25
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMU N 1 TEGAL Oleh: HINDUN RA. RETNO KUMOLOHADI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL

PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Oleh:

HINDUN

RA. RETNO KUMOLOHADI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT

STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL

PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________________

Dosen Pembimbing Utama

(RA. Retno Kumolohadi, S. Psi., M. Si.)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

TINGKAT STRES MENJELANG UJIAN NASIONAL

PADA SISWA SMU N 1 TEGAL

Hindun

Retno Kumolohadi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang Ujian Nasional pada siswa SMU.

Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang

negatif antara dukungan sosial dengan tingkat stress menjelang UN.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU N 1 Tegal, berusia 16-18

tahun, dan akan menempuh Ujian Nasional. Subjek penelitian ini berjumlah 50

siswa.

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat

stres menjelang UN addalah skala tingkat stres yang terdiri dari 20 item yang

disusun sendiri oleh penulis sesuai dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh

Crider (Darmadji, 1996). Sementara data mengenai dukungan sosial diungkap

dengan skala dukungan sosial yang berjumlah 30 item yang mengacu pada empat

aspek yang dikemukakan oleh House (Smet, 1994).

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman.

Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows 12.0. Hasilnya

menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

dengan tingkat stres menjelang ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal (r = -

0,290 ; p = 0,021). Dukungan sosial secara keseluruhan memberikan sumbangan

sebesar 4,3% . Kategori skor tingkat stres pada siswa secara dominan termasuk

dalam kategori sedang. Kategori skor dukungan sosial secara dominan termasuk

dalam kategori tinggi.

Kata Kunci: Stres Siswa Menjelang UN, Dukungan Sosial

Pengantar

Generasi muda mempunyai peranan yang sangat berarti dalam

membangun bangsa. Kepundak merekalah diletakkan nasib dan masa depan

bangsa. Merekalah yang memikul beban tanggung jawab yang berat dan

menentukan, oleh karena itu mereka harus disiapkan sejak dini dalam menghadapi

tantangan masa mendatang, baik secara mental maupun spiritual. Semangat yang

cukup tinggi untuk mencapai ideal tertentu dapat membuat remaja menghasilkan

prestasi-prestasi yang baik dan berguna untuk pembangunan negaranya. Idealnya

para remaja tersebut sebagai generasi penerus dalam menghadapi tantangan harus

berusaha lebih keras, memperbanyak bacaan atau kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat. Salah satu kegiatan yang menuntut remaja berprestasi semaksimal

mungkin adalah dengan menjalani Ujian Nasional (UN). UN adalah ujian yang

menentukan kelulusan siswa. Dengan melaksanakan ujian berstandar nasional,

semua pihak, terutama siswa, akan terpacu untuk belajar dan bekerja keras.

Peraturan tentang kelulusan ini sudah diberlakukan sejak tahun ajaran

2003/2004, dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Idealnya, dalam

menghadapi UN siswa harus mempersiapkan diri secara matang, antara lain

dengan belajar jauh-jauh hari sebelum UN tiba. Bila sejak dahulu siswa rajin

belajar secara bertahap, maka saat akan mengikuti UN siswa hanya tinggal

mengulang dan mempermantap setiap pelajaran yang telah mereka terima

sebelumnya. Persiapan dalam menghadapi UN juga dapat di bantu dengan

mengikuti tambahan pelajaran di sekolah, bimbingan belajar, diskusi kelompok,

mengikuti try out yang biasanya diadakan di setiap sekolah, serta menjaga kondisi

tubuh. Dengan begitu, semua peserta Ujian Nasional benar-benar siap mental dan

fisik saat ujian berlangsung.

Ironisnya, banyak remaja masih banyak yang belum siap menghadapi

UAN (Ujian Akhir Nasional) yang kemudian dirubah menjadi UN sejak tahun

2005. Sebagai contoh, tampak jelas saat fakta dilapangan menyatakan 3% (828

siswa) dari 26.252 siswa SMA / MA di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dinyatakan tidak lulus menempuh UN tahun 2003 yang standar nilai kelulusan

3,01. Pada tahun 2004 standar nilai kelulusan dinaikkan dari 3,01 menjadi 4,01

dan terjadi peningkatan ketidaklulusan meskipun angkanya tidak signifikan.

Tahun 2005 Depdiknas kembali menaikkan standar kelulusan dari 4,01 menjadi

4,25 (Kedaulatan Rakyat Online, 28 januari 2006).

Melihat kenyataan yang terjadi bahwa masih terdapat siswa yang tidak

lulus ujian, tidak mengikuti ujian karena mengalami stres, bahkan yang lebih

tragis lagi terdapat siswa yang bunuh diri karena gagal dalam ujian, tampak bahwa

sebagian siswa masih belum siap dalam menghadapi UN. Banyaknya harapan

yang ditujukan pada para siswa dan juga tuntutan agar memiliki nilai diatas

standar dapat menjadi sumber stres pada siswa. Setiap peserta UN harus serius

dan tekun mempelajari setiap mata pelajaran yang akan diujikan, jika tidak, siswa

akan berpotensi mengalami kegagalan dalam UN. Meskipun demikian, banyak

siswa peserta UN yang sudah ketakutan terlebih dahulu menghadapi UN, meski

sudah belajar dengan sangat tekun. Ada semacam kekhawatiran, kegelisahan, dan

kegalauan jiwa. Ada rasa tidak percaya diri tumbuh dalam diri siswa bahwa

mereka berpeluang untuk tidak lulus UN. Perasaan itu tentu didasarkan atas

sejumlah alasan. Pertama, teman-teman seniornya tahun lalu banyak yang tidak

lulus, kendati sudah belajar sangat tekun. Hal itu sedikitnya menjadi cerminan

bagi siswa peserta UN tahun ini bahwa kemungkinan “musibah” itu bisa terjadi

pada dirinya. Selain itu, materi soal yang diujikan dalam UN tidak sama dengan

apa yang mereka pelajari di sekolah. Kedua, faktor kejiwaan siswa yang tidak

labil dalam menghadapi UN. Ketiga, perasaan tertekan menghadapi segala

kemungkinan dalam pelaksanaan UN. Karena segala kemungkinan bisa saja

terjadi, termasuk tidak lulus UN.

Di kota Indramayu, siswa, guru termasuk orang tua menyambut UN

dengan harap-harap cemas, bahkan sebagian stres atau depresi. Depresi menimpa

salah seorang siswi kelas III SMA Negeri I Indramayu, namanya sebut saja

Bunga, berumur 18 tahun. Kelakukannya mulai terlihat berbeda sejak Selasa saat

orang tua murid diundang ke sekolah menerima hasil nilai pra UN yang nilai rata-

rata angkanya jeblok alias tidak lulus. Selama seminggu Bunga berada di rumah

dengan tingkah laku yang tidak seperti biasanya. Selalu murung, sulit diajak

berkomunikasi bahkan cenderung mengurung diri di dalam kamar. Di sekolah

lain, Bunga-Bunga yang lain juga mangalami hal serupa. Itu karena tekanan

mental yang hebat membuat pikiran menjadi kalut, kata satu pengajar di

Indramayu. Demi meraih jumlah kelulusan 100 persen, di SMA N I Indramayu ini

bahkan diadakan doa bersama atau istighosah di halaman sekolah selama sebulan

dan turut mengundang orang tua pada saat puncak atau hari terakhir (Pos Kota,

Selasa 10 April 2007).

Upaya untuk meringankan beban mereka atau para siswa ini sangat

diperlukan agar tingkat stres pada siswa dapat berkurang, sehingga dapat

menghadapi masalah atau tugas-tugas yang menantang dengan baik. Upaya untuk

mengurangi tingkat stres pada siswa tersebut tidak mudah dicapai begitu saja,

karena banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stres, yaitu kondisi fisik, ada

tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup, dan tipe kepribadian tertentu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab tinggi rendahnya tingkat stres

sangat kompleks dan saling berhubungan satu sama lain. Peneliti akan mencoba

meneliti tingkat stres dikaitkan dengan salah satu faktor yaitu dukungan sosial.

Dukungan sosial adalah suatu hubungan yang didalamnya terkandung isi

pemberian bantuan yang dapat berupa dorongan, semangat, nasihat yang dapat

diberikan melalui aliran emosi atau afeksi serta dapat meningkatkan kemampuan

dalam menghadapi stres akibat konflik, dimana pemberinya bersumber dari orang-

orang yang mempunyai hubungan berarti dengan individu, yaitu keluarga, teman

dekat, guru, saudara, tetangga, dsb.

Seorang siswa diharapkan mendapatkan dukungan sosial, terutama dari

orang-orang terdekat. Bentuk dukungan sosial dapat berupa kesempatan untuk

bercerita, meminta pertimbangan, bantuan, nasihat, atau bahkan mengeluh

bilamana sedang menghadapi persoalan pribadi atau persoalan menyangkut

sekolah. Menghadapi ujian yang berhubungan dengan kelulusan kerap menjadi

beban tersendiri bagi siswa. Rasa cemas, takut tak mampu menyelesaikan soal

dengan baik, ditambah tuntutan yang terlampau tinggi terhadap dirinya membuat

siswa bisa saja mengalami stres yang berlebihan. Karenanya, mereka butuh

dukungan dari orangtua dan orang-orang yang dekat dengannya. Menurut

psikolog, Riyadi, dukungan orang tua di masa anak menghadapi ujian sangat

memberikan pengaruh bagi keberhasilan anak. untuk itu orang tua senantiasa

memotivasi anak agar giat belajar dan membuat mereka terus mengingat akan

pentingnya ujian tersebut (www.fajar.co.id). Siswa yang mendapatkan dukungan

akan merasa diperlukan, dicintai, dihargai, dan ditolong oleh sumber-sumber

dukungan sosial tersebut, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bilamana hubungan ini terjadi maka emosi siswa dapat terlampiaskan sehingga

ketegangan-ketegangan penyebab stres dapat mengendor, siswa dapat merasakan

berkurangnya kelelahan emosional, menjadi bersikap lebih positif, dan termotivasi

untuk belajar lebih keras. Akan tetapi bilamana siswa tidak memperoleh dukungan

sosial dari orang-orang terdekat, maka ia akan merasa resah, cemas, takut dan

merasa tidak mempunyai sandaran untuk mengadukan permasalahannya. Keadaan

yang demikian tentu akan berdampak negatif pada para siswa, dan akan tercermin

pada kinerja siswa yang kurang memuaskan. Dengan kata lain, semakin tinggi

dukungan sosial yang didapatkan siswa, semakin membuat tingkat stres menjadi

rendah. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh siswa, maka

semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan siswa ketika menghadapi situasi yang

membahayakan atau situasi yang menekan. Beban mereka akan terasa lebih berat

karena tidak mendapatkan dukungan, terutama dari orang terdekat. Dukungan

sosial merupakan unsur penting yang perlu dimiliki para siswa guna menghadapi

tekanan atau tuntutan yang berat dari lingkungan pendidikan.

Dalam penelitiannya, Hartanti (2002) menyimpulkan bahwa individu yang

mendapat dukungan sosial dari keluarga secara berulangkali merasakan

berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif . Emosi akan

terlampiaskan segingga ketegangan-ketegangan yang ada bisa mengendur, dan

tidak mengganggu kehidupan jiwa seseorang.

Rohman, dkk. (1997) meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial

dengan burnout pada perawat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada

hubungan negatif antara dukunga sosial dengan burnout. Dengan bantuan dari

empat aspek dukungan sosial yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat

mengatasi masalah-masalah psikologis dengan cepat dan tepat. Dukungan

seseorang merupakan bekal bagi seseorang untuk menghadapi kesulitan.

Penelitian LaRocco (Sarafino, 1990) menunjukan bahwa dukungan sosial

berhubungan dengan penurunan stress dan berperan dalam pembentukan

kepercayaan diri yang bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam kehidupan.

Darmadji (1996), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

yang negatif antara dukungan sosial dengan stres siswa sekolah penerbang, yang

berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stres.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki

dukungan sosial yang tinggi akan dapat mengatasi masalah-masalah psikologis,

memiliki penghargaan diri yang tinggi sehingga tidak mudah mengalami stres.

Berdasarkan uraian diatas, didapati benang merah yang menghubungkan

antara dukungan sosial dengan tingkat stress menjelang UN pada siswa SMU.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan

sosial dengan tingkat stres pada siswa SMA menjelang Ujian Nasional (UN).

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

maupun masukan yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan disiplin

psikologi, khususnya untuk bidang psikologi pendidikan.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

memecahkan masalah yang berhubungan dengan stress siswa menjelang UN

sehingga dapat diterapkan strategi yang tepat untuk mengurangi tingkat stres pada

siswa.

Stres Menjelang UN

Pengertian tingkat stres menjelang UN yaitu besarnya stres yang diperoleh

dari pengalaman subjektif individu yang didasarkan atas persepsi

ketidakseimbangan antara tuntutan dari kegiatan pengukuran dan penilaian

kompetensi lulusan secara nasional dengan sumber daya atau kemampuan yang

dimiliki individu.

Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah bantuan yang diperoleh individu melalui

hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitar individu yang memiliki arti

bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya, diantaranya melalui

bantuan emosional, bantuan penghargaan, bantuan instrumental dan bantuan

informasi.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang

negatif antara dukungan sosial dengan tingakat stress pada siswa SMU menjelang

UN. Dimana semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin rendah tingkat

stres, begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin

tinggi tingkat stres pada siswa SMU menjelang UN.

Metode Penelitian

Identifikasi Variabel

- Variabel tergantung : Tingkat Stres Menjelang UN

- Variabel bebas : Dukungan Sosial

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa yang duduk di kelas III SMA Negeri 1

Tegal, dengan karakteristik subjek yaitu berusia antara 16-18 tahun dan belum

pernah mengikuti UN

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dua

alat ukur yang berupa kuesioner yaitu alat ukur tingkat stres dan alat ukur

dukungan sosial yang dibuat oleh peneliti.

1. Skala Tingkat Stres.

Skala ini mengungkap tingkat stres siswa menjelang UN yang diindikasikan

dari tiga aspek yang dikemukakan oleh Crider (1983) yaitu aspek emosional,

kognitif dan fisiologis.

2. Skala Dukungan Sosial

Skala ini merupakan skala yang mengungkap tinggi rendahnya dukungan

sosial yang diterima oleh siswa. Skala dukungan sosial ini disusun berdasarkan

empat aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental dan dukungan informatif.

Metode Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi

Spearman. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang

mencakup uji normalitas dan uji linearitas. Proses analisis data ini dipercepat dan

dipermudah dengan adanya perangkat lunak SPSS for Windows versi 12.0

Hasil Penelitian

Subjek dari penelitian ini berjumlah 50 siswa yang bersekolah di SMU N 1

Tegal dengan karakteristik subjek yaitu berusia antara 16-18 tahun dan belum

pernah mengikuti UN.

Tabel 1

Data Jumlah Calon Peserta Ujian Nasional 2006/2007 SMU N I Tegal

No. Kode IPA IPS Peserta

Urut Kelas Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan Total

1 A1 23 22 45 2 A2 14 30 44 3 A3 15 29 44 4 A4 20 24 44 5 A5 23 21 44 6 S1 12 33 45 7 S2 22 24 46 8 S3 17 29 46

TOTAL 95 126 51 86 358

Gambaran data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel

deskripsi hasil penelitian dibawah ini

Tabel 2

Deskripsi Data Penelitian Variabel Stres dan Dukungan Sosial

Variabel Hipotetik Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Stres 20 80 50 10 31 63 47,72 7,680

Dukungan

Sosial

30 120 75 15 57 113 91,34 10,59

2

Berdasarkan data yang diperoleh, Penulis menggolongkan subjek ke dalam

lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi dengan

membuat kategorisasi masing-masing berdasarkan deskripsi data penelitian.

Tabel 3

Kategorisasi Data Stres dan Dukungan Sosial

No. Kategorisasi Norma Stres Norma Dukungan

Sosial

1 Sangat rendah X < 32 X < 48

2 Rendah 32 ≤ X ≤ 44 48 ≤ X ≤ 66

3 Sedang 44 < X ≤ 56 66 < X ≤ 84

4 Tinggi 56 < X ≤ 68 84 < X ≤ 102

5 Sangat tinggi X > 68 X > 102

Tabel 4

Distribusi Skor Tingkat Stres dari Subjek Penelitian

No. Kategorisasi Norma Jumlah Presentase

1 Sangat rendah X < 32 1 orang 2 %

2 Rendah 32 ≤ X ≤ 44 18 orang 36 %

3 Sedang 44 < X ≤ 56 24 orang 48 %

4 Tinggi 56 < X ≤ 68 7 orang 14 %

5 Sangat tinggi X > 68 - 0 %

Tabel 5

Distribusi Skor Tingkat Dukungan Sosial

No. Kategorisasi Norma Jumlah Presentase

1 Sangat rendah X < 48 - 0 %

2 Rendah 48 ≤ X ≤ 66 1 orang 2 %

3 Sedang 66 < X ≤ 84 9 orang 18 %

4 Tinggi 84 < X ≤ 102 33 orang 66 %

5 Sangat tinggi X > 102 7 orang 14 %

Dari kedua kategorisasi ini diperoleh hasil, mayoritas subjek berada pada

tingkat stres dalam kategori sedang, yaitu sebesar 48 % dan mayoritas subjek

berada pada tingkat dukungan sosial dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 66 %.

Uji Asumsi

Kedua uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS for windows 12.0.

a) Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas digunakan teknik statistik One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Dari hasil uji normalitas diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 6

Hasil Uji Normalitas

Variabel Skor K-SZ P Kategori

Stres 0,745 0,636 Normal

Dukungan Sosial 0,917 0,370 Normal

Dari hasil analisis variabel tingkat stres diperoleh bahwa nilai KS Z =

0,745 dengan harga p = 0,636 (p>0,05) dan untuk variabel dukungan sosial

diperoleh bahwa nilai KS Z = 0,917 dengan harga p = 0,370 (p>0,05).

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang siginifikan antara

distribusi skor empirik dengan distribusi skor hipotetik yang artinya kedua

alat ukur ini memiliki distribusi atau sebaran yang normal.

b) Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel stres dan

variabel dukungan sosial memiliki hubungan yang linear. Untuk menguji

linearitas digunakan teknik statistik Compare Means.

Tabel 7

Hasil Uji Linearitas

Variabel F P Kategori

Stres dan 2,502 0,127 Tidak linear

Dukungan Sosial

Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai F = 2,502 dengan harga p = 0,127

(p>0,05) dan penyimpangan sebesar 1,298. Hasil ini menunjukkan bahwa

data penelitian tidak linear, yaitu tidak ada hubungan antara variabel

dukungan sosial terhadap variabel stres.

Uji Hipotesis

Dari hasil uji asumsi sebelumnya menunjukkan bahwa data penelitian

tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik

korelasi Product Moment dari Pearson. Hal ini disebabkan karena syarat

normalitas terpenuhi yaitu skor kedua distribusi itu normal sedangkan syarat

linearitas tidak terpenuhi yaitu hubungan antar variabel tidak mengikuti garis

linear. Karena tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan

menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, maka uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman dengan perangkat

lunak SPSS for windows 12.0. Uji hipotesis menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 8

Korelasi antara Stres dan Dukungan Sosial

Variabel r P

Korelasi Spearman

Stres dan -0,290 0,021

Dukungan Sosial

Dari hasil analisis dengan menggunakan Spearman diketahui adanya

hubungan antara variabel stres dan variabel dukungan sosial. Hal ini berarti bahwa

hubungan antara dua variabel tersebut dapat diterima. Hasil penelitian ini hanya

berlaku untuk subjek penelitian ini saja dan tidak bisa digeneralisasikan untuk

semua siswa SMU.

Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang negatif dan

signifikan antara dukungan sosial dengan stres pada siswa SMU N 1 Tegal

menjelang Ujian Nasional. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan yang diterima

atau dirasakan siswa, maka tingkat stres yang dirasakan siswa semakin rendah.

Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan oleh siswa, maka

semakin tinggi tingkat stres yang dialami siswa menjelang Ujian Nasional.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian tentang stres dan

dukungan sosial ini dapat memenuhi tujuan penelitian yang menunjukkan adanya

hubungan yang negatif antara dukungan sosial dan stres menjelang UN

Dukungan sosial merupakan dukungan yang diberikan oleh orang lain

(Cohen dan Syme,1985). Dukungan tersebut dibutuhkan oleh individu dari orang-

orang yang memiliki hubungan yang erat. Dukungan sosial menurut House (Smet,

1994), mencakup empat aspek : dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dengan bantuan empat aspek

yang diperoleh dari orang lain, seseorang dapat mengatasi masalah-masalah

psikologis dengan cepat dan tepat. Dukungan sosial merupakan bekal bagi

seseorang untuk menghadapi kesulitan atau masalah sehingga tidak mengalami

stres. Apabila siswa mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, maka

siswa akan merasa tingkat stresnya menjadi berkurang. Bagi siswa, pemberian

penilaian positif akan meningkatkan kepercayaan diri bahwa dirinya mampu

menghadapi tuntutan tugas sebagai siswa, dan pemberian informasi dapat

digunakan untuk mengatasi masalah. Sebaliknya, siswa akan merasa beban

mereka terasa lebih berat jika kurang mendapatkan dukungan dari orang-orang

terdekat.

Menurut hipotesis penyangga (buffer hypothesis), dukungan sosial

mempengaruhi kesehatan dengan melindungi orang itu terhadap efek negatif dari

stres yang berat. Di dalam keadaan stres rendah, terjadi sedikit atau tidak ada

pentyanggaan. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi, mungkin akan kurang

menilai situasi penuh stres, mereka tahu bahwa akan ada seseorang yang dapat

membantu mereka. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah

respon mereka terhadap sumber stres dan pergi ke seseorang untuk membicarakan

masalahnya (Smet, 1994). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima siswa menjadikan tingkat

stres yang dirasakan oleh siswa cenderung berkurang. Siswa yang mengalami

stres tahu bahwa ada orang terdekat seperti keluarga, teman dan guru yang akan

membantu masalah mereka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori skor dukungan sosial

subjek secara dominan termasuk pada kategori tinggi yaitu 66%, sedangkan

subjek yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 14%, kategori

sedang sebanyak 18%, dan kategori rendah sebanyak 2%. Pada kategorisasi skor

tingkat stres siswa, subjek secara dominan termasuk dalam kategori sedang yaitu

sebanyak 48%, sedangkan subjek yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak

14%, kategori rendah sebanyak 36%, dan kategori sangat rendah sebanyak 2%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara keduanya. Hasil analisis

menunjukkan koefisien determinasi (R squared) variabel stres dengan dukungan

sosial sebanyak 0,043 yang berarti variabel dukungan sosial hanya memiliki

sumbangan efektif sebesar 4,3% untuk mengurangi tingkat stres yang dirasakan

oleh subjek, sedangkan 95,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua atau keluarga, guru sekolah, dan

teman dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi, dengan kata lain

banyak siswa yang tidak pernah kurang mendapatkan dukungan dari orang yang

dianggap berarti. Meskipun demikian, siswa masih banyak yang merasakan stres

menjelang ujian nasional, hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang

mempengaruhi tingkat stres siswa. Kecilnya sumbangan efektif dukungan sosial

terhadap tingkat stres dikarenakan dalam stres terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhinya (Smet, 1994) yaitu : variabel dalam kondisi individu,

karakteristik kepribadian, variabel sosial-kognitif, dan strategi coping. Yang

termasuk dalam faktor variabel dalam kondisi individu seperti umur, tahap

kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, intelegensi,

pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, dan kondisi fisik. Karakteristik

kepribadian meliputi introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe A,

kepribadian ketabahan (hardiness), locus of control, kekebalan, dan ketahanan.

Dukungan sosial termasuk ke dalam faktor sosial-kognitif. Mungkin faktor-faktor

selain dukungan sosial ini yang lebih banyak memberi sumbangan terhadap

tingkat stres siswa.

Kecilnya sumbangan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa

menjelang UN dalam penelitian ini, kemungkinan berkaitan dengan kondisi

lingkungan sekolah. SMU N 1 Tegal merupakan sekolah unggulan yang memiliki

remaja-remaja dengan banyak prestasi dan persaingan nilai yang cukup tinggi.

Meskipun siswa memperoleh dukungan yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 66%,

tetapi masih banyak siswa yang merasakan stres menjelang UN. Siswa banyak

yang merasa tegang, cemas dan khawatir tidak dapat lulus UN, karena jika mereka

tidak lulus ujian, mereka harus mengulang ujian tahun depan atau mengikuti ujian

paket C. Selain itu, siswa SMU N I Tegal ini juga dituntut agar lulus ujian 100%

dan mendapatkan nilai UN yang memuaskan sehingga kegagalan UN tahun

sebelumnya yaitu terdapat empat siswa yang tidak lulus ujian tidak terulang

kembali. Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi siswa sehingga mengalami

stres. Banyaknya harapan dan tuntutan dapat menjadi sumber stres siswa. Menurut

Sumintardja (Gusniarti, 2002), individu yang dari segi kecerdasannya

menunjukkan potensi yang tergolong rata-rata atau bahkan superior akan lebih

mudah mengalami frustasi, merasa tegang, atau bahkan hilang keyakinan dirinya

untuk menjalani tuntutan hidup yang dihadapinya, terutama dalam hal persaingan

di bidang akademik.

Dari pembahasan di atas, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan

bahwa hasil penelitian tentang stres dan dukungan sosial ini dapat memenuhi

tujuan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara

dukungan sosial dan stres menjelang UN. Namun perlu diingat bahwa hasil

penelitian ini hanya berlaku pada subjek penelitian ini saja sehingga hasilnya tidak

dapat digeneralisasikan untuk semua siswa SMU. Hal ini dikarenakan data yang

diperoleh dari subjek penelitian ini tidak linier, yaitu tidak ada hubungan antara

variabel dukungan sosial terhadap variabel stres. Selain itu, penelitian ini juga

memiliki kelemahan yaitu adanya kesalahan pada proses putaran pemilihan aitem

sahih pada try out.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan pada responden dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat stres

menjelang Ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal.

2. Ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan tingkat stres menjelang

Ujian Nasional pada siswa SMU N 1 Tegal. Semakin tinggi dukungan sosial,

semakin rendah tingkat stres yang dirasakan oleh siswa, sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial ,semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan oleh

siswa.

3. Subjek penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki tingkat stres yang

sedang.

4. Subjek penelitian secara keseluruhan mayoritas memiliki tingkat dukungan

sosial yang tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti mengajukan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa yang akan menempuh Ujian Nasional, lebih baik mempersiapkan

mental untuk menghadapi ujian dan lebih fokus pada materi soal, serta

meminimalisir aspek di luar diri.

2. Bagi keluarga, guru, dan teman, sebaiknya dalam memberikan dukungan

sosial secara optimal agar setiap siswa mampu menyelesaikan setiap masalah

dengan baik dan tingkat stres siswa menjelang ujian dapat berkurang.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dan ingin meneliti lebih jauh

tentang tingkat stres menjelang Ujian Nasional, dapat memperhatikan faktor

lain seperti tipe kepribadian, intelegensi, kebudayaan, status ekonomi, kondisi

fisik, strategi coping, dan faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres.

Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tingkat stres yang dialami siswa yang

tidak lulus UN.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia.

Chaplin, J. P. 1979. Dictionary of Psychology. New York: Del.

Cohen, S., and Syme, L. S. 1985. Social Support and Health. New York:

Academic Press, Inc.

Cormier, SID. 1995. Apakah Saya Normal?. Jakarta: Abdi Tandur.

Darmadji, M. L. P. 1996. Hubungan antara Optimisme dan Dukungan Sosial

dengan Stres pada Siswa Sekolah Penerbang TNI-AU di Yogyakarta.

Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Evans, G. W. 1982. Environmental Stress. Cambridge: Cambridge University

Press.

Gusniarti, U. 2002. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Tuntutan dan

Harapan Sekolah Dengan Derajat Stres Siswa Sekolah Plus. Pskologika,

13, 53-68.

Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi

Penderita Dewasa Pascastroke. Anima, Vol. 17, No. 2, 107-119.

Johnson, D. W. and Johnson, F. P. 1991. Joining Together Group Theory and

Group Skills. 4th

ed. USA: Prentice Hall.

Korchin, S. J. 1976. Modern Clinical Psychology: Principles of Intervention in the

clinic and community. New York: Basic Books.

Kumolohadi, R. 2001. Tingkat Stres Dosen Perempuan UII Ditinjau dari

Dukungan Suami. Psikologika, 12, 29-42.

Kusumastuti, R. K. 2006. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan

Menjelang Batas Akhir Masa Studi pada Mahasiswa UII. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Rogers, C. R. 1987. Antara Engkau dan Aku. Jakarta: Gramedia.

Rohman, T. N., dkk. 1997. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout

pada Perawat Putri di Rumah Sakit Swasta. Psikologika, 4, 51-59.

Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology. New York: John Willey and Sons, Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun

2006 tentang Ujuian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007.

Ant. 2007. Ada Siswa Gagal Ikut Unas Karena Stres.

http://www.gatra.com/2007-04-17/artikel.php?id=103880

Puspita, Dewi. 2006. Anak Rentan Stres Hadapi Ujian.

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=22846

Taryani, 2007. Siswa Banyak yang Stres.

http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=31545&ik=5

http://www. Kedaulatanrakyat-online.co.id/news/0601/28

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=170488

IDENTITAS PENULIS

Nama : Hindun

Alamat : Jl. Ketepeng Gg. H. Usman No.17 RT 05/ RW 02 Desa

Pepedan Kec. Dukuhturi Kab. Tegal 52192

No Telp : 0283 359874 Hp: 081328550688