke bejana tekan scrubber untuk menaikkan kekeringan, kemudian uap dialirkan ke turbin setelah melalui alat ukur venturi dan menuju turbin memutar generator menghasilkan listrik. Uap panas dari turbin mengalir ke condenser sehingga mengalami kondensasi dengan bantuan air yang bersumber dari cooling tower. Condenser bertugas menjaga tekanan disisi buangan turbin tetap rendah agar daya keluaran turbin sesuai rancangan. Gas yang tidak terkondensasi (NCG) di dalam uap dihisap oleh sistem pembuangan yang kemudian mengirimkannya ke cooling tower. Kipas pada cooling tower membantu menyebarkan gas yang tak terkondensasi ke udara bebas.

2.3 Lapangan Panas Bumi Lahendong Lahendong adalah salah satu lokasi lapangan panas bumi yang terdapat di Tomohon Sulawesi Utara. Selama ini, produksi uap dari lapangan panas bumi Lahendong dijual kepada PLN sebagai operator pembangkit. Produksi uap yang dijual kepada perusahaan listrik berasal dari Lahendong unit I dengan kapasitas 20 megawatt pada 2001, unit II kapasitas 20 megawatt pada 2007, dan unit III sebesar 20 megawatt pada 2009. Sedangkan Lahendong unit IV, yang akan segera dikembangkan. Saat ini lapangan geothermal Lahendong memiliki 9 sumur produksi dan 2 sumur injeksi untuk menyuplai uap bagi PLTP unit 1, 2 dan 3. Total kapasitas ketiga PLTP tersebut 60 MWe. Kluster 5 di unit Lahendong inilah yang menyuplai uap untuk pembangkitan listrik di PLTP Lahendong Unit 3. Salah satu hal menarik dari kluster 5 ini adalah potensi salah satu sumurnya, yakni sumur 23. Bila rata - rata satu sumur mempunyai daya untuk membangkitkan sekitar 5-6 MW, sumur 23 ini memiliki potensi untuk membangkitkan hampir 40 MW. Meskipun begitu, adanya satu sumur dengan daya yang sangat besar tidak melulu menguntungkan. Berbagai perlakuan khusus seperti pengalihan jalur dan pemakaian diamter pipa lebih besar harus diterapkan. Hal ini agar potensi sumur dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengesampingkan aspek keselamatan pada proses operasinya.

Gambar 3. PLTP Lahendong

2.4 Lapangan Panas Bumi Salak Lapangan panasbumi Awibengkok, G. Salak merupakan daerah kontrak kerja Union Geothermal Indonesia dengan Pertamina, terletak dikaki baratdaya dari G. Salak, yang telah dioperasikan dengan kapasitas sebesar 2 x 55 MWe. Suksesnya lapangan panasbumi Awibengkok, G. Salak dipengaruhi oleh besarnya cadangan energi panas dalam fluida dan dalam batuan reservoir serta didukung oleh gradient tekanan yang memadai dan permeabilitas yang baik sebagai media perpindahan fluida panas dari reservoir kepermukaan. Komposisi kimia fluida sangat mempengaruhi petrologi batuan ubahan (Grindley dan Browne, 1976; Ellis dan Mahon, 1977). Hal ini adalah latar belakang penulisan thesis yang berjudul "Petrologi dan Geohidrologi Lapangan Panasbumi Awibengkok, Gunung Salak". Mineral ubahan di Lapangan panasbumi Awibengkok adalah berupa kwarsa, kalsit, klorit, epidot dan jenis mineral lempung yang merupakan penciri temperatur dan permeabilitas. Klorit muncul sejak kedalaman 500 feet sedangkan epidot muncul dekat puncak reservoir. Persentase bertambahnya epidot dan klorit (5-10%) kemudian

mengikuti kedalaman. Klorit berkurang setelah memasuki zona reservoir, sedangkan persentase epidot masih 5-10% mengikuti kedalaman reservoir, dimana batas bawah hilangnya epidot tidak diketahui. Puncak tingginga persentase epidot diperlihatkan dengan temperatur terukur 462-483 oF, dimana mirip dengan kisaran temperatur pada daerah panasbumi lain yaitu 464-500 oF. Zona argilik di Lapangan panasbumi Awibengkok merupakan zona lapisan penutup yang sifatnya impermeable, sedangkan zona propilitik dibawahnya bersifat permeable dan merupakan zona produksi dimana zona argilik mulai hadir dan puncak persentase mineral klorit dan epidot. Zona potasik juga bersifat produksi dijumpai setempat-setempat. Kimia fluida pemunculan panasbumi di Lapangan panasbumi Awibengkok didominasi oleh tipe asam sulfat (kompleks Cibeureum, Cipamanukan dan Perbakti). Tipe bikarbonat muncul di Cikarang, Muhinin dan Ciseupan, sedangkan mataair panas Sarimaya adalah berupa tipe khlorida. Kimia fluida reservoir memperlihatkan ratio C1/B berkisar 26 30 yang memperlihatkan berasal dari reservoir yang sama, sedangkan C1/CO3, Geothennometer dan C1/SO4

memperlihatkan pada AWI-07, 08, 09 dan 10 1 yang berada dibagian barat Awibengkok lebih panas dibanding dengan daerah timumya. Geothermometer menunjukkan angka 470-622 oF yang sama dengan temperatur terukur dan pembentukan mineral ubahan pada zona propilitik dan potasik. Gradient tekanan reservoir seluruh sumur berada hampir pada satu garis gradient, sedangkan gradient temperatur memperlihatkan 2 (dua) kelompok yaitu 0.69 oF/100 feet dan 1.55 oF/100 feet. Pola temperatur dasar sumur dan 0 meter dpl memperlihatkan bertambah kearah barat dan baratdaya (Sumur AWI 09.2, AWI- 09.1 dan AWI 10.2) didukung oleh hasil kimia rasio dari kimia fluida reservoir. Sedangkan pola elevasi puncak reservoir memperlihatkan lebih dalam dibagian barat dan utara. Maka pembentukan batuan ubahan dan kimia fluida erat hubungannya, disamping temperatur, tekanan yang penting diperhatikan dalam eksplorasi panasbumi.

Dengan melihat hasil uji produksi, dimana terlihat sumur AWI- 09.2, AWI10.2, AWI-06 dan AWI-08 mencapai 20 MW(e), dengan tekanan enthalpi (1.0501.225 kj/kg), maka saran pengembangan dengan penambahan sumur produksi kearah barat dan baratdaya lapangan panasbumi Awibengkok.

2.5 Lapangan Panas Bumi Sibayak Lapangan panas bumi Sibayak terletak di Kabupaten Brastagi Sumatera Utara dan berkapasitas total 12 MW. Pembangkit listrik tersebut bernama PLTP Sibayak, sebuah proyek kerjasama Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan Dizamatra Powerindo. Dibangun pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2008, pembangkit listrik ini merupakan PLTP pertama yang ada di pulau Sumatera. Mengambil panas bumi dari Gunung Sibayak, hasil dari PLTP ini dijual ke PT PLN (Persero) untuk menerangi provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya.). PLTP Sibayak yang menggunakan energi bersih sebagai tenaga

pembangkitnya. Menurut Manda, potensi panas bumi dari gunung sibayak cukup banyak dan aman bagi lingkungan. PLTP yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 11 Desember 2007 tersebut aman dari bencana letusan gunung api, sebab gunung sibayak diperkirakan tidak akan meletus lagi. Dengan ketinggian 1.358 m diatas permukaan air laut, PLTP yang Berjarak 70 km dari Kota Medan dan 7 Km dari kota parawisata Berastagi ini merupakan satu dari tiga PLTP yang dikelola PT PGE selain Kamojang (Jabar) dan Lahendong (Sulut). PT PGE merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bidang pengelolaan energi panas bumi. Saat ini PT PGE menghasilkan listrik sebesar 272 MW. Diharapkan pada jangka waktu 5 tahun kedepan PT PGE dapat menghasilkan listrik sebesar 1.342 MW. PT PGE Area Sibayak sendiri berupaya menambah kapasitas pembangkitan listrik dari 10 MW menjadi 12 MW dengan melakukan pemboran 5 (lima) sumur

tambahan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik di Sumatera Utara. Dengan total kapasitas 12 MW dan masa operasi selama 30 Tahun, PGE mengaku melakukan penghematan pemakaian minyak bakar sebesar 6.044.400 Barell Oil serta mengurangi pemakaian batubara sebesar 1.127.850 ton 2.6 Lapangan Panas Bumi Dieng Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 1520 C di siang hari dan 10 C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah. Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir. Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.

Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di airair panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi. Kawasan Dieng masih aktif secara geologi dan banyak memiliki sumbersumber energi hidrotermal. Ada tiga lapangan hidrotermal utama, yaitu Pakuwaja, Sileri, dan Sikidang. Di ketiganya terdapat fumarola (kawah uap) aktif, kolam Lokasi Dieng terletak di 2 kecamatan, yaitu kecamatan

kejajar.kab wonobosobo, Dan kecamatan batur kab Banjar negara. Yang meliputi areal seluas 107.351.995ha. Dalam pengembangannya lebih lanjut telah di lakukan kajian keilmuan yang meliputi bidang geologi, geo kimia, dan geo fisika untuk mengetahui informasi potensi dan prospek bawah permukaan bumi. Pengembangan panas bumi yang ada di dataran tinggi Dieng telah di lakukan sejak pemerintahan hindia belanda, tepatnya pada tahun 1918 telah di mulai penyelidikan potensi panas bumi yang ada di dataran tinggi dieng. Kawasan Dieng Plateau masih aktif secara geologi dan banyak memiliki sumber-sumber energi hidrotermal. Ada tiga lapangan hidrotermal utama, yaitu Pakuwaja, Sileri, dan Sikidang. Di ketiganya terdapat fumarola (kawah uap) aktif, kolam lumpur, dan lapangan uap. Mata air panas ditemukan, misalnya, di Bitingan, Siglagah, Pulosari, dan Jojogan, dengan suhu rata-rata mulai dari 25C (Jojogan) sampai 58C (Siglagah). Kawasan Sikidang telah mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi hidrotermal. Pada tahun 1964/1965 UNESCO menetapkan dataran tinggi dieng merupakan salah satu sumber panas bumi yang memiliki prospek sangat bagus di indonesia. Pada tahun 1970 USGS melakukan survei geo fisika dan pengeboran pada 6 buah sumur dangkal pada kedalaman 150 meter dengan temperatur 92-173 derajat celsius. Tahun 1976 1994 pertamina telah menyelesaikan pengeboran sekitar 27 sumur uji. Dan pada tahun 1993 dapat menghasilkan listrik dengan mengoperasikan Monoblock Power Plant (2 MW) Dan dilanjutkan oleh HCE LTD (himpurna california

energi) yang dengan pertamina telah mengadakan kontrak JOC (kontrak operasi bersama) Komplek Vulkanik Dieng di Jawa Tengah terletak di dataran tinggi sekitar 2.000 m di atas permukaan laut, dan berjarak 25 km sebelah utara kota Wonosobo. Memiliki serangkaian gunungapi kuarter, yang meliputi sejarah aktifnya gunungapi Sundoro dan Sumbing. Dataran tinggi adalah daerah pertanian yang kaya akan kentang, kubis, tomat dan sayuran lainnya. Terdapat berbagai manifestasi permukaan kegiatan hidrotermal, termasuk danau, fumarol / solfatara dan mataair panas. Daerah ini juga dikenal untuk pengembangan sumber daya geotermal dan letupan gas maut. Tersebarnya candi adalah saksi dari budaya Hindu kuno yang pernah memerintah. Dataran Tinggi Dieng memiliki panjang 14 km dan lebar 6 km cenderung arah umum T B karena pergeseran pusat letusan dengan aktivitas termuda berada di timur. Hal ini terlapisi oleh napal tersier, batugamping, batupasir tuffan dan vulkanik. Komplek Dieng itu sendiri terdiri dari Kuarter Akhir sampai Recent kerucut vulkanik dan letusan kawah, terbentuk oleh persimpangan dua zona patahan utama yang cenderung T B dan UB ST. Tiga episode utama dari aktivitas gunungapi yang bisa dibedakan (dari Sukhyar, 1994): Produk vulkanik tertua memiliki umur Kuarter Bawah dan membentuk batas utara dan selatan dari dataran tinggi Dieng. Meliputi unit Prahu dan Tlerep Stratovolcano dan Rogojembangan. Subsidence dari bagian barat kerucut Prahu (2.565 m) membentuk dataran tinggi, yang telah ditafsirkan sebagai kaldera atau sebagai depresi struktural. Nagasari kerucut yang kemungkinan berada di batas barat dataran tinggi. Selama episode kedua sejumlah stratovolcano muncul di antara depresi, menghasilkan basalt, basaltik andesit dan piroksen-andesit. Endapan piroklastik jatuhan, diyakini hasil letusan dari semua gunungapi, menyelimuti depresi Batur dan Dieng. Secara kolektif hal itu disebut sebagai tephra Dieng. Hasil dating

menunjukkan usia 16.770 tahun. Bisma, terletak di ujung selatan, adalah gunungapi yang tertua dan menghasilkan lava basaltik, piroklastik jatuhan dan aliran. Selanjutnya di timur gunungapi Sroja memiliki dua puncak kawah. Sebuah pusat letusan parasit di lereng selatan memiliki danau kawah lebar 800 m dan kedalaman >150 m (Telaga Menjer), yang digunakan untuk PLTA dan irigasi. Pangonan dan Merdada adalah dua kerucut strato di timur Nagasari. Yang terakhir memiliki danau kawah, yang digunakan untuk air minum oleh penduduk desa setempat. Pagerkandang kerucut terletak di sebelah utara Merdada dan lebih muda daripada yang terakhir. Scoria jatuhan, mungkin dari aktivitas strombolian, mewakili produkproduk terbaru. Solfataras terdapat pada dinding kawah dan di lereng utara. Solfatara juga ditemukan dalam kawah Igir Binem, gunungapi yang paling timur dari episode ini. Kawah ini, yang telah sebagian diisi oleh lava biotite-andesit dari episode ketiga, berisi danau berwarna (Telaga Warna). Gunungapi Dringo-Petarangan, terletak di depresi Batur 7 km sebelah timur depresi Dieng, mungkin mirip usia sebagai Pangonan Merdada-kerucut, berdasarkan pada kenampakan morfologis. Aktivitas magmatik termuda dihasilkan dari lavas (olivin-) biotite andesit yang viskos dan airfall dari kelompok sembilan pusat letusan di pinggir selatan depresi Dieng. Legetang, sebuah pusat terisolasi 4 km ke arah barat, juga termasuk dalam kelompok ini. Lava yang termuda memiliki usia 8.540 tahun dan terpisah dari endapan tephra oleh paleosoil Dieng. Magmatik udara jatuhan dari pusat letusan Pakuwaja, yang meliputi lava, adalah endapan hidrotermal tahun 2.450 letusan endapan dari Telaga Lumut (bekas danau di pusat Sikidang). Endapan hidrotermal jatuhan yang dihasilkan oleh letusan dari kawah Sileri (1944) dan Sinila (1979). Pencatatan aktivitas letusan ditandai oleh peristiwa ledakan (VEI