22
TUGAS MATA KULIAH MODELLING SISTEM PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN KAJIAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR Oleh : WIRASTIKA ADHIHAPSARI 116080100011003 PROGRAM PASCASARJANA BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

pak marno

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pak marno

TUGAS MATA KULIAHMODELLING SISTEM PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN

KAJIAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR

Oleh :WIRASTIKA ADHIHAPSARI

116080100011003

PROGRAM PASCASARJANA BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2012

Page 2: pak marno

KAJIAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN MINAPOLITAN DI

KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR

1.1 Latar Belakang

Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengeluarkan kebijakan

mengenai industrialisasi kelautan dan perikanan guna mencapai target sebagai negara

penghasil produk perikanan terbesar pada tahun 2015. Hal ini dilakukan sebagai upaya

percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan di sektor perikanan. Kendati

terdengar optimis, terlebih karena didukung potensi perikanan dan kelautan yang melimpah,

target ini dihadapkan dengan berbagai tantangan terutama terkait kualitas produksi hasil

perikanan dan manajemen.

Menurut Sutono (2012) Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang

Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga, Kebijakan industrialisasi yang kini tengah

diusung bukanlah program baru, tapi lebih kepada pengembangan dari kebijakan minapolitan

yang KKP telah laksanakan sebelumnya. Minapolitan yang berorientasi pada peningkatan

produksi dan berkonsep potensi kewilayahan dipandang Sutono belum cukup, sehingga perlu

adanya upaya percepatan yaitu dengan industrialisasi seperti yang telah dilakukan oleh China

dan beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam.

Minapolitan sendiri berasal dari kata mina berarti ikan dan politan berarti polis atau

kota, sehingga secara bebas dapat diartikan sebagai kota perikanan. Pengembangan konsep

dimaksudkan untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan

dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota.

Dengan konsep Minapolitan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat

dipercepat. Kemudahan atau peluang yang biasanya ada di daerah perkotaan perlu

dikembangkan di daerah-daerah pedesaan, seperti prasarana, sistem pelayanan umum,

jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi di sentra-sentra produksi. Sebagai sentra

produksi, daerah pedesaan diharapkan dapat berkembang sebagaimana daerah perkotaan

dengan dukungan prasarana, energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi,

transportasi, pelayanan publik, akses permodalan, dan sumberdaya manusia yang memadai

(Sunoto, 2012).

Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten yang telah mulai merencanakan

pelaksanaan program kawasan minapolitan sejak tahun 2011 lalu. Namun pelaksanaan

pembangunan kawasan minapolitan di kabupaten tersebut belum sepenuhnya selesai bahkan

Page 3: pak marno

INPUTDokumen rencana/

RENSTRA:Geofisik

Sosial-ekonomiKelembagaan

PROSESPerencanaan

pembangunan dan tata ruang kawasan minapolitan di

Kabupaten Tuban

OUTPUTHasil perencanaan pembangunan dan tata ruang kawasan

minapolitan

dianggap tidak serius. Seperti yang dilansir media online Gerbangnews.com, Sekretaris Dinas

Kelautan dan Perikanan (DPK) Kabupaten Tuban, Ir. Amenan, M.T, menyatakan, Pemerintah

Kabupaten (Pemkab) Tuban tidak menetapkan target waktu proyek minapolitan. Alasannya,

biaya proyek pembangunan kawasan kota perikanan ini sepenuhnya diambil dari kas daerah,

sehingga proses pengerjaannya sangat tergantung pada kemampuan keuangan Pemkab

Tuban. “ Semua tergantung pada kemampuan keuangan Pemkab, jadi tidak biss ditarget harus

selesai sekian tahun atau sekian tahun,” jelas Amenan.

Berdasarkan hal tersebut fokus penelitian yang dilaksanakan yaitu pada kajian

dokumen perencanaan program pembangunan kawasan minapolitasn serta mengkaji pola tata

ruang yang tepat untuk kawasan minapolitan di Kabupaten Tuban.

1.2 Perumusan Masalah

Gambar 1. Bagan alir permasalahan

Keterangan:

a. Input berupa dokumen rencana, geofisik, sosial-ekonomi dan kelembagaan merupakan

bahan dalam kajian rencana program pembangunan dan tata ruang kawasan minapolitan

di Kabupaten Tuban Jawa Timur.

b. Kajian dokumen perencanaan program menentukan status perencanaan pembangunan

kawasan minapolitan berdasarkan tolok ukur yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2010 Tentang Minapolitan.

Selanjutnya untuk mendapatkan saran dari stakeholder untuk memberikan saran dalam

perencanaan yang baik serta mendapatkan pola tata ruang yang baik untuk pembangunan

kawasan minapolitan di Kabupaten Tuban adalah dengan menggunakan analisis SWOT

a b

c

Page 4: pak marno

dan selanjutnya untuk pengambilan keputusan strategis perencanaan menggunakan

metode Quantitative Strategies Planning Matriks (QSPM).

c. Hasil perencanaan yang telah dikaji berdasarkan tolok ukur dapat dijadikan sebagai

umpan balik untuk pengelolaan pembangunan kawasan minapolitan selanjutnya.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Menganalisis perencanaan program kawasan minapolitan di Kabupaten Tuban

b. Mendapatkan peruntukan lokasi yang tepat dalam pembangunan kawasan minapolitan di

Kabupaten Tuban

c. Mendapatkan pola tata ruang yang tepat untuk kawasan minapolitan di Kabupaten Tuban

I.4 Kegunaan Penelitian

a. Akademisi,

Memberikan informasi mengenai pengembangan keilmuan dalam perencanaan

pembangunan kawasan minapolitan.

b. Instansi Pemerintah

Memberikan informasi, saran, dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tercapai

tidaknya tujuan yang diharapkan dari suatu rencana untuk perencanaan kembali bagi

perencana dan pengambil keputusan khususnya bagi instansi pemerintah yang terlibat

dalam penentuan kebijakan pembangunan kawasan minapolitan oleh Pemerintah

Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Page 5: pak marno

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Minapolitan

Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis

kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.

Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi

yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan

jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya (Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan

Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan).

Menurut Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor

PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan, Sasaran pelaksanaan Minapolitan, meliputi:

1. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala mikro dan

kecil, antara lain berupa:

a. penghapusan dan/atau pengurangan beban biaya produksi, pengeluaran rumah tangga,

dan pungutan liar;

b. pengembangan sistem produksi kelautan dan perikanan efisien untuk usaha mikro dan

kecil;

c. penyediaan dan distribusi sarana produksi tepat guna dan murah bagi masyarakat;

d. pemberian bantuan teknis dan permodalan; dan/atau

e. pembangunan prasarana untuk mendukung sistem produksi, pengolahan, dan/atau

pemasaran produk kelautan dan perikanan.

2. Meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan skala menengah ke atas

sehingga berdaya saing tinggi, antara lain berupa:

a. deregulasi usaha kelautan dan perikanan;

b. pemberian jaminan keamanan dan keberlanjutan usaha dan investasi;

c. penyelesaian hambatan usaha dan perdagangan (tarif dan non-tarif barriers);

d. pengembangan prasarana untuk mendukung sistem produksi, pengolahan, dan/atau

pemasaran; dan

e. pengembangan sistem insentif dan disinsentif ekspor-impor produk kelautan dan

perikanan.

3. Meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan

nasional, antara lain berupa:

a. pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah;

b. pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan di daerah sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi lokal;

Page 6: pak marno

c. revitalisasi sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran sebagai penggerak

ekonomi masyarakat; dan

d. Pemberdayaan kelompok usaha kelautan dan perikanan di sentra produksi, pengolahan,

dan/atau pemasaran.

Menurut Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor

PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan

minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau

Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)

kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah

(RPIJMD) yang telah ditetapkan;

b. memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi

tinggi;

c. letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk

pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan;

d. terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif

berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan

mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait;

e. tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana

dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga

usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan;

f. kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan,

potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan;

g. komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan

pengembangan minapolitan;

h. keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan

dan perikanan; dan

i. ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan.

Page 7: pak marno

3. METODOLOGI

3.1 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen rencana program kawasan

minapolitan di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Bahan-bahan perencanaan yang digunakan

antara lain data geofisik (topografi, penggunaan lahan, kemampuan dan kesesuaian lahan,

iklim, jenis tanah dan tingkat bahaya erosi), sosial-ekonomi (ekonomi penduduk, pendidikan

masyarakat, budaya masyarakat) dan data kelembagaan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode survai. Survai dilakukan bila data sudah ada

di sasaran penelitian. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, angket, polling,

observasi (Mulyanto, 2008).

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti antara lain pengkajian dokumen perencanaan

yaitu mengkaji perencanaan program pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten

Tuban, selanjutnya menentukan lokasi peruntukan yang tepat hingga menentukan pola tata

ruang yang sesuai untuk program kawasan minapolitan di Kabupaten Tuban. Data yang

diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data yang sudah terkumpul selanjutnya

dianalisis kemudian menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan gambaran sesuai dengan

tolok ukur.

3.2.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-

petugasnya) dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1988). Data ini di peroleh secara langsung

melalui observasi dan wawancara kepada ”stakeholder” yang terlibat dalam perencanaan

program kawasan minapolitan Kabupaten Tuban.

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

diteliti. (Akbar dan Usman, 2003). Observasi yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk

memperoleh data deskripsi mengenai kondisi lokasi kawasan program minapolitan,

peruntukan lahan yang sesuai dan harapan stakeholder dalam program minapolitan.

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.

Kegunaan wawancara yaitu untuk : (1) mendapatkan data ditangan pertama (primer), (2)

pelengkap teknik pengumpulan lainnya, (3) menguji hasil pengumpulan data lainnya (Akbar

dan Usman, 2003). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada pihak-

pihak yang terkait dengan penyusunan rencana progam kawasan minapolitan dan masyarakat

setempat sebagai objek atau pengguna dan pelaksana dari rencana yang telah disusun.

Page 8: pak marno

Data primer yang didapatkan meliputi gambaran deskripsi mengenai kondisi lokasi

kawasan program minapolitan, tahapan perencanaan yang telah dilakukan oleh “stakeholder”,

masalah-masalah yang terjadi, faktor pendorong dan penghambat dalam perencaan program

minapolitan, kegiatan masayarakat, sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

3.2.2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti

misalnya dari Biro Statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Marzuki,

1989). Data sekunder ini yaitu mengenai :

1. Peta wilayah Kabupaten Tuban

2. Dokumen rencana program kawasan minapolitan

3.2.2 Metode Perencanaan Program

Penulis melakukan pengkajian dokumen Perencanaan Program Pembangunan Kawasan

Minapolitan di Kabupaten Tuban antara lain dengan mengkaji visi dan misi perencanaan

pembangunan, tujuan strategis perencanaan pembangunan, siapa saja stakeholder yang terkait

dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, anggaran dana yang diperlukan dalam

pembangunan kawasan minapolitan. Kemudian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

SWOT.

3.2.3 Metode Penentuan Lokasi

Penulis melakukan pengkajian dengan melakukan studi lapang dan studi literatur

mengenai data-data yang diperlukan dalam penentuan lokasi pembangunan kawasan

minapolitan. Antara lain mengkaji syarat-syarat kawasan minapolitan serta harapan-harapan

dari stakeholder yang terkait dalam pembangunan kawasan minapolitan.

3.2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Penulis menggunakan metode SIG untuk mendapatkan pola tata ruang yang tepat dalam

program kawasan minapolitan. Sistem informasi geografis sangat bermanfaat untuk

penanganan data spasial daerah terutama untuk penyimpanan, editing, penampilan, perubahan

dan pemodelan. Fungsi dari penyimpanan, editing, penampilan ini merupakan pengolahan

data bagi presentasi dan penyajian data sedangkan kegunaan untuk mengetahui perubahan

sangat bermanfaat untuk kegaitan montitoring, terutama variabel yang cepat berubah.

Pemodelan sangat penting untuk menghasilkan informasi baru untuk perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan. Pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan usaha untuk

memanfaatkan potensi sumeberdaya alam semaksimal mungkin untuk meningkatkan taraf

Page 9: pak marno

hidup masyarakat dan pendapatan daerah tanpa meninggalkan aspek konservasi

(Hartono,1995).

Menurut Burough, (1986) dalam Fatmawati, (1998) bahwa system informasi geografis

dapat digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, mendapatkan kembali informasi dan

menampilkan suatu data untuk tujuan tertentu. Data yang dimaksud meliputi data spasial atau

ruang maupun data atribut. Pada prinsipnya sistem informasi geografis mempunyai beberapa

langkah yang berurutan dan berkaitan erat mulai dari perencanaan, penelitian, persiapan,

inventarisasi, pemetaan tematik, penggabungan peta, mengedit hingga pemetaan secara

otomatisasi.

Perolehan informasi untuk pengelolaan lingkungan perairan bagi kegiatan perikanan

sangat diperlukan. Pengelolaan ini meliputi pengumpulan, pemrosesan, penelusuran dan

analisis data menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunaannya pada waktu yang

diinginkan, pengelolaan informasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan SIG baik secara

manual maupun dengan menggunakan komputer (Dahuri et al, 2004).

3.3 Teknik Penentuan Responden

Teknik yang digunakan peneliti dalam penentuan responden ini dengan

mengkombinasikan antara teknik pengambilan sampel “Purposive Sampling Technique”

dengan “Snow Ball Sampling Technique”. Jadi peneliti dengan sengaja menentukan pihak

mana yang akan diambil sebagai responden awal dan selanjutnya dimintai keterangan untuk

menentukan responden selanjutnya. Responden yang diambil meliputi segi eksekutif,

yudikatif, legislatif, dan masyarakat. Karakteristik responden awal pada penelitian dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Respoden Awal pada Penelitian

No. Latar belakang responden

’’Stakeholder’’ Target

1. Eksekutif Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Lintas Masyarakat

(BakesbangPolinmas)

Mendapatkan surat ijin pengantar ke dinas-dinas terkait BAPPEDA,

Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

(BPSDA), Dinas Pertanian

Page 10: pak marno

- Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tuban

- Badan Lingkungan Hidup Kab. Tuban

- Dinas Pertanian Kab. Tuban

- Badan Pertanahan Nasional Kab. Tuban

- Badan Perencanaan Pembangunan Kab. Tuban

- Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Tuban

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Tuban

Mendapatkan informasi dan berbagai dokumen tentang segala hal

yang berhubungan dengan Perencanaan Program Kawasan

Minapolitan

- Badan Pemberdayaan Masyarakat

Mendapatkan informasi mengenai data usia, pendidikan dan mata

pencaharian penduduk

Dilanjutkan…

Lanjutan…

No. Latar belakang responden

’’Stakeholder’’ Target

- Bagian hukum Pemerintah Daerah Kab. Bondowoso

Mendapatkan informasi dan data mengenai berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku mengenai Perencanaan Program

Kawasan Minapolitan

2. Legislatif - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bondowoso

Mendapatkan informasi dan data mengenai berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku mengenai Perencanaan Program

Kawasan Minapolitan

3. Masyarakat

- masyarakat setempat

Mendapatkan berbagai informasi mengenai tata guna lahan dan partisipasi masyarakat dalam

penyusunan rencana program kawasan minapolitan

Page 11: pak marno

Setelah menentukan responden awal, selanjutnya pihak-pihak tersebut ditanya siapa lagi

pihak lain yang dapat memberikan informasi dan diminta keterangan, dan pihak lain yang

ditunjuk tersebut ditanya kembali siapa lagi pihak-pihak lain yang dapat memberikan

informasi hingga beberapa pihak yang dapat memberikan informasi. Pengambilan sampel

akan berhenti jika pihak yang ditunjuk menunjuk lagi kepada pihak yang telah menunjuknya

untuk dimintai keterangan.

3.4 Analisis Data

Menurut Hasan (2002), analisis data yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Penulis menggunakan

analisis SWOT dan selanjutnya untuk pengambilan keputusan strategis perencanaan dengan

menggunakan analisis QSPM (Quantitatif Strategis Planning Matriks).

3.4.1 Analisis SWOT

Teknik SWOT atau dikenal dengan nama teknik analisis KEKEPAN (Kekuatan,

Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman). Pada dasarnya merupakan satu teknik untuk mengenali

berbagai kondisi yang menjadi basis bagi perencanaan strategi. Analisis KEKEPAN adalah

analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan. Analisis KEKEPAN/SWOT adalah

singkatan dari lingkungan Internal Strenghts dan Weakness serta lingkungan Eksternal

Opportunities dan Threats (Noor, 2003). Sedangkan menurut Yuliazmi (2005), bahwa analisa

SWOT didasarkan pada suatu asumsi bahwa strategi yang efektif akan memaksimalkan

kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Pola kerja analisis SWOT adalah membandingkan dan menginterpretasikan hal yang harus

dilakukan dalam penanganan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan dan faktor

eksternal berupa peluang dan ancaman. Terdapat empat tipe strategi yang ada dalam analisis

SWOT yaitu strategi SO (Strength – Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity),

Strategi ST (Strength-Threat) dan Strategi WT (Weakness-Threat). Dengan analisis ini

alternatif strategi pengelolaan potensi ekowisata dapat ditentukan. Tahap penyusunan analisis

SWOT adalah :

a. Susun faktor internal dan eksternal hasil identifikasi dalam matrik SWOT

b. Interpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan peluang –

peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi SO

Page 12: pak marno

c. Interpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal dan peluang –

peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi WO

d. Interpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan ancaman -

ancaman eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi ST

e. Interpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal dan ancaman -

ancaman eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi WT

Hasil akhir dari analisis SWOT (lihat tabel 2.3) yang menjabarkan strategi – strategi

alternatif dalam pengelolaan ekowisata di lokasi studi. Strategi – strategi ini yang kemudian

akan dirumuskan kembali untuk memperoleh strategi unggulan masing – masing bidang

strategi fungsional.

Matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analisys Summary) dan EFAS (Eksternal

Strategic Factors Analisys Summary) merupakan alat bantu untuk mengevaluasi faktor –

faktor eksternal dan internal. Penggunaan alat ini juga sekaligus untuk mengetahui besaran

pengaruh tiap faktor terhadap kondisi potensi ekowisata yang ditawarkan. Secara umum alat

ini digunakan setelah diidentifikasi faktor – faktor internal dan eksternal potensi ekowisata.

Sebelum menyusun Matrik IFAS dan EFAS, terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap

tiap elemen faktor internal dan eksternal. Alat yang digunakan yaitu Matrik Perbandingan

Berpasangan (Saaty, 1990). Pada metode ini akan diberikan nilai pembandingan tiap faktor

yang ada. Misalkan saja akan dilakukan pembandingan secara berurut antara faktor internal

aspek kekuatan. Tiap penggambaran kekuatan akan dibandingkan mana yang lebih baik,

sama atau lebih buruk. Tiap penggambaran ini akan diberikan nilai 0 untuk nilai

perbandingan yang lebih buruk, nilai 1 untuk nilai perbandingan yang sama dan nilai 2 untuk

nilai perbandingan yang lebih baik. Setelah ditentukan total nilai pembandingan kemudian

ditentukan nilai bobot dengan perumusan indeks agregat. Hasil akhir yang diperoleh akan

berupa bobot tiap penggambaran aspek. Tahap selanjutnya dapat dirumuskan / di susun

Matrik IFAS dan EFAS.

Tahap penyusunan Matrik IFAS dan EFAS adalah :

a. Buat tabel analisis dengan 4 kolom yaitu kolom faktor-faktor, kolom bobot, kolom rating

dan kolom skor

b. Tentukan faktor intenal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), faktor

eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pada kolom faktor

c. Masukan bobot dari masing – masing elemen faktor internal dan eksternal sehingga total

bobot pada faktor internal dan faktor eksternal sama yaitu 1.

Page 13: pak marno

d. Berikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 terhadap setiap faktor dengan dasar tingkat

efektivitas strategi perusahaan. Mekanisme pemberian rating yaitu nilai 4 untuk sangat

bagus, nilai 3 jika kondisinya di atas rata – rata, nilai 2 jika rata – rata dan nilai 1 jika

kondisi faktor dibawah rata – rata.

e. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor.

f. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi faktor yang dinilai. Umumnya

skor yang akan diperoleh berkisar antara 1 sampai dengan 4.

g. Tentukan posisi potensi ekowisata berdasarkan tabel Matrik Internal Eksternal untuk

memperoleh status usaha dan konsep dasar strategi yang perlu dilakukan

Tabel 3.1

3.4.2 Analisis QSPM

Setelah disusun analisis SWOT dan diperoleh alternatif strategi pilihan terhadap rencana

program kawasan minapolitan, kemudian dilakukan analisis QSPM. Penggunaan analisis

QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif dari strategi alternatif yang telah dipilih

untuk merumuskan strategi yang paling baik/prioritas untuk diimplementasikan. Langkah –

langkah penyusunan QSPM adalah :

a. Ambil informasi faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan / produk ekowisata

pada matrik EFAS dan IFAS. Tuangkan informasi ini pada kolom pertama tabel

QSPM

b. Ambil bobot faktor – faktor internal dan eksternal perusahaan / produk ekowisata

pada matrik EFAS dan IFAS. Tuangkan bobot faktor ini pada kolom kedua tabel

QSPM

Page 14: pak marno

c. Susun strategi alternatif yang merupakan hasil akhir dari Analisis SWOT (seperti

tabel 2.3.) pada baris pertama tabel QSPM

d. Tetapkan AS (Attractive Score) yang merupakan nilai yang menunjukan ketertarikan

relatif untuk masing – masing strategi yang dipilih. Batasan nilai untuk AS adalah

nilai 1 untuk strategi yang dianggap tidak menarik, nilai 2 untuk strategi yang

dianggap agak menarik, nilai 3 untuk strategi yang dianggap menarik dan nilai 4

untuk strategi yang sangat menarik. Penilaian ini melibatkan nara sumber.

e. Tentukan TAS (Total Attractive Score) dengan cara mengalikan bobot faktor dengan

nilai AS dari masing – masing strategi alternatif. Tuangkan nilai TAS dalam tabel

QSPM.

f. Jumlahkan semua nilai TAS pada penilaian faktor internal dan eksternal dalam tabel

QSPM. Dari perbandingan nilai TAS antar strategi dapat ditentukan strategi pilihan

pertama jika jumlah TAS tertinggi dan strategi pilihan terakhir untuk jumlah TAS

terendah.

Page 15: pak marno