Upload
rizkirahman
View
38
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
toddler
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak-anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat.Melalui
media bermain anak belajar berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan
lingkungan, obyek, waktu, ruang dan orang. Bermain bagi anak juga merupakan
kerja, dalam bermain anak melaksanakan praktek yang kompleks, proses
kehidupan yang penuh stress, komunikasi dan hubungan interpersonal yang
memuaskan sambil meningkatkan dan memperluas hubungan dengan orang lain,
bermain juga mengandung motivasi intrinsik anak.
Bermain bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan sensori-motorik,
kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Bermain juga memberikan
kesempatan pada anak untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan tubuh,
pemecahan masalah dan kreativitas.
Perkembangan sensoris-motorik sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Pada usia bayi, sebagian besar waktu terjaga bayi diserap
dalam permainan sensorimotor. Pada usia 6 bulan sampai 1 tahun,
permainan keterampilan sensorimotorik seperti “cilukba”, tepuk tangan,
pengulangan verbal dan imitasi gestur sederhana. Pada usia toodler, anak
mulai belajar bagaimana berjalan sendiri, memahami bahasa dan merespons
disiplin, seperti berbicara dengan mainan, menguji kekuatan dan
ketahanannya.
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya
sehingga temanya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa
1
perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain.
Dalam lingkungan bermain, anak juga mempelajari nilai benar dan salah,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktifitas bermain, anak
akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak
juga akan belajar nilai moral dan etika, serta belajar bertanggung jawab atas
segala tindakan yang di lakukannya. Misalnya merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bermain?
2. Bagaimana pengklasifikasian permainan pada anak?
3. Apa fungsi bermain pada anak?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi bermain?
5. Apa saja macam-macam permainan pada anak?
6. Apa saja jenis alat permainan pada usia toodler?
7. Apa yang dimaksud alat permainan edukatif (APE)?
8. Apa saja syarat alat permainan edukatif?
9. Apa kesalahan-kesalahan dalam memilih permainan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bermain.
2. Mengetahui klasifikasi permainan pada anak.
3. Mengetahui fungsi bermain pada anak.
2
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bermain.
5. Mengetahuimacam-macam permainan pada anak.
6. Mengetahui jenis alat permainan pada usia toodler.
7. Mengetahuiapa yang dimaksud alat permainan edukatif (APE).
8. Mengetahui syarat alat permainan edukatif.
9. Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam memilih permainan.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian dari bermain.
2. Untuk mengetahui klasifikasi permainan pada anak
3. Untuk mengetahui fungsi bermain pada anak.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bermain.
5. Untuk engetahuimacam-macam permainan pada anak.
6. Untuk mengetahui jenis alat permainan pada usia toodler.
7. Untuk mengetahuiapa yang dimaksud alat permainan edukatif (APE).
8. Untuk mengetahui syarat alat permainan edukatif.
9. Untuk engetahui kesalahan-kesalahan dalam memilih permainan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu
aktivitas yang, memberikan stimulasi dalam kemampuan ketrampilan, kognitif,
dan afektif maka sepatutnya diperlakukan suatu bimbingan, mengingat bermain
bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan
lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang,
dan lain-lain.Sebagai kebutuhan sebaiknhya juga perlu diperhatikan secara cermat
bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Bagi orang
tua bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memperhatikan
terhadap pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan bermain anak akan selalu
mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak kreatif, cerdas dan
penuh inovatif.
Bannyak ditemukan anak pada usia tumbuh kembang mengalami perlambatan
yang dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak termasuk
didalamnya adalkah kebutuhan bermain, yang seharusnya masa tersebut
merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan dakam
pertumbuhan dan perkembangan karena masa tersebut tidak digunakan sebaik
mungkin maka tentu akhirnya mengganggu tumbuh kembang anak.
Perhatian selama proses bermain pada anak sangat penting mengingst dalam
proses bermain dapat ditentukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti
kreativitas anak, perkembangan mental dan emosional yang harus diarahkan agar
sesuai dengan proses kematangan perkembangan. Anak yang mendapatkan atau
terpenuhinya kebutuhan bermain dapat terlihat pula pada pola perkembangan.
4
2.2 Klasifikasi permainan pada anak
1. Menurut isinya bermain terbagi menjadi social affective play, Sense of
plessure play, Skill play dan dramatic play.
a. Social Affective Play
Pada social affective play anak belajar memberi respon terhadap respon
yang diberikan oleh lingkungan terhadapnya dalam bentuk permainan,
misalnya orang tua berbicara atau memanjakan dan anak tertawa
senang.
b. Sense Of Plessure Play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada disekitarnya,
misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill Play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang,
misalnya mengendarai sepeda.
d. Dramatic Play
Dramatic play atau Role Play anak akan berfantasi menjalankan peran
tertentu , misalnya menjadi ayah, ibu, perawat, atau guru.
2. Menurut karakteristik sosial bermain terdiri dari Solitary play, Paralel Play,
Assosiative Play dan Cooperative Play.
a. Solitary Play
Dilakukan oleh anak usia Toddler, merupakan jenis permainan dimana
anak bermain sendiri walaupun ada orang lain yang berada disekitarnya.
b. Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak Toddler atau
preschool yang masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi
antara satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung.
5
c. Assosiative play
Merupakan permainan dimana anak bermain dalam kelompok dengan
aktifitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, jadi belum
ada pembagian tugas diantara anak dan mereka yang bermain sesuai
dengan keinginannya.
d. Cooperative Play
Merupakanpermainan dimana
anakbermainbersamadenganjenispermainan yang terorganisasi,
terencana dan ada aturan-aturan tertentu. Permainan ini dilakukan oleh
anak usia sekolah atau adolesence.
2.3 Fungsi Bermain Pada Anak
Sebelum memberikan berbagai jenis bermain pada anak, maka orang tua
seharuanya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan
diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak
memiliki masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam
mencapai puncaknya seperti masa kritis, optimal, dan sensitif.
Dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak di antaranya,
pertama, membantu perkembangan sensorik dan motorik. Fungsi bermain pada
anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan ransangan pada sensorik dan
motorik melalui rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya, sebagai contoh bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio
dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan
meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan
atau dirangsang visualnya maka anak dikemudian hari kemampuan visualnya akan
lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengarannya dikemudian hari anak lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan tidak ada stimulasi sejak dini. Kemudian pada
6
perkembangan motorik apabila sejak usia bayi kemampuan motorik sudah
dilakukan rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat berkembang
dibandingkan dengan tanpa stimuladi seperti rangsangan kemampuan
menggenggam ini akan memberikan dasar dalam perkembangan motorik
selanjutnya. Jadi rangsangan atau stimulasi yang dimaksud tersebut adalah
melalui suatu permainan.
Kedua, membantu perkembangan koognitif, perkembangan koognitif dapat
dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain,
maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memenuhi objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan koognitif
selanjutnya.
Ketiga, meningkatkan sosialisasi anak, proses sosialisasi dapat terjadi
melalui permainan, sebagai contoh di mana pada usia bayi anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toodler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian
bermain peran seperti bermain pura-pura jadi seorang guru, jadi seorang anak, jadi
seorang bapak, jadi seorang ibu dan lain-lain.
Keempat, meningkatkan kreativitas, bermain juga dapat berfungsi dalam
peningkatan kreativitas, di mana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam
permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Kelima, meningkatkan kesadaran diri, bermain pada anak akan memberikan
kemampuan pada anak untuk eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar
7
dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan,
anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
Keenam, mempunyai nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan diri anak
lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat
dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
Ketujuh, mempunyai nilai moral pada anak, bermain juga dapat memberikan
nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar
benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan
temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain Pada Anak
Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Tahap
perkembangan, status kesehatan, jenis kelamin, lingkungan dan alat permainannya
cocok atau tidak.
Setiap tahap perkembangan mempunyai potensi atau keterbatasan, anak
usia BATITA mempunyai potensi untuk melakukan serangkaian permainan
tertentu tetapi juga mempunyai keterbatasan dimana belum dapat mencapai
kemampuan seperti anak di atas usianya yaitu anak usia pra sekolah. Kondisi ini
mempengaruhi permainan yang dibutuhkannya.
Status kesehatan anak juga mempengaruhi aktifitas bermain karena anak
dalam keadaan sakit kemampuan psikomotor maupun kognitifnya terganggu.
Pada tahap usia tertentu jenis kelamin mempengaruhi aktifitas misalnya
pada usia sekolah anak laki-laki tidak mau bermain dengan anak wanita. Dengan
demikian jenis permainan yang dipilih sesuai dengan minat atau interes kelompok
kelamin tersebut.
Lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas bermain. Sesuai dengan lokasi
tempat tinggal atau suku bangsa, maka budaya juga mempunyai karakteristik yang
berbeda. Hal ini berpengaruh dalam setiap gerak kehidupannya. Dengan demikian
8
kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Hal lain yang
berpengaruh terhadap aktifitas bermain adalah alat permainan itu sendiri. Alat
permainan yang dipilih harus sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga
anak akan dapat menggunakannya dan memperoleh kepuasan.
2.5 Macam-macam Permainan pada Anak
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak,
diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis
permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif
dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan
tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan
respons secara pasif terhadap orang atau lingkngan yang memberikan respon
secara aktif. Melihat kita dapat mengenal macam-macam dari permainan
diantaranya :
1. Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan
dengan orang lain hal in dapat dilakukakn seperti orang tua memeluk anaknya
sambil berbicara, bersenandung kemudan anak memberikan respons seperti
tersenyu, tertawa, bergembira dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah
orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi
sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
2. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran
orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan
pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan
pada anak tanpa memperdulikan aspek kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatan-binatangan, dan lain-lain.
3. Bermain Keterampilan
9
Bermain ini dengan menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalamsegala hal. Sifat permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selalu
ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain
dalam bongkar pasang gambar, disini anak selallu dipacu untuk selalu
terampil dalam meletakkan gambar yang telah di bongkar, kemudian bermain
latihan memakai baju dan lain-lain.
4. Bermain Dramatik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan
berpura-pura dalam berperilaku seperti anak mempertankan sebagai orang
dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehati-hari. Sifat dari
permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu.
Permainan dramatik ini dapat dilakukakn apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan awal.
5. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti
mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada
anak dan dapat digunan untuk mengembangkan kemampuan keerdasan pada
anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain
agar selalu bertambah dalam kemampuan dan kecerdasan anak.
6. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyesun sesuatu objek permainan agar menjadi
sebuah konstruksi yang bear seperti permainan menyusun balok. Sifat dari
permainan ini adalah aktif dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-
tugas yang ada dalam eprmainan dan akan dapat membangun kecerdasan
pada anak.
7. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga.
Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai
10
dengan jenis permainan dan akan berfungsi memberikan kesenagan yang
dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
8. Bermain Onlooker
Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain
yang sedang bermain tetapi tidak berusaha untuk bermain, Sifat dari bermain
ini adalah pasif akan tetapi anak akan mempunyai kesenangan atau kepuasan
sendiri dengan melihatnya.
9. Bermain Soliter/Mandiri
Merupakan bermain yang dilakukan secara sendiri hanya terpusat pada
permainannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain, SIfatnya adalah aktif
akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri
dalam perkembangan mental pada anak, kemudan dapat membantu untuk
menciptakan kemandirian pada anak.
10. Bermain Paralel
Merupaan bermain seacra sendiri tetapi ditengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain, Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih dalam satu
kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas
mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
11. Bermain Asosiatif
Merupakan bermain secara bersama dengan tidak mengikat sebuah aturan
yang ada. semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang lain dalam
sebuat aturan. Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak karena
stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belum dilatih dalam mengikuti
peraturan dalam kelompok.
12. Bermain Kooperatif
Merupakan bermain secara bersama dengan adanya aturan yang jelas
sehingga adanya perasaan dalam kebersamaan sehingga terbentuk hubungan
pemimpin dan pengikut. Sifat dari bermain ini adalah aktif , anak akan selalu
menumbuhkan kreativitasnya dan melatih anak pada peraturan kelompok
sehingga anak dituntut selalu mengikuti peraturan.
11
2.6 Jenis Alat Permainan pada Usia Toodler
Dalam menggunakan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dalam
setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap
usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai
a. Anak usia 1-2 tahun
Jenispermainan yang dapatdigunakanpadausia 1-2
tahunpadadasarnyabertujuanuntukmelatihanakmelakukangerakanmendoronga
taumenarik, melatihmelakukanimajinasi,
melatihanakmelakukankegiatansehari-
haridanmemperkenalkanbeberapabunyidanmampumembedakannya.
Jenispermainaninisepertisemuaalatpermainan yang dapatdidorongdanditarik,
berupaalatrumahtanggabalok-balok, bukubergambar, kertas,
pensiberwarnadan lain-lain.
Tujuan :
• Mencari sumber suara atau mengikuti sumber suara
• Memperkenalkan sumber suara
• Melatih anak melakukan gerakan mendoro dan menarik
• Melatih imajinasinya
• Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan :
• Genderang, bola dengan giring didalamnya
• Alat permainan yang dapat didorong atau ditarik
• Alat permainan yang terdiri dari : alat rumah (misalnya : cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok, botol plastik, ember dsb), balok-bolok besar,
kardus-kardus besar dsb.
b. Anak usia 2-3 tahun
Usia ini dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan atau
emosi anak, mengembangkan ketrampilan berbahasa, melatih motorik kasar
12
dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi dan melatih
kemampuan membedakan permukaan dan warna.
Alatpermainan yang dianjurkan :
• Piring yang dapatdibentuk
• Alat-alatuntukmenggambar
• Puzzle sederhana
• Manik-manikukuranbesar
• Berbagaibenda yang mempunyaipermukaandanwarna yang berbeda
• Bola
Permainananak toddler
2.7 Alat Permainan Edukatif
Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara
optimal dan perkembangan anak, dimana melalui alat permainan ini anak akan
selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya, bahasa, kognitif, dan adaptasi
sosial. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal, maka alat
permainan ini harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak, modelnya jelas,
menarik, sederhana dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada
masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli
permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan
13
aspek tersebut, sehingga terkadang harganya mahal, tidak sesuai dengan umur
anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis
permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti permainan sepeda
roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunya
pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar, kemudian alat permainan
guntung, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus, alat permainan buku bergambar,
buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat
permainan seperti buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, telivisi
tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat
permainan seperti gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong sendiri dan alat
permainan seperti kotak, bola, dan tali dapat digunakan secara bersama dapat
dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku sosial.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang
tua atau pembimbing eqlqm bermain yang memiliki pengetahuan tentang jenis
alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan,
mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan
harus dimulai memberikan kesempatan untuk mandiri.
2.8 Syarat-syarat Alat Permainan Edukatif
APE tidak harus yang bagus dan dibeli ditoko, tetapi buatan sendiri/alat
permainan tradisional pun dapat digolongkan APE asalkan memenuhi syarat
sebagai berikut (1, 2, 4):
1. Aman.
Alat permainan anak dibawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu kecil,
catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam,
dan tidak ada bagian-bagian yang mudah pecah. karena pada umur tersebut
14
anak mengenal benda disekitarnya dengan memegang, mencengkram,
memasukkan kedalam mulutnya.
2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.
Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau
terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak,
sedangkan kalau APE terlalu berat, maka anak akan sulit memindah-
mindahkan nya serta akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan
mengenai anak.
3. Disainnya harus jelas
APE harus mempunyai ukuran-ukuran, sususan dan warna tertentu serta
jelas maksud dan tujuannya
4. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak, seoerti motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi.
5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi tetapi jangan terlalu sulit
sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu muda sehingga membuat anak
ceoat bosan.
6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya,
bila bersuara suaranya harus jelas.
7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya
sangat umum.
8. APE harus tidak mudah rusak, kalau ada baguan-bagian yang rusak harus
mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat daribahan yang mudah
didapat,harganya terjangkau.
2.9 Kesalahan-kesalahan dalam memilih permainan
1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan, padahal
pada umumnya anak-anak suka mengulang-ulang alat permainan yang sama
untuk beberapa waktu lamanya
15
2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan
menarik, tetapi mereka tidak berfikir apa yang akan dikerjakan anak terhadap
alat permainan tersebut
3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk ala permainan, mereka lupa
bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau terbuat dari bahan bekas sering
menyenangkan pula.
4. Alat permainan yang terlalu lengkap atau sempurna, sehingga sedikit peluang
bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan kontruksi. Sekali anak melihatnya
hanya sedikit tersisa untuk memainkannya
5. Alat pertmainan tidak sesuai dengan umur anak, anak terlalu tua atau terlalu
muda terhadap alat permainannnya. sehingga maksud dan tujuan dari alat
permainan itu tidak tercapai
6. Memberikan terlalu banyak alat permainan dengan tipe yang sama
7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan yang dibelinya
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat. Bermain bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Fungsi bermain yaitu :membantu perkembangan sensorik dan motorik, membantu, perkembangan koognitif. meningkatkan sosialisasi anak, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kesadaran diri, mempunyai nilai terapeutik,
mempunyai nilai moral pada anak.
Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Tahap perkembangan, status kesehatan, jenis kelamin, lingkungan dan alat permainannya cocok atau tidak. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif.
Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Tahap perkembangan,status kesehatan, jeniskelamin, lingkungan dan alat permainannya cocok atau tidak. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif. Alat permainan edukatif Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak, syarat sebuah permainan bisa disebut APE yaitu : aman,ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak, disainnya harus jelas, mempunyai fungsi mengembangkan, dapat dimainkan dengan berbagai variasi, sederhana tapi menarik, mudah diterima anak
3.2 Saran
Seharusnyaparaorang tua mengetahui maksud dan tujuan permainan pada
anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,
mengingat anak memiliki masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan
stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis, optimal, dan sensitif,
orang tua tidak hanya memilih permainan yang hanya mahal saja tetapi lebih
baik memilih sesuai dengan yang disenangi anak tersebut dan dapat
mengembangkan aspek dari anak tersebut.
17
DaftarPustaka
Anonim."BermainpadaAnak".10 Oktober
2015.http://www.fik.unipdu.ac.id/index.php/artikel/download_item/52-
bermain-pada-anak-2014-11-27.docx
Anonim."KonsepBermainpadaAnak".10 Oktober
2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39354/4/Chapter ll.pdf
Hidayat, A.A.A. 2009.PengantarIlmuKeperawatan 1. Jakarta: SalembaMedika
18