NEW DIAGNOSIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sembarang upload

Citation preview

  • LOW VISION

    NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR

    NIP.19700908 200003 2 001

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • DAFTAR ISI

    I. PENDAHULUAN.....................................................................................1

    II..DEFINISI..................................................................................................2

    III.KLASIFIKASI.............................................................................4

    IV. ETIOLOGI DAN GEJALA KLINIS......................................................4

    V. PENATALAKSANAAN.........................................................................5

    VI. DAFTAR PUSTAKA.23

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • I. PENDAHULUAN

    Pasien dengan low vision merupakan seseorang yang dikarenakan gangguan

    ireversibel pada sistem visual, tidak dapat menggunakan penglihatannya dalam

    melakukan aktivitas sehari-hari tanpa alat bantu penglihatan yang khusus.(1)

    Walaupun low vision dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi terutama terjadi pada

    usia lanjut.(2) Hal ini sebagai akibat pertumbuhan populasi dan pergeseran kelompok

    umur yang lebih tua maka jumlah penduduk yang memiliki resiko low vision akan

    meningkat. Diperkirakan bahwa 13,5 juta penduduk Amerika (>45 tahun) mengalami

    penurunan penglihatan dan lebih dari 2/3 berumur > 65 tahun.(2,3,4)

    Kehilangan penglihatan menempati urutan ke-3 setelah arthritis dan penyakit jantung

    sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya membutuhkan bantuan di dalam

    aktivitas sehari-hari.(3)

    Penyebab low vision bisa terjadi secara kongenital (Leber's congenital amaurosis)

    maupun acquired.(4,5,6)Age-Related Macular Degeneration (AMD) terjadi pada 45%

    penderita low vision.(2,3,5,7) Glaukoma dan retinopati diabetik merupakan penyebab

    yang paling sering setelah AMD.(2,3,4)

    Penatalaksanaan low vision yang efektif harus mempertimbangkan setiap tingkat

    fungsi individual, objektivitas visual dan alat bantu penglihatan yang tersedia.

    Penanganan low vision harus dimulai di setiap stadium saat pasien mengalami

    kesulitan mengerjakan tugas-tugas visual yang biasa. Walaupun umumnya terjadi

    perburukan gangguan penglihatan, namun intervensi dini memungkinkan pasien

    menyesuaikan diri dengan teknik-teknik baru. Prognosis yang tidak pasti bukan

    merupakan alasan untuk menunda pengobatan.(7)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • II. DEFINISI LOW VISION

    Dikenal istilah-istilah di dalam membentuk kerangka kerja yaitu disorder,

    impairment, disability dan handicap. Istilah-istilah ini menggambarkan aspek-aspek

    yang berbeda dari kondisi-kondisi pasien dan dapat diaplikasikan pada sejumlah

    organ tubuh atau sistem, termasuk sistem visual.(8)

    Disorder. Aspek ini merujuk pada perubahan anatomi atau fisiologi organ. Biasanya

    dideskripsikan dalan istilah-istilah anatomis, contohnya : kekeruhan cornea, katarak,

    sikatrik retina.(8)

    Impairment. Terjadi perubahan pada fungsi organ, meliputi keterbatasan ketajaman

    penglihatan, lapang pandangan, sensitivitas kontras atau penglihatan warna. Skala

    pengukuran yang bervariasi telah dikembangkan untuk setiap fungsi ini.(8)

    Disability. Merujuk pada ketrampilan dan kemampuan pasien. Sebagai contoh, pasien

    dengan sikatrik cornea pada 1 mata akan mengalami kerusakana penglihatan pada

    mata tersebut tetapi pasien dapat mengerjakan tugas-tugas secara binokular.

    Disability digambarkan dalam konteks ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari,

    kemampuan membaca, menulis dan orientasi.(8)

    Handicap. Merupakan konsekuensi sosioekonomi dari disability. Biasanya

    digambarkan dengan usaha keras yang harus dilakukan pasien untuk mencapai tujuan

    yang sama dengan orang-orang normal. (8)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • DISORDER

    Anatomic

    changes

    IMPAIRMENT

    Functional

    changes

    DISABILITY

    Skills and abilities

    affected

    HANDICAP

    Socioeconomic

    consequences

    EXAMPLES

    Inflammation

    Atrophy

    Scar

    Visual acquity

    Visual field

    Contrast sensitivity

    Reading

    Writing

    Daily living

    Mobility

    Extra effort

    Loss of independent

    ORGAN PATIENT

    Bagan 1. Aspek-Aspek Low Vision (From Fig.1-1: Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.2)

    Definisi low vision berdasarkan kuantitas pengukuran tajam penglihatan dan lapang

    pandangan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan low vision pada

    tahun 1992 sebagai berikut :

    Seorang dengan low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan

    fungsi penglihatan setelah penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi

    standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60)

    terhadap persepsi cahaya atau lapang pandangan kurang dari 100 dari

    titik fiksasi.(3)

    Definisi terbaru low vision meliputi pengukuran/pemeriksaan sensitivitas kontras,

    skotoma sentral atau parasentral(3) serta keluhan peningkatan kepekaan terhadap

    cahaya, kelainan persepsi warna, adaptasi gelap, motilitas mata dan fusi.(7,9)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • III. KLASIFIKASI

    The International Classification of Disease, 9 th Revision, Clinical Modifiication

    (ICD-9-CM) membagi low vision atas 5 kategori, sebagai berikut :

    1. Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat

    dikoreksi kurang dari 20/60 sampai 20/160.

    2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi

    kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 200

    atau kurang ( diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah III4e, 3/100,

    objek putih)

    3. Profound visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat

    dikoreksi kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapang

    pandangan adalah 100 atau kurang.

    4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi

    20/1250 atau kurang.

    5. Total blindness. No light perception. (3,4,8,9,10)

    IV. ETIOLOGI DAN GEJALA KLINIS

    Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan

    sistem visual. Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian besar

    yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan pasien serta memilih

    dan mengimplementasikan strategi untuk rehabilitasinya.(3)

    Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :

    1. Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

    kekeruhan media (cornea, lensa, corpus vitreous).

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • 2. Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer

    normal, khas pada oedem makula atau albinisme.

    3. Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi

    dan kelainan-kelainan nervus optikus. 4. skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan

    gangguan retina perifer lainnya. (5,7)

    Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta atau mengalami low vision

    karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun, tetapi meningkat yang

    disebabkan karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup yang lebih

    panjang.(4)

    Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami penurunan fungsi

    penglihatan yang bermakna untuk beberapa tahun.(3)

    V. PENATALAKSANAAN

    5.1. ANAMNESA

    Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesa yang lengkap.(6)Mengidentifikasi

    pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di dalam pencegahan,

    terapi medis dan pembedahan.(3)

    Pasien harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan penglihatan.

    Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus dibahas secara

    spesifik. Tabel 1 mencantumkan daftar aktivitas yang terganggu karena penglihatan

    di bawah standar. Pasien harus didorong untuk memahami efek keadaan mereka pada

    sistem visual. Kecemasan akan kemungkinan terjadinya kebutaan harus disampaikan

    dan diatasi.(7)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • 5.2. PEMERIKSAAN/EVALUASI FUNGSI VISUAL

    Penilaian fungsi visual merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana menjadi

    penunjuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi visual melalui latihan-latihan

    dan peresepan alat-alat bantu.(8)

    Pemeriksaan terhadap penderita low vision berbeda dari pemeriksaan ophthalmologi

    yang lazim diterapkan.(2)

    5.2.1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

    Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi visual. Ketajaman penglihatan

    menunjukkan kemampuan pengenalan detil yang berbeda dengan kemampuan

    pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan pengenalan detil seperti

    pengenalan wajah dan identifikasi uang.(8)

    Untuk pemeriksaan penderita low vision, snellen chart sering tidak memuaskan

    sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan menggunakan The

    Early Treatment Diabetic Retinopathy Charts (ETDRS) (Gamabar 1), colenbrander

    1-m chart (Gambar 2), Bailey-Lovie chart, LEA chart.(8)

    Iluminasi standar untuk pemeriksaan mata normal yaitu 100 candela/m2), tetapi untuk

    penderita low vision membutuhkan iluminasi yang lebih.(8)

    Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4 m, 2 m

    atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan lima

    huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan untuk ketajaman penglihatan dari 20/20

    sampai 20/200; jarak pemeriksaan 2 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari

    20/200 dan jarak pemeriksaan 1 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari

    20/400.(1,7,8)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi sehingga

    tidak spesifik terhadap suatu gangguan.(8)

    Gambar 1. ETDRS Chart dengan jarak pengukuran 1-m (From Fig.3-3 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.32)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 2. Salah satu sisi Colenbrander 1-m chart (From Fig.3-2 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.31)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • 5.2.2. Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca

    Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran

    ketajaman penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan jarak standar

    baca. Beberapa menggunakan 33 cm (untuk 3-D add); yang lain menggunakan 14

    inchi (35 cm, 2.86-D add) atau 40 cm (16 inchi, 2.5-D add). Tetapi ukuran ini tidak

    dapat digunakan untuk mengukur jarak baca pasien low vision.(8)

    Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. kartu bacaan dengan ukuran-ukuran

    huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran simbol lebih disukai karena

    dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang memenuhi standar di atas adalah the

    Minnesota Low Vision Reading Test (MNReadtest) , dimana setiap kalimat

    disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga mempunyai

    segmen-segmen pembacaan yang sama (Gambar 3) . Rangkaian-rangkaian ini

    mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca dan ketepatan di dalam

    hubungannya dengan ukuran huruf.(8)

    Jenis uji baca lain adalah pepper visual skills for Reading test, The Morgan Low

    Vision Reading Comprehension assessment.(8)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 3. Sisi lain Colenbrander 1-m chart (From Fig.3-4 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.34)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • 5.2.3. Pengukuran Sensitivitas Kontras

    Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah yang bervariasi di

    dalam sistem penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan mendeteksi

    benda pada kontras yang rendah.(8)

    Pasien akan mengalami kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti

    mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tangga, menuangkan susu

    ke dalam mangkuk putih.(8)

    Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi saat

    membaca.Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada penderita macular

    oedem.(8)

    Pelli-Robson chart dan LEA low-contrast chart memberikan huruf-huruf atau simbol-

    simbol yang besar dengan penurunan kontras. Alternatif lain yaitu Bailey-Lovie

    Chart.(8)

    Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card (Gambar 4) yang

    mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluinasi rendah. Pada salah satu sisi

    mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan latar belakang putih);

    sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah, low luminance chart (huruf

    berwarna hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).(8)

    Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monokular maupun binokular dengan

    vistech Contrast Sensitivity Vision Test.(1,7,12) Hilangnya sasaran frekuensi tinggi dan

    sedang adalah tanda kesulitan membaca tulisan dengan alat bantu optis untuk low

    vision.(7)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 4. SKILL Card. (A)Light Side (B)Dark (low-contrast) side (From Fig.3-6 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.37)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • 5.2.4. Pemeriksaan Lapang Pandangan

    Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari aspek-

    aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).

    Skotoma makular memberikan dampak mayor di dalam aktivitas sehari-hari dan

    terjadi pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan

    masalah di dalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam

    penglihatan.(8)

    Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan menentukan

    posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat apakah distorsi yang

    dilihat pasien berkurang pada penglihatan binocular atau monocular. Apabila dengan

    penglihatan binokular distorinya kurang maka pasien mungkin calon untuk

    penggunaan lensa baca yang mengkoreksi kedua mata daripada penggunaan lensa

    monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat digrafikkan pada layar singgung.(7)

    Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya tidak sensitif

    untuk mendeteksi skotoma macular yang kecil dan tidak akurat dalam menentukan

    perluasan skotoma. Scanning Laser Ophthalmoscope (SLO) adalah instumen yang

    lebih disukai tetapi harganya mahal.(8)

    Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh perimetrist

    yang ahli dan sesuai dengan protocol pengujian.(8)

    Perimetri makular paling baik dilakukan dengan teknik hybrid dimana menggunakan

    intensitas stimulus yang tunggal untuk seluruh lokasi uji, seperti perimetri kinetik,

    tetapi target berada pada lokasi retina yang spesifik, seperti perimetri statik.(8)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapang pandangan perifer sebaiknya diperiksa pada

    layar singgung dan untuk pasien glaukoma dan defisit neurologik pada perimeter

    Goldmann.(1,7)

    5.3. PEMILIHAN DAN PERESEPAN ALAT-ALAT BANTU Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu penderita menggunakan sisa

    penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita serta mengurangi

    ketergantungan penderita kepada orang lain.(13)

    Apabila telah diketahui rentang dioptrik (berkisar +3 D sampai +68 D) maka

    dipilihlah jenis alat bantu low vision yang paling sesuai dengan tujuan derajat low

    vision.(7)

    Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optik untuk low vision :

    1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca

    pembesar berdiri (stand magnifiers).

    2. Sistem teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat

    disangkutkan (clip-on) dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.

    3. Sistem membaca elektronik yang mencakup mesin pembaca Closed Circuit

    Television (CCTV) dan computer yang mampu mencetak tulisan dalam

    ukuran besar.(1,7)

    Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi pasien yang

    benar. Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada 50% kasus,

    sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat sampai 90%.(3,8)

    Pasien menggunakan alat di bawah pengawasan seorang instruktur terlatih sampai

    tercapai kecakapan dan efikasi. Dilakukan pembahasan tentang mekanika alat-alat

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, tujuan pemakaian alat diperjelas dan pasien

    diberi cukup waktu dalam keadaan tenang untuk mencoba ketrampilan yang baru

    mereka peroleh. Hal ini mungkin berlangsung dalam satu sesi atau lebih karena

    sebagian pasien memerlukan pearacobaan pemakaian alat bantu di rumah atau

    pekerjaan sebelum mereka yakin.(7)

    Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan kekurangan

    masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi instruktur maupun

    pasien. Peresepan alat bantu low vision mengharuskan dokter dan instruktur

    memahami bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan mempengaruhi

    indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa intraokular dan alat-alat

    bantu low vision.(7)

    Kemajuan pasien ditinjau setelah dua sampai tiga minggu. Pasien didorong untuk

    menelepon apabila timbul masalah-masalah baru. Banyak kesulitan-kesulitan teknis

    minor dapat diatasi melalui telepon.(7)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Aktivitas Alat Bantu Optik Alat Bantu Non-Optik Berbelanja Kaca pembesar Cahaya,petunjuk warna

    Menyusun makanan kecil Kacamata bifokal

    Petunjuk warna,penyimpanan konstan

    Makan di luar Kaca pembesar Senter,lampu meja

    Membedakan uang Kacamata bifocal,kaca

    pembesar

    Susun dalam kompartemen-

    kompartemen

    Kacamata berkekuatan

    tinggi, kacamata bifocal,

    kaca pembegsar, kaca

    pembesar berdiri, CCTV

    Cahaya,tulisan berkontras tinggi,tulisan

    berukuran besar

    Menulis Kaca pembesar sedang,

    teleskop yang dapat

    difokuskan,CCTV

    Cahaya,pena berujung besar,tinta hitam

    Menelpon Kaca pembesar Huruf telepon berukuran besar,catatan

    dengan tulisan tangan

    Menyeberang Teleskop Tongkat,menanyakan arah

    Mencari tanda taksi & bis Teleskop

    Menbaca label obat Kaca pembesar Kode warna,huruf berukuran besar

    Membaca huruf di

    kompor

    Kaca pembesar Kode warna

    Menyesuaikan termostat Kaca pembesar Model dengan huruf berukuran besar

    Menggunakan komputer Kacamata Warna kontras,program dengan huruf

    berukuran besar

    Membaca tanda Kacamata Bergerak lebih dekat

    Menonton pertandingan

    olah raga

    Teleskop Duduk dibarisan depan

    Tabel 1. Aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu akibat low vision dan saran alat-alat bantu yang sesuai (From Tabel 22-1 : Faye EE. Penglihatan Kurang. Oftalmologi Umum, Edisi 14, hal.416)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 5. Penggunaan kacamata prisma +6-D untuk merajut (From Fig.4-1 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.56)

    Gambar 6. Handheld Magnifiers dengan iluminasi (From Fig.4-2 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.56)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 7. Stand Magnifier (From Fig.3-6 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.37)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 8. Telescope (From Fig.4-4 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.58)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 9. Video Magnifier (CCTV) (From Fig.4-5 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.59)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 10. Atas : Pengaturan iluminasi terhadap pekerjaan dekat/detil. Bawah : Pengaturan meja dengan poor contrast and good contrast (From Fig.6-3 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.101)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Gambar 11. Telepon dengan tombol dan angka yang besar (From Fig.6-5 : Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.101)

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Faye EE. Low Vision. Duane's Clinical Ophthalmology, Volume 1, Chapter

    46, 2004, p.1-46

    2. Low Vision, 2008, available at :

    http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/lowvision.html

    3. American Academy Of Ophthalmology. Vision Rehabilitation. Clinical

    Optics, Section 3, Chapter 8, 2008-2009, p.243-267

    4. Low Vision, 2008, available at : http://en.wikipedia.org/wiki/lowvision

    5. How To Cope With Low Vision. Available at :

    http://www.allaboutvision.com/lowvision/lowvision.htm

    6. Low Vision Rehabilitation. Available at :

    http://www.avclinic.com/lowvision.htm

    7. Faye EE. Penglihatan Kurang. Oftalmologi Umum. Edisi 14, Bab 22, p.415-

    423

    8. Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation. Ophthalmology Monographs,

    American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.1-133

    9. Kageyama JY, Chun MW. Video-Based Low Vision Devices. Duane's

    Clinical Ophthalmology, Volume 1, Chapter 46A,2004, P.1-8

    10. Khurana AK. Community Ophthalology. Comprehensive Ophthalmology,

    Fourth Edition, Chapter 20, P.443-444

    11. American Academy Of Ophthalmology. Optics Of Human Eye. Clinical

    Optics, Section 3, Chapter 3, 2008-2009, p.105-115

    12. Chang DF. Pemeriksaan Oftalmologik. Oftalmologi Umum. Edisi 14,Bab 2,

    p.52

    13. Living With Low Vision. Available at :

    http://www.lowvisioninfo.org/living.htm

    Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009

  • Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009