Upload
zackyatul-miskiyah
View
93
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah nutrisi lingkungan hidup jamur
Citation preview
TANAMAN PANGAN, TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN BUAH
MAKALAHuntuk memenuhi tugas matakuliah Botani Ekonomi
yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd. dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.si., M.si
Oleh Kelompok 1 :
Annisa Marifatul Jannah (130342615345)Nindya Ulfa Wardani (130342603493)Saekur Mutaslimah (130342615348)
Zakiyatul Miskiyah (130342615320)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGIAgustus 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kehidupan makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan sekitar, terlebih
mikroorganisme dan jamur. Jamur hidup secara heterotrof dengan jalan
menguraikan sampah organic ( saprofit ), ada juga yang “mengambil” senyawa
organic dari tubuh mahkluk hidup lainnya (parasit ), ataupun hidup bersama
dengan organisme lain ( simbiosis ). Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat
menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l,
sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari
organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi
kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik.
Oleh karena itu, jamur mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekelilingnya. Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan jamur dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini
dikarenakan, mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan
untuk menunjang pertumbuhan optimumnya. Salah satu faktor lingkungan yang
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu faktor suhu, temperatur dan
faktor kimia.
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar untuk
memperoleh nutrisi, demikian juga jamur. Satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah dengan cara menyesuaikan diri
(adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian organisme terhadap
faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara,
tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk
morfologi serta sifat-sifat fisiologik secara turun menurun. Berdasarkan hal
tersebut, untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai nutrisi dan
lingkungan hidup jamur maka dilakukanlah penulisan makalah ini.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka hal-hal yang dapat dijadikan rumusan
masalah yaitu:
1. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pembentukan spora jamur?
2. Bagaimanakah mekanisme penyebaran spora jamur?
3. Apa saja nutrisi ang diperlukan jamur?
4. Bagaimanakah mekanisme pencernaan nutrisi jamur?
5. Bagaimanakah lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh jamur?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujan dari penulisan makalah
adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pembentukan
spora jamur.
2. Menjelaskan mekanisme penyebaran spora jamur.
3. Menjelakan nutrisi ang diperlukan jamur.
4. Menjelaskan mekanisme pencernaan nutrisi jamur.
5. Menjelaskan lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh jamur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jamur dan Faktor yang mempengaruhi pembentukan Jamur
Perkataan “fungi” (tunggal : fungus) diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi “jamur”. Sedangkan yang dimaksud dengan “cendawan”
(toadstool; mushroom) adalah jamur yang tergolong kepada suku “Agaricaceae”
saja (Rifai, 1979 dalam Mardinus, 2006). Jamur adalah organisme yang relatif
kecil, biasanya mikroskopik, umumnya berbentuk filamen tabung, eukariotik,
heterotrofik dan umumnya berproduksi dengan spora. Jamur bersifat heterotrofik
karena jamur mengonsumsi bahan organik dan tidak memiliki zat hijau daun.
Jamur dapat hidup secara parasit, saprofit dan simbion. Parasit yaitu
menyerap nutrisi dari inang yang ditumpanginya. Saprofit adalah jamur yang
dapat hidup pada bahan organik yang mati.
Jamur mudah dikenali apabila telah membentuk alat
perkembangbiakannya yaitu spora. Semangun (1996) menyatakan jamur adalah
organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukaryotic), biasanya berbentuk benang,
bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa,
atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan membentuk
beberapa macam spora. Heterotrofik yaitu organisme yang memerlukan senyawa
organik baik dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan dan
ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang
hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati dinamakan saprofit,
sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup
dinamakan parasit (Mardinus, 2006).
Pada umumnya, jamur memiliki 3 karakteristik utama, yaitu (1) eukariotik, (2)
menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya, dan (3) heterotrof.
Sebagai tambahan, jamur membutuhkan tempat yang lembab dan hangat agar
dapat tumbuh. Oleh karena itu, jamur banyak ditemukan di makanan yang
lembab, di dasar kulit batang pohon, di dasar lantai hutan, serta di lantai kamar
mandi yang lembab. Oleh karena bersifat heterotrof, secara ekologi jamur sangat
penting karena berperan sebagai pengurai dan ikut andil dalam daur nutrisi yang
ada di tanah (Subahari, 2008).
Peltzar dan Chan (2005) menjelaskan bahwa fungi atau cendawan merupakan
organisme heterotrofik dimana mereka memerlukan senyawa organik untuk
nutrisinya. Ada yang hidup sebagai saprofit yaitu menghancurkan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang kompleks, kemudian menguraikannya menjadi zat
kimia yang sederhana, dan kemudian mengembalikannya ke dalam tanah, dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya, jadi sangat menguntungkan bagi
manusia.
Menurut Darnetty (2005) dalam Mardinus (2006) menyatakan definisi jamur
yang lebih mendekati kebenarannya adalah organisme eukaryotik (mempunyai
inti sejati), tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora struktur somatik atau
talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filamen atau benang-
benang bercabang (multiseluler), berkembang biak secara aseksual dan seksual,
dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa ataun keduanya.
Mardinus (2006) menyatakan sebagian besar jamur berkembang biak dengan
spora. Spora adalah tubuh reproduksi atau pembiakan yang terspesialisasi terdiri
atas satu atau beberapa bagian sel. Spora mungkin dibentuk secara aseksual
(melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi, spora
tanpa melibatkan kariogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses seksual.
Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam
spora. Yudianto (1992) menyatakan bahwa perkembangbiakan vegetatif jamur
dapat berlangsung dengan cara fragmentasi, membelah diri, bertunas, spora
kembara, dan konidiospora. Sedangkan secara generatif, yaitu melalui perkawinan
yang dilakukan oleh dua jenis hifa yang berbeda, yang menghasilkan peleburan
dua gamet/sel. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan sehingga
hifa yang dapat kawin, sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa positif (+) dan
hifa negatif (-). Dalam pengelompokan kelas jamur, perlu diperhatikan adalah
bentuk fase vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifanyaa, mengalami ada
tidaknya perkembangan generatif dan tipe-tipe tubuh buahnya.
Spora fungi mempunyai berbagai bentuk dan ukuranm dan dapat dihasilkan
secara seksual atau secara aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme
uniseluler, akan tetapi ada juga spora yang multiseluler. Spora yang dihasilkan di
dalam, atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan
memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon dirinya dengan
menghasilkan banyak spora secara aseksual. Spora-spora ini dapat terbawa angin,
dan berkecambah jika menemukan tempat permukaan yang sesuai (Campbell, et
al., 2003).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan spora jamur
Pada umumnya pembentukan spora jamur dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan
substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-
senyawa kimia dilingkungannya (Ganjar, 2006).
a. Nutrisi dalam substrat
Pertumbuhan Jamur sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien
dalam medium dan kondisi fisik. Laju pertumbuhan dan frekuensi pembelahan
tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan sekitar tempat jamur tumbuh dan
berkemang. Tidak semua media mampu di jadikan seagai tempat berkembang iak
jamur. Keberadaan nutrisi yang terpenuhi dalam substrat sangat menentukan
keberadaan jamur untuk proses pembentukan spora. Substrat merupakan sumber
nutrien utama bagi fungi/Jamur. Untuk menumbuhkan dan mengembang biakan
mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut media. Media dapat dibuat dari
bahan alam seperti toge, kentang, wortel, daging, telur, susu ataupun dari bahan
buatan yaitu senyawaan kimia organik atau anorganik. Nutrien-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai
komposisi subtrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien
dalam substrat tersebut. Berbagai macam faktor mampu mempengarui
pertumbuan jamur.
Perbedaan konsenrasi nutrisi pada sebuah medium mempengaruhi proses
pembentukan spora jamur untuk bereproduksi (Klebs,1900). Sebagian besar
kelompok jamur mampu bekerja optimum untuk pementukan spora ketika asupan
makanan dan nutrisinya terpenui. Namun, klebs menemukan bahwa pembiakan
dari Saprolengia Mixta mampu memproduksi spora dalam beberapa ari meskipun
asupan makanan tidak mencukupi.
Salah satu komponen utama dalam medium yang sangat penting
adalah sumber nitrogen, yang digunakan oleh bakteri untuk sintesis protein, asam
amino, purin, pirimidin, DNA dan RNA . Nitrogen berperan dalam
pembentukan biomassa sel pada fase pertumbuhan dan pembentukan
metabolit sekunder khususnya antibiotik golongan peptide.
Sumber nitrogen juga berpengaruh terhadap sporulasi dan hasil metabolit
primer atau sekunder dari suatu bakteri. Beberapa asam amino seperti asam
aspartat, asam glutamat, alanin serta ion Mg 2+ ,Mn 2+ ,Zn 2+ dan Ca 2+
dalam konsentrasi yang cukup dapat memacu pertumbuhan
Sumber nitrogen mampu mempengarui pembentukan spora seperti yang di
alami oleh Pyllosticta Solitaria. Keberadaan nitrogen ini di utukan oleh jamur
sebagai asupan nutrisi untuk pembentukan spora. Kebanyakan nitrogen nitrat yang
di gunakan untuk proses pembentukan spora pada jamur. Beberapa tipe jamur
menggunakan senyawa nitrogen anorganik dan yang lain membutuhkan nitrogen
dalam bentuk senyawa nitrogen organik.
Karbon juga merupakan salah satu faktor yang di butukan untuk
pembentukan spora. Pada beberapa kelompok jamur mampu berkembang dengan
baik dengan tersedianya karbon, namun ada pula beberapa kelompok jamur yang
tidak mampu mengasilkan perumbuan yang maksimal dengan ketersediaanya
karbon. Adapun kelompok jamur yang biasanya mampu melakukan pembentukan
spora dengan baik adala aspergillus nigre.
b. Kemampuan sporulasi
Keidupan dari fungi biasanya memiliki waktu hidup yang pendek. Fungi
secara berkelanjutan mampu melakukan reproduksi secara seksual maupun
aseksual. Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar nutrisi
dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen.
Kemampuan sporulasi jamur sangat tergantung terhadap kondisi
lingkungan. Adapun yang menjadi patokan dalam kemampuan jamur untuk
melakukan pembentukan spora adala suhu, nutrisi, cahaya, Aerasi, dan
ketersediaan air.
Jamur mampu melakukan sporulasi ketika suhu di sekitar lingkungan
hidupnya terpenuhi. Beberapa jamur mampu hidup di suhu tinggi meskipun
terbatas. Seperti podaxis, battarrea, dan phellorina. Klebs (1900) membagi
rentangan suhu yang mampu di gunakan jamur untuk tumbuh optimum dalam
proses sporulasi.
Tabel 2.1 Tempratur minimal dan maksimal untuk pertumbuhan dan sporulasi
berbagai macam fungi (Klebs, 1900).
Jamur Pertumbuhan Spora aseksual Spora seksual
Min. Max. Min. Max. Min. Max.
Aspergillus r -8 37-38 8-9 35-36 --- 33-34
Sporidinia g 1-2 31-32 5-6? 29-30 5-6 27-28
Pilobolus
microsprus
2-4 33-34 10-12 28-30 --- ---
Saprolegnia
mixta
0-1 36-37 1-2 31-33 1-2 26-27
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi
dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Secara umum
pertumbuhan untuk kebanyakan fungi adalah sekitar 25 – 30 0C. Beberapa jenis
fungi bersifat psikrotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada
fungi yang masih bisa tumbuh secara lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan,
misalnya -5 0C sampai -10 0C. Selain itu, ada jamur yang bersifat termofilik yakni
mampu tumbuh pada suhu tinggi.km Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan
suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu atau
termotoleran dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi
peningkatan suhu, karena metabolisme funginya.
Suhu memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan maupun
pembentukan metabolit. Peningkatan suhu 10˚C pada saat pertumbuhan
dapat meningkatkan kecepatan tumbuh dua kali lipat. Peningkatan suhu diatas
optimum dapat mengakibatkan penurunan dan kematian sel. Suhu juga
berpengaruh terhadap proses produksi. Suhu yang tinggi dapat membatasi
suatu produksi karena dapat mengakibatkan pemutusan ikatan ion dan
hidrogen pada struktur stabil enzim yang berakibat terjadinya denaturasi
c. Cahaya
Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nm relatif
berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap
sporulasi Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur cukup kompleks.
Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan sinar yang berbeda.
Intensitas, durasi, kualitas cahaya menentukan besarnya pengaruh cahaya
terhadap jamur. Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor
penghambat terhadap pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora
pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase
tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda
di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh
spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi
gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya. Cahaya
hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari spesies Basidiomycetes
Lentinus tuber-regium . Menurut Landecker (1982) jamur dapat dibagi
menjadi 5 (lima) kelompok didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : (1)
kelompok yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya; (2) kelompok yang
sporulasinya mengalami penurunan atau terhalang oleh paparan cahaya; (3)
kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang dan gelap
untuk proses sporulasi; (4) kelompok yang dapat memproduksi spora fertil
pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif pada kondisi banyak
sinar; (5) kelompok yang memerlukan sinar yang cukup untuk memproduksi
struktur reproduktif dan spora-spora.
d. Pengaruh CO2
Pengaruh CO2 terhadap penyebaran spora fungi memiliki andil yang
cukup penting. Karbon dioksida digunakan fungi untuk respirasi dan
metabolisme tubuhnya. Kebanyakan (dan barangkali semua) organisme yang
bergantung pada sumber-sumber karbon organik memerlukan CO2 pula
sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa ini
digunakan dalam beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO2
biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak oleh organisme yang menggunakan
senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi melalui
metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian,
peniadaan CO2 sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada media organik, dan beberapa bakteri dan
cendawan memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif tinggi di dalam atmosfer
(5-10 %) untuk pertumbuhan yang memadai dalam media organik.
e. Kelembaban
Pada umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembaban nisbi
90%,dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembaban yang lebih rendah
yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada kelembaban pada 70%,
misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A. flafus. pertumbuhan jamur dapat
berlangsung dengan kelembaban minimal 70%, walaupun beberapa jamur dapat
tumbuh dengan sangat lambat pada kelembaban
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi
tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
banyak Hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih
rendah, yaitu 80%. Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan
pangan dan materi lainnya dapat mencegah kerusakannya.
2.2 Penyebaran spora jamur
Pertumbuhan dan reproduksi
Sifat umum jamur :
1. Parasit obligat meruapkan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup misalnya:
khamir yang menginfaksi paru-paru pada penderiata AIDS.
2. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan
inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang
yang sesuai.
3. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanan dari organisme yang talah
mati seperti kayu tumbang dan buah yang jatuh. Sebagian besar jamur
saprofit mengeluarkan enzim hidrosale pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu hifa juga langsung
menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang
dikeluarkan oleh inangnya.
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetaatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-
beda bentuk dan ukurannya,biasanya uniseluler tetapi ada pula yang multiseluler.
Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi
sejumlah besar spora aseksual. Spora di aseksual dapat terbawa air atau angin.
Bila mendapatkan tempat yang cocok maka spora akan berkecambah dan tumbuh
menjadi jamur dewasa. Pelepasan atau pembebasan spora dari struktur
reproduktifnya dapat melalui, pelepasan spora karena tekanan internal, motilitass
seperti pada zoospora aquatic (Phycomycetes), dan pengaruh eksternal dari
lingkungan. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gemetangium
dan konjugasi. Kontak gemetangium mengakibatkan terjadinya singami yaitu
persatuan sel dari dua individu.
Macam - macam spora aseksual adalah sebagai berikut :
1. Konidiospora atau konidium; dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
2. Sporangiospora, spora bersel satu yang terbentuk di dalam sporangium di
ujung sporangiosfor. Sporangiospora dibagi menjadi dua yaitu aplanospora
dan zoospora.
Aplanospora adalah sporagiospora yang tidak bergerak
zoospora adalah sporangiospora yang bergerak dengan
menggunakan flagel
3. Oidium atau artospora, spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya
sel – sel hifa.
4. Klamidospora, spora bersel satu yang berdinding tebal terbentuk dari sel –
sel hifa somatidan sangat rentan terhadap kondisi lingkungan yang buruk.
5. Blastospora atau hifa vegetatif, yaitu tunas atau kuncup pada sel – sel
khamir.
Gambar 1. Macam-macam spora aseksual jamur
Spora seksual dihasilkan dari peleburan dua inti, jarang terbentuk dan
dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Macam –
macam spora aseksual adalah sebagai berikut :
1. Asksospora, spora bersel satu yang terbentuk di dalam askus,
umumnya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2. Basidiospora, spora bersel satu yang terdapat di atas basidium
3. Oospora; spora yang terbentuk di dalam struktur sel betina khusus
(oogonium). Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa
oosfer. Oosfer adalah pembuahan sel telur oleh gamet jangan yang
menghasilkan oospora.
4. Zyggospora, merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk
dari ujung-ujung dua hifa yang serasi dinamakangametangia
Gambar 2. Macam-macam spora seksual jamur
Penyebaran spora jamur :
Banyak jamur tidak mempunyai metode spesial untuk pembebasan spora.
Pembebasan spora terdiri atas faktor fisik dan biologis Penyebaran spora jamur
dapat melalui agensi-agensi seperti angin,air,burung, serangga,hewan lain,dan
manusia. Jamur disebarkan dalam bentuk spora. Penyebaran spora pada hampir
semua jamur berlangsung secara pasif. Angin merupakan agensia penyebaran
spora yang paling penting dari sebagian jamur serta angin dapat membawa spora
dengan jarak yang jauh. Spora pada sorus akan dilepaskan oleh angin menuju
tanaman inang. Banyak moniliales yang memproduksi conidia kering bergantung
pada angin untuk melepaskan conidia pada conidiophores.
Penyebaran zoospora dari fungi aquatic yang menggunakan flagel atau
penyebarannya lebih luas melaui air. Zoospora yang motil merupakan jamur
parasait, contohnya adalah Phytophthora infestans. Insekta merupakan agen
penting lainnya dalam penyebaran spora jamur. Insekta tertarik pada spora jamr
keran bau, warna, dan makanan pada spora atau insekta mungkin spora terbawa
dengan cara menempel pada bagian eksternal dari badan insekta. Contoh jamur
yang sporanya disebarkan oleh insekta adalah, Claviseps purpurea yang
menghasilkan cairan manis, dan memancarkan bau yang menarik perhatian
insekta.jamur stinkhorn memproduksi spora yang memiliki bau busuk yang sering
dihinggapi oleh lalat. Ceratostomella spp memproduksi spora dengan cairan
lengket sehingga dapat menempel pada kumbang kayu, kumbang tersebut
merupakan agen utama penyebaran spora. Hubungan simbiotik antara spesies
Septobasidium dan serangga dengan skala adapatasi tinggi untuk penyebaran
spora. Ada pula fungi yang membentuk lapisan pada tubuh insekta, beberapa
spora tersebut parasit dan lainnya tidak. Serangga betina yang tidak terinfeksi oleh
jamur dapat menhasilkan keturunan, banyak jamur yang berada permukaan
bersporulasi pada saat sporulasi sehingga serangga muda menjadi terinfeksi.
Serangga muda yang terinfeksi juga bertanggung jawab untuk penyebaran jamur.
Penyebaran spora yang unik terjadi pada tuberales, yang tubuh buahnya
seluruhnya berada di bawah tanah. Tidak ada cara untuk membawa spora ke udara
untuk penyebaran. Tubuh buah ini, yang mengeluarkan bau, yang digali dan
dimakan oleh tikus. Dalam proses ini, potongan buah dan spora yang jatuh dengan
terjadi penyebaran.
2.3 Nutrisi dan lingkungan hidup jamur
Berdasarkan sumber nutrisi yang diserapnya, jamur diklasifikasikan
menjadi 2 kategori yaitu saprofit dan parasit. Saprofit tumbuh pada bahan organik
mati. Dan parasit hidup pada zat hidup untuk mendapatkan makanan dari
inangnya. Kehadiran parasit dapat mengakibatkan kondisi abnormal pada
inangnya yang disebut penyakit (Vasishta & Sinha,2007).
Jamur mengadakan kontak langsung dengan lingkungan yang
mengandung nutrisi. Molekul yang lebih sederhana (seperti gula sederhana dan
asam amino) berupa lapisan tipis pada hypa dapat langsung diserap. Polimer yang
lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus diproses lebih dahulu
sebelum digunakan.
Molekul yang terlalu besar untuk dapat diserap akan dihancurkan oleh
enzim ekstraseluler. Sebagian besar nutrisi memasuki sel fungi dengan sistem
transport khusus. Banyak faktor seperti pH, temperatur, mineral yang dapat
mempengaruhi penyerapan nutrisi (Moore, 1982).
Mekanisme jamur mendegredasi lignin hanya sedikit diketahui.
Kemungkinan enzim ekstraseluler diproduksi oleh jamur yang mengoksidasi
cincin aromatic dan rantai alifatik untuk menghasilkan produk dengan berat
molekul rendah. Menurut Sopko (1967) dalam Garraway and Evans (1984)
mencatat bahwa sejumlah enzim pendegredasi lignin dihasilkan oleh Pleurotus
ostreatus.
Hampir semua micellium fungi terbentuk oleh elemen non logam seperti
karbon, nitrogen, hydrogen dan oksigen yang digunakan untuk membentuk
dinding sel jamur, dan semua elemen tersebut memiliki fungsi penting terhadap
kelangsungan metabolisme di protoplasma. Hidrogen diperoleh dari air atau
ketika senyawa organik dimetabolisme. Oksigen diperoleh dari atmosfer selama
respirasi.
Karbon. Sekitar separuh dari berat kering sel jamur terdiri dari karbon,
yang menjadi indikasi pentingnya unsur karbon pada dinding sel. Karbon tersedia
dalam jumlah besar dibanding unsur lainnya. Senyawa organik digunakan sebagai
bahan penyusun struktur dan menyediakan energi untuk sel. Jamur dapat
menggunakan berbagai bahan organik atau CO2 sebagai sumber karbon. Sumber
bahan organik yang dapat digunakan termasuk karbohidrat (mono-, di-, oligo- dan
polisakarida) serta asam organik. Karbohidrat merupakan bahan organik
terpenting. Setiap jamur memiliki kemampuan yang berbeda untuk dapat
menggunakan sumber karbon yang berbeda, sehingga mempengaruhi kandungan
nutrisinya.
Monosakarida dan turunannya. Monosakarida adalah gula sederhana yang
memiliki 5 atau 6 atom karbon. Gula yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
adalah D-glukosa. Banyak jamur dapat tumbuh baik dengan adanya D-fruktosa
dan D- mannosa. D-galaktosa digunakan sebagian besar fungi, tetapi sedikit dari
fungi tersebut tumbuh sebaik pada D-glukosa atau D-galaktosa. Glukosa dapat
memberikan pertumbuhan maksimum bagi jamur, karena glukosa lebih mudah
diubah menjadi suatu fosforilasi derivative yang dapat masuk ke system respirasi
pathway.Gula alkohol seperti sorbitol, gliserol dan mannitol tersedia di alam,
dapat juga digunakan sebagai sumber karbon.
Disakarida dan polisakarida. Gula sederhana atau turunannya dapat
digabung menjadi suatu kompleks ikatan rantai polimer. Unit-unit yang sama dari
gula dapat membentuk 2 jenis polimer yang berbeda pada konfigurasinya (alpa
atau beta) pada ikatan glikosida. Jika polimer terdiri dari 2 jenis monomer yang
berbeda, disebut disakarida dan polimer yang lebih panjang adalah polisakarida.
Disakarida dan polisakarida merupakan sumber karbon penting di alam.
Dalam penggunaan keduanya, fungi harus menghasilkan enzim pengurai
ekstraseluler yang akan memutuskan ikatan glikosida antar monomer. Setelah
gula atau turunannya diurai, jamur dapat menyerap dan menggunakan gula
sederhana tersebut. Kemampuan jamur untuk dapat menggunakan senyawa ini
bergantung pada: kemampuan untuk menguraikan dan kemampuan untuk
menyerap gula sederhana. Suatu jamur yang mampu menghidrolisis polimer
biasanya mampu memanfaatkan monomernya dalam bentuk bebas. Polisakarida
tersedia melimpah di alam termasuk pentosa, glikogen, kanji, dan selulosa serta
hemiselulosa, lignin. Kanji dan selulosa utamanya digunakan oleh jamur sebagai
sumber karbon.
Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan oleh semua organisme untuk mensintesa
asam amino dan membentuk protein yang dibutuhkan untuk membentuk
protoplasma. Tanpa protein, pertumbuhan tidak dapat terjadi.
Jamur dapat menggunakan nitrogen anorganik untuk pembentukan nitrat,
nitrit, ammonia atau nitrogen organik untuk pembentukan asam amino. Tidak
semua jamur menggunakan sumber nitrogen dengan jenis yang sama dan setiap
jamur membutuhkan nitrogen dalam bentuk yang berbeda-beda
Nitrat. Sejumlah jamur menggunakan nitrat untuk membentuk nitrogen,
beberapa jenis jamur yang tidak mampu menggunakan nitrat di antaranya:
Blastocladiales, Saprolegniaceae, yeast dan Basidiomycetes. (Cochrane,1958)
Faktor Pendukung Pertumbuhan
Selain nutrisi, jamur harus mendapat kondisi lingkungan seperti
temperatur, kelembapan, pH dan intensitas sinar yang dapat mendukung
pertumbuhannya. Masing-masing faktor lingkungan tersebut harus berada pada
toleransi pertumbuhan. Jika lebih rendah atau lebih tinggi dari kondisi kondisi
yang dapat ditoleransi maka tidak akan ada pertumbuhan yang terjadi. Selalu ada
titik optimum pertumbuhan yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang maksimal.
Titik optimum ini digunakan untuk membedakan sifat dari satu jenis jamur
dengan jenis jamur lainnya. Tetapi nilai ini tidak selalu tetap karena dapat terjadi
perubahan akibat usia micellium atau perubahan faktor genetik dari jamur
tersebut.
Termperatur sangat penting dalam menentukan pertumbuhan organisme.
Kenaikan temperatur umumnya meningkatkan aktivitas enzim dan reaksi kimia.
Banyak reaksi kimia bertambah cepat 10 kali lipat setiap kenaikan suhu 10ºC,
tetapi enzim biasanya bertambah cepat 2 kali lipat setiap kenaikan 10ºC.
Temperature minimum, optimum dan maksimum pada fungi berbeda untuk
masing-masing fase pertumbuhan, reproduksi dan pembentukan spora.
Salah satu pengaruh pH adalah pada ketersediaan ion logam. Ion logam
dapat membentuk kompleks yang menjadi tidak larut pada pH tertentu.
Magnesium dan fosfat terlarut pada pH rendah, tetapi pada pH tinggi membentuk
kompleks yang tak larut, sehingga mengurangi ketersediaan ion ini bagi fungi
(Moore,1982).
Kandungan Nutrisi Jamur
Jamur memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dari pada daging.
Jamur juga memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Gizi yang terkandung dalam
jamur antara lain; karbohidrat, berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor
dan besi serta vitamin B, B12 dan C.
1. Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lain, protein ini berperan lebih
penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber
energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi,
maka protein ini terpaksa dipakai sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang
mengandung N, disamping C, H, O, S dan kadang-kadang P. Dengan
demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk
menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan
kandungan N yang ada dalam bahan tersebut. Apabila unsure N ini
dilepaskan dengan cara destruksi (perusakan bahan sampai terurai
unsure-unsurnya) dan N yang terlepas ditentukan jumlahnya secara
kuantitatif, maka jumlah protein dapat diperhitungkan.
Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting
dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme
kekurangan protein dalam bahan makanannya maka organisme
tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam
proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam jaringan hewan dapat
ditunjukkan oleh kadarnya yang sangat tinggi yaitu antara 80-90% dari
seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Sudarmadji,
1989).
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul
yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Kata
protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen paling penting sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh, maka
protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.(Poedjiadi, 2006)
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa
nitrogen. Di samping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh,
protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh
kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia
yang terdapat dalam protein adalah : karbon 50%, hydrogen 7%,
oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan
berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan
penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan. Unsur
nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya dengan caraKjeldhal,
yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang
ditentukan ialah 6,24 kali berat unsur nitrogen.
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun
oleh mata rantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang
memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih
gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat di
sebelah gugus karboksil. Asam-asam amino yang berbeda-beda
bersambung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil
satu asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang
disampingnya (Sudarmadji, 1989).
2. Karbohidrat
Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen dan
oksigen. Jumlah atom hydrogen dan oksigen merupakan perbandingan
2:1 seperti pada molekul air. Dengan demikian, dahulu orang
berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena hal ini, maka
dipakai kata karbohidrat yang berasal dari kata “karbon” yang berarti
mengandung unsur karbon dan “hidrat” yang berarti air. Walau pada
kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air,
maka kata karbohidrat tetap digunakan disamping nama lain yaitu
sakarida.
Berdasarkan gugus yang ada pada molekul karbohidrat, maka
karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau
polihidroksi keton serta senyawa yang menghasilkannya pada proses
hidrolisis.
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat
mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa
yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa
yang mempunyai berat molekul 500.000 lebih. Berbagai senyawa itu
dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida (Poedjiadi, 2006).
Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk
memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan,
analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan
jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi
suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis dan kimiawinya dalam
kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas
larutan dan tekstur hasil olahannya. Dalam ilmu gizi mungkin sangat
penting untuk mengadakan analisa biologis senyawa-senyawa
karbohidrat dalam kaitan peranannya membentuk kalori, pencegahan
penyakit (diabetes, kegemukan, dan lain-lain) serat kasar dalam
pencernaan (dietary fibers) dan sebagainya (Sudarmadji, 1989).
3. Lemak
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat
dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam perlarut organik
non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter (Fessenden,1986).
Yang dimaksud dengan lemak ialah suatu ester asam lemak dengan
gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas 3
atom karbon. Jadi tiap atom karbon memiliki gugus –OH. Satu
molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam
lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat 3 molekul
asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida
merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini
merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan 3
molekul asam lemak. Lemak dan minyak di bidang biologi dikenal
sebagai salah satu bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan-
bahan biomolekul. Dalam bidang gizi, lemak dan minyak merupakan
sumber biokalori yang cukup tinggi nilai kalorinya yaitu sekitar 9
kkal/g. juga merupakan sumber alamiah vitamin-vitamin yang terlarut
dalam minyak yaitu vitamin A, D, E dan K (Sudarmadji,1989).
Lemak hewan umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak nabati berupa zat cair. Lemak cair biasa disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan
tumbuhan memiliki susunan asam lemak yang berbeda. Untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung di
dalamnya diukur dengan bilangan Iodium. Lemak atau gliserida asam
lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan gliserida asam lemak
panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester, kloroform atau
benzene. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang baik
(Poedjadi,2006).
Jenis Medium
Medium adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat untuk
menambahkan mikroba. Selain itu juga berguna untuk isolasi sifat-sifat fisiologi
dan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu bahan.
Medium TEA
Medium TEA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang).
Medium TEA ini, berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid
medium) dan termasuk dalam medium semi alamiah karena tersusun dari bahan-
bahan alamiah dan bahan sintetik. Serta termasuk dalam medium non-sintetik
karena tersusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya tidak dapat
ditentukan secara pasti. Berdasarkan fungsinya, TEA termasuk medium penguji
(assay medium), karena dapat digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam
amino, dan lain-lain. Melalui medium ini dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan
bentuk pertumbuhan jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
medium ini, antara lain:
- Tauge, berfungsi sebagai sumber energi dan bahan mineral bagi mikroba,
pemberi vitamin E yang diperlukan oleh mikroba, juga sebagai sumber
nitrogen.
- Sukrosa, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon organik, sebagai sumber
energi bagi mikroba.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut untuk menghomogenkan larutan.
Nutrien Agar (NA)
Medium NA berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang
berbentuk padat (solid medium), karena dapat dipadatkan dengan adanya agar,
yang dibuat miring atau tegak. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini
merupakan medium organik non-sintetik karena disusun dari bahan-bahan organik
dan susunan kimianya belum ditentukan secara pasti.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada
permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat
dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk
membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir
pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen.
NA digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk
menumbuhkan beberapa jenis bakteri. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatannya adalah:
- Pepton, sebagai sumber utama nitrogen dan protein bagi mikroba.
- Beef ekstrak, sebagai sumber makanan, sumber karbon organik, nitrogen,
vitamin, dan garam mineral sebagai tempat pertumbuhan mikroba.
- Agar, berfungsi sebagai pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dan untuk menghomogenkan larutan.
Potato Dekstrose Agar (PDA)
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi untuk menumbuhkan
kapang dan jamur. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium
alamiah non-sintetik, karena menggunakan bahan alamiah (kentang). Akan tetapi
komposisi kimianya tidak diketahui secara pasti. Termasuk medium padat karena
dalam pembuatannya menggunakan agar sebagai bahan pemadat. Berdasarkan
fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum karena dapat digunakan
untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah:
- Kentang, sebagai sumber karbon, karbohidrat dan nutrisi bagi mikroba.
- Dextrose sebagai sumber enegi dan sebagai sumber karbon.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dalam pembuatan medium dan sebagai sumber
O2.
Medium pertumbuhan fungi
Nutrien atau makanan merupaka substansi dengan berat molekul rendah dan
mudah laurt dalam air. nutrien ini berasal dari degradasi nutrien dengan molekul
kompleks. Suatu larutan mengandung nutrien disebut medium kultur. Medium
merupakan substrat yang berperan menyediakan nutrisi yang diperlukan spora
untuk berkecambah. Nutrisi yang dubutuhkan adalah karbohidrat sebagai sumber
energi, protein sebagai penyusuntubuh, dan mineral sebagai zat yang dapat
menunjang pertumbuhan spora. Fungi dapat mengambil nutrien dari
lingkungannya dalam bentuk larutan, sehingga fungi sering disebut jasad osmotrof
(Ristiati, 2000).
Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di laboratorium. Fungsi dari suatu media biakan adalah
memberikan tempat dan kondisiyang mendukung pertumbuhan dan
perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan. PDA (Potato
Dextrosa Agar) merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk
membiakkan suatu mikroorganisme, baik berupa fungi, bakteri maupun sel
makhluk hidup.
Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa
Agar). PDA terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap komponen
mengandung suatu zat tertentu yang mampu menunjang pertumbuhan jamur,
antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan sumber karbohidrat yang
mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang dalam
penyusunan PDA adalah mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh
jamur dalam pertumbuhannya, (2) dekstrosa merupakan penyusun PDA yang
sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dekstrosa merupakan gugusan gula,
baik monosakarida maupun polisakarida. Dekstrosa umumnya menyediakan
karbohidrat sebagai sumber energi dan unsur-unsur N, Na, Ca, dan K yang
berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur (Girindra,
1993),(3) agar yang diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan
glukosa. Agar merupakan polimer sulfat yang sebagian besar terdiri atas D-
galactosa, 3,6-anhidro-L-galactosa, dan asam D-glukoronik. Fungsi dari agar
adalah untuk mengentalkan media sehingga mempermudah dalam menumbuhkan
dan mengisolasi jamur mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang lainnya.
2.4 Mekanisme pencernaan nutrisi jamur Pencernaan Nutrisi
Jamur adalah tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga tidak dapat
berfotosintesis. Karena tidak berklorofil, jamur tidak dapat hidup secara autotrof,
melainkan harus hidup secara heterotrof. Untuk memenuhi kebutuhan
makanannya, Jamur dapat hidup secara saprofit, parasit, dan
simbiotik. Kebanyakan Jamur adalah bersifat saprofit. Jamur hidup dengan jalan
menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya, misalnya hidup
secara saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah-sampah organik misalnya
bangkai, sisa tumbuhan, makanan, kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.
Jamur payung, ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus
oryzae) termasuk dalam kelompok fungi ini
Semua jenis jamur umumnya tidak dapat menghasilkan makanan sendiri
(heterotof). Jamur mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat organik dari
tumbuhan atau benda lain melalui hifa atau misellium, dan kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Jamur uniseluler misalnya ragi atau Saccharomyces dapat mencerna
tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan
jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat menguraikan protein kedelai
menjadi protein sederhana dan asam amino. Jamur tidak memasukkan molekul-
molekul besar ke dalam sel-selnya. Makanan itu dicerna di luar sel sehingga
disebut pencernaan ekstraseluler, seperti pada bakteri. Caranya, sel-sel jamur
mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan
molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. Jika sudah
tercerna, zat makanan itu masuk ke dalam selnya secara osmosis. Osmosis adalah
berpindahanya zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran.
Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti
kapas, yang disebut benang hifa. Dilihat dengan mikroskop, hifa ada yang
bersekat-sekat melintang. Tiap-tiap sekat merupakan satu sel, dengan satu atau
beberapa inti sel. Ada pula hifa yang tidak bersekat melintang, yang mengandung
banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat melintang ini dijadikan
salah satu dasar dalam penggolongan jamur. Kumpulan hifa membentuk jaringan
benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar
di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.
Selain itu, hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya,
hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa
sporangium. sporangium artinya kotak spora. Di dalam sporangium terisi spora.
Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor atau pembawa konidia, yang
dapat menghasilkan konidium.
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari
tubuh inangnya. jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan,
biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut
dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang.
Fungi parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di
bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur
juga menyebabkan penyakit , misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot)
dan penyakit panu.
Sebagai organisme heterotof, cara hidup jamur di bedakan menjadi 3 yaitu
parasit obligat, parasit fakultatif, dan saprofit
1. Parsit obligat,berarti jamur ini hanya dapat hidup pada inangnya dan tidak
dapat hidup diluar inangnya. Contohnya, Pheumonia atau khamir yang
menginfeksi paru paru penderita AIDS.
2. Parasit fakultatif, artinya jamur akan bersifat parasit jika mendapatkan
inang yang sesuai, tetapi akan bersifat saprofit jika tidak mendapatkan
inang yang sesuai.
3. bersifat saprofit,merupakan jamur pelapuk yang dapat mengubah susunan
zat organik yang telah mati.Jamur ini hidup pada organisme yg sudah
mati,seperti kayu tumbang yg sudah lapuk atau buah jatuh.Sebagian besar
jamur saprofit menghasilkan enzim hidrolase pada subtrat makanan yang
berfungsi menguraikan molekul kompleks,hifa juga dapat langsung
menyerap bahan organik dalam bentuk sederhana yg di keluarkan oleh
inangnya.
Selain mengambil bahan makanan dari subtratnya,jamur juga dapat
melakukan simbiosis mutualismedengan menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya.
2.5 Lingkungan Hidup Jamur
Sebagian besar jamur hidup di darat (terestrial), di tempat lembab, pada
organisme atau sisa organisme diperairan, di lingkungan asam (pada buah yang
asam), di lingkungan kadar gula yang tinggi (pada selai), bersimbiosis dengan
makhluk hidup lain baik mutualisme(lumut kerak dan mikoriza) maupun
parasitisme, dan dilingkungan ekstrim (gurun,gunung salju, dan kutub).
Meskipun jamur hidup di darat, terdapat pula jamur yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air umumnya bersifat
parasit kebanyakan dari kelas Oomycetes.
Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-
tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam
tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada
organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup
di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan
dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang
hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim
dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung
salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme
lain, baik secara parasit maupun simbiosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat di ambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan spora jamur adalah nutrisi dalam
substrat, ketersediaan CO2, Cahaya, kelembaban, Suhu.
2. Penyebaran spora jamur dapat melalui agensi-agensi seperti angin,air,burung,
serangga,hewan lain,dan manusia.
3. Nutrisi yang di butuhkan oleh jamur adalah protein, lemak, karbohidrat.
4. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, Jamur dapat hidup secara saprofit, parasit,
dan simbiotik. Kebanyakan Jamur adalah bersifat saprofit.
5. jamur hidup di darat (terestrial), di tempat lembab, pada organisme atau sisa
organisme diperairan, di lingkungan asam
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput
dari salah khilaf, Alfa dan lupa
Daftar Rujukan
Campbell, N.A., J.B Reece., L.A Urry., M.L Cain., S.A Wasserman., P.V
Minorsky., and R.B Jackson. 2009. Biology Ninth Edition. Pearson Education
Inc, Benjamin Cummings. San Fransisco.
Cochrance,V.W. 1958. Physiology of fungi. John willey and sons, inc. Tokyo :
57-59
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Girindra, A. 1993. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Klebs,G. Zur physiologie der fortflanzung einiger pilze. III. Allegemene
Betrachhtungen, Jahrb. Wiss. Botan. Garden mem. 35:80-203,1900
Mardinus. 2006. Jamur Patogen Tumbuhan. Yogyakarta: Andalas University
Press.
Pratama,D.(2013),Tanamanjamur.[Online].Tersedia: http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/38854/4/Chapter%20ll.pdf (Di akses 25 Agustus 2015)
Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia.Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.
Ristiati, Dra. Ni. Pt. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah
Solomon, E.P., L.R Berg., and D.W Martin. 2011. Biology Ninth Edition.
Brooks/Cole Cengage Learning. USA.
Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra. Surabaya.
Sudjadi, Bagod., dan S. Laila. 2006. Biologi : Sains Dalam Kehidupan. Penerbit
Yudhistira. Jakarta.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.