19
ERGONOMI DESAIN STASIUN KERJA DIKAITKAN DENGAN ANTROPOMETRI Oleh I GUSTI MADE OKA SUPRAPTA Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Kedokteran UNUD 2009 Setiap desain sarana pembelajaran, seperti kursi kuliah harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Menurut Lehto & Buck (2005); Peacock (2009); bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Secara umum pengukuran antropometri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengukuran antropometri statis dan pengukuran antropometri dinamis (Tarwaka dkk., 2004). Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran antropometri statis, yaitu dalam posisi berdiri dan posisi duduk di kursi. Untuk mendesain kursi kuliah, data antopometri yang digunakan adalah: (a) rentang panggul/ lebar pinggul menggunakan persentil 95; (b) rentang bahu/ lebar bahu menggunakan persentil 95; (c) tinggi siku pada posisi duduk menggunakan persentil 50; (d) tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal) menggunakan persentil 5; (e) 1

NASKAH UNTUK SUPEKSA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH UNTUK SUPEKSA

ERGONOMI DESAIN STASIUN KERJA DIKAITKAN DENGAN

ANTROPOMETRI

OlehI GUSTI MADE OKA SUPRAPTA

Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Kedokteran UNUD2009

Setiap desain sarana pembelajaran, seperti kursi kuliah harus berpedoman

kepada antropometri pemakainya. Menurut Lehto & Buck (2005); Peacock (2009);

bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh

lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Secara

umum pengukuran antropometri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengukuran

antropometri statis dan pengukuran antropometri dinamis (Tarwaka dkk., 2004). Pada

penelitian ini akan dilakukan pengukuran antropometri statis, yaitu dalam posisi

berdiri dan posisi duduk di kursi.

Untuk mendesain kursi kuliah, data antopometri yang digunakan adalah: (a)

rentang panggul/ lebar pinggul menggunakan persentil 95; (b) rentang bahu/ lebar

bahu menggunakan persentil 95; (c) tinggi siku pada posisi duduk menggunakan

persentil 50; (d) tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal) menggunakan persentil 5;

(e) tinggi bahu posisi duduk menggunakan persentil 95; dan (f) jarak dari pantat

hingga lipatan dalam lutut (popliteal) menggunakan persentil 5 (Panero dan Zelnik,

2003),

Redesain meja dan kursi belajar

Agar meja dan kursi belajar nyaman dipakai pada waktu belajar, maka

ukuran-ukurannya harus disesuaikan dengan antropometrik orang yang akan

memakainya (Nugroho, 2009). Bila meja belajar terlalu tinggi maka bahu akan lebih

sering terangkat pada saat menulis atau meletakkan tangan di atas meja dan bila

terlalu rendah maka sikap tubuh akan membungkuk pada saat menulis. Sikap tubuh

yang seperti itu dapat mengakibatkan sakit pada otot-otot pinggang atau punggung

dan sakit pada otot-otot leher dan bahu. Secara fisiologis rasa sakit tersebut muncul

1

Page 2: NASKAH UNTUK SUPEKSA

sebagai akibat dari akumulasi kelelahan yang diakibatkan oleh penumpukan asam

laktat pada otot-otot tersebut. Ini bisa terjadi karena pada sikap paksa didominasi oleh

kontraksi otot statis dengan respirasi yang bersifat anaerobik. Untuk mengatasi

masalah tersebut perlu dipilih meja belajar yang sesuai dengan si pemakainya.

Kroemer dan Grandjean, (2000) menganjurkan agar tinggi meja untuk menulis dan

membaca dalam posisi duduk adalah antara 74–78 cm untuk laki-laki dan antara 70–

74 cm untuk wanita.

Untuk menciptakan meja dan kursi belajar yang disukai oleh pebelajar

sebagai pemakai maka diperlukan seorang perancang (desainer) yang berwawasan

ergonomi. Proses mendesain dimulai dari adanya masalah. Masalah yang dihadapi

wajib dicarikan pemecahan melalui metode ilmiah. Dalam mendesain sesuatu produk,

maka jawaban tersebut berupa suatu angan-angan yang nantinya akan diwujudkan.

Untuk itu diperlukan suatu data, dan data dipergunakan untuk mewujudkan angan-

angan tadi menjadi suatu produk nyata yang akan dinikmati oleh pemakai, sehingga

meningkatkan kondisi kehidupannya. Untuk itulah tantangan seorang desainer harus

berwawasan ergonomi (Adiputra, 2008a; Sihombing, 2007). Data tersebut

dikumpulkan dari sekitarnya, termasuk data keinginan masyarakat pemakai produk

yang direncanakan. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan dalam pengumpulan data.

Semakin lengkap datanya semakin tepat penggambaran ciri-ciri kharakteristik dan

keinginan si pemakai yang berhasil diwujudkan nantinya dalam mendesain produk

tersebut. Sampai saatnya rancangan pertama muncul maka kritik dan masukan dari

pemakai akan terus memperbaiki mutu rancangan dan pada akhirnya akan melahirkan

rancangan final (Susanti, 2008).

Pada penelitian ini akan diadakan redesain dari kursi serta meja yang

ukurannya belum mengacu kepada antropometri pemakai, diperbaiki menjadi kursi

kuliah yang ukurannya disesuaikan dengan antropometri pemakai. Tinggi tempat

duduk 40 cm, sedangkan tinggi popliteal pada posisi duduk (persentil 5) adalah

44,00 cm, dan tinggi meja belajar 80 cm, sedangkan tinggi siku pada posisi duduk

2

Page 3: NASKAH UNTUK SUPEKSA

(persentil 50) adalah 27 cm ditambah tinggi popliteal 44,00 cm, sehingga tinggi

meja belajar seharusnya 71 cm, menyebabkan posisi bahu terangkat saat beraktivitas

di atas meja.

Setelah perbaikan akan digunakan kursi kuliah dengan pertimbangan yaitu

sebagai berikut.

a. Lebih dinamis bila digunakan untuk pembelajaran kooperatif.

b. Efisiensi pemakaian ruangan.

c. Memiliki sandaran kursi yang dapat memberikan dukungan pada daerah

lumbar. Kursi kuliah yang baik harus dapat menopang tulang belakang

(terutama daerah lumbar) dengan posisi yang baik dan sesuai dengan

bentuk alami tulang belakang. Dengan begitu akan memperlambat

proses terjadinya kelelahan serta mengurangi rasa sakit atau pegal yang

timbul pada bagian punggung dan pinggang akibat posisi duduk yang

kurang tepat

d. Nyaman dipakai pada waktu kuliah, karena alas kursi menggunakan

bahan spon dan ukuran-ukurannya sudah disesuaikan dengan

antropometrik orang yang memakainya (Purwati, 2003; Nugroho,

2009).

Menurut Panero dan Zelnik (2003) ada beberapa data antropometri yang

dibutuhkan untuk mendesain kursi kuliah sehingga posisi duduk tidak menimbulkan

keluhan otot dan kelelahan. Data antropometri yang dibutuhkan tersebut dan tujuan

pengukurannya adalah sebagai berikut.

a. Tinggi siku pada posisi duduk, adalah tinggi mulai dari tepi atas

permukaan tempat duduk hingga bagian bawah dari siku. Tujuan

pengukurannya adalah untuk menentukan ketinggian meja kuliah.

Agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada

suatu permukaan maka data persentil ke-50 akan merupakan pilihan

yang tepat (rentangannya antara 14 cm - 27,9 cm).

3

Page 4: NASKAH UNTUK SUPEKSA

b. Tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal), adalah tinggi dari lantai

hingga bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang berada

dalam posisi duduk tegak. Lutut dan pergelangan kaki dalam posisi

tegak lurus, dengan bagian bawah paha dan bagian belakang lutut

langsung menyentuh permukaan tempat duduk. Tujuan

pengukurannya adalah untuk menentukan tinggi permukaan tempat

duduk dari atas permukaan lantai, terutama titik tertinggi bagian depan

tempat duduk. Dalam penentuan tinggi tempat duduk pada kursi kuliah

data persentil ke-5 yang harus digunakan.

c. Lebar pinggul, adalah jarak terbesar dari panggul. Tujuan

pengukurannya adalah untuk menentukan lebar alas kursi kuliah.

Dalam penentuan lebar alas kursi kuliah data persentil ke-95 yang

harus digunakan.

d. Lebar bahu, adalah jarak horisontal terbesar antara tepi luar bahu kiri

dan kanan. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan lebar

sandaran kursi kuliah. Dalam penentuan lebar sandaran kursi kuliah

data persentil ke-95 yang harus digunakan.

e. Tinggi bahu posisi duduk, adalah tinggi dari permukaan tempat duduk

hingga titik pertengahan bahu antara leher dan akromion. Tujuan

pengukurannya adalah untuk menentukan tinggi maksimal sandaran

yang memberikan dukungan pada daerah lumbar. Dalam penentuan

tinggi sandaran kursi kuliah data persentil ke-95 yang harus

digunakan.

f. Jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut (jarak buttock-popliteal),

adalah jarak horisontal dari bagian belakang pantat hingga bagian

belakang lutut. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan

panjang alas duduk. Dalam penentuan panjang alas duduk kursi kuliah

data persentil ke-5 yang harus digunakan.

4

Page 5: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Secara keseluruhan dimensi antropometri mahasiswa untuk mendesain kursi

kuliah dapat dicermati pada gambar 1.

Gambar 1. Pedoman Dimensi Antropometrik Untuk Desain Kursi Kuliah

Keterangan:

A. Tinggi lipatan dalam lutut (popliteal)

B. Jarak pantat–lipatan dalam lutut (jarak buttock- popliteal)

C. Lebar pinggul

D. Tinggi bahu posisi duduk

E. L ebar bahu

F. Tinggi siku posisi duduk

Menurut Panero dan Zelnik (2003) dan Nugroho (2009) posisi duduk yang

salah akan mengakibatkan dampak negatif, dan akan berpengaruh buruk pada

kenyamanan mahasiswa seperti misalnya:

a. Jika tinggi alas kursi terlalu tinggi dari lantai maka menyebabkan bagian

bawah paha akan tertekan. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan

dan peredaran darah terhambat. Selain itu juga menyebabkan telapak kaki

5

AB

D

E

F

Page 6: NASKAH UNTUK SUPEKSA

tidak dapat menapak dengan baik di lantai, sehingga menyebabkan

melemahnya stabilitas tubuh, seperti ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2. Akibat Alas Kursi Yang Terlalu Tinggi

b. Sebaliknya jika tinggi alas kursi terlalu rendah dari lantai maka

menyebabkan kaki condong terjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari

keadaan stabil. Selain itu pergerakan tubuh ke depan akan menjauhkan

punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan

tepat, seperti ditunjukan Gambar 3.

Gambar 3. Akibat Alas Kursi Yang Terlalu Rendah

c. Panjang alas kursi (kedalaman kursi) juga faktor penting yang

menimbulkan ketidaknyamanan duduk seseorang. Bila alas kursi terlalu

panjang maka bagian ujung dari alas kursi menekan daerah tepat

dibelakang lutut (popliteal), hal ini akan menghambat aliran darah ke kaki

sehingga timbul ketidaknyamanan, seperti pada Gambar 4.

6

Page 7: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Gambar 4 Akibat Alas Kursi Yang Terlalu Panjang

d. Panjang alas kursi yang terlalu pendek juga tidak baik karena seseorang

cenderung merasa akan jatuh ke depan, disebabkan kecilnya daerah pada

bagian bawah paha. Akibat yang lain, alas kursi yang terlalu pendek akan

menimbulkan tekanan pada pertengahan paha, seperti ditunjukkan pada

Gambar 5.

Gambar 5 Akibat Alas Kursi Yang Terlalu Pendek

e. Bila meja belajar terlalu tinggi maka bahu akan lebih sering terangkat pada

saat menulis atau meletakkan tangan di atas meja dan bila terlalu rendah

maka sikap tubuh akan membungkuk pada saat menulis. Sikap tubuh yang

seperti itu dapat mengakibatkan sakit pada otot-otot pinggang atau

punggung dan sakit pada otot-otot leher dan bahu.

f. Bila kursi kuliah tidak punya sandaran, maka tidak dapat memberikan

dukungan pada daerah lumbar. Kursi kuliah yang baik harus dapat

menopang tulang belakang (terutama daerah lumbar) dengan posisi yang

7

Page 8: NASKAH UNTUK SUPEKSA

baik dan sesuai dengan bentuk alami tulang belakang. Bila kursi tidak

memiliki sandaran maka akan mempercepat proses terjadinya kelelahan

serta meningkatkan rasa sakit atau pegal yang timbul pada bagian

punggung dan pinggang akibat posisi duduk yang kurang tepat.

Memperhatikan hal tersebut di atas, maka menurut Nugroho (2009)

dibuatlah pedoman pembuatan dimensi kursi kuliah dengan berpedoman pada data

antropometri mahasiswa, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedoman Penentuan Dimensi Kursi kuliah

No. Dimensi kursi kuliah Pedoman

1. Tinggi alas kursi dari lantai Tinggi popliteal persentil 5

2. Kemiringan alas kursi 14o–24o dari bidang horizontal atau

dari lantai (dibuat miring ke belakang).

3. Ujung tepi depan alas kursi Dibuat agak bulat

4. Lebar alas kursi Lebar pinggul persentil 95

5. Panjang (kedalaman) alas kursi Panjang buttock popliteal persentil 5

6. Tinggi meja dari alas kursi Tinggi siku posisi duduk persentil 50

7. Lebar meja Lebarnya 35 cm (ukuran lebar double

folio ditambah 2 cm)

8. Panjang meja Jarak siku ke pergelangan tangan

persentil 5 ditambah 35 cm

9. Lebar sandaran Lebar bahu persentil 95

10. Tinggi sandaran Tinggi bahu persentil 5

11. Sudut kemiringan sandaran 100 sampai dengan 300 dari arah vertikal

8

Page 9: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Berpedoman pada pedoman penentuan dimensi kursi kuliah tersebut di atas

maka dapat dibuat gambar dimensi kursi kuliah yaitu seperti pada Gambar 6, Gambar

7, dan Gambar 8.

Gambar 6 Gambar Dimensi Kursi Kuliah Tampak Atas

Keteranganangan gambar:

A = 35 cm (ukuran lebar kertas double folio ditambah 2 cm).B = 25 cm (jarak siku ke pergelangan tangan persentil 5).C = 40 cm (lebar pinggul persentil 95).D = 35 cm (ukuran lebar kertas double folio ditambah 2 cm).E = 41,70 cm (panjang buttock popliteal persentil 5).F = 60 cm (jarak siku ke pergelangan tangan persentil 5 ditambah 35 cm).

9

Page 10: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Gambar 7 Gambar Dimensi Kursi Kuliah Tampak Depan

Keterangan Gambar:A = 44 cm (tinggi popliteal persentil 5).B = 27 cm (tinggi siku posisi duduk persentil 50).C = 51 cm (tinggi bahu persentil 5).

Gambar 8 Gambar Dimensi Kursi Kuliah Tampak Samping

Keterangan Gambar:

A = 150 (sudut kemiringan sandaran antara 100 sampai dengan 300)B = 150 (sudut kemiringan alas kursi antara 14o sampai dengan 24o)

10

Page 11: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Foto Perencanaan Pembuatan Kursi Kuliah

Posisi duduk Posisi berdiri Pengukuran Antropometri untuk ukuran kursi kuliah

Seting Kursi Kuliah yang Telah Ergonomis

Situasai Pembelajaran Dengan Menggunakan Kursi Kuliah Yang Ergonomis

11

Page 12: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Situasai Pembelajaran Dengan Menggunakan Kursi Kuliah Yang Ergonomis

Situasai Pembelajaran Dengan Menggunakan Kursi Kuliah Yang Ergonomis

12

Page 13: NASKAH UNTUK SUPEKSA

Situasai Pembelajaran Dengan Menggunakan Kursi Kuliah Yang

Ergonomis

13