37
LAPORAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional (Rahwan,2004). Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun Laporan Kasus Keperawatan Maternitas dengan mengambil kasus berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion Di Ruang Anggrek RSUD Banyumas”.

OTW 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional (Rahwan,2004).

Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun Laporan Kasus Keperawatan Maternitas dengan mengambil kasus berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion Di Ruang Anggrek RSUD Banyumas.

B. DEFINISI

CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Operasi Caesar atau sering disebut dengan sectio caesarea (SC) adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).

Sectio cesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bera janin diatas 500gram. ( Wiknjosastro, 2005).

Jadi, Operasi Caesar dengan indikasi CPD adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi dinding rahim dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

C. ETIOLOGI

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi, hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan lahir. Penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul atau panggul yang menyempit seluruhnya.

a) Penyempitan pintu atas panggul

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil, setelah selaput ketuban pecah tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali.

b) Penyempitan panggul tengah

Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul. Hal ini menyebabkan terbentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.

c) Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.

d) Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.

Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

e) Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul.

D. TANDA GEJALA

E. PATOFISIOLOGI

Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)

1. Perdarahan

Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.

2. Sepsis sesudah pembedahan

Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.

3. Cedera pada sekeliling stuktur

Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.

* Komplikasi Pada anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

G. PATHWAY

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 : 339) :

1. Darah rutin (mis Hb)

2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa

3. Pelvimetri : menentukan CPD

4. USG abdomen

5. Gula darah sewaktu

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005 : 614)

1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat

2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat

3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg

4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam

5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah pembedahan

6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain

7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat setelah pembedahan

8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia

9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spekrum luas setelahjanin lahir

J. PENGKAJIAN

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.

2. Keluhan utama

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

c) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

4. Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c) Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d) Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

e) Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

g) Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

i) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

5. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b) Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah

c) Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing

d) Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

e) Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f) Dada dan Abdomen

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

g) Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

h) Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

i) Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

j) Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Diagnosa Keperawatan Dengan SC

Diagnosa yang mungkin muncul:

1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.

2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

NO

DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI

TUJUAN (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1.

Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan respon breast feeding adekuat dengan indikator:

klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui

klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara

Health Education:

Berikan informasi mengenai :

Fisiologi menyusui

Keuntungan menyusui

Perawatan payudara

Kebutuhan diit khusus

Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui

Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur

Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi

Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian Asi eksklusif

Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara

Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI

Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan informasi/memberikan pelayanan KIA

2.

Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nteri berkurang dengan indicator:

v Pain Level,

v Pain control,

v Comfort level

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

-

3.

Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d kurangnya sumber informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan indicator:

v Kowlwdge : disease process

v Kowledge : health Behavior

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Teaching : Disease Process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

Hindari jaminan yang kosong

Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

4.

Defisit perawatan diri b.d. Kelelahan.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam ADLs klien meningkat dengan indicator:

v Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

Klien terbebas dari bau badan

Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLs

Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

5.

Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indicator:

v Immune Status

v Knowledge : Infection control

v Risk control

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi)

Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Pertahankan teknik isolasi

Batasi pengunjung bila perlu

Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

Tingktkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Monitor hitung granulosit, WBC

Monitor kerentanan terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung terhadap penyakit menular

Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

Pertahankan teknik isolasi k/p

Berikan perawatan kuliat pada area epidema

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

Dorong masukkan nutrisi yang cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Ajarkan cara menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan infeksi

Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005.Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2009.Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Share this article :

Tweet ?

Artikel Terkait : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap

LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (CARSINOMA MAMMAE)/ KANKER PAYUDARA

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU

LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA

Title: LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA); Written by wiwing setiono; Rating: 5 dari 5

Diposkan oleh wiwing setiono Jam 5:08 PM

Label: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap

0 Comments

0 Comments

nt.fb admin wiwing setiono

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

Author

wiwing setiono.skep.ns

wiwing setiono

Wikicek.com

Blog Archive

HYPERLINK "http://lpkeperawatan.blogspot.com/search?updated-min=2014-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2015-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=47" 2014 (47)

HYPERLINK "http://lpkeperawatan.blogspot.com/search?updated-min=2013-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2014-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=43" 2013 (43)

HYPERLINK "http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013_12_01_archive.html" December (24)

HYPERLINK "http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013_11_01_archive.html" November (19)

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM/ KISTOMA OVARII

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR ANTEBRACHII

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

LAPORAN PENDAHULUAN THALASEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN RINOSINUSITIS

LAPORAN PENDAHULUAN HIV - AIDS

LAPORAN PENDAHULUAN ISCHIALGIA

LAPORAN PENDAHULUAN AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (AL...

LAPORAN PENDAHULUAN LEPTOSPIROSIS

LAPORAN PENDAHULUAN CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)...

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC K...

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTIROID

LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS

Top of Form

Search here..

Bottom of Form

Template by Wikicek - Support Jual Online Busana Wanita and Bisnis Pulsa Elektrik

Menurut Doengeos E.marllyn (2001), Diagnosa keperawatan pada klien pra dan pasca SC adalah sebagai berikut :

1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur perawatan sebelum dan sesudah melahirkan melalui operasi SC

2. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi

3. Cemas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.

4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam kehidupan.

5. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi fisiologis dan cidera jaringan.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, pasca prosedur invasif.

7. Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

8. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan cidera operasi dan efek anestasi

9. Kurangnya pemahaman mengenai perubahan fisiologi pada masa pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan.

Tahap perencanaan merupakan tahap penentuan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan atas tindakan yang telah direncanakan. Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas haruslah tepat dan mempunyai dampak ungkit dalam mengatasi masalah yang ada, permasalahan yang mungkin muncul pada klien pra & pasca SC adalah :

1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan melalui operasi SC.

Tujuan : Klien dapat memahami tentang prosedur proses persalinan melalui SC dan bersedia bekerjasama dalam persiapan pra bedah

Kriteria hasil :

o Klien memahami prosedur persalinan melalui SC

o Klien bersedia bekerja sama dalam persiapan pra bedah.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien dan orang terdekat alasan untuk SC.

2. Jelaskan prosedur praoperasi dan kemungkinan resiko yang dapat terjadi (Informed Consent).

3. Berikan kesaksian dalam proses penandatanganan persetujuan tindakan.

4. Dapatkan tanda vital dasar.

5. Kolaborasi dalam pemriksaan Lab. (DPL, elektrolit, golongan darah dan urine).

2. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

Tujuan : Rasa nyeri hilang

Kriteria Hasil :

o Klien mampu mengungkapkan rasa nyeri dan menggunakan rencana untuk mengatasi nyeri atau ketidak nyamanan serta mengungkapkan berkurangnya nyeri.

o Klien tampak santai serta dapat tidur atau cukup beristirahat.

Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri dan lokasi ke tidaknyamanan.

2. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan.

3. Evaluasi tekanan darah dan nadi dan perhatikan perubahan perilaku.

4. Ubah posisis klien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan.

5. Ajarkan latihan relaksasi napas dalam bila nyeri ada.

6. Anjurkan tekhnik distraksi dan relaksasi.

7. Kaji rasa nyeri tekan uterus dan perhatikan infus oksitoksin pasca operasi.

8. Anjurkan mobilisasi dini dan menghindari makanan yang mengandung gas.

9. Palpasi kandung kemih dan perhatikan adanya rasa penuh.

10. Berikan analgesik sesuai yang diresepkan oleh dokter.

3. Cemas berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.

Tujuan : Cemas tidak terjadi.

Kriteria hasil :

o Klien mengerti, memahami dan mampu mengungkapkan cemas serta mampu mengidentifikasi cara untuk menurunkan tingkat atau menghilangkan cemas secara mandiri.

o Klien mengatakan bahwa cemas sudah terkendali dan berada pada keadaan yang dapat ditanggulangi.

o Klien terlihat santai serta dapat tidur dan beristirahat dengan cukup.

Intervensi :

1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2. Bantu klien mengidentifikasikan mekanisme koping yang lazim dan mengembangkan strategi koping yang dibutuhkan.

3. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien maupun bayinya.

4. Anjurkan klien untuk sering kontak dengan bayi sesegera mungkin.

4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam kehidupan.

Tujuan : Perasaan harga diri rendah situasional tidak terjadi.

Kriteria hasil :

o Klien mampu mendiskusikan masalah berhubungan dengan peran dan persepsi terhadap pengalaman kelahiran.

o Klien atau pasangan dan mampu mengekspresikan harapan diri yang positif.

Intervensi :

1. Tentukan respon emosional klien atau pansangan terhadapn kelahirsn SC.

2. Kaji ulang partipasi dan peran klien / pasangan dalam pengalaman kelahiran.

3. Beritahukan klien tentang hampir samanya antara kelahiran SC dan kelahiran melalui vagina.

5. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi fisiologis dan cidera jaringan.

Tujuan : Resiko tinggi terhadap gangguan dan cidera tidak terjadi.

Kriteria hasil :

o Klien mampu menerapkan perilaku untuk menurunkan risiko cidera dan perlindungan diri agar dapat bebas dari komplikasi.

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital.

2. Observasi balutan terhadap perdarahan yang berlebihan.

3. Perhatikan kateter, jumlah lokia dan konsistensi fundus.

4. Pantau asupan cairan dan pengeluaran urin.

5. Anjurkan latihan kaki / pergelangan kaki dan ambulasi dini.

6. Anjurkan klien untuk merubah selalu posisi tubuh (duduk, berbaring dalam posisi datar).

7. Observasi daerah luka operasi (apakah sudah ada perubahan kearah penyembuhan atau tanda-tanda infeksi).

8. Observasi daerah ekstremitas bawah terhadap tanda tromboplebitis.

9. Berikan cairan infus sesuai dengan program.

10. Periksa Hb, Ht pasca operasi bandingkan dengan kadar pra operasi.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur invasif.

Tujuan : Risiko tinggi infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

o Klien mampu mengungkapkan teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan penyembuhan.

o Klien tidak demam / bebas dari infeksi.

Intervensi :

1. Anjurkan dan gunakan teknik a & antiseptik.

2. Perhatikan faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi.

3. Observasi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan

4. Ganti balutan luka bila basah.

5. Observasi luka insisisi terhadap proses penyembuhan.

6. Dorong klien untuk mandi air hangat setiap hari tetapi tidak mengenai luka operasi.

7. Berikan antibiotik sesuai pesanan oleh dokter.

7. Gangguan pola eliminasi, konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi

Kriteria hasil :

o Klien mampu mengungkapkan kembalinya motilitas usus yang dibuktikan oleh bising usus dan keluarnya flatus.

o Pola eliminasi klien kembali normal.

Intervensi :

1. Auskultasi bising usus.

2. Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidak nyamanan

3. Anjurkan makanan yang berserat tinggi

4. Anjurkan untuk ambulasi dini

5. Anjurkan cairan oral yang adekuat (misal : 6-8 gelas/hari).

6. Identifikasi aktivitas klien yang dapat merangsang kerja usus.

7. Berikan pencahar sesuai dengan pesanan dokter

8. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan cidera operasi dan efek anestasi.

Tujuan : Gangguan eliminasi urin tidak terjadi.

Kriteria hasil :

o Klien mendapatkan pola berkemih yang biasa / optimal setelah pengangkatan kateter.

o Mekanisme mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih dapat terjadi.

Intervensi :

1. Perhatikan dan catat jumlah dan warna urin.

2. Berikan cairan peroral (6-8 gelas/hari ).

3. Palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus uteri, lokasi dan jumlah aliran lokia.

4. Perhatikan tanda dan gejala ISK ( warna keruh, bau busuk, sensasi terbakar setelah pengangkatan kateter).

5. Gunakan metode untuk memudahkan pengangkatan kateter setelah berkemih (membasuh dengan air hangat ke perineum ).

6. Lepaskan kateter sesuai indikasi (biasanya 6-12 jam post partum).

9. Kurangnya pemahaman mengenai perubahan fisiologi pada masa pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Ibu mengerti tentang perawatan bayi

Kriteria hasil :

o Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi pada masa pemulihan, kebutuhan perawatan diri dan perawatan bayi.

Intervensi :

1. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang berkaitan dengan kelahiran SC.

2. Kaji pengetahuan dan motivasi klien untuk belajar.

3. Kaji tanda atau gejala yang perlu perhatian khusus (demam, disuria dan peningkatan jumlah lokia ).

4. Berikan penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandarisasi.

5. Perhatikan status psikologis dan respon terhadap SC serta peran menjadi ibu.

6. Kaji ulang pemahaman klien tentang perawatan diri (perawatan perineal, perawatan luka dan personal hygine).

7. Ajarkan cara perawatan bayi.

8. Berikan informasi tentang Keluarga Berencana dan keuntungan beserta kerugiannya.

D. Pelaksaaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Didalam pelaksanaannya terdapat tidak terlepas dari berbagai upaya upaya lain dalam hal kolaborasi, memfasilitasi koping, kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tahapan pelaksanaan keperawatan antara lain :

1. Persiapan.

Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu memahami tindakan keperawatan yang telah diidentifikasikan pada tahap intervensi, menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan, memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi, menilai kelengkapan persyaratan dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Selain persiapan diatas, diperlukan pula keterampilan untuk mengidentifikasi implikasi aspek hukum dan kode etik yang mungkin muncul sebagai risiko dari kesalahan tindakan.

2. Intervensi.

Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien. Adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen dan dependen.

3. Dokumentasi.

Mendokumentasikan proses keperawatan secara lengkap dan akurat adalah merupakan suatu prasyarat mutlak yang dituntut dalam semua aspek asuhan keperawatan.

4. Evaluasi.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi ialah menilai capaian Dx, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi maupun pada tahap implementasi.

Bentuk evaluasi yang dilakukan dapat dalam bentuk :

A. Evaluasi Formatif

yaitu evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.

B. Evaluasi Sumatif

adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif, fleksibel dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Diposkan 10th January 2012 oleh ImsaQ_imoeT

Label: diposkan oleh imsaQ_imoet

http://shaqvanhouten.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-sc-dengan-indikasi.html

_1492493644.unknown