2
[(OMPAS o Senin 26) 17 18 19 • S=-m>w(s~;~':",ww"O";:':~4'''~o7:;; 456789 10 11 12 13 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar 0 Apr 0 Mei 0 Jun 0 Jul • Ags 0 Sep 0 Okt 0 Nav 0 Des Tidak ada lagi keriangan dan tawa canda di kampus? Betulkah mahasiswa kini lebih senang menjadi mahasiswa "kupu-kupu" alias cuma kuliah (Ialu)pulang, kuliah-pulang? Betulkah kehidupan kampus kini sudah sedemikian ego is, pelik, dan penuh tekanan hingga tawa pun hilang dari . kampus? Bukankah tertawa itu sehat? ahun 1970-an akhir, sejumlah kampus menjadi rahim bagi lahirnya kelom- pok-kelompok ta- wa Sebut saja War- kop DKI yang per- sonelnya Dono (alm), Kasino (alm), dan Indro. Dono dan Kasino adalah ma- hasiswa Universitas Indonesia (UI), se- mentara Indro kuliah di Universitas Pan- casila. Di era yang sama, ada Orkes Melayu Pancaran Sinar Petromaks yang biasa di- singkat menjadi OM PSP. Personelnya adalah gabungan mahasiswa m. OM PSP ini kerap main bersama War- kop. Di era itu, OM PSP menelurkan lagu "Duta Merlin" yang liriknya mengkritik berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Dari Kampus Universitas 11Maret Solo, ada Teamlo dan Pecas Ndahe yang pada masanya amat populer. Sementara di Yog- yakarta ada kelompok Sastro Moeni (Fa- kultas Sastra UGM) dan Kornchong Chaos (ISI Yogyakarta). ----~------~~~ Di Bandung, tefitu saja orang menge- nang Padhayangan yang personelnya me- rupakan gabungan mahasiswa Universitas Parahyangan dan Universitas Padjajaran, ~ Bandung. Belakangan Padhayangan ber- anak menjadi dua, Padhayangan Project dan Project Pop. Hingga kini, Padhayangan masih ada, tetapi tidak seeksis dulu. Sementara Pro- ject Pop, yang semula dikenal sebagai kelompok parodi lagu, belakangan makin produktif mencipta lagu sendiri. Tidak bergengsi Lain dulu lain sekarang. Kini, kelompok tawa atau humor makin sulit ditemui di kampus. Kalaupun ada, gaungnya tak se- kencang era pendahulu mereka Panggung mereka pun sebatas panggung kampus yang tersembunyi dari hiruk-pikuk dina- mika kampus. Dian Sahiroh, mahasiswa semester 4 Akademi Kimia Analisis Bogor, turut me- rasakan "kekeringan" ini. "Kelompok hu- mor, seperti lawak, tidak ada lagi. Kalau nonton acara seni di kampus, yang ada paling teater," ujar Dian. Salah satu penyebabnya, menurut Dian, Kliping Humas Unpad 2010

[(OMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/kompas-20100803... · hari. Belum lagi tugas membuat laporan. "Jadi, mahasiswa waktunya dikejar-ke-jar,

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: [(OMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/kompas-20100803... · hari. Belum lagi tugas membuat laporan. "Jadi, mahasiswa waktunya dikejar-ke-jar,

[(OMPASo Senin

26)17 18 19

• S=-m>w(s~;~':",ww"O";:':~4'''~o7:;;4 5 6 7 8 9 10 11 12 1320 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar 0Apr 0Mei 0Jun 0 Jul • Ags 0 Sep 0 Okt 0Nav 0Des

Tidak ada lagi keriangan dantawa canda di kampus?Betulkah mahasiswa kini lebihsenang menjadi mahasiswa"kupu-kupu" alias cuma kuliah(Ialu)pulang, kuliah-pulang?Betulkah kehidupan kampuskini sudah sedemikian ego is,pelik, dan penuh tekananhingga tawa pun hilang dari .kampus? Bukankah tertawa itusehat?

ahun 1970-an akhir,sejumlah kampusmenjadi rahim bagilahirnya kelom-pok-kelompok ta-wa Sebut saja War-kop DKI yang per-sonelnya Dono(alm), Kasino (alm),

dan Indro. Dono dan Kasino adalah ma-hasiswa Universitas Indonesia (UI), se-mentara Indro kuliah di Universitas Pan-casila.

Di era yang sama, ada Orkes MelayuPancaran Sinar Petromaks yang biasa di-singkat menjadi OM PSP. Personelnyaadalah gabungan mahasiswa m.

OM PSP ini kerap main bersama War-kop. Di era itu, OM PSP menelurkan lagu"Duta Merlin" yang liriknya mengkritikberbagai ketimpangan sosial yang terjadidi tengah masyarakat.

Dari Kampus Universitas 11Maret Solo,ada Teamlo dan Pecas Ndahe yang padamasanya amat populer. Sementara di Yog-yakarta ada kelompok Sastro Moeni (Fa-kultas Sastra UGM) dan Kornchong Chaos(ISI Yogyakarta). ----~------~~~

Di Bandung, tefitu saja orang menge-nang Padhayangan yang personelnya me-rupakan gabungan mahasiswa UniversitasParahyangan dan Universitas Padjajaran, ~Bandung. Belakangan Padhayangan ber-anak menjadi dua, Padhayangan Projectdan Project Pop.

Hingga kini, Padhayangan masih ada,tetapi tidak seeksis dulu. Sementara Pro-ject Pop, yang semula dikenal sebagaikelompok parodi lagu, belakangan makinproduktif mencipta lagu sendiri.

Tidak bergengsiLain dulu lain sekarang. Kini, kelompok

tawa atau humor makin sulit ditemui dikampus. Kalaupun ada, gaungnya tak se-kencang era pendahulu mereka Panggungmereka pun sebatas panggung kampusyang tersembunyi dari hiruk-pikuk dina-mika kampus.

Dian Sahiroh, mahasiswa semester 4Akademi Kimia Analisis Bogor, turut me-rasakan "kekeringan" ini. "Kelompok hu-mor, seperti lawak, tidak ada lagi. Kalaunonton acara seni di kampus, yang adapaling teater," ujar Dian.

Salah satu penyebabnya, menurut Dian,

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: [(OMPAS - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/kompas-20100803... · hari. Belum lagi tugas membuat laporan. "Jadi, mahasiswa waktunya dikejar-ke-jar,

karena mahasiswa menganggapprofesi sebagai "pelawak' bukanprofesi bergengsi, "Jadi, pelawak,menurut teman-teman di kampusenggak keren. Profesi sebagai artisdan penyanyi jauh lebih dise-nangi. Kalau pelawak, kan, bo-dor," tutur Dian. Tidaklah heranjika kini banyak mahasiswa dikampusnya yang lebih tertarikmenjajal peruntungan di ajangkontes menyanyi yang be-lakangan marak digelar ditelevisi.

Menurut dia, kampus per-lu melahirkan kelompok la-wak seperti era Warkop ka-rena lawakan kampus punyabobot berbeda ''Yang pastiada isinya Enggak sekadarmelawak," kata Dian.

Hal senada- dikemukakanacta Christi Situmorang, ma-hasiswa Jurusan KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Diponegoro,Semarang. Menurut acta, mi-nimnya mahasiswa yang rnela-wak karena profesi sebagai pe-lawak dinilai tidak terlalu menjanjikan.

"Meskipun ada pelawak yang terkenal,tetap saja pendapatan mereka jauh dibawah pendapatan artis dan penyanyi.Kalaupun masukjajaran selebriti, merekaada dijajaran bawah," ujar acta Tren yangkini sedang mengarah menjadi penyanyiatau pemain sinetron dan film membuatprofesi sebagai pelawak sama sekali tidakdilirik mahasiswa

Selain itu, menjadi pelawak juga bukanpekerjaan mudah. "Membuat orang terta-wa itu enggak gampang. Mungkin itu jugajadi alasan," katanya

Padahal, bagi acta, keberadaan kelom-pok humor atau lawak, terutama darikampus, masih sangat penting. Di tengahkondisi masyarakat yang tengah meng-alarni banyak tekanan, keberadaan lawakyang menghibur akan memberi suasanayang berbeda

"Sekarang nonton sinetron isinya ma-lah mengajak membunuh orang atau balasdendam. Kalau lawak yang mengajak ter-tawa, mengajak orang berpikiran terbuka,kondisinya akan jadi lain. Mungkin keke-rasanjuga bisa dikurangi karena orangjadisenang tertawa jadi enggak stres," tuturacta

Beban kuliahAlasan lain yang kerap dilontarkan ma-

hasiswa adalah tugas kuliah yang demikianpadat. Hal inilah yang terutama menye-babkan mahasiswa lebih memilih menjadimahasiswa kupu-kupu dan kunang-ku-nang.

"Jangankan membuat kelompok lawak.Mahasiswa yang ikut organisasi pun bisadihitung dengan jari. Yang ada di kepalamahasiswa sekarang hanyalah bagaimanabisa cepat lulus dan mendapat pekerjaan,"kata acta

Di Semarang, menurut acta ada be-berapa kelompok humor yang lahir darikampus, antara lain Srempet Gudhel (Udi-

nas), Berkakak Plekenyikan (Undip), danSastro Sastri (Unika Sugyopratomo). Na-mun, gaungnya masih dalam skala kecil, diseputar Semarang saja Frekuensi tampildi depan publik juga masih terbatas.

Hal serupa diungkapkan Hadi Subroto, .mahasiswa Fisipol, UGM. Menurut Hadi,mahasiswa sekarang menghadapi tuntut-an tinggi. Tugas kampus yang padii antuntutan orangtua agar cepat menyelesai-kan kuliah membuat mahasiswa tidak bisaleluasa bergerak.

"Mahasiswa yang mau bergerak malahmenjajal hal lain, seperti menjadi wira-usaha. Kan, sekarang juga sedang banyakmahasiswa yang punya usaha," tutur Ha-di.

Dian juga mengatakan hal senada Ma-hasiswa saat ini seperti dibebani tanggungjawab yang menumpuk. Sebagai gambar-an, di kampusnya, setiap bulan selalu adaujian. Ujian praktik juga nyaris ada setiaphari. Belum lagi tugas membuat laporan.

"Jadi, mahasiswa waktunya dikejar-ke-jar, enggak sempat berkegiatan. Jangankanmembuat kelompok lawak, band juga eng-gak ada," katanya

Satu-satunya kesempatan yang bisa di-manfaatkan mahasiswa untuk sekadarbercanda melepas kepenatan adalah saatmereka mencuri waktu di sela jam kuliah"Di situlah biasanya muncul lawakan-la-wakan kecil," kata Dian.

Mahasiswa saat iniseperti dibebanitanggung jawab yangmenumpuk.