Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
vi
GAMBARAN SEDIMEN URINE PADA MASYARAKATYANG MENGKONSUMSI AIR PEGUNUNGAN RRI LAMA
DI RW 06 RT 15 KELURAHAN SODOHOAKECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
SUSI MANGIRINIM. P00320013135
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN2016
2
vi
3
vi
4
vi
5
vi
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Susi Mangiri
NIM : P00320013135
TTL : Jembatan Miring, 08 September 1994
Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 235 Bolong, tamat Tahun 2006
2. SMP Kristen Sa’dan, tamat Tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Sa’dan Balusu, tamat Tahun 2012
4. Tahun 2013 melanjutkan pendidikkan di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
v
6
vi
MOTTO
Jangan takut gagal sebelum melangkah,Jangan takut jatuh sebelum mencoba
Kesuksesan hanya milik orang yang berani mencobaIngat semua yang tidak mungkin seringkali karena tidak berani mencoba.
Kupersembahkan untuk almamaterkuAyah dan ibuku tercinta
Dan keluarga tercinta
7
vi
ABSTRAK
Susi Mangiri (P00320013135) “Gambaran Sedimen Urine Pada MasyarakatYang Mengkonsumsi Air Pegunungan RRI Lama Di Rw 06 Rt 15 KelurahanSodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari”, di bawah bimbingan olehRuth Mongan sebagai pembimbing I dan Supiati sebagai pembimbing II. (Xii +32 halaman + 4 gambar +3 tabel + 4 lampiran) Air pegunungan merupakansumber air yang sering di manfaatkan oleh masyarakat. Pemeriksaan sedimenurine ini merupakan pemeriksaan lanjutan setelah kimia rutin. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui gambaran sedimen urine pada masyarakat yangmengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di Kelurahan Sodohoa KecamatanKendari Barat Kota Kendari. Pemeriksaan sedimen urine ini di lakukan denganmenggunakan urine masyarakat yang tinggal di Rw 06 Rt 15 Kelurahan SodohoaKecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang di periksa di LaboratoriumPoliteknik Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan. Jenis penelitian iniadalah deskriptif yang di lakukan pada tanggal 28-30 juli 2016. Sampel penelitianberjumlah 30 sampel yang di ambil dengan metode simple random sampling. Datadiperoleh dari data primer dan data sekunder. Data di analisis denganmenggunakan distribusi frekuensi kemudian di narasikan. Hasil penelitian urinepada masyarakat di Rw 06 Rt 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari BaratKota Kendari di temukan adanya gambaran sedimen organik meliputi : eritrosit,leukosit, epitel, silinder, dan bakteri. Sedangkan anorganik meliputi : kristal,kalsium oksalat, kristal asam urat
Kata Kunci : Sedimen Urine Air pegunungan RRI Lama
Daftar pustaka : 20 buah (2003-2014)
vii
8
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah rabbil’alamin, Puji syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “ Gambaran sedimen urine pada
masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di Rw 06 Rt 15
Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari “. Penelitianini
disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diplomat III ( D III ) di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan
penghargaan yang tidak terhingga kepada Ayahanda tercintan UDDING dan
Ibunda tersayang Hermin Mangiri atas semua bantuan moril maupun materi,
motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doa yang mereka berikan
demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai slesainya
karya tulis ini. Terimakasih utnuk saudara-saudaraku tercinta Sudirman Mangiri,
Suandi Mangiri, Nur Hidayat, Syawal, dan Nur Hijaya yang telah mendukung
peneliti hingga sampai saat ini.
Penulis menyadari bahwa proses penelitian karya tulis ini telah melewati
perjalanan panjang, dan peneliti banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti juga menghaturkan
rasa hormat dan terimakasi kepada Ibu Ruth Mongan,B.Sc,S.Pd.,M.Pd selaku
pembimbing I dan Ibu Supiati, STP., MPH selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala
pengorbanan waktu dan pikiran sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih peneliti juga tujukan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala kantor Badan Penelitian dan Pengembangan yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc,S.Pd.,M.Pd selaku ketua Jurusan Analis Kesehatan
viii
9
vi
4. Kepada penguji, Ibu Fonnie E. Hasan, DCN.,M.Kes, Bapak Muhaimin
Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc, Ibu Reni Yunus,S.Si.,M.Sc yang telah memberi
arahan perbaikan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada instruktur penelitian Bapak Muh.Ihwan, SST yang telah dengan
sabar mendampingi dan mengarahkan peneliti demi terselesaikannya
penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan serta
seluruh staf dan karyawan atas segala faslitas dan pelayanan akademik yang
diberikan selama dosen penulis menuntut ilmu.
7. Kepada sahabat, Sinartin, Mirna R,Asdin, Ofar, Erwan, Dian, Linda A,
Linda H,Arni, Sinartin, Rani, Wafiq, Jumiati, Nuvi, dan Nur Mely, yang
telah memberi dukungan kepada peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah
mampu dipertahankan dihadapan penguji.
8. Terimakasih pula kepada seluruh teman kelas dan adik kelas yang telah
memberikan bantuan kepada peneliti.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua,
semoga dengan terselesaikannya tugas akhir ini dapat menjadi awal yang baik
bagi penulis untuk meraih kesuksesan yang lain.
Kendari, Agustus 2016
Peneliti
ix
10
vi
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................v
MOTTO ................................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1B. Rumusan Masalah ............................................................................3C. Tujuan Penelitian..............................................................................3D. Manfaat Penelitian............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Air ...........................................................4B. Air Minum........................................................................................6C. Proses Perjalanan Air Dalam Tubuh ................................................9D. Tinjauan Tentang Urine .................................................................10E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Sedimen Urine .............................15
x
11
vi
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran .............................................................................17B. Bagan Kerangka Pikir ....................................................................18C. Kerangka Konseptual .....................................................................19D. Variabel Penelitian .........................................................................19E. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif......................................19
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...............................................................................21B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................21C. Populasi dan Waktu Penelitian.......................................................21D. Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................22E. Instrumen Penelitian.......................................................................22F. Instrumen Penelitian Laboratorium................................................23G. Jenis Data .......................................................................................24H. Pengolahan Data.............................................................................24I. Penyajian Data ...............................................................................25J. Etika Penelitian ..............................................................................25
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................................26B. Hasil Penelitian ..............................................................................26C. Pembahasan....................................................................................29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................32B. Saran...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN - LAMPIRAN
xi
12
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jenis Kelamin ...........................27Tabel 5.2 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Umur.........................................27Tabel 5.3 Distribusi Sedimen Urine.......................................................................28
xii
13
vi
DAFTAR SINGKATAN
RRI : Radio Republik Indinesia
Mn : Mangan
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
Depkes : Departemen Kesehatan
PH : Potensial Hidrogen
BJ : Berat Jenis
C : Celcius
LPB : Lapangan Pandang Besar
LPK : Lapangan Pandang Kecil
PMN : Polimononuklear
xiii
14
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Izin penelitian dari Jurusan
Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Poltekes Kemenkes Kendari
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan
Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara.
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 6 Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
xiv
15
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan penting bagi makhluk hidup di muka bumi,
terutama bagi manusia. Bagi manusia air berperan dalam segala bidang yaitu
pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Sehingga air
yang digunakan harus memenuhi standar ataupun syarat dari segi kualitas
maupun kuantitas (Notoadmojo, 2003).
Menurut WHO dalam Depkes (2006) menyebutkan bahwa volume
kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Dinegara maju,
air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter per orang per hari, sedangkan
di Indonesia sebanyak 200-400 liter per orang per hari dan di daerah pedesaan
hanya 6liter/orang/hari.
Air pegunungan adalah air yang berasal dari dalam tanah, bukan air
permukaan dikawasan pegunungan. Pada umumnya memiliki kualitas yang
baik, mengandung mineral-mineral yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan
dan tidak mengandung unsur-unsur pencemaran yang dapat mengganggu
kesehatan. Batuan akuifer pegunungan pada umumnya disusun oleh mineral-
mineral yang memberikan unsur-unsur kimia air tanah yang diperlukan oleh
manusia. Sumber air pegunungan juga biasanya jauh dari sumber pencemaran
(Depkes, 2006).
Diantara penduduk masyarakat di Kota Kendari yang mengkonsumsi
air pegunungan salah satunya adalah masyarakat yang bermukim di daerah
RRI Lama RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat yang
terletak di Kota Kendari.
Air pegunungan yang terletak di RRI Lama adalah jenis air minum
yang sekarang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya di Rw 06
RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari adalah air
yang dihasilkan dari penampungan mata air. Hal ini disebabkan karena
harganya murah dan olahannya sangat mudah, Pada masyarakat yang
1
16
vi
bermukim di daerah RRI Lama RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari yang mengkonsumsi air pegunungan merupakan
kebutuhan primer dalam keseharian mereka.
Kepadatan penduduk, dan tata ruang yang salah, dapat berakibat
kualitas air yang bersumber dari pegunungan kualitasnya akan menurun.
Sebagai akibat penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
membahayakan organ tubuh karena adanya senyawa kimia dalam air minum
yang melebihi ambang batas konsentrasi yang telah diizinkan. Selain itu dapat
menimbulkan penyakit gangguan fungsi organ tubuh seperti fungsi ginjal, hati
otak, bahkan kelainan mental. Senyawa kimia ini bisa secara alamiah maupun
akibat kegiatan manusia mencemari air minum. Beberapa zat kimia yang
bersifat membahayakan terhadap tubuh manusia adalah zat kapur, logam berat,
pestisida, senyawa polutan hidrokarbon, zat-zat radio aktif alami atau buatan
dan sebagainya (Efendi, 2010).
Selain itu dapat menimbulkan penyakit dan gangguan fungsi organ
tubuh seperti fungsi ginjal, hati, otak, gigi bahkan kelainan mental. Senyawa
kimia ini bisa secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia mencemari air
minum. Beberapa zat kristaldalam urin yang bersifat abnormal terhadap tubuh
manusia adalah calsium oksalat, triple fosfat, cilinder dan sebagainya
(Warman, 2008).
Menurut penelitian Obiet pada tahun 2014 tentang perbedaan sedimen
urine pada masyarakat yang menkonsumsi air pegunungan RRI Lama dan Jalan
Lasolo membuktikan adanya kelainan hasil pemeriksaan sedimen urine di
Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang
mengkonsumsi air pegunungan, dengan di temukannya Eritrosit dalam jumlah
abnormal (1-21 sel/LPB), Leukosit (2-18 sel/LPB), Epitel (3-9 sel/LPB),
Silinder (0-2 sel/LPB), Calsium Oksalat (3-12 sel/LPB), asam urat (0-3
sel/LPB), sistin (0-1 sel/LPB).
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul“Gambaran sedimen urine pada masyarakat yang
2
17
vi
mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan
Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Gambaran Sedimen Urine Pada masyarakat yang
mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan
Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sedimen urine pada masyarakat yang mengkonsumsi
air pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sedimen Organik yang terdapat dalam Urine
masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama RW 06 RT
15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
b. Untuk mengetahui sedimen Anorganik yang terdapat dalam Urine
masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama RW 06 RT
15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
D . Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya ilmu
pengetahuan.
b. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti selanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pemerintah Khususnya di RW 06 RT
15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari
terkait tentang kualitas air yang selama ini dikonsumsi sehingga
dapat meminimalisir tata cara penggunaan konsumsi air yang salah.
3
18
vi
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Air
1. Pengertian Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini bumi tetapi tidak diplanet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi.
2. Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya Air dibedakan atas:
a. Air Permukaan (Air Sungai dan Air Rawa)
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi akan
mengalir pada tempat yang rendah dan pada akhirnya bermuara ke laut,
air ini umumnya akan terkontaminasi selama proses mengalir ke tempat
rendah. Air sungai pada umumnya mempunyai kontaminasi yang sangat
tinggi sekali karena aliran grenase dari pemukiman masyarakat
mengalir di sungai, Sedangkan pada air danau kebanyakan berwarna
yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk,dengan
adanya pembusukan maka kadar Fe dan Mn juga semakin tinggi.
b. Air Tanah
Air tanah adalah air yang tersimpan atau air yang terperangkap
dalam lapisan batuan yang pengisian dan penambahan terus menerus
bersumber dari hujan yang masuk kedalam tanah yang kemudian
berupa air tanah dangkal.
c. Air Atmosfir / Air Hujan
Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering
terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. Oleh
karena itu untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum
hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat
hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran
(Wahyulesmana,2009).
4
19
vi
3. Air Penampungan
Air penampungan adalah air yang ditampung dalam sebuah wadah
dalam jumlah besar yang berasal dari mata air pegunungan dan digunakan
sebagai konsumsi, mandi dan cuci. Berdasarkan Kemenkes 2002 dari segi
kualitasnya air penampungan yang dikonsumsi masyarakat harus memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan bakteriologi.Persyaratan fisik pada air
penampungan adalah air tersebut harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau dan suhu air tidak boleh melebihi suhu udara ± 3oC
(Kemenkes,2010).
4. Hygiene Sanitasi Air Penampungan
Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran
terhadap air dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan,
penyimpanan dan pembagian air (Depkes,2010).
Berdasarkan pedoman hygiene sanitasi Penampungan Air Minum
(Depkes,2006), lokasi yang baik untuk Penampungan Air Minum adalah di
daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan, tidak pada daerah
tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah,
penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3)
dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
minum.
Penampungan Air Minum sedikitnya harus memiliki akses fasilitas
sanitasi, diantaranya adalah tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan
sabun pembersih dan saluran limbah, fasilitas sanitasi, tempat sampah yang
memenuhi syarat, menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai
sampel setiap pengisian air baku (Wahyulesmana. 2011).
Kemudian untuk mendapatkan air minum yang berkualitas,
Penampungan Air Minum harus memiliki sarana pengolahan air minum
yang meliputi:
1) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air
minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan
5
20
vi
persyaratan kesehatan (foodgrade), meliputi; pipa pengisian air
baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter,
mikrofilter, kran pengisian air minum curah, kran pencucian atau
pembilasan botol, karan penghubung (hose), peralatan sterilisasi.
2) Bahan dan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung
unsur yang dapat larut dalam air seperti Timah hitam (Pb), Tembaga
(Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).
3) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikrofilter dan
alat sterilisasi masih dalam masa pakai tidak kadaluarsa
(Depkes,2010).
B. Air Minum
Air minum adalah suatu kebutuhan utama bagi manusia. Air minum
dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan
fisiologi tubuh, air juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah sari
makanan agar dapat dicerna (Kemenkes,2010).
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Berdasarkan Kemenkes 2010 dari segi kualitasnya air minum yang
dikonsumsi masyarakat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan
bakteriologi. Persyaratan fisik pada air minum adalah air minum tersebut
harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan suhu air tidak
boleh melebihi suhu udara ± 3oC.
Persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air minum meliputi:
persyaratan bakteriologi, kimia, radioaktif dan fisik.
1) Persyaratan Bakteriologi Air Minum
Persyaratan bakteriologi air minum adalah bakteri Coliform
0/100ml, dan E.Coli 0/100ml, hal ini juga berlaku pada air yang
masuk sistem distribusi.
6
21
vi
Persyaratan bakteriologi pada kriteria air minum terus
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada
beberapa negara juga memiliki pedoman atau kriteria yang berbeda-
beda tetapi sebagian besar kriteria memiliki persamaan antara lain
adalah dengan pengukuran bakteri Coliform.
2) Persyaratan Kimia Air Minum
Persyaratan kimia untuk air minum memiliki parameter yang paling
banyak dibandingkan parameter bakteriologi dan fisik, dibagi
menjadi:
a. Bahan-bahan kimia anorganik.
b. Bahan-bahan kimia organik.
c. Pestisida
d. Desinfektan dan hasil sampingannya.
Contoh parameter kimia yang tidak di izinkan yaitu raksa, arsen,
barium, mangan, nitrat, nitrit, zink, sianida, sulfat, hidrogen, sulfida,
tembaga, timbal, benzena, kalium permanganat dan lain-lain (Kemenkes,
2010).
Berdasarkan Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002
persyaratan kimia untuk air penampungan adalah air tidak boleh
mengandung racun, zat-zat mineral (logam) atau zat-zat kimia tertentu
dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. Kandungan logam
yang masih diperbolehkan dalam air minum tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan Kandungan Logam Dalam Air Minum
Nama logam Kadar maksimum (mg/L)
Antimon 0,005
Air Raksa 0,001
Arsenik 0,01
Barium 0,7
Boron 0,3
Kadmium 0,003
Kromium 0,05
7
22
vi
Tembaga 2
Sianida 0,07
Flourida 1,5
Timbal 0,01
Molybdenum 0,07
Nikel 0,02
Nitrat 50
Nitrit 3
Selenium 0,01
Sumber : Kemenkes No. 907 tahun 2010.
3) Persyaratan Radioaktif Air Minum.
Apapun bentuk radioaktif efeknya sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel-sel terpapar. Kerusakan dapat mengakibatkan
kematian, perubahan komposisi genetika, dapat menimbulkan kanker
dan mutasi sel. Paremeter radioaktif dibagi menjadi parameter sinar
alfa, beta, dan gamma.
4) Persyaratan Fisik Air Minum.
Kriteria fisik ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan, warna, bau
maupun rasa. Dari keempat indikator tersebut hanya bau saja yang
penilaiannya ditentukan secara subjektif, dengan cara air diencerkan
secara berturut-turut, Umumya penilaian bau dan rasa sering
dilakukan bersamaan sebagai indikator, dimana antara keduanya
sulit dipisahkan secara kualitatif (Depkes, 2010).
Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam
perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat
vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya
dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan
penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin
meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi
pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan
kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum
8
23
vi
maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Kebutuhan air minum di berbagai negara tidak sama satu sama lain.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan volume
kebutuhan air di negara maju rata-rata adalah kurang lebih 500 L seorang
setiap hari, sedangkan di Indonesia sebanyak 200-400 L/hari dan di daerah
pedesaan hanya 60 L/hari (Anonim,2014).
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum, sekarang
ini telah banyak bermunculan suatu usaha yang menghasilkan air minum
yang berkualitas dan dengan harga yang murah yaitu Depot Air Minum
(Kemenkes,2010).
C. Proses Perjalanan Air Dalam Tubuh
Proses perjalanan air minum yang dikonsumsi manusia amat panjang
yaitu mulai dari penyerapan, disalurkan, lalu terakhir diperbaharui. Air yang
diminum saat ini bisa jadi baru akan keluar sebagai urine 10 sampai 50 hari
kemudian.
Prosesnya sebagai berikut. Seusai diminum, air akan masuk ke saluran
pencernaan lantas diserap oleh pembuluh kapiler dan pembuluh darah untuk
menuju ke semua sel-sel darah. Air lalu menjangkau ke sel tubuh manusia,
kemudian tersebar disekitar dan juga di dalam sel tersebut. Menurut Francois
Peronnet dari Universitas Montreal dalam penelitian Novita tahun 2012
menemukan bahwa butuh waktu 5 menit bagi air untuk sampai ke dalam sel.
Sedangkan proses hingga keluar kembali berupa urine, keringat, uap
pernafasan, dan juga tinja adalah sekitar 10-50 hari.
Semakin banyak mengkonsumsi air, maka akan makin cepat proses
regenerasi kadar air di dalam tubuh. Jika manusia minum 2 liter air hari ini,
maka 2 liter air yang telah berada dalam tubuh selama 10 hari akan dibuang
(Novita, 2012).
9
24
vi
D. Tinjauan Tentang Urine
1.Definisi Urine
Urine adalah hasil dari filtrasi glomerulus ginjal berupa cairan
kompleks yang terdiri atas air dan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
seperti urea, garam terlarut dan zat organik, yang dikeluarkan melalui
saluran air kemih.
Urine adalah cairan sisa metabolisme yang diekresikan oleh ginjal
dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Eksresi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal untuk menjaga hemostasis cairan (Sutedjo, 2007).
2. Proses Pembentukan Urine (Air Kemih):
Gambar 2.1 Ginjal Manusia
a. Proses Penyaringan (filtrasi)
Proses filtrasi terjadi di glomerulus Ginjal, proses ini terjadi
karena permukaan eferen lebih besar daripada eferen sehingga terjadi
penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah sebagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring terdiri dari glukosa,
protein, air, Natrium, Klorida, Sulfat, Bikarbonat, dan benda-benda
keton diteruskan oleh tubulus ginjal.
b. Proses Penyerapan Kembali (reabsorbsi)
Proses reabsorbsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang
nantinya akan menghasilkan urin. Urin yang berkumpul dalam
kapsulabowman masuk ke dalam tubuluskontortusproksimal dan terjadi
proses reabsorbsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali zat yang
berguna oleh dinding tubulus lalu masuk ke pembuluh darah yang
10
25
vi
mengelilingi tubulus. Zat-zat diserap kembali oleh darah antara lain :
Glukosa, asam amino dan ion-ion anorganik.
c. Proses Sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan urin sisa dari filtrasi dan
reabsorbsi. Proses ini terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal, selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke visika urinaria. Urin
memiliki sifat – sifat fisik tertentu, yaitu :
1) Kejernihan dan Warna :
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
2) Derajat Keasaman atau pH :
Penetapan pH urin dilakukan dengan memakai indikator strip.
3) Bau.
Bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap.
4) Pengukuran volume.
Pada orang dewasa normal produksi urin kurang lebih 1500 ml /
24 jam dan berguna untuk menentukan adanya gangguan faal
ginjal serta kelainan keseimbangan cairan tubuh.
5) Berat Jenis (Bj).
a) Bj memberikan kesan tentang kepekatan urine. Urine pekat
dengan Bj >1,030 mengindikasikan kemungkinan adanya
glukosuria.
b) Batas normal BJ urine antara 1,003–1,030 (Hardjoeno, 2007).
3. Proses Eliminasi Urine.
Eliminasi Urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi
urine seperti Ginjal, Ureter, bladder, dan Urettra. Ginjal memindahkan air
dari darah dalam bentuk Urine. Ureter mengalirkan urin ke bledder. Dalam
bledder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui Uretra.
11
26
vi
4. Jenis Sampel Urine
a) Urine sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urine sewaktu,
yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
dengan khusus. Urine sewaktu ini biasanya cukup baik untuk
pemeriksaan rutin.
b) Urine pagi
Yang dimaksudkan dengan urine pagi ialah urine yang pertama-tama
dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urine ini lebih pekat
dari urine yang dikeluarkan siang hari. Jadi baik untuk pemeriksaan
sedimen, berat jenis, protein, dan lain-lain; dan baik juga untuk tes
kehamilan berdasarkan adanya HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) dalam urine.
c) Urine Post prandial
Sampel urine ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosa urine
yang merupakan pertama kali dikeluarkan 1-3 jam setelah makan.
d) Urine 24 jam
Apabila diperlukan penetapan kuantitatif suatu zat dalam urine, urine
sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses
metabolik dalam badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama waktu
12
27
vi
yang diketahui, dapat diberikan suatu kesimpulan. Agar analisa lebih
representatif biasanya dipakai urine 24 jam (Gandasoebrata, 2006).
5. Cara Mengumpulkan Sampel Urine
Menurut (Gandasoebrata, 2006) ada lima tahap cara mengumpulkan
urine yaitu :
a. Memilih Sampel Urine
Pemeriksaan urinalisis dapat menggunakan urine sewaktu,
urine pagi, urine post prandial, urine 24 jam. Pada penelitian ini sampel
urine yang digunakan adalah urine sewaktu.
b. Pengawet Urine
Untuk mengecilkan kemungkinan perubahan susunan kuman-
kuman, simpanlah urine pada suhu 40C, sebaiknya dalam lemari es
dimasukkan kedalam botol-botol tertutup. Ada bermacam-macam
bahan pengawet yang dapat dipakai secara universal untuk menghindari
urine dalam segala perubahan yang mungkin terjadi. Seperti : Toluena,
Thymol, Formaldehida, Asam Sulfat pekat dan Natrium karbonat.
c. Wadah Urine
Wadah urine harus bersih dan kering, adanya air dan kotoran
dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang akan berkembang biak
dalam urin dan mengubah susunanya. Wadah urine yang baik adalah
yang serupa gelas bermulut lebar dan dapat disumbat rapat. Urin
dikocok terlebih dahulu agar homogen. Berilah etiket yang jelas pada
wadah dengan memberi keterangan : Nama orang, Umur, Jenis
kelamin, Tanggal, Waktu dan sebagainya.
d. Identifikasi Cairan Sebagai Urine
Dalam pemeriksaan cairan urine, kita sering membedakan air
dan cairan urine, meskipun kadang-kadang analis sukar menjawab
dengan pasti, tetapi perlu diketahui kadar urine tinggi yaitu melebihi
1gr/dl cairan air dan kadar kreatinin sekitar 50 mg/dl cairan.
e. Analisa Urine
13
28
vi
Urine cairan sisa yang diekresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostasis cairan.
6. Manfaat Pemeriksaan Urine
Manfaat pemeriksaan urine adalah :
1. Tes saring pada tes kesehatan, keadaan patologik maupun setelah operasi.
2. Menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk karena
keton, nitrit, leukosit atau bakteri.
3. Menentukan kemungkinan gangguan metabolisme, misalnya Diabetes
Mellitus atau komplikasi kehamilan.
4. Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal seperti: Glomerulonephritis,
syndrpomenefrotik dan pyelonephritis.
7. Proses Terbentuknya Sedimen Urine
Proses terbentuknya sedimen Urine yaitu pada saat proses sentrifugasi:
a) Dimana sampel urine tersebut di Homogenkan terlebih dahulu.
b) Setelah itu sampel urine di sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000
rpm selama 5 menit.
c) Setelah di sentrifuge, supernatan tersebut di tuang dengan gerakan cepat
lalu tabung sentrifuge di tegakkan kembali sehingga di dapatkan
sedimen urine.
d) Setelah itu tabung di kocok untuk mensuspensikan sedimen.
e) Ambil 1-2 tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan di tutup dengan
deg glass.
f) Kemudian di amati di bawah mikroskop, Dengan pengamatan di bawah
mikroskop tersebut sehingga didapatkan sedimen Eritrosit, Leukosit,
Epitel, Silinder, Kristal, Bakteri, Parasit pada Urine (Gandasoebrata R,
2006).
8. Sedimen Urine.
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urine berasal dari
darah, ginjal dan saluran kemih sehingga pemeriksaan sedimen urine sangat
14
29
vi
penting dalam membantu menegakkan diagnosis, dan mengikuti perjalanan
penyakit.
Tes sedimen urine digunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen
yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Tes
sedimen urine dapat juga dipakai untuk memantau perjalanan penyakit
ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan dan untuk konfirmasi
pemeriksaan kimia urine. Seperti adanya silinder memastikan adanya
albuminuria, adanya eritrosit dalam urine menandakan uji darah samar
positif, ditemukan bakteri biasanya disertai uji nitrit yang positif dan
leukosit yang banyak di dalam sedimen urine menunjukan uji esterase yang
positif (Hardjoeno, 2007).
Unsur – unsur sedimen urine dibagi atas dua golongan, yaitu unsur
organik dan unsur anorganik. Unsur organik terdiri dari epitel, leukosit,
eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit, bakteri dan jamur. Sedangkan unsur
anorganik terdiri dari zat amorf, kristal dan zat lemak.
Pemeriksaan sedimen dalam urine dilakukan dengan menggunakan
lensa objektif kecil 10x Lapangan Pandang Kecil (LPK), selain itu dipakai
lensa objektif besar 40x Lapangan Pandang Besar (LPB) (Kosasih, 2008).
E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Sedimen Urine
Sedimen urine yang sering dijumpai adalah leukosit, eritrosit, epitel
sel, urate acid, Kristal Calsium oxalat, triple phosphate, asam urat. Penemuan
kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun,
dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi,
memungkinkan timbulnya penyakit kencing batu, yaitu terbentuknya batu
ginjal saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal saluran kemih,
menimbulkan jejak dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas.
Pembentukan batu dapat disertai kristal urine, dan penemuan kristal urine tidak
harus disertai pembentukan batu ginjal.
Kalsium adalah mineral yang paling banyak dalam tubuh dan
termasuk paling penting. Tubuh membutuhkan kalsium untuk membentuk dan
memperbaiki tulang dan gigi, membantu fungsi saraf, kontraksi otot,
15
30
vi
pembentukan darah dan berperan pada fungsi jantung. Hampir semua kalsium
tubuh disimpan di tulang. Sisanya ditemukan dalam darah.
Pada kondisi normal, kadar kalsium dalam darah terkontrol dengan
baik. Saat jumlah kalsium dalam darah menurun, kalsium dilepaskan dari
tulang untuk mengembalikan jumlah kalsium dalam darah. Saat jumlah
kalsium darah naik, kelebihan kalsium mungkin disimpan di tulang atau
dikeluarkan dari tubuh melalui urine atau feces.
Metabolisme kalsium diatur oleh hormon paratiroid. Sejumlah besar
kalsium yang di eksresikan dikeluarkan bersama feces. Tetapi, sejumlah kecil
kalsium secara normal diekskresi ke urine. Peningkatan kalsium dalam urine
akibat dari peningkatan absorbsi kalsium di usus, gangguan reabsorbsi kalsium
di tubulus ginjal. (Gandasoebrata, 2004).
16
31
vi
BAB IIIKERANGKA KONSEP
A . Dasar Pemikiran
Air merupakan kebutuhan penting bagi makhluk hidup di muka bumi
terutama bagi manusia. Bagi manusia air berperan dalam segala bidang yaitu
pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Sehingga air
yang digunakan harus memenuhi standar ataupun syarat dari segi kualitas
maupun kuantitas (Notoadmojo, 2003).
Air pegunungan adalah air yang ditampung dalam sebuah wadah
dengan jumlah besar yang berasal dari mata air pegunungan dan digunakan
sebagai konsumsi, mandi dan cuci.
Urine adalah hasil dari filtrasi glomerulus ginjal berupa cairan
kompleks yang terdiri atas air dan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
seperti urea, garam terlarut dan zat organik, yang dikeluarkan melalui saluran
air kemih.
Urine adalah cairan sisa metabolisme yang diekresikan oleh ginjal dan
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Eksresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal untuk menjaga hemostasis cairan (Sutedjo, 2007).
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urin berasal dari
darah, ginjal dan saluran kemih sehingga pemeriksaan sedimen urine sangat
penting dalam membantu menegakkan diagnosis, dan mengikuti perjalanan
penyakit.
Tes sedimen urine digunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen
yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Tes
sedimen urine dapat juga dipakai untuk memantau perjalanan penyakit ginjal
dan saluran kemih setelah pengobatan dan untuk konfirmasi pemeriksaan
kimia urine. Seperti adanya silinder memastikan adanya albuminuria, adanya
eritrosit dalam urine menandakan uji darah samar positif, ditemukan bakteri
17
32
vi
biasanya disertai uji nitrit yang positif dan leukosit yang banyak di dalam
sedimen urine menunjukan uji esterase yang positif (Hardjoeno, 2007).
B . Bagan Kerangka Pikir
Sentrifugasi dengankecepatan 1500 rpm Selama
10 menit
Sedimen
Pemeriksaan Mikroskopikperbesaran 10x
Hasil
MasyarakatRRI Lama RW 06RT 15 Kelurahan
Sodohoa
Pengambilan sampelurine sewaktu
Unsur SedimenOrganik: epitel, leukosit,eritrosit,silinder,spermatozoa,parasit,bakteri,danjamur
Unsur Anorganik:zat amorf,Kristal,dan zatlemak.
Air PegununganRRI LAMA
18
33
vi
C . Kerangka Konseptual
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
D. Variable Penelitian
1. Variabel Bebas adalah sampel urine masyarakat yang mengkonsumsi Air
Pegunungan yang terdapat di RRI Lama RW 06 RT 15 Kelurahan
Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Variabel Terikat adalah Pemeriksaan Sedimen Urin.
E. Definisi oprasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Oprasional:
a. Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi tetapi tidak diplanet lain.
b. Air pegunungan adalah air yang ditampung dalam sebuah wadah
dengan jumlah besar yang berasal dari mata air pegunungan yang
digunakan sebagai konsumsi, mandi dan cuci.
c. Urine adalah Cairan sisa metabolisme yang ekresikan oleh ginjal dan
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari.
Masyarakat KelurahanSodohoa RW 06 RT 15Kecamatan Kendari BaratKota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara.
Sedimen Urin
19
34
vi
d. Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang
tidak ditentukan dengan khusus.
e. Pemeriksaan sedimen urine adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengamati kelainan yang terdapat dalam urine.
2. Kriteria Objektif:
a) Sedimen Organik jika di temukan: Sel Epitel, Leukosit, Eritrosit,
Silinder, Spermatozoa, Parasit, Bakteri, dan Jamur.
b) Sedimen Anorganik jika ditemukan: Kristal, zat Amorf, dan zat
Lemak.
20
35
vi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain
deskriptif, dengan di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
Gambaran sediment urine pada masyarakat yang mengkonsumsi Air
Pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari dilaksanakan yaitu pada tanggal 26-
28 juli 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah 60 KK yang mewakili setiap
Kepala Keluarga yang tinggal di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 Kepala Keluarga (KK)
warga yang tinggal di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari, dengan teknik pengambilan simple random
sampling (sampel acak secara sederhana), dimana setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Jika
ampel lebih dari 100 sampel maka pengambilan sampel dapat dilakukan
antara 15-30%, dan jika sampel kurang dari 100 sampel maka dapat
dilakukan pengambilan antara 20-50% sampel (Arikunto,2006).
60 X = 30 sampel
21
36
vi
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
sedimen urine pada Masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan yang
ditampung menggunakan metode pemeriksaan sedimen urine pada
Laboratorium Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Kendari.
E . Instrumen Penelitian
Alat, Bahan Dan Prosedur Kerja.
1. Alat:
a. Lembar observasi
b. Etiket/label
c. Pot Urine
2. Bahan:
a. Sampel Urine Warga yang tinggal di Rw 06 RT 15 Kelurahan sodohoa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
3. Prosedur Kerja:
a. Persiapkan Alat dan Bahan.
b. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus.
c. Minta Pasien untuk memmasukkan cairan seninya atau urinenya kedalam
pot urine atau wadah penampungan urine.
d. Memberitahukan kepada pasien agar pada waktu proses pengambilan
urine,Urine tersebut tidak boleh tercampur dengan Air Karna dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut.
e. Setelah pasien memberikan Urinenya, tutuplah dengan rapat dan beri
label pada pot Urine tersebut.
f. Setelah itu berterimakasih kepada warga karena telah bersedia di ambil
sampel Urinenya untuk di jadikan sebagai sampel penelitian.
22
37
vi
F . Instrumen Penelitian Laboratorium
Sumber-sumber tersebut adalah (Gandasoebrata, 2006).
1. Alat,
a. Rak tabung
b. Mikroskop
c. Sentrifuge
d. Spidol
e. Tabung sentrifuge urine
f. Slide
g. Wadah penampung Urine
2. Bahan
a. Tissue
b. Urine Sewaktu
3. ProsedurKerja:
Metode :Mikroskopik
a) PraAnalitik.
1. PersiapanAlatdanBahan.
2. Persiapanpasien : tidak memerlukan persiapan khusus.
b) Analitik
1. masukkan Urine sebanyak 10 ml dalam tabung sentifuge.
2. Dimasukan dan pusingkan menggunakan Sentrifuge selama10 Menit
dan kecepatan 1500 rpm.
3. Dibuang cairan urine dalam tabung sentrifuge, sampai tersisa endapan
untuk diamati.
4. Dituang endapan tersebut pada slide untuk selanjutnya diperiksa di
mikroskop.
5. Diletakan slide, pada meja mikroskop dan periksa pada pembesaran
10x.
6. Dicatathasilpengamatan.
23
38
vi
c) Pascaanalitik
Nilai rujukan sedimen urine:
a) Leukosit : Negatif< 5 /LPB
b) Eritrosit : Negatif< 5 /LPB
c) Epitel : Negatif< 5 /LPB
d) asamurat : Positif : ≥ 5 kristal /LPK
Negatif : < 5 kristal/LPK
e) Calsiumoksalat : Positif : ≥2 kristal /LPK
Negatif : < 2 kristal/LPK
f) Silinder : 0/LPB
g) Sistin : 0/LPK
h) Bakteri : < 2/LPB
(Gandasoebrata, 2006).
G. Jenis Data.
1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung pada saat penelitian
berlangsung, meliputi hasil pemeriksaan dari sedimen urine padas ampel
urine masyarakat yang mengkonsumsi Air Pegunungan RRI Lama di RW
06 RT 15 KelurahanSodohoa KecamatanKendari Barat Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di ambil langsung dari instansi terkait.
Data ini di peroleh dari Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat
Kota Kendari.
H. Pengolahan Data
Pengolahan Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikerjakan
melalui beberapa proses dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan data (editing) Bertujuan untuk meneliti data yang telah
diperoleh dari pengukuran dengan cara memeriksa kelengkapan dan
konsistensi data yang ada.
24
39
vi
2. Pengkodean data (coding) Bertujuan untuk memudahkan dalam
menganalisis data dengan cara memberikan kode atau atribut pada data.
3. Memasukkan data (entry) Memasukkan data yang telah diperoleh untuk
diolah menggunakan komputer.
4. Mentabulasi (tabulating) Tabulasi merupakan lanjutan langkah koding
atau mengelompokkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat-
sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
I . Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel kemudian dipresentasikansecara narasi.
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin
kepada instansi tempat penelitain. Setelah mendapat persetujuan barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan maslah etika penelitian yang
meliputi:
1. Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan di teliti
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian,bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan
kehendak dan tetap menghormati hak – hak subjek.
2. Anominity
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden,tetapi lembar tersebut di berikan kode.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.
25
40
vi
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kelurahan Sodohoa merupakan Kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Kendari Barat dengan luas kelurahan 1.82 km2dengan jumlah
penduduk 3.723 jiwa. Kelurahan ini terdiri dari 7 RW dan 18 RT.
Salah satu RW yang ada di wilayah Kelurahan Sodohoa adalah Rw
06, Rw 06 ini terdapat 3 Rt yaitu: Rt 14, 15, dan 16. Dimana Rt 14 ini
dengan jumlah penduduk 502 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 118
KK, dan Rt 15 ini dengan jumlah penduduk 274 jiwa, dengan jumlah
Kepala Keluarga 60 KK, sedangkan Rt 16 dengan jumlah penduduk 320
jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 75 KK. Salah satu Rt yang ada di
wilayah Kelurahan Sodohoa adalah Rt 15 yang merupakan dari Rw 06
dengan jumlah penduduk 274 jiwa, yang terdiri dari 60 Kepala Keluarga.
Rt tersebut merupakan salah satu Rt yang dominan mengkonsumsi air
pegunungan (Data kelurahan Sodohoa).
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian secara langsung sampel
sedimen urine pada masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI
Lama yang dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Analis Kesehatn, jumlah sampel yang di uji masing-masing
sebanyak 30 sampel dengan rincian data hasil penelitian pada lampiran.
26
41
vi
1. Distribusi Jenis Kelamin.
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin RRI LamaJumlah Persen %
1. Perempuan 27 902. Laki-Laki 3 10
Total 30 100Sumber: Data primer
Dari data distribusi tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 30
responden yang menjadi sampel penelitian, terdapat 27 responden
(90%) berjenis kelamin Perempuan, dan 3 responden (10%) berjenis
kelamin Laki-Laki.
2. Distribusi Umur
Tabel 5.2 Distribusi sampel penelitian menurut Umur
No Umur(Tahun)
RRI LamaJumlah Persen (%)
1 6-12 1 3,32 13-19 3 10,03 20-26 15 50,04 27-32 5 16,75 33-39 1 3,36 40-46 1 3,37 47-53 3 10,08 54-60 0 09 61-67 1 3,3
Total 30 100Sumber: data primer
Dari data tabel 5.2 menunjukkan data distribusi sampel umur pada
masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di RW 06
RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat. Jumlah distribusi
frekuensi sampel berdasarkan umur terbanyak di RW 06 RT 15
Kelurahan Sodohoa dengan umur 20-26 Tahun dengan jumlah 15
(50,0%) orang. Dan jumlah distribusi frekuensi sampel terendah di RW
27
42
vi
06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Kota Kendari yaitu
pada umur 6-12 Tahun dengan jumlah 1 (3,3%), 33-39 Tahun dengan
jumlah 1 (3,3%), 40-46 Tahun dengan jumlah 1 (3,3%) dan 61-67
Tahun dengan jumlah 1(3,3%). Berdasarkan data tersebut di atas
frekuensi umur yang bervariasi karena sampel yang di ambil secara
acak pada masyarakat yang mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama.
3. Distribusi sedimen urine
Tabel 5.3 Distribusi sedimen urine
No Sedimenurine
RRI Lama
Normal AbnormalN % N %
1 Leukosit 28 93,3 2 6,7
2 Eritrosit 28 93,3 2 6,7
3 Epitel 17 56,6 7 23,3
4 Silinder 29 96,7 1 3,3
5 Kalsiumoksalat
29 96,7 1 3,3
6 Asam urat 29 96,7 1 3,3
7 sistin 30 100 0 0
8 Bakteri 29 96,7 1 3,3
Sumber: data primer
Data tabel 5.3 di atas menunjukkan sedimen urine pada masyarakat
yang mengkonsumsi Air pegunungan RRI Lama. pada sedimen urine di
wilayah RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat
jumlah Leukosit normal 28 (93,3%) dan abnormal 2 (6,7%), jumlah
Eritrosit normal 28 (93,3%) abnormal 2 (93,3%). Jumlah Epitel normal 17
(56,6%) abnormal 7 (23,3%), Silinder normal 29 (96,7) abnormal 1 (3,3),
Jumlah Calsium Oxalat normal 29 (96,7) abnormal 1 (3,3%), jumlah Asam
urat normal 29 (96,7%) abnormal 1 (3,3%), jumlah sistin normal 30
(100%), jumlah bakteri normal 29 (96,7%) abnormal 1 (3,3%).
28
43
vi
C. Pembahasan
Pemeriksaan sedimen urine atau mikroskopik pada urine merupakan
pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksan kimia urine, yang penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Pemeriksaan sedimen ini biasa menggunakan urine pagi
ataui urine sewaktu, setelah mengumpulkan urine segera di lakukan
pemeriksaan. Untuk penundaan pemeriksaan urine sebaiknya diberikan
pengawet karena akan terjadi perubahan pada komposisi zat dan hasil yang di
keluarkan seperti terjadinya pertumbuhan bakteri, kadar glukosa menurun, pH
menjadi alkalis, dekomposisi silinder, lisisnya eritrosit, perubahan bentuk
leukosit/rusak, urine menjadi makin keruh, perubahan warna dan bau, serta
nitri menjadi positif (Hardjoeno, 2007).
Pada pemeriksaan sedimen urine masyarakat yang mengkonsumsi air
pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari di dapat variasi sedimen yang mengindikasi kan
kesehatan individu dan zat-zat yang di konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari. Pengamatan sedimen tergantung apa yang ada dalam urine normal, dan
bisa di identifikasi secara akurat dalam membandingkan antara bentuk normal
dan abnormal. Munculnya beberapa partikel atau elemen dalam urine
mungkin normal, Hal ini dapat berupa sel-sel darah, sel-sel yang melapisi
saluran kencing (epitel squamous), partikel protein silinder yang telah
terbentuk di nefron (gips), Kristal yang terbentuk dalam urine, dan selasing
misalnya spermatozoa, mikroorganisme, atau kontaminan (Gandasoebrata,
2004).
Eritrosit pada sedimen urine normal dengan jumlah 0-5 sel/LPB dapat
ditemukan. Jumlah lebih dari 5/LPB harus di selidiki secara menyeluruh dan
penyebab hematuria harus dicari. Dalam pemeriksaan mikroskopik eritrosit
terlihat mirip dengan yang di temukan pada darah perifer. Dalam urine
hipertonik, eritrosit bisa crenated dan dalam urine hipotonik eritrosit bisa
29
44
vi
bengkak, menjadi bola, dan waktunya akan pecah, sehinnga jumlah eritrosit
berkurang pada sedimen urine.
Leukosit sering di temukan pada sedimen urine normal, tetapi sedikit
dan tidak melebihi 5/LPB. Walaupun semua jenis leukosit yang muncul
dalam darah perifer juga di temukan dalam urine (yaitu limfosit, monosit,
eosinofil), namun sel yang paling umum adalah PMN. PMN memiliki fungsi
fagositosis motil secara aktif, dan bergerak secara amiboid dengan
pseudopodia. PMN dalam urine dapat segera di ketahui inti multi segmennya
dan sitoplasma granular.
Sel epitel urine normal berisi tiga varietas utama sel epitel: tubular
ginjal, transisi (urothelial), dan squamos. Sel- sel ini melapisi saluran kemih,
tubulus dan nefron. Sel epitel renal tubular jarang ada dalam sedimen urine
yang normal (0-1/LPB). Bila ada, biasanya dalam bentuk tunggal tetapi juga
di temukan berpasangan. Sel transisi merupakan lapisan epitel pada sebagian
besar saluran kemih dan sering tampak di sedimen (0-1/LPB). Bentuknya
bertingkat-tingkat dan biasanya dengan lapisan sel tebal dengan tiga bentuk
utama yaitu bulat, polyhedral, dan kecebong. Sel epitel squamos adalah yang
termudah dari semua sel epitel, dan mudah di kenali dan sering di jumpai
dalam urine karena bentuknya yang besar dan datar, Spesimen urine porsi
tengah paling baik di gunakan(Gandasoebrata, 2006).
Silinder terbentuk dari kumpulan zat- zat atau sel-sel yang terbentuk
padat memanjang dengan ujung bulat. Adanya silinder dalam urine
mengindikasikan gejala kerusakan ginjal baik akut maupun kronis. Tidak ada
tipe silinder tertentu bagi gangguan penyakit ginjal yang khusus, walaupun
terdapat silinder eritrosit dan silinder leukosit(Kosasih, 2008).
Kristal terbentuk berkaitan dengan konsentrasi berbagai garam di urine
yang berhubungan dengan metabolisme makanan pasien dan asupan cairan
serta dampak dari perubahan yang terjadi dalam urine setelah koleksi sampel
(yaitu perubahan pH dan suhu yang mengubah kelarutan garam dalam urine
dan menghasilkan pembentukan kristal). Kristal kalsium oksalat paling sering
ditemukan pada urine asam dan netral. Bentuk yang umum adalah bentuk
30
45
vi
dihidrat, Kristal berwarna mirip bentuk amplop. Kristal jenis ini di temukan
dalam urine normal, yaitu terutama setelah mengkonsumsi asam askorbat
dalam dosis besar atau makanan yang kaya akan asam oksalat(Dony
izhar,2007).
Kristal asam urat ada di urine dalam konsentrasi yang tinggi dan
umumnya menghasilkan berbagai macam struktur kristal, kristal asam urat
ada dalam berbagai bentuk seperti batang, kubus, piring, dan seperti batu
asahan. Kristal asam urat larut dalam larutan alkalis dan tidak larut dalam
asam. Biasanya berwarna kuning pucat, kristal asam urat sering di kaitkan
dengan batu ginjal, tetapi keberadaanya di urine orang normal adalah sanngat
umum(Gandasoebrata, 2004).
Sistin jarang di jumpai (tidak umum), berwarna kuning jeruk dan
berkilau. Sedangkan kristal sistin di urine tampak seperti plat segi enam,
sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak karena mengandung sulfur,
kristal sistin berasal dari zat yang seharusnya tidak ada dalam urine,maka
dapat mengindikasikan masalah metabolisme. Obat-obatan dan pewarna
kontras sinar-x- juga dapat mengkristal di dalam urine(Sutedjo, 2007).
Urine seharusnya steril sehingga tidak akan ada mikroorganisme di
urine yang mengindikasikan adanya infeksi. Bakteri dapat memasuki saluran
kemih melalui uretra dan naik ke kandung kemih seperti dalam penggunaan
air yang terkontaminasi. Bakteri yang terdapat dalam sedimen urine juga
dapat merupakan kontaminan, terutama pada wanita, atau wadah sampel yang
tidak steril (Gandasoebrata,2006).
Untuk memaksimalkan pada pembacaan sedimen urine hendaknya alat
yang digunakan harus dalam keadaan baik seperti kaca objek dan mikroskop.
Kaca objek yang kotor tidak bisa di gunakan untuk pembacaan sedimen urine
dikarenakan adanya kotoran atau jamur yang menyerupai sel darah.
Mikroskop merupakan alat yang utama dalam penelitian sedimen urine ini.
Mikroskop yang digunakan harus dengan lensa yang bersih bebas dari debu
maupun jamur karena dapat mempengaruhi lapangan pandang pada saat
pemeriksaan sedimen urine di bawah mikroskop (Gandasoebrata, 2004).
31
46
vi
Hasil penelitian menunjukkan sedimen urine pada masyarakat yang
mengkonsumsi Air pegunungan RRI Lama, pada sedimen urine di wilayah
RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat jumlah Leukosit
normal 28 (93,3%) dan abnormal 2 (6,7%), jumlah Eritrosit normal 28
(93,3%) abnormal 2 (93,3%). Jumlah Epitel normal 17 (56,6%) abnormal 7
(23,3%), Silinder normal 29 (96,7) abnormal 1 (3,3), Jumlah Calsium Oxalat
normal 29 (96,7) abnormal 1 (3,3%), jumlah Asam urat normal 29 (96,7%)
abnormal 1 (3,3%), jumlah sistin normal 30 (100%), jumlah bakteri normal
29 (96,7%) abnormal 1 (3,3%).
Pada pemeriksaan sedimen urine pada masyarakat yang mengkonsumsi
air pegunungan RRI Lama, telah di ketahui bahwa sampel air yang terletak di
RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat tidak layak
untuk di konsumsi jika tidak melalui proses pematangan terlebih dahulu,
karena sampel Air yang terletak di RRI Lama banyak mengandung kristal
yang dapat membahayakan kesehatan bagi tubuh jika mengkonsumsinya
tanpa proses pematangan(Depkes, 2010).
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang di lakukan oleh Obiet
pada tahun 2014 tentang perbedaan sedimen urine pada masyarakat yang
menkonsumsi air pegunungan RRI Lama dan Jalan Lasolo membuktikan
adanya kelainan hasil pemeriksaan sedimen urine di Kelurahan Sodohoa
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari yang mengkonsumsi air pegunungan,
dengan di temukannya Eritrosit dalam jumlah abnormal (1-21 sel/LPB),
Leukosit (2-18 sel/LPB), Epitel (3-9 sel/LPB), Silinder (0-2 sel/LPB), Calsium
Oksalat (3-12 sel/LPB), asam urat (0-3 sel/LPB), sistin (0-1 sel/LPB).
32
47
vi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan1. Dari hasil pemeriksaan di temukan adanya gambaran sedimen urine
organik dan anorganik pada masyarakat yang mengkonsumsi air
pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan
Kendari Barat Kota kendari.
2. Pada hasil penelitian di temukan adanya gambaran sedimen organik yang
meliputi: leukosit, eritrosit, silinder, epitel, dan bakteri pada masyarakat
yang menkonsumsi air pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan
Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
3. Pada hasil penelitian di temukan adanya gambaran sedimen anorganik
yang meliputi: kalsium oksalat, dan asam urat pada masyarakat yang
mengkonsumsi air pegunungan RRI Lama di RW 06 RT 15 Kelurahan
Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
B. Saran
1. Diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi dalam
memperkaya ilmu pengetahuan.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi peneliti
selanjut.
3. Diharapkan dapat Memberikan informasi kepada pemerintah khususnya
di RW 06 RT 15 Kelurahan Sodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota
Kendari terkait tentang kualitas air yang selama ini dikonsumsi sehingga
dapat meminimalisir tata cara penggunaan konsumsi air yang salah.
33
48
vi
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2013.Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. (Hal. 44 – 47),
112.Campbell, N.A. 2000. Mikroskop dan Fungsinya. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Anonim. 2014. Teori Pemeriksaan Kimia air. Departemen Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur. Samarinda.(14 – 22).
Depertemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat
Laboratorium Kesehatan. 2010. Pedoman Pemeriksaan Kimia Air
Minum/Air Bersih. Jakarta.
Effendi, Hefni. 2010. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.(Hal. 56).
Obiet. 2014. Perbedaan Sedimen Urine pada masyarakat yang mengkonsumsi Air
Pegunungan RRI Lama dan Jalan Lasolo. Kota Kendari.
Gandasoebrata R. 2004. Calsium dalam Penuntun Laboratorium klinik. Dian
Rakyat. Jakarta.(Hal. 114 – 120).
Gandasoebrata, R, 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.
Jakarta.(Hal. 69 – 122).
Goldsten, Philip. 2004. Identifikasi Mikrobiologi Infeksi. Ikrar Mandiri Abadi.
Jakarta.(Hal. 75 – 77).
Hardjoeno. H dan Fitriani, 2007. Substansi Dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbit
Unhas. (Hal. 88 – 89).
49
vi
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat
Laboratorium Kesehatan. 2012. Pedoman Pemeriksaan Kimia Air
Minum/Air Bersih. Jakarta
Kosasih, E. N dan A. S, Kokasih, 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik edisi Kedua. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.(Hal. 17 – 19).
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.(Hal.
13 – 14).
Permenkes.2010. Pedoman Pemeriksaan Kimia Air Minum/Air Bersih.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Sutedjo, A.Y. 2007. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Amara Books. Yogyakarta. (Hal. 18).
C, Novita. 2012. Sidomi.com/73993/air-ternyata-akan-berada-di-tubuh-selama-
10-50-hari/.
Wahyulesmana. 2009. Penampungan Mata Air. (Hal. 44). Website :
www.wordpress.com(diakses pada tanggal 2 April 2015).
Wahyulesmana. 2011. Depot Air Minum.Lembaga Penerbit Unhas.
Makassar.(Hal. 46).
Warman, Yance. 2008. Pengawasan Kualitas Air Minum Isi Ulang oleh DINKES
Kota Pekanbaru tahun 2008. (Hal. 22).Website : www.wordpress.com
(diakses pada tanggal 4 Maret 2009).
Arikunto, s. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Ketujuh. Jakarta : Rineka Cipta.
Izhar. Dony DKK. 2007 Hubungan Antara Kesadahan Air Minum, Kadar
Kalsium Dan Sedimen Kalsium Oksalat Urine Pada anak Sekolah
Dasar. UGM Jogjakarta.
50
vi
51
vi
52
vi
53
vi
54
vi
55
vi
56
vi
57
vi
Lampiran 5. Proses penelitian Gambaran Sedimen Urine pada Masyarakatyang mengkonsumsi air pegunungan di Rw 06 Rt 15 KelurahanSodohoa Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
a. Pra Analitik1) Persiapan Sampel
Pengambilan Sampel Urine di Rw 06 Rt 15 Kelurahan SodohoaKecamatan Kendari Barat.
2) Persiapan Alat Dan Bahana. Alat
Mikroskop Sentrifuge
58
vi
Pipet Tetes deg gelas
Tabung sentrifuge, Rak tabung Objek gelas
58
vi
Pipet Tetes deg gelas
Tabung sentrifuge, Rak tabung Objek gelas
58
vi
Pipet Tetes deg gelas
Tabung sentrifuge, Rak tabung Objek gelas
59
vi
b. BahanSampel urine, tissue
b. Analitik1) Sampel Urine di sentrifugasi
60
vi
2) Sampel Urine yang sudah di sentrifugasi
3) Pengamatan Mikroskop terhadap Sedimen Urine
61
vi
c. Pasca Analitik1) Hasil Pengamatan Sedimen Urine di mikroskop
a. Silinder, Eritosit, Leukosit
b. Calsium oxalat Dan Epitel
62
vi
c. Asam Urat
d. Bakteri