Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. L DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI HERNIA INGUINALIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH KELAS III
RUMAH SAKIT PALAGIMATA
KOTA BAU-BAU
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
ZUMANA NIM: P003200190272
POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN
KEPERAWATAN KENDARI 2020
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. L DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI HERNIA INGUINALIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH KELAS III
RUMAH SAKIT PALAGIMATA
KOTA BAU-BAU
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Pendidikan program Diploma III Keperawatan
OLEH :
ZUMANA NIM: P003200190272
POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN
KEPERAWATAN KENDARI 2020
iv
v
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Zumana
2. Tempat/Tanggal Lahir : Buton, 1966
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : ISLAM
5. Suku/Kebangsaan : Indonesia
6. Alamat : KELURAHAN TALAGA I
7. No. Telepon/Hp : 0853 9609 9959
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Tahun 1980
2. Sekolah Menengah Pertama Tahun 1983
3. Sekolah Perawat Kesehatan Kendari Tahun 1986
4. Poltekes Kemenkes Kendari Tahun 2019-2020
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN.L DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DIRUANG PERAWATAN
BEDAH KELAS III RUMAH SAKIT PALAGIMATA” dapat terselesaikan walaupun
dalam bentuk yang sangat sederhana dan merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari.
Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian karya tulis
ilmiah ini, peneliti banyak memperoleh bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Olehnya itu dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Akhmad,S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Lena Atoy,S.ST.,MPH.
selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes., selaku ketua jurusan keperawatan
Poltekes Kemenkes Kendari.
3. Ibu dr. HJ.Nuraeni Djawa selaku Direktur RS Palagimata Kota Baubau.
4. Ibu Asni wati.,Amk selaku Kepala ruangan CHR KELAS III RS Palagimata
Kota Baubau.
5. Teristimewa kepada orang tua, suami dan saudara yang telah memberikan
dorongan moral serta bantuan materi, juga atas semua doa dan kasih sayang
yang di berikan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
6. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya
tulis ilmiah.
7. Suami dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan semangat.
vii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekeliruan, kekurangan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan
peneliti, baik dari segi pengetahuan maupun materi. Oleh sebab itu pendapat,
saran dan kritik sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak
bernilai amal soleh dan kiranya mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Amin.
Baubau, Juni 2020 Peneliti
viii
ABSTRAK
Zumana Nim : P003200190272“Asuhan Keperawatan Pada Klien An. L
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Post Operasi Hernia Inguinalis
di Ruang Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata Tahun 2020”,
dibimbing oleh Bapak Akhmad, SST,.M.Kes. sebagai pembimbing 1 dan
Ibu Lena Atoy, SST.,M.PH. sebagai pembimbing 2.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi serta pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien An. L
dengan gangguan sistem pencernaan post operasi hernia inguinalis. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menggambar masalah yang diteliti
dengan menggunakan pendekatan penerapan proses keperawatan yang mencakup
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus yaitu nyeri akut berhubungan dengan
insisi pembedahan, kerusakan intergritas kulit, dan hambatan mobilitas fisik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada kesenjangan antara teori dan kasus
nyata yaitu seperti pada teori klien yang mengalami nyeri hernia inguinalis dapat
merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10. Sedangkan gejala yang tampak
pada klien An. L yaitu merasa sakit dan nyeri pada bagian perut kanan bawah
dekat skrotum, nyeri pada luka operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit,
dan hambatan mobilitas fisik. Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan pada
tinjauan teoritis, terdapat lima diagnosa keperawatan. Sedangkan perumusan
diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan klien An. L ditemukan tiga
diagnosa keperawatan. Dari hasil pengkajian An. L didapatkan data yang
menunjang untuk mengarah pada diagnosa keperawatan, dalam tinjauan teori
tidak semua ditemukan dalam kasus nyata, intervensi yang ditulis
diimplementasikan selama 3x24 jam dan menunjukkan masalah teratasi semua.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Post Operasi Hernia Inguinalis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
ABSTRAK................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
E. Metode Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data................... 7
F. Tempat dan Waktu penelitian...................................................... 8
G. Sistematika Penulisan.................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan.................... 11
B. Konsep Medis Hernia Inguinalis................................................. 25
x
C. Konsep Proses Keperawatan....................................................... 34
D. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................... 39
BAB III TINAJUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan............................................................. 47
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 64
C. Intervensi Keperawatan............................................................... 69
D. Implementasi Keperawatan......................................................... 71
E. Evaluasi keperawatan.................................................................. 71
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan............................................................. 82
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 83
C. Intervensi Keperawatan............................................................... 83
D. Implementasi Keperawatan......................................................... 84
E. Evaluasi Keperawatan................................................................. 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 86
B. Saran............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Anatomi Sistem Pencernaan................................................... 11
Gambar 2 Penyimpangan KDM............................................................... 48
Gambar 3 Bagan Genogram 3 (Tiga) Generasi....................................... 53
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pola Nutrisi Klien.................................................................... 54
Tabel 3.2 Pola Eliminasi Klien................................................................ 55
Tabel 3.3 Pola Istrahat dan Tidur Klien................................................... 56
Tabel 3.4 Pola Personal Hygiene............................................................. 56
Tabel 3.5 Pola Mobilitas Fisik................................................................. 57
Tabel 3.6 Pola Kebiasaan......................................................................... 57
Tabel 3.7 Pemeriksaan Laboratorium...................................................... 63
Tabel 3.8 Klasifikasi Data........................................................................ 64
Tabel 3.9 Analisa Data............................................................................. 65
Tabel 3.10 Perumusan Diagnosa Keperawatan........................................ 66
Tabel 3.11 Intervensi Keperawatan........................................................... 67
Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan hari 1...................... 69
Tabel 3.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan hari 2...................... 72
Tabel 3.14 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan hari 3...................... 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Format pengkajian KMB
Lampiran 4 Surat-surat Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting
dalam berbagai tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat
terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga meningkatkan
tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas, sejalan
dengan hal tersebut, maka permasalahan manusia semakin kompleks,
salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak, hal
tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya
dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan
kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang
dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh.
Salah satu penyakit akibat beban kerja tubuh yang berat yang
menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh
adalah hernia. (diakses 08 maret 2020)
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
(Nurarif, A.H & Hardi Kusuma, 2018). Hernia Inguinalis lebih banyak
diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada
laki-laki dalam waktu perkembangan janin terjadi penurunan testis dari
rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan sempurna, maka
akan menjadi jalan lewatnya hernia inguninalis (Oswari, 2018).
2
Penyebab dari gejala hernia inguinalis adalah karena dinding
otot sangat lemah atau juga disebabkan karena membran dengan normal
menjaga organ tubuh untuk bagian yang lemah dan jugta bagian yang
kendor. Penyakit hernia kebanyakan juga dialami oleh orang-orang
yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut biasanya otot-otot didalam
organ tubuh sudah mulai melemah dan mengalami kemunduran
sehingga resiko untuk terkena penyakit hernia semakin besar.
Sedangkan pada wanita, hernia bisa disebabkan karena terjadinya
obesitas atau kegemukan. (diakses 08 Juli 2020)
Hernia inguinalis terkadang tidak memunculkan gejala apapun,
bahkan klien mungkin tidak menyadari kondisi ini. Gejalanya baru bisa
dilihat dan juga dirasakan melalui benjolan yang muncul akibat hernia.
Benjolan lebih jelas akan terasa ketika klien berdiri tegak, terutama jika
bersamaan dengan batuk. Benjolan yang muncul mungkin sensitif
terhadap sentuhan dan terasa sakit. Tanda-tanda dari hernia inguinalis
adalah munculnya benjolan pada sisi manapun di daerah lipat paha
depan, sensasi nyeri perih atau rasa nyeri pada benjolan, muncul rasa
sakit dan pembengkakan pada area sekitar testis karena sebagaian usus
menembus masuk kantong skrotum. ( diakses 07 maret 2020).
Menurut World Health Organization (WHO), klien hernia tiap
tahunnya meningkat. Didapatkan data pada dekade tahun 2017 sampai
tahun 2020 klien hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita
(12,7 %) dengan penyebaran yang paling banyak adalah negara –
3
negara berkembang seperti Afrika, Asia Tenggara, dan negara Uni
Emirat Arab dengan jumlah klien hernia terbesar di dunia + 3.950
klien pada tahun 2012. ( diakses 10 Juli 2020).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia di Indonesia periode Januari 2020 sampai dengan
Desember
2020 berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia. Yang
terjadi pada anak – anak berjumlah 230 kasus (5,59%). ( diakses
10 Juli 2020).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Palagimata kota
Baubau selama 3 tahun terakhir, khususnya diruang perawatan
bedah pada tahun 2018 ada 21 kasus penyakit hernia, yaitu 19
laki-laki dan 2 perempuan, tahun 2020 tercatat 82 kasus hernia,
yaitu 73 laki-laki dan 9 perempuan, sedangkan pada tahun 2019
tercatat 61 kasus hernia yaitu
55 laki-laki dan 6 perempuan. Dari jumlah kasus tersebut,
sebagian besar yang mengalami operasi hernia merupakan laki-
laki dengan mayoritas usia lanjut. Hal ini dibuktikan bahwa angka
kesakitan terjadi lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang
terjadi pada perempuan.(Medical Record Rumah Sakit
Palagimata, 2020).
4
Masalah keperawatan utama yang muncul pada hernia
inguinalis adalah nyeri. Penanganan pada hernia inguinalis
biasanya melalui pembedahan diantaranya yang pertama
hernioplasti yaitu upaya pencegahan hernia muncul kembali
dengan cara menata kembali struktur jaringan dengan operasi.
Untuk yang kedua adalah herniorafi yaitu jaringan yang lemah
diperkuat dengan jaringan yang lebih kuat.
5
Ketiga herniotomi yaitu pengangkatan kantong hernia tetapi isi hernia
dikembalikan pada posisi sebelumnya (Haryono,2019).
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawtan Pada Klien
An. L dengan gangguan Sistem Pencernaan “Post Operasi hernia
Inguinalis” Di Ruang Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit
Palagimata.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem
pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis di Ruang Perawatan
Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi dan pengalaman nyata dalam
penerapan asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan
sistem pencernaan “Post Operasi Hernia Ingunalis” di Ruang
Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian
pada klien An. L dengan gangguan sistem pencernaan “Post
Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang Perawatan Bedah Kelas
III Rumah Sakit Palagimata tahun 2020.
6
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa
keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem
pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang
Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun
2020.
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan intervensi
asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem
pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang
Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata.
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam implementasi asuhan
keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem
pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang
Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun
2020
e. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi
tindakan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan
sistem pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang
Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun
2020.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Klien dan Keluarga
7
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi pasien dan keluarga mengenai
penyakit Hernia Inguinalis dan cara perawatannya.
2. Bagi Perawat
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman bagi teman sejawat perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien Hernia Ingunalis
3. Bagi Rumah Sakit Palagimata
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi refrensih
tambahan ilmu bagi Rumah Sakit Palagimata dalam proses
pemberian asuhan keperawatan pada pasien klien Hernia Ingunalis.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan
pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan dengan
Hernia Ingunalis
5. Bagi penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
keperawatan serta dalam proses keperawatan khususnya pada klien
Hernia Inguinalis.
6. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan khususnya
asuhan keperawatan pada pasien dapat menanbah ilmu
8
pengetahuan dan pemahaman dalam bidang ilmu keperawatan serta
dalam proses keperawatan khususnya klien Hernia Inguinalis.
E. Metode Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitain ini adalah
metode deskriptif yaitu menggambarkan masalah yang diteliti
dengan pendekatan proses keperawtan dan pemecahan masalah
(problem solving).
2. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan sebagai dasar ilmiah yang terkait
dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun sumber ilmiah
tersebut dari buku-buku, diklat, internet serta materi-materi
yang bersifat ilmiah.
b. Studi Kasus
Dimana penulis mempergunakan pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa, penyusunan rencana, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawtan yang dilakukan. Untuk
melengkapi data dalam melakukan pengkajian dipergunakan
tekhnik :
1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan dengan memantau
langsung keadaan klien.
9
2) Wawancara, yaitu melakukan komunikasi tanya jawab
kepada klien atau keluarga mengenai masalah yang dialami.
3) Pemeriksaan fisik, berupa :
a) Inspeksi, yaitu melihat langsung keadaan klien.
b) Palpasi, yaitu melakukan perabaan pada bagian anggota
tubuh tertentu.
c) Perkusi, yaitu melakukan pukulan-pukulan lembut pada
bagian tubuh tertentu.
d) Auskultasi, yaitu mendengarkan suara yang muncul dari
organ atau bagian-bagian tubuh tertentu.
4) Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan kemabali
mengenai tindakan atau langkah-langkah yang telah
dilakukan.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Bedah Kelas
III Rumah Sakit Palagimata, dari tanggal 11 maret sampai dengan
tanggal 13 maret 2020.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi dalam lima bab dengan urutan sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang
masalah, lingkup pembahasan, tujuan penulisan,
10
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang konsep antomi fisiologi,
konsep medik, konsep proses keperawatan, konsep
asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan judul
penelitian.
Bab III : Tinjauan Kasus
Di dalam bab ini akan diuraikan sebuah kasus yang
dimulai dengan tahapan melakukan pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan,
menentukan rencana tindakan keperawatan, dan
melakukan evaluasi keperawatan.
Bab IV : Pembahasan
Di dalam bab ini diuraikan mengenai perbandingan
antara konsep teori yang dikemukakan dengan
kenyataan yang terdapat dalam uraian tinjauan kasus
untuk mengetahui kesenjangan-kesenjangan diantara
teori dan kasus.
Bab V : Penutup
Bab ini membahas tentang :
A. Kesimpulan merupakan rumusan dari seluruh isi
karya tulis ilmiah ini.
11
B. Saran merupakan tanggapan dari seluruh butir-
butir yang
dirumuskan.
Daftar Pustaka
Lampiran
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Antomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1
Anatomi Sistem Pencernaan
Sumber : Anatomi Sistem Pencernaan (Gozali, AJ,2013)
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap
oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan,
dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbantang mulai
dari mulut (oris) sampai anus.
13
Sistem pencernaan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari :
a. Mulut / Oris
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus.
Didalam rongga mulut terdapat :
1. Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu;
a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan.
Lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut
juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus),
4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham
(premolare).
b) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
jumlahnya 32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens
insisiws), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi
geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).
c) Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan,
gigi taring gunannya untuk memutuskan makanan yang
keras dan liat, dan gigi geraham gunannya untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
2. Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;
14
a) Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang
belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup
jalan napas pada waktu kita menelan makanan, supaya
makanan jangan masuk ke jalan napas.
b) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting
pengecap atau ujung saraf pengecap.
c) Ujung lidah (Apeks lingua)
Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk
suara, sebagai alat pengcepa dan menelan, serta merasakan
makanan.
Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari
rahang bawah, (M. Mandibularis, os Hioid dan prosesus
stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman
bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah.
M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal
dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar
sampai ke radiks lingua.
3. Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:
a) Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di
antara prosesus mastoid, kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula
15
parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator).
b) Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut
bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni,
bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.
c) Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar
rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar
ludah disarafi oleh saraf-saraf tersadar.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke
depan sampai di akar lidah bagian inferior.
16
c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu
masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke
luar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan
otot melingkar sirkuler dan lapisan oto memanjang longitudinal.
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke
dalam abdomen menyambung dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
d. Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui
orifisium pilorik, terletak dibawah diapragma didepan pankreas
dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari;
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
17
1) Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah kurvatura minor.
2) Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
3) Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung
terbentang dari ostium kardiak sampai ke pilorus.
4) Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minor
terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas
kurvantura mayor sampai ke limpa.
5) Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus
bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pilorik.
b) Fungsi lambung terdiri dari;
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
(1) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton).
18
(2) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan,
sebagai anti septik dan desinfektan, dan membuat
suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
(3) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu
dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan
protein susu).
(4) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak
yang merangsang sekresi getah lambung.
e. Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari
duodenum samapai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr.
Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di belakang lambung.
1. Bagian dari pankreas
a) Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen
dan di dalam lelukan duodenum yang melingkarnya.
b) Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini
letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra umbalis
pertama.
c) Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya
menyentuh limpa.
19
2. Fungsi pankreas
a) Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang
berisi enzim dan elektrolit.
b) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin.
c) Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang
dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses
pencernaan makanan di intestinum.
d) Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh
pulau-pulau lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke
dalam peredaraan darah. Sekresinya disebut hormon insulin
dan hormon glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan
untuk membantu metabolisme karbohidrat.
3. Hasil sekresi
a) Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke
dalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang
menghasilkan insulin ini termasuk sel-sel kelenjar endokrin.
b) Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas
ini termasuk kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim
20
ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus, duktus
ini bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding
duodenum.
c) Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan
mengalirkan darahnya ke vena kava inteferior melalui vena
pankreatika.
d) Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori
yang tersusun mengitati saluran-saluran kecil dari lobulus
yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui
badan pankreas dari kiri ke kanan.
e) Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan
kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu
duktus wirsungi.
4. Struktur pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran, saluran dari masing-masing kelenjar
bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini
disebut duktus pankreatikus.
Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel
itu dikumpulkan dan menyerupai pulau-pulau yang disebut
pulau langerhans. Pulau-pulau ini membuat insulin yang
langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.
2020
Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang
membuat ludah perut atau getah perut yang mengalir ke dalam
pembuluh-pembuluh kelenjar. Pembuluh ini bersatu ke dalam
saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam duodenum pada
tempat papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan ± 1 liter ludah
perut dalam satu hari.
f. Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran
berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah
hati sampai pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm³
1. Fungsi kantung empedu
a) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu
menjadi kental.
b) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel
hati jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-
1000 cc sekresi yang digunakan untuk mencerna lemak.
80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat
lainnya.
2. Bagian dari kantung empedu
a) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu
yang paling akhir setelah korpus vesikafelea.
b) Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang
didalamnya berisi getah empedu.
2121
c) Leher kantung kemih. Merupakan leher dari kantung
empedu yaitu saluran yang pertama masuknya getah
empedu ke badan kantung empedu lalu menjadi pekat
berkumpul dalam kantung empedu.
d) Duktus sistikus. Panjangnya ± 3¾ cm berjalan dari leher
kantung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus
membentuk saluran empedu ke duodenum.
e) Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
f) Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke
duodenum.
g. Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat
sekresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan
cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan
nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh
hati disebut proses detoksifikasi.
h. Usus Halus / Intestinum Minor
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
2222
usus kosong (jejenum), usus penyerapan (illeum). Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu.
1. Bagian-bagian usus halus;
a) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus
halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan
kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu
dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu
lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla
vateri, 10 cm dari pilorus.
b) Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah
atas pada usus halus yang selebihnya.
c) Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.
i. Usus Besar / Intestinum Mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.
1. Fungsi usus besar;
a) Menyerap air dari makanan
b) Tempat tinggal bakteri koli
c) Tempat feses
d) Bagian-bagian usus besar atau kolon;
e) Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah
abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke
2323
bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan
ini disebut fleksura hepatika.
f) Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari
kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di
bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika
dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
g) Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari
fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
h) Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens
terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya
menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum.
i) Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak
dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
j. Usus Buntu
Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks
vermiformis. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ
tambahan yang tidak memiliki fungsi, tetati saat ini diketahui
bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan
2424
secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu
kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.
k. Umbai Cacing
Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, umbai cacing berukuran 10 cm tetapi bisa bervariasi
2 sampai 20 cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
l. Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur).
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
m. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di
2525
dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya
diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
1. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
2. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
3. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai
kehendak.
B. Konsep Medis
1. Defenisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang
berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari
usus (Giri Made Kusala, 2009).
2. Klasifikasi
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia ada
beberapa jenis, yaitu :
2626
a. Hernia hiatal
Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa
tenggorokan) turun, melewati diafragma melalui celah yang
disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (toraks).
b. Hernia epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang
rusuk digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari
jaringan lemak dan hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan
tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika pertama kali
ditemukan.
c. Hernia umbilikal
Hernia umbilikal berkembang didalam dan disekitar umbilikus
(pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya
menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Hernia
jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan diselakangan atau skrotum. Hernia
inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga
usus menerobos ke bawah melalui celah.
e. Hernia femoralis
Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria
2727
f. Hernia insisional
Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan didekat pusar yang terjadi
ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g. Hernia nukleus pulposi (HNP)
Hernia nukleus pulposi adalah hernia yang melibatkan cakram
tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus
intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang.
3. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan
karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang
telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala,
2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi
pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses
2828
perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu
pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian
besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan
isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala,
2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang
dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke
dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
2929
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh
angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2012).
4. Patofisologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih
3030
banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,
2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
3131
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah
apendiktomi(Erfandi, 2009).
5. Manifestasi Klinis
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal
dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi
peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-
batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan
hilang secara spontan.
7. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada
dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri
viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila
usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen
3232
usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara
klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
8. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
9. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia
inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
10. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung
isinya,
11. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium.
6. Komplikasi
a. Perlekatan / hernia akreta
b. Hernia irreponibel
c. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene →
nekrosis
d. Infeksi
e. Obstipasi → obstruksi / konstipasi
f. Hernia incarserata → Illeus
3333
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
b. Herniografi.
c. USG
d. CT dan MRI
e. Laparaskopi
f. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).
8. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas mulai tindakan melakukan
reposisi. Dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Indikasi operasi
sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada
hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. (R.
Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2012).
C. Konsep Keperawatan
Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis
untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan
3434
membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
tersebut.
Proses keperawatan terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Budiono
dan Pertami S.B, 2015).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.
Tahap ini mencakup 3 kegiatan yaitu :
a. Pengumpulan data
Tujuannya, diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut
yang menyangkut aspek fisik, mental,sosial dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah dianisis
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran ,pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit, Data
subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala pusing,
nyeri, dan mual. Adapun fokus pengumpulan data meliputi :
1) Status kesehatan sebelum dan sekarang.
3535
2) Fungsi status sebelumnya dan sekarang.
3) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.
4) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis
keperawatan sesuai dengan prioritas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau
proses kehidupan yagn aktual atau potensial, sebagai dasatr seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawtan
sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA Internasional, 2012).
Tipe diagnosa keperawatan menurut NANDA Internasional (2012) :
a. Diagnosa keperawatan aktual : usatu diagnosa aktual
menggambarkan respon manusia terhadap kondisi
3636
kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu,
keluarga, kelompok atau komunitas.
b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan : penilaian klinis tentang
motivasi dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau kounitas
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi
kesehatan manusia.
c. Diagnosa keperawatan risiko : kerentena, terutama sebagai akibat
akibat dari paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan
peluang kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa kepera syndrome : penilaian klinis menjelaskan
kelompok khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan
paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melaluiintervensi
yang serupa.
3. Intervensi Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang
diuraikan dalam hasil yang di harapkan.
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas
asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai
3737
hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran
informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusundan ditunjukkan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tahap-
tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2 : Intervensi
Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen,
dan interdependen.
Tahap 3 : Dokumentasi
3838
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi proses (formatif) : evaluasi ini menggambarkan hasil
observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera setlah
tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus-menerus sampai
tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi hasil (sumatif) : evaluasi yang dilakukan setelah semua
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan.
3939
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,
seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan. Untuk memudahkan perawat mengevaluasi
atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP/SOAPIE/SOAPIER.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses dalam praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada klien untuk memenuhi kebutuhan
objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,
dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
keperawatan. Konsep asuhan keperawatan terdiri dari :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data
dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi, observasi, pemeriksaanfisik.
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
c. Keluhan utama
d. Riwayat kesehatan / penyakit sekarang
e. Riwayat kesehatan / penyakit dahulu
f. Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
g. Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun)
4040
h. Pemeriksaan fisik
i. Pemeriksaan tumbuh kembang
j. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,
2011).
3. Perencanaan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan:
- Kontrol kecemasan
- Koping
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
4141
Rencana Tindakan :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
4. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
5. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Identifikasi tingkat kecemasan
9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
11. Kolaborasi pemberian obat anti cemas
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan:
Suhu tubuh menurun
Kriteria hasil:
- Suhu 36 – 37C
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,
4242
Rencana Tindakan:
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
6. Monitor intake dan output
7. Berikan anti piretik:
8. Kolaborasi pemberian Antibiotik
9. Selimuti pasien
10. Berikan cairan intravena
11. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi udara
13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
16. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran
mukosa.
c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
Tujuan:
Pain Level, pain control, comfort level.
Kriteria hasil:
4343
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
Rencana Tindakan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
8. hangat/ dingin.
9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
10. Tingkatkan istirahat
11. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
12. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
13. pemberian analgesik pertama kali
4444
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
Tujuan:
- Anxiety Control
- Comfort Level
- Pain Level
- Rest : Extent and Pattern
- Sleep : Extent and Pattern
Kriteria hasil:
- Jumlah jam tidur dalam batas normal
- Pola tidur,kualitas dalam batas normal
- Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal- hal yang meningkatkan tidur
Rencana Tindakan:
1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
2. Jelaskan pentingnya tidur yangadekuat
3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Kolaborasi pemberian obat tidur
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan :
- SelfCare : ADLS
- Toleransi aktivitas
4545
- Konservasi energi
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisiktanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rencana Tindakan:
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
merencanakan pasien progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4646
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitasseperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuatjadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
4747
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal Masuk RS :
10 Maret 2020
Tanggal Pengkajian :
11 Maret 2020
Ruang Perawatan :
Bedah Kleas III
No.RM :
-
Diagnosa Medis :
Hernia Inguinalis
1. Biodata
a.
Identitas Klien
Nama :
An. L
Umur :
10 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Status Perkawinan :
Belum Menikah
Pekerjaan :
Pelajar
Pendidikan Terakhir :
SD Kelas 4
Suku/Bangsa :
Buton/ Indonesia
Alamat : Batauga, kelurahan Maja Pahit, Kecamatan
Batauga, Kabupaten Buton Selatan
4848
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Ld
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp. 2.400.000
Hub. dengan klien : Ayah kandung
Alamat :Batauga, Kelurahan Maja Pahit, Kecamatan
Batauga, kabupaten buton Selatan
Sumber biaya klien : BPJS Keshatan
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ayah klien mengatakan terlihat benjolan dibawah perut
disebalah kanan dekat scrotum kemudian memeriksakan klien
kepuskesmas tanggal 9 Maret 2020, dari puskesmas batauga dirujuk ke
dr. Hasmudin pada tanggal 10 Maret 2020, kemudian dari dr.
Hasmudin dirujuk ke Rumah Sakit Palagimata pada tanggal 11 Maret
2020 untuk dilakukan tindakan operasi.
3. Riwayat kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : Klien Mengatakan nyeri pada Luka operasi
dibawah perut kanan dekat daerah Skrotum
b. Keluhan yang menyertai : klien mengatakan susah bergera
4949
c. Riwayat keluhan utama :
Provocative :
- Klien mengatakan yang menyebabkan gejala
yang dialami saat ini adalah posisi klien.
- Klien mengatakan apabila berbaring menghadap
kekanan menrasakan nyeri.
- Klien mengatakan merubah posisi klien
berbaring untuk menghilangkan nyeri.
Quality :
- Klien mengatakan gejala dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan gejala yang dirasakan
sekarang masih sangat dirasakan.
Regional :
- Gejala yang dirasakan dibagian daerah genetalia
dan sifatnya menetap daerah operasi dibagian
perut kanan bawah.
Saverity :
- Skala nyeri 6 (sedang) dari skala 0 – 10
Timing :
- Gejala dirasakan hilang timbul, apabila klien
merubah posisi tidur akan terasa sakit.
5050
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ayah klien mengatakan klien pernah mengidap penyakit
epilepsi waktu umur 7 tahun dan diobati dikendari selama 2 tahun
rawat jalan, ayah klien mengatakan klien memiliki alergi makanan
apabila mengonsumsi ikan teri, klien tidak memiliki riwayat alergi
pada minuman maupun obat-obatan, ayah klien mengatakan klien
diimunisasi secara lengkap dan tidak pernah mengalami kecelakaan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, ayah klien dan keluarga
mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan, ayah klien dan keluarga mengatakan tidak ada
riwayat anggota kleuarga yang menderita penyakit infeksi, dan
keluarga klien mengatakan akibat anggota kleuarga meninggal yaitu
faktor usia.
5151
Genogram 3 generasi :
10
Keterangan :
= Laki-laki / Perempuan
= Laki-laki / Perempuan meninggal
= Hubungan Perkawinan
= Garis Keturunan
= Klien
= Tinggal Serumah
5252
6. Riwayat Psikologi
Klien mengatakan menerima penyakitnya dan berharap
sembuh dari penyakitnya, klien mengatakan sedih karena penyakitnya,
gaya komunikasi klien baik, dan klien mengatakan penyakitnya
mengganggu aktivitasnya.
7. Riwayat Sosial
Klien dapat berinteraksi dengan lingkungannya, hubungan
klien dengan anggota keluarga sangat bagus, dan hubungan dengan
lingkungannya sangat bagus.
8. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan beribadah namun saat sakit tidak
menjalakan ibadah tetapi klien hanya berdoa agar klien diberikan
kesembuhan, dan klien yakin akan diberikan kesembuhan serta dapat
menjalankan aktivitasny kembali.
9. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Tabel 3.1
Pola Nutris Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
Makanan : 1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi
4. Porsi
5. Yang disukai
Baik Nasi, ikan, sayur
3 kali / hari
Baik Bubur, telur, dan sayur
3 kali / hari
5353
6. Yang tidak disukai 1 porsi dihabiskan 1 porsi dihabiskan 7. Pantangan
8. Alat makan yang digunakan Indomie Tidak ada
9. Perasaan mual/muntah
inuman nsi
han dalam 24 jam
Piring, dan sendok Tidak adada
Tidak ada
Piring dan sendok Tidak ada
Tidak ada
Air putih
Air putih
5-6 gelas
4-5 gelas
1250-1500 ml (1
gelas = 600 cc)
1000-1500 ml (1 gelas
= 600 cc)
b. Pola Eliminasi
10. Kesulitan mengunyah
Minuman :
1. Jenis m
2. Frekue
3. Kebutu
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.2
Pola Eliminasi klien
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
BAB
1. Frekuensi
2. Konsisitensi
3. Bau
4. Warna
5. Kesulitan
BAK 1. Frekuensi
2. Jumlah urine (cc/hari)
3. Pancaran
4. Perasaan setelah BAK
5. Bau
6. Warna
1 kali / hari
Lembek
Khas
Kuning
Tidak ada
selama menjalani
perawatan dirumah
sakit klien belum BAB.
5454
7. Alat bantu 8. Kesulitan
2- 3 kali / hari
± 800- 1000 ml
2-3 kali / hari
± 800- 1000 ml
Baik
Baik
Lega
Lega
Amoniak
Amoniak
Kuning
Kuning
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
5555
c. Pola Istrahat dan Tidur
Tabel 3.3
Pola Istrahat dan Tidur Klien
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur malam 2. Jam tidur siang
3. Jam mudah tidur
4. Jam sulit tidur
5. Lama tidur dalam 24 jam
6. Penyebab tidur terganggu
7. Kebiasaan sebelum tidur
8. Perasaan waktu bangun tidur
9. Masalah tidur
Jam 20.00-05.00 Wita (9 jam) Tidak ada
Jam 20.00 Wita
Tidak ada
± 9 jam / hari
Tidak adak
Nonton Televisi
Segar
Tidak ada
Jam 20.00-05.00 Wita (9 jam) Jam 13.00-15.00 Wita (2 jam)
Jam 20.00 Wita
Tidak ada 9 jam / hari
Tidak adak
Bermain game di HP
Segar
Tidak ada
d. Pola Personal Hygiene
Tabel 3.4
Pola Personal Hygiene Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi 1. Frekuensi
2. Cara Pemenuhan
Cuci rambut 1. Frekuensi
2. Cara pemenuhan
3. Apakah dishampo
2 kali / hari Mandiri
1 kali / hari lap basah Dibantu keluarga
5656
Gosok gigi 1. Frekuensi
3 kali seminggu Mandiri
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Cara pemenuhan Gunting kuku
Shampo
Tidak dilakukan
1. Frekuensi
2 kali / hari 2 kali / hari
Mandiri
Dibantu keluarga
2. Cara pemenuhan
1 kali seminggu
Mandiri
Tidak dilakukan karena
kuku masih pendek.
5757
e. Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik
Tabel 3.5
Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan dalam sehari 2. Kesulitan dalam gerak
3. Penggunaan alat bantu
4. Mandi
5. Berpakaian
6. Berhias
Pelajar Tidak ada
Tidak ada
Mandiri
Mandiri
Tidak berhias
Nampak berbaring Mengalami kesulitan
bergerak
Tidak ada
Dibantu keluarga
Dibantu keluarga
Tidak berhias
f. Pola Kebiasaan
Tabel 3.6
Pola Kebiasaan Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Merokok 2. Minum alkohol 3. Penggunaan obat terlarang
Tidak merokok Tidak minum alkohol
Tidak mengonsumsi obat
Tidak merokok Tidak minum alkohol
Tidak mengonsumsi obat
terlarang.
5858
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Klien :
1) Keadaan umum lemah
2) Penampilan sesuai dengan usia
3) Kebersihan diri terpelihara
4) Tingkat kesadaran Composmentis
5) GCS : 15 (E4, M6, V5)
6) Skala nyeri yang dirasa 6 (sedang).
7) Nampak meringis
b. Tanda- Tanda Vital :
1) Tekanan darah (TD) : 110/ 80 mmHg
2) Nadi (N) : 70 kali/menit
3) Suhu (S) : 370C.
4) Pernapasan (RR) : 20 kali/menit
c. Pemeriksaan Sistem Tubuh (Review of system)
1) Sistem Pernapasan
Inspeksi :Toraks anterior Posterior lateral nampak
simetris tidak terdapat lesi, ICS
nampak simetris antara satu dengan
yang lainnya tidak terdapat retraksi,
menggunakan pernapasan hidung
dengan frekuensi 20 kali/menit.
5959
Palpasi : Nyeri tekan tidak terdapat retraksi,
massa atau benjolan tidak teraba
ekspansi paru anterior superior simetris.
Perkusi : Resonan pada seluruh lapang paru
Auskutasi : Irama napas teratur tidak terdapat bunyi
napas tmabhan
2) Sistem Kardiovskuler
Inspeksi : Lesi tidak ada, tidak terdapat disternsi vena
jugularis
palpasi : Masa atau benjolan tidak teraba, denyut
nadi
perifer
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada edema.
Auskultasi : Irama Reguler
3) Sistem Persarafan
Insperksi : Kesadaran Composmentis, klien dapat
berespon dengan tepat terhadap stimulus yang
diberikan melalui suara dan visual, dan tidak
terdapat kontraktur pada ekstermitas atas
maupun ektermitas bawah.
Palpasi : Tonus otot cukup baik untuk menahan
gravitasi, dan dapat membedakan sensasi
tumpul dan tajam.
6060
4) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Tidak ada pemasangan alat bantu BAK
( kateter)
Palpasi : Blass teraba kosong, tidak ada keluhan sakit
pinggang, tidak ada keluhan pada saat BAK
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
pembesaran ginjal.
5) Sistem Pencernaan
1. Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi
lengkap, tidak terpasang gigi paksu, tidak
terdapat karies, bentuk lidah simetris, tampak
luka operasi 6 cm pada daerah perut kanan
bawah dekat scrotum.
2. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, kulit nampak lembab,
terdapat luka pembedahan post operasi hernia
inguinalis di daerah perut bawah dekat
skrotum.
Palapsi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
pembesaran hepar, dan tidak terdapat
pembesaran asites.
6161
Perkusi : Terdengar bunyi timpani pada kuadran kiri
atas, kuadran kiri bawah, dan kuadran kanan
bawah.
6) Sistem Muskuloskeletal
1. Ekstermitas atas : Terpasang infus RL 20 Tpm
ditangan kanan, tidak nampak pembengkakan dan nyeri
tekan.
2. Ekestermitas bawah : Kedua kaki mampu digerakan
secara baik.
7) Sistem Indra
1) Mata
Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sclera tidak
ikterus, pupil isokor, mata nampak cekung,
tidak terdapat tanda-tanda radang, reaksi
terhadap cahaya bagus.
2) Hidung
Inspeksi : Fungsi penciuman bagus, dan tidak ada secret
3) Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, tidak ada perasaan penuh
pada telinga, dan fungsi pendengaran baik.
4) Wicara
Inspeksi : Klien tidak mengalami gangguan bicara dan
dapat mengungkapkan kata-kata dengan jelas
6262
8) Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak
lengket, distribusi rambut merata, tidak mudah
dicabut, kuku tangan pendek, dan kuku kaki
pendek
Palpasi : Turgor kulit baik, suhu 370C, CRT ≥ 3 detik.
9) Sistem Endoktrin
Inspeksi : Tidak mengalami pembesaran kelenjar
thyroid dan pembesaran kelenjar getah bening.
10) Sistem Imun
Inspeksi : Tidak mengalami alergi terhadap udara,
minuman, obat-obatan, cuaca, debu, tetapi
mengalami alergi terhadap makanan
6363
11. Data Penunjang
Pemerikasaan laboratorium pada tanggal 12 Maret 2020
Tabel 3.7
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Unit Normal Limit
WBC
NEU
LYM
MON
EO
BAS
NEU%
LYM%
MON%
EO%
BAS%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDWsd
10.27
6.80
1.93
1.12
0.26
0.16
66.2
18.8
10.9
2.5
1.6
4.77
12.7
39.1
82.1
26.6
32.4
25.9
1033/µL
1033/µL
1033/µL
1033/µL
1033/µL
1033/µL
%
%
%
%
%
106/µL
g/dL
%
fL
pg
g/dL
fL
5.00
2.00
1.30
0.15
0.00
0.00
40.0
21.0
3.0
0.0
0.0
4.00
11.0
36.0
76.0
27.0
30.0
46.0
11.00
7.50
4.00
0.70
0.50.
0.15
75.0
40.0
7.0
5.0
1.5
6.50
18.0
52.0
96.0
32.0
35.0
59.0
6464
RDWcv
PLT
PCT
MPV
PDWsd
PDWcv
PLCR
PLCC
12.5
372
0.11
3.1
10.9
36.8
13.42
50
%
103/µL
%
fL
fL
%
%
103/µL
0.0
150
8.0
16.0
400
15.0
Golongan Darah : O
12. Penataksanaan Medis
Terapi yang diberikan pada tanggal 12 Maret 2020 sampai dengan 14
Maret 2020.
a. IVFD RL 500 cc pemberian 20 tetes/menit
b. Injeksi Cefotaxime ½ gr/intra vena/12 jam
c. Injeksi Ketorolac ½ amp (15 mg)/intravena/12 jam
d. Injeksi Dexametasone ½ amp (2,5 mg)/intravena/12jam
B. Diagnosa Keperawatan
1. Klasifikasi Data
Tabel 3.8
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
1. Keadaan umum lemah 2. Skala nyeri 6 (sedang) dari skala
6565
2. Klien mengatakan sulit untuk bergerak
3. Klien mengatakan ada bekas luka
operasi didaerah kanan bawah
dekat scrotum
interval 0-10 3. Klien nampak menahan rasa nyeri
4. Tanda-tanda vital
TD : 110/ 80 mmHg, N : 70
kali/menit, S : 370C, RR : 20
kali/menit
5. Klien nampak sulit bergerak
6. Tampak ada luka post operasi 6 cm
6666
2. Analisa Data
Tabel 3.9
Analisa data
No. Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif : 1. Klien mengatakan nyeri pada
daerah luka operasi
Data Subjektif 2. Klien nampak menahan rasa
nyeri
3. Tanda-tanda vital:
TD : 110/ 80 mmHg
N : 70 kali/menit
S : 370C
RR : 20 kali/menit
Insis Pembedahan Nyeri Akut
2. Data Subjektif : 1. Klien mengatakan ada bekas
luka operasi didekat daerah
scrotum
Data objektif : 1. Tampak ada bekas luka operasi
sepanjang 6 cm
Insisi pembedahan Kerusakan
integritas kulit
3. Data Subjektif : 1. Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas
Data Objektif : 1. Klien nampak sulit beraktifitas
Nyeri Hambatan
mobilatas fisik
6767
3. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.10
Perumusan Diagnosa Keperawatan
No
.
Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi
pembedahan (hernioktomy),ditandai
dengan:
Data Subjektif : 1. Klien mengatakan nyeri pada
daerah luka operasi
Data Subjektif 1. Klien nampak menahan rasa nyeri
2. Tanda-tanda vital:
TD : 110/ 80 mmHg
N : 70 kali/menit
S : 370C
RR : 20 kali/menit
12/03/2020 14/03/2020
2. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan
pembendahan ditandai dengan :
Data Subjektif : 1. Klien mengatakan ada bekas luka
operasi didekat daerah scrotum
Data objektif : 1. Tampak ada bekas luka operasi
sepanjang 6 cm
17/07/2017 19/07/2017
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan proses pembendahan post
operasi hernia inguinalis ditandai
dengan :
Data Subjektif : 1. Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas
Data Objektif : 1. Klien nampak sulit beraktifitas
12/03/2020 14/03/2020
68
69
C. Intervensi Keperawatan
Tabel
3.11
Intervensi Keperawtan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Asuhan keperawatam
Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan
insisi pembedahan
(herniotomy),ditandai dengan:
Data Subjektif : 1. Klien mengatakan nyeri pada
daerah luka operasi
Data Subjektif : 1. Klien nampak menahan rasa nyeri
2. Tanda-tanda vital:
TD : 110/ 80 mmHg
N : 70 kali/menit
S : 370C
RR : 20 kali/menit
Tujuan : Setalah dilakukan tindakan
perawatan, klien akan menunjukkan
pengendalian nyeri dalam kurun
waktu 3x24 jam
Kriteria hasil : 1. Klien mengatakan kurang rasa
nyeri atau hilang
2. Ekspresi rileks
3. Skala nyeri 2
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji karakteristik nyeri
3. Ajarkan tekhnik rileksasi
napas dalam
4. Lakukan pemberian terapi
1. Nyeri dapat menyebabkan perubahan tanda-tanda vital
2. Nyeri yang hebat akan mempengaruhi kenyamanan klien
3. Mengurangi nyeri yang
dirasakan
4. Pemberian obat yang tepat
akan mengurangi nyeri
yang dirasakan
2. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tindakan
Tujuan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda-tanda
vital dalam batas normal.
70
pembendahan ditandai dengan :
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan ada bekas luka
operasi didekat daerah scrotum
Data objektif : 1. Tampak ada bekas luka operasi
sepanjang 6 cm
Setelah dilakukan tindakan
perawatan, klien akan menunjukkan
penyembuhan luka dalam kurun
waktu 3x24 jam
Kritria hasil : 1. Tidak ada bekas luka
2. Tidak ada push atau nana
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Bekerja dengan tekhnik
aseptik dan antiseptik
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik
2. Bebas dari tanda-tanda infeksi
3. Agar luka operasi tidak mengalami infeksi
4. Untuk menhan pertumbuhan kuman yang dapat menyababkan infeksi
3. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan proses
pembendahan post operasi hernia
inguinalis ditandai dengan :
Data Subjektif : 1. Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas
Data Objektif : 1. Klien nampak sulit beraktifitas
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3x24
jam diharpakan klien sudah bisa
bergerak atau beraktivitas
Kriteria hasil : 1. Klien dapat merubah posisi
2. Klien dapat berjalan atau
berinteraksi
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Beri posis yang nyaman
3. Anjurkan klien beristirahat
yang cukup
4. Kolaborasi dengan tim medis
tentang terapi yang tepat
1. Perkembangan tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Agar klien merasa lebih nyaman
3. Untuk melaksanakan tirah baring yang cukup
4. Mempercepat penyembuhan klien dan dapat beraktivitas kembali
71
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.12
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 1
No.
DX
Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi keperawatan Paraf
1. Senin
12/03/2020
07.15
07.30
07.45
11.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20
kali/menit.
2. Mengkaji skala nyeri Hasil :
Skala nyeri yang dirasakan 6 ( nyeri sedang)
3. Mengajarkan tekhnik rileksasi napas dalam
Hasil :
Klien mengetahui tekhnik rileksasi napas
dalam.
4. Kolaborasi pemberian obat alagetik
Hasil :
13.20 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri
dengan skala 6
O : Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi
70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 20 kali/menit. Ekspresi
wajah tampak meringis
A : Masalah belum Teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan 4
72
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan
cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai
waktu pemberiannya
2. Senin
12/03/2020
08.00
08.30
10.30
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20
kali/menit.
2. Kaji tanda-tanda infeksi
Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan, push atau nana.
3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan antiseptik Hasil :
Mengganti verban luka sesuai tekhnik
aspeptik dn antiseptik.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
Hasil :
13.25 S : Klien mengatakan tidak ada tanda-
tanda infeksi
O : Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi
70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 20 kali/menit. Tidak tampak tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan, push atau nana
A : Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
73
11.00
3. Senin
12/03/2020
08.00
08.45
11.30
12.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20
kali/menit
2. Beri posisi yang nyaman.
Hasil :
Klien dalam posisi tidur
3. Menganjur istrahat yang cukup
Hasil :
Klien berbaring ditempat tidur
4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan
Hasil :
Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi
sedikit
13.30 S : Klien mengatakan belum bisa berjalan
O :
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi
70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 20 kali/menit.
Rubah posisi tidur
Berbaring A :
Masalalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
74
Tabel 3.13
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 2
No.
DX
Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi keperawatan Paraf
1. selasa
12/03/2020
07.15
07.30
07.45
11.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22
kali/menit.
2. Mengkaji skala nyeri
Hasil :
Skala nyeri yang dirasakan 4 ( nyeri sedang)
4.Kolaborasi pemberian obat alagetik
Hasil :
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan
cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai
waktu pemberiannya
13.20 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri
dengan skala 4
O : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 22 kali/menit.
Skala nyeri 4
Melaksanakan tekhnik rileksasi napas
dalam
A : Masalah belum Teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2, dan 4
75
2. selasa
13/03/2020
08.00
08.45
10.20
11.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22
kali/menit.
2. Kaji tanda-tanda infeksi
Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan, push atau nana.
3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan antiseptik
Hasil :
Mengganti verban luka sesuai tekhnik
aspeptik dn antiseptik.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
Hasil :
13.25 S : Klien mengatakan tidak ada tanda-
tanda infeksi
O : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 22 kali/menit. Tidak tampak tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan, push atau nana
A : Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
3. Selasa
13/03/2020
08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78
13.30 S : Klien mengatakan belum bisa berjalan
76
08.30
11.00
12.00
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22
kali/menit
2. Beri posisi yang nyaman.
Hasil :
Klien dalam posisi tidur
3. Menganjur istrahat yang cukup
Hasil :
Klien berbaring ditempat tidur
4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan
Hasil :
Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi
sedikit
O : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Pernapasan 22 kali/menit.
Rubah posisi tidur
Berbaring
A : Masalalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4
77
Tabel 3.14
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 3
No.
DX
Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi
keperawatan
Paraf
1. Rabu 14/03/2020
07.15
07.30
07.45
11.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20
kali/menit.
2. Mengkaji skala nyeri
Hasil :
Skala nyeri yang dirasakan 2 ( nyeri ringan)
4.Kolaborasi pemberian obat alagetik
Hasil :
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan
cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai
waktu pemberiannya
13.20 S : Klien
mengatakan
masih merasa
nyeri dengan
skala 4
O : Tekanan
darah 120/80
mmHg, Nadi
74 kali/menit,
Suhu, 37,50C,
dan
Pernapasan
20 kali/menit.
Skala nyeri 2
Melaksanakan
tekhnik
rileksasi
napas dalam
78
A : Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi
2. Rabu 14/03/2020
08.00
08.50
10.45
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20
kali/menit.
2. Kaji tanda-tanda infeksi Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan, push atau nana.
3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan
antiseptik
Hasil :
Mengganti verban luka sesuai tekhnik
13.25 S : Klien
mengatakan
tidak ada
tanda-tanda
infeksi
O :
Tekanan
darah 120/80
mmHg, Nadi
74 kali/menit,
Suhu, 37,50C,
dan
Pernapasan
20 kali/menit. Tidak tampak
tanda-tanda
79
12.00
aspeptik dn antiseptik.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
Hasil :
infeksi seperti
kemerahan,
push atau
nana
A :
Masalah
teratasi
P :
Hentikan
intervensi
3. Rabu 14/03/2020
08.00
09.00
10.00
1. Mengkaji tanda-tanda vital Hasil :
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20
kali/menit
2. Beri posisi yang nyaman.
Hasil :
Klien dalam posisi tidur
3. Menganjur istrahat yang cukup
Hasil :
Klien berbaring ditempat tidur
4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan
13.30 S : Klien
mengatakan
belum bisa
berjalan
O : Tekanan
darah 120/80
mmHg, Nadi
78 kali/menit,
Suhu, 370C,
dan
Pernapasan
22 kali/menit.
80
12.00
Hasil :
Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi
sedikit
Rubah posisi
tidur
Berbaring A :
Masalalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi
8181
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan proses keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dari
tanggal 12 Maret 2020 sampai dengan tanggal 14 Maret 2020 pada klien An. L
dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi Hernia Inguinalis. Adapun
proses keperawatan yang dilaksanakan meliputi:
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian menurut teori yaitu keluhan utama klien post
herniotomy adalah merasakan nyeri daerah operasi. Selain itu, ada
beberapa tanda dan gejala kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada
beberapa klien dengan hernia inguinalis seperti hal rentan skala nyeri yang
berbeda-beda setiap klien dimana pada teori klien yang mengalami nyeri
hernia inguinalis dapat merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10.
Sedangkan gejala yang tampak pada klien An. L yaitu merasa sakit
dan nyeri pada bagian perut kanan bawah dekat skrotum, nyeri pada luka
operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit, dan hambatan mobilitas
fisik.
Jadi dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa kensenjangan antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.
B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis, ada lima
diagnosa keperawatan, yaitu :
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
8282
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,
2011).
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus
dengan klien An. L ditemukan tiga diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan (hernioktomy).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan
pembendahan.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Berdasarkan uaraian tersebut pada diagnosa keperawatan
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus,
hal ini disebabkab karena perkembangan penyakit dan sikap tanggap
klien terhadap penyakitnya untuk segera mendapat penanganan.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan disusun setelah merumuskan diagnosa keperawatan,
pada tahap keperawatan ini penulis memperioritaskan masalah
keperawatan terlebih dahulu dan penulis merumuskan tujuan dan kriteria
hasil dalam setiap diagnosa keperawatannya.
Intervensi keperawatan yang diterapkan pada klien An. L disusun
berdasarkan prioritas masalah yang berupa :
8383
a. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan insisi
pembedahan.
Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,
diharapkan nyeri klien berkuran atau hilang.
b. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan tindakan pembendahan.
Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,
diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
c. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri.
Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,
diharapkan klien bisa beraktivitas kembali.
Dalam merumuskan intervensi keperawatan pada klien An. L
penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti, karena penyusunan
dibantu dengan berbagai sumber referensi buku, artikel, serta bimbingan
perawat ruangan.
D. Implementasi Keperawatan
Dalam tahap implementasi keperawatan pada klien An. L, penulis
berupaya melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan atas rencana
tindakan yang telah dibuat.
Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak
mengalami kesulitan yang berarti karena telah mengikuti alur pada rencana
keperawatan yang telah disusun sebelumnya, dan adanya kerjasama antara
8484
klien, keluarga, dan perawat ruangan dengan penulis cukup baik sehingga
pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien An. L dapat
dilaksanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai kemajuan / kemunduran kondisi kesehatan
klien setelah dilakukan asuhan keperawatan.
Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala.
Kondisi kesehatan klien selama menjalani perawatan berangsur-angsur
membaik. Dari masalah keperawatan yang ditemukan pada klien An. L,
semua diagnosa keperawatan teratasi dengan baik yaitu nyeri akut,
kerusakan integritas kulit, dan hambatan mobilitas fisik.
Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan
adalah klien dan keluarga tersebut kooperatif, mulai dari pengkajian
sampai dengan tahap evaluasi. Disamping itu pula, kerjasama dan
penerimaan yang sangat baik dengan petugas kesehatan lainnya khususnya
perawat yang ada di ruang perawatan bedah tempat dimana kasus ini
dibuat.
8585
BAB V PENUTUP
Setelah penulis melaksanakan penelitian dengan pendekatan proses
keperawatan pada klien An. L dengna gangguan sistem pencernaan “Post Operasi
Hernia Inguinalis” di Ruang perawatan Bedah Kelas III RUMAH SAKIT
PALAGIMATA dan dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai,
menunjukkan bahwa:
A. Kesimpulan
Pengkajian menurut teori yaitu keluhan utama klien post
herniotomy adalah merasakan nyeri daerah operasi. Selain itu, ada
beberapa tanda dan gejala kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada
beberapa klien dengan hernia inguinalis seperti hal rentan skala nyeri yang
berbeda-beda setiap klien dimana pada teori klien yang mengalami nyeri
hernia inguinalis dapat merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10.
Sedangkan gejala yang tampak pada klien An. L yaitu merasa sakit
dan nyeri pada bagian perut kanan bawah dekat skrotum, nyeri pada luka
operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit, dan hambatan mobilitas
fisik.
Jadi dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa kensenjangan antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis,
ada lima diagnosa keperawatan, yaitu :
8686
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,
2011).
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan
klien An. L ditemukan tiga diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan (hernioktomy).
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan
pembendahan.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Berdasarkan uaraian tersebut pada diagnosa keperawatan
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus, hal
ini disebabkab karena perkembangan penyakit dan sikap tanggap klien
terhadap penyakitnya untuk segera mendapat penanganan.
1. Dari hasil pengkajian An. L didapatkan data yang menunjang untuk
mengarah pada diagnosa keperawatan dengan data pada pengkajian
yang diperoleh langsung melalui klien maupun keluarga klien,
pengamatan langsung, membaca catatan medik dan catatan
keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
8787
2. Dalam konsep tinjauan teori tidak semua diagnosa keperawatan
ditemukan dalam kasus nyata, hanya tiga diagnosa keperawatan yang
muncul. Hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien saat pengkajian.
3. Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh
penulis pada pengelolaan klien karena situasi dan kondisi klien serta
kebijakan dari instansi rumah sakit.
4. Terdapat beberapa implementasi yang belum bisa penulis lakukan
secara langsung pada klien An. L, dalam melakukan implementasi
selama 3x24 jam penulis bekerja sama dengan melibatkan keluarga
dan perwat ruangan.
5. Dalan evaluasi keperawatan menunjukkan ketiga diagnosa
keperawatan yang ditemukan dalam kasus agar teratasi dengan baik
yaitu nyeri akut, kerusakan integritas kulit, dan hambatan mobilitas
fisik.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
An. L di Ruang Perawtatan Bedah Kelas III dan kesimpulan yang penulis
susun, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien diharapkan kerja
sama dari petugas rumah sakit untuk melanjutkan intervensi yang telah
dilaksanakan sesuai dengan kondisi klien.
2. Dalam mengumpulkan data sebaiknya mengguanakan cara dan sumber
informasi berupa tekhnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi
8888
yang didokumentasikan agar dapat dikumpul secra akurat dan
komprehensif.
3. Dalam menyusun intervensi keperawatan sebaiknya disesuaikan
dengan diagnosa keperawtan yang ditemukan dan disesuaikan dnegan
kondisi klien.
4. Dalam melaksanakan implementasi keperawatan, tidak harus sesuai
dengan apa yang terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan klien serta menyesuaikan dengan
kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien yang menjalani
perawatan harus dilakukan secara komprehensif.
8989
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara(i)
di-
Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa RPL Kemenkes Kendari,
maka dengan ini saya akan melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawtan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post Operasi Hernia
Inguinalis di Ruang Perawatan penyakit Bedah RUMAH SAKIT PALAGIMATA,”.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i)
untuk nenjawab pertanyaan yang saya sebutkan dengan kejujuran dan apa adanya
tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban
saudara dan identitas saudara.
Demikian permohonan ini atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara(i) saya
ucapkan terima kasih.
Penulis
(zumana)
9090
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah diberikan penjelasan oleh penulis tentang tujuan penelitian untuk
memberikan pengalaman nyata kepada penulis dalam menerapkan pengetahuan
dan keterampilan Asuhan di Ruang Penyakit Bedah BLUD RS PALAGI MATA
kota Baubau, secara langsung dan komperensif meliputi aspek bio, sosial, dan
spiritual, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia menjadi responden dan untuk membantu dan berperan serta
demi kelancaran penelitian tersebut.
Responden,
TTD
(........................................)
9191
DAFTAR
PUSTAKA
Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nanda. 2013. Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC. Erfandi, (2009). Pengetahuan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19 Pengetahuan-
dan-faktor- faktor-yang-mempengaruhi
Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Rekam Medik RSUD Kota Baubau 2017. Registrasi Data Penyakit
Hernia
Inguinalis. Baubau
https://www.scribd.com/doc/1141042273/Hern
ia- Inguinal#download&from_embed diakses
08 Juli 2017
9292
http// gejalahernia.com/gejala-hernia-inguinalis/ diakses 08
Juli 2017 www.alodokter.com/hernia-inguinalis diakses 07
Juli 2017. http://askep-kesehatan.jurnalkesehatan.com
diakses 10 Juli 2017. http://askep-kesehatan.jurnalkesehatan
diakses 10 Juli 2017.
9393
9494