Upload
zimmyhendrik
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
1/178
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
ANALISIS PENERUSAN HIBAH PEMERINTAH
PADA PEMBANGUNAN MASS RAPID TRANSIT JAKARTA
Diajukan oleh:
IYAN ARDIYAN
NPM 144060005807
AJUN AKUNTAN
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tahun 2010
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan
Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tahun 2015
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
2/178
ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : IYAN ARDIYAN
NPM : 144060005807
BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENERUSAN HIBAH
PEMERINTAH PADA PEMBANGUNAN
MASS RAPID TRANSIT JAKARTA
Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Dosen Pembimbing
Kusmanadji, Ak., M.B.A.
NIP 196009151981121001
Budi Waluyo, S.S.T. Ak., M.M.
NIP 198203242003121002
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
3/178
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF
NAMA : IYAN ARDIYAN
NPM : 144060005807
BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENERUSAN HIBAH
PEMERINTAH PADA PEMBANGUNAN
MASS RAPID TRANSIT JAKARTA
Tangerang Selatan,
………………………….
1. Budi Mulyana, S.E., M.Si. (Ketua Penguji)
NIP 197201051992031002
…………………………..
2. Budi Waluyo, S.S.T., Ak., M.M. (Anggota Penguji/Pembimbing)
NIP 198203242003121002
…………………………..
3. Nur Aisyah Kustiani, S.S.T., Ak., M.Si. (Anggota Penguji)
NIP 197512141995022001
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
4/178
iv
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NAMA : IYAN ARDIYAN
NPM : 144060005807
BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN KEUANGAN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PENERUSAN HIBAH
PEMERINTAH PADA PEMBANGUNAN
MASS RAPID TRANSIT JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi ini adalah hasil
tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya
salin tanpa memberikan pengakuan dari penulis aslinya. Bila terbukti melakukan
tindakan plagiarism, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah
diberikan.
Tangerang Selatan, September 2015Yang memberi pernyataan,
Iyan Ardiyan
NPM 144060005807
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
5/178
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, karena
atas limpahan taufik dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Apa
yang penulis capai sampai sejauh ini tidak lepas dari dukungan kedua orang tua
penulis, Bapak Dimyati dan Ibu Menik serta calon istri penulis, Reny Kusuma
Wardani.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
dan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A. selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara.
2. Bapak Budi Waluyo, S.S.T., Ak., M.M. selaku dosen pembimbing materi yang
telah memberikan pengarahan dan saran selsma penyusunan materi skripsi ini.
3. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, Ph.D. dan Bapak Budi Mulyana, S.E., M.Si., selaku
dosen penilai outline yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan dan saran dalam penyusunan proposal rencana skripsi ini.
4. Teman-teman sekelas penulis di kelas 7C, 8E, dan 9B atas kebersamaan dan
persahabatan yang terjalin selama 1,5 tahun.
5. Kawan-kawan Kos Putera Pondok Jaya, yang membolehkan saya singgah dan
menumpang jaringan Wi-Finya,
6. Rekan-rekan seperjuangan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kehangatan
persahabatannya.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
6/178
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis tidak menutup kemungkinan akan adanya kelalaian dan
ketidakcermatan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu
penulis harapkan agar di masa mendatang dapat dibuat penelitian yang lebih baik
dari penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pribadi
dan bagi pembaca pada umumnya.
Tangerang Selatan, September 2015
Penulis
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
7/178
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................... ii
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF ............................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................ 2
C. Masalah Penelitian ................................................................................................... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
E. Metodologi Penelitian .............................................................................................. 4F. Sistematika Pembahasan .......................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 7
A. Konsep Pinjaman dan Hibah .................................................................................... 7
A. Perencanaan Hibah Pemerintah ............................................................................. 10
B. Mekanisme Penerimaan Hibah .............................................................................. 13
C. Realisasi Pinjaman Luar Negeri............................................................................. 17
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
8/178
viii
D. Profil Japan International Cooperation Agency (JICA) ........................................ 19
E. Penerusan Hibah Pemerintah ................................................................................. 22
F. Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 24
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN .......................................................... 26
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................................... 26
B. Struktur Pendanaan Pembangunan MRT ............................................................... 31
C. Struktur Pengelolaan Pembangunan MRT............................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 42
A. Kondisi Pinjaman Luar Negeri untuk Pembangunan MRT Jakarta ....................... 43
B. Permasalahan Pinjaman Luar Negeri IP-536 dan IP-554 ...................................... 45
C. Kondisi penerusan hibah pemerintah dalam pembangunan MRT Jakarta............. 54
D. Permasalahan Penerusan Hibah pemerintah dalam pembangunan MRT Jakarta .. 56
E. Klasifikasi Faktor-Faktor Permasalahan ................................................................ 64
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN .......................................... 82
A. Simpulan ................................................................................................................ 82
B. Saran ...................................................................................................................... 85
C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 88
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
9/178
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Prosedur Perencanaan Hibah _________________________________ 12
Gambar II.2 Mekanisme Hibah yang direncanakan __________________________ 15
Gambar II.3 Mekanisme Hibah Langsung _________________________________ 16
Gambar II.4 Skema Hibah dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah _________ 24
Gambar III.1 Tahapan Pembangunan MRT Jakarta __________________________ 33
Gambar III.2 Skema Pinjaman Luar Negeri pada Pembangunan MRT Jakarta _____ 34
Gambar III.3 Prosedur Perencanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri ___________ 37
Gambar IV.1 Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Indonesia _________________ 46
Gambar IV.2 Komposisi Pinjaman Luar Negeri Menurut Sumber Pinjaman ______ 47
Gambar IV.3 Komposisi Pinjaman Bilateral _______________________________ 48
Gambar IV.4 Data Pinjaman dari JICA dan Realisasi Penarikannya _____________ 49
Gambar IV.5 Diagram Alur Pembayaran Langsung__________________________ 61
Gambar IV.6 Tahapan Verifikasi Tagihan Untuk Valuta Asing dan Rupiah _______ 72
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
10/178
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Realisasi Penyerapan Dana Pinjaman IP-536 ______________________ 50
Tabel IV.2 Realisasi Penyerapan Dana Pinjaman IP-554 ______________________ 51
Tabel IV.3 Daftar Paket Kontrak Konstruksi MRT Jakarta ____________________ 63
Tabel IV.4 Daftar Nilai Kontrak Konstruksi MRT Jakarta ____________________ 63
Tabel IV.5 Pengelompokan Tema Permasalahan ____________________________ 66
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
11/178
xi
DAFTAR ISTILAH
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPKD : Badan Pengelola Keuangan Daerah
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJKA : Direktorat Jenderal Perkeretaapian
DJPBN : Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DJPK : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DJPPR : Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
DPA : Dokumen Pelaksanaan Anggaran
DRKH : Daftar Rencana Kegiatan Hibah
JICA : Japan International Cooperation Agency
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KEMENHUB : Kementerian Perhubungan
KEMENKEU : Kementerian Keuangan
MRT : Mass Rapid Transit
NOD : Notice of Disbursement
NRC : Notice Regarding Contract
PEMPROV : Pemerintah Provinsi
PERGUB : Peraturan Gubernur
PHLN : Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
PKD : Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
PP : Peraturan Pemerintah
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
SP3 : Surat Perintah Pembukuan/Pengesahan
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
12/178
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Contoh Pertanyaan Wawancara
Lampiran II Transkrip Hasil Wawancara
Lampiran III Pengodean Data
Lampiran IV Pencarian Tema Data
Lampiran V Peninjauan Tema
Lampiran VI Penamaan TemaLampiran VII Diagram Fishbone
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
13/178
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu proyek pemerintah yang dibiayai pinjaman dari negara Jepang yang
diterushibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah pembangunan Mass
Rapid Transit (MRT). Pelaksanaan Pembangunan Mass Rapid Transit ini melibatkan
beberapa instansi/lembaga pemerintah yaitu antara lain Kementerian Keuangan,
Kementerian Perhubungan, Pemprov DKI Jakarta dan PT MRT Jakarta. Terdapat dua
loan agreement (LA) yang sudah efektif untuk pembiayaan proyek MRT. Namun
dalam pengelolaan pinjaman yang diterushibahkan ini mengalami permasalahan yaitu
rendahnya realisasi dana pinjaman. Untuk LA IP-536 dengan nilai pinjaman sebesar
¥1,869,000,000 mulai efektif pada 22 Maret 2007. Closing date berakhir pada 22
Maret 2012 namun terakhir closing date ini diperpanjang menjadi 22 Desember 2014.
Data dari DJPPR Kemenkeu menyebutkan selama 2007 s.d. 2009 belum ada
penarikan pinjaman sama sekali untuk LA ini. Penarikan baru terjadi mulai triwulan I
2010 yaitu sebesar ¥342.723.735 atau sebesar 18,34% dari total loan.
Sementara untuk LA IP-554 dengan nilai pinjaman sebesar ¥48,150,000,000
mulai efektif pada 28 Juli 2009. Closing date untuk LA ini pada tanggal 28 Juli 2019
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
14/178
2
Data dari DJPPR Kemenkeu menyebutkan tahun 2009 s.d. 2012 belum ada realisasi
penarikan dana pinjaman atas loan ini. Realisasi penarikan pinjaman baru terjadi pada
triwulan IV tahun 2013 yaitu sebesar ¥5.002.903.330 atau sebesar 10,39% dari total
loan.
Selain realisasi penarikan pinjaman, rendahnya penyerapan dana pinjaman
luar negeri dapat diketahui dari nilai progress variant. DJPPR Kemenkeu
mengkategorikan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah dengan
Progress Variant (PV ≤ 0,3) sebagai kategori keterlambatan akut (at risk) sehingga
berisiko tinggi memunculkan biaya tambahan yang harus ditanggung APBN. Pada
tahun 2009 LA IP-536 mempunyai nilai PV 0 termasuk dalam kategori at risk .
Sementara LA IP-554 pada 2013 memiliki PV 0,23 sehingga termasuk dalam kategori
at risk .
Penelitian terhadap obyek ini sangat menarik mengingat mekanisme penerusan
hibah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan praktik yang relatif
baru, kemudian rendahnya daya serap atas pinjaman luar negeri dan nilai PV dalam
kategori at risk mengindikasikan adanya kendala/permasalahan dalam pengelolaan
pinjaman yang diterushibahkan ini. Atas latar belakang itulah penulis ingin membahas
permasalahan ini dalam skripsi berjudul “Analisis Penerusan Hibah Pemerintah Pada
Pembangunan MRT Jakarta”.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada realisasi penarikan pinjaman luar negeri yang
diterushibahkan untuk pembangunan MRT di Jakarta. Pinjaman luar negeri untuk
pembangunan MRT saat ini terdapat 2 LA yaitu IP-536 yang mulai efektif 22 Maret
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
15/178
3
2007 dengan nilai pinjaman ¥1,869,000,000 dan IP-554 yang efektif mulai 28 Juli
2009 dengan nilai pinjaman ¥48,150,000,000.
C. Masalah Penelitian
Rumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya realisasi penarikan pinjaman luar negeri yang diterushibahkan untuk
pembangunan MRT.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya realisasi penarikan pinjaman luar negeri yang
diterushibahkan untuk pembangunan MRT. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap literatur dan bahan kajian
teoritis, khususnya yang terkait dengan realisasi pinjaman luar negeri dan penerusan
hibah pemerintah serta diskusi akademis yang berkaitan dengan manajemen keuangan
pemerintah.
2. Manfaat praktis
Bagi pihak-pihak yang terkait dengan pinjaman luar negeri pada pembangunan
MRT diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk
merumuskan kebijakan yang dapat memacu peningkatan realisasi pinjaman luar
negeri.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
16/178
4
E. Metodologi Penelitian
1.
Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembangunan MRT di kota Jakarta yang
dibiayai oleh pemerintah negara Jepang dengan kode pinjaman IP-536 dan IP-554.
2. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa
wawancara mendalam dengan penanggung jawab dan pelaku kegiatan pembangunan
MRT serta pejabat terkait proyek tersebut. Kemudian data sekunder yaitu data
realisasi penarikan dana pinjaman luar negeri dari Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), DJPK dan DJPPR Kemenkeu.
Berikut adalah narasumber wawancara dalam penelitian ini:
a. Direktur Administrasi dan Keuangan PT. MRT Jakarta.
Sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
pembangunan MRT Jakarta. Pengelolaan disini mulai dari perencanaan
pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas laporan keuangan perusahaan.
b. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta.
Sebagai unit yang bertindak sebagai implementing agency dalam pembangunan
MRT Jakarta. Pada unit ini juga terdapat dokumen pelaksanaan anggaran
kegiatan pembangunan MRT.
c. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) DKI Jakarta.
Sebagai unit yang bertindak sebagai implementing agency dalam pembangunan
MRT Jakarta. Selain BPKD DKI Jakarta, pada unit ini juga terdapat dokumen
pelaksanaan anggaran kegiatan pembangunan MRT.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
17/178
5
d.
Kepala Subdirektorat Hibah Daerah, Direktorat PKD, DJPK, Kemenkeu.
Sebagai unit yang mengkoordinasikan dan menyiapkan bahan dalam rangka
penyusunan Naskah Perjanjian Hibah Daerah yang bersumber dari pinjaman luar
negeri.
e. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Khusus Pinjaman dan
Hibah
Sebagai unit di Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang melakukan verifikasi
tagihan pencairan dana yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri.
3. Teknik pengumpulan data
Data primer didapat melalui wawancara dengan narasumber yang sebelumnya
telah ditetapkan. Wawancara ini bersifat mendalam (in – depth interview) dimana
pengertiannya adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Proses wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada
narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber tersebut telah
terstruktur secara sistematis agar didapatkan hasil wawancara yang lebih spesifik dan
terperinci.
4. Metode pengolahan data
Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah deskriptif kualitatif
menggunakan Root Cause Analysis (RCA) dengan fishbone diagram dalam rangka
memperoleh kesimpulan penyebab permasalahan. Diagram fishbone merupakan suatu
alat (tools) untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
18/178
6
menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu
permasalahan. Diagram fishbone ini secara umum digunakan pada tahap identifikasi
masalah dan menentukan penyebab dari munculnya masalah tersebut. Diagram
fishbone selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan
penyebabnya, juga dapat digunakan pada proses perubahan.
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini disusun dalam lima bab yang urutan penyajian dan isinya adaah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan pengantar menuju pembahasan
permasalahan. Di dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, ruang
lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori, berisi teori yang menguraikan tentang pinjaman dan
hibah luar negeri sebagai alternatif pembiayaan. Kemudian tinjauan literatur
mengenai penerusan hibah pemerintah.
Bab III Gambaran Objek Penelitian berisi mengenai gambaran umum obyek
penelitian, struktur organisasi, kegiatan obyek penelitian serta struktur pengelolaan
dan pendanaan pembangunan MRT.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil penelitian dan analisis
faktor penyebab rendahnya realisasi penyerapan dana pinjaman luar negeri untuk
pembangunan MRT beserta pembahasan mengenai permasalahan yang timbul dalam
proses penerusan hibah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Bab V Simpulan, Saran dan Keterbatasan berisi simpulan atas pembahasan
yang dilakukan, saran sesuai hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
19/178
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsep Pinjaman dan Hibah
Pemerintah dalam menyelenggarakan negara memerlukan dana untuk
melaksanakan pembangunan. Beberapa sumber pendanaan dapat ditarik dari pinjaman
dan hibah. Pinjaman dan hibah ini dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. Dana
yang berasal dari luar negeri yang berbentuk pinjaman dan hibah dikenal dengan
istilah bantuan luar negeri. Menurut Murdjijanto (2012, 17), bantuan luar negeri
adalah keseluruhan bantuan pembangunan resmi publik yang diterima, dapat
berbentuk pinjaman dan hibah, tetapi tidak termasuk donasi pribadi.
Pinjaman luar negeri menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011
adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi
Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak
berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Pinjaman yang berasal dari luar negeri dapat berjenis pinjaman tunai dan
pinjaman kegiatan. Pinjaman tunai dapat berupa pinjaman program, stand by loan,
pembiayaan likuiditas jangka pendek, pembiayaan kontinjensi, pembiayaan untuk
permodalan, dan lain-lain yang pencairannya bersifat tunai. Sementara pinjaman
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
20/178
8
kegiatan dapat berupa pinjaman proyek, credit line, dan lain-lain, yang
pencairannya terkait dengan kegiatan. Bentuk pencairan pinjaman tunai dan pinjaman
kegiatan ini dapat berbentuk Official Development Assistance/ODA (bilateral),
Concessional (multilateral), Non-Official Development Assistance/Non-ODA
(bilateral), Non-Concessional (multilateral), Fasilitas Kredit Ekspor, pinjaman
komersial, dan Mixed Credit /pinjaman campuran (bilateral).
Di Indonesia pinjaman luar negeri berasal dari kelompok sumber pinjaman luar
negeri kreditor multilateral, kreditor bilateral, dan Kreditor Swasta Asing
KSA)/Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE). Contoh kreditor multilateral
adalah Bank Dunia (World Bank), Islamic Development Bank (IDB), International
Monetary Fund (IMF), International Fund for Agricultural Development (IFAD),
Asian development Bank (ADB). Sementara kreditor bilateral adalah pinjaman luar
negeri yang dibiayai melalui hubungan kesepakatan dua negara (negara lender, dan
penerima pinjaman).
Pengelolaan pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
pinjaman program dan pinjaman proyek. Pinjaman program digunakan untuk budget
support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang
kegiatan untuk mencapai Millenium Development Goals (pengentasan kemiskinan,
pendidikan, pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, kebijakan terkait
dengan climate change dan infrastruktur. Sedangkan pinjaman proyek digunakan
untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi, dll)
dan proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM) (DJPPR
Kemenkeu).
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
21/178
9
Prinsip dari penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri yaitu:
1.
Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PHLN) dilaksanakan dengan
mekanisme APBN.
2. Realisasi penarikan jumlah atau bagian dari jumlah PHLN dilakukan sesuai
dengan alokasi anggaran yang ditetapkan dalam DIPA.
3. Dalam penarikan jumlah atau bagian dari jumlah PHLN melebihi alokasi
anggaran dalam DIPA, maka PA/KPA mengajukan usulan revisi DIPA sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut PMK Nomor 84/PMK.05/2015 Tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman
Dan/Atau Hibah Luar Negeri, penarikan dana PHLN dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain:
1. Transfer ke Rekening Kas Umum Negara;
2.
Pembayaran Langsung, yaitu penarikan dana yang dilakukan oleh KPPN yang
ditunjuk atas permintaan PA/KPA dengan cara mengajukan Aplikasi Penarikan
Dana kepada pemberi PHLN untuk membayar langsung kepada rekanan/pihak
yang dituju.
3.
Rekening Khusus (Reksus), yaitu melakukan pembukaan rekening khusus pada BI
oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
4. Letter of Credit (L/C);
5. Pembiayaan Pendahuluan (pre-financing), yaitu cara pembayaran yang dilakukan
pemberi PHLN sebagai penggantian dana yang pembiayaan kegiatannya
dilakukan terlebih dahulu dengan membebani dana dari rekening Bendahara
Umum Negara/Rekening kas negara atau rekening yang ditunjuk.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
22/178
10
Sementara itu hibah pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan
Hibah, adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang
dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi
hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar
negeri. Hibah yang diterima pemerintah dapat berbentuk: uang; uang untuk
membiayai kegiatan; barang/jasa; dan/atau surat berharga. Hibah tersebut
dilaksanakan sebagai bagian dari APBN. Khusus hibah yang berbentuk uang tunai
disetorkan langsung ke Rekening Kas Umum Negara atau rekening yang ditentukan
oleh menteri keuangan sebagai bagian dari penerimaan APBN.
Hibah yang disalurkan dari negara donor biasanya dimaksudkan untuk tujuan
pengentasan kemiskinan, pembangunan infrastruktur dan dukungan terhadap kegiatan
pelestarian lingkungan. Hibah ada yang berbentuk dana bantuan pendidikan untuk
besasiswa yang disalurkan oleh negara donor kepada lembaga multilateral seperti
World Bank . Terdapat pula hibah yang diberikan secara langsung untuk bantuan
kemanusian ketika terjadi bencana alam. Namun tidak jarang pula tujuan pemberi
hibah adalah untuk mendukung pasar produk dalam negeri dari negara pemberi hibah.
B. Perencanaan Hibah Pemerintah
Prosedur dalam rangka memperoleh hibah melalui beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan ini melibatkan berbagai instansi mulai dari executing agency,
kementerian/lembaga, Kementerian Keuangan, Bappenas, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan dari pihak lender/donatur. Sesuai dengan objek penelitian, tinjauan teoritis
akan lebih difokuskan pada penerusan hibah pemerintah yang berasal dari pinjaman
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
23/178
11
luar negeri. Berdasarkan statistik, dana pinjaman yang ditarik oleh pemerintah
Indonesia dari negara Jepang relatif besar namun daya serap atas pinjaman tersebut
rendah. Jika pemerintah mengalami keterlambatan dalam penarikan dana pinjaman
tersebut akan mengakibatkan adanya biaya-biaya seperti service charge dan
opportunity cost yang harus ditanggung oleh pemerintah.
Untuk mengefektifkan pemanfaatan dana yang bersumber dari luar negeri dan
meningkatkan koordinasi antar lembaga pemerintah maupun dengan pihak pemberi
pinjaman dan/atau hibah luar negeri, dilakukan penyempurnaan proses perencanaan
pemanfaatan pinjaman dan/atau hibah luar negeri terebut. Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah memberikan pedoman dalam rangka
perencanaan suatu kegiatan yang akan dibiayai oleh hibah.
Prosedur perencanaan hibah dimulai dari usulan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Kementerian mengenai rencana kegiatan yang akan dibiayai dari
pinjaman dan hibah luar negeri kepada Menteri Perencanaan. Kemudian Menteri
Perencanaan melakukan penilaian kelayakan usulan kegiatan tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hasil penilaian tersebut,
Menteri Perencanaan menuangkan usulan kegiatan tersebut dalam Daftar Rencana
Kegiatan Hibah (DRKH). Selanjutnya berdasarkah DRKH tersebut Menteri/Pimpinan
Lembaga mengusulkan pembiayaan kegiatan kepada Menteri Keuangan. Kemudian
Menteri Keuangan berdasarkan usulan tersebut, menetapkan jumlah alokasi
peruntukan hibah luar negeri yang diterushibahkan sebelum pelaksanaan perundingan
dengan calon pemberi hibah luar negeri. Secara prosedural, proses tersebut
diilustrasikan pada Gambar II.1.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
24/178
12
Gambar II.1 Prosedur Perencanaan Hibah
Sumber: Policy Paper Ringkasan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang Hibah
Daerah Untuk Hibah Luar Negeri Multilateral, Bappenas 2012
Dalam peraturan lainnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah,
pemerintah menyusun kebijakan yang berkaitan dengan mekanisme penerimaan
hibah. Kebijakan tersebut mengatur proses penerimaan hibah dengan dua alternatif
cara yaitu hibah yang diterima dengan mekanisme perencanaan dan hibah langsung.
Menurut Murdjijanto (2012, 30) hibah yang diterima dengan mekanisme perencanaan
mencakup:
a.
Hibah yang diberikan untuk mempersiapkan dan/atau mendampingi pinjaman;
b. Hibah yang telah masuk dalam dokumen perencanaan yang disepakati
bersama antara Pemerintah dan Pemberi Hibah;
c. Hibah yang memerlukan dana pendamping;
d.
Hibah yang dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
melalui pemerintah;
e.
Hibah dalam rangka kerjasama antar instansi dengan pemberi hibah
luar negeri di luar negeri, seperti : sister city.
Sedangkan hibah langsung mencakup:
Usulan kegiatanyang akan dibiayaihibah luar negeri
Penilaian KelayakanUsulan
Daftar RencanaKegiatan Hibah
(DRKH)
Usulan PembiayaanKegiatan
Alokasi peruntukanhibah luar negeri
yang
diterushibahkan
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
25/178
13
a.
Hibah untuk penanggulangan bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor; bencana non alam seperti gagal teknologi, gagal modernisasi,epidemi, dan wabah penyakit; bencana sosial seperti konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terorisme.
b. Hibah dalam rangka kerjasama teknik antara kementerian/lembaga
dengan pemberi hibah luar negeri (seperti workshop, pelatihan,
seminar), hibah bersaing (seperti riset dosen, riset peneliti).
c. Hibah yang atas permintaan donor diserahkan kepada
kementerian/lembaga.
C. Mekanisme Penerimaan Hibah
Mekanisme penerimaan hibah oleh pemerintah dilaksanakan dengan penuh
kehati-hatian sesuai dengan prinsip tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan
transparan. Pemerintah membuka seluas-luasnya penerimaan hibah baik berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri untuk mendukung program pemerintah dalam
pembangunan nasional. Penerimaan hibah oleh pemerintah menurut Murdjijanto
(2012, 31) sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip yaitu:
a. Tidak ada ikatan politik;
b. Tidak membebani keuangan negera;
c. Bermanfaat bagi bangsa Indonesia;
d. Pengelolaannya dilaksanakan dengan tertib, akuntabel, dan transparan;
e. Dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan perjanjian hibah.
Dalam praktiknya penerimaan hibah dapat berbentuk uang, barang, dan/atau
jasa. Di Indonesia penerimaan hibah harus dilaksanakan sebagai bagian dari APBN.
Hibah dalam bentuk uang tunai disetorkan langsung ke Rekening Kas Umum Negara
atau rekening lain yang ditentukan oleh menteri keuangan sebagai bagian dari
penerimaan APBN. Kemudian untuk melaksanakan suatu kegiatan, dana hibah
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
26/178
14
tersebut dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Sementara itu hibah
dalam bentuk barang/jasa dinilai dengan mata uang rupiah pada saat serah terima
barang/jasa untuk dicatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Adakalanya
terdapat hibah yang berbentuk surat berharga. Untuk hibah yang berbentuk surat
berharga dinilai dengan mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal yang disepakati
pada saat serah terima oleh pemberi hibah dan pemerintah untuk dicatat dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 menyebutkan bahwa penerimaan
hibah menurut jenisnya terdiri atas hibah yang direncanakan dan hibah langsung.
Untuk mekanisme penerimaan hibah yang direncanakan diawali dari Menteri
Perencanaan menyusun rencana kegiatan jangka menengah dan tahunan yang
bersumber dari Hibah dengan berpedoman pada RPJM. Rencana kegiatan jangka
menengah dan tahunan ini mencakup rencana pemanfaatan hibah dan DRKH.
Rencana Pemanfaatan Hibah ini memuat arah kebijakan, strategi, dan pemanfaatan
Hibah jangka menengah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional. Sementara
DRKH memuat rencana tahunan kegiatan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
atau BUMN yang layak dibiayai dengan Hibah dan telah mendapatkan indikasi
pendanaan dari Pemberi Hibah.
Selanjutnya Menteri/Pimpinan Lembaga mengusulkan kegiatan yang akan
dibiayai dengan Hibah kepada Menteri Perencanaan untuk dinilai dengan
berpedoman kepada RPJM dan memperhatikan rencana pemanfaatan hibah. Hasil
peniliaian ini dituangkan dalam DRKH kemudian disampaikan kepada Menteri
Keuangan. Berdasarkan DRKH, Menteri Keuangan kemudian mengusulkan kegiatan.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
27/178
15
Gambar II.2 Mekanisme Hibah yang direncanakan
Sumber: Bappenas, 2012
Sedangkan untuk hibah langsung, penerimaan hibah harus memenuhi beberapa
prinsip sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 yaitu:
a. Transparan;
b. Akuntabel;
c. Efisien dan efektif;
d.
Kehati-hatian;
e. Tidak disertai ikatan politik; dan
f. Tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara.
Secara lebih jelas, Gambar II.3 mengilustrasikan mengenai mekanisme
penerimaan hibah langsung.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
28/178
16
Gambar II.3 Mekanisme Hibah Langsung
Sumber: Bappenas, 2012
Mekanisme penerimaan hibah langsung dimulai dari adanya tawaran hibah dari
pemberi hibah kepada pemerintah. Kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga wajib
mengkaji maksud dan tujuan Hibah dan bertanggung jawab terhadap Hibah yang
akan diterima tersebut. Menteri/Pimpinan Lembaga mengkonsultasikan rencana
penerimaan Hibah langsung pada tahun berjalan kepada Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan, dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait lainnya sebelum dilakukan
penandatanganan Perjanjian Hibah. Jika diperlukan, Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan, dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait lainnya dapat memberikan
tanggapan tertulis atas rencana penerimaan Hibah.
Perjanjian Hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai Hibah antara
Pemerintah dan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen perjanjian
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
29/178
17
pemberian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan. Perjanjian Hibah ini memuat
informasi yang meliputi:
a. Jumlah;
b. Peruntukan;
c. Persyaratan; dan
d. Rencana Penarikan per tahun. .
D. Realisasi Pinjaman Luar Negeri
Idealnya bagi negara peminjam, realisasi penyerapan atas dana pinjaman yang
diberikan lender haruslah tinggi. Namun kenyataan di negara kita sebagian besar dana
pinjaman luar negeri daya serapnya tergolong rendah dan sedang. Bappenas
memberikan 3 indikator rendahnya daya serap dana pinjaman luar negeri sebagai
berikut:
a.
Progress Variant , yaitu selisih persentase waktu terpakai dan persentase
penyerapan kumulatif.
b. Realisasi disbursement terhadap target disbursement pada tahun anggaran
berjalan.
c.
Backlog, yaitu besarnya dana yang terpakai dan belum diisi kembali
(replenished) oleh lender.
Salah satu indikator rendahnya realisasi penyerapan dana pinjaman luar negeri
adalah dengan perhitungan progress variant. Indikator ini dihitung dengan cara
membandingkan disbursement ratio dengan elapsed-time ratio (DJPPR Kemenkeu).
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
30/178
18
Secara lebih rinci metode perhitungan kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
disbursement ratio =akumulasi disbursement
Nilai Pinjaman X 100%
elapsed time ratio =
availability Period X 100%
progress variant=disbursement ratio
elapsed time ratio X 100%
Elapsed time merupakan perhitungan waktu yang dihitung antara tanggal
efektif pinjaman sampai dengan tanggal cut-off date (31 Desember 2014),
sedangkan availability period merupakan perhitungan waktu antara tanggal
efektif pinjaman sampai dengan batas waktu penarikan pinjaman (closing date).
Dari hasil perhitungan progress variant tersebut di atas, setiap pinjaman
yang berstatus aktif dapat digolongkan menjadi 3 kategori sebagai berikut:
1. Ahead atau on schedule, yaitu kategori progress variant dengan angka lebih dari
atau sama dengan 1 (PV ≥ 1) yang berarti bahwa realisasi penarikan pinjaman
yang bersangkutan telah sesuai atau lebih cepat dari jadwal yang direncanakan;
2. Behind schedule, yaitu kategori progress variant dengan angka lebih dari 0,3 dan
kurang dari 1 (0,3 < PV < 1) yang berarti bahwa realisasi penarikan pinjaman
yang bersangkutan lebih lambat dari jadwal yang direncanakan;
3. At risk , yaitu kategori progress variant dengan angka kurang dari atau
sama dengan 0,3 (PV ≤ 0,3) yang berarti bahwa realisasi penarikan pinjaman
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
31/178
19
mengalami keterlambatan yang akut sehingga berpotensi memunculkan biaya
tambahan yang harus ditanggung APBN.
E. Profil Japan I nternational Cooperation Agency (JICA)
Japan International Cooperation Agency (JICA) adalah lembaga yang didirikan
pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang.
Lembaga yang didirikan pada Agustus 1974 ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kerja sama internasional antara Jepang dengan negara-negara lain.
Badan Kerjasama Internasional Jepang, yang dikenal dengan JICA membantu negara-
negara berkembang dengan memberikan bantuan teknis dan dana yang tidak
mengikat. Hingga kini ada sebanyak 150 negara dan wilayah di dunia yang
membangun kerjasama dengan JICA. Visi dari lembaga ini adalah “Inclusive and
dynamic development” dengan menjalankan 4 misi yaitu:
1.
Menangani agenda global seperti perubahan iklim, air, ketersediaan makanan,
energi dan infeksi penyakit menular.
2. Mengurangi kemiskinan.
3. Meningkatkan tata kelola yang baik.
4.
Mencapai kesejahteraan dan keamanan taraf hidup manusia.
Pada Bulan Oktober 2008, JICA bergabung dengan bagian Operasi Kerjasama
Ekonomi Luar Negeri (OECO), sebagai bagian dari organisasi Bank Jepang untuk
Kerjasama Internasional atau dikenal dengan Japan Bank for International
Cooperation (JBIC). Kini JICA “baru”, sebagai badan donor bilateral terbesar dunia,
dapat memberikan dukungan dalam bentuk Kerjasama Teknik, Pinjaman Bersyarat
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
32/178
20
Lunak dan Bantuan Hibah secara terpadu dan harmonis, untuk berbagai bidang
pembangunan, mulai dari proyek infrastruktur hingga proyek ditingkat akar rumput.
Untuk mempererat kemitraan dengan negara-negara berkembang dan
memberikan sumbangsih terhadap stabilitas internasional, Jepang telah menyediakan
Bantuan Pembangunan Resmi atau Oficial Development Assistance (ODA) bagi
negara-negara berkembang selama lebih dari setengah abad. Sebagai organisasi yang
berperan dalam menyediakan ODA, JICA telah membantu pengembangan sumber
daya manusia (SDM), alih teknologi dan pengembangan infrastruktur di berbagai
negara melalui kerjasama teknik, pinjaman ODA dan memberikan bantuan hibah
dalam kerangka kerjasama bilateral. Kegiatannya telah mendapat pengakuan yang
tinggi atas kesuksesannya dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan di berbagai negara Asia dan di berbagai belahan dunia.
Dalam melaksanakan bantuankepada negara-negara berkembang, bantuan dari
JICA dapat dikategorikan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Technical Cooperation, yaitu berupa bantuan yang bersifat teknis seperti
peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kerjasama teknik
melibatkan penugasan tenaga ahli dari Jepang, penyediaan peralatan yang
dibutuhkan dan penerimaan para personil dari negara-negara berkembang untuk
pelatihan di Jepang serta negara lainnya.
2. Loan Aid, Pinjaman ODA dapat mendukung negara-negara berkembang yang
memiliki tingkat pendapatan di atas level tertentu dengan memberikan pinjaman
lunak, tingkat bunga rendah dan pengembalian jangka panjang, (dalam Yen
Jepang) untuk membiayai pembangunannya. Pinjaman ODA digunakan untuk
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
33/178
21
pembangunan infrastruktur skala besar dan berbagai sarana dan prasarana lainnya
yang memerlukan pembiayaan atau dana besar bagi pembangunan.
3. Grant Aid, adalah bentuk penyediaan dana yang tidak memerlukan pengembalian
bagi negara-negara berkembang yang memiliki tingkat pendapatan rendah.
Bantuan hibah dimanfaatkan untuk meningkatkan infrastruktur dasar seperti
sekolah, rumah sakit, fasilitas penyediaan air dan jalan, termasuk penyediaan
pelayanan kesehatan dan medis, berikut peralatan yang diperlukan serta berbagai
kebutuhan lainnya.
4.
Disaster Relief, jika terjadi bencana besar di luar negeri, JICA mengirim Tim
Bantuan Darurat Jepang atau Japan Disaster Relief Team (JDR) untuk
menanggapi kebutuhan yang mendesak atas dasar usulan pemerintah negara yang
terkena bencana atau organisasi internasional sesuai dengan keputusan Pemerintah
Jepang. Tim ini bertugas mencari orang hilang, terlibat dalam upaya
penyelamatan, memberikan pertolongan pertama dan perawatan medis untuk para
korban yang terluka atau sakit, serta memberikan masukan mengenai proses
pemulihan terbaik. JICA juga melakukan pengiriman barang dan peralatan darurat
seperti selimut, tenda dan obat-obatan.
5.
Cooperation Through Citizen Participation, yaitu JICA menugaskan sukarelawan
seperti Tenaga Ahli Muda Jepang atau Japan Overseas Cooperation Volunteers
(JOCV), mengelola proyek berdasarkan donasi melalui JICA Fund, dan
meningkatkan pendidikan pembangunan (dalam hal peningkatan pemahaman isu-
isu internasional) untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Jepang tentang
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. JICA
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
34/178
22
bekerjasama melalui berbagai cara seperti bermitra dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), pemerintah daerah, universitas dan organisasi lain yang
terlibat dalam kegiatan kerjasama internasional.
F. Penerusan Hibah Pemerintah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat hubungan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat menerima hibah dari luar
negeri namun peraturan perundangan mengamanatkan bahwa proses hibah dari luar
negeri kepada pemerintah daerah harus melalui pemerintah pusat. Karena dalam
hubungan antar negara tidak ada istilah “G to LG” (government to local government),
yang berlaku adalah “G to G”(government to government).
Pinjaman dan Hibah yang berasal dari luar negeri dapat diteruspinjamkan
dan/atau diterushibahkan ke pemerintah daerah. Pinjaman dan Hibah yang diteruskan
ke pemerintah daerah melalui mekanisme penerusan hibah dituangkan dalam suatu
naskah perjanjian penerusan hibah yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Gubernur atau Bupati/Walikota.
Naskah perjanjian penerusan hibah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
ini paling sedikit harus memuat:
a.
Jumlah;
b. Peruntukan;
c. Ketentuan dan Persyaratan;
d. Hak dan Kewajiban; dan
e. Rencana Penarikan Hibah.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
35/178
23
Mata uang yang tertera dalam naskah perjanjian penerusan hibah dapat berupa
rupiah maupun mata uang asing. Menurut Prihantoro (2015, 21) apabila dalam mata
uang rupiah maka pemerintah pusat yang akan menanggung risiko jika terjadi
perubahan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing pemberi pinjaman/hibah
luar negeri. Selain itu dengan adanya risiko ini maka bunga yang dikenakan dalam
perjanjian penerusan pinjaman/hibah akan ditambah lebih besar dari perjanjian
pinjaman luar negeri yang dilakukan pemerintah pusat. Meski demikian, risiko
perubahan yang lebih besar dari tambahan bunga yang dikenakan tetap akan
ada. Oleh karena itu tambahan bunga yang terjadi dapat dikaji ulang disesuaikan
dengan perkembangan perubahan mata uang.
Dalam APBN, pemerintah pusat mencatat penerusan hibah ke daerah sebagai
belanja hibah sementara pemerintah daerah dalam APBD mencatatnya sebagai
penerimaan hibah. Bentuk dari hibah sendiri dapat berupa uang, barang dan/atau jasa.
Dalam teknis penarikan dana hibah, terlebih dahulu dana hibah harus di anggarkan
dalam Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) milik satuan kerja yang
bertindak sebagai executing agency. Dokumen ini ditandatangani oleh Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran. Setelah dana tertuang dalam DIPA, maka
satuan kerja terkait dapat segera melaksanakan pencairan dana sesuai dengan rencana
penarikan dana yang telah ditetapkan. Untuk dana hibah yang diberikan kepada
pemerintah daerah, dana sebelumnya harus dianggarkan dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA). Mekanisme pencairan dananya tidak jauh berbeda dengan dana
hibah yang tertuang dalam DIPA.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
36/178
24
Pemerintah
Pusat PemerintahDaerah
Pinjaman
Luar negeri
Hibah luar
negeri
BUMD
Badan, lembaga,
atau organisasi
dalam negeri
Pemda Lain
HIBAH
Kelompok
masyarakat
Secara skematik lingkup penerusan hibah dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dijelaskan dalam Gambar II.4.
Gambar II.4 Skema Hibah dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
Sumber: diolah dari DJPK Kemenkeu, 2012
G. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Firman Edison (2009) dalam tesisnya
yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Daya Serap Proyek-
Proyek yang dibiayai ADB (studi kasus: Loan 2074-INO dan Loan 2075-INO). Kedua
loan ini merupakan proyek yang dilaksanakan oleh kementerian kesehatan. Menurut
data dari Bappenas selama masa loan penyerapan terhadap dana pinjaman dinilai
rendah. Hasil penelitian Firman Edison mengenai faktor-faktor penyebabnya
setidaknya ada lima hal yaitu:
1.
Kekurangsiapan dalam merencanakan dan mendesain sebuah proyek baru
yang dananya berasal dara pinjaman luar negeri;
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
37/178
25
2.
Besarnya struktur organisasi proyek yang mempunyai dua Sekretaris Eksekutif
dengan kewenangan yang sama dalam menjalankan proyek sehari-hari;
3. Keterlambatan penyelesaian dokumen anggaran (DIPA) akibat reorganisasi
dan perubahan sosial politik di daerah;
4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana proyek;
5. Terjadinya Backlog.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Teguh Murdjijanto (2012) dalam tesisnya
yang berjudul Analisis Pengembangan Mekanisme Penerimaan Hibah Luar Negeri
Terhadap Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Hibah Luar Negeri Sektor Pendidikan
Periode 2006-2011. Dalam penelitiannya, Teguh Murdjijanto membahas mekanisme
penerimaan hibah luar negeri terkait dengan upaya meningkatkan efektivitas
pemanfaatan hibah. Efektivitas hibah tergantung pada: 1) kualitas pemerintahan
negara penerima, 2) kualitas hibah, dan 3) tata kelola pengorganisasian hibah. Prinsip
efektivitas bantuan/hibah yaitu alignment, menegaskan pentingnya penggunaan sistem
pengelolaan keuangan pemerintahan (use of country system) dalam pengelolaan hibah.
Mekanisme penrimaan hibah secara langsung dianalisis menggunakan indikator use of
country system, yaitu: on plan, on budget, on parliament, on treasury, on accounting,
on procurement, on auditing, dan on reporting. Hasil analisis menyebutkan bahwa
mekanisme penerimaan hibah secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pencatatan
hibah yang diterima, serta dua hal yang masih harus dikaji lebih mendalam yaitu
kepatuhan kementerian/lembaga untuk melaporkan hibah yang diterima dan sikap
negara donor terhadap use of country system.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
38/178
26
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
Kemacetan di kota Jakarta sudah semakin parah. Pengaruh tingginya
pertumbuhan kendaraan yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan panjang jalan
raya dan kebijakan pemerintah yang seakan tutup mata terhadap hal ini. Masyarakat
mulai gerah dengan kemacetan yang semakin parah ini yang kemudian Pemprov DKI
Jakarta membuat solusi penanganannya. Berbagai cara sudah dicoba dilakaukan
Pemprov DKI untuk mengurangi masalah kemacetan. Pembangunan proyek Busway
salah satunya. Namun setelah lebih dari satu dekade ternyata tujuan utama
mengurangi kemacetan masih belum bisa teratasi. Untuk itu Pemprov DKI Jakarta
merancang proyek baru untuk mengatasi kemacetan ini. Proyek ini dinamakan Mass
Rapid Transit (MRT). Proyek MRT adalah proyek pengembangan transportasi cepat
massal di ibu kota Jakarta. Konsep dari proyek ini adalah sesuai dengan namanya,
Mass memiliki berarti mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak.
Rapid secara harfiah berarti cepat, dengan kecepatan transportasi, diharapkan
frekuensi keberangkatan moda transportasi ini menjadi lebih sering. Kemudian yang
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
39/178
27
terakhir Transit yaitu moda transportasi ini nantinya akan berhenti di setiap stasiun
pemberhentian terintegrasi dengan pusat kegiatan seperti perkantoran dan pusat
perbelanjaan.
Pemprov DKI Jakarta sengaja memilih moda transportasi masal berbasis rel ini
untuk menjawab permasalahan kemacetan di Jakarta. Pilihan ini adalah pilihan yang
rasional mengingat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, antara lain waktu
tempuh yang relatif lebih cepat, konsumsi energi yang cenderung kecil, daya
angkut yang lebih besar, dan lebih ramah lingkungan. Sehingga dengan adanya
moda transportasi ini diharapkan kerugian-kerugian transportasi baik yang bersifat
economic cost dan social cost dapat dikurangi dan dihilangkan. Hal ini sesuai dengan
pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang
menyebutkan bahwa perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat,
aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan
nasional.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan perkeretaapian nasional
sebagaimana amanat undang-undang tentang perkeretaapian adalah mendorong peran
serta pemerintah daerah dan swasta di bidang perkeretaapian untuk mendukung
penyelenggaraan perkeretaapian multioperator. Proyek pembangunan MRT di kota
Jakarta ini merupakan sebuah proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan
mengikutsertakan peran serta pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta
dalam pembangunan sistem transportasi massal di kota Jakarta.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
40/178
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
41/178
29
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas kepada Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang Nomor 3739/D.IV/06/2013 tanggal 20 Juni 2013 perihal Ruang Lingkup
Pembangunan MRT Jakarta Jalur Utara-Selatan Tahap I, dan kemudian diteruskan
oleh Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (sekarang
DJPPR) kepada Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan melalui surat Nomor S-669/PU.2/2013 tanggal 28 Juni
2013 perihal Ruang Lingkup Pembangunan Proyek Jakarta MRT Tahap I untuk Loan
Agreement Nomor IP-536 dan IP-554. Dalam loan agreement telah ditetapkan bahwa
Direktorat Jenderal Perkeretapian Kemenhub bertindak sebagai Executing Agency,
sedangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Implementing Agency, dan PT
MRT Jakarta sebagai Sub-Implementing Agency.
Dalam buku Pedoman Pengelolaan Hibah Kegiatan Pembangunan MRT
Jakarta yang diterbitkan Tim Gabungan PT MRTJ, DJKA, DJPK, dan Pemprov DKI,
disebutkan bahwa ruang lingkup program hibah kegiatan MRT yang dibangun di kota
Jakarta ini terdiri dari:
1. Jasa Konsultansi Manajemen (Management Consulting Services/MCS);
Dalam rangka menjamin agar pembangunan MRT ini memberikan hasil yang
optimal, maka ada empat aspek yang harus dirancang sebagai satu sistem,
yaitu hukum/regulasi, organisasi/operasi, keterampilan/sumber daya dan
infrastruktur. Untuk itu, diperlukan adanya Jasa Konsultansi Manajemen.
Kegiatan ini akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai
Implementing Agency.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
42/178
30
2.
Jasa Konsultansi Pengadaan (Tender Assistance Services/TAS) untuk pekerjaan
sipil;
Dalam upaya mendukung kelancaran implementasi pembangunan MRT, PT MRT
Jakarta perlu dibantu jasa konsultansi pengadaan. Kegiatan jasa konsultansi
pengadaan dilakukan oleh PT MRT Jakarta sebagai sub- Implementing Agency.
Tujuan dari kegiatan ini adalah adanya konsultan yang akan mendampingi PT
MRT Jakarta dalam pelaksanaan pengadaan dan kontrak kontraktor untuk
pekerjaan sistem MRT Jakarta.
3.
Pekerjaan Sipil dan Peralatan;
Pekerjaan sipil dan peralatan ini mencakup pembangunan infrastruktur prasarana
MRT. Pembangunan infrastruktur ini merupakan kegiatan pekerjaan sipil yang
dilakukan secara Design-Build . Pembangunan infrastruktur akan dikerjakan oleh
kontraktor pemenang lelang dan mengikuti Desain Dasar yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan.
4. Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi (Construction Management Consulting
Services/CMCS);
Kegiatan jasa konsultansi pada masa kegiatan konstruksi adalah Jasa
Konsultansi Manajemen Konstruksi (CMCS). Kegiatan ini untuk membantu PT
MRT Jakarta sebagai penyelenggara pembangunan MRT, diperlukan jasa
konsultansi manajemen konstruksi untuk mengelola pekerjaan pembangunan
prasarana dan sarana sistem MRT serta melakukan koordinasi dan integrasi
pekerjaan kontraktor pelaksana dalam rangka mencapai lingkup, kualitas,
anggaran dan jadwal proyek yang ditetapkan PT MRT Jakarta.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
43/178
31
5.
Jasa Konsultansi Manajemen Operasional (Operating Management Consulting
Services/OMCS);
Kegiatan jasa konsultansi persiapan operasional dan pemeliharaan ini bertujuan
untuk menjamin agar kegiatan MRT akan memberikan hasil yang maksimal
yang berkelanjutan dalam melayani masyarakat. Oleh karenanya PT MRT
Jakarta perlu menyiapkan dengan baik rancangan manajemen operasional setelah
MRT siap dioperasikan nanti, baik itu dari sisi pengelolaan operasi, keuangan,
hukum, ketenagakerjaan, manajemen aset, maupun manajemen bisnis. Kegiatan
ini akan dilakukan oleh PT MRT Jakarta sebagai Sub-Implementing Agency.
B. Struktur Pendanaan Pembangunan MRT
Proyek MRT ini telah mengalami perjalanan pembahasan yang cukup panjang.
Mulai tahun 2000 JICA melakukan studi kelayakan MRT yang menekankan
pentingnya pembangunan subway dan perlunya keterlibatan pemerintah dalam
pembiayaannya. Selanjutnya pada 2004 Gubernur DKI Jakarta waktu itu
menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Perhubungan RI dan
Pemda DKI Jakarta tentang pengembangan MRT dengan prioritas koridor Lebak
bulus-Fatmawati-Blok M-Monas-Kota. Selanjutnya Kementerian Perhubungan
melakukan studi Implementation Program for Jakarta MRT System (Lebak bulus-
Dukuh Atas) yang kemudian direvisi pada 2005. Atas dasar studi ini pemerintah RI
mengajukan permintaan kepada pemerintah Jepang untuk membiayai proyek
pembangunan MRT di kota Jakarta. Pada tahun itu pula di tandatangani Minutes of
Discussion (MoD) antara pihak Jepang (diwakili oleh Japan Bank for International
Cooperation), Bappenas, Kementerian Perhubungan dan Pemda DKI Jakarta. Pada
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
44/178
32
2006 Memorandum on Engineering Service (MoES) ditandatangani oleh pemerintah
RI dengan Japan Bank for International Cooperation sebagai dasar persetujuan
pinjaman.
Pinjaman yang diberikan Jepang terhadap proyek ini berbentuk Special Terms
for Economic Partnership (STEP). Kemudian dana pinjamannya disalurkan oleh
JICA. Pinjaman ini dibagi menjadi dua loan yaitu IP-536 E/S Jakarta Mass Rapid
Transit System dan IP-554 Construction of Jakarta Mass Rapid Transit Project .
Komitmen yang telah diberikan JICA terhadap bantuan pembangunan MRT ini adalah
sebesar ¥125,237,000,000,-, sedangkan loan agreement yang telah diberikan sebesar
¥50,019,000,000.- terdiri dari loan agreement No. IP-536 sebesar ¥1,869,000,000. dan
loan agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000. (www.jakartamrt.com)
Sebagai executing agency dari proyek ini adalah kementerian perhubungan
sementara Pemprov DKI Jakarta bertindak sebagai implementing agency. Kemudian
sebagai sub-implementing agency adalah PT MRT Jakarta yang merupakan BUMD
milik Pemda DKI Jakarta. BUMD ini dibentuk berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2008
tentang pembentukan BUMD PT MRT Jakarta dan Perda No. 4 Tahun 2008 tentang
penyertaan modal daerah di PT MRT Jakarta.
Penyaluran dana loan pertama yaitu dengan kode IP-536 pada tahun 2006
dimaksudkan untuk kegiatan Engineering Service yang terdiri dari 3 jasa konsultan
yaitu i) Jasa Engineering Design, ii) Jasa Management & Operation, dan iii) Jasa
Procurement Assistance. Sementara Loan kedua yaitu IP-554 dilakukan dengan
skema penerusan hibah dari pemerintah pusat kepada Pemprov DKI Jakarta.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
45/178
33
Engineering Service ConstructionOperational
&Maintenance
Gambar III.1 menggambarkan proses tahapan pembangunan MRT di kota
Jakarta.
Gambar III.1 Tahapan Pembangunan MRT Jakarta
Sumber: diolah dari Pedoman Pengelolaan Hibah Kegiatan Pembangunan
MRT Jakarta, 2013
Dana pinjaman dari JICA untuk melaksanakan proyek MRT Jakarta ini oleh
pemerintah pusat diterushibahkan sebesar 49% dan sebesar 51% akan dilanjutkan
dengan skema penerusan pinjaman kepada Pemprov DKI Jakarta. Naskah Perjanjian
Penerusan Hibah (NPPH) terdiri dari dua naskah yaitu NPPH/001/PK/2009 tanggal 25
Maret 2009 dan NPPH/002/PK/2009 tanggal 24 Juli 2009. Kedua naskah perjanjian
penerusan hibah ini kemudian dilakukan amandemen terakhir tanggal 2 Juli 2013.
Dalam rangka melaksanakan proyek MRT Jakarta, Pemprov DKI Jakarta
menggunakan dana hibah ini untuk belanja langsung, belanja barang/jasa untuk
kegiatan Manaement Consulting Services (MCS), pengeluaran pembiayaan,
penyertaan modal (investasi) Pemprov kepada PT MRT Jakarta untuk kegiatan
Tender Assistance Services (TAS), kegiatan pembangunan infrastruktur MRT Jakarta
dan jasa konsultasi.
Terdapat hubungan koordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, JICA, PT MRT Jakarta dan Rekanan dalam pengelolaan pendanaan
proyek. Secara skematik pendanaan pembangunan MRT Jakarta dijelaskan dalam
Gambar III.2.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
46/178
34
Gambar III.2 Skema Pinjaman Luar Negeri pada Pembangunan MRT Jakarta
Sumber: PT MRT Jakarta, 2015
C. Struktur Pengelolaan Pembangunan MRT
Pembangunan MRT di kota Jakarta ini merupakan salah satu program prioritas
nasional yang sudah tertuang dalam bluebook pemerintah. Program hibah kegiatan
pembangunan MRT di kota Jakarta ini bertujuan untuk mendukung kegiatan sosial ,
ekonomi, budaya, dan lingkungan serta pengembangan wilayah kota Jakarta.
Kemudian sasaran dari program hibah ini adalah tersedianya infrastruktur
penyelenggaraan MRT di DKI Jakarta.
Pembangunan MRT di kota Jakarta ini melibatkan beberapa lembaga yang
saling berkaitan satu sama lain. Lembaga-lembaga tersebut antara lain, Kementerian
PPN/BAPPENAS, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian
Perhubungan, Pemprov DKI Jakarta, PT MRT Jakarta, Direktorat Jenderal
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
47/178
35
Perimbangan Keuangan (DJPK) dan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan
Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Keterlibatan banyak lembaga pemerintah ini tidak lepas dari tugas dan fungsi
dari masing-masing lembaga. Kementerian PPN/BAPPENAS melaksanakan 4 tugas
pokok dan fungsi yang meliputi:
1. Pengambilan kebijakan
a.
Perencanaan; penyusunan rencana pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN,
RKP)
b.
Penganggaran; penyusunan alokasi pendanaan (pagu indikatif)
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan nasional
d. Penanganan permasalahan mendesak dan berskala besar sesuai penugasan
presiden.
2.
Koordinasi
a. Koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan
b. Koordinasi pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta
pengalokasian dana pembangunan bersama K/L terkait
c.
Koordinasi kegiatan strategis penanganan permasalahan mendesak dan berskala
besar sesuai penugasan presiden.
3. Think Tank
a. Pengkajian kebijakan di bidang perencanaan pembangunan dan bidang lainnya
b. Fasilitasi pembinaan instansi/unit perencanaan di pusat dan di daerah
c. Kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
48/178
36
4.
Administrasi
a.
Pengelolaan dokumen perencanaan
b. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan pelaksanaan
pembangunan
c. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil evaluasi
d. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum.
Dalam kaitannya dengan pembangunan MRT, Kementerian PPN/BAPPENAS
berperan dalam pengambilan kebijakan dari perencanaan pembangunan nasional,
sesuai dengan usulan kegiatan dari kementerian/lembaga dan mengkoordinasikan
sumber pendanaan atas kegiatan dimaksud. Dalam proses pendanaan atas suatu
proyek atau kegiatan yang diusulkan oleh kementerian/lembaga atau pemerintah
daerah, Bappenas menerapkan serangkaian prosedur yang harus dilalui. Prosedur
dalam rangka memperoleh pinjaman dan hibah luar negeri ini melalui beberapa
tahapan. Dalam kajian ini, lebih dikonsentrasikan pada pinjaman bilateral yang
berkaitan dengan dana yang cukup besar yang diberikan oleh pihak lender dan
memiliki akibat yang besar pula dengan terjadinya low disbursement dalam
penarikan dana pinjaman luar negeri. Hal tersebut disebabkan terdapat biaya-biaya
termasuk bunga yang harus dibayar di muka bahkan sebelum pinjaman itu
digunakan, sehingga jika terjadi keterlambatan dalam penarikan dana akan berakibat
membengkaknya biaya yang harus dibayar oleh pemerintah.
Tahapan-tahapan ini secara prosedural dalam perencanaan pinjaman dan hibah
luar negeri ditampilkan dalam Gambar III.3.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
49/178
37
Gambar III.3 Prosedur Perencanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Sumber: Buku Petunjuk Umum Pengajuan Usulan Kegiatan Yang Dibiayai Dari Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri, Bappenas 2004
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan oleh presiden;
2. Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN);
3.
Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka
Menengah (DRPHLN JM) yang berisi rencana kegiatan sesuai dengan periode
RPJM;
4. Penyusunan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
(DRPPHLN) yang berisi daftar kegiatan prioritas yang telah siap dilaksanakan
serta mempunyai indikasi sumber pendanaan;
RPJM
RKPLN
DRPHLN JM
DRPPHLN
Daftar Kegiatan
Naskah Perjanjian PHLN
RPK PHLN
Telah ditetapkan oleh Presiden
Disusun oleh Menkeu dan Menteri PPN
ditetapkan oleh Presiden
Ditetapkan oleh Menteri PPN
Ditetapkan oleh Menteri PPN
Disampaikan oleh Menteri PPN kepada
Menkeu
Ditandatangani oleh Menkeu dan
Lender
Disusun Menteri PPN dan instansi
pelaksana
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
50/178
38
5.
Penyampaian Daftar Kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri kepada Menteri Keuangan dan calon PPLN/PHLN;
6. Penandatanganan Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN) dan/atau
Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri (NPHLN) antara Menteri Keuangan dengan
calon PPLN/PHLN;
7. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri
(RPK-PHLN) merupakan bahan penyusunan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga, dan pemantauan pelaksanaan kegiatan yang disusun
berdasarkan NPPLN/NPHLN yang telah ditandatangani.
Struktur kelembagaan dalam pembangunan MRT ini melibatkan Executing
Agency, Implementing Agency Dan Sub-Implementing Agency. Pengelolaannya
dilakukan sebagai berikut:
1.
Executing Agency
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub bertindak sebagai Executing
Agency yang bertanggung jawab untuk mengadministrasikan kegiatan yang
didanai dari dana hibah, memberikan kewenangan kepada implementing agency
untuk melaksanakan program hibah, dan memberikan pertimbangan terhadap
permohonan penarikan dana hibah yang diajukan oleh implementing agency.
Untuk membantu penugasan tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Kemenhub akan membentuk tim monitoring proyek, yang bertugas:
a. Memberikan pertimbangan terhadap rencana tahunan dan rencana
komprehensif kepada Pemprov DKI Jakarta;
b. Berkoordinasi dengan Tim Kerja Pelaksanaan Pembangunan MRT yang dibentuk
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
51/178
39
Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan pemantauan pengelolaan program
hibah;
c. Melakukan pemantauan kemajuan pelaksanaan fisik dan keuangan program
pembangunan prasarana MRT;
d. Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan MRT di Jakarta untuk
disampaikan kepada DJPK dan instansi pusat terkait;
e.
Tim Monitoring akan menempatkan personelnya pada Tim Verifikasi Tagihan di
bawah koordinasi PT MRT Jakarta, BPKD dan BAPPEDA DKI Jakarta
sesuai kegiatannya.
2. Implementing Agency
Pemerintah provinsi DKI Jakarta bertindak sebagai Implementing Agency yang
melaksanakan kegiatan pembangunan MRT. Di dalam pemprov DKI Jakarta terdapat
beberapa instansi yang terlibat langsung dalam pembangunan MRT yaitu BPKD,
Bappeda dan Dinas Perhubungan. BPKD dan Bappeda saling berkoordinasi dalam
menyusun rencana komprehensif/tahunan untuk pengalokasian dana hibah kedalam
DIPA dan DPA. Dinas Perhubungan bertanggungjawab melaksanakan pengaturan
lalu lintas (traffic management) selama kegiatan konstruksi berlangsung dan
berkoordinasi dengan Kepolisian RI. Implementing Agency dalm hal ini Pemprov
DKI Jakarta juga bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembebasan lahan.
Pembebasan lahan untuk pembangunan MRT ini dilakukan oleh Kantor Walikota
Jakarta Selatan, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, BPKD dan dilaporkan
ke JICA.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
52/178
40
3. Sub-Implementing Agency
Bertindak sebagai Sub-Implementing Agency adalah PT MRT Jakarta yang
merupakan kepanjangan tangan dari pemrov DKI Jakarta. Pembentukan PT MRT
Jakarta sebagai Sub-Implementing Agency adalah atas rekomendasi dari JICA. Hal ini
karena pihak lender menginginkan pembangunan dan pengelolaan MRT dilakukan
oleh entitas diluar pemerintah.
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang dalam
proyek ini bertindak sebagai executing agency bertanggung jawab secara keseluruhan
atas pelaksanaan kegiatan. Sebagai induk regulator di bidang perkeretaapian DJKA
diharapkan mampu melaksanakan amanat Undang-undang nomor 23 tahun 2007
tentang perkeretaapian yaitu, perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk
memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat,
aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan
nasional.
Sesuai dengan ketentuan dari pemberi pinjaman dalam hal ini pemerintah
negara Jepang, memberikan syarat agar dalam pembangunan MRT harus dilakukan
oleh satu badan usaha tunggal. Oleh karena itu pemerintah melalui pemprov DKI
Jakarta membentuk PT MRT Jakarta sebagai salah satu BUMD milik pemprov DKI
Jakarta yang begerak di bidang transportasi berbasis rel.
Pembentukan BUMD PT MRT Jakarta ini adalah hasil rekomendasi studi dari
pemerintah Jepang dan telah disetujui dalam kesepakatan antara pemerintah Jepang
dan pemerintah Indonesia, untuk menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
53/178
41
proyek MRT ini. Berdasarkan pengalaman, ketiadaan satu pintu ini menyebabkan
ketidakpastian tanggung jawab yang bisa berakibat keterlambatan proyek/kegiatan.
PT MRT Jakarta memiliki struktur kepemilikan Pemda DKI Jakarta sebesar
99.5% dan PD Pasar Jaya sebesar 0.5%. PT MRT Jakarta selanjutnya bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan proyek dari tahap Engineering Service, Construction
hingga Operation dan Maintenance. Dalam tahap Engineering Service, PT MRT
Jakarta bertanggung jawab terhadap proses prakualifikasi dan lelang kontraktor.
Dalam tahap construction, PT MRT Jakarta melakukan penandatanganan kontrak
dengan kontraktor pelaksana, konsultan manajemen dan operasional. Kemudian pada
tahap Operation dan Maintenance, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap
pengoperasian moda transportasi dan perawatannya.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
54/178
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dilakukan analisis dan pembahasan mengenai pelaksanaan proyek
pembangunan MRT Jakarta dimana skema pendanaannya tergolong khusus. Skema
pendanaan yang khusus ini adalah karena proyek dibiayai melalui mekanisme
penerusan hibah dan pada tahap selanjutnya berikutnya akan dilakukan penerusan
pinjaman dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selain itu terdapat pula
satu BUMD milik pemda DKI Jakarta yaitu PT MRT Jakarta yang akan menjadi pintu
utama dalam proses pelaksanaan pembangunan MRT Jakarta. Hal ini sesuai dengan
rekomendasi dari negara pemberi pinjaman untuk memudahkan pemberi pinjaman
dalam melakukan komunikasi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek.
Dalam sejarah pembangunan proyek di Indonesia yang biayanya didanai oleh
pihak luar negeri, pembangunan MRT Jakarta ini dirasa sangat kompleks.
Kompleksitas ini dapat dilihat dari sudut pandang teknologi canggih yang digunakan
dalam konstruksinya, struktur pendanaan yang rumit dan keterlibatan banyak instansi
pemerintah di dalamnya. Instansi pemerintah yang terlibat dalam pembangunan MRT
Jakarta ini antara lain, Kementerian PPN/BAPPENAS, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Pemprov DKI Jakarta, PT MRT Jakarta,
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
55/178
43
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dan Direktorat Jenderal
Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Dalam bab ini dianalisis juga faktor-faktor apa saja yang dihadapi oleh proyek
pembangunan MRT Jakarta sehingga mengakibatkan rendahnya daya serap pinjaman
luar negeri yang menjadi sumber pendanaannya. Ditampilkan juga data-data
mengenai beban biaya yang ditanggung oleh pemerintah dikarenakan rendahnya daya
serap atas pinjaman luar negeri.
A. Kondisi Pinjaman Luar Negeri untuk Pembangunan MRT Jakarta
Pembangunan MRT di kota Jakarta akan membentang kurang lebih 110.8 km,
yang terdiri dari koridor selatan – utara (Koridor Lebak Bulus-Kampung Bandan)
sepanjang kurang lebih 23.8 km dan koridor timur – barat sepanjang kurang lebih 87
km. Untuk pembangunan koridor selatan – utara (Koridor Lebak Bulus-Kampung
Bandan) sendiri akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap I yang akan dibangun
terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang
15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan
mulai beroperasi pada 2018. Kemudian tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara
dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 km yang akan mulai dibangun
sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Sementara itu untuk
koridor timur - barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini
ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 – 2027.
Keseluruhan proyek ini rencananya akan dibiayai pinjaman dari pemerintah
Jepang. Saat ini keseluruhan komitmen pemerintah Jepang untuk membiayai proyek
pembangunan MRT Jakarta ini adalah senilai ¥125,237,000,000,-
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
56/178
44
(http://www.jakartamrt.com/) , sedangkan loan agreement yang telah ditandatangani
sebesar ¥50,019,000,000.- terdiri dari loan agreement No. IP-536 sebesar
¥1,869,000,000.- dan loan agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000.-
Ketentuan loan agreement No. IP-536 adalah sebagai berikut:
a. Nomor perjanjian : IP-536
b. Nomor register : 21576401
c. Tanggal penandatanganan : 28 November 2006
d. Tanggal efektif : 22 Maret 2007
e.
Amandemen I : 25 Juni 2008
f. Amandemen II : 3 Juni 2008
g. Nomor Perjanjian Penerusan Hibah : NPPH-001/PK/2009
h.
Closing date : 22 Maret 2012
i. Nomor rekening : 1. 601.294111980 (Reksus
Menteri Keuangan)
2. 609.008111980 (Rekening
Pemda DKI Jakarta)
j. Executing agency : Direktorat Jenderal
Perkeretaapian Kementerian
Perhubungan
k. Implementing agency : Pemprov DKI Jakarta
Sementara ketentuan loan agreement No. IP-554 adalah sebagai berikut:
a.
Nomor perjanjian : IP-554
b.
Nomor register : 21619501
c. Tanggal penandatanganan : 31 Maret 2009
d. Tanggal efektif : 28 Juli 2009
e.
Nomor Perjanjian Penerusan Hibah : NPPH-002/PK/2009
f. Closing date : 28 Juli 2019
g. Executing agency : Direktorat Jenderal
http://www.jakartamrt.com/http://www.jakartamrt.com/
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
57/178
45
Perkeretaapian Kementerian
Perhubungan
h.
Implementing agency : Pemprov DKI Jakarta
B. Permasalahan Pinjaman Luar Negeri IP-536 dan IP-554
Pemerintah Indonesia telah melakukan pembiayaan dari pinjaman luar negeri
sejak era pemerintahan Presiden Soekarno. Saat ini jumlah pinjaman luar negeri
Indonesia mencapai Rp 687,45 Triliun, sementara pinjaman dalam negeri Rp 3,3
Triliun (data per Februari 2015, DJPPR Kemenkeu). Dengan posisi utang yang besar,
mengakibatkan Indonesia harus mampu mengelola kas dalam rangka pembayaran
baik pokok utang maupun beban bunga tahunannya. Pinjaman luar negeri diharapkan
dapat mengatasi kekurangan modal dalam negeri yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Selain itu pinjaman ini juga digunakan sebagai
penutup defisit anggaran pemerintah.
Pemanfaatan utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan sudah
menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan khususnya negara-negara
berkembang, termasuk juga negara Indonesia (Syaparuddin 1996, 12). Negara
Indonesia, pada awal proses pembangunan yaitu sejak Pelita I, utang luar negeri telah
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pembiayaan guna menutupi kelangkaan
modal. Tabungan pemerintah ataupun tabungan domestik tidak dapat menutupi
kebutuhan dana pembangunan dan investasi (saving-investment gap). Selain itu juga
permintaan utang luar negeri digunakan untuk menutupi export-iport gap dan fiscal
gap. Dalam lima tahun terakhir jumlah pinjaman luar negeri Indonesia mengalami
tren yang meningkat sebagaimana dalam Gambar IV.1.
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
58/178
46
560
580
600
620
640
660
680
700
720
2010 2011 2012 2013 2014
Triliun Rupiah
Gambar IV.1 Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Indonesia
Sumber: diolah dari DJPPR Kemenkeu, 2015
Jumlah pinjaman luar Negeri Indonesia sebagian besar berasal dari 3 kelompok
sumber pinjaman luar negeri. Kelompok sumber pinjaman luar negeri itu terdiri dari
Kreditor Multilateral, Kreditor Bilateral, dan Kreditor Swasta Asing KSA)/Lembaga
Penjamin Kredit Ekspor (LPKE). Sumber pinjaman Kreditor Multilateral
merupakan lembaga keuangan internasional yang beranggotakan beberapa
negara, seperti Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Islamic
Development Bank (IDB), International Fund for Agricultural Development
(IFAD), dan Saudi Fund. Sumber pinjaman Kreditor Bilateral merupakan
pemerintah negara asing atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah negara
asing atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara asing, seperti Japan
Bank for International Coorperation (JICA), Australia, Jerman, Korea, Perancis,
AFD, Tiongkok, dan Spanyol. Kreditor Swasta Asing (KSA) diwakili oleh lembaga
keuangan nasional dan lembaga non-keuangan asing yang berdomisili dan
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
59/178
47
melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Indonesia, seperti PT. BNI cabang
Singapura, Tokyo, dan Hongkong. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE)
merupakan lembaga yang ditunjuk negara asing untuk memberikan jaminan,
asuransi, pinjaman langsung, subsidi bunga, dan bantuan keuangan untuk
meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan serta melakukan kegiatan usaha di
luar wilayah Indonesia, seperti BNP Paribas, Exim Bank of Korea, Export-Import
Bank of China, dan Fortis Bank Belanda (Bappenas, 2014). Komposisi pinjaman luar
negeri menurut sumber pinjaman ditampilkan pada Gambar IV.2.
Gambar IV.2 Komposisi Pinjaman Luar Negeri Menurut Sumber Pinjaman
Sumber: diolah dari DJPPR Kemenkeu, 2015
Tampak dalam Gambar IV.2 bahwa total pinjaman luar negeri Indonesia
nominal terbesarnya berasal dari sumber pinjaman bilateral. Menarik untuk diamati
adalah jumlah pinjaman luar negeri yang berasal dari sumber pinjaman bilateral
karena jumlahnya selalu dominan daripada pinjaman dari sumber lain. Selanjutnya
rincian dari pinjaman bilateral disajikan dalam Gambar IV.3.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2010 2011 2012 2013 2014
Total Pinjaman
Luar Negeri
Bilateral
Multilateral
KSA dan
lainnya
Triliun Rupiah
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
60/178
48
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2010 2011 2012 2013 2014
Total Pinjaman
Bilateral
Jepang
Perancis
Jerman
Triliun Rupiah
Gambar IV.3. Komposisi Pinjaman Bilateral
Sumber: diolah dari DJPPR Kemenkeu, 2015
Negara Jepang sebagai lender terbesar Indonesia menyalurkan pinjaman luar
negerinya melalui Badan Kerjasama Internasional Jepang atau yang lebih sering
dikenal sebagai Japan Internasional Cooperation Agency ( JICA). Lembaga yang
didirikan pada Agustus 1974 ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama
internasional antara Jepang dengan negara-negara lain. Perkembangan terakhir
pinjaman luar negeri yang dibiayai JICA kepada Pemerintah Indonesia selama
triwulan IV 2014 berjumlah 41 proyek dengan nilai total pinjaman ¥541.688,18 juta.
Dalam kurun lima tahun terakhir tren menunjukkan bahwa realisasi penarikan
dana pinjaman dari JICA masih kurang. Hal ini dijelaskan dalam Gambar IV.4. Sesuai
dengan kriteria dari Bappenas pencapaian persentase realisasi pinjaman antara 41%-
60% dikategorikan dalam kriteria sedang, kemudian persentase realisasi pinjaman
antara 21%-40% dikategorikan dalam kriteria rendah. Jumlah pinjaman yang besar
berdampak kepada semakin besar pula beban yang ditanggung pemerintah, berupa
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
61/178
49
35%
48%51%
43%
36%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Pinjaman
Realisasi kumulatif
Persentase realisasi
Juta
pembayaran kembali pinjaman pokok yang akan berlangsung selama puluhan tahun
ditambah bunga, commitment charge dan tambahan fee-fee lainnya (Djajadiwirdja,
2005).
Gambar IV.4 Data Pinjaman dari JICA dan Realisasi Penarikannya
Sumber: diolah dari Bappenas, 2015
Dalam pengelolaan pinjaman luar negerinya, proyek pembangunan MRT
Jakarta mengalami kendala berupa rendahnya realisasi penarikan dana pinjaman.
Untuk Loan Agreement IP-536 E/S Jakarta Mass Rapid Transit System
ditandatangani pada 28 November 2006 dengan nilai pinjaman sebesar
¥1,869,000,000. dan mulai efektif pada 22 Maret 2007. Sementara closing date akan
berakhir pada 22 Maret 2012 namun terakhir closing date ini diperpanjang menjadi 22
Desember 2014. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Kementerian Keuangan menyebutkan selama 2007 s.d. 2009 belum ada penarikan
pinjaman sama sekali untuk loan ini. Penarikan baru terjadi mulai triwulan I 2010
yaitu sebesar ¥342.723.735 atau sebesar 18,34% dari total loan. Sampai dengan
8/19/2019 Net Skripsi Iyan
62/178
50
triwulan IV 2012, penyerapan baru mencapai ¥997.932.357 atau sebesar 53,39% dari
total loan.�