28
ABSTRAK Pasar modal di Indonesia adalah pasar negara berkembang, pembangunan Indonesia sangat rentan terhadap kondisi mekroekonomi secara umum.Untuk melihat perkembangan pasar modal di Indonesia, digunakan Indeks Saham Gabungan Harga (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan Brusa Efek Indonesia (BEI).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner dan bagaimana hubungan jangka panjangnya.Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen dan empat variabel independen adalah variabel nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI 1 bulanan, inflasi dan jumlah uang beredar (M2). Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa data telah lolos uji asumsi klasik (multikolinearitas, heterokedastisitas, autokorelasi serta normalitas).Namun karena pada uji multikolinearitas terdapat korelasi terhadap SBI yang sangat tinggi maka variabel SBI dihapus dari persamaan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semua data telah stasioner pada diferensi pertama. Karena seluruh variabel tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada tingkat diferensi pertama maka seluruh data akan terkointegrasi atau dapat dikatakan data memiliki hubungan jangka panjang dalam persamaannya. Karena variabel yang ada tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner didalam diferensi dan terkointegrasi 1

Paper Ekonomet Tgs 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

silahkan

Citation preview

Page 1: Paper Ekonomet Tgs 4

ABSTRAK

Pasar modal di Indonesia adalah pasar negara berkembang, pembangunan Indonesia

sangat rentan terhadap kondisi mekroekonomi secara umum.Untuk melihat perkembangan

pasar modal di Indonesia, digunakan Indeks Saham Gabungan Harga (IHSG), yang

merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan Brusa Efek Indonesia

(BEI).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner dan

bagaimana hubungan jangka panjangnya.Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai

variabel dependen dan empat variabel independen adalah variabel nilai tukar rupiah,

tingkat suku bunga SBI 1 bulanan, inflasi dan jumlah uang beredar (M2).

Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa data telah lolos uji asumsi

klasik (multikolinearitas, heterokedastisitas, autokorelasi serta normalitas).Namun karena

pada uji multikolinearitas terdapat korelasi terhadap SBI yang sangat tinggi maka variabel

SBI dihapus dari persamaan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semua data

telah stasioner pada diferensi pertama. Karena seluruh variabel tidak stasioner pada tingkat

level tetapi stasioner pada tingkat diferensi pertama maka seluruh data akan terkointegrasi

atau dapat dikatakan data memiliki hubungan jangka panjang dalam persamaannya.

Karena variabel yang ada tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner didalam

diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel,

dari hubungan ini akhirnya terbentuklah model VECM.

Hal yang unik dari model VAR ini adalah kita tidak harus mengklasifikasikan variabel

dalam dua kategori variabel endogen atau eksogen karena semua variabel baik endogen

maupun eksogen dapat dimasukkan dalam model.

1

Page 2: Paper Ekonomet Tgs 4

Daftar Isi

Abstrak………………………………………………………………………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………. 2

Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………….. 3

Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………………………. 3

Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………….. 4

Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………………………… 4

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis………………………………………………………………………………… 4

Kerangka Pemikiran………………………………………………………………………………………….. 4

Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………… 6

Metode Penelitian………………………………………………………………………………………………………... 6

Metodologi……………………………………………………………………………………………………….. 6

Penelitian dan Hasil Penelitian………………………………………………………………………….. 7

Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………… 19

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………. 19

Lampiran Data ………………………………………………………………………………………………………………. 20

2

Page 3: Paper Ekonomet Tgs 4

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat dengan berbagai macam

indikator yang salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan

salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).Indikator

pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan indikator – indikator makro

yang ada.Seiring dengan indikator pasar modal, indikator ekonomi makro juga bersifat

fluktuatif. Suatu persamaan menyatakan bahwa IHSG dibentuk oleh empat variabel

makroekonomi yakni inflasi, kurs, jumlah uang beredar (m2) dan tingkat suku bunga (SBI).

Sedangkan kondisi spesifik perusahaan berkaitan dengan beberapa rasio keuangan

perusahaan yang mencerminkan likuiditas perusahaan untuk jangka pendek dan jangka

panjang.Investasi dapat dipengaruhi oleh kondisi finansial global yang akhir-akhir ini sedang

mengalami kelesuhan. Kondisi keuangan global yang terus menekan ekonomi juga akan

mempengaruhi di pasar saham. Masalah krisis finansial global, hingga saat ini belum ada

titik terang yang dapat menenangkan pelaku ekonomi dunia.Runtuhnya sektor keuangan AS

membawa dampak langsung dari keruntuhan sistem keuangan AS tersebut.Dampak jangka

pendek yang sudah dirasakan adalah jatuhnya harga saham.Menurut Chatib Basri (Tempo,

2008) dampak krisis finansial yang bermula di AS mungkin agak lebih lambat dan kecil

pengaruhnya pada ekonomi Indonesia, karena adanya integrasi jaringan produksi

(production network) di mana negara-negara di Asia Tenggara banyak mengekspor bahan

mentah dan barang antara ke pusat-pusat jaringan produksi seperti Cina, Korea dan Jepang.

Walaupun demikian, karena konsumen akhir dari barang jadi itu juga negara-negara maju,

cepat atau lambat Indonesia akan terkena dampak juga. Krisis subprime mortgage pada

medio 2007 yang terjadi di AS telah memicu krisis ekonomi global. Sejalan dengan kejatuhan

Dow Jones harga saham-saham di Asia seperti Hang Seng Hongkong dan IHSG juga

berguguran. IHSG yang pada awal 2008 memasuki masa keemasan pada level 2.830, akibat

kepanikan investor,IHSG juga terjerembab ke level 1.174 pada 30 Oktober 2008 atau telah

terkoreksi 59%

3

Page 4: Paper Ekonomet Tgs 4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

yang dapat diidentifikasi antara lain :

a. Bagaimana model VAR yang terbentuk?

b. Bagaimana hasil analisis model VAR yang terbentuk ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui jenis model VAR yang terbentuk.

b. Mengetahui hasil analisis terhadap model VAR yang terbentuk.

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.1 Kerangka Pemikiran

Hubungan Kurs terhadap IHSG

Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makroekonomi

memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu sahamdapat terkena

dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.Misalnya, perusahaan

yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadapdolar Amerika yang tajam akan

berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang

berorientasi ekspor akan menerimadampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap

dolar Amerika. Ini berartiharga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami

penurunan di BursaEfek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak

positif akanmengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga

SahamGabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung

padakelompok yang dominan dampaknya.

4

Page 5: Paper Ekonomet Tgs 4

Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek

perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapatterjadi apabila faktor

fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat,sehingga dolar Amerika akan menguat

dan akan menurunkan Indeks HargaSaham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006). Hal ini

tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham

Indonesia (Robert Ang,1997). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor

akancenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomiandirasakan

membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga

saham di BEI dan mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007)

Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG

Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan(emiten) yang

lebih lanjut dapat menurunkan harga saham.Kenaikan ini juga potensial mendorong investor

mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabunganmaupun deposito sehingga investasi di

lantai bursa turun dan selanjutnya dapatmenurunkan harga saham.

Hubungan Inflasi terhadap IHSG

Sirait dan D. Siagian (2002: 227), mengemukakan bahwa kenaikan inflasidapat

menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntunganyang diperoleh

investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi,dimana peningkatannya tidak

dapat dibebankan kepada konsumen, dapatmenurunkan tingkat pendapatan perusahaan.

Hal ini berarti resiko yang akandihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap

berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham menurun. Inflasi

dapat menurunkankeuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi

komoditiyang tidak menarik. Hal ini berarti inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan

return saham.

Hubungan Jumlah Uang Beredar (m2) terhadap IHSG

Menurut Mohamad Samsul (2006: 210), jika jumlah uang beredar meningkat, maka

tingkat bunga akan menurun dan Indeks Harga SahamGabungan (IHSG) akan naik sehingga

pasar akan menjadi bullish. Jika jumlahuang beredar menurun, maka tingkat bunga akannaik

dan Indeks Harga SahamGabungan (IHSG) akan turun sehingga pasar akan menjadi bearish.

5

Page 6: Paper Ekonomet Tgs 4

Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi penawaran

uang, memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentralmempertahankan

penawaran uang tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan

penawaran uang dengan cepat, tingkat harga akanmeningkat dengan cepat (Mankiw, 2000:

153).

2.2 Hipotesis

a. Model VAR yang terbentuk adalah VAR teresktriksi

b. model VAR yang terbentuk dapat menjelaskan variabel endogennya dengan baik

Metode Penelitian

3.1 Metodologi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan kualitatif

karena data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari database pusat

kebijakan ekonomi makro badankebijakan fiscal Indonesia. Data yang digunakan merupakan

data time series bulanan yakni mulai bulan Januari 2005 – Desember 2007, selanjutnyadata

akan diuji menggunakan uji asumsi klasik. Setelah itu dilakukan tahap uji stasioneritas, uji

kointegrasi, penentuan panjangnya kelambanan, estimasi model var (VECM) dan yang

terakhir adalah analisis dalam model VAR (peramalan).

Teknik Analisis Data

Uji stasioneritas

Langkah pertama mengestimasi VAR adalah uji stasioneritas data.Hasil uji

satsioneritas ini sangat dipengaruhi oleh panjangnya kelambanan.

Uji kointegrasi

6

Page 7: Paper Ekonomet Tgs 4

Sebagaimana dinyatakan oleh Engle Granger keberadaan variabel non stasioner

menyebabkan kemungkinan besar adanya hubungan jangka panjang antara variabel

dalam system VAR.

Penentuan panjangnya kelambanan

Penentuan panjangnya kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk

menangkap pengaruh dari setiap variabel ke variabel lain didalam system VAR.

Peramalan

Peramalan didalam VAR merupakan sebuah ekstrapolasi nilai saat ini dan masa

depan seluruh variabel dengan mengggunakan seluruh informasi yang ada di masa

lalu.

Uji Kausalitas

Data dilakukan dengan pengujian kausalitas Granger untuk melihat apakah variabel

yang digunakanmemiliki hubungan dua arah.

3.2 Penelitian dan Hasil Penelitian

Sebelum mengolah data yang tersedia, akan dilakukan uji asumsi klasik terlebih

dahulu guna mengetahui kelayakan data untuk dianalisis. Adapun uji asumsi klasik yang

akan dilakukan yakni uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji

normalitas.Adapun hasil regresi untuk pengujian asumsi klasik yakni :

7

Page 8: Paper Ekonomet Tgs 4

Dari hasil regresi tersebut selanjutnya dilakukan uji multikolinearitas guna memastikan tidak

ada korelasi yang tinggi antar variabel independennya. Adapun uji multikolinearitas yang

dilakukan yakni :

Dari table uji multikolinearitas diatas diketahui bahwa terdapat korelasi yang sangat tinggi

antara inflasi dengan suku bunga SBI, hal ini dikarenakan nilai korelasi yang timbul sebesar

0,907440 yang artinya nilai tersebut melebihi batas kewajaran korelasi yakni 0,6. Maka

langkah selanjutnya adalah menghapus salah satu variabel yang korelasinya tinggi.Dalam uji

selanjutnya, penulis menghapus variabel SBI guna menghilangkan masalah multikolinearitas.

Adapun uji multikolinearitas yang varu tanpa variabel SBI yakni :

Uji multikolinearitas setelah menghilang variabel SBI menyatakan bahwa tidak ada masalah

multikolinearitas dalam data, hal ini dikarenakan tidak ada nilai korelasi yang melebihi 0,6.

Sehingga dilakukan regresi lagi yang menghasilkan :

Uji yang dilakukan selanjutnya adalah heterokedastisitas yang berguna untuk

mengetahui apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

8

Page 9: Paper Ekonomet Tgs 4

pengamatan yang lain, pada uji heterokedastisitas kali ini menggunakan uji white. Adapun

hasil ujinya :

Dari table diatas diketahui bahwa nilai Prob. Chi-square sebesar 0,0124. Hal ini menyatakan

bahwa nilai yang timbul kurang dari α (0,05) sehingga data tersebut dinyatakantidak lolos uji

heterokedastisitas. Untuk memperbaiki gangguan heterokedastisitas, selanjutnya dilakukan

uji park dengan serta melakukan generalize res^2 (menambah var.dependen berupa res2).

Adapun hasil dari uji park :

Selanjutnya, kita lakukan uji white lagi guna memastikan benar – benar tidak ada

gangguan heterokedastisitas pada data :

9

Page 10: Paper Ekonomet Tgs 4

Table diatas menunjukkan nilai Prob. Chi-square 0,3323 yang berarti lebih dari α(0,05)

sehingga dapat dinyatakan bahwa terbebas dari gangguan heterokedastisitas. Selanjutnya

adalah melakukan uji asumsi klasik yang terakhir yakni uji normalitas dengan metode jarque

bara, yang hasilnya :

Nilai probability yang tertera dalam table menunjukkan angka 0,105076 yang berarti

melebihi nilai α, sehingga nilai tersebut dikatakan signifikan dan data memiliki sebaran

residual normal.Dengan ini berarti data yang kita miliki telah lolos dari semua uij asumsi

klasik dan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.

10

Page 11: Paper Ekonomet Tgs 4

Setelah dinyatakan lolos dalam uji asumsi klasik, analisis selanjutnya adalah

melakukan uji stasioneritas yang hasilnya variabel tidak stasioner pada tingkat level tetapi

stasioner pada tingkat diferensi data tingkat pertama. (hasil uji terdapat dalam lampiran)

Telah diketahui bahwa variabel yang ada tidak stasioner pada tingkat level namun

stasioner didalam diferensi. Selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui hubungan jangka

panjang antar variabel melalui uji kointegrasi.Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi

kointegrasi antar variabel. (hasil uji terdapat dalam lampiran)

Diketahui bahwa pada kelambanan 1, kausalitas dua arah hanya terjadi antara IHSG-

M2 dan Kurs-Inflasi karena masing – masing nilai probabilitasnya signifikan pada α = 10%,

sedangkan pada variabel lainnya hanya terjadi hubungan satu arah bahkan terdapat nilai

yang menyatakan tidak ada hubungan sama sekali. (hasil uji terdapat dalam lampiran)

Karena variabel yang ada tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner didalam

diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel

hubungan ini disebut model VECM. Adanya kointegrasi ini maka model VECM yang

merupakan model VAR non structural ini disebut model VAR yang terestreksi.

Spesifikasi VECM merestriksi hubungan perilaku hubungan jangka panjang antar

variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan

perubahan – perubahan dinamis di dalam jangka pendek. Terminology kointegrasi ini

disebut dengan koreksi kesalahan (error correction) karena bila terjadi deviasi terhadap

keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian pasrsial

jangka pendek secaara bertahap.

Selanjutnya adalah penentuan panjangnya kelambanan, dari hasil uji VAR lag order

selection criteria dihasilkan bahwa panjangnya optimum lag yang bagus adalah pada lag 1

karena seluruh kriteria panjangnya kelambanan menunjukkan kelambanan yang optimal

berada pada lag 1. Sebagaimana ditunjukkan :

VAR Lag Order Selection CriteriaEndogenous variables: IHSG KURS M2 INFLASI Exogenous variables: C Date: 06/18/14 Time: 18:01Sample: 2005M01 2007M12Included observations: 33

11

Page 12: Paper Ekonomet Tgs 4

 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -369.0726 NA   77577.00  22.61046  22.79186  22.671491 -241.7249   216.1052*   91.83663*   15.86211*   16.76909*   16.16728*2 -227.4536  20.75823  106.9137  15.96688  17.59944  16.516193 -210.3139  20.77536  112.8915  15.89781  18.25595  16.69125

 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

lag 1 dipilih karena tanda bintang (*) menunjukkan indikasi order lag yang terpilih oleh

kriteria lag order selection.

Selanjutnya dengan panjang kelambanan sebesar 1, hasil estimasi model VECMnya

adalah sebagai berikut :

 Vector Error Correction Estimates Date: 06/18/14 Time: 18:38 Sample (adjusted): 2005M03 2007M12 Included observations: 34 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq:  CointEq1

LOG(INFLASI(-1))  1.000000

LOG(M2(-1)) -36.80005 (8.66887)[-4.24508]

LOG(KURS(-1)) -2.589126 (11.2761)[-0.22961]

LOG(IHSG(-1))  17.31982 (4.17532)[ 4.14814]

C  144.3110

Error Correction:D(LOG(INFLASI

)) D(LOG(M2)) D(LOG(KURS)) D(LOG(IHSG))

CointEq1 -0.022872  0.005342  0.008794 -0.012804 (0.03087)  (0.00275)  (0.00216)  (0.00734)[-0.74102] [ 1.94424] [ 4.06777] [-1.74478]

D(LOG(INFLASI(-1)))  0.136757 -0.007520  0.006669 -0.079620 (0.18671)  (0.01662)  (0.01308)  (0.04439)[ 0.73246] [-0.45246] [ 0.50998] [-1.79355]

D(LOG(M2(-1))) -0.759923 -0.350406  0.085746  0.322623 (2.12923)  (0.18953)  (0.14913)  (0.50624)

12

Page 13: Paper Ekonomet Tgs 4

[-0.35690] [-1.84877] [ 0.57496] [ 0.63729]

D(LOG(KURS(-1)))  2.182826  0.260734 -0.026790 -0.333280 (2.51737)  (0.22409)  (0.17632)  (0.59853)[ 0.86711] [ 1.16355] [-0.15194] [-0.55683]

D(LOG(IHSG(-1)))  0.266587 -0.122495 -0.163710 -0.033743 (0.86731)  (0.07720)  (0.06075)  (0.20621)[ 0.30737] [-1.58663] [-2.69495] [-0.16363]

C -0.000298  0.022120  0.003771  0.024345 (0.04976)  (0.00443)  (0.00348)  (0.01183)[-0.00599] [ 4.99442] [ 1.08206] [ 2.05791]

 R-squared  0.058892  0.351390  0.433427  0.239223 Adj. R-squared -0.109163  0.235566  0.332253  0.103370 Sum sq. resids  1.289237  0.010216  0.006325  0.072880 S.E. equation  0.214579  0.019101  0.015029  0.051018 F-statistic  0.350435  3.033843  4.283990  1.760897 Log likelihood  7.385353  89.62938  97.78060  56.22618 Akaike AIC -0.081491 -4.919375 -5.398859 -2.954481 Schwarz SC  0.187866 -4.650018 -5.129501 -2.685124 Mean dependent -0.002399  0.014370  0.000282  0.027614 S.D. dependent  0.203746  0.021847  0.018392  0.053879

 Determinant resid covariance (dof adj.)  8.07E-12 Determinant resid covariance  3.71E-12 Log likelihood  254.4549 Akaike information criterion -13.32087 Schwarz criterion -12.06387

dari tabel diatas diketahui bahwa seluruh persamaan VECM yang terbentuk kurang bagus

karena menunjukkan angka R-squared yang rendah.

Hasil estimasi VAR yang tidak memuaskan dari tabel diatas merupakan hasil yang

dilihat dari uji t. Kelambanan vaariabel endogen di dalam system VAR kemungkinan tidak

signifikan secara statistic.

Selanjutnya dilakukan uji stabilitas VAR guna mengetahui apakah model var stabil

atau tidak. Adapun hasil ujinya :

Roots of Characteristic PolynomialEndogenous variables: LOG(KURS) LOG(INFLASI) LOG(M2) LOG(IHSG) Exogenous variables: Lag specification: 1 1Date: 06/19/14 Time: 02:04

     Root Modulus

 1.000000  1.000000 1.000000  1.000000 1.000000  1.000000

13

Page 14: Paper Ekonomet Tgs 4

 0.454735 - 0.193796i  0.494308 0.454735 + 0.193796i  0.494308-0.417998  0.417998-0.114824 - 0.276500i  0.299394-0.114824 + 0.276500i  0.299394

 VEC specification imposes 3 unit root(s).

dari hasil diatas diketahui bahwa model VAR tidak satbil karena mengandung 3 unit root(s).

Dari hasil tersebut diketahui bahwa hasil uji stabilitas VAR dengan nilai R-squared yang

ditunjukkan sesuai yakni sama – sama mengindikasikan ketidakbagusan dalam model VAR

yang dibentuk.

Setelah itu, dilihat lagi bagaimana model var dengan lag 1 / besaran lag yang

diperoleh dari uji optimal lag. Adapun hasilnya :

 Vector Error Correction Estimates Date: 06/19/14 Time: 02:16 Sample (adjusted): 2005M03 2007M12 Included observations: 34 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq:  CointEq1

LOG(KURS(-1))  1.000000

LOG(INFLASI(-1)) -0.386231 (0.39729)[-0.97217]

LOG(M2(-1))  14.21331 (3.72546)[ 3.81519]

LOG(IHSG(-1)) -6.689446 (1.78948)[-3.73820]

C -55.73734

Error Correction: D(LOG(KURS))D(LOG(INFLASI

)) D(LOG(M2)) D(LOG(IHSG))

CointEq1 -0.022769  0.059220 -0.013831  0.033152 (0.00560)  (0.07992)  (0.00711)  (0.01900)[-4.06777] [ 0.74102] [-1.94424] [ 1.74478]

D(LOG(KURS(-1))) -0.026790  2.182826  0.260734 -0.333280 (0.17632)  (2.51737)  (0.22409)  (0.59853)[-0.15194] [ 0.86711] [ 1.16355] [-0.55683]

D(LOG(INFLASI(-1)))  0.006669  0.136757 -0.007520 -0.079620 (0.01308)  (0.18671)  (0.01662)  (0.04439)[ 0.50998] [ 0.73246] [-0.45246] [-1.79355]

14

Page 15: Paper Ekonomet Tgs 4

D(LOG(M2(-1)))  0.085746 -0.759923 -0.350406  0.322623 (0.14913)  (2.12923)  (0.18953)  (0.50624)[ 0.57496] [-0.35690] [-1.84877] [ 0.63729]

D(LOG(IHSG(-1))) -0.163710  0.266587 -0.122495 -0.033743 (0.06075)  (0.86731)  (0.07720)  (0.20621)[-2.69495] [ 0.30737] [-1.58663] [-0.16363]

C  0.003771 -0.000298  0.022120  0.024345 (0.00348)  (0.04976)  (0.00443)  (0.01183)[ 1.08206] [-0.00599] [ 4.99442] [ 2.05791]

 R-squared  0.433427  0.058892  0.351390  0.239223 Adj. R-squared  0.332253 -0.109163  0.235566  0.103370 Sum sq. resids  0.006325  1.289237  0.010216  0.072880 S.E. equation  0.015029  0.214579  0.019101  0.051018 F-statistic  4.283990  0.350435  3.033843  1.760897 Log likelihood  97.78060  7.385353  89.62938  56.22618 Akaike AIC -5.398859 -0.081491 -4.919375 -2.954481 Schwarz SC -5.129501  0.187866 -4.650018 -2.685124 Mean dependent  0.000282 -0.002399  0.014370  0.027614 S.D. dependent  0.018392  0.203746  0.021847  0.053879

 Determinant resid covariance (dof adj.)  8.07E-12 Determinant resid covariance  3.71E-12 Log likelihood  254.4549 Akaike information criterion -13.32087 Schwarz criterion -12.06387

dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa meskipu dengan menggunakan besaran lag yang

optimal namun nilai R-squared tetap menunjukkan nilai yang kecil sehingga persamaan

VECM yang terbentuk tetap tidak bagus.

Langkah terakhir yang dilakukan kemudian adalah peramalan yang berupa impulse

respon dan variance decomposition. Analisis impulse respon ini dapat melacak shock untuk

beberapa periode kedepan, adapun hasilnya :

15

Page 16: Paper Ekonomet Tgs 4

-.01

.00

.01

.02

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(KURS) to LOG(KURS)

-.01

.00

.01

.02

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(KURS) to LOG(INFLASI)

-.01

.00

.01

.02

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(KURS) to LOG(M2)

-.01

.00

.01

.02

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(KURS) to LOG(IHSG)

-.1

.0

.1

.2

.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(INFLASI) to LOG(KURS)

-.1

.0

.1

.2

.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(INFLASI) to LOG(INFLASI)

-.1

.0

.1

.2

.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(INFLASI) to LOG(M2)

-.1

.0

.1

.2

.3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(INFLASI) to LOG(IHSG)

-.005

.000

.005

.010

.015

.020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(M2) to LOG(KURS)

-.005

.000

.005

.010

.015

.020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(M2) to LOG(INFLASI)

-.005

.000

.005

.010

.015

.020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(M2) to LOG(M2)

-.005

.000

.005

.010

.015

.020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(M2) to LOG(IHSG)

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(IHSG) to LOG(KURS)

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(IHSG) to LOG(INFLASI)

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(IHSG) to LOG(M2)

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOG(IHSG) to LOG(IHSG)

Response to Cholesky One S.D. Innov ations

Terdapat 16 graafik yang dihasilkan dari impulse respon yang dilakukan, namun hanya 12

grafik yang digunakan dalam analisis impulse respon karena 4 sisanya hanya menjelaskan

respon suatu variabel karena shock variabel itu sendiri.Grafik pada pojok kanan paling atas

dapat dibaca bahwa respon kurs karena adanya shock ihsg. Adanya shock ihsg

menyebabkan kurs mengalami kenaikan sejak awal periode meskipun awalnya sempat

menurun sedikit, namun kenaikan yang dihasilkan cukup signifikan.

16

Page 17: Paper Ekonomet Tgs 4

Variance decomposition berguna untuk memprediksi kontribusi presentase varian

setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu didalam system VAR. Adapun

hasil variance decompositionnya adalah :

 Variance

Decomposition

of LOG(INFLASI): Period S.E. LOG(INFLASI) LOG(M2) LOG(KURS) LOG(IHSG)

 1  0.214579  100.0000  0.000000  0.000000  0.000000 2  0.325085  98.71665  0.030551  1.218509  0.034292 3  0.415692  97.49599  0.078670  2.046266  0.379073 4  0.494506  96.95244  0.062321  2.489550  0.495693 5  0.562920  96.74932  0.053339  2.679776  0.517566 6  0.623449  96.65026  0.045683  2.787808  0.516245 7  0.678291  96.60774  0.040163  2.845190  0.506905 8  0.728789  96.58668  0.035937  2.881089  0.496294 9  0.775886  96.57501  0.032712  2.905373  0.486906

 10  0.820227  96.56709  0.030158  2.923648  0.479107

 Variance

Decomposition

of LOG(M

2): Period S.E. LOG(INFLASI) LOG(M2) LOG(KURS) LOG(IHSG)

 1  0.019101  0.056199  99.94380  0.000000  0.000000 2  0.021640  0.048269  95.68686  3.850671  0.414198 3  0.023835  0.588859  93.19972  3.183990  3.027436 4  0.025911  0.504525  87.51146  2.985164  8.998847 5  0.028231  0.636810  81.09414  3.376205  14.89284 6  0.030531  0.949658  75.20202  3.886187  19.96214 7  0.032781  1.294290  70.41455  4.394943  23.89622 8  0.034908  1.611792  66.65415  4.806741  26.92732 9  0.036920  1.875232  63.69255  5.139048  29.29316

 10  0.038825  2.091044  61.31504  5.404037  31.18988

 Variance

Decomposition

of LOG(KURS):

 Period S.E. LOG(INFLASI) LOG(M2) LOG(KURS) LOG(IHSG)

 1  0.015029  0.115057  1.316043  98.56890  0.000000 2  0.021358  3.225705  2.471610  94.24118  0.061503 3  0.026251  5.236506  8.518757  79.20031  7.044432 4  0.030477  4.461241  12.23008  65.54657  17.76210 5  0.034534  3.498380  14.96423  54.65334  26.88405 6  0.038337  2.847699  16.67526  46.56718  33.90986

17

Page 18: Paper Ekonomet Tgs 4

 7  0.041866  2.429939  17.81090  40.70639  39.05278 8  0.045123  2.147550  18.60047  36.41033  42.84164 9  0.048153  1.941092  19.18916  33.16577  45.70398

 10  0.050993  1.781064  19.64538  30.64038  47.93318

 Variance

Decomposition

of LOG(IH

SG): Period S.E. LOG(INFLASI) LOG(M2) LOG(KURS) LOG(IHSG)

 1  0.051018  3.382836  0.148562  13.52293  82.94567 2  0.070863  15.85636  3.534835  13.78515  66.82365 3  0.082257  22.03604  4.663529  12.98799  60.31244 4  0.090869  24.73083  6.203071  12.47723  56.58886 5  0.097786  26.55403  7.506980  11.89366  54.04533 6  0.103782  27.76841  8.662663  11.41060  52.15834 7  0.109241  28.65945  9.610564  11.00157  50.72841 8  0.114370  29.35188  10.40684  10.66118  49.58010 9  0.119258  29.92065  11.07149  10.37407  48.63379

 10  0.123952  30.39929  11.63526  10.13061  47.83484

 Cholesky

Ordering:

LOG(INFLASI) LOG(M

2) LOG(KURS)

LOG(IHSG)

pada periode 1 varian inflasi yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 100%. Pada

periode 2 varian inflasi dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 98.7% sedangkan sisanya

sebesar 0,03%, 1,21% dan 0,03% dijelaskan oleh m2, kurs dan IHSG. Untuk melakukan

interpretasi sisanya, sama seperti interpretasi yang telah dilakukan.

18

Page 19: Paper Ekonomet Tgs 4

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

Interpretasi grafik yang menyatakan bahwa ketika ihsg shock, maka kurs akan

meningkat ternyata benar sebab dasar teorinya jika penawaran uang dipermudah oleh bank

sentral (kurs apresiasi) maka tingkat harga akan meningkat (harga saham meningkat).

Seperti teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi penawaran

uang, memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan

penawaran uang tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan

penawaran uang dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2000:

153).

Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa model VAR yang dihasilkan

tidak teridentifikasi sehingga model VAR yang dihasilkan tidak baik untuk dijadikan acuan

persamaan, hal ini terbukti dari nilai R-squared yang relative kecil dan hasil dari uji stabilitas

var yang menyatakan bahwa model var mengandung akar unit.

Untuk menyembuhkan hal tersebut kemungkinan besar harus dilakukan

penambahan jumlah data, karena data yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga puluh

periode.

Daftar Pustaka

Novianti, Aditya. 2011. ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) DOLAR AMERIKA/RUPIAH (US$/Rp), TINGKAT SUKU BUNGA SBI, INFLASI, DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

http://www.academia.edu/4918997/

Salim, Jul Fahmi. 2013. Uji Asumsi Klasik (Multicolinearitas, Heteroscedastisitas, Autokorelasi, dan Normalitas) dengan EViews7

http://julfahmi25.blogspot.com/2013/05/uji-asumsi-klasik-multicolinearitas

BIBLIOGRAPHY Agus widarjono, P. (2013). EKONOMETRIKA pengantar dan aplikasinya. yogyakarta: UPP STIM YKPN.

19

Page 20: Paper Ekonomet Tgs 4

Lampiran (data)

obs SBI M2 KURS INFLASI IHSG2005M01 7.300000 1015.900 9.204000 0.073200 1045.4002005M02 7.270000 1012.100 9.245000 0.071500 1073.8002005M03 7.310000 1020.700 9.371000 0.088100 1080.2002005M04 7.510000 1044.300 9.535000 0.081200 1029.6002005M05 7.810000 1046.200 9.480000 0.074000 1088.2002005M06 8.050000 1073.700 9.616000 0.074200 1122.4002005M07 8.450000 1088.400 9.799000 0.078400 1182.3002005M08 8.540000 1115.900 9.986000 0.083300 1050.1002005M09 9.250000 1150.500 10.23300 0.090600 1079.3002005M10 12.09000 1165.700 10.09300 0.178900 1066.2002005M11 12.69000 1168.300 10.04000 0.183800 1096.6002005M12 12.83000 1203.200 9.857000 0.171100 1162.6002006M01 12.92000 1190.800 9.493000 0.170300 1232.3002006M02 12.92000 1193.900 9.253000 0.179200 1230.7002006M03 12.73000 1195.100 9.172000 0.157400 1323.0002006M04 12.74000 1198.000 8.937000 0.154000 1464.4002006M05 12.16000 1237.500 8.985000 0.156000 1330.0002006M06 12.16000 1253.800 9.363000 0.155300 1310.3002006M07 12.16000 1248.200 9.125000 0.151500 1351.6002006M08 11.36000 1270.400 9.094000 0.149000 1431.3002006M09 11.36000 1291.400 9.143000 0.145500 1534.6002006M10 11.36000 1325.700 9.187000 0.062900 1582.6002006M11 9.500000 1338.600 9.135000 0.052700 1719.0002006M12 9.500000 1382.100 9.087000 0.066000 1805.5002007M01 8.100000 1363.900 9.067000 0.062600 1757.3002007M02 8.100000 1366.800 9.068000 0.063000 1741.0002007M03 8.100000 1375.900 9.164000 0.065200 1830.9002007M04 7.830000 1383.600 9.098000 0.062900 1999.2002007M05 7.830000 1393.100 8.844000 0.060100 2084.3002007M06 7.830000 1452.000 8.984000 0.057700 2139.3002007M07 7.830000 1473.000 9.067000 0.060600 2348.7002007M08 7.830000 1493.100 9.367000 0.065100 2194.3002007M09 7.830000 1616.900 9.310000 0.069500 2359.2002007M10 7.830000 1533.800 9.106000 0.068800 2643.5002007M11 7.830000 1559.600 9.265000 0.067100 2688.3002007M12 7.830000 1649.700 9.334000 0.065900 2745.800

20

Page 21: Paper Ekonomet Tgs 4

Hasil Uji Akar Unit pada variabel IHSG :

Hasil Uji Akar Unit pada variabel Kurs :

Hasil Uji Akar Unit pada variabel Inflasi :

Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit rootExogenous: Constant, Linear TrendLag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic   Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.077358  0.0012Test critical values: 1% level -4.252879

5% level -3.54849010% level -3.207094

Hasil Uji Akar Unit pada variabel M2 :

Null Hypothesis: D(M2) has a unit rootExogenous: Constant, Linear TrendLag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic   Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.511162  0.0000Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.55297310% level -3.209642

Diketahui dari nilai diatas bahwa seluruh nilai prob* < 5% sehingga seluruh variabel dikatakan stasioner pada tingkat diferensi pertama.

21

Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit rootExogenous: Constant, Linear TrendLag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic   Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.271015  0.0001Test critical values: 1% level -4.262735

5% level -3.55297310% level -3.209642

Null Hypothesis: D(KURS) has a unit rootExogenous: Constant, Linear TrendLag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)

t-Statistic   Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.518139  0.0052Test critical values: 1% level -4.252879

5% level -3.54849010% level -3.207094

Page 22: Paper Ekonomet Tgs 4

Hasil Uji Kointegrasi :

Date: 04/27/14 Time: 21:28

22

Page 23: Paper Ekonomet Tgs 4

Sample (adjusted): 2005M03 2007M12Included observations: 34 after adjustmentsTrend assumption: Linear deterministic trend (restricted)Series: SBI M2 KURS INFLASI IHSG Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None *  0.735230  112.4707  88.80380  0.0004At most 1 *  0.595258  67.28834  63.87610  0.0251At most 2  0.381365  36.53518  42.91525  0.1874At most 3  0.269547  20.20702  25.87211  0.2156At most 4  0.244393  9.527940  12.51798  0.1503

 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None *  0.735230  45.18238  38.33101  0.0070At most 1  0.595258  30.75316  32.11832  0.0727At most 2  0.381365  16.32816  25.82321  0.5156At most 3  0.269547  10.67908  19.38704  0.5467At most 4  0.244393  9.527940  12.51798  0.1503

 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Dari hasil uji kointegrasi yang dilakukan diketahui terdapat kalimat Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level atau yang menyatakan bahwa terdapat dua kointegrasi. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa terdapat 2 persamaan yang memiliki hubungan kointegrasi.

Hasil Uji Kausalitas Granger

23

Page 24: Paper Ekonomet Tgs 4

Pairwise Granger Causality TestsDate: 05/15/14 Time: 10:26Sample: 2005M01 2007M12Lags: 1

 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. 

 INFLASI does not Granger Cause IHSG  35  0.09431 0.7608 IHSG does not Granger Cause INFLASI  2.03903 0.1630

 KURS does not Granger Cause IHSG  35  0.08176 0.7768 IHSG does not Granger Cause KURS  0.07177 0.7905

 M2 does not Granger Cause IHSG  35  7.46493 0.0102 IHSG does not Granger Cause M2  5.02026 0.0321

 KURS does not Granger Cause INFLASI  35  9.01321 0.0052 INFLASI does not Granger Cause KURS  3.54154 0.0690

 M2 does not Granger Cause INFLASI  35  1.28625 0.2652 INFLASI does not Granger Cause M2  0.40445 0.5293

 M2 does not Granger Cause KURS  35  1.66023 0.2068 KURS does not Granger Cause M2  0.00067 0.9794

24