75
i NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR SKRIPSI Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag) Oleh: Lailatul Hikmah NIM: 11140340000120 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

  • Upload
    votram

  • View
    252

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

i

NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFK

DALAM Q.S AL-NŪR

SKRIPSI

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)

Oleh:

Lailatul Hikmah

NIM: 11140340000120

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr
Page 3: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr
Page 4: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr
Page 5: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

v

PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 Tahun 1987 Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin

1. Tidak dilambangkan

2. B

3. T

4. ṡ

5. J

6. ḥ

7. Kh

8. D

9. Ż

10. R

11. Z

12. S

13. Sy

14. ṣ

15. ḍ

Page 6: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

vi

16. ṭ

17. ẓ

18. ‘

19. g

20. f

21. q

22. k

23. l

24. m

25. n

26. w

27. h

28. ’

29. y

2. Vokal Pendek

= a kataba

= i su’ila

= u yażhabu

Page 7: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

vii

3. Vokal Panjang

…= qᾱla

= qīla

= yaqūla

4. Diftong

= ai kaifa

= au ḥaula

Page 8: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

viii

ABSTRAK

Lailatul Hikmah

Nilai dan Norma Sosial Tentang Peristiwa al-Ifk dalam Q.S al-Nūr

Nilai merupakan suatu kepercayaan dalam menilai pantas atau tidaknya

perbuatan seseorang. Sedangkan norma merupakan aturan-aturan dalam

kehidupan sosial secara kolektif yang mengandung berbagai sanksi moral atau

fisik bagi seseorang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Dengan

demikian, nilai dan norma merupakan dua hal yang saling berkaitan.

Q.S al-Nūr merupakan salah satu surat yang keberadaan berfungsi sebagai

sebagai obat atas problem sosial yang kerap terjadi di masyarakat. Sehingga,

kandungan ayat-ayatnya banyak memuat tentang norma-norma Allah manusia. Di

antara norma tersebut adalah aturan Allah Swt tentang larangan berzina, menuduh

zina, menyampaikan berita bohong, dan lain sebagainya.

Banyaknya norma-norma yang Allah Swt jelaskan di dalam Q.S al-Nūr

merupakan bentuk rahmat-Nya kepada manusia, sebagai wujud bahwa penciptaan

mereka tidak mengandung kesia-siaan. Namun, penilitian ini hanya bertujuan

untuk mengetahui nilai dan norma sosial tentang ḥadīṣ ifk yang terkandung di

dalam Q.S al-Nūr. Hal ini dilatar belakangi oleh mudahnya mengakses dan

menyampaikan sebuah berita, berdampak pula pada kesewenang-wenangan

beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan berita

bohong.

Dengan menggunakan metode maudū’ī bi al-sūrah dan dengan pendekatan

kualitatif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dan norma sosial tentang

ḥadīṣ ifk yang terkamdung di dalam Q.S al-Nūr adalah 1) Nilai Moral yakni

pertama, menjauhi hal-hal yang menimbulkan fitnah. Kedua, selektif dalam

menyampaikan berita. Ketiga, ḥusn al-ẓᾱn terhadap sesama. Keempat, saling

memaafkan. Kelima, berlapang dada. 2) Norma Hukum yakni pertama,

melakukan tabayyun. Kedua, bersikap adil dalam menetapkan hukum. Ketiga,

hukuman yang diberikan hanya memberikan efek jerah.

Kata Kunci: Nilai, Norma, Sosial, Ifk, Q.S al-Nūr

Page 9: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis haturkan hanya bagi Allah Swt yang

telah memberikan rahmatNya berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir S1 ini. Shalawat dan salam semoga tetap

terhaturkan kepada sang revolusioner Nabi Muhammad Saw, semoga kelak di

akhirat kita bisa berkumpul dan bersua dengannya. Tidak lupa, ucapan

terimakasih juga penulis ucapkan kepada segenap keluarga, para guru, teman dan

sahabat seperjuangan.

Hiruk-pikuk kota metropolitan telah mewarnai kehidupan penulis selama

kurang lebih empat tahun. Karenanya, makna kehidupan sedikit banyak telah

penulis pahami. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu kerap kali menghampiri, kini

sedikit banyak telah penulis temukan jawaban dan esensinya. Oleh sebab itu,

penulis sangat berterimakasih kepada kedua orang tua penulis, yakni Mamak

Karmu’ah, Bapak Moh. Aly, dan Ibu Nur Khoiriyah yang tidak henti-hentinya

memberikan dukungan secara materi dan moril. Selain itu, salam ta’dzim dan

hormat saya terhadap pihak-pihak terkait lainnya, semoga ilmu yang telah mereka

sampaikan bermanfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat pada umumnya.

Ucapan tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Prof. Dr. Mansri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

beserta seluruh staf dekanat.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an

dan Tafsir dan Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku sekertarisnya,

beserta seluruh civitas akademik fakultas.

4. Bapak Dr. Ahsin Sakho M. Syarifuddin, MA selaku Dosen Pembimbing

Skripsi. Bapak Eva Nugraha, MA selaku Dosen Penguji Proposal, dan

Bapak Kusmana selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Abd.

Page 10: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

x

Moqsit Ghazali, MA dan Bapak Dr. Arrazy Hasyim, MA yang banyak

memberikan arahan, ilmu, dan pengetahuan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah menghantarkan kami menuju samudera ilmu pengetahuan.

6. Seluruh angkatan IAT 2014, Bacang LPM Institut, Formala Jabodetabek,

Ikawarda Jabodetabek, Monash Institute Ciputat, HMI Cabang Ciputat,

Formaci, dan INC yang telah menjadi krayon dalam mewarnai pemikiran,

kehidupan, bahkan pengalaman penulis.

7. Segenap Keluarga Besar Ponpes Darus Sa’adah, terkhusus Ibu Dr. Faizah

Ali Syibromalisi, MA, para asᾱtiẓ, dan mahasantrinya yang telah

membantu penulis untuk kembali bangkit menjadi sosok yang bijaksana,

sabar, dan berpendirian terhadap syari’at Allah Swt tidak mudah

diombang-ambing kemajuan.

8. Segenap Keluarga Besar Madrasah Mu’allimin Mu’allimat dan Ponpes

Nūr al-Anwᾱr yang meski tidak dalam satu tempat belajar, namun ilmu

dan bimbingannya senantiasa mengalir pada diri penulis.

9. Kepada seluruh pihak yang membantu terselesainya tugas akhir ini dan

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis hanya bisa berterimakasih dan berdoa semoga amal

ibadah, dukungan, bimbingan, dan segenap perhatian serta motivasinya,

senantiasa dibalas oleh Allah Swt dengan balasan yang Ia ridhoi dan sesuai

dengan harapan masing-masing.

Jakarta, 13 September 2018

Lailatul Hikmah

Page 11: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

xi

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

E. Metode Penelitian.................................................................................... 8

F. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 17

BAB II: KAJIAN TENTANG NILAI DAN NORMA SOSIAL ........................ 18

A. Pengertian Nilai dan Norma Sosial ....................................................... 18

B. Fungsi dan Tujuan Nilai dan Norma Sosial .......................................... 22

C. Macam-macan Nilai dan Norma Sosial ................................................ 23

D. Sumber-Sumber Nilai dan Norma Sosial .............................................. 28

BAB III: PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR .................................... 30

A. Peristiwa al-Ifk ....................................................................................... 30

Page 12: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

xii

B. Penilaian Masyarakat Tentang Peristiwa al-Ifk...................................... 33

a. Penilaian Baik .................................................................................. 34

b. Penilaian Buruk ................................................................................ 35

C. Dampak Peristiwa al-Ifk ......................................................................... 36

a. Dampak Pada Objek al-Ifk ............................................................... 36

b. Dampak Pada Keluarga al-Ifk .......................................................... 37

D. Rahmat Allah Swt Bagi Hamba-Nya ..................................................... 39

a. Petunjuk Al-Qur’an .......................................................................... 39

b. Memberikan Ampunan Kepada Para Penyebar al-Ifk yang

Bertaubat .......................................................................................... 40

BAB IV: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFK 42

A. Norma Moral .......................................................................................... 42

a. Menjauhi Hal-hal yang Menimbulkan Fitnah .................................. 42

b. Selektif Dalam Menyampaikan Berita ............................................. 43

c. Ḥusn al-ẓᾱn Terhadap Sesama ......................................................... 46

d. Saling Memaafkan ........................................................................... 48

e. Berlapang Dada ................................................................................ 50

B. Norma Hukum ........................................................................................ 51

a. Melakukan Tabayyun ....................................................................... 51

b. Bersikap Adil dalam Menetapkan Hukum ....................................... 52

c. Hukuman Hanya Memberikan Efek Jerah ....................................... 54

1. Bagi Penyebar al-Ifk ................................................................... 54

2. Bagi Objek al-Ifk ........................................................................ 55

BAB V: PENUTUP ................................................................................................ 57

A. Kesimpulan ............................................................................................ 57

B. Saran ....................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 59

Page 13: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Norma merupakan seperangkat aturan atau tata cara bagaimana

seharusnya manusia hidup dengan orang lain di sekitarnya....”1 Keberadaan

norma sangat terkait dengan adanya nilai, karena “...Nilai merupakan suatu

tipe kepercayaan seseorang dalam bertindak dan menilai pantas atau tidak

suatu tindakan tersebut....”2

Dengan kata lain, “...Nilai merupakan kumpulan dari ukuran-ukuran,

orientasi, dan teladan luhur yang selaras dengan akidah yang diyakini

seseorang, serta tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat. Sedangkan

ukuran dari adanya nilai, tercemin dalam perilaku, aktivitas, dan pengalaman-

pengalamannya....”3 Dari sini terlihat jelas bahwa antara nilai dan norma,

keduanya satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan antara satu dengan

lainnya. Kemudian dari keduanya, muncul sebuah ilmu yang menjelaskan

tentang hal tersebut, yakni dikenal dengan sebutan, etika.

Etika merupakan “...Suatu ilmu yang menjelaskan tentang baik dan

buruk terhadap sesama manusia, menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang seharusnya dicapai, serta

1J. Sudarminta, Etika Umum; Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika

Normatif (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 13 2Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.

62 3Muhammad Ali Musharfi, Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti (Surakarta: Ziyad

Visi Media, 2009), h. 95

Page 14: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

2

menunjukkan jalan yang seharusnya mereka perbuat....”4 Hal ini

menunjukkan bahwa ruang lingkup pembahasan etika, hanya dalam sebuah

pergaulan; bukan personal.5

Oleh sebab itu, etika tidak mempersoalkan apa dan siapa manusia itu,

namun tentang bagaimana manusia itu seharusnya berbuat dan bertindak.6

Sedangkan Franz Magnis-Suseno mendefinisikan etika sebagai filsafat atau

pemikiran kritis dan mendasar terhadap ajaran-ajaran dan pandangan moral.7

Sedangkan kata, sosial menurut KBBI adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan masyarakat. Sehingga yang dimaksud dengan norma

sosial adalah seperangkat kaidah atau aturan-aturan yang dipakai sebagai

tolok ukur menilai dalam masyarakat.8

Sejauh ini, telah banyak kajian yang telah membahas nilai dan norma

yang terkadung di dalam al-Qur’an. Banyaknya kajian yang menjadikan al-

Qur’an sebagai objek penelitian, disebabkan oleh keyakinan masyarakat

muslim; khususnya – yang menganggap bahwa al-Qur’an adalah kitab suci9

yang dihadirkan sebagai petunjuk,10

dan keotentikannya berlaku sepanjang

zaman.11

4Yatim Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 7

5K. Bertens, Etika (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 8

6Yatim Abdullah, Pengantar Studi Etika, h. 7

7Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral

(Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 14 8Bertens, Etika, h. 117

9M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir; Syarat Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h. 5 10

Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Q.S al-Imrᾱn: 138 bahwasannya salah satu

fungsi al-Qur’an adalah sebagai kitab hidayah {138للمتقين } للناس وهدى وموعظة هذا بيان “(Al-Qur’an)

ini adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk bagi orang-orang bertakwa.” Lihat: Al-

Page 15: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

3

Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah skripsi Khorida al-

Islᾱmiyah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah

ayat 30-39 (2015).12

Dengan penyelarasan terhadap pendapat Hasan

Langgulung yang menjelaskan bahwa proses pendidikan Islam mencakup

lima kelompok yaitu: nilai perseorangan, keluarga, sosial, negara, dan agama.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Q.S al-Baqarah: 30-39

terindikasi 9 nilai pendidikan yaitu, keimanan; berupa kekafiran yang dapat

membawa seseorang untuk menghuni neraka selama-lamanya, syari’ah;

berupa pengaruh kemaksiatan dapat menyebabkan kesengsaraan dan

terhalang dari kasih sayang Allah Swt, akhlak; berupa kewajiban bertanya

bagi orang yang tidak tahu kepada orang yang lebih tahu, tidak boleh

menghardik orang yang bertanya, peringatan terhadap sikap sombong dan

dengki, dan nilai pendidikan ibadah; yang menunjukkan kemuliaan ilmu

pengetahuan dan keutamaan orang berilmu di atas orang bodoh, mengakui

ketidak mampuannya dan kekurangan dirinya, dan kewajiban bertaubat dari

perbuatan dosa.

Penelitian lainnya berupa skripsi Wafᾱ’ Maulida Zahrᾱ’, Sikap Sosial

dalam Surat al-Hujurᾱt Ayat 11-13 dan Implikasinya Pada Pendidikan

Akhlak (2017).13

Skripsi ini merupakan respon Wafa’ dalam banyaknya

fenomena kasus yang menyimpang dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan

Qur’an dan Terjemahnya, al-Jumᾱnatul ‘Alī; Seuntai Mutiara yang Maha Luhur (Bandung: CV

Penerbit J-Art, 2004), h. 67 11

Manna al-Qaṭᾱn, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj. Annur Rafiq El-Mazni (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 3 12

Khorida al-Islᾱmiyah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah

ayat 30-39, Skripsi S1UIN Malik Ibrahim Malang, 2015 13

Wafᾱ’ Maulida Zahrᾱ’, Sikap Sosial dalam Surat al-Hujurᾱt Ayat 11-13 dan

Implikasinya Pada Pendidikan Akhlak, Skripsi S1 IAIN Surakarta, 2017

Page 16: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

4

salah satu penyebabnya adalah minimnya pengetahuan masyarakat terhadap

pemahaman ayat-ayat dalam al-Qur’an. Melalui analisis terhadap Q.S al-

Hujurᾱt serta penyelarasannya dengan teori sikap sosial; yakni sesuai dengan

kurikulum 201314

yang telah membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu:

pertama, sikap spiritual yang mencakup menghargai dan menghayati ajaran

yang dianut. Kedua, sikap sosial yang mencakup menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,

responsif, proaktif, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial;

dan implikasinya terhadap pendidikan akhlak. Ia menyimpulkan bahwa ada

tujuh sikap sosial yang terkadung dalam surat tersebut yakni, sikap

kemuliaan, memaafkan, mendoakan orang lain, husn al-ẓᾱn, merahasiakan

aib orang lain, menjunjung tinggi hidup dalam perbedaan sesama manusia,

dan menggalang persatuan dan kesatuan. Implikasinya dapat diperoleh

melalui metode ceramah dan nasihat, keteladanan, latihan, dan dialog atau

debat.

Adanya penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an

dihadirkan bukan semata-mata hanya untuk kepentingan menghamba kepada

Allah Swt, namun mencakup segala esensi ilmu pengetahuan. Hal ini tertuang

dalam nilai dan norma-norma yang Allah Swt jelaskan di dalam kalam-Nya.15

14

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep & Penerapan

(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 65 15

Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Q.S al-Nahl: 89

ن أنفسهم وجئنا بك ش ة شهيدا عليهم م لنا عليك الكتاب تبيانا لكل شىء وهدى ورحمة ويوم نبعث في كل أم هيدا على هآؤالء ونز

{89وبشرى للمسلمين }

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas

mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh

umat manusia. Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu

Page 17: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

5

Fenomena ifk (berita bohong) pada ‘Āisyah dan di jelaskan dalam Q.S

al-Nūr merupakan salah satu norma yang Allah Swt tetapkan agar terhindar

dari bahayanya.16

Mudahnya mengakses beragam informasi saat ini,

berdampak pula pada merebaknya penyebaran hoax. Terbukti, hingga di

tahun 2018 Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo

menyebutkan, bahwa penyebaran tersebut mencapai hingga 800 ribu konten

pertahun.17

Sebagai surat ke-24 dan terdiri dari 64 ayat, Q.S al-Nūr adalah salah

satu surat yang banyak membahas tentang norma kemasyarakatan.18

Sayyid

Quṭb menyebutkan bahwa norma tersebut berlaku “…Sebagai penyinar hati

dan kehidupan manusia, yakni dengan adanya norma-norma yang terkandung

di dalamnya.…”19

Sejauh ini, telah banyak penelitian yang membahas tentang ifk. Di

antara penelitian-penelitian tersebut adalah Jurnal Inspirasi al-Qur’an dan

Hadis dalam Menyikapi Informasi Hoax, oleh Stepanus Sigit Pranoto. Tulisan

ini dilatar belakangi oleh perilaku narsistik yang menjadi lahan subur bagi

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” Lihat: Mannᾱ’ al-Qaṭṭᾱn,

Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, h. 17 16

Bahaya yang ditimbulkan dari penyebaran berita hoax, bukan hanya dirasakan oleh

objeknya, namun juga keluarga dan orang-orang disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

ahli psikologi yang menyebutkan bahwa karakter umum berita hoax adalah pertama, informasinya

berantai dan biasanya menyertakan kalimat seperti ‘sebarkan ini ke semua orang yang anda tahu

jika tidak, sesuatu yang buruk akan terjadi. Kedua, informasinya tidak mencantumkan tanggal

yang bisa diverifikasi. Ketiga, informasinya tidak disertai dengan tanggal kedaluwarsa, meskipun

hal itu tidak berdampak apapun, namun ketiadaannya dapat memicu keresahan. Keempat, tidak ada

organisasi yang mampu diidentifikasi yang dikutip sebagai sumber informasi. Lihat: Dedi Rianti

Rohadi, “Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax Di Media Sosial,” Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, V. 5, No. 1 (T.b., 2017), h. 66-68 17

Linda Juliawati, “Angka Penyebaran Hoax Capai 800 Ribu Konten, di Pilkada Terus

Meningkat,” IDN Times, diakses pada 14 Maret 2018. 18

Syaikh Muhammad ‘Alī al-Ṣᾱbunī, Ṣafwah al-Tafᾱsīr, terj. Yasin (Jakarta, Pustaka al-

Kautsar, 2011), v. 3. h. 589-590 19

Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Ẓilᾱl al-Qur’an, terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh

Tamhid (Jakarta: Robbani Press, 2009) v. viii, h. 848-849

Page 18: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

6

penyebaran informasi hoax. Dengan menggunakan desain kualitatif dan

pendekatan kepustakaan, serta dalam penentuan ayatnya menggunakan kajian

tematik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan al-Qur’an dan

ḥadīṣ menunjukkan bahwa untuk mencegah meluasnya hoax seseorang perlu

bersikap kritis dan bijak dalam menggunakan media sosial, serta melakukan

tabayyun sebelum membagikan suatu informasi.20

Penelitian lainnya berupa Skripsi Ilham Syaifullah, Fenomena Hoax di

Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika. Skripsi ini mengidentifikasi

berita hoax, ditinjau dengan teori hermeneutika Hans G. Gadamer dan Paul

Ricoeur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan

teori Aleanating Distanciation dan Belonging Experience, jika diterapkan

dalam fenomena hoax, maka pembaca akan memahami kejadian berdasarkan

informasi yang kita terima dengan pengalaman kita. Sedangkan pengalaman

kita bisa kita dapat dengan menganalisa kejadian tesebut berdasarkan sumber-

seumber lain yang lebih bisa dipercaya. Sedangkan jika menggunakan teori

fiksasi dan distansisi yang dikemukakan oleh Paul Riceour, maka yang terjadi

adalah si penerima dan pembaca berita akan memahami makna asli dibalik

penyebaran berita tersebut.21

Penelitian lainnya adalah Tesis Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif

Sunni dan Syi’ah), oleh Said Mujahidin, 2016. Tesis ini membahas tentang

ḥadīṣ-ḥadīṣ ifk dari perspektif sunni (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut

20

Stepanus Sigit Pranoto, “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi

Hoax,” al-Quds; Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis, Vol. 2, No.1, 2018. 21

Ilham Syaifullah, Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika,

Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018

Page 19: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

7

dituduhkan pada ‘Āisyah) dan syi’ah (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut

dituduhkan pada Maria al-Qibtiyah), ditinjau dari kronologi sejarahnya.

Dengan metode takhrīj mutūn al-ḥadīṣ, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ḥadīṣ tersebut muncul pada empat kondisi yakni, pertama, pada tahun

5 H yang berkaitan dengan ‘Āisyah. Kedua, tahun ke-8 H yang berkaitan

dengan tuduhan kehamilan Maria Qibtiyah. Ketiga, pada masa al-Walid.

Keempat, tentang peristiwa ifk yang berkaitan dengan Aba Ja’far.22

Berdasarkan pemaparan di atas, tentu penting mengetahui norma yang

terkandung di dalam al-Qur’an, khususnya dalam menyikapi berita hoax. Hal

ini dikarenakan norma tentang peristiwa al-ifk yang terkadung dalam Q.S al-

Nūr, sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Berdasarkan latar

belakang di atas, penulis hendak mengkaji Q.S al-Nūr dengan menggunakan

kajian tematik dan mengambil judul, Nilai dan Norma Sosial Tentang

Peristiwa al-Ifk dalam Q.S al-Nūr.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi penelitian ini

pada ayat-ayat tentang ifk yang terkandung di dalam Q.S al-Nūr: 11-22. Hal

ini dikarenakan fenomena ifk yang dijelaskan dalam Q.S al-Nūr merupakan

fenomena yang terjadi di antara dua hamba Allah Swt yang agung, yakni Nabi

Muhammad Saw dan istrinya ‘Āisyah.23

Selain itu, konteks pembahasannya

22

Said Mujahidin, Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah), Tesis S2

UIN Sunan Kalijaga, 2016 23

Suri tauladan Nabi Muhammad Saw tersebut dijelaskan di dalam Q.S al-Ahzᾱb: 21

Page 20: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

8

pun kompleks hingga mencakup solusi dan kiat-kiatnya. Sehingga, rumusan

masalah dalam skripsi ini adalah “Bagaimana nilai dan norma sosial tentang

Peristiwa al-ifk yang terkandung dalam Q.S al-Nūr?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini, di antaranya:

1. Menunjukkan nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk yang

terkandung di dalam Q.S al-Nūr

2. Menguatkan pendapat Imam ‘Alī al-Ṣᾱbunī yang mengatakan bahwa

salah satu manfaat keberadaan surat al-Nūr adalah sebagai obat atas

problem sosial yang kerap terjadi di masyarakat

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah keilmuan, khususnya produk tafsir tematik, tafsir ijtimᾱ’ī, dan

‘ulūm al-Qur’an. Sedangkan secara praktik, hasil penelitian ini bisa

digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi para pengkaji al-Qur’an

dalam memahami kandungan nilai dan norma sosial dalam al-Qur’an.

E. Metode Penelitian

Ada tiga aspek metode penelitian yang penulis gunakan dalam

penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Metode Pengumpulan Data

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah.”

Page 21: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

9

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat

kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan merupakan sebuah

penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data dan informasi

dengan berbagai macam literatur yang terdapat di perpustakaan seperti

kitab, buku, naskah, catatan kisah sejarah, dokumen dan lain-lain.24

Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber primer dan

sekunder. Sumber primer penelitian ini adalah Q.S al-Nūr: 11-22, karena

di dalamnya menjelaskan tentang peristiwa al-ifk. Sedangkan data skunder

berupa kitab-kitab tafsir, seperti Tafsīr Ṣafwah al-Tafᾱsīr karya Imam ‘Alī

al-Ṣᾱbunī, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ karya M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Azhᾱr

karya Hamka, Tafsīr Ibn al-Kaṭīr, karya Ibn Kaṭīr dan Tafsīr fī Zilᾱl al-

Qur’an.

b. Metode Pembahasan

Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah metode tafsīr mauḍū’ī bi al-sūrah, yakni mengkaji

sebuah surat secara universal (tidak parsial), yang di dalamnya

dikemukakan misi awalnya, lalu misi utamanya; serta kaitan antara satu

bagian surat dan bagian lain, sehingga wajah surat itu mirip seperti bentuk

yang sempurna dan saling melengkapi.25

c. Metode Penulisan

24

Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandarmaju, 1996), h. 33 25

‘Abdul Ḥayy al-Farmawi, Metode Tafsir Madū’ī, terj. Rosihon Anwar (Bandung:

Pustaka Setia, 2002), h. 42

Page 22: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

10

Dalam teknis penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada

ketentuan yang tercantum di dalam Buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Ceqda, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012.26

Sedangkan pedoman Transliterasi Arab-Latin, penulis

mengacu pada Pedoman Transliterasi Arab-Latin; Keputusan Bersama

Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.27

F. Kajian Pustaka

Khorida al-Islᾱmiyah dalam skripsinya, Nilai-Nilai Pendidikan Islam

dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 30-39 (2015),28

ia menjelaskan bahwa

dalam Q.S al-Baqarah: 30-39 terdapat 9 nilai pendidikan yang sangat

menonjol; di antaranya yaitu nilai pendidikan keimanan atau aqidah yaitu,

kekafiran dan mendustakan kebenaran yang dapat membawa seseorang untuk

menghuni neraka selama-lamanya. Nilai pendidikan syari’ah: pengaruh

kemaksiatan dapat menyebabkan kesengsaraan dan terhalang dari kasih

sayang Allah Swt. Nilai pendidikan akhlak: kewajiban bertanya bagi orang

yang tidak tahu kepada orang yang lebih tahu, tidak boleh menghardik orang

yang bertanya, peringatan terhadap sikap sombong dan dengki. Nilai

pendidikan ibadah: menunjukkan kemuliaan ilmu pengetahuan dan keutamaan

orang berilmu di atas orang bodoh, mengakui ketidak mampuannya dan

kekurangan dirinya, dan kewajiban bertaubat dari perbuatan dosa. Dalam

proses pengkajiannya, ia menggunakan pendapat Hasan Langgulung yang

26

Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)

(Jakarta: CeQDA, 2012) 27

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Pedoman Transliterasi Arab-Latin, nomor: 158 Tahun 1987 – nomor: 0543 b/u/1987 28

Khoridatul Islamiyah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah

ayat 30-39, Skripsi S1UIN Malik Ibrahim Malang, 2015

Page 23: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

11

telah menjelaskan bahwa proses pendidikan Islam mencakup lima kelompok

yaitu: pertama, nilai-nilai perseorangan (al-akhlᾱq al-farẓiyah). Kedua, nilai

keluarga (al-akhlᾱq al-usᾱriyah). Ketiga, nilai-nilai sosial (al-akhlᾱq al-

ijtimᾱ’iyyah). Keempat, nilai-nilai negara (al-akhlᾱq al-daulah). Kelima, nilai-

nilai agama (al-akhlᾱq al-dīniyah). Dalam proses penyelesaiannya, ia

memahami kata atau simbol yang terindikasi ada kesesuaian dengan kelima

proses pendidikan Islam, kemudian dianalisa sehingga menghasilkan 9 nilai

pendidikan Islam dalam Q.S al-Baqᾱrah: 30-39.

Wafᾱ’ Maulida Zahrᾱ’ dalam skripsinya, Sikap Sosial dalam Surat al-

Hujurᾱt Ayat 11-13 dan Implikasinya Pada Pendidikan Akhlak (2017),29

skripsi ini merupakan respon Wafa’ dalam banyaknya fenomena kasus yang

menyimpang dari nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang dan salah satu

penyebabnya adalah minimnya pengetahuan masyarkat terhadap pemahaman

ayat-ayat dalam al-Qur’an. Melalui analisis terhadap Q.S al-Hujurᾱt serta

penyelarasannya dengan teori sikap sosial; yakni sesuai dengan kurikulum

201330

yang telah membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu: pertama,

sikap spiritual yang mencakup menghargai dan menghayati ajaran yang

dianut. Kedua, sikap sosial yang mencakup menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif, proaktif,

dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial; dan implikasinya

terhadap pendidikan akhlak. Melalui teori tersebut, ia menyimpulkan bahwa

ada tujuh sikap sosial yang terkandung dalam surat tersebut yakni, sikap

29

Wafa’ Maulida Zahro’, Sikap Sosial dalam Surat al-Hujurᾱt Ayat 11-13 dan

Implikasinya Pada Pendidikan Akhlak, Skripsi S1 IAIN Surakarta, 2017 30

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep & Penerapan

(Surabaya: Kata pena, 2014), h. 65

Page 24: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

12

kemuliaan, sikap memaafkan, sikap mendoakan orang lain, sikap ḥusn al-ẓᾱn,

sikap merahasiakan aib orang lain, sikap menjunjung tinggi hidup dalam

perbedaan sesama manusia, dan sikap menggalang persatuan dan kesatuan.

Implikasi tersebut dapat diperoleh melalui metode ceramah dan nasihat,

metode keteladanan, metode latihan, dan metode dialog atau debat.

Skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an Surat al-Nūr

Ayat 58,59,60, dan 61, oleh Siti Aminah (2017),31

ia menjelaskan bahwa

uraian surat al-Nūr ini menyanggkut tentang pembinaan hidup bermasyarakat

serta keharusan adanya hubungan bersih antara anggota masyarakat; terlebih

antara laki-laki dan perempuan. Skripsi ini dibahas dengan menggunakan

metode mauḍū’ī atau tematik, berdasarkan asbᾱb al-nuzūl, melakukan

munᾱsabah antar ayat dan surat sebelum dan sesudahnya dan didekati dengan

menggunakan fenomenologi; berdasarkan hasil pengalaman pribadi atau

golongan. Metode penyelesaian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi

ini, disesuaikan dengan pendapat Muhammad Daud Ali32

yang menyatakan

bahwa kandungan isi al-Qur’an memuat empat hal, yakni akidah, syariah,

akhlak, dan kisah-kisah yang dapat dijadikan sebagai ibrᾱh. Namun dari

keempat kandungan al-Qur’an tersebut, Aminah hanya berfokus pada nilai-

nilai pendidikan akhlak; khususnya yang harus diterapkan dalam rumah

tangga. Menurutnya, salah satu pendorong seseorang memiliki etika yang baik

dan benar adalah pola pengajaran dari orang tua yang sejak dini mendidik

dengan penuh penghargaan, kehormatan dan kebaikan hati sehingga hal

31

Siti Aminah, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Nūr Ayat

58,59,60, dan 61, Skripsi S1 IAIN Salatiga, 2017 32

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 97

Page 25: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

13

tersebut pun berdampak pada pola etika mereka kepada orang lain;

sebagaimana yang terkandung di dalam Q.S al-Nūr: 58-61.

Skripsi Hoax dalam al-Qur’an oleh Salwa Sofia Wirdiyana, 2017.33

Dengan metode maudhu’ī bi al-Āyat, skripsi ini mengungkapkan pandangan

al-Qur’an tentang hoax dan mengungkap solusi agar terhidar dari hoax, yakni

dengan cara selektif dan kritis dalam menganggapi berita.

Skripsi Etika Komunikasi Lisan Menurut al-Qur’an: Kajian Tafsir

Tematik oleh Amir Mu’min Solihin, 2011.34

Skrispi ini membahas tentang

etika berkomunikasi yang dijelaskan di dalam al-Qur’an. Hasil skripsi ini

menunjukkan bahwa kata komunikasi banyak menggunakan kata qᾱlᾱ,

takallama, dll yang mengindikasikan bahwa komunikasi harus dilakukan

dengan baik, isi pembicaraannya benar, dan harus menggunakan kalimat yang

baik; tidak berkata bohong, merendahkan, serta larangan berkomunikasi

dengan manja bagi wanita dengan lawab jenis non muhrim.

Skripsi Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan

Hermeneutika oleh Ilham Syaifullah, 2018.35

Skripsi ini mengidentifikasi

berita hoax, ditinjau dengan teori hermeneutika Hans G. Gadamer dan Paul

Ricoeur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan

teori Aleanating Distanciation dan Belonging Experience, jika diterapkan

dalam fenomena hoax, maka pembaca akan memahami kejadian berdasarkan

informasi yang kita terima dengan pengalaman kita. Sedangkan pengalaman

kita bisa kita dapat dengan menganalisa kejadian tesebut berdasarkan sumber-

33

Salwa Sofia Wirdiyana, Hoax dalam al-Qur’an, Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga, 2017 34

Amir Mu’min Solihin, Etika Komunikasi Lisan Menurut al-Qur’an: Kajian Tafsir

Tematik, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 35

Ilham Syaifullah, Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan Hermeneutika,

Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018

Page 26: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

14

seumber lain yang lebih bisa dipercaya. Sedangkan jika menggunakan teori

fiksasi dan distansisi yang dikemukakan oleh Paul Riceour, maka yang terjadi

adalah si penerima dan pembaca berita akan memahami makna asli dibalik

penyebaran berita tersebut.

Tesis Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah) oleh

Said Mujahidin, 2016.36

Tesis ini membahas tentang ḥadīṣ-ḥadīṣ ifk dari

perspektif sunni (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut dituduhkan pada

‘Āisyah) dan syi’ah (yang mengatakan bahwa ḥadīṣ tersebut dituduhkan pada

Maria al-Qibtiyah), ditinjau dari kronologi sejarahnya. Dengan metode takhrīj

mutūn al-ḥadīṣ, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ḥadīṣ tersebut muncul

pada empat kondisi yakni, pertama, pada tahun 5 H yang berkaitan dengan

‘Āisyah. Kedua, tahun ke-8 H yang berkaitan dengan tuduhan kehamilan

Maria Qibtiyah. Ketiga, pada masa al-Walid. Keempat, tentang peristiwa ifk

yang berkaitan dengan Aba Ja’far.

Disertasi Konsepsi Etika Sosial dalam al-Qur’an, karya Nurul Fuadi

(2009).37

Disertasi ini membahas tentang etika sosial dalam al-Qur’an dengan

dilatar belakangi oleh semakin maraknya stratifikasi sosial yang berakibat

pada semakin menipisnya rasa kekeluargaan antar sesama manusia. Disertasi

ini menggunakan pendekatan tematik dengan menggunakan kata ‘adl, ihsan,

itᾱiẓ al-qurbᾱ, faḥsya, munkar dan al-bagyu beserta derivasinya. Analisis kata

tersebut didasarkan pada Q.S al-Nahl: 90 dan sesuai dengan tiga prinsip dasar

dalam beretika yang disebutkan oleh Franz, yakni bersikap baik, adil, dan

36

Said Mujahidin, Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah), Tesis S2

UIN Sunan Kalijaga, 2016 37

Nurul Fuadi, Konsepsi Etika Sosial dalam al-Qur’an, Disertasi S3 UIN Sunan Kalijaga,

2009

Page 27: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

15

hormat terhadap diri sendiri. Melalui kata-kata tersebut, disertasi ini mampu

mengungkap bagaimana etika yang harus dibangun baik dalam dalam

hubungan keluarga, sosial, masalah ekonomi, dan politik.

Jurnal PranotoInspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi

Informasi Hoax oleh Stepanus Sigit, 2018.38

Tulisan ini dilatar belakangi oleh

perilaku narsistik yang menjadi lahan subur bagi penyebaran informasi hoax.

Dengan menggunakan desain kualitatif dan pendekatan kepustakaan, serta

dalam penentuan ayatnya menggunakan kajian tematik, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa berdasarkan al-Qur’an dan ḥadīṣ menunjukkan bahwa

untuk mencegah meluasnya hoax seseorang perlu bersikap kritis dan bijak

dalam menggunakan media sosial, serta melakukan tabayyun sebelum

membagikan suatu informasi.

Jurnal Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an dalam Menyikapi

Berita Bohong oleh Luthfi Maulana, 2017.39

Tulisan ini menjawab kecaman-

kecaman yang Allah Swt sebutkan bagi para penyebar dan menjelaskan kiat-

kiat agar terhindar dari hoax, yakni selalu berkata benar dan melakukan

tabayyun terhadap beragam informasi.

Jurnal Etika Komunikasi Islam dalam Membendung Informasi Hoax di

Ranah Publik Maya oleh Ratna Istriyani dan Nur Huda Widiana, 2016.40

Tulisan ini menunjukkan prinsip-prinsip berkomunikasi agar terhindar dari

38

Stepanus Sigit Pranoto, “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi

Hoax,” al-Quds; Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis, V. 2, No.1, 2018. 39

Luthfi Maulana, “Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an dalam Menyikapi Berita

Bohong,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 Desember 2017 40

Ratna Istriyani dan Nur Huda Widiana, “ Etika Komunikasi Islam dalam Membendung

Informasi Hoax di Ranah Publik Maya,” Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36 (2) 2016.

Page 28: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

16

hoax, yakni berdasarkan tuntunan dalam al-Qur’an dan al-Ḥadīṣ. Pertama,

prinsip keikhlasan, pahala dan dosa, kejujuran, kebersihan, berkata positif,

paket (hati, lisan, dan perbuatan), dua telinga dan satu mulut, pengawasan,

selektif dan validitas, saling mempengaruhi, keseimbangan berita, dan prinsip

privasi.

Jurnal Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem

Pemberitaan di Media Sosial) oleh Iftitah Jafar, 2017.41

Tulisan ini

menjelaskan bahwa di dalam al-Qur’an, terdapat bermacam-macam berita,

seperti berita umat terdahulu, berita kandungan ilmiah, dan berita gaib.

Tulisan ini juga menyebutkan bahwa fungsi media sosial adalah sebagai

silaturrahmi, media dan ajang bisnis, bertukar pikiran dan karya ilmiyah,

penyampaian pesan dakwah. Oleh sebab itu, implikasinya adalah sumber

berita harus jelas, tidak mengandung unsur SARA, dan sesuai dengan fakta.

Jurnal Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan

dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial oleh

Vibriza Juliswara, , 2017.42

Tulisan ini merupakan respon dari merebaknya

fenomena hoax. Kajian ini mencoba mengembangkan suatu model literasi

media kebhinekaan dalam menganalisis hoax di media sosial. Hasil

pengembangan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan model kajian

tersebut diasumsikan bagi para netizen akan mampu mengkontruksi muatan

positif dalam memanfaatkan media sosial

41

Iftitah Jafar, “Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem Pemberitaan

di Media Sosial),” Jurnalisa Vol. 03, No. 1, Mei 2017 42

Vibriza Juliswara, “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan

dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial,” Jurnal Pemikiran Sosiologi,

Vol. 4, No. 2, Agustus 2017.

Page 29: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

17

Jurnal Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi

Hoax oleh Stepanus Sigir Pranoto, 2018.43

Penelitian ini memperlihatkan

bahwa dalam upaya mencegah semakin meluasnya informasi hoax, seseorang

perlu bersikap kritis dan bijak dalam menggunakan media sosial, serta

melakukan tabayyun sebelum membagikan suatu informasi

Dari hasil penelusuran tersebut, penulis tidak menemukan penelitian

yang sama dengan penelitian penulis. Oleh sebab itu, penulis hendak mengkaji

tentang nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam Q.S al-Nūr.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan terhadap masalah pokok yang disebutkan di atas, dibagi

menjadi lima bab yang terdiri dari:

Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka nilai dan norma sosial yang terdiri

dari beberapa sub bab, yakni pengertian nilai dan norma sosial, fungsi dan

tujuannya, macam-macamnya dan sumber-sumber nilai dan norma sosial.

Bab III berisi tentang peristiwa al-ifk dalam Q.S al-Nūr. Dalam bab ini

terdiri dari empat sub bab, yakni pertama, peristiwa al-ifk. Kedua, penilaian

masyarakat tentang peristiwa al-ifk. Ketiga, dampak peristiwa peristiwa al-ifk.

Keempat, rahmat Allah Swt bagi hamba-Nya.

43

Stepanus Sigir Pranoto, “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi Informasi

Hoax,” al-Quds: Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis Vol. 2, No. 2, 2018

Page 30: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

18

BAB IV berisi tentang nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk.

Dalam bab ini terbagi menjadi dua sub bab, yakni pertama, norma moral.

Kedua, norma hukum.

Bab V Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran penelitian

selanjutnya.

Page 31: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

19

BAB II

KAJIAN TENTANG NILAI DAN NORMA SOSIAL

A. Pengertian Nilai dan Norma Sosial

1. Nilai

Nilai menurut KBBI adalah: a) harga (dalam arti taksiran harga), b)

harga uang jika dibandingkan dengan harga mata uang lainnya, c) angka

kepandaian; ponten, d) banyak sedikitnya isi, kadar; mutu, e) sifat-sifat

(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.1 Sehingga nilai

merupakan “...Ide-ide umum yang sangat kuat dipegang oleh orang-orang

tentang apa yang baik dan buruk.”2

Arthur W. Comb menyebutkan bahwa nilai adalah “...Kepercayaan-

kepercayaan yang digenalisir, yang berfungsi sebagai garis pembimbing

untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.”3

Sedangkan Dardji Darmodihardjo menyebutkan bahwa, “...Nilai

merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia, baik secara

jasmanai maupun rohani.”4

Dengan kata lain, “...Nilai pada hakikatnya adalah mengarahkan

perilaku dan pertimbangan seseorang, namun ia tidak menghakimi apakah

perbuatan itu benar atau salah. Nilai sangat erat kaitannya dengan

kebudayaan. Sehingga, sebuah perbuatan dikatakan sah (secara moral

1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 615 2Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi; Pengantar untuk Memahami

Konsep-konsep Dasar (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 65 3Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dam Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2006), h. 121

4Dardji Darmodihardjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),

h. 36

Page 32: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

20

dapat diterima), jika selaras dengan nilai-nilai yang telah disepakati oleh

masyarakat.”5

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa nilai

merupakan suatu kepercayaan masyarakat tentang hal-hal yang bersifat

baik dan buruk, yang hadir karena sebuah kebudayaan dan berfungsi

sebagai pembimbing dalam beperilaku sehari-hari.

2. Norma

Norma menurut KBBI adalah aturan-aturan atau ketentuan yang

mengikat warga atau kelompok di masyarakat, yang dijadikan sebagai

tolok ukur atau memperbandingkan sesuatu.6 Amin Nurdin menyebutkan

bahwa, “...Norma merupakan penerapan konkrit dari nilai-nilai kehidupan

sehari-hari.”7 Ia menjabarkan nilai-nilai secara terperinci ke dalam bentuk

aturan secara formal8 maupun informal.

9 Sehingga, nilai dan norma

merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan antara satu dengan

lainnya.10

5Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana, 2011), h. 119 6Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 617 7Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi; Pengantar untuk Memahami

Konsep-konsep Dasar, h. 65 8Norma formal tertulis adalah “...Peraturan tertulis yang disusun dalam bentuk undang-

undang dasar, undang-undang, dan peraturan lainnya yang lebih konkret.” Lihat: Elly M. Setiadi

dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:

Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129 9Norma informal yang tidak tertulis adalah “...Peraturan yang berupa perintah, anjuran,

dan larangan yang tetap terpelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan

karena keberadaannya dianggap memiliki manfaat bagi terciptanya ketertiban sosial.” Elly M.

Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan

Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129 10

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 129-130

Page 33: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

21

Alvin L. Bertrand mendefinisikan norma sebagai “...Suatu standar-

standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat.

Keberadaannya disebutkan dalam bentuk-bentuk kebiasaan, tata kelakuan,

dan adat istiadat atau hukum adat.” Menurutnya, keberadaan norma itu

hadir secara tidak sengaja. Ia hadir dalam proses yang panjang,

menumbuhkan beragam aturan yang kemudian disepakati bersama; dengan

tujuan agar terjalin keteraturan antar sesama.11

Banyak orang yang menganggap bahwa nilai dan norma itu sama,

padahal keduanya berbeda. Orientasi nilai lebih pada sikap seseorang atau

golongan dalam menilai benar atau salah, baik atau buruk, suka atau tidak

suka dan lain sebagainya. Sedangkan orientasi norma adalah “...Aturan-

aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif yang mengandung berbagai

sanksi moral atau fisik bagi seseorang atau golongan yang melakukan

pelanggaran atas nilai-nilai sosial.12

Hal ini menunjukkan bahwa nilai dan norma adalah dua hal yang

saling berkaitan. Apabila nilai didefinisikan dengan kepercayaan

masyarakat tentang baik dan buruk, maka norma menjadi wadah untuk

penjabaran nilai. Keberadaan norma berfungsi menunjukkan batasan-

batasan dalam beretika yang dituangkan dalam bentuk formal maupun

informal.

11

Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),

h. 54-55 12

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 130-131

Page 34: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

22

3. Sosial

Kata sosial menurut KBBI adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan masyarakat.13

Masyarakat menurut M.J. Herskovits adalah

“...Kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara

hidup tertentu.” Sedangkan Max Weber megartikan masyarakat sebagai

“...Struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan

nilai-nilai yang dominan pada warganya.”14

Lebih lanjut, Paul B. Horton mendefinisikan masyarakat adalah

“...Sekumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama cukup lama,

mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan

melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut.15

Dengan

demikian, masyarakat adalah manusia yang hidup bersama, bercampur

pada waktu yang cukup lama, menyadari akan kesatuan dan perbedaan,

serta mereka merupakan satu sistem yang hidup bersama.16

2. Fungsi dan Tujuan Nilai-Nilai dan Norma Sosial

Huky menyebutkan bahwa fungsi umum nilai sosial adalah:17

1) Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk

menetapkan harga sosial dari pribadi dan grup. Sehingga adanya

13

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 855 14

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 35-36 15

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 36 16

Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural

(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 28 17

Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani, h. 53-54

Page 35: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

23

memungkinkan sistem stratifikasi sosial secara menyeluruh, dan

membantu perseorangan dalam bersikap dan berperilaku.

2) Cara berpikir dan bertingkah laki secara ideal dalam sejumlah

masyarakat, diarahkan atau dibentuk oleh nilai

3) Sebagai penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peran sosialnya.

4) Sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu.

5) Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok dan

masyarakat.

Sedangkan fungsi adanya norma sosial adalah sebagai alat kendali

terhadap batasan-batasan dalam tindakan masyarakat, sehingga dapat

diketahui apakah sebuah perbuatan itu dapat diterima atau tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku.18

Hal ini menunjukkan bahwa nilai dan

norma sosial, saling berkaitan. Keberadaan keduanya bertujuan agar

mampu mewujudkan cita-cita, yaitu kehidupan secara bersama-sama.19

3. Macam-macam Nilai dan Norma Sosial

Max Scheller menyebutkan, sebagaiman yang dikutip oleh Kelan

bahwa macam-macam nilai, terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1) Nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakkan atau tidak

mengenakkan; yang berkaitan dengan indra manusia, yang

menyebabkan manusia senang atau menderita.

2) Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan

18

Abdulsyani, Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani, h. 55 19

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 131

Page 36: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

24

3) Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan

jasmani maupun lingkungan

4) Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci dan tidak suci.20

Sedangkan Natonagoro, sebagaimana yang dikutip oleh Elly dan

Usman membagi nilai menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani

manusia. Misalnya, nilai tentang baik dan buruk suatu benda, itu bisa

diukur dengan ukuran tertentu, seperti uang.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan aktivitas. Misalnya, pasir akan bernilai

ketika digunakan untuk membuat kontruksi bangunan, tetapi ketika

pasir berada di gurun pasir, ia menjadi tidak bernilai sebab di sana ia

tidak berguna.

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan

kebutuhan rohani manusia. Dalam hal ini, nilai kerohanian dibagi

menjadi 4, yaitu:

a. Nilai kebenaran yakni bersumber dari akal manusia. Misalnya,

sesuatu itu dianggap benar atau salah karena manusia mempunyai

kemampuan untuk memberikan penilaian.

b. Nilai keindahan yakni bersumber pada unsur perasaan. Misalnya

daya tarik suatu benda, sehingga nilai daya tarik atau pesona yang

melekat itulah yang dihargai.

20

Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Paradigma, 2002), h. 175

Page 37: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

25

c. Nilai moral yakni bersumber pada unsur kehendak, terutama pada

tingkah laku manusia antara penilaian perbuatan yang anggap

baik atau buruk, mulia atau hina menurut tatanan yang berlaku

pada kelompok sosial tertentu.

d. Nilai keagamaan yakni bersumber dari kitab suci (wahyu Tuhan).

Ini merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak karena

bersumber dari pada keyakinan manusia kepada Tuhannya.21

Sedangkan macam-macam norma terbagi menjadi dua, yaitu

pertama, norma khusus. Kedua, norma umum. Norma khusus adalah

“...Norma yang hanya berlaku untuk mencapai tujuan tertentu atau

untuk kegiatan sementara dan terbatas.” Misalnya, aturan dalam

bermain sepak bola hanya berlaku pada hal itu saja. Sedangkan norma

umum adalah “...Norma yang berlaku untuk umum.” Dalam hal ini

terbagi menjadi tiga, yaitu: 22

a. Norma Hukum, yaitu “...Norma yang pelaksanaannya dapat

dituntut dan dipaksakan serta pelanggarannya ditindak dengan

pasti oleh penguasa sah dalam masyarakat.” Dalam hal ini, tidak

semua norma hukum sekaligus dapat mengikat secara moral dan

tidak semua norma moral dapat dijadikan norma hukum.

b. Norma moral “...Merupakan penentu apakah perbuatan seseorang

itu dianggap baik atau buruk dari sudut etis. Sehingga norma

moral tergolong sebagai norma tertinggi dan tidak bisa

21

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 124-125 22

K. Bertens, Etika, h. 118-119

Page 38: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

26

ditaklukkan pada norma lain. Apabila ada norma hukum atau

norma sopan santun yang tidak sesuai dengan norma moral, maka

harus dihapus. Begitupun pada norma khusus, ia harus tunduk

dengan norma moral.” Misalnya dalam bentuk positif, berupa

perintah untuk mengatakan yang benar. Sedangkan dalam bentuk

negatif, berupa larangan untuk berbohong, memfitnah, dan lain

sebagainya.

c. Norma sopan santun yaitu “...Norma yang hanya berlaku

berdasarkan kebiasaan dan atau konvensi saja, sehingga

prinsipnya mudah diubah.” Misalnya, etika dalam keluarga,

bertamu, dan lain sebagainya.

Namun, Yesmil Anwar dan Adang dalam bukunya, Sosiologi

untuk Universitas menambahkan satu bagian, yakni norma kebiasaan.

“...Ia merupakan sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk

atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku

yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan

inidividu. Pelanggaran ini berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan

secara batin.23

Sedangkan jenis-jenis norma sosial ditinjau dari sanksinya,

terbagi menjadi lima macam yaitu:

1) Tata cara; merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk

perbuatan sanksi yang ringan terhadap pelanggarannya. Misalnya,

23

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas (Bandung: PT Refika Aditama,

2013), h. 192

Page 39: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

27

aturan memegang garpu dan sendok saat makan dan

penyimpangannya.

2) Kebiasaan; merupakan cara bertindak yang digemari oleh

masyarakat dan dilakukan berulang-ulang, mempunyai kekuatan

mengikat yang lebih besar dari tata cara. Misalnya, membuang

sampah pada tempatnya dan penyimpangannya: membuang

sampah sembarangan dan mendapat teguran bahkan digunjingkan

masyarakat.

3) Tata kelakuan; merupakan norma yang bersumber kepada filsafat,

ajaran agama dan ideologi yang dianut masyarakat. Tata kelakuan

di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak

melarang suatu perbuatan sehingga secara langsung ia merupakan

alat pengendali sosial agar anggota masyarakat menyesuaikan

tindakan-tindakan itu.

4) Adat; merupakan norma yang tidak tertulis namun kuat mengikat

sehingga anggota masyarakat yang melanggar adat akan menderita

karena sanksi keras yang kadang secara tidak langsung seperti

pengucilan, dikeluarkan dari masyarakat, atau harus memenuhi

persyaratan tertentu.

5) Hukum; merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan

tertulis. Sanksinya tegas dan merupakan suatu rangkaian aturan

yang ditujukan kepada anggota masyarakat dan berisi ketentuan,

Page 40: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

28

perintah, kewajiban dan larangan agar tercipta ketertiban dan

keadilan.24

4. Sumber-sumber Nilai dan Norma Sosial

Penentuan suatu tindakan dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak

pantas (nilai) harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat

dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Sehingga tidak

heran jika antara masyarakat satu dengan lainnya, berbeda tata nilainya.

Misalnya, masyarakat di perkotaan cenderung lebih menyukai persaingan

karena dapat memunculkan pembaharuan-pembaharuan. Berbeda dengan

masyarakat tradisional yang lebih cenderung menghindari persaingan karena

dapat mengganggu keharmonisan dan tradisi turun-temurun. 25

Sehingga, ciri-ciri nilai sosial adalah:

1) Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)

2) Merupakan kontruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar masyarakat

3) Disebarkan di antara masyarakat (bukan bawaan dari lahir)

4) Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial

manusia

5) Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan lainnya

6) Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial

7) Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat

8) Cendrung berkaitan satu sama lain.26

24

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 193 25

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 190 26

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 191

Page 41: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

29

Sedangkan norma dibangun atas nilai sosial dan diciptakan untuk

mempertahankan untuk mempertahankan nilai sosial. Norma akan

berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,

sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-

perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalankan interaksi sosial. Selain itu,

keberadaan norma juga bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar

bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.27

27

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, h. 191

Page 42: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

30

BAB III

PERISTIWA AL-IFK DALAM Q.S AL-NŪR

A. Peristiwa al-Ifk

Q.S al-Nūr merupakan surat yang dihadirkan untuk manusia,

sebagai “...Dasar agar terhindar dari perpecahan dan kehancuran, campur

baurnya nasab, lepas kontrol, dan hal-hal yang dapat menyebabkan

kemunduran seperti pergaulan bebas yang dapat menimbulkan kesia-siaan

nasab, hilangnya kehormatan dan harga diri...”1

Sehingga, persoalan-persoalan yang diangkat di dalam surat ini

adalah sanksi hukum perzinahan dan terpenuhi syaratnya, sanksi hukum

terhadap penuduh zina, cara memelihara akhlak dalam pergaulan,

dorongan untuk melaksanakan perkawinan bagi yang mampu, syarat

perolehan kekuasaan dan kemantapan hidup bermasyarakat, pendidikan

anak dan tata cara pergaulan serta kehidupan rumah tangga, dan uraian

tentang kewajiban berpartisipasi dalam kegiatan positif serta

penghormatan kepada Rasulullah Saw.2

Peristiwa al-ifk (berita bohong) yang menimpa ‘Āisyah–istri

Rasulullah Saw pun salah satu persoalan yang termaktub dalam surat ini.

Sebagaimana dalam Q.S al-Nūr: 11

1‘Alī al-Ṣabunī, Ṣafwah al-Tafᾱsīr, h. 589-590

2Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) (Jakarta:

Departemen Agama RI, 2009), h. 600

Page 43: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

31

“(11). Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong

itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kira bahwa berita

bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia baik bagi kalian. Tiap-

tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang

dikerjakannya. Siapapun di antara mereka yang mengambil bagian

yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab

yang besar.”

Kronologi turunnya ayat ini bermula ketika kepulangan Nabi Saw

dan para sahabatnya dari peperangan Bani Muṣṭᾱlᾱq.3 Sebagaimana pada

peperangan lainnya, sebelum keberangkatan beliau mengundi para istrinya

untuk ikut berperang dan pada saat itu, ‘Āisyah-lah yang bertugas

menemani Rasulullah. Dia kemudian diangkat dengan haudaj, semacam

tandu yang diletakkan di atas punggung unta oleh para sahabat.4

Sepulang dari peperangan tersebut, ketika sudah mendekati kota

Madinah, mereka istirahat sejenak untuk kemudian melanjutkan perjalanan

kembali. Pada saat hendak melanjutkan perjalanan tersebutlah, ‘Āisyah

menyadari bahwa kalung yang terbuat dari Azfᾱr putus. Ia kemudian

mencari ke tempat semula. Pada saat ia sudah menemukan kalungnya dan

hendak kembali ke rombongan, ‘Āisyah tidak mendapati mereka.

Rombongan tersebut telah berangkat dan tidak menyadari bahwa ‘Āisyah

tidak ada di dalam haudaj. Wajar para sahabat tidak menyadari

3M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 295

4Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), h. 150

Page 44: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

32

ketiadaannya, sebab pada masa itu, tubuh wanita sangat ringan karena

hanya makan sesuap makanan.5

Menyadari ketidakberadaan rombongan, ‘Āisyah kemudian

menunggu di tempat pemberangkatan; berharap mereka menyadari

ketertinggalannya dan menjemputnya. Pada saat menunggu, ia tertidur dan

di pagi hari ‘Āisyah ditemukan oleh seorang sahabat yang bernama

Ṣafwan ibn Al-Mu’ṭᾱṭal al-Sulamī. Mengetahui bahwa yang tertinggal

adalah ibunda kaum mukmin, Ṣafwan kemudian menundukkan untanya

dan mempersilahkan ‘Āisyah menaikinya.6

Sesampainya di Madinah, para sahabat melihat kejadian tersebut.

Fenomena ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang munafik untuk

menyudutkan Nabi Saw. Dengan didalangi oleh Ubay ibn Salul, mereka

menyebarkan berita bohong tentang ‘Āisyah. Mendapati perlakuan seperti

itu, Nabi merasa risau dan kemudian Allah Swt menurunkan ayat tersebut;

membantah kabar yang telah dibawah oleh Ubay ibn Salul.7

Kata االفك al-ifk diambil dari kata ألفكا al-afku yang berarti

keterbalikan, baik material, seperti akibat gempa yang menjungkirbalikkan

negeri, maupun immaterial, seperti keindahan bila dilukiskan dalam

bentuk keburukan atau sebaliknya. M. Quraish Shihab menyebutkan

5Jalᾱl al-Dīn al-Suyuṭī, Asbᾱb al-Nuzūl, terj. Tim Abd al-Hayy (Jakarta: Gema Insani,

2008), h. 394 6Jalᾱl al-Dīn al-Suyuṭī, Asbᾱb al-Nuzūl, h. 394

7Hamka, Tafsīr al-Azhar, h. 151-156

Page 45: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

33

bahwa maksud dari frasa tersebut adalah kebohongan besar karena

kebohongan adalah pemutarbalikkan fakta.8

Dewasa ini, penyebaran berita bohong–yang biasanya dikenal

dengan istilah hoax semakin merajalela. Kemudahan dalam mengakses

dan menyebarkan sebuah berita, berdampak pula pada penyalahgunaan

beberapa oknum terhadap media sosial tersebut. Terbukti, di Indonesia–

khususnya; hingga di tahun 2018 Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik

(IKP), Kominfo menyebutkan bahwa penyebaran tersebut menyentuh

hingga 800 ribu konten pertahun.9

Oleh sebab itu, kehadiran nilai dan norma sosial yang terkadung di

dalam Q.S al-Nūr, diharapkan mampu menjadi ibrah bagi generasi saat ini

dan seterusnya. Sebab, dampak ngetif yang ditimbulkan dari peristiwa

tersebut sangat besar dan dapat menganggu kestabilan hidup

bermasyarakat.10

B. Penilaian Masyarakat Tentang Peristiwa al-Ifk

Tersebarnya peristiwa al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah, tentu

menimbulkan penilaian di kalangan masyarakat Madinah pada saat itu.

Sebagai sosok umm al-mikminīn, tentu berita tersebut tidak sepatutnya

disematkan padanya.11

Hal ini termaktub pada ayat ke-12

8M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 296

9Linda Juliawanti, “Angka Penyebaran Hoax Capai 800 Ribu Konten, di Pilkada Terus

Meningkat,” IDN Times, diaksees pada 14 Maret 2018 10

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 151-152 11

Ibn Kaṭīr, Tasīr Ibn al-Kaṭīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-Aṭari (Jakarta:

Pustaka Imam asy-Syafi’ī, 2004), h. 22

Page 46: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

34

“(12). Mengapa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan

tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu

mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu

berita) bohong yang nyata.”

Ayat di atas merupakan kecaman bagi orang-orang mukmin–

khususnya, tentang sikap mereka tatkala menanggapi berita al-ifk.

Sikapnya yang hanya terdiam, tidak membenarkan atau membantah kabar

tersebut dan bahkan ada membicarakan sambil bertanya-tanya terkait

kebenarannya.12

a. Penilaian Baik

Keimanan yang dimiliki oleh orang mukmin menjadi salah satu

tolok ukur dalam menilai peristiwa al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah.

Sebagai objek atas peristiwa al-ifk, ia yang notabenya sebagai umm al-

mukminīn adalah sosok yang lebih bersih secara rohani jika

dibandingkan dengan mukmin lainnya.13

Sifat itulah yang membuat

sebagian orang mukmin menilai bahwa peristiwa al-ifk yang terjadi

pada ‘Āisyah adalah dusta.

Usamah bin Zaid adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw yang

mendustai peristiwa al-ifk. Abᾱb al-Nuzūl pada ayat ke-11

12

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱh, h. 299 13

Muḥammad ‘Ālī al-Ṣᾱbunī, Ṣafwah al-Tafᾱsīr, h. 559

Page 47: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

35

menyebutkab bahwa, ketika Rasulullah Saw menanyakan pendapatnya

tentang peristiwa tersebut, ia berkata, “...Wahai Rasulullah Saw, ia

adalah adalah istri anda, dan kami tidak mengetahui kecuali kebaikan

pada dirinya.”14

Penilaian senada juga dilakukan oleh Barīrah–seorang budak

wanita yang senantiasa berkata jujur. “Tatkala Nabi Saw

memanggilnya dan berkata, ‘Hai Barīrah, apakah engkau melihat

sesuatu yang mencurigakan pada ‘Āisyah? Barīrah menjawab: ‘Demi

Allah Swt yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku

tidak pernah melihat sesuatu yang tercela darinya, hanya saja ia adalah

seorang gadis belia yang pernah ketidudaran saat menjaga adonan roti

milik keluarganya, lalu datanglah kambing memakannya.”15

b. Penilaian Buruk

Meski keimanan menjadi salah satu tolok ukur dalam menilai

peristiwa al-ifk, namun ada beberapa sahabat nabi yang tergerus dalam

penyebaran tersebut. Melesatnya kabar tersebut dari mulut ke mulut,

hingga menjadi sebuah rahasiaumum hingga jarang orang yang

berpikir tentang kebenarannya. Bahkan boleh jadi, orang yang semula

masih menimbang tentang keotentikan berita tersebut, menjadi ragu

karena orang-orang di kanan kirinya yang membicarajannya.16

‘Ālī bin Abī Ṭᾱlīb adalah salah satu sahabat nabi yang menilai

buruk tentang peristiwa al-ifk. Asbᾱb al-Nuzūl pada ayat ke-11

menunjukkan bahwa ketika Nabi Saw bertanya kepada ‘Ālī tentang

14

Jalᾱl al-Dīn, Asbᾱb al-Nuzūl, h. 395 15

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn al-Kaṭīr, h. 18 16

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, 151

Page 48: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

36

‘Āisyah, ia menjawab, “Wahai Rasul, Allah Swt tidak mempersempit

wanita untukmu. Banyak wanita selainnya. Jika engkau bertanya pada

pembantunya, Barīrah tentukah ia akan menjawab yang sebenarnya.”

Sehingga, pernyataan ‘Ālī ini berdampak pada sikap ‘Āisyah ketika

pengangkatannya menjadi khalifah.17

C. Dampak Peristiwa al-Ifk

a. Dampak Pada Objek al-Ifk

Penyebaran peristiwa al-ifk yang terjadi kepada ‘Āisyah begitu

cepat hingga Rasululloh Saw. Sekembalinya ‘Āisyah dari Madinah, ia

jatuh sakit dan tidak mengetahui adanya berita tersebut. Hingga

kemudian, ia menaruh curiga atas kurangnya sikap kelemah lembutan

yang biasa beliau berikan. Pada saat itu, Nabi berkunjung kepada

‘Āisyah, mengucapkan salam dan hanya berkata, “Bagaimana

kabarmu? Sejurus kemudian, ketika ‘Āisyah mengetahui berita

tersebut ia kemudian meminta izin untuk mengunjungi orang tuanya

dan Nabi pun memperbolehkannya.18

Dampak yang dirasakan oleh ‘Āisyah selaku objek atas peristiwa

al-ifk semakin dahsyat ketika Nabi mengunjunginya seraya berkata

agar ia senantiasa bertawakkal dan bertaubat atas perbuatan yang tidak

pernah ia lakukan. Bahkan, pada saat itu kedua orang tuanya pun tidak

mampu memberikan tanggapan atas perkataan Nabi. Hingga

kemudian, setelah Allah Swt menurunkan ayat ke-11 yang berupa

17

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 298 18

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn Kaṭīr, h. 17

Page 49: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

37

penolakan peristiwa al-ifk dan pembersihan nama baiknya, kedua

orang tua ‘Āisyah menyuruhnya untuk berterima kasih terhadap

Rasululloh. Namun dengan tegas beliau menjawab, “Saya tidak akan

berdiri untuk melakukan itu dan tidak ada yang akan saya puji selain

Allah Swt sebab Dialah yang telah menurunkan wahyu tentang

kesucianku.19

Fenomena di atas terlihat jelas bahwa dampak psikis yang ia alami

sangat dahsyat. Ia merasa risau dan terpojokkan dari lingkungan

sosialnya. Terbukti, ketika kedua orang tuanya menyuruhnya untuk

berterimakasih atas wahyu tentang kesucian dirinya yang diturunkun

kepada Nabi, ia menolak sebab hanya Allah Swt yang patut dipuji.

b. Dampak Pada Keluarga al-Ifk

Dampak atas peristiwa al-ifk, tidak hanya dirasakan oleh objek saja

namun juga pada keluarganya. Terbukti Asbᾱb al-Nuzūl pada ayat ke-

11 menyebutkan bahwa ketika berita al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah

sampai pada Rasululloh Saw, ia menjadi risau. Kondisi Nabi tersebut

disebutkan pada asbᾱb al-nuzūl ayat ke-11, yakni:20

“Setelah Rasulullah Saw berita tentang peristiwa al-ifk tersebar

hingga Rasulullah Saw, ia kemudian berpidato di depan para

sahabatnya dan berkata, “Wahai sekalian manusia! Mengapa

orang-orang telah menyakiti diriku dari hal isteriku? Dia dituduh

dengan tuduhan yang tidak-tidak? Demi Allah Swt, yang aku

ketahui tentang ahliku adalah baik belaka. Dan disebut-sebut pula

nama seorang laki-laki yang demi Allah dia pun saya kenal

seorang yang baik. Dia belum pernah masuk ke dalam rumahku,

kecuali bersamaku.”

19

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 155 20

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, 152

Page 50: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

38

Pidato tersebut kemudian menimbulkan pertengkaran di antara para

sahabat dari bani ‘Aus–seperti Ussaid bin Ḥuẓair dan bani Khazrᾱz–

yakni Sa’ad bin Ubadah, yakni keduanya hendak mengajukan diri

untuk menyelasaikan hukuman bagi masing-masing dari golongan

yang terbukti. Peristiwa tersebut nyaris menimbulkan hal-hal yang

tidak diinginkan, hingga kemudian Rasulullah Saw meminta pendapat

Usᾱmah bin Zaid, ‘Ālī bin Abī Ṭᾱlib dan Barīrah.21

Mendapati pendapat yang berbeda-beda, ia kemudian mendatangi

‘Āisyah seraya berkata, “ Hai ‘Āisyah, sudah banyak kata orang

tentang dirimu, bertakwalah saja engkau kepada Allah Swt. Kalau

benar-benar engkau telah berbuat salah sebagaimana yang dikatakn

orang-orang itu, bertaubatlah karena sesungguhnya Allah Swt Maha

menerima taubat.”22

Kegelisahan yang menimpa pada keluarga ‘Āisyah terkait dengan

peristiwa al-ifk tidak hanya dirasakan oleh Nabi Saw selaku suaminya.

Namun, ‘Abū Bakar dan Istrinya–selaku kedua orang tuanya pun

merasakan hal yang demikian. Asbᾱb al-nuzūl pada ayat ke-11 pun

menyebutkan sikap kedua orang tuanya ketika Rasulullah hadir

menemui ‘Āisyah seraya menyuruhnya bertakwa dan bertaubat jika

tuduhan tersebut benar. Di dalamnya dijelaskan bahwa:23

“Setelah Rasulullah Saw datang menemuiku dan menyuruhku

untuk bertakwa dan bertaubat atas kesalahanku, ‘Āisyah berkata:

‘Demi Allah Swt, Rasulullah Saw telah berkata demikian pula.

21

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 152-153 22

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 152-153 23

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 154

Page 51: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

39

Sehingga tersenak air mataku, hingga tak ada perasaanku lagi.

Aku menunggu semoga kedua orang tuaku menyambut

perkataanku. Namun keduanya tidak menyahut hingga keduanya

kutegur. Kemudian mereka berdua menjawab, ‘Demi Allah kami

tidak tahu apa yang akan kami jawabkan kepada beliau.”

Sikap yang diambil oleh kedua orang tua ‘Āisyah merupakan

akibat dari kegelisahan yang mereka rasakan. Hal ini menunjukkan

bahwa dampak dari peristiwa al-ifk tidak hanya dirasakan bagi

objeknya, namun orang-orang disekitarnya.

D. Rahmat Allah Swt Bagi Hamba-Nya

a. Petunjuk al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci24

yang kebenarannya bersifat

abadi25

hingga akhir zaman. kandungannya tidak hanya memuat tentang

perintah dan larangan, janji dan ancaman bagi orang-orang mukallaf;26

namun al-Qur’an mengandung beragam mukjizat, baik dari aspek susunan

bahasanya, syari’atnya yang lembut dan sempurna, tidak adanya

pertentangan dengan ilmu pengetahuan, kesanggupannya memenuhi segala

kebutuhan manusia, pengaruhnya dalam hati pengikut dan musuhnya,

hingga mukjizat dalam hal-hal gaib, seperti berita tentang kemengangan

Romawi atas Persia, kemenangan Nabi pada Perang Badar, dan lain

sebagainya.27

24

Quraish Shihab, Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami al-Qur’an, h. 5 25

Syaikh Manna al-Qaththan, Mannᾱ’ al-Qaṭᾱn, terj. Annur Rafiq El-Mazni, Pengantar

Studi Ilmu al-Qur’an, h. 3 26

Abu Yasid, Metodologi Penafsiran Teks; Memahami Ushul Fiqh Sebagai Epistemologi

Hukum (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), h. 3-4 27

Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni, Al-Tibyᾱn fī ‘Ulūm al-Qur’an, terj. Muhammad

Qodirun Nur, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani, 1988), h. 136

Page 52: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

40

Ia hadir sebagai kitab hidayah bagi seluruh umat manusia,

khususnya umat Islam.28

Salah satu bentuk hidayah-Nya berupa norma-

norma yang Allah Swt tetapkan dalam Q.S al-Nūr dalam menyikapi

peristiwa al-ifk. Peringatan Allah Swt dan penjelasan tentang fungsi ayat-

ayat-Nya termaktub pada ayat ke-17 dan 18

“(17). Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali

memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-

orang yang beriman. “(18). Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada kamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Ayat ini merupakan peringatan Allah Swt kepada setiap mukmin

ketika mendapat sebuat berita. Peristiwa al-ifk yang Ia sebutkan di dalam

kalam-Nya, harus mereka jadikan sebagai pembelajaran bagi generasi-

generasi selanjutnya.29

b. Memberikan Ampunan Kepada Para Penyebar al-Ifk yang

Bertaubat

Rahmat Allah Swt lainnya, yang diberikan kepada hamba-Nya

yang sungguh-sungguh bertaubat atas keterlibatannya dalam peristiwa al-

28

Fungsi al-Qur’an sebagai hidayah tersebut dijelaskan di dalam Q.S al-‘Imrᾱn: 138

“(al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi

orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 3:138) 29

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn Kaṭīr, h. 25

Page 53: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

41

ifk diterima taubatnya dan dibersihkan nama baiknya. Sosok Misṭah yang

digambarkan dalam asbᾱb al-nuzūl ayat ke-11 merupakan bentuk konkrit

ampunan tersebut.

Ketika Abū Bakr mengetahui bahwa ia terlibat penyebaran

peristiwa al-ifk, ia yang awalnya dinafkai oleh Abū Bakar mendadak

bersumpah tidak akan memberikan nafkah lagi. Namun karena

kesungguhannya dalam bertaubat kepada Allah Swt, Abū Bakr kemudian

ditegur oleh Allah Swt–yakni pada ayat-22, dengan firman-Nya yang

menegaskan agar ia tidak mencegah untuk berbuat baik kepada siapapun.30

Demikianlah ampunan yang Allah Swt senantiasa berikan kepada

hamba-Nya. Bahkan, kemurnian hati seorang mukmin agar senantiasa

memaafkan siapapun yang menyakiti hatinya pun tergambar pada sosok

Abū Bakr. Tindakannya untuk bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun,

dan ia kemudian ia kembali memberikan nafkah adalah sikap yang patut

dijadikan sebagai panutan bagi generasi selanjutnya. Hal inilah yang

menjadi salah satu sebab stabilitas kerukunan dan kedamaian dalam

masyarakat.

30

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 310-311

Page 54: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

42

BAB IV

NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA

AL-IFK

A. Norma Moral

a. Menjauhi Hal-hal yang Menimbulkan Fitnah

Peristiwa al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah–sebagaimana yang

dijelaskan pada Q.S al-Nūr: 111 patut dijadikan sebagai ibrah bagi

generasi selanjutnya. Asbᾱb al-nuzūl ayat tersebut menyebutkan bahwa

kembalinya ‘Āisyah dan Ṣafwan ibn al-Mu’ṭᾱṭal al-Sulamī secara

berduaan tersebutlah yang menjadi cela bagi orang-orang munafik dalam

menyebarkan berita al-ifk, yakni:2

“Tatkala ‘Āisyah tertinggal rombongannya, ia kemudian

menunggu di tempat semula (tempat beristirahat sebelumnya),

berharap rombongan tersebut menyadari ketidakberadaannya.

Ketika ia menunggu, ia tertidur dan pada saat itu Ṣafwan ibn al-

Mu’ṭᾱṭal al-Sulamī yang sedang mengiringi rombongan di

belakang, melihat sesosok hitam yang sedang tertidur. Menyadari

bahwa ia adalah ‘Āisyah, sepontan ia mengucapkan kalimat istirja’

dan kemudian menambatkan kendaraannya sembari

mempersilahkannya naik. Maka ketika sampai di rombongan,

orang-orang munafik mengomentari peristiwa tersebut–

1Q.S al-Nūr: 11

“(11). Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian

juga. Janganlah kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia baik bagi kalian.

Tiap-tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Siapapun di antara

mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab

yang besar.”

2Ibn Kaṭīr, Tafsīr ibn al-Kaṭīr, h. 16

Page 55: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

43

memprovokasi al-ifk, yakni didalangi oleh ‘Abdullah bin Ubay bin

Salul.”

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa berduaan dengan lawan

jenis yang tidak satu mahram3 dapat menimbulkan fitnah. Sosok ‘Āisyah

yang notabenya umm al-mukmin–kredibilitasnya lebih baik dibanding

mukmin lainnya, pun mendapat stigma negatif yang tidak seharusnya

terjadi padanya apalagi mukmin lainnya.4 Sehingga ayat ini terkadung

salah satu norma sosial yakni menjauhi hal-hal yang menimbulkan fitnah,

seperti berduaan dengan lawan jenis yang tidak satu maḥram.

b. Selektif dalam Menyampaikan Berita

Menyaring dan menyampaikan sebuah berita secara selektif

merupakan salah satu keharusan yang harus diterapakan bagi seluruh

lapisan masyarakat. Fenomena al-ifk yang terjadi kepada ‘Āisyah

merupakan bukti konkrit yang Allah Swt jelaskan tentang dampak negatif

yang ditimbulkan dari sebuah berita bohong, sangat dahsyat.

Asbᾱb al-Nuzūl pada ayat ke-11 menyebutkan bahwa “Tatkala

‘Āisyah dan Ṣafwan ibn al-Mu’ṭᾱṭal al-Sulamī sampai di rombongannya,

berita dari ahl al-ifki tersebar dengan cepat. Dari mulut ke mulut, mereka

menyebarkan bahwa ‘Āisyah dan Ṣafwan ibn al-Mu’ṭᾱṭal al-Sulamī telah

3Mahram adalah orang yang haram dinikahi karana sebab hubungan sedarah,

sepersusuan, dan ikatan pernikahan. Adapun yang termasuk kategori maḥram adalah suami, ayah,

mertua laki-laki, anaknya, anak tirinya, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-

laki dan perempuan, sesama wanita, hamba sahaya (ketika dunia masih mengakui perbudakan),

pelayan laki-laki yang tidak mempunyai hasrat, dan anak laki-laki yang belum mengetahui daerah-

daerah yang menimbulkan syahwat. Lihat: Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 181-182 4Muḥammad ‘Ālī al-Ṣᾱbunī, Tafsīr Ṣafwah al-Tafᾱsīr, h. 599

Page 56: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

44

berlaku serong, bersekongkol menghianati Rasulullah Saw, berjalan

berdua-duaan, dan lain sebagainya. Berita tersebut diatur sedemikian rupa

dari mulut ke mulut, hingga menjadi berita umum, hingga orang-orang

yang menerima berita tersebut tidak menyelidiki kebenarannya. Mereka

yang awalnya ragu dan mempertanyakan kebenarannya, pun menjadi

ragu.”5

Lebih lanjut, pada ayat ke-15 Allah Swt memberikan peringatan

kepada kaum mukmin tentang bahaya lisan, yakni:

“(15). (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari

mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak

kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh,

padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.”

Kata secara hakiki, berkmakna “...Alat yang berada di mulut

yang digunakan untuk menjilat, mengecap, dan berkata-kata. Sedangkan

secara majᾱzī, bermakna bahasa. Namun, M. Quraish Shihab menyebutkan

bahwa makna yang digunakan dalam ayat ini adalah makna secara

hakiki.”6

5Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 151

6M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 304

Page 57: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

45

Lidah menjadi salah satu panca indra yang sangat berperan aktif

dalam menciptakan kehidupan yang harmonis terhadap sesama. Meski

mempunyai fungsi yang sama bagi setiap manusia, namun karakter lidah

ketika berbicara, berbeda-beda. Yakni, ada yang mampu mempertanggung

jawabkan ucapannya hal ini muncul akibat keyakinan mereka tentang

adanya balasan di akhirat sehingga mereka tidak mengggunakan dengan

sembarangan. Bahkan, ada juga yang sebaliknya.7

Demikianlah sebuah berita yang mengandung nilai provokasi. Ia

menyebar dengan sangat cepat tanpa mempertimbangkan maẓarᾱt yang

ditimbulkan. Ketika ‘Āisyah sampai di Madinah, ia terkena demam karena

penatnya perjalanan jauh. Berita al-ifk telah menyebar luas hingga

Rasululloh Saw, Abu Bakr dan istrinya–hingga membuat mereka risau,

namun ‘Āisyah belum tahu-menahu. Ketika ‘Āisyah mengetahui berita

tersebut, ia mengalami kesedihan yang begitu mendalam.8

Sehingga, untuk mendapati kebenaran berita tersebut, Rasululloh

Saw bertanya kepada para sahabatnya seperti ‘Ālī bin Abī Ṭᾱlīb, Zainab

binti Jaḥsy, dan sahabat lainnya. Kemudian Allah Swt menurunkan Q.S al-

Nūr: 11 untuk menampik berita al-ifk dan membersihkan nama ‘Āisyah.9

Penjelasan dari asbᾱb al-nuzūl ayat di atas menunjukkan bahwa

dampak negatif yang dirasakan oleh ‘Āisyah, Rasulullah Saw, Abū Bakr,

dan keluarga lainnya sangat dahsyat. Fenomena tersebut menunjukkan

salah satu norma moral yang harus diterapkan dalam mengambil dan

7Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 161

8Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 151-152

9M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 298

Page 58: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

46

menyampikan sebuah berita adalah mencari kebenarannya secara selektif

terlebih dahulu, yakni dengan tidak tergesa-gesa dan tidak terprovokasi

dengan situasi maupun kondisi, agar tidak menimbulkan keresahan,

kekecewaan, dan dampak negatif lainnya.

c. Ḥusn al-Ẓᾱn Terhadap Sesama

Keimanan menjadi salah satu tangga dalam menilai dan menerima

sebuah berita yang sedang menimpa sesama saudara mukminnya.

Penagasan kata المؤمين dan المؤمنات pada ayat ke 12 merupakan salah satu

petunjuk Allah Swt, bahwa salah satu dampak dari sebuah keimanan

adalah senantiasa berbaik sangka terhadap sesama mukmin.10

Hal ini

sebagaimana firman Allah Swt:

(12). Mengapa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tidak

berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu

mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu

berita) bohong yang nyata.”

‘Ālī al-Ṣᾱbunī menyebutkan bahwa. “…Karakteristik utama yang

harus dimiliki oleh tiap-tiap orang mukmin dalam menyikapi adanya

hoax adalah dengan tidak membenarkan dan tidak menyalahkannya.

Cukuplah atas mereka bersikap ḥusn al-ẓᾱn (berbaik sangka) kepada

objek yang terkena isu tersebut.” Dalam fenomena ‘Āisyah, haruslah kita

10

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 300

Page 59: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

47

kiaskan bahwa sebuah isu yang tidak layak bagi seorang mukmin biasa,

bagaimana mungkin terjadi kepada umm al-mukmīn yang notabenya

lebih bersih dari yang lainnya.11

Penjelasan ayat di atas menunjukkan bahwa norma moral lainnya

yang terkadung dalam Q.S al-Nūr tentang peritiwa al-ifk adalah ḥusn al-

ẓᾱn. Kendati norma yang terkandung demikian, namun sikap lahiriah

manusia yang selalu ingin tahu dan penasaran terhadap semua hal, dapat

berakibat pada langkah pengambilan dan penyampaian berita yang tidak

tepat. Sehingga pada Q.S al-Hujurᾱt: 12 Allah Swt memberikan

penegasan terkait bahaya sebuah prasangka.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah

sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah

salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang

sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan

bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima

taubat lagi Maha Penyayang.”

Ibn Kaṭīr menyebutkan bahwa ayat ini merupakan larangan Allah

Swt kepada hambaNya yang beriman dari banyak prasangka, yakni

11

Muhammad ‘Ālī al-Ṣᾱbūnī, Ṣafwah al-Tafᾱsīr, terj. Yasin, h. 599

Page 60: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

48

melakukan tuduhan dan penghianatan terhadap keluarga dan kaum kerabat

serta umat manusia secara keseluruhan yang tidak pada tempatnya karena

itu termasuk perbuatan dosa.12

d. Saling Memaafkan

Mengetahui orang yang menyebarkan berita bohong tentang kita,

keluarga, atau orang terdekat lainnya, tentu dapat menimbulkan perasaan

tidak suka, marah, benci, kecewa, dan lain sebagainya. Terlebih, jika yang

menyebarkan adalah orang terdekat kita. Hal inilah yang terjadi pada Abū

Bakr ketika mengetahui bahwa salah satu penyebar peristiwa al-ifk adalah

Misṭah bin Uṫᾱṫᾱh.

Misṭah bin Uṫᾱṫah adalah keponakan Abū Bakr yang fakir, dan

diberikan nafkah oleh Abū Bakr. Setelah Allah Swt menurukan Q.S al-

Nūr: 11–yakni pembebasan atas ‘Āisyah dari peristiwa al-ifk, ia kemudian

bersumpah tidak memberi ia nafkah lagi.13

Kemudian Allah Swt

menurunkan ayat ke-22 yakni:

“(22) Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan

kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan

memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang

miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan

hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu

12

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn Kaṭīr, h. 487 13

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn al-Kaṭīr, h. 20

Page 61: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

49

tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini merupakan gambaran kemurnian hati orang-orang

mukmin dan patut dijadikan acuhan bersikap bagi mereka.14

Bagaimana

tidak, penggunakan kata عفو yang berarti ‘meninggalkan sanksi terhadap

yang bersalah (memaafkan) menunjukkan bahwa setelah peristiwa al-ifk

tersebut, Abū Bakr mencabut dan melupakan tindakan yang dilakukan

keponakannya dan kembali memberikan nafkah seperti semula.15

Sedangkan M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa, “Tidak

ditemukan dalam al-Qur’an perintah meminta maaf, namun ayat-ayat yang

ditemukan adalah perintah untuk senantiasa memberi maaf.16

Ketiadaan

perintah meminta maaf, bukan berarti yang bersalah tidak diperintahkan

meminta maaf, bahka ia wajib memintanya, tetapi lebih menuntut manusia

agar senantiasa berbudi luhur, yakni selalu memberikan maaf terhadap

sesama.”17

Sehingga, penggalan akhir surat tersebut dikhiri dengan

‘Apakah Kamu tidak Ingin Allah

Mengampunimu? Dan Allah Swt adalah Maha Pengampun dan Maha

14

Sayyid Quṭb, Tafsīr fI Zilᾱl al-Qur’an, h. 226 15

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 310-311 16

Hal ini sebagaimana dalam Q.S al-A’rᾱf: 199

“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari

pada orang-orang yang bodoh.” 17

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Misbᾱḥ, h. 311-312

Page 62: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

50

Penyanyang.’ Hal ini menunjukkan bahwa memberi maaf terhadap

sesama, itu lebih baik baik orang-orang beriman.18

e. Berlapang Dada

Berlapang dada atas peristiwa yang menimpa seseorang merupakan

salah satu norma yang sangat di anjurkan. Penggunaan kata pada

ayat ke-22 berasal dari akar kata yang berarti ‘lembaran yang

terhampar.’ M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa ayat ini memberi

kesan bahwa “…Yang melakukannya membuka lembaran baru, putih,

belum pernah dipakai, apalagi dinodai oleh sesuatu yang harus dihapus.”19

Peristiwa al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah dan sikap Abū Bakr

kepada para penyebar berita tersebut patut dijadikan ibrah bagi semua

orang. Meski ia mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukan oleh

Misṭᾱh–keponakannya itu salah, bahkan ia pun bersumpah untuk tidak

memberikan nafkah kepadanya yang fakir. Namun ketika Misṭᾱh bertaubat

dan menyesali perbuatannya, ia memaafkan sepenuhnya, melupakan

segala perbuatan yang ia lakukan dan kembali memberikan nafkah seperti

sedia kala. Demikian sikap terpuji yang patut kita teladani sebagai orang

mukmin yang taat kepada Allah Swt.

18

Hamka, Tafsīr al-Azhar, h. 166 19

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 311

Page 63: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

51

B. Norma Hukum

a. Melakukan Tabayyun

Tabayyun merupakan norma hukum yang Allah Swt sebutkan

dalam Q.S al-Nūr, yang tercermin pada ayat ke-13 yang mengharuskan

untuk mendatangkan empat orang saksi. Hal ini karena hoax bukan hal

yang remeh karena “...Menyentuh derajat paling tinggi dan kehormatan

yang paling suci, tidak mungkin dibiarkan namun harus ada pembuktian

dan persaksian.”20

“(13). Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang

membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-

saksi tersebut, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah

orang-orang yang berdusta.”

Pernyataan Allah Swt agar mendatangkan empat orang saksi atas

tuduhan yang diberikan orang munafik kepada ‘Āisyah, harus diterapkan

pada kasus lainnya. Misalnya, di Indonesia yang menganut sistem

demokrasi.21

Kebebasan berpendapat acap kali disalah artikan untuk

20

Sayyid Quṭb, Tafsīr Fī Zilᾱl al-Qur’an, v. viii, h. 224 21

Secara etimologi, “...Demokrasi (dari bahasa Yunani) berasal dari dua kata demos

(rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Sedangkan secara terminologi adalah

suatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Maksudnya, pemerintahan dari rakyat berarti

suatu pemerintahan yang sah dan mendapat pengakuan dan dukungan masyarakat melalui

mekanisme demokrasi, pemilihan umum. Sedangkan pemerintahan oleh rakyat berarti suatu

pemerintahan yang menjalan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan pribadi atau golongan.

Begitupun dengan pemerintahan untuk rakyat adalah suatu kekuasaan yang diberikan oleh rakyat

Page 64: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

52

menjatuhkan lawan. Perasaan dengki, benci dan dendam dalam batin

sering dipergunakan untuk menyinggung kehormatan orang lain dengan

mengatasnamakan demokrasi.22

Oleh sebab itu, tabayyun dianjurkan agar

tidak menciderai kehormatan sesama mukmin.

b. Bersikap Adil dalam Menetapkan Hukum

Bersikap adil dalam menentukan sebuah hukum, tidak didasarkan

pada syahwat, unsur kekerabatan, dan kedekatan sosial lainnya merupakan

salah satu norma hukum yang Allah Swt jelaskan pada ayat ke-22.23

“(22) Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan

kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan

memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang

miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan

hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu

tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini turun sebagai bentuk teguran kepada Abū Bakr. Sikapnya

ketika mengtahui Misṭah–keponakannya adalah penyebar peristiwa al-ifk,

dan sontak membuatnya bersumpah untuk tidak memberinya nafkah

kepada pemerintah harus dijalankan sesuai dengan kepentingan rakyat.” Lihat: A. Ubaedillah dan

Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga(negara)an (Civic Education); Demokrasi, Hak Asasi

Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 66-

68 22

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 160 23

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 165

Page 65: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

53

sangat mengandung emosional. Padahal itu merupakan salah satu bentuk

godaan setan, yakni mencarikan dalil agar seseorang enggan membantu

orang lain. Sebagaimana firman Allah Swt pada ayat ke-21:24

“(21) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-

langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh

mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya

tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu

sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari

perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya,

tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Firman-Nya “langkah-langkah setan”

menggambarkan ketelitian rayuannya dalam menyesatkan manusia.

Langkah yang diambil setan pun selangkah demi selangkah.25

Sehingga

semakin lurus jalan yang diikuti oleh manusia, maka semakin gencar pula

setan menjerumuskannya. Oleh sebab itu, tempatkanlah Allah Swt sebagai

tujuan pertama dalam segala hal, karena hanya Dia-lah yang mampu

24

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 310 25

M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbᾱḥ, h. 309

Page 66: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

54

membimbing dan membersihkan pribadi manusia dari kekotoran

duniawi.26

c. Hukuman Hanya Memberikan Efek Jerah

1. Bagi Penyebar al-Ifk

Setiap perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan, tentu

akan mendapatkan hukuman. Pun bagi para penyebar peristiwa al-

ifk. Secara tegas Allah Swt menyebutkan hukumannya, yakni pada

ayat ke-13

“(13). Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang

membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak

membawa saksi-saksi tersebut, maka mereka itu dalam

pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta.”

Dihukumi sebagai seorang pendusta merupakan suatu

hukuman yang tidak menciderai secara jasmani, namun

menganggu secara psikologi. Bagaimana tidak, ketika sebuah

tuduhan itu tidak terbukti kebenarannya, maka secara sosial mereka

akan dikucilkan dan mendapat stigma negatif sebagai

pembohong.27

26

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 165 27

Hamka, Tafsīr al-Azhᾱr, h. 164-165

Page 67: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

55

Di Indonesia, pun telah diatur sedemikian rupa bagi para

penyebar hoax, yakni dipidana penjara paling lama enam tahun dan

denda uang sebesar 1 miliyar rupiah.28

Kedua hukuman ini dapat

menimbulkan kerugian secara finansial dan psikologi, karena

kebebasan yang semula dapat dinikmati oleh pelaku penyebaran

hoax, kemudian dibatasi dan diawasi. Hal inilah yang menjadi

salah satu penganggu secara psikologi seseorang.29

2. Bagi Objek al-Ifk

Sebagai objek atas peristiwa al-ifk, meski terbukti atau tidak

kebenarannya, tentu memiliki dampak tersendiri bagi mereka.

Peristiwa al-ifk yang terjadi pada ‘Āisyah–umm al-muminīn, meski

dusta ia merasa dikucilkan ketika berita tersebut belum dibantah oleh

Allah Swt. Asbᾱb al-Nuzūl pada ayat ke-11 menyebutkan bahwa: 30

“Ketika berita itu menyebar, ada yang menyakini dan ada yang

menolak. Pada saat itu aku terus menangis, air mataku terus

berlinang tanpa henti dan aku tidak bisa tidur. Kedua orang

tuaku mengkhawatirkan tangisanku itu dapat membelah

jantung.”

28

Hal ini diatur dalam UU ITE No. 11 Tahun 2008, pasal 45, ayat 32. Lihat: Aziz

Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 127 29

Keberadaan penjara berfungsi agar narapidana menyadari kesalahannya, memperbaiki

dirinya, tidak mengulangi, dan senantiasa menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab.

Secara psikologi, para narapidana yang dipenjara mengalami gangguang. Bagaimana tidak,

kebebesan dalam berperilaku dan beraktifitas sebelumnya, berubah drastis dengan aturan yang

ketat dan adanya batasan dalam bertemu orang-orang yang dicintai. Terlebih, jika tidak ada

dukungan dari pihak keluarganya; maka bisa menimbulkan tingkat stres yang berlebihan. Lihat:

Muhammad Riza dan Ike Herdiana, “Resiliensi Pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1

Medaeng,” Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 1, No. 03 (Desember, 2012), h. 142-143 30

Ibn Kaṭīr, Tafsīr Ibn Kaṭīr, h. 18

Page 68: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

56

Kondisi yang dialami ‘Āisyah meski hanya berita dusta,

mengindkasikan keterpurukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika suatu

berita belum terungkap faktanya, maka salah satu hukuman yang ia

alami adalah dikucilkan dan mendapat stigma negatif dari lingkungan

sosialnya. Pun jika berita itu terbukti dusta, maka perasaan tidak

nyaman terhadap lingkungan sosial pun tentap terganggu.

Page 69: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,

maka penulis menyimpulkan bahwa nilai dan norma sosial tentang

peristiwa al-ifk yang terkandung di dalam Q.S al-Nūr: 11-22 adalah:

a. Norma Moral

Norma moral merupakan norma tertinggi karena suatu perbuatan

dianggap baik atau buruk; ditinjau dari sudut pandang etis, ditentukan

oleh norma ini. Adapun norma moral tentang ḥadīṣ ifk yang

terkandung di dalam Q.S al-Nūr adalah:

1. Menjauhi hal-hal yang menimbulkan fitnah, seperti berduaan

dengan lawan jenis yang tidak satu maḥrᾱm dan lain sebagainya.

2. Selektif dalam menyampaikan berita

3. Ḥusn al-ẓan terhadap sesama

4. Saling memaafkan

5. Berlapang dada

b. Norma Hukum

Tujuan adanya sebuah hukum adalah untuk memberikan efek

jera kepada tersangka. Sehingga, dalam menetapkan sebuah hukum,

seorang hakim tidak boleh gegabah. Adapun norma hukum tentang

peristiwa al-ifk yang terkadung di dalam Q.S al-Nūr adalah:

1. Melakukan tabayyun

Page 70: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

58

2. Bersikap adil dalam menentukan sebuah hukum

3. Hukuman yang diberikan hanya bersifat memberikan efek jerah,

baik kepada penyebar berita bohong ataupun pelakunya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa pembahasan tentang Q.S al-Nūr belum

selasai. Penafsiran yang sesuai dengan konteks perkembangan pun harus

senantiasa dilakukan, tanpa harus menafikan penafsiran para ulama

terdahulu. Dengan metode penafsiran dan pendekatan yang baru seperti

pendekatan maqᾱsid, dan lain sebagainya, maka esensi dari makna yang

terkandung di dalam Q.S al-Nūr akan mampu diterima oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, penulis berharap agar penafsiran ayat ini tidak berhenti

sampai di sini, namun senantiasa dikembangkan dari zaman ke zaman.

Page 71: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatim. Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006

Abdulsyani. Sosiologi; Sistematika, Teori, dan Terapani. Jakarta: Bumi Aksara,

2012

Ali Musharfi, Muhammad. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti. Surakarta:

Ziyad Visi Media, 2009

‘Alī al-Ṣᾱbunī, Muhammad. Al-Tibyᾱn fī ‘Ulūm al-Qur’an, terj. Muhammad

Qodirun Nur, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka Amani,

1988

_______. Ṣafwah al-Tafᾱsīr, terj. Yasin. Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2011

Aminah, Siti. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Nūr

Ayat 58,59,60, dan 61.” Skripsi S1 Fakultas Ilmi Tarbiah dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017

Anwar, Abu. ‘Ulūm al-Qur’an; Sebuah Pengantar. Jakarta: Amzah, 2005

Anwar, Yesmil dan Adang. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika

Aditama, 2013

Bertens, K. Etika. Yogyakarta: Kanisius, 2013

Darmodihardjo, Dardji. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Jakarta: Balai Pustaka,

1986

Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2008

Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan).

Jakarta: Departemen Agama RI, 2009

Page 72: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

60

Al-Farmawi, ‘Abdul Ḥayy. Metode Tafsir Madū’ī, terj. Rosihon Anwar. Bandung:

Pustaka Setia, 2002

Fuadi, Nurul. “Konsepsi Etika Sosial dalam al-Qur’an.” Disertasi S3 UIN Sunan

Kalijaga, 2009

Hamka. Tafsīr al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003

Islᾱmiyah, Khoridatul. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Surat al-

Baqarah ayat 30-39.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015

Istriyani, Ratna dan Huda Widiana, Nur. “ Etika Komunikasi Islam dalam

Membendung Informasi Hoax di Ranah Publik Maya,” Jurnal Ilmu

Dakwah, Vol. 36 (2), 2016

Jafar, Iftitah. “Konsep Berita dalam al-Qur’an (Implikasinya dalam Sistem

Pemberitaan di Media Sosial),” Jurnalisa Vol. 03, No. 1, Mei 2017

Juliawanti, Linda. “Angka Penyebarab Hoax Capai 800 Ribu Konten, di Pilkada

Terus Meningkat.” IDN Times, diakses pada 14 Maret 2018.

Juliswara, Vibriza. “Mengembangkan Model Literasi Media yang

Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di

Media Sosial,” Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4, No. 2, Agustus 2017.

Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma, 2002

Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandarmaju, 1996

Kaṭīr, Ibn. Tafsīr Ibn al-Kaṭīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-Aṭari.

Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’ī, 2004

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep &

Penerapan. Surabaya: Kata Pena, 2014

Page 73: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

61

Magnis Suseno, Franz. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius, 1987

Maulana, Luthfi. “Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an dalam Menyikapi

Berita Bohong,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2

Desember, 2017

Maulida Zahro’, Wafa’. “Sikap Sosial dalam Surat al-Hujurᾱt Ayat 11-13 dan

Implikasinya Pada Pendidikan Akhlak.” Skripsi S1 Fakultas Ilmi Tarbiah

dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017

Mujahidin, Said. “Hadis Tentang Peristiwa Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah).”

Tesis S2 UIN Sunan Kalijaga, 2016

Mu’min Solihin, Amir. “Etika Komunikasi Lisan Menurut al-Qur’an: Kajian

Tafsir Tematik.” Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

M. Setiadi, Elly dan Kolip, Usman. Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana, 2011

M. Setiadi, Elly. dkk. Ilmu Sosial dam Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2006

M. Yusuf, Kadar. Studi al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2009

Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2012

Nurdin, Amin dan Abrori,Ahmad. Mengerti Sosiologi; Pengantar untuk

Memahami Konsep-konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006

Rianti Rohadi, Dedi. “Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax Di Media Sosial.”

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan V. 5, no. 1 T.b., 2017

Page 74: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

62

Riza, Muhammad dan Herdiana, Ike. “Resiliensi Pada Narapidana Laki-laki di

Lapas Klas 1 Medaeng.” Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial I, no. 03

(Desember, 2012)

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir; Syarat Ketentuan dan Aturan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur’an. Tanggerang: Lentera Hati, 2013

_______. Tafsīr al-Miṣbᾱḥ. Jakarta: Lentera Hati, 2002

Sigit Pranoto, Stepanus. “Inspirasi al-Qur’an dan Hadis dalam Menyikapi

Informasi Hoax,” al-Quds; Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis. Vol. 2, No.1,

2018.

Sofia Wirdiyana, Salwa. “Hoax dalam al-Qur’an.” Skripsi S1 UIN Sunan

Kalijaga, 2017

Sudarminta, J. Etika Umum; Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori

Etika Normatif. Yogyakarta: Kanisius, 2013

Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.

Jakarta: Bumi Aksara, 2007

Al-Suyuṭī, Jalᾱl al-Dīn. Asbᾱb al-Nuzūl, terj. Tim Abd al-Hayy. Jakarta: Gema

Insani, 2008

Syamsuddin, Aziz. Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika, 2011

Syaifullah, Ilham. “Fenomena Hoax di Media Sosial dalam Pandangan

Hermeneutika.” Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018

Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Page 75: NILAI DAN NORMA SOSIAL TENTANG PERISTIWA AL-IFKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42953/1/LAILATUL...nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-ifk dalam q.s al-nŪr

63

Ubaedillah, A. dan Rozak, Abdul. Pendidikan Kewarga(negara)an (Civic

Education); Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.

Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012

Al-Qaṭṭᾱn, Mannᾱ’. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, terj. Annur Rafiq El-Mazni.

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Al-Jumᾱnatul ‘Alī; Seuntai Mutiara yang Maha

Luhur. Bandung: CV Penerbit J-Art, 2004

Quṭb, Sayyid. Tafsīr Fī Ẓilᾱl al-Qur’an, terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh

Tamhid. Jakarta: Robbani Press, 2009

Yasid, Abu. Metodologi Penafsiran Teks; Memahami Ushul Fiqh Sebagai

Epistemologi Hukum. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002