129

Click here to load reader

NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

  • Upload
    vuongtu

  • View
    278

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM(Suntingan Teks dan Analisis Isi)

SKRIPSI

Diajukanuntuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

YUSI LESTARINIM. 13420048

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAHPALEMBANG

2018

Page 2: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

i

HALAMAN PENGESAHAN

Page 3: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang disusun oleh Yusi Lestari, NIM. 13420048 telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Palembang, Mei 2018Pembimbing I,

Dr. Endang Rochmiatun, M.Hum.NIP. 19700727 199703 2 005

Palembang, Mei 2018Pembimbing II,

Dr. Nyimas Umi Kalsum, M.Hum.NIP. 19750715 200710 2 003

Page 4: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

iii

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi SaudariYusi Lestari

Kepada Yth.Dekan Fakultas Adab danHumanioraUIN Raden Fatah PalembangDi –

Tempat

Assalamu’alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi

terhadap naskah skripsi yang berjudul: “NASKAH AQIDATU al AWĀM

(Suntingan Teks dan Analisis Isi)”

Yang ditulis oleh:

Nama : Yusi Lestari

NIM : 13420048

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Raden Fatah Palembang untuk diujikan dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Humaniora dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Palembang, Mei 2018

Pembimbing I

Dr. Endang Rochmiatun, M.Hum.NIP. 19700727 199703 2 005

Page 5: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

iv

NOTA DINAS

Perihal : Skripsi SaudariYusi Lestari

Kepada Yth.Dekan Fakultas Adab danHumanioraUIN Raden Fatah PalembangDi –

Tempat

Assalamu’alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi

terhadap naskah skripsi yang berjudul: “NASKAH AQIDATU al AWĀM

(Suntingan Teks dan Analisis Isi)”

Yang ditulis oleh:

Nama : Yusi Lestari

NIM : 13420048

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan ke Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Raden Fatah Palembang untuk diujikan dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Humaniora dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Palembang, Mei 2018

Pembimbing II

Dr. Nyimas Umi Kalsum, M.Hum.NIP. 19750715 200710 2 003

Page 6: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi; dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palembang, Mei 2018Yang menyatakan,

Materai 6000

Yusi LestariNIM. 13420048

Page 7: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ILMU itu lebih baik dari pada harta. ILMU menjaga engkau

dan engkau menjaga harta. ILMU itu penghukum (hakim) dan

harta itu terhukum”

(Ali Bin Abi Thalib)

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Kedua Orang tuaku tercinta yang telah memberikan

banyak dukungan baik materil maupun moril (Bapak

Yusrobi dan Ibu Hamima)

2. Guru-guruku Ustd. Abdul Rasyid, Dr. Noer Huda. M.A.

Dr Endang Rochmiatun, M.Hum, Dr Nyimas Umi

Kalsum yang telah mengarahkanku dan memotivasiku.

3. Untuk keluarga dan saudara-saudaraku yang tersayang

4. Untuk Calon imamku (Syaipul Hidayat) yang selalu

mendukung, menemani dan memberikan semangat

motifasi sekaligus menjadi sahabat terbaik saya

5. Sahabat-sahabat saya Yulia Febrina, Tessa Paramita,

Meti Lestari, Teti Ardila, Nadila Amelia, Pebriansyah,

Sudirman, serta seluruh teman SPI Angkatan 2013

6. Almamater kutercinta, UIN Raden Fatah Palembang

KATA PENGANTAR

Page 8: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

vii

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, dan ucapan Alhamdulillah atas selesainya

skripsi ini, karena berkat karunia dan pertolongan dari Allah SWT sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Naskah Aqidatu al Awām (Suntingan

Teks dan Analisis Isi)” yang dipergunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Humaniora. Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa

tercurah kepada suri tauladan, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para

sahabat dan pengikut yang selalu istiqomah di jalan-Nya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, petunjuk, saran,

keterangan dan data yang diberikan, mungkin skripsi ini belum terselesaikan. Oleh

karena itu, sudah sepatutnya apabila pada kesempatan ini penulis megucapkan banyak

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Drs. H. M. Sirozi, M. A., Ph. D., selaku Rektor UIN Raden Fatah

Palembang.

2. Dr. Nor Huda Ali M.Ag, MA., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humanira

UIN Raden Fatah,

3. Pembimbing I saya Dr. Endang Rochmiatun, M.Hum yang sudah membaca,

mengevaluasi dan memberikan masukan kepada tulisan ini; serta kepada Dr.

Nyimas Umi Kalsum, M.Hum selaku Pembimbing IIsaya, yang telah turut

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, sehingga

karya ini dapat terselesaikan.

4. Para dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang sudah memberikan ilmu

selama menempuh Program Strata I.

Page 9: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

viii

5. Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Kemas Haji Andi Syarifuddin

selaku pemilik naskah dan pengurus Masjid Agung Palembang yang bersedia

memberikan data dan informasi terkait objek penelitian.

6. Teman-temann seperjuangan, terutama kepada teman-teman sekelas Sejarah

Peradaban Islam (SPI B) Angkatan 2013. Mereka adalahYulia Pebriana, Tessa

Paramita, Syaipul Hidayat, Pebriansyah, Ana Laila, Nia Sulistiana, Sudirman,

Zulkipli, FikriRiyanto, M.Irhkam, Meta Syaputra.

Tentu saja masih banyak pihak lain yang harus mendapat ucapan terima kasih,

akan tetapi penulis tidak memungkinkan untuk menyebutkannya satu-persatu. Atas

segala kekurangan dan kesalahan sepenuhnya menjadi tanggung jawab

penulis.Semoga karya ini bermanfaat untuk semua, terutama untuk mahasiswa-

mahasiswa sejarah di Palembang.

Palembang, Mei 2018

Yusi LestariNIM. 13420048

Page 10: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................ii

NOTA DINAS PEMBIMBING........................................................................ iii

PENYATAAN KEASLIAN...............................................................................v

MOTTO DAN DEDIKASI............................................................................... vi

KATA PENGANTAR...................................................................................... viii

DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xi

ABSTRAK .........................................................................................................xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................6

C. Batasan Masalah ..................................................................................6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.........................................................7

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................8

F. Kerangka Teori ...................................................................................11

G. Metode Penelitian ...............................................................................13

H. Sistematika Penulisan.........................................................................19

BAB II: NASKAH ‘AQIDATU al-AWĀM

A. Inventarisasi Naskah...........................................................................20

B. Deskripsi Naskah................................................................................21

1. Judul Naskah..................................................................................21

2. Tempat Penyimpanan Naskah .......................................................22

3. Ukuran, Jumlah Halaman dan Baris dalam Naskah ......................24

4. Keadaan Naskah, Aksara dan Bahasa dalamNaskah .....................24

5. Kertas dan Cap Kertas“Watermark” Pada Naskah .......................25

6. Sejarah, Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal

Page 11: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

x

Penulisan Naskah...........................................................................26

C. Suntingan Teks ...................................................................................30

a. Pertanggungjawaban Transliterasi .................................................31

b. Transliterasi ...................................................................................33

BAB III: ANALISIS ISI NASKAH ‘AQIDATU al-AWĀM

A. Sifat-Sifat Allah SWT ......................................................................45

B. Sifat-Sifat Para Rasul Allah ............................................................. 55

C. 25 Rasul Allah..................................................................................57

D. Malaikat............................................................................................ 61

E. Kitab-Kitab Allah.............................................................................70

F. Hari Akhir ........................................................................................72

G. Kisah Nabi Muhammad SAW.......................................................... 76

H. Isra dan Mi’raj ..................................................................................90

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................93

B. Saran ................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab-Latin sesuai dengan SKB Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1997 dan No.0543 b/U/1987 Tertanggal 12

Januari 1988 sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Latin Huruf Keterangan

ا Alif _ Tidakdilambangkan

ب Bā’ B _

ت Tā’ T _

ث Ṡā’ Ṡ S dengantitik di atasnya

ج Jim J _

ح Ḥā’ Ḥ H dengantitik di bawahnya

خ Khā’ Kh _

د Dāl D _

ذ Żāl Ż Z dengantitik di atasnya

ر Rā’ R _

ز Zā’ Z _

س Sin S _

ش Syin Sy _

Page 13: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

xii

ص Ṣād Ṣ S dengantitik di bawahnya

ض Ḍād Ḍ D dengantitik di bawahnya

ط Ṭā’ Ṭ T dengantitik di bawahnya

ظ Ẓā’ Ẓ Z dengantitik di bawahnya

ع ‘Ain ‘ Komaterbalik di atasnya

غ Gain G _

ف Fā’ F _

ق Qāf Q _

ك Kāf K _

ل Lām L _

م Mim M _

ن Nūn N _

و Wāwu W _

ه Hā’ H _

ء Hamzah ‘ Apostrof

ي Yā’ Y _

Page 14: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

xiii

INTISARI

Program Studi Sejarah Peradaban IslamProgram Strata I Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Raden Fatah Palembang

Yusi Lestari. ‘Aqidatu al Awām (Suntingan Teks dan Analisis Isi)

xiii+94 halaman+lampiran

Skripsi ini berjudul naskah ‘Aqidatu al Awām (suntingan teks dan analisis isi).Berdasarkan hasil penelitian naskah ‘Aqidatu al Awām merupakan karangan dariSayyid Ahmad al Marzuqi al Maliki beliau lahir di Sinbath (Mesir) Pada Tahun 1205H/1791 M yang membahas tentang ketauhidan dalam hal aqidah ataukepercayaan/keyakinan kepada Allah. Keberadaan salinan naskah ‘Aqidatu al Awāmini ditemukan di Kota Palembang yang tersimpan pada ahli waris (Kemas Haji AndiSyarifuddin) sejak turun temurun dari keluarga. Dengan demikian dalam penelitianini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut, antara lain: (1) Apa isi teks naskah‘Aqidatu al Awām itu? (2) Apakah makna isi dari naskah ‘Aqidatu al Awām? Adapuntujuan penelitian terhadap naskah tersebut adalah (1) Untuk mengetahui isi teksnaskah ‘Aqidatu al Awām (2) untuk mengetahui makna isi dari ‘Aqidatu al Awām.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naskah tunggal(diplomatik). Adapun langkah-langkah dalam penelitian naskah tunggal diplomatikantara lain: inventarisasi naskah, deskripsi naskah, suntingan teks dan analisis isi.

Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah bahwa naskah ‘Aqidatual Awām ini merupakan naskah yang memberikan informasi masa lalu tentangkeyakinan. Hal yang menarik bagi peneliti dalam naskah ‘Aqidatu al Awām adalahbahwa naskah tersebut berisi pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang dijadikansebagai pijakan bagi kaum muslimin. Di dalamnya menjelaskan tentang keesaanAllah dan pembuktiannya tentang 20 sifat wajib bagi Allah. Adapun dalam naskahtersebut membahas tentang keyakinan kepada para utusan dan wahyu yangditurunkan kepada mereka dan semua merupakan isi dari ajaran yang terangkumdalam naskah ‘Aqidatu al Awām.

Kata kunci: Naskah,‘Aqidatu, al Awām, Palembang

Page 15: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Palembang adalah daerah yang memiliki peninggalan luar biasa banyaknya sebagai

penyumbang kekayaan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya prasasti-

prasasti kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 seperti prasasti Kedukan Bukit dan prasasti

Talang Tuwo yang ditemukan dekat Palembang, serta prasasti Kota Kapur dan

Karang Berahi yang ditemukan agak jauh dari Palembang. Prasasti-prasasti dari

kerajaan Sriwijaya ini semuanya ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Melayu

kuna. Di samping temuan-temuan arkeologis ini, warisan sejarah kebesaran masa

lampau Palembang ditemukan juga dalam wujud naskah-naskah (manuscript).1

Naskah-naskah yang tersimpan di Kota Palembang mempunyai pengetahuan

cakrawala yang lengkap mengenai masa lalu tentang sastra lama, historiografi,

ramuan, obat-obatan tradisional, kebiasaan, upacara keagamaan, tatakrama pergaulan

dan kehalusan tutur sapanya.2 Naskah-naskah tersebut bukan hanya tersimpan dalam

lembaga resmi seperti Museum Balaputa Dewa, Perpustakaan Sultan Mahmud

Badaruddin dan Perpustakaan Keraton Palembang. Namun ada juga naskah yang

menjadi koleksi pribadi, salah satunya adalah naskah ‘Aqidatu al Awām (1296 H)

karangan Syaikh As-Sayyid al-Marzuqiy koleksi Kemas Haji Andi Syarifuddin No.

1 Achadiati Ikram, Jati Diri Yang Terlupakan: Naskah-Naskah Palembang (Jakarta:YANASSA, 2004), h. 61.

2 Ibid., h. 61.

Page 16: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

2

105. Ia memiliki 67 naskah dan 40 kitab kuning. Naskah-naskah itu diperoleh dari

kakeknya yang menjabat sebagai penghulu kerajaan dan beralamat di Perpustakaan

Majelis Taklim Umariyah yang terletak di depan Masjid Raya Palembang.3

Naskah ‘Aqidatu al Awām merupakan naskah yang berupa syair menjelaskan

tentang keyakinan (Aqidah). Aqidah atau keyakinan merupakan suatu nilai yang

paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri,

bahkan melebihinya. Hal ini terbukti bahwa orang rela mati untuk mempertahankan

keyakinannya. Aqidah lebih mahal dari pada segala sesuatu yang dimiliki manusia.

Demikianlah yang kita alami dan kita saksikan dari segenap lapisan masyarakat, baik

yang masih primitif maupun yang sudah modern. Sesuatu yang terlanjur menjadi

keyakinan sangat sulit untuk ditinggalkan begitu saja oleh penganutnya walaupun

keyakinan tersebut dalam bentuk Takhayul atau Khurafat sekalipun.4

Kajian Aqidah banyak dibahas tentang keimanan dan hubungan seorang ‘Abid

(yang menyembah: hamba) dengan Ma'bud (Yang disembah: Allah), keimanan

kepada Rasul-rasul Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Qadha dan Qadar serta

Hari Kiamat. Salah satu kitab kuning yang membahas tentang Aqidah ini adalah

‘Aqidatu al Awām karya Sayyid Ahmad al-Marzuki al-Maliki, yang ditulis pada

tahun 1258 H. Selain itu dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Ali Ismail dengan

judul “Kajian Leksikal, Sintaksis, dan Semantik dalam Terjemahan Kitab ‘Aqidatual

Awām karya Syekh Ahmad Marzuki” di dalamnya menjelaskan bahwa kitab ‘Aqidatu

3Achadiati Ikram, Jati Diri Yang Terlupakan: Naskah-Naskah Palembang, h. 67.4Tgk. H.Z.A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah: Versi Salaf-Khalaf dan Posisi Asya’irah di

Antara Keduanya(Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 1

Page 17: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

3

al Awām ini merupakan kitab yang berbentuk Naẓam atau bait-bait yang berisi

tentang Aqidah Islam Ahlussunnah Wal Jamaah.5 Sesuai dengan namanya ‘Aqidatu

al Awām, yang berarti Aqidah untuk orang-orang Awām, kitab ini diperuntukkan bagi

umat Islam dalam mengenal ke-tauhid-an, khususnya tingkat permulaan (dasar).

Karena itu, isi dari kitab ini sangat perlu dan penting untuk diketahui setiap umat

Islam. Terlebih bagi mereka yang baru pertama mengenal Islam.

Naẓam ‘Aqidatu al Awām ini ditulis dalam bentuk syair (Naẓam). Di

dalamnya terdapat sekitar 57 bait syair yang berisi pengetahuan yang harus diketahui

setiap pribadi muslim. Naẓam‘Aqidatu al Awām ini berisi tentang sifat-sifat wajib dan

mustahil bagi Allah, sifat wajib dan mustahil bagi Rasul, nama-nama Nabi dan Rasul,

nama-nama Malaikat dan tugas-tugasnya.

Selain itu, di dalamnya juga dibahas tentang pentingnya mengenal nama-nama

keluarga dan keturunan Nabi Muhammad SAW dan perjalanan hidup beliau dalam

membawa ajaran Islam dan di dalamnya juga dijelaskan mengenai Isra’ Mi’raj. Di

sebagian masyarakat, materi dari Naẓam‘Aqidatu al Awām ini dikenal dengan sebutan

sifat 20. Begitu pentingnya kitab ini, Syekh Nawawi asy-Syafi'i, kemudian

memberikan syarah (keterangan dan penjelasan) tentang ‘Aqidatu al Awām ini dalam

kitabnya Nur al Ẓalam (penerang atau cahaya dalam kegelapan), mengenai

5http://ejournal.unikama.ac.id diakses pada 20 agustus 2017 pukul 08.00

Page 18: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

4

kandungan dari Naẓam tersebut. Syarah Nur al Ẓalam ini ditulis Syekh Nawawi

sekitar tahun 1277 H.6

Naẓam dari ‘Aqidatu al Awām ini dimulai dari kalimat:

والرحمن وبالرحیم دآئماإلحسانأبدأباسم

Abda'u bismi Allah wa al-Rahman wa bi al-Rahimi da'im al-Ihsani7

(saya memulai dengan nama Allah yang Pengasih dan yang senantiasa memberikan

kasih sayang tanpa pernah putus asa).

Fenomena sejarah lahirnya Naẓam‘Aqidatu al Awām ini dikisahkan pada

suatu ketika pengarang Naẓam (semoga Allah memberikan rahmat kepadanya)

bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Sedang para sahabat r.a sedang duduk

mengelilingi. Kemudian Beliau berkata pada pengarang Naẓam (Muhammad al-

Marzuqi al-Hasani): “Bacalah Mandhumah (susunan bait Syair) tauhid, barang

siapa hafal mandhumah itu akan masuk surga dan akan memperoleh kebaikan yang

sesuai dengan al Qur’an dan as Sunnah”. Pengarang kembali bertanya : “Apa

Mandhumah itu ya Rosulullah?”, para sahabat ikut berkata : “dengarkan apa yang

dikatakan oleh Rasulullah SAW”. Rasulullah SAW berkata : “Ucapkanlah : saya

memulai dengan nama Allah dan nama Dzat Maha Pengasih”. Kemudian beliau

membaca ; “saya memulai dengan nama Allah dan nama Dzat yang Maha Pengasih”

hingga bait : “kitab nabi Khalil (Nabi Ibrahim) dan al-Kalim (Nabi Musa). Dalam

6Sufi_road_sufi_road_kitab Aqidatu al Awām_(pengenalan dan terjemahan) diakses dalambentuk pdf pada 17 juli 2017.

7Naskah ‘Aqidatu al Awām(1296 H)

Page 19: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

5

kitabsuci mereka terdapat kalam Dzat yang Maha Bijaksana lagi mengetahui”.

Rasulullah SAW mendengarkannya.

Saat Muhammad al-Marzuqi al Hasani bangun, beliau membaca apa yang

beliau lihat dalam mimpinya dalam keadaan hafal dari awal hingga akhir bait.

Kemudian beliau melihat Rasulullah SAW kedua kalinya yaitu waktu menjelang

subuh (sahur). Waktu itu Rasulullah SAW mengatakan : “bacalah apa yang engkau

kumpulkan dalam hatimu”. Kemudian pengarang membacanya dari awal hingga akhir

bait. Waktu itu dia sedang duduk di depan Rasulullah SAW dan para sahabat r.a.

duduk mengelilingi mengucapkan: “Amin” setiap bait dari mandzumah ini dibacakan.

Ketika beliau selesai membacanya, Rasulullah SAW berkata : “semoga Allah SWT

memberikan petunjuk padamu terhadap apa yang dia ridhoi dan menerima itu

semua, dan memberkatimu dan orang-orang mukmin, serta bermanfaat pada semua

hamba, Amin”. Ketika pengarang Naẓam ditanya mengenai Naẓam itu setelah diteliti

oleh ulama, dia menjawab pertanyaan mereka dan menambahkan isi Naẓam itu, mulai

dari perkataannya: “Dan setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW maka

konsekuensinya adalah pasrah dan menerima” hingga akhir bait dalam kitab.

Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji naskah ‘Aqidatu al

Awām di mana kitab ini berisi tentang pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang

dijadikan sebagai pijakan bagi kaum muslimin. Di dalamnya menjelaskan tentang

ilmu tauhid dan dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang ke-Esaan Allah

dan pembuktiannya. Naskah ‘Aqidatu al Awām ini juga membuktikan bahwa Kota

Page 20: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

6

Palembang adalah salah satu tempat penyimpanan hasil budaya masa lalu yang

berfungsi sebagai informasi bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa

masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini:

1. Apa isi teks naskah ‘Aqidatu al Awām itu?

2. Apakah makna isi dari naskah ‘Aqidatu al Awām?

C. Batasan Masalah

Selanjutnya batasan masalah merupakan batasan penelitian yang akan diteliti, untuk

memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, dengan tujuan mendapatkan

hasil uraian penelitian secara sistematis. Pembatasan yang dimaksud agar peneliti

tidak terjerumus ke dalam banyaknya data yang ingin diteliti.8 Adapun berdasarkan

rumusan masalah di atas, yang menjadi fokus dan batasan permasalahan pada

penelitian ini ialah penelitian hanya dilakukan di kota Palembang yaitu hanya fokus

kepada naskah ‘Aqidatu al Awām yang dimiliki oleh Kemas Haji Andi Syarifudin.

8 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam(Yogyakarta: Ombak, 2011), h.126.

Page 21: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, dalam peneltian Naskah ‘Aqidatu al Awām,

maka tujuan penelitian dan kegunaan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui isi teks naskah ‘Aqidatu al Awām.

2. Untuk mengetahui makna isi dari naskah ‘Aqidatu al Awām.

Sedangkan untuk kegunaan penelitian ini, diharapkan agar bisa menjadi

bagian dari ilmu pengetahuan bagi kita dan manfaat di dalam keseharian kita sebagai

masyarakat, diantaranya:

a. Bagi penulis, supaya penelitian ini menjadi bagian dari wahana pencapaian keilmuan

Di dalam membuat karya tulis ilmiah, dan menambah pengetahuan baru, sehingga

nantinya akan dapat di kembangkan pada masyarakat.

b. Secara teoritis, supaya hasil penelitian ini berguna dalam menambah wawasan dan

cakrawala berfikir tentang kajian naskah di kota Palembang, dan memberikan

kontribusi, terkait dengan naskah sebagai salah satu budaya khas kota Palembang.

c. Secara praktis, supaya hasil penelitian ini berguna untuk menggali dan memahami

naskah di Palembang, sehingga masyarakat dapat mencintai peninggalan masa lalu

yang bernilai tinggi di Palembang.

Page 22: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

8

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan unsur penting dari proposal penelitian, karena berfungsi

untuk menjelaskan posisi masalah yang akan diteliti di antara penelitian yang pernah

dilakukan peneliti lain dengan maksud untuk menghindari terjadinya duplikasi

(plagiasi) penelitian.9 Maka dibutuhkan tinjauan pustaka atau studi pustaka terhadap

kajian-kajian terdahulu. Studi atau kajian terdahulu tentang naskah dapat dinyatakan

masih langka, walaupun telah ada beberapa penelitian yang membahas tentang

naskah (manuskrip). Namun, pembahasannya masih belum tuntas secara

keseluruhan. Adapun beberapa penelitian tentang naskah ‘Aqidatu al Awām yang

telah dilakukan oleh para peneliti antara lain yaitu:

Melia Faizah skripsi tahun 2017 Fakultas Sastra Universitas Malang yang

berjudul “Muhassinat Lafziyah pada Nadzam ‘Aqidatu al Awām Asy-Syaikh As-

Sayyid Ahmad al-Marzuqi al-Maliki” dalam penelitiannya peneliti berkeinginan

untuk mengetahui unsur-unsur balaghah yang terdapat pada nadzam ‘Aqidatu al

Awām dari segi ilmu badi’ khususnya muhassinat lafziyah. Tujuan penelian ini adalah

untuk mengetahui muhassinat lafziyah dalam nadzam ‘Aqidatu al Awām serta

mengetahui macam jinas dan saja’ yang terdapat padanya. Metode penelitian yang

9 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora (Palembang:Fakultas Adab dan Humaniora, 2013), h. 19.

Page 23: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

9

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan sumber pokoknya adalah bait-bait yang

terdapat pada nadzam ‘Aqidatu al Awām.10

Kemudian Ali Ismail dalam JIP, Vol. 7 No. 1 Tahun 2017 dengan judul

“Kajian Leksikal, Sintaksis, dan Semantik dalam Terjemahan Kitab ‘Aqidatu al

Awām karya Syekh Ahmad Marzuki” penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang

menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan datanya menggunakan

teknik observasi teks. Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis yaitu

mampu menambah khasanah ilmu bidang linguistik dan untuk mempermudah

pemahaman terhadap kitab ‘Aqidatu al Awām.11

Selanjutnya Mukhamad Zainudin tesis tahun 2016 Program Pascasarjana UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Penerapan Metode Menghapal

‘Aqidatu al Awām dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Untuk Memantapkan Akidah

Siswa di MI Attaraqqie Malang” penelitian ini fokus pada penerapan metode

menghapal ‘Aqidatu al Awām untuk memantapkan akidah siswa, metode yang

diterapkan dalam memantapkan akidah dan membuat siswa senang belajar ‘Aqidatu

al Awām. Penelitian ini menggunakan kualitatif jenis studi kasus berupa

10 Melia Faizah, “Muhassinat Lafziyah pada Nadzam ‘AqidatuAwām Asy-Syaikh As-SayyidAhmad Al-Marzuqi Al-Maliki”, dalam Skripsi Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra UM(Malang: Fakultas Sastra UM, 2017). h. xi

11 Ali Ismail, “Kajian Leksikal, Sintaksis, danSemantik dalam Terjemahan Kitab ‘AqidatuAwām

Karya Syekh Ahmad Marzuki”, JIP Vol 7, No. 1 (Januari 2017), h. 85.

Page 24: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

10

rancangannya studi kasus dengan teknik pengumpulan data dilakukan yaitu

wawancara mendalam, observasi partisipan , dan dokumentasi.12

Penelitian Eny Setianingsih skripsi tahun 2013 Fakultas Tarbiyah dan Bahasa

IAIN Surakarta yang berjudul “Metode Pembelajaran Aqidah Melalui Syair dalam

Kitab ‘Aqidatu al Awām (Studi Pada Kelas II di Madrasah Diniyah Al-Istiqomah)

Pucangan, Kartasura, Sukoharjo” subyek penelitian ini adalah guru Aqidah Madrasah

Diniyah Al-Istiqomah. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi, analisa datanya menggunakan teknik analisis

interaktif.13

Berbeda dengan kajian sebelumnya yang dilakukan di tempat yang berbeda

dan tidak berbentuk tulisan tangan (manuscript) atau berupa cetakan/subcopy dari

naskah asli, peneliti di sini hanya memfokuskan penelitian terhadap naskah tulisan

tangan (manuscript)‘Aqidatu al Awām koleksi Kemas Haji Andi Syarifuddin tahun

1296 H (1878 M) yang ada di Kota Palembang, dengan cara menganalisis isinya

dengan menggunakan penelitian filologi yaitu dengan memaparkan makna yang

terkandung di dalamnya melalui suntingan teks yang dilakukan.

12 Mukhamad Zainudin, “Penerapan Metode Menghapal ‘AqidatuAwām dalam PembelajaranAkidah Akhlak Untuk Memantapkan Akidah Siswa di MI Attaraqqie Malang” dalam Tesis ProgramMagister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, (Malang: Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim,2016). h. vii.

13 Eny Setianingsih, “Metode Pembelajaran Aqidah Melalui Syair dalam Kitab ‘AqidatuAwām(Studi Pada Kelas II di Madrasah Diniyah Al-Istiqomah) Pucangan, Kartasura, Sukoharjo”, dalamSkripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (Surakarta: Fakultas Tarbiyah dan Bahasa IAIN Surakarta,2013), h. 1

Page 25: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

11

F. Kerangka Teori

Naskah atau manuskrip merupakan salah satu sumber primer paling otentik yang

dapat mendekatkan jarak antara masa lalu dan masa kini. Naskah menjanjikan, tentu

bagi mereka yang tahu cara membaca dan menafsirkannya, sebuah jalan pintas

istimewa untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah sosial kehidupan

masyarakat masa lalu.14 Sehingga demikian naskah tersebut menjadi objek penelitian

filologi karena naskah merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan

pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.15 Filologi adalah

pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas mencakup bidang bahasa, sastra,

dan kebudayaan. Perkembangan lebih lanjut, filologi ternyata hanya memperhatikan

makna kata dan berusaha untuk memurnikan teks dari kesalahan-kesalahan yang

terjadi dalam proses penyalinan.16

Menurut Nabilah Lubis dalam bukunya yang berjudul “Naskah Teks dan

Metode Penelitian Filologi” menjelaskan bahwa Filologi berasal dari bahasa Yunani

yaitu “Philos” yang berarti “cinta” dan“logos” diartikan “kata”. Pada kata filologi

kedua kata tersebut membentuk arti “cinta kata” atau “ senang bertutur”. Arti ini

kemudian berkembang menjadi “senang belajar” atau “senang kebudayaan”.17

14 Oman Fathurahman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia (Jakarta: Badan Litbang dan DiklatPuslitbang Lektur Keagamaan kementrian Agama Islam, 2010), h. 3.

15 Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian danpublikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1994), h. 55.

16Nabila Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa danSastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 14.

17Ibid., h. 15

Page 26: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

12

Sesuai dengan judul yang diangkat tentang “Naskah ‘Aqidatu al Awām

(Suntingan Teks dan Analisis Isi)” maka perlu dijelaskan mengenai teori Aqidah.

Aqidah menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ialah suatu kepercayaan dan

keyakinan.18 Aqidah secara bahasa adalah ikatan, sangkutan. Secara istilah adalah

kepercayaan, keyakinan atau keimanan.19 Aqidah yang diambil dari kata dasar “al-

‘aqdu” yaitu ar-rabth yang berarti (ikatan) dan merupakan lawan kata dari al-hallu

(penguraian atau pelepasan). Menurut Abdullah Bin Abdul Hamid Al-Atsari seorang

(ahli sunnah wal jama’ah) mengatakan Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada

keraguan pada seorang untuk mengambil keputusan.20 Pengertian Aqidah dalam

agama maksudnya adalah yang berkaitan dengan keyakinan, seperti Aqidah dengan

adanya Allah dan diutusnya para rasul. Sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah

dalam firman-Nya:

Artinya: “dan sesungguhnya telah kami utus kepada setiap umat seorang

Rasul yang menyerukan ‘ sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain

Allah” (QS. An Nahl: 36)

Aqidah atau keyakinan merupakan suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil

bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Hal ini

terbukti bahwa orang rela mati untuk mempertahankan keyakinannya. Aqidah ialah

18 Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Agung, tt), h. 21.19 Ohan Sudjana, Fenomena Aqidah Islamiyah (Jakarta: Media Da’wah, 2000), h. 120 Imron, Pengantar Ilmu Kalam (Palembang: Noerfikri, 2014), h. 12.

Page 27: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

13

kepercayaan dan keyakinan akan wujud Allah SWT dengan segala firman-Nya dan

kebenaran Rasulullah (Muhammad) SAW dengan segala sabdanya. Firman-firman

(wahyu) Allah itu terkumpul dalam kitab suci samawi (Taurat, Zabur, Injil dan al-

Qur’an).21 Setelah turunnya al-Qur’an semua kitab-kitab samawi lainnya dinyatakan

tidak berlaku lagi. Pasca al-Qur’an tidak ada kitab suci lainnya, sebagaimana tidak

ada lagi nabi dan rasul pasca Muhammad SAW.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bagaimana teori tersebut sangat berguna

untuk penelitian ini. Karena, makna aqidah yang terkandung dalam naskah ‘Aqidatu

al Awām adalah kandungan akan ke-Esaaan Allah untuk meyakinkan umat Muslim

akan sifat-sifat-Nya dan meyakini adanya utusan-utusan Allah SWT dan hal itu sesuai

dengan definisi dari aqidah itu sendiri.

G. Metode Penelitian

Istilah ‘metode penelitian’ terdiri dari dua kata, metode dan penelitian. Metode

berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan untuk

mencapai sasaran atau tujuan dalam pemecahan suatu permasalahan.22 Kata yang

mengikutinya adalah penelitian yang berarti suatu usaha untuk mencapai sesuatu

dengan metode tertentu, dengan cara hati-hati, sistematik dan sempurna terhadap

21 Tgk. H.Z.A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah: Versi Salaf-Khalaf dan Posisi Asya’irah di AntaraKeduanya (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 4.

22 ABD Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta:Ombak, 2011), h. 40.

Page 28: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

14

permasalahan yang dihadapi. Jadi metode penelitian adalah suatu cara dalam hal

pemecahan terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian filologi untuk

mendeskripsikan secara jelas mengenai naskah dan isi dari naskah ‘Aqidatu al Awām.

Filologi merupakan pengetahuan sastra-sastra dalam arti luas mencakup bidang

bahasa, sasta, dan kebudayaan. Filologi juga merupakan ilmu yang menyelidiki

perkembangan kerohanian suatu bangsa dan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya.

Dalam penelitiannya, filologi memperhatikan makna kata dan berusaha untuk

memurnikan teks dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam poses penulisan.

Adapun langkah-langkah penelitian filologi antara lain adalah:

1. Inventarisasi Naskah

Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan

pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah

naskah dengan judul yang sama dimanapun berada, di dalam maupun di luar Negeri,

museum-museum dan lain-lain.23 secara sederhana, inventarisasi naskah dimaksudkan

sebagai upaya secermat-cermatnya dan semksimal mungkin untuk menelusuri dan

mencatat keberadaan naskah yang memuat salinan teks yang akan kita kaji. Beberapa

cara dapat dilakukan untuk menelusuri naskah yang memuat salinan dari naskah yang

sudah kita pilih, antara lain melalui buku-buku yang mengupas tentang naskah

terkait, artikel-artikel di jurnal, publikasi atau karya tulis yang lain, dan penelusuran

23Nabila Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa danSastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 64.

Page 29: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

15

terhadap naskah milik perorangan.24 Sedangkan naskah ‘Aqidatu al Awām ini penulis

dapat dari Bapak Andi Syarifudin selaku pemilik naskah ini. Penulis dapat meminjam

naskah asli tersebut dengan beliau untuk mengukur kertas dan mengetahui kondisi

naskah tersebut.

2. Deskripsi Naskah

Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah melakukan

deskripsi naskah. Deskripsi naskah adalah memaparkan atau menggambarkan dengan

kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah yang diteliti. Setiap naskah yang

diperoleh diuraikan dengan cara terinci, teratur dan seterusnya. Informasi yang dicatat

itu selain yang telah ada di dalam katalogus, ditambah lagi dengan gambaran tentang

keadaan fisik naskah, kertasnya apakah terdapat tanda pabrik pembuat kertas yang

disebut “watermark” dan catatan lain mengenai naskah.25

3. Suntingan Teks

Suntingan teks adalah sebuah edisi teks, yang merupakan keluaran (output) dari tahap

ini, idealnya merupakan teks yang telah diverifikasi (al-nass al-muhaqqaq) melalui

tahapan-tahapan penelitian filologis, judul, dan pengarangnya (jika ada) sudah

dianggap valid, dan bacaannya pun sudah dianggap paling dekat dengan versi yang

pertama kali ditulis oleh sang pengarang.26 Secara umum penyuntingan teks dapat

24Oman Faturrahman,Filologi Indonesia, Teori danMetode (Jakarta: PRENADAMEDIAGROUP, 2015), h. 74.

25Nabila Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi, h. 66.26Oman Fathurahman, Filologi Indonesia: Teori dan Metode (Jakarta: PRENADAMEDIA

GROUP, 2015), h. 88.

Page 30: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

16

dibedakan dalam dua hal, pertama penyuntingan naskah tunggal, dan kedua

penyuntingan naskah jamak atau lebih dari satu naskah.

Penyuntingan naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua metode, yakni

metode standar dan metode diplomatik. Penyuntingan naskah jamak yaitu metode

gabungan dan metode landasan.27 Pada bagian ini peneliti menggunakan metode

penelitian naskah tunggal edisi diplomatik karena metode ini paling murni yaitu suatu

cara meroproduksi teks sebagaimana adanya tanpa ada perbaikan atau perubahan

editor dan naskah asli direproduksi secara fotografis28 dengan menggunakan metode

tersebut penulis dapat mendeskripsikan secara jelas naskah yang diteliti tersebut.

Pada sub bab suntingan teks akan disajikan sesuai keadaan naskah dan kata-

kata dalam suntingan teks yang menunjukan ciri khas bahasa lama ditulis

sebagaimana adanya, tidak akan diperbaiki dan disesuaikan dengan bahasa yang

berlaku sekarang. Berikut ini adalah bagian-bagian dari suntingan teks antara lain:

1) Pertanggung jawaban Transliterasi

Untuk melakukan suntingan, penulis menggunakan beberapa tanda sebagai pedoman

dalam melakukan suntingan, ini harus dilakukan secara konsisten. Adapun pedoman

yang digunakan penulis antara lain:

a. Edisi teks disesuaikan dengan pedoman transliterasi Arab-Latin

berdasarkan keputusan menteri agama dan menteri pendidikan dan

kebudayaan RI nomor. 158 tahun dan nomor : 0543 b/u/1987.

27Ellyana G. Hinta, Tinilo Pa’ito Naskah Puisi Gorontalo Sebuah Kajian Filologis (Jakarta:Djambatan, 2015), h. 22-23

28 Nabila Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi, h. 88

Page 31: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

17

b. Perbaikan teks meliputi penggantian, penambahan dan penghapusan bacaan

yang dianggap menyimpang. Bagian bacaan yang dihapus diletakkan

dalam aparat kritik supaya tidak mengganggu kelangsungan teks.

c. Dalam suntingannya, digunakan beberapa tanda, yaitu:

/ : untuk menandai pindah baris

// : dua garis miring untuk pindah halaman

(...) : untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami

korup/rusak.

{...}: untuk menandai ayat-ayat al-Qur’an

d. Kata ulang yang tertulis dengan angka 2 (dua) dalam teks akan

ditransliterasikan sesuai dengan EYD bahasa Indonesia, seperti: tiap2

menjadi tiap-tiap, dan lain sebagainya.29

2) Transliterasi

Transliterasi ialah penggantian huruf atau pengalihan huruf demi huruf dari

satu abad ke abad lainnya. Misalnya huruf Arab-Melayu ke huruf Latin. Transliterasi

ialah perubahan teks satu ejaan ke ejaan lain. Misalnya, naskah-naskah yang tertulis

dengan huruf latin dengan memakai ejaan lama diubah ke dalam ejaan yang berlaku

sekarang (EYD). Dalam penelitian naskah dan terjemahannya diusahakan agar

tercermin aspirasi sebuah teks dalam lingkungannya, dan memberikan informasi yang

relevan untuk pengetahuan tentang sejarah masa itu.30

29Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013),h. 78.30Ibid,. h. 79.

Page 32: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

18

4. Analisis Isi Teks

Analisis isi adalah penjelasan yang terkandung dalam teks suatu naskah kemudian

ditelaah dan dijelaskan kembali menurut pemahaman dan kemampuan yang penulis

miliki, bahwa naskah tersebut menjelaskan masalah yang seperti apa dan apa maksud

dari isi naskah tersebut. Karena nantinya kajian tentang naskah ‘Aqidatu al Awām

ini dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan.

Page 33: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

19

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian yang berjudul “Naskah ‘Aqidatu al Awām

(Suntingan Teks dan Analisis Isi)” terdiri dari empat bab, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab I Merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang,

Rumusan Masalah dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Menjelaskan tentang suntingan teks naskah ‘Aqidatu al Awām terdiri

dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, dan suntingan teks.

Bab III Membahas tentang isi teks naskah ‘Aqidatu al Awām menjelaskan

tentang analisis isi yang terkandung di dalamnya.

Bab IV Bagian akhir dari kajian ini adalah penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran-saran.

Page 34: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

20

BAB II

NASKAH ‘AQIDATU al AWĀM

A. Inventarisasi Naskah

Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan

pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah

naskah dengan judul yang sama di manapun berada, di dalam maupun di luar

Negeri.31 Naskah dapat dicari melalui katalogus perpustakaan-perpustakaan besar

yang menyimpan koleksi naskah, museum-museum dan lain-lain.32

Pada tahap inventarisasi ini penulis akan menjelaskan data yang diperoleh dari

naskah yang berjudul ‘Aqidatu al Awām naskah ini merupakan naskah turun temurun

dari keluarga Bapak Kemas Haji Andi Syarifuddin yang beralamat di Jalan Fakih

Jalaluddin No. 105. Palembang.

Naskah ‘Aqidatu al Awām yang bertuliskan tahun 1296 H/1878 M ini

merupakan naskah tunggal, karena setelah penulis meneliti dan mencari melalui

katalog-katalog naskah, perpustakaan-perpustakaan, dan museum-museum penulis

tidak menemukan naskah yang berjudul ‘Aqidatu al Awām tahun 1296 H/1878 M di

Kota Palembang kecuali milik Bapak Kemas Haji Andi Syarifuddin dan naskah ini

ditulis menggunakan aksara Arab Melayu. Sejauh ini dari penelitian yang dilakukan

belum terdata ada yang meneliti naskah tersebut untuk dijadikan skripsi.

31 Nabila Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasadan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 64-65.

32 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013),h. 60.

Page 35: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

21

B. Deskripsi Naskah

Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah melakukan

deskripsi naskah, yakni melakukan identifikasi baik terhadap kondisi fisik naskah, isi

teks, maupun identitas kepengarangan dan kepenyalinan dengan tujuan untuk

menghasilkan sebuah deskripsi naskah dan teks secara utuh.33 Dalam tahap

mendeskripsikan naskah ‘Aqidatu al Awām, naskah tersebut dijelaskan menggunakan

kodikologi atau Manuscript Description ilmu tentang pernaskahan yang menjaring,

mempelajari seluk-beluk semua aspek fisik naskah, antara lain bahan, umur, tempat

penulisan dan perkiraan penulisan penulis naskah.34 Ditambah lagi dengan gambaran

fisik naskah, kertasnya apakah terdapat tanda pabrik pembuatan kertas yang disebut

“watermark”.35 Selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap naskah ‘Aqidatu al

Awām sebagai berikut:

1. Judul Naskah

Setelah dilakukan pencarian terhadap teks naskah bahwasannya naskah tesebut

memiliki judul ‘Aqidatu al Awām, judul tersebut terdapat pada halaman akhir dan

ditulis menggunakan aksara arab melayu secara jelas.

33 Oman Faturrahman,Filologi Indonesia, Teori danMetode (Jakarta: PRENADAMEDIAGROUP, 2015), h. 77.

34 Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian danpublikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1994), h. 56.

35 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan,h. 78.

Page 36: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

22

Gambar 1 :(judul yang terdapat pada naskah)

2. Tempat Penyimpanan Naskah

Tempat penyimpanan naskah merupakan hal terpenting terhadap kondisi

naskah itu sendiri. Naskah-naskah Nusantara banyak tersimpan di berbagai negara.

Selain Indonesia, tidak kurang dari 26 negara lainnya yang menyimpan naskah-

naskah sastra lama kita, yaitu Malaysia, Singapura, Brunei, Srilanka, Thailand, Mesir,

Amerika Serikat, Afrika Selatan, Negeri Belanda, Inggris, Australia, Irlandia, Swedia,

Swiss, Denmark, Norwegia, Polandia, Cekoslowakia, Spanyol, Prancis, Italia, Jerman

Barat, Jerman Timur, Belgia dan Rusia.36 Sedangkan di dalam negeri naskah-naskah

Nusantara banyak disimpan di museum, perpustakaan-perpustakaan lembaga

kebudayaan dan masih banyak lagi yang tersebar di masyarakat pemiliknya (milik

perorangan atau ahli waris dari generasi ke generasi).

36 Hendri Chambert Loir dan Oman Fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan KoleksiNaskah-Naskah Indonesia Sedunia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 195.

‘Aqidatu al Awām

Page 37: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

23

Sebagian besar naskah di Palembang saat ini tersimpan sebagai koleksi

pribadi masyarakat. Naskah-naskah itu sebagian besar merupakan harta warisan yang

diterima secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tempat penyimpanan

naskah-naskah yang ada pada ahli waris di Palembang tersebut berada di rumah

pribadi. Cara menyimpannya yang beragam, mereka merawat naskah dengan bungkus

kain, diletakkan pada pelapon, kotak kayu, lemari dan lain-lain sebagainya.37

Gambar 2 :(tempat penyimpanan naskah‘Aqidatu al Awām)

Naskah ‘Aqidatu al Awām ini merupakan koleksi dari Bapak Kemas Haji

Andi Syarifuddin yang beralamat di Jalan Fakih Jalaluddin No. 105. Palembang,

beliau menyimpan koleksi naskah miliknya sama seperti cara merawat naskah seperti

37 Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, artikel diaksespada 17Juli2017 dari http://www.kumpulannaskah-naskahdipalembang.mit.edu90/index.html.

Page 38: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

24

umumnya yaitu dengan menyimpannya di dalam lemari bertingkat dan dirawat secara

tradisional dengan cara diberi kapur barus dan dibungkus kain.38

3. Ukuran, Jumlah Halaman dan Barisdalam Naskah

Setiap naskah memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan bagaimana

tulisan yang ditorehkan khususnya Sumatera Selatan.39 Pengukuran dimulai dari

lipatan halaman atau panjang halaman baru kemudian lebar halaman.40 Naskah

‘Aqidatu al Awām koleksi Kemas Haji Andi Syarifuddin setelah diukur dengan

menggunakan alat ukur, naskah ini memiliki ukuran Panjang 23,5 cm dan Lebar 16,7

cm dengan ketebalan 0,2 cm dan mempunyai 10 halaman dengan jumlah baris dalam

tiap halaman berjumlah 5-6 baris.41

4. Keadaan Naskah, Aksara dan Bahasa dalam Naskah

Keadaan atau kondisi naskah baik buruknya harus diutarakan, tanpa

mendominasi satu pihak dan juga tidak memberi komentar kalau keadaan naskah baik

ataupun buruk.42 Kondisi keadaan naskah ‘Aqidatu al Awām koleksi dari Bapak

Kemas Haji Andi Syarifuddin ini masih bagus dan dapat terbaca dengan jelas

tulisannya, hanya saja ada beberapa kata yang sudah kabur/tak dapat terbaca karena

ada coretan yang disebabkan oleh anak kecil dan belum ada yang sobek atau rusak

38 Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Bapak Kemas Haji Andi Syarifuddin,Palembang, 14 September 2017

39 Hendri Chambert Loir dan Oman Fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan KoleksiNaskah-Naskah Indonesia Sedunia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 196.

40 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia (Depok: Fakultas SastraUniversitas Indonesia, 1994), h. 37.

41Naskah ‘Aqidatu al Awām dilakukan pengukuran dan penghitungan tanggal 14 September2017, pukul 17.00 dirumah Kemas Haji Andi Syarifuddin yang beralamat di Jalan Fakih JalaluddinNo. 105. Palembang

42 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h.41.

Page 39: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

25

sama sekali kertasnya. Selanjutnya Bahasa yang digunakan dalam naskah adalah

Bahasa Arab dengan Aksara Melayu dan Bahasa dengan Aksara Arab dan Bahasa

dengan Aksara Melayu.

5. Kertas dan Cap Kertas “Watermark”padaNaskah

Kertas (paper) adalah salah satu alas naskah yang paling banyak digunakan

untuk menulis manuscrip. Melihat asal usul katanya dalam Bahasa Inggris (paper)

kata ini bisa jadi memiliki akar hubungan dengan (papyrus) yang merupakan bahan

tulis asal Mesir Kuno.43 Kertas yang digunakan dalam pembuatan naskah yang

berjudul ‘Aqidatu al Awām ini menggunakan kertas hasil produksi pabrik Eropa yang

sudah berwarna kuning kecoklatan, dan terdapat cap kertas “Watermark”.

Dunia penaskahan di Nusantara kertas yang paling banyak digunakan berasal

dari Eropa, salah satu ciri ketas Eropa umumnya mengandung cap kertas

“Watermark”.44Cap kertas biasanya adalah semacam gambar pada kertas yang dapat

kita lihat dengan nyata, jika kita lihat di tempat yang ada sinar matahai atau lampu.

Mengingat cap kertas adalah tanda yang terbuat secara otomatis pada alat pembuat

kertas, maka letak asalnya tidak berubah, yakni berada di tengah-tengah separuh

kertas palno (sheet).45

43Oman Fathurahman, Filologi dan Islam Indonesia (Jakarta: Pustitbang Lektur Keagamaan,2010), h. 50.

44Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan, h. 54.45Oman Fathurahman, Filologi dan Islam Indonesia, h. 54.

Page 40: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

26

Gambar 3 :(cap kertas “Watermark”dalam naskah)

Berdasarkan hasil dari pengamatan cap kertas yang dilakukan pada naskah,

terdapat gambar tameng atau perisai dan huruf VG yang merupakan singkatan dari

nama (Van Gangelt). Menurut buku Watermark In Paper (1985 M) yang dikarang

oleh W.A. Churchill gambar tersebut termasuk dalam kelompok watermark

Amsterdam tahun 1670 M.46

6. Sejarah, Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal Penulisan Naskah

Saat ini diketahui bahwa kitab-kitab terjemahan banyak dijumpai dalam bentuk

manuskrip di samping ada juga yang berbentuk cetakan. Naskah-naskah terjemahan

yang ditulis oleh para ulama dan kemudian disalin oleh para penyalin berikutnya itu

46 W.A. Churchill, Watermark In Paper, Menno Hertzberger Antiquariaat: Amsterdam, 1985,h. VIII

Page 41: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

27

merupakan buah dari proses saling silang hubungan keilmuan Islam, yang tejadi

antara ulama Melayu Indonesia dengan para ulama dari Timur Tengah. Bangkitnya

“Kubu Islam” di dunia melayu ini tidak bisa lepas dari dibangun Kesultanan

Palembang pada awal abad 17 M, dimana sejak awal para sultannya telah mulai

menunjukkan minat yang khusus pada bidang keagamaan dan senantiasa mendorong

tumbuhkembangnya ilmu pengetahuan dan banyak bergaul dengan para ulama Timur

Tengah menjelang pertengahan abad 17 M.

Dalam konteks keilmuan Islam di dunia melayu, Palembang pernah menjadi

salah satu pusat tumbuh suburnya berbagai pengetahuan, baik yang berhubungan

dengan sastra maupun agama. Di antara fakta-fakta yang ada adalah hal yang

berhubungan dengan berbagai terjemahan para ulama yang dijumpai dari periode

abad 18 M hingga awal abad 19 M, salah satunya ialah naskah ‘Aqidatu al Awām

milik Kemas Haji Andi Syarifuddin yang didapatnya melalui warisan keturunan.

Kitab ‘Aqidatu al Awām (aqidah untuk orang-orang awam) ini sekarang banyak

diajarkan di Pesantren dan Majlis Ta’lim karena merupakan dasar ilmu ketauhidan

yang harus dipahami oleh setiap muslim, dan hal ini tidak hanya terjadi di Kota

palembang tapi hampir seluruh masyarakat Nusantara.

Selanjutnya nama penulis atau nama penyalin, tempat dan tanggal penulisan

biasanya dapat dicari pada kolofon naskah.47 Kolofon adalah catatan penulis,

umumnya pada akhir naskah, berisi keterangan mengenai tempat, waktu dan

47 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 40.

Page 42: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

28

penyalinan naskah.48 Namun, tidak setiap naskah terdapat nama pengarang dan

penyalin dalam teksnya. Seperti pada naskah ‘Aqidatu al Awām koleksi dari Bapak

Kemas Haji Andi Syarifuddin ini peneliti menemukan kolofon yang dapat

menginformasikan waktu penulisan saja yaitu tahun 1296 H/1887 M.

Nama dari penyalin naskah itu sendiri tidak disebutkan, hanya saja diketahui

bahwasannya pengarang asli dari ‘Aqidatu al Awām ialah Sayyid Ahmad al Marzuqi

al Maliki, nama lengkap beliau adalah Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayyid

Ramadhan Mansyur bin Sayyid Muhammad al-Marzuqi al-Hasani beliau lahir di

Sinbath (Mesir) pada tahun 1205 H/ 1791 M. Di antara guru-gurunya Adalah Syekh

al-Kabir Sayyid Ibrahim al-‘Ubaidi yang pada masanya adalah sosok yang

konsentrasi di bidang Qira-ah al-‘Asyarah dan diantara murid-murid beliau adalah

Syekh Ahmad Dahman (1260 H-1345 H), Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232H-1304

H), Syekh Thahir al-Takruni, dan lainnya. Beliau sepanjang waktu bertugas mengajar

Masjid Mekkah karena kepandaiannya Syekh Ahmad Marzuqi diangkat menjadi

Mufti Madzhab al-Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat

pada tahun 1261 H/ 1845 M. Syekh Ahmad Marzuqi juga terkenal sebagai seorang

pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Al Fauzi.49 Salah satu karya beliau yang

sangat fenomenal ialah ‘Aqidatu al Awām sebuah ringkasan ilmu kalam mengupas

tentang tauhid untuk dijadikan acuan bagi orang awam.

48 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan,h. 57.49 https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/syaikh-ahmad-al-

marzuqi-al-hasanidiakses pada hari kamis 22 maret 2018

Page 43: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

29

Beberapa karya lain beliau yakni Tahsil Nail al-Maram Li Bayan Manzumah

Aqidatul Awam (1326 H), Bulugh al-Maram Li Bayan Alfadz Maulid Sayyid al-

Anam Fi Syarh Maulid Ahmad Al-Bukhari (1282 H), Bayan Al-Ashli Fi Lafdz Bi

Afdzal, Tafsil al-Ad-Han Ala Matan Taqwim al-Lisan Fi Al-Nahwi Li al-Khawarizmi

al-Baqali, Al-Fawaid al-Marzuqiyah Al-Zurmiyah, Mandzumah Fi Qawaid al-Sharfi

Wa al-Nahwi dan Matan Nazam Fi Ilm al-Falak.

Keberadaan naskah ‘Aqidatu al Awām di Kota Palembang tersimpan pada ahli

waris (Kemas Haji Andi Syarifuddin) sejak turun temurun dari keluarga. Akan tetapi,

mengenai kapan naskah tersebut berada di Palembang ahli waris Kemas Haji Andi

Syarifuddin tidak bisa memberikan data dan penjelasan lebih lanjut. Selain itu tidak

ada data yang menyebutkan tentang sejarah keberadaan naskah itu di Kota

Palembang. Namun, menurut peneliti ini karena adanya kontak antar ulama berupa

kontak keilmuan.

Maka kemudian peneliti tertarik untuk mengkaji kembali tentang sejarah

pendidikan Islam pada abad 18 M sampai awal abad 19 M ini yang bertujuan

mengungkap sejarah keberadaan naskah tersebut di Kota Palembang. Maka

ditemukan penjelasan bahwasannya dikatakan bahwa ‘Aqidatu al Awāmmerupakan

dasar ilmu ketauhidan yang wajib diketahui setiap umat Muslim.

Page 44: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

30

Selanjutnya peneliti hanya mendapati teks yang berupa tulisan pada bagian

akhir naskah, yang isi dari tulisan bagian akhir teks naskah ini menjadi penutup dan

sekaligussebagai bagian terakhir dari naskah ‘Aqidatu al Awām koleksi dari Bapak

Kemas Haji Andi Syarifuddin ini. Berikut isi teks naskah yang terdapatpada bagian

akhir naskah ‘Aqidatu al Awām ini:

Gambar 4 :(Kolofon yang tedapat pada naskah)

C. Suntingan Teks

Pada sub bab suntingan teks naskah ‘Aqidatu al Awām akan disajikan sesuai keadaan

naskah dan kata-kata dalam suntingan teks yang menunjukan ciri khas bahasa lama

ditulis sebagaimana adanya, tidak akan diperbaiki dan disesuaikan dengan bahasa

yang berlaku sekarang. Suntingan teks ini dilengkapi dengan pertanggung jawaban

transliterasi yang dijelaskan sebagai berikut:

Telah selesai dari pada menurut

kitab matan Aqidatual awam

kepada suatu hari bulan zulhijah

pada hari ahad sekira-kira jam

pukul tiga tahun seribu dua

ratus sembilan puluh anam 1296

Page 45: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

31

a. Pertanggungjawaban transliterasi

Untuk melakukan suntingan, penulis menggunakan beberapa tanda sebagai

pedoman dalam melakukan suntingan, ini harus dilakukan secara konsisten. Adapun

pedoman yang digunakan penulis antara lain:

1. Edisi teks disesuaikan dengan Pedoman Teransliterasi Arab-Latin sesuai

dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

No. 158/1997 dan No.0543 b/U/1987 Tertanggal 12 Januari 1988 sebagai

berikut:

Huruf Arab Nama Latin Huruf Keterangan

ا Alif _ Tidak dilambangkan

ب Bā’ B _

ت Tā’ T _

ث Ṡā’ Ṡ S dengan titik di atasnya

ج Jim J _

ح Ḥā’ Ḥ H dengan titik di bawahnya

خ Khā’ Kh _

د Dāl D _

ذ Żāl Ż Z dengan titik di atasnya

Page 46: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

32

ر Rā’ R _

ز Zā’ Z _

س Sin S _

ش Syin Sy _

ص Ṣād Ṣ S dengan titik di bawahnya

ض Ḍād Ḍ D dengan titik di bawahnya

ط Ṭā’ Ṭ T dengan titik di bawahnya

ظ Ẓā’ Ẓ Z dengan titik di bawahnya

ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atasnya

غ Gain G _

ف Fā’ F _

ق Qāf Q _

ك Kāf K _

ل Lām L _

م Mim M _

ن Nūn N _

و Wāwu W _

ه Hā’ H _

ء Hamzah ‘ Apostrof

ي Yā’ Y _

Page 47: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

33

Jika a panjang maka ditulis ā, i panjang ditulis ῑ dan u panjang ditulis ū, masing-

masing dengan tanda ( ¯ ) diatasnya.

2. Perbaikan teks meliputi penggantian, penambahandan penghapusan

bacaan yang dianggap menyimpang. Bagian bacaan yang dihapus

diletakkan dalam aparat kritik supaya tidak mengganggu kelangsungan

teks.

3. Dalam suntingannya, digunakan beberapatanda,yaitu:

/ : untuk menandai pindah baris

\\ : dua garis miring untuk pindah halaman

... : untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami

korup/rusak.

{...}: untuk menandai ayat-ayat Al-Qur’an

4. Kata ulang yang tertulis dengan angka2 (dua) dalam teks akan

ditransliterasikan sesuai dengan EYD bahasa Indonesia, seperti: tersedu2

menjadi tersedu-sedu, dan lain sebagainya.

b. Transliterasi

/1/ Abda’u Bismillāhi warraḥmāni

Aku mulaikan dengan nama Allah dan

dengan Tuhan yang amat murah

/ Falhamdulillāḥil qadῑmil awwali

Wabirraḥῑmi dā imil iḥsāni

Dan dengan Tuhan yang mengesahkan

yang senantiasa memberi nikmat

Al-ākhiril bāqῑ bilā taḥawwuli

Page 48: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

34

Maka bersala segala puja itu yang sebut

ia bagi Allah Tuhan yang sedia lagi

yang dahulu yang tiada ... bagi

wujudnya

/ Ṡummaṣṣalātu wassalāmu sarmadā

Kemudian dari pada itu bermula rahmat

Allah dan selamanya senantiasa itu

yang ada

/ Wa ālihῑ wa ṣahbihῑ wa man tabi’

Atas segala keluarganya dan segala

sebutannya dan atas segala orang yang

mengikuti ia

/2/ Wa ba’du fa’lam biwujūbil

ma’rifah

Dan kemudian dari pada itu maka

kepada ulehmu dengan wajib mengenal

/ Fallāhu maujūdun qadῑmun bāqῑ

Maka bermula atas itu Tuhan yang

bersifat Wujud dan Qidam dan Baqo’

/ Wa qā imun ganῑ wa wāḥidun wa ḥay

Dan Qiyamuhu binafsihi atinya

tekayanya dari pada tiap-tiap barang

yang lainnya dan Wahdaniah dan

Lagi yang kemudian yang tiada

berkasudahan bagi wujudnya lagi yang

segala yang tiada berubah

‘alānNabiyyi khairi man qad waḥḥadā

Keduanya atas Nabi yang terlebih baik

ia dari pada segala orang yang

sesungguhnya mengesahkan ia akan

Allah Ta’ala

Sabῑla dῑnil ḥaqqi gaira mubtadi’

Akan jalan agama yang sebenarnya hal

keadaannya yang tiada mampu

mempunyai berdoa ia

Min wājibin lillāhi ‘isyrῑna ṣifah

Dari pada sifat yang wajib bagi Allah

akan 20 sifat

Mukhālifun lilkhalqi bil iṭlāqi

Dan Mukholafatu Lil Hawadisi dengan

itlaq yakni semata-mata

Qādir murῑdun ‘ālimun bikulli syai

Dan Qudra dan Muridan dan Aliman

dengan tiap-tiap suatu

Page 49: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

35

Hayyah

/ Samῑ’u albaṣῑru wal mutkallimu

Dan Sami’an dan Basiron dan

Mutakaliman

/ Faqudratun irādatun sam’un baṣar

Maka yaitu Qudrat dan Irodat dan

Samian dan Basiron

/ Wa jāizun bifaḍlihῑ wa ‘ad-lihῑ

Dan bermula sifat yang harus bagi Allah

Ta’ala dengan fadla nya dan adlanya itu

/3/ Arsala anbiyāżawῑ faṭhānah

Telah menyuruhkan dia akan beberapa

Nabi yang mempunyai sifat Fatonah

/ Wa jāiżun fῑḥaqqihim min ‘araḍi

Dan bermula sifat yang harus atas zat

mereka itu setengah dari pada arod basir

/ ‘Iṣmatuhum kasā iril malāikah

Bermula terpelihara sekalian mereka itu

dari pada sekalian dosa seperti malaikat

itu

Lahūṣifātun sab’atun tantażimu

Dan wajib pula baginya oleh beberapa

sifat yang tujuh yang beratur ia

Ḥayātu al-’ilmu kalāmuni-stamar

Dan Hayyat dan Aliman dan Kalam

yang segala

Tarkun likulli mumkinin kafi’lihῑ

Meninggalkan berbuat ia bagi tiap-tiap

mungkin sifat berbuat ia akan dia

Biṣṣidqi wattablῑghi wal amānah

Dan yang bersifat dengan Siddik dan

Tabliq dan Amanah

Bigairi naqṣin kakhafῑfil maraḍi

Yang tiada sekurangkan pada martabat

mereka itu seperti sakit yang ringan

Wājibatun wa fāḍalūl malāikah

Wajib ia padahal melebihi mereka akan

sekalian malaikat

Page 50: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

36

/ Wal mustaḥῑlu ḍiddu kulli wājibin

Dan bermula sifat yang mustahil ia atas

Allah dan sekalian Rasulnya itulah dan

bagi tiap-tiap sifat yang wajib bagi

Allah dan Rasulnya

/ Tafṣῑlu khamsatin wa ‘isyrῑna lażim

Bermula tafsil 25 setengah dari pada

segala Rasul itu yang mewajibkan ia

/ Hum Ādamun Idrῑsun Nūḥun Hūdu

ma’

Bermula mereka itu Nabi Adam dan

Nabi Idris dan Nabi Nuh dan Nabi Hud

serta

/4/ Lūṭun wa Ismā’ῑlu Isḥāqu każā

Dan Nabi Luth dan Nabi Ismail dan

Nabi Ishak seperti yang tersebut itu

/ Syu’aibu Hārūnu wa Mūsā wal Yasa’

Dan Nabi Harun dan Nabi Musa dan

Nabi Yasa’

Fahfaẓ likhamsῑna bi ḥukmin wājibin

Maka hafizkan akan 50 akidah ini hal

keadaanmu yang terpakai dengan

hukum yang wajib syara

Kulla mukallafin faḥaqqiq waghtanim

Akan tiap-tiap mukalaf maka

tangguhkanlah ulehmu akan bilangan

mereka itu dan rebutlah ulehmu akan

dia

Ṣālih wa Ibrāhῑmu kullun muttaba’

Nabi Sholih dan Nabi Ibrahim bermula-

mula tiap-tiap sekalian mereka itu yang

diikuti urang akan dia

Ya’qūbu Yūsufu wa Ayyūbuhtażā

Nabi Yakub dan Nabi Yusup dan Ayub

hal keadaaannya yang mengikuti ia dan

Nabi Su’ib

Żūlkifli Dāwūdu Sulaimānuttaba’

Dan Nabi Zulkifli dan Nabi Daud dan

Nabi Sulaiman hal keadaannya yang

mengikuti ia

Page 51: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

37

/ Ilyāsu Yūnus Żakariyyā YahyāDan

Nabi Ilyas dan Nabi Yunus dan Nabi

Zakaria dan Nabi Yahya dan

/ ‘Alaihimuṣṣalātu wassalāmu

Yang adalah atas sekalian mereka itu

rahmat Allah dan salam Allah

/ Wal malakullażῑ bilā‘abin wa um

Dan bermula tiap-tiap malaikat yang

ada mereka itu dengan tiada bapa dan

ibu yang wajib atas tiap-tiap mukalaf ...

dia itu

/ Tafṣῑlu ‘asyrin minhumu Jibrῑlu

Bermula tafsil sepuluh setengah dari

pada mereka itu yang wajib tiap-tiap ...

... dia itu Jibril

/5/ Munkar Nakῑrun wa Raqῑbun wa

każā

Dan Munkar dan Nakir dan Rokib

seperti yang tersebut itu

/ Arba’atun min kutubin tafṣῑluhā

Bermula ampat yang ada ia setengah

dari pada sekali kitab yang wajib atas

‘ῑsā wa Ṭāhā khātimun da’ gayyā

Nabi Isa dan Nabi Toha yang kesudahan

dari pada sekalian Nabi dan Rasul

tinggalkan ulehmu akan berpaling dari

pada jalan yang betul

Wa ālihim mā dāmatil ayyām

Dan atas sekali keluarga mereka itu di

dalam masa sekali uleh sekali hari

Lā akla lā syarba wa lā nauma lahum

Tiada makan dan tiada minum dan tiada

tidur bagi mereka itu

Mῑkālu Isrōfῑlu ‘Iżrāῑlu

Dan Mikail dan Isrofil dan Isroil

‘Atῑdu Mālikun wa Riḍwānuḥtażā

Atid dan Malik dan Ridwan hal

keadaanya yang mengikuti ia

Taurātu Mūsā bil hudā tanżῑluhā

Taurat bagi Nabi Musa yang adalah ia

dengan pertunjuk yang diturutkan akan

Page 52: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

38

tiap-tiap mukalaf ... dia itu bermula

kepasolannya itu

/ Żabūru Dāwūda wa injῑlu ‘alā

Dan Zabur Nabi Dawud dan Injil bagi

Nabi

/ Wa ṣuḥuful khalῑli wal kalῑmi

Dan bemula beberapa kitab bagi Nabi

Ibrahim Kholil Allah dan bagi Musa

Kaliim Allah yang wajib atas tiap-tiap

mukalaf ... itu

/ Wa kullu mā atā bihirrasūlu

Dan bermula tiap-tiap suatu yang telah

mendatangkan akan dia uleh Rasulullah

itu

/ ῑmānunā biyaumi ākhirin wa jab

Bemula iman kita dengan hari yang

kemudian itu wajib

/6/ Khātimatun fῑżikri bāqῑl wājibi

Bermula ini suatu khotimah pada

menyebutkan yang tinggal dari pada

yang wajib

/ Nabiyyunā Muhammadun qad ursilā

dia itu

‘ῑsā wa Furqānun ‘alā khairil malā

Isa dan Furqon bagi Nabi yang sebaik-

baik ia dari pada kaum

Fῑhā kalāmul ḥakamil ‘alῑmi

Yang adalah di dalamnya itu Kalam

bagi Tuhan yang maha bijaksana lagi

maha mengetahui

Faḥaqquhuttaslῑmu wal qabūlu

Maka yang wajibnya atas kita itu uleh

mengikrarkan akan dia dengan

shahihnya dan menerima akan dia

Wa kulli mā kānā bihῑ minal ‘ajab

Dan iman kita dengan tiap-tiap barang

ada ia di dalamnya dari pada beberapa

ajaib itu wajib jua

Mimmā‘alā mukallafin min wājibi

Karna yang ia wajib atas tiap-tiap

mukalaf uleh ma’itikodkan dia

Lil ‘ālamῑna raḥmatan wa fuḍḍilā

Page 53: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

39

Bermula benar kisah Muhammad saw

itu sesungguhnya telah disuruhkan

Allah Ta’ala akan dia kepada sekalian

mukalaf

/ Abūhu ‘Abdullāhi ‘Abdul Muthṭalib

Bermula ayahnya itu Abdullah anak

Abdul Mutholib

/ Wa ummuhūĀminatużŻuhriyyah

Dan bermula ibunya itu Aminah

Azuhriyah

/ Mauliduhū bi Makkatal amῑnah

Bermula tempat diperanakan akan dia

itu dalam negeri Mekkah maka yang

santosa ia

/ Atamma qablal waḥyi arba’ῑnā

Telah menyempurnakan ia diahlu dari

pada turun wahyu itu akan empat puluh

tahun bagi umur Nabi

/7/ Wa sab’atun awlāduhū faminhumu

Dan tujuh sekali anaknya itu maka

setengah dari pada mereka itu

Hal keadaannya jadi rahmad bagi

sekalian alam dan dilebihkan Allah

Ta’ala akan dia

Wa Hāsyimun ‘Abdu Manāfin

yantasibu

Dan anak Hasyim dan anak Abdul

Manaf hal keadaannya yang berbangsa

ia

Arḍa’ahu Ḥalῑmatus-Sa’diyyah

Telah menyusui akan dia itu uleh

Halimah Sa’diyah

Wafātuhū bi Ṭaibatal Madῑnah

Dan bermula wanitanya itu di dalam

negeri Tayibah yaitu negeri Madinah

Almunarah

Wa ‘umruhū qad jāważas-sittῑnā

Padahal bermula umurnya

sesungguhnya telah melampaui ia akan

enam puluh tahun //

Ṡalāṡatun minażżukūri tufhamu Tiga

dari pada laki-laki yang dipahamkan

akan dia

Page 54: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

40

/ Qāsim wa ‘Abdullāhi

wahwaṭṬhayyibu

Bermula mereka itu Qosim dan

Abdullah dan Toyyib

/ Atāhu Ibrāhῑmu min suriyyah

Telah datang akan dia uleh Ibrahim dari

pada akan dianya

/ Wa goiru Ibrāhῑma min Khadῑjah

Dan bermula yang lain dari pada

Ibrahim itu dari pada sakna Khadijah

/ Wa arba’un minal ināṡi tużkaru

Dan empat dari pada para perempuan

disebutkan akan dia

/ FāṭimatużŻahrā u ba’luhā‘Aliy

Bermula mereka itu Fatimah yang

Zahra bermula suaminya itu Syaidina

Ali

/8/ Fa Żainabun wa ba’dahā

Ruqayyah

Wa Ṭhāhirun biżaini żā yulaqqabu

Dan Thohir dengan dua ini yang

dikabarkan akan dia

Fa ummmuhū Māriyyatul Qibṭiyyah

Maka bermula ibunya Mariyam Al

Qibtiyah

Hum sittatun fakhuż bihim walῑjah

Bermula mereka itu anam urang maka

ambil ulehmu dengan mengenal mereka

akan berkasih-kasihan

Riḍwānu rabbῑ lil jamῑ’i yużkaru

Bermula keridhoan Tuhanku itu yang

adalah ia atas sekalian mereka itu

disebutkan akan dia

Wabnāhumās-Sibṭānu faḍluhum jalῑ

Dan bermula dua anaknya bagi

keduanya itu cucu bagi Rasul Allah

bermula kelebihan mereka itu amat

nyata ia

Wa Ummu Kulṡūmin żakat raḍiyyah

Page 55: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

41

Kemudian maka Zainab dan kemudian

dari padanya itu Ruqayyah

/ ‘An tis’i niswatin wafātul Muṣṭafā

Meninggalkan dari pada sembilan dari

pada perempuan waktu Nabi Mustopa

Saw itu

/ ‘Ā-isyatun wa Ḥafṣatun wa Sawdah

Bermula Aisha dan Hapso dan Suwdah

/ Hindun wa Żainabun każā

Juwairiyah

Dan Hindun dan Zainab seperti yang

tersebut itu Juwairiyah

/ Hamżatu ‘ammuhū wa ‘Abāsun każā

Bermula Hamzah itu memanya yang

saudara bapanya dan Abas itu seperti

Dan Ummu Kalsum yang keadaanya

yang sholih ia lagi yang diridoi dari

padanya

Khuyyirna fakhtarnan-Nabiyyal

muqtafā

Hal keadaanya mereka itu disuruhkan

memilih akan sekalian mereka itu antara

perhiasan dunia dan surga maka

memilih uleh mereka itu akan Nabi

yang diikuti

Ṣafiyyatun Maymūnatun wa Ramlah

Dan Sopiya dan Maymunah dan

Romlah

Lil mu’minῑna ummahātun marḍiyyah

Bermula sekali mereka itu seumpama

itu bagi sekali urang yang mukmin lagi

yang diridoi bagi Allah dan bagi

Rasulnya

‘amatuhūṢafiyyatun żātuhtiżā

Dan bibinya yang saudara bapa nya itu

Sopiya yaitu yang mengikuti ia bagi

Allah dan Rasulnya

Page 56: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

42

Hamzah yang tersebut itu jua

/ Wa qabla hijratin Nabiyyil isrā

Dan bermula Isro’ Nabi itu yang

sabutlah ia dahulu dari pada berpindah

Nabi kemudian

/9/ Wa ba’dal isrā in ‘urūjun lissamā

Dan bermula naik Nabi kelangit itu

kemudian dari pada Isro’

/ Min gairi kaifin wanḥiṣārin waftaraḍ

Dengan tiada terperi dan tiada

tersimpan bagi yang dilihat dan telah

memfardukan ia

/ Wa ballagal ummata bil isrāi

Dan telah sampaikan ia akan amanah

dengan khabar Isro’ dan Mi’raj

/ Qad fāża ṣiddῑqun bitaṣdῑqin lahū

Min Makkatin lailān liqudsin yudrā

Dari pada negeri Mekkah didalam

setengah yang sedikit dari pada malam

hingga sampai kepada Baitul Maqdis

hal keadaanya diketahui akan dia

Ḥattā ra ān Nabiyyu rabban kullamā

Hingga selamat uleh Nabi itu akan

Tuhan yang berkata-kata ia

‘alaihi khamsan ba’da khamsῑna faraḍ

Atasnya dan atas segala umatnya itu

akan lima sembahyang yang di dalam

sehari semalam kemudian dari pada

lima puluh yang telah memfardukan ia

akan dia

Wa farḍi khamsatin bilāmtirōi

Dan dengan fardu lima sembahyang

dengan tiada suka

Wa bil ‘urūjiṣṣidqu wāfā ahlahū

Dan bermula membenarkan dengan

Mi’raj itu telah suapakati ia akan

Page 57: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

43

Sesungguhnya telah dapat kemenangan

uleh abu bakar siddik itu dengan

membenarkan baginya Isro’ dan

Mi’rajnya itu

/ Wa hāżihῑ ‘Aqῑdatun mukhtaṣoroh

Dan bermula inilah satu aqidah yang

pandangkan akan dia

/ Nāẓimu tilka Aḥmadul Marżūqi

Bermula yang menadzomkan akan

aqidah itu Sayyid Ahmad yang Marzuki

/10/ Walḥamdu lillāhi wa ṣollā sallamā

Dan bermula sekali puja itu yang sebut

ia bagi Allah dan memberi rahmat ia

dan menyejahterakan ia

/ Wal āli waṣṣoḥbi wa kulli mursyidi

Dan atas sekali keluarganya dan sekali

sohabatnya dan atas tiap-tiap urang

yang menujuki kepada jalan kebajikan

/ Wa as’alul karῑma ikhlāṣol ‘amal

Dan aku puhankan akan Tuhan yang

ahlinya

Wa lil ‘awāmi sahlatun muyassaroh

Dan yang lembut ibarat dan yang

mudah mahfudkan dia bagi sekali urang

yang awam

Man yantamῑ lishṣōdiqil maṣdūqi

Lagi yang terbangsa ia kepada Nabi

Siddik lagi Masduq

‘alān-Nabiyi khoiri man qod ‘allamā

Atas Nabi kita yang terlibat baik ia dari

pada sekali urang yang mengajari ia

Wa kulli man bikhoiri hadyin yaqtadῑ

Dan atas tiap-tiap urang yang mengikuti

ia akan jalan yang baik

Wa naf’a kulli man bihā qodi-sytaghol

Dan akan mendapati ia akan tiap-tiap

urang yang bimbing ia akan dia

Page 58: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

44

murah itu akan ihlas beramal

/ Abyātuhā maiżun bi’addil jumali

Bermula sekali baitnya aqidah itu lima

puluh tujuh dengan bilangan jumlah

huruf

/ Sammaituhā‘Aqῑdatal ‘Awāmi

Telah aku namai akan dia ‘Aqidatu al

Awām

Tārῑkhuhā lῑḥayyu ghurrin jumali

Bermula tahunnya seribu dua ratus lima

puluh dulapan

Min wājibin fῑd-dῑni bittamāmi

Dari pada yang wajib pada agama

dengan sampurna

Telah selesai dari pada menurut kitab Matan ‘Aqidatu al Awāmkepada suatu hari

bulan Zulhijah pada hari ahad sekira-kira jam pukul tiga tahun seribu dua ratus

sembilan puluh anam 1296 H.

Page 59: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

45

BAB III

ANALISIS ISI NASKAH ‘AQIDATU al AWĀM

A. Sifat-SifatAllah SWT

Hasil penelitian terhadap isi teks naskah ‘Aqidatu al Awāmberisi penjelasan

mengenai:

Nomor 1-4 menjelaskan tentang pujian kepada Allah SWT seperti yang

dikutip pada bagian awal kalimat (Abda’u Bismillāhi warraḥmāni Wabirraḥῑmi dā

imil iḥsāni).50 Yang artinya “Aku mulaikan dengan nama Allah dan dengan Tuhan

yang amat murah dan dengan Tuhan yang mengesahkan yang senantiasa memberi

nikmat”.

Nomor 5-10 menjelaskan tentang ajaran yang bersangkutan dengan ilmu

aqidah yaitu tentang sifat-sifat Allah SWT. Nomor 11-14 menjelaskan tentang sifat-

sifat para Rasul seperti sifat Fathanah, Shidiq, Tabliqh dan Amanah. Nomor 15-20

menjelaskan tentang 25 Rasul seperti yang dikutip pada naskah (Hum Ādamun

Idrῑsun Nūḥun Hūdu ma’)51 bermula mereka itu Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Nuh

dan Nabi Hud dan diakhiri oleh kalimat (‘ῑsā wa Ṭāhā khātimun da’ gayyā)52yaitu

Nabi Isa dan Nabi Toha yang berarti ialah Nabi Muhammad yang merupakan

kesudahan dari sekalian Nabi dan Rasul. Nomor 21-23 menjelaskan mengenai tentang

10 malaikat.

50 Lihat naskah ‘Aqidatu al Awām. h. 1.51 Lihat naskah h. 3.52 Lihat naskah h. 4.

Page 60: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

46

Nomor 24-26 menjelaskan tentang kitab-kitab Allah dan yang menerimanya

sebagai wahyu dari Allah SWT. Nomor 27-29 menjelaskan tentang keimanan kepada

hari akhir atau qiamat. Nomor 30- 45 menjelaskan mengenai sejarah ringkas

kehidupan Nabi Muhammad SAW dari awal kelahirannya sampai akhir hayat beliau,

dan di dalamnya juga menceritakan tentang orang-orang yang menemani kehidupan

Rasulullah, mereka ialah istri-istri beliau itu sendiri. Nomor 46-50 menjelaskan

tentang Isra dan Mi’raj.

Berdasarkan penjelasan dari isi teks naskah tersebut selanjutnya akan

dilakukan analisis secara keseluruhan seperti di bawah ini:

Dalam agama Islam pokok utamanya ialah bahwa kita mengenal Allah, yakini

kita wajib percaya bahwasanya Dialah tuhan yang sesunggunya dan tidak ada tuhan

lain yang patut disembah kecuali Dia, Allah Yang Maha Pencipta Dialah yang mesti

ada, yang awal dan tiada bermula dan yang akhir yang tiada berkesudahan.53

Mengenai sifat-sifat Allah SWT dari isi teks naskah ‘Aqidatu al Awām

dijelaskan bahwa Allah mempunyai 20 sifat.54 Sifat-sifat Allah adalah sifat-sifat yang

ditandai dengan Asma-Asma Allah. Contohnya adalah Asma Allah ‘Yang Maha

Menciptakan’ (al-Khaliq).55Allah adalah Khaliq, dzat yang memiliki sifat yang tidak

mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib

53 A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 1.54 Lihat naskah h. 2.55Abdullah bin Hamid Ali, Pengantar Aqidah Islam, diakses pada 8 maret 2018 dari

http://www.lamppostproductions.com/wp-content/uploads/2011/01/Creed_Ibn_Ashir.pdf

Page 61: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

47

bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli (al

Qur’an dan Hadits). Bagian dari sifat-sifat Allah SWTakan dijelaskan dibawah ini:

1. Sifat pertama, Wujud

Wujud yang berarti Allah maha “ada” maka mustahil Allah tidak ada. Allah

SWT berfirman dalam al-Qur’an:

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yanghidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluknya); tidak mengantuk dantidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapatmemberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apayang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidakmengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.Kursi56 Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa beratmemelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.57 (QS. al-Baqarah (2): 255).

2. Qidam

Qidam artinya “terdahulu” maka mustahil bahwa Allah SWT itu baru

(huduts).Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:

56Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula

yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.57 QS. al-Baqarah (2): 255.

Page 62: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

48

Artinya: “dia yang awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin58. Dan

dia yang mengetahui segala sesuatu.”59

3. Baqa Baqa yang berarti “kekal (abadi)”. Dan mustahil Allah itu rusak (fana).

Allah befirman dalam al-Qur’an:

Artinya: “dan tetap kekal wajah tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan

kemuliaan.”60 (QS. ar-Rahman (55): 27).

4. Mukhalafatu Lil Hawadits

Ialah yang berarti bahwa Allah berbeda dengan sesuatu yang baru, dan

mustahil Allah sama dengan sesuatu yang baru (mumatsalatun lil hawadits).

Allah SWT berfirman:

Artinya: “(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu darijenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternakpasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan

58Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang

akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena

banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.59 QS. al-Hadid (57): 3.60 QS. ar-Rahman (55): 27.

Page 63: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

49

jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yangMaha mendengar dan melihat.”61(QS. asy-Syura (42): 11).

5. Qiyamuhu Binafsihi

Qiyamuhu binafsihi yang artinya berdiri dengan sendirinya atau Allah tidak

bergantung dengan yang lain, dan mustahil Allah butuh dengan bantuan dari

yang lain (ihtiyajun lighairih). Allah SWT befirman:

Artinya: “Dan barang siapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu

adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya

(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”62 (QS. al-‘Ankabut (29):

6).63

6. Wahdaniyah

Allah itu esa dzat-Nya, sifat-Nya dan fi’il-Nya. Maka mustahil Allah itu

berbilang (ta’addud). Allah berfirman:

61 QS. asy-Syura (42): 11.62 QS. al-‘Ankabut (29): 6.63Orang yang menyerahkan segenap kemampuan dalam memerangi musuh atau memerangi

dirinya sendiri sesungguhnya dia berjihad untuk kepentingannya sendiri, karena dia mengerjakan yang

demikian itu tidak lain untuk memperoleh pahala dari Allah dan menjauhi siksa-Nya sedangkan Allah

sendiri tidak membutuhkan perbuatannya, sebab dia Maha kaya dari semua makhluk-Nya dan Dialah

yang berkuasa melakukan segala apa yang dikehendakinya. (Ahmad Mushthafa al Maraghi, Terjemah

Tafsir al Maraghi Jilid 20, Semarang: Toha Putra), h. 202-203

Page 64: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

50

Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.”64 (QS. al-Ikhlas

(112): 1).

7. Qudrat

Qudrat artinya Allah maha kuasa, dan mustahil Allah tidak kuasa (‘ajzun).

Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiapkali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bilagelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscayaDia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allahberkuasa atas segala sesuatu.”65(QS. al-Baqarah (2): 20).

8. Iradat

Allah itu maha berkehendak, dan mustahil Allah tidak memiliki kehendak

atau terpaksa melakukan sesuatu (karahah). Allah SWT. Berfirman:

Artinya: “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi[736],

kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu

Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”66(QS. Hud (11): 107).

9. ‘Ilmu

64 QS. al-Ikhlas (112): 1.65 QS. al-Baqarah (2): 20.66 QS. Hud (11): 107.

Page 65: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

51

‘ilmu yang berarti (mengetahui) maka mustahil Allah bodoh (jahlun). Allah

SWT. Berfirman:

Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)67. Katakanlah:"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorangmeninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudaraperempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari hartayang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruhharta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yangditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiridari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudaralaki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allahmenerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan AllahMaha mengetahui segala sesuatu.”68 (QS. An-Nisa’ (4): 176).

10. Hayat

Hayat artinya Allah Maha Hidup, dan mustahil Allah mati (maut). Allah

SWT. Berfirman:

67 Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.68 QS. An-Nisa’ (4): 176.

Page 66: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

52

Artinya: “Dan bertawakkAllah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak

mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha

mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”69 (QS. al-Furqan (25): 58).

11. Sama’

Sama’ yang berarti Allah Maha Mendengar, dan mustahil Allah itu tuli

(shummun). Allah SWT. Berfirman:

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karenaitu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut70 dan beriman kepada Allah,Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuatyang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”71

(QS. al-Baqarah (2): 256).

12. Bashar

Allah itu Maha Melihat, dan mustahil Allah buta (‘umyun). Allah SWT

berfirman:

69 QS. al-Furqan (25): 58.70 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT71 QS. al-Baqarah (2): 256.

Page 67: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

53

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan

bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”72 (QS. al-Hujurat)

(49): 18).

13. Kalam

Kalam yang berarti Allah Maha Berbicara/Berfirman, dan mustahil Allah bisu

(bukmun). Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami

kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami

kisahkan tentang mereka kepadamu73 dan Allah telah berbicara kepada Musa

dengan langsung.”74 (QS. an-Nisa’ (4):164).

14. Qadirun

Artinya Allah dzat yang maha kuasa, dan mustahil Allah dzat yang tidak

berdaya. Dalilnya sama dengan sifat Qudrah.

15. Muridun

72 QS. al-Hujurat) (49): 18.73Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s.,

dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari

Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara

langsung dengan Allah pada malam hari di waktu Mi’raj.74 QS. an-Nisa’ (4):164.

Page 68: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

54

Artinya Allah dzat yang maha berkehendak, dan mustahil Allah dzat yang

tidak memiliki daya cipta atau tidak berkehendak. Dalilnya sama seperti sifat

Iradat

16. ‘Alimun

Artinya Allah dzat yang maha mengetahui, dan mustahil Allah itu dzat yang

bodoh. Dalilnya sama seperti sifat ‘Ilmu.

17. Hayyun

Artinya Allah dzat yang maha hidup, dan mustahil Allah dzat yang mati.

Dalilnya sama seperti sifat Hayat.

18. Sami’un

Artinya Allah dzat yang maha mendengar, dan mustahil Allah dzat yang tuli.

Dalilnya sama seperti sifat Sama’.

19. Bashirun

Artinya Allah dzat yang maha melihat, dan mustahil Allah dzat yang buta.

Dalilnya sama seperti sifat Bashar.

20. Mutakallimun

Artinya Allah dzat yang maha berbicara, dan mustahil Allah dzat yang bisu.

Dalilnya sama seperti sifat Kalam.

Page 69: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

55

B. Sifat-Sifat Para Rasul Allah

Para nabi dan Rasul utusan Allah mempunyai sifat wajib. Sifat wajib adalah sifat

yang harus dimiliki oleh para nabi dan Rasul sebagai utusan Allah. Sifat yang wajib

bagi para Rasul, yaitu:75

a) Shidiq76 artinya sangat benar atau selalu benar, maka mustahil berdusta.

Artinya: “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat

Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (QS.

Maryam (19): 50).

b) Amanah77 artinya bisa dipercaya, maka mustahil berlaku khianat.

Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa

kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan

(yang diutus) kepadamu.”(QS. Asy Syu’araa’ (26): 106-107).

c) Tabligh78 artinya menyampaikan, maka mustahil menyembunyikan (kitman).

75A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 28.76Lihat naskah h. 3.77Lihat naskah h. 3.78Lihat naskah h. 3.

Page 70: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

56

Artinya: “Dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah

Allah) dengan jelas.”(QS. Yaa siin (36): 17).

d) Fathanah79 artinya mudah memahami sesuatu, maka mustahil bodoh atau

dungu.

Artinya: “Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan

orang gila.” (QS. Al-Qalam (68): 2).

Adapun yang jaiz bagi para Rasul itu ada satu perkara, yaitu apa yang disebut

“al a’radhul basyariyah” (perangai kemanusiaan). Yaitu para Rasul itu juga

berperangai (bertabiat) seperti manusia pada umumnya. Misalnya, bahwa para Rasul

itu juga makan, minum, tidur dan hidup bermasyarakat sebagaimana lazimnya

seorang manusia. Hanya saja, para Rasul itu memang berasal dari keturunan orang-

orang yang baik dan terpuji, tidaka ada di antara para Rasul itu yang berpenyakit gila,

pitam, atau penyakit-penyakit yang besar lainnya dan selebihnya bahwa Rasul itu

terpelihara (ma’shum) dari segala dosa besar.80

79Lihat naskah h. 3.80 A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 28.

Page 71: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

57

C. 25 Rasul Allah

Allah sebagai dzat mutlak transenden tidak mungkin berhubungan langsung dengan

manusia, untuk menyampaikan ajaran agama atau pesan-pesan petunjuk-Nya. Allah

memilih beberapa para hamba yang bertugas menyampaikan wahyu atau ajaran

agama-Nya kepada umat manusia yang disebut sebagai Rasul.81 Berkaitan dengan hal

tersebut kaum muslimin diwajibkan mengimani dan mengakui keberadaan para

Rasul, hamba pilihan Allah, yang betugas menyampaikan wahyu atau ajaran agama

Allah kepada umat manusia dan mengajak mereka untuk mengikuti serta

mematuhinya.

Ditinjau dari perspektif manusia, keberadaan para Rasul ini adalah suatu hal

yang pasti, merupakan kebutuhan umat manusia itu sendiri, keterbatasan dan

ketidaksamaan pikiran manusia satu sama lain, meniscayakan keharusan kehadian

para Rasul yang datang menolong manusia untuk mengetahui persoalan-persoalan

yang tidak mungkin terjangkau oleh akal mereka. Seandainya akal manusia dibiarkan

sendirian sendirian untuk mengetahui apa yang mesti diketahui, niscaya akal menurut

Muhammad Abduh tidak akan sampai kepada pengetahuan yang pasti yang dapat

meyakinkan dan memuaskan.82

Wilayah sasaran dakwah para Rasul ini bedakan kepada yang besifat lokal dan

univesal. Wilayah dakwah para Rasul sebelum Muhammad SAW masih bersifat

lokal, mereka ditus mengajarkan agama Allah hanya kepada kaumnya masing-

81 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 76.82Muhammad Abduh dalam Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2015), h. 76-77.

Page 72: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

58

masing. Nabi Hud misalnya, diutus untuk kaumnya (lihat, antara lain, QS. al-A’raaf

[7]: 65; Hud [11]: 50) demikian pula NabiMusa dan Isa a.s. diutus untuk kaumnya

Bani Israil (lihat misalnya, QS. ali Imraan [3]: 49; al-Israa [17]: 2 dan as-Saff [61]:

6).

Tidak demikian halnya dengan Nabi Muhammad SAW, beliau diutus untuk

kepentingan dunia universal, agama Islam yang beliau bawa adalah untuk umat

manusia di seantero alam, tertuju kepada semua ras dan suku bangsa. Berkaitan

dengan hal tersebut, Allah berfiman: (QS. al-Anbiyaa’ [21]: 107; Saba’ [34]: 28).

Dengan demikian, Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul pamungkas sampai akhir

zaman, tiada lagi Nabi dan Rasul sesudahnya, sebagimana firman-Nya (QS. al-

Ahzaab [33]: 40). Dengan demikian, sejarah dan proses turunnya agama Allah ke

muka bumi dari yang sederhana dan bersifat lokal, telah sampai pada puncak

kesempurnaan dan universalnya pada risalah Nabi Muhammad SAW.83

Yakin kepada para Nabi dan Rasul merupakan rukun iman keempat. Di dalam

buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas

utama. Para Nabi menerima tuntutan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai

kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan

(Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat

manusia. Oleh karena itu, seorang Rasul adalah Nabi, tetapi seorang Nabi belum tentu

83 Ungkapan yang sering didengar bahwa Nabi Muhammad itu adalah penghulu ataupemimpin dari segala Nabi dan Rasul, sama sekali bukan suatu ungkapan untuk mengecilkan statuspara Nabi dan Rasul terdahulu. Ungkapan semacam ini lebih dilatarbelakangi oleh sifat ajaran yangdibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dimana ajaran agama yang dibawa oleh Nabi pamungkas itutelah sempurna dan kaenanya berlaku universal. Sementara ajaran yang dibawa oleh para Nabi danRasul terdahulu masih dalam proses perkembangan menuju sempurna dan karenanya besifat lokal.

Page 73: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

59

seorang Rasul. Jumlah mereka itu ada banyak.84 Namun, jumlahnya yang pasti tidak

diketahui. Ada yang berpendapat (Hasbi Ash Shiddieqy seperti yang dikutip oleh

Nasruddin Razzak, 1977: 144) jumlah para Rasul yang pernah diutus tuhan untuk

memimpin manusia 313 orang, sedang jumlah para Nabi 124.000 orang, al-Qur’an

tidak menyebutkan jumlah itu, yang disebut dalam al-quan adalah nama 25 orang.85

Dari jumlah para Nabi dan Rasul yang sangat banyak itu, para ulama sepakat

bahwa kaum mukmin umat Muhammad SAW hanya ditunut wajib mengenal dan

menimani dua puluh lima orang para Nabi dan Rasul seperti yang tertera dalam al-

Qur’an. Mereka yang 25 orang Nabi dan Rasul ini disebutkan oleh al-Qur’an, 18

orang di antaranya tercantum dalam QS. Al-an’am [6]: 83-86.

Islam pada hakikatnya tidak membedakan antara para Nabi dan Rasul

tersebut. muslimin harus mengimani semua Rasul Allah tanpa membedakan antara

yang satu dan yang lainnya, seperti yang ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 136.

Keimanan muslimin terhadap seluruh Nabi dan Rasul Allah meupakan prinsip dan

wujud toleransi Islam yang luar biasa.86

Allah SWT telah memilih seorang Rasul di antara manusia pada masanya,

untuk menyampaikan perintah-perintah dan larang-larangannya, demi kebaikan

kehidupan manusia itu sendiri, di dunia maupun di akhirat nanti. Kita wajib

84 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011), h. 221.

85 Jumlah para Nabi, demikian para ulama mencapai ribuan orang jauh lebih banyak darijumlah Rasul yang berjumlah ratusan. Dari sekian banyak para Rasul, demikian juga kesepakatan paraulama, hanya ada 25 orang yang wajib diketahui oleh muslimin sebatas yang disebutkan oleh al-Qur’an.

86 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 78-79.

Page 74: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

60

mempercayai bahwa Allah Maha Bijaksana telah mengutus beberapa Nabi dan Rasul

untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus. Para Nabi dan Rasul tersebut datang

pada kaumnya dengan membawa kabar gembira dan menakut-nakuti mereka yang

kafir akan tuhannya dan mengingkari perintah-perintahnya. Dengan demikian, tidak

ada lagi alasan bagi manusia untuk membantah kepada Allah SWT setelah

kedatangan Rasul-Rasul itu.87

Para Rasul dan Nabi tersebut pada hakikatnya adalah sama seperti manusia

juga. Merekapun makan, minum, beristri, beranak, beniaga, dan sebagainya. Hanya

bedanya meeka adalah manusia-manusia pilihan Allah yang menerima wahyu

darinya. Adapun para Nabi dan Rasul itu sebanyak 25 orang, yaitu:

1. Nabi Adam As.

2. Nabi Idris As.

3. Nabi Nuh As.

4. Nabi Hud As.

5. Nabi Shahih As.

6. Nabi Ibrahim As.

7. Nabi Luth As.

8. Nabi Isma’il As.

9. Nabi Ishaq As.

10. Nabi Ya’qub As.

11. Nabi Yusuf As.

87 A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 27.

Page 75: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

61

12. Nabi Syu’aib As.

13. NabiMusa As.

14. Nabi Harun As.

15. Nabi Ilyasa’ As.

16. Nabi Zulkifly As.

17. Nabi Daud As.

18. Nabi Sulaiman As.

19. Nabi Ilyas As.

20. Nabi Yunus As.

21. Nabi Zakaria As.

22. Nabi Yahya As.

23. Nabi Ayyub As.

24. Nabi Isa As.

25. Nabi Muhammad SAW

D. Malaikat

Makhluk Allah ada yang termasuk dalam kategori ghaib yang tidak tertangkap oleh

indra mata, yang besifat spiritual non material, Di antaranya adalah malaikat. Percaya

akan keberadaan malaikat ini rukun iman kedua setelah beriman kepada Allah. Istilah

Page 76: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

62

ghaib bukan berarti tidak ada, melainkan tidak dapat dilihat oleh indra mata

manusia.88

Malaikat itu pasti adanya, hanya saja tidak dapat dilihat dan dibuktikan oleh

indra mata manusia. Laksana suatu benda yang tersembunyi di balik benda lain,

mungkin seseorang akan berkata benda itu tidak ada, namun pada hakikatnya benda

itu tetap ada, kendati tidak dapat telihat oleh indra mata. Jadi, keimanan terhadap

malaikat ini tidak dapat dibangun atas dasar bukti indrawi, melainkan berdasarkan

dalil Sam’iyyat yang didengar dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Malaikat adalah makhluk ghaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera

manusia.89 Akan tetapi, dengan izin Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya sepeti

manusia, seperti malikat Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu Isa al Masih

(QS. Maryam [19]: 16-17), misalnya malaikat diciptakan tuhan dari cahaya dengan

sifat ataupun bawaan antara lain:

1) Selalu taat dan patuh kepada Allah

2) Senantiasa membenarkan dan melaksanakan peintah Allah. Para malaikat

mempunyai tugas tertentu yang pertama di alam gaib dan yang kedua di alam

dunia. Di antara tugas dialam dunia antara lain sebagai berikut:

a. Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui para Rasulnya

b. Mengukuhkan hati orang-orang yang beriman

c. Memberi pertolongan kepada manusia

88 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 71.89 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 209.

Page 77: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

63

d. Membantu perkembangan rohani manusia

e. Mendorong manusia untuk berbuat baik

f. Mencatat perbuatan manusia dan

g. Melaksanakan hukuman Allah

Dari uraian tugas para malaikat tersebut jelas bahwa tugas-tugas itu

berhubungan langsung dengan petumbuhan dan pengembangan rohani

manusia.90 Itu salah satu sebabnya mengapa manusia wajib meyakini adanya

makhluk yang bertugas untuk menumbuhkan dan mengembangkan

rohaninya. Kewajiban untuk percaya kepada maliakat dinyatakan dengan

tegas oleh Allah dalam firman-Nya di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (2)

ayat 177.

Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan hartayang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

90Ibid., h. 210.

Page 78: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

64

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; danorang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yangsabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”

Allah yang maha kuasa itu menciptakan jenis makhluk yang bernama

malaikat, dari nur atau cahaya. Para malaikat itu tidak sama dengan kita (manusia)

baik sifat, bentuk dan pekerjaannya. Mereka bukan laki-laki dan bukan perempuan,

tidak makan dan tidak minum, tidak tidur dan tidak mampu dilihat oleh mata biasa.

Kita wajib percaya, bahwa Allah SWT mempunyai banyak malaikat sebagai

makhluk-Nya yang lain. Mereka itu adalah pesuruh-pesuruh Allah yang mengurus

segala pekerjaan yang diperintahkan oleh-Nya, tanpa pernah membantah sedikitpun.

Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan.91

Beriman kepada para malaikat mempunyai konsekuensi tehadap seorang

muslim. Konsekuensinya, seorang muslim harus meyakini adanya kehidupan rohani

yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan para malaikat itu.92 Sebagai

makhluk spritual bekategori ghaib, yang berada dilingkungan alam metafisik,

manusia tidak dapat mengetahui lebih perinci tentang hakikat malaikat yang dapat

dilakukan adalah mengimaninya sebatas informasi yang disampaikan oleh al-Qur’an

tentang mereka.

Pembicaraan al-Qur’an tentang malaikat ini relatif sangat sedikit dan tidak

perinci. al-Qur’an hanya mengemukakan antara lain, bahwa malaikat adalah makhluk

spritual non material (QS. al-Isra’ [17]: 95); mereka adalah hamba-hamba yang

91 A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 23.92 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 210.

Page 79: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

65

mulia, selama-lamanya taat dan patuh kepada Allah (QS. al-Anbiya [21]: 26-27; at-

Tahrim [66]: 6). Dijelaskan pula oleh al-Qur’an, bahwa para malaikat tersebut

mempunyai tugas-tugas tertentu, menjalankan apa yang dikehendaki oleh Allah.93 Di

antaranya ada yang bertugas menyampaikan wahyu dan berbagai hukum taklifi94

kepada para Nabi dan Rasul Allah (QS. as-Syu’ara [26]: 192-194); ada yang bertugas

meneguhkan hati para Nabi dan orang-orang yang beriman (QS. al-Baqarah [2]: 253;

al-Anfal [8]: 12); ada yang bertugas menyampaikan kabar gembira kepada orang-

orang yang berbuat baik di dunia dan mematuhi apa yang diwahyukan oleh Allah

(QS. Fushshilat [41]: 30); dan ada pula yang bertugas mencabut nyawa (QS. as-

Sajadah [32]: 11, an-Nahl [16]: 32; an-Nisaa’ [4]: 97).

Kemudian ada pula yang bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan

manusia di dunia untuk diperlihatkan kepada meeka di hari perhitungan dan

pembalasan kelak. (QS. al-Infithar [82]: 10-12). Masih banyak lagi tugas-tugas lain

yang diberikan oleh Allah kepada malaikat tersebut, termasuk yang tidak ada

hubungannya dengan dunia materi dan perihal umat manusia di dunia. Di antara tugas

yang tidak berhubungan dengan alam materi dan perihal umat manusia di dunia

adalah memberi pertanyaan di alam kubur, menjaga surga dan neraka.95

al-Qur’an tidak menyebutkan berapa jumlah pasti makhluk malaikat ini, yang

jelas, demikian para ulama, jumlah malaikat tersebut sangat banyak mencapai jutaan.

93 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 71.94 Hukum Taklifi adalah firman Allah yang menuntut manusia untuk melakukan atau

meninggalkan sesuatu95 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 71-72.

Page 80: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

66

Namun yang wajib diketahuioleh kaum beriman, kesepakatan para ulama bahwa ada

sepuluh malaikat.96

Mengenai bentuk dan wujud malaikat, al-Qur’an hanya memberitakan bahwa

mereka adalah utusan Allah, yang mempunyai dua sampai empat sayap. (QS. Fathir

[35]: 1). al-Qur’an tidak membicarakan dari materi apa para malaikat diciptakan.

Adapun informasi tentang materi penciptaan makhluk spritual ini, yaitu beupa

cahaya, hanya diperoleh dari sebuah hadis Rasul riwayat muslim:

“Rasulullah SAW bersabda: para malaikat diciptakan dari cahaya, jin

diciptakan dari nyala api dan adam (manusia) diciptakan dari bahan (tanah) seperti

telah dijelaskan kepada kalian sebelumnya.” (HR. Muslim)

Karena malaikat adalah makhluk spritual atau kategori makhluk ghaib,

sementara sumber ‘aqidah tentang perihal alam ghaib itu hanya nass, maka muslimin

seyogianya mengimaninya berdasa dan sebatas apa yang disampaikan oleh al-Qur’an

dan al-Sunnah semata, tanpa harus berupaya membahas dan mereka-reka lebih jauh

hakikat bentuk mereka. Tegasnya, para malaikat itu adalah makhluk spritual yang

pengetahuan tentangnya semata-mata bersumber dari informasi dari al-Qur’an, tidak

mungkin dijangkau oleh pengetahuan manusiawi, yang jelas mereka adalah makhluk

Allah yang senantiasa tunduk dan patuh, perantara antara Allah dan makhluk-Nya,

terutama para Nabi dan Rasul.

96 Sepuluh malaikat ini lazim dikemukakan dalam karya yang bertitel ilmu tauhid atau ilmu‘aqaid, yakni Jibril, Mikail, Isrofil, ‘Izroil, Munkar, Nakir, Raqib, ‘Atid, Malik, dan Ridwan.

Page 81: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

67

Beriman kepada malaikat, tidak hanya sekadar mempercayainya sebagai

makhluk yang ada, melainkan harus diiingi dengan keimanan terhadap tugas-tugas

mereka, yang berdampak terhadap pembinaan sikap mental spritual oang-orang

mukmin. Dengan percaya kepada malaikat Raqib dan ‘Atid misalnya, yang bertugas

mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia selama hidup, orang-orang

mukmin diharapkan senantiasa berhati-hati di dalam setiap langkah, tindak tanduk,

dan gerak geriknya baik dikala sendirian maupun ketika berada di tengah-tengah

keramaian. Kesadaan akan keberadaan malaikat yang memonitor dan mencatat

perbuatan manusia setiap saat dan disegala tempat, akan melahirkan pribadi yang

selalu berbuat baik dan jujur.97

Menurut ajaran Islam, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk

berbuat baik atau berbuat jahat. Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh

malaikat dan kecenderungan berbuat jahat dimanfaatkan oleh setan dengan berbagai

tipu daya. Itulah sebabnya maka akal manusia yang mempertimbangkan kedua

kecenderungan itu perlu diisi dengan iman kepada wahyu yang sengaja diturunkan

tuhan untuk menjadi pedoman hidup manusia.98 Malaikat, setan, iblis dan jin adalah

makhluk-makhluk halus yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia dalam

bentuk yang asli. Sebagai makhluk harus yang beada di alam ghaib wujudnya sama

dengan malaikat, tetapi sifat dan tugasnya berbeda. Malaikat mendorong manusia

97 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 73.98 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 211.

Page 82: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

68

berbuat baik, sedang setan, iblis dan jin (kafir) pada umumnya mengajak manusia

berbuat jahat.

Malaikat tidak mungkin diteliti oleh ilmu pengetahuan karena ia beda dalam

alam ghaib hakiki atau alam ghaib mutlak. Pengetahuan manusia (biasa) mengenai

alam ghaib mutlak itu terbatas dan bersifat spekulatif pula. Hanya Allah dan Rasul-

Nya yang mampu memberikan pengetahuan yang pasti dan benar tentang itu.99

Melalui sunnah Nabi-Nya kita mendapat keterangan temabahan tentang tugas para

malaikat itu, Di antaranya:

Malaikat Jibril tugasnya adalah menyampaikan wahyu oleh Allah SWT

kepada para Nabi dan Rasul. Terdapat ayat yang menjelaskan di al-Qur’an surat al-

Baqarah ayat 97. Malaikat Mikail jika anda pernah mendapat rezeki dalam hidup

anda berupa apa saja bisa harta, kesehatan atau apapun. Ketahuilah bahwa malaikat

mikail lah yang membagikan rezeki tersebut, kaena tugasnya ialah membagikan

rezeki. Malaikat Israfil dalam rukun iman yang kelima kita umat manusia khusunya

umat muslim wajib beriman kepada hari akhir. Ketahuilah bahwa pada hari akhir

nanti akan ada malaikat yang bertugas menitup terompet sangkakala namanya,

pertada bahwa berakhir sudah kehidupan di dunia ini. Malaikat yang mendapat tugas

tersebut adalah malaikat Israfil, sang penitup sangkakala. Malaikat IzafilAllah

berfiman dalam al-Qur’an pada surat ali Imran ayat 185 yang berbunyi “setiap yang

benyawa pasti akan mengalami mati.” Ketahuilah bahwa malaikat izroil lah yang

bertugas mencabut nyawa. Malaikat Munkar ketika kita sudah mati dan berada

99 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 212-213.

Page 83: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

69

dialam kubur, ada malaikat yang akan menanyakan amal perbuatan kita semasa hidup

dan akan menyiksa kita ketika kita tidak bisa menjawabnya, yakni malaikat Munkar

yang betugas menanyakan amal perbuatan manusia di alam kubur. Malaikat Nakir

mempunyai tugas yang sama dengan malaikat Munkar, malaikat Munkar dan Nakir

mempunyai tugas yang sama di alam kubur yaitu menanyakan amal perbuatan

manusia di alam kubur. Malaikat Raqib manusia di dunia ini pasti pernah melakukan

sesuatu yang baik maupun buruk, terlepas dia sengaja atau tidak. Ketahulah bahwa

ada malaikat yang bertugas mencatat semua amal perbuatan kita yang baik semas

ahidup kita di dunia ini. Dia adalah malaikat Raqib sang pencatat amal baik. Malaikat

Atid jika kita tadi membahas malaikat Raqib yang tugasnya mencatat amal baik

manusia pada semasa hidupnya. Lain dengan malaikat Atid yang mempunyai tugas

kebalikan dari malaikat Raqib yaitu mencatat seluruh amal buruk perbuatan manusia

semasa hidup di dunia. Malaikat Malik pecayalah bahwa kita semua tidak akan mau

menyinggahi tempat yang satu ini, tempat ini diciptakan untuk orang-orang yang

kufur kepada Allah SWT, orang-orang yang tidak berada dijalan-Nya dan tidakn

patuh kepada perintah-Nya, tempat tersebut adalah neraka dan malaikat yang bertugas

menjaga pintu neraka adalah malaikat Malik. Malaikat Ridwan berbeda dengan yang

di atas, jika kita orang yang selalu Amanah dijalan Allah SWT, orang yang selalu taat

kepada perintah-Nya dan layak untuk singgah di surganya Allah SWT. Ketahuilah

bahwa dIsana ada malaikat Ridwan sang penjaga pintu surga.

Page 84: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

70

E. Kitab-Kitab Allah

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu

memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja kataba (artinya ia

telah menulis) memuat wahyu Allah. Perkataan wahyu berasal dari bahasa Arab: al-

Wahy. Kata ini mengandung makna suara, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Dalam

pengertian yang umum wahyu adalah firman Allah yang dIsampaiakan malaikat Jibril

kepada para Rasul-Nya.100

Beriman kepada adanya malaikat dan para Rasul sebagai perantara yang

betugas menyampaikan ajaran agama Allah kepadanya makhluk-Nya, meniscayakan

keharusan beriman kepada kitab-kitab Allah, yang merupakan wujud dari agama itu

sendiri. muslimin harus beriman dan percaya bahwa Allah telah menurunkan

beberapa kitab-Nya, baik yang diturunkan kepada Nabi Muhammad maupun kepada

Nabi sebelumnya. (QS. al-Baqarah [2]: 4)

Secara konkret, al-Qur’an menyebutkan ada empat buah kitab suci yang

diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya. Empat buah kitab dimaksud adalah kitab

Zabur kepada Nabi Daud, Taurat kepada NabiMusa, Injil kepada Nabi Isa, dan al-

Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.101 Di samping nama al-kitab, al-Qur’an juga

menyebut nama al-shuhuf (lembaran) yang juga merupakan wujud dari wahyu dan

ajaran agama Allah, seperti shuhuf Nabi Ibrahim dan Musa. Jumlah empat buah kitab

yang disebutkan oleh al-Qur’an itu, seyogianya tidak dipahami sebagai batasan

100 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 213-214.101 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, h. 81-82.

Page 85: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

71

jumlah pasti. Jumlah kitab Allah itu sesungguhnya banyak. Sebagian besar para

Rasul, jika tidak seluruhnya menerima al-kitab atau shuhuf.

Muslimin harus beriman dan percaya kepada semua kitab suci yang

diturunkan oleh Allah kepada para Rasul-Nya, baik yang disebut maupun yang tidak

disebutkan oleh al-Qur’an. Mengimani sebagian dan mengingkari sebagian yang lain

tidak tergolong sebagai iman Islami. Keimanan muslimin kepada kitab-kitab suci ini,

seperti kasus keimanan mereka kepada para Rasul, juga merupakan wujud konkret

dari prinsip toleransi Islam.102 Di sini pula letak pebedaan mendasar antara aqidah

muslimin dan umat ahl al-kitab. Kedua umat yang disebut terakhir ini hanya

mengimani kitab mereka dan menolak mengimani al-Qur’an yang dirutunkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Sementara muslimin, tanpa membeda-bedakan, mengimani

semua kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul sebelumnya,

terutama kitab suci yang empat dimaksud.103

Dari sekian banyak kitab suci yang pernah Allah turunkan kepada para Rasul-

Nya, yang tetap ada hingga sekarang hanyalah Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dari tiga

buah kitab suci ini, demikian dapat disaksikan oleh dunia, hanya al-Qur’an yang

autentik baik isi maupun redaksi, tanpa mengalami perubahan baik berupa

penambahan, pengurangan, maupun penyimpangan. al-Qur’an adalah mukjizat

102Ibid., h. 82.103 Dapat dipertanyakan, agama manakah yang toleran dari tiga agama wahyu yang ada

sekarang? Tentu hanya Islam yang toleran, yang mengimani kerasulan NabiMusa dan Isa serta kitabsucinya. Sementara Yahudi dan Kristen Hanay mengimani kitab suci mereka dan menolak mengimanikerasulan Muhammad SAW dan al-Qur’an.

Page 86: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

72

Rasulullah SAW yang kekal abadi, tidak akan lenyap an tidak akan pernah berubah

sampai akhir usia dunia ini.

Secara naqli, bahkan sebelum diwahyukan, Allah sudah menjamin

pemeliharaan al-Qur’an dari berbagai perubahan, pengurangan, penambahan dan

penyimpangan:

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”104 QS. al-Hijr [15]: 9).

F. Hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan pada hari akhirat. Keyakinan ini sangat

penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari

akhirat sama halnya dengan orang yang tidk mempercayai agama Islam, walaupun

orang itu menyatakan bahwa ia percaya kepada Allah SWT, al-Qur’an dan Nabi

Muhammad.105

Hari akhir (qiamat) adalah hari akhir yang akan menutup usia dunia ini. Tak

ada siang ataupun malam setelah itu. Pada saat itu, sekalian makhluk Allah akan

binasa, kemudian seluruh manusia akan dibangkitkan kembali untuk diperiksa semua

amal masing-masing yang baik dan yang buruk.106 Kita wajib percaya akan

104 Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur’an selama-lamanya.105 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 226.106 A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 28.

Page 87: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

73

datangnya hari itu dan segala yang bakal terjadi di dalamnya, seperti kehancuran

segala sesuatu, begitu juga segala yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW kepada

kita, seperti adanya alam kubur, makhsyar, hisab (perhitungan) amal, pembalasan,

neraka, surga dan sebagainya.

Manusia tidak bisa dilepaskan begitu saja ke dunia ini seperti binatang yang

tidak bertanggung jawab. Ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan harus

mempertanggungjawabkan perbuatannyab itu kepada Allah SWT (kelak). Saat

memberikan petanggung jawab itu telah ditentukan oleh Allah, yakni setelah hari

qiamat, setelah kehidupan manusia di atas bumi ini berakhir dan beganti dengan

kehidupan lain.pada waktu itu kelak semua manusia (juga yang sudah mati) akan

dibangkitkan (dihidupkan tuhan kembali) dan dipanggil untuk memberikan

pertanggungan jawab yang lengkap mengenai segala perbuatannya, apakah sesuai

atau tidak sesuai dengan larangan atau perintah Allah, seperti yang telah disinggung

di atas.107

Setiap orang akan menerima akibat segala perbuatan yang dilakukkannya di

dunia ini, seperti yang difirmankan alllah dalam al-Qur’an, surat at-Taubah (9) ayat

68 kalimat terakhir yang terjemahannya berbunyi sebagai berikut:

107A’ala Maududidalam Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 226-227.

Page 88: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

74

Artinya: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan

dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.

cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab

yang kekal.”108

Dalil-dalil yang berkenaan dengan tanda-tanda datangnya hari qiamat:

Sabda Rasulullah SAW

“Apabila perempuan budak telah melahirkan tuannya, itulah setengah darialamat-alamatnya; jika orang-orang yang telanjang kaki juga telanjangtubuhnya serta pekerjaannya mengembala kambing tiba-tiba menjadi kepala-kepala dari orang banyak, itu juga setengah dari tanda-tandanya; danapabila pengembala kambing itu sama bermegah-megahan di dalam gedung-gedung besar, itulah setengah dari tanda-tandanya”. (Riwayat Abi Syaiahdari Abi Hurairah).

Sabda Rasulullah SAW

“Bahwasannya setengah dari tanda-tanda hari qiamatialah: ilmu diangkat;tampaknya kebodohan; perzinahan tersebar luas; khamar (arak-minumankeras) diminum (dengan leluasa bahkan sebagai kebanggaan); orang laki-lakisama-sama pergi (banyak laki-laki yang mati dan bayi lelaki dilahirkan hanya

108Allah menjanjikan bagi mereka semua neraka jahannam yang akan mereka masuki mereka

kekal berada di dalamnya. Allah mendahulukan orang-orang munafik atas orang-orang kafir dalam

ancaman ini untuk menunjukkan bahwa meski orang-orang munafik itu memperlihatkan keimanan dan

mengerjakan perbuatan2 Islam namun mereka lebih buruk dari pada orang-orang kafir terutama orang-

orang Di antara mereka yang memeluk agama yang telah disimpangkan atau telah dihapuskan seperti

ahli kitab

Sesungguhnya di dalam neraka jahannam tedapat balasan atas amal mereka yang cukupsebagai siksaan bagi mereka di akhirat. Di samping itu, Allah menutuk mereka di dunia dan di akhiratdengan tidak memberi mereka rahmat yang hanya berhak dimiliki oleh kaum mu’minin yang benar.Mereka juga akan mendapatkan adzab yang kekal selain adzab neraka jahannam seperti angin panasyang membakar muka mereka, air mendidih yang menghancurkan isi perut meeka serta makananberupa pohon berduri yang tidak akan mengemukakan tidak tidakmengenyangkan di samping merekatidak akan dapat bertemu dengan Allah dan tidak mendapatkan kemurahan-Nya serta ditutupi sehinggatidak dapat melihatnya. (Ahmad Mushthafa al Maraghi, Terjemah Tafsir al Maraghi Jilid 10,Semarang: Toha Putra), h. 263.

Page 89: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

75

sedikit); kaum wanita banyak jumlahnya (tetap) sehingga ada 50 wanitamempunyai seorang pria”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tanda-tanda datangnya hari qiamat itu ada dua macam yaitu:a. Tanda-tanda kecil, yaitu menandakan sekalipun saat datangnya hari qiamat

sudah dekat tapi masih agak lama, seperti:1. Seorang hamba sahaya dikawini tuannya2. Oang-orang miskin dan pekerjaannya mengembala kambing tiba-tiba

menjadi para pemimpin manusia banyak3. Para pengembala yang sama bermegah-megahan dengan gedung-gedung

besar dan tinggi-tinggi4. Ilmu agama sudah tidak dianggap penting lagi5. Ilmu agama sudah tidak lagi dipahami dan dipelajari oleh manusia6. Tersebarnya perzinahan karena memperoleh izin resmi untuk didirikan

tempat pelacuran/perzinahan dari masing-masing pemerintah yangbersangkutan

7. Segala minuman keras jadi kebanggaan, seperti, khamer, arak, bir dansebagainya

8. Jumlah kaum laki-laki lebih sedikit karena sedikitnya bayi laki-laki yangdilahirkan, dan banyak kaum laki-laki yang sama mati

9. Meluapnya jumlah kaum wanita melebihi kaum laki-laki denganperbandingan lima puluh banding satu.Selanjutnya disebutkan pula dalam hadits yang lain, yang diriwayatkanoleh imam bukhari dari abi hurairah ra yang intinya sebagai berikut:

10. Adanya dua golongan besar saling bunuh membunuh, dengan semboyansama-sama menegakkan Islam

11. Lahirnya para dajjal (para dusta) yang jumlahnya hampir 30 orangsemuanya mengaku sebagai utusan Allah

12. Ilmu agam dicabut, banyak alim ulama yang meninggal dunia13. Banyak terdapat gempa bumi14. Jaman sudah dekat mendekati15. Banyak fitnah-fitnahan16. Banyaknya haraj, bunuh-membunuh17. Banyaknya harta bagi seseorang, sehingga bingung untuk

membelanjakannya18. Orang lewat dalam perkuburan sambil bekata: alangkah baiknya jika aku

saja yang menggantikan tempat ini19. Keluarnya matahai dari arah barat (tanda besar)

b. Tanda-tanda qiamat besar (qubra) ialah:Mengenai terjadinya tanda-tanda datangnya hari qiamat ini telah diingatkanoleh Allah dalam al-Qur’an yaitu sebagaimana firmannya:

Page 90: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

76

Artinya: ”maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari qiamat(yaitu) kedatangan kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnyatelah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi meeka kesadaranmereka itu apabila hari qiamat sudah datang”. (QS. Muhammad: 18)Maka dari itu menurut firman Allah yang telah disebutkan di atas dan

beberapa hadits Rasulullah SAW, yakni tanda-tanda kimat besar (qubra) sebagaiberikut:

1. Matahari terbit dan muncul dari arah barat2. Adanya binatang ajaib yang muncul, binatang itu dapat bicara (lihat surat

an-nahl: 82)

Artinya: “Jika mereka tetap berpaling, Maka Sesungguhnya kewajiban yangdibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah)dengan terang109.”3. Keluarnya imam mahdi4. Keluarnya al-masih dajjal5. Keluarnya bangsa ya’juj ma’juj6. Turunnya Nabi Isa as7. Keluarnya asap (awan)8. Rusaknya Ka’bah (baitullah)9. Lenyapnya al-Qur’an dari mushhaf dan hati10. Seluruh manusia di dunia menjadi kafir semua.110

G. Kisah Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul

Muthallib bin Hasyim bin Abdu-Manaf bin Qushayyi bin Kilab bin Murah bin Ka’ab

bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimiah

bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Sedangkan dari

pihak ibu Muhammad bin Aminah binti Wahbin bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin

109 Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepadaseseorang sehingga Dia beriman.

110A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, h. 29-31.

Page 91: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

77

Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin

Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin

Adnan.111

a. Kelahiran Nabi Muhammad

Dikala manusia masih rendah peradabannya, adalah bangsa Arab yang amat

sangat dalam kerusakan moralnya. Itulah sebabnya Allah menjadikan Nabi akhir

zaman dari kalangan bangsa Arab. Saat itulah lahir dari keluarga yang sangat

sederhana, seorang bayi yang kelak akan membawa kemajuan peradaban manusia

makhluk yang mempunyai kal dan pikiran. Bayi itu yatim bapaknya yang bernama

Abdullah telah meninggal dunia kurang lebih 3 bulan sebelum dia dilahirkan. Atas

kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya yang bernama Muththalib dengan penuh

kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya kekaki Ka’bah. Tempat suci inilah

bayi itu diberi nama Muhammad, satu nama yang belum ada sebelumnya menurut

penelitian para ahli.112

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 rabiul awal bertepatan

dengan 20 april 571 M. Tahun kelahiran beliau disebut dengan tahun gajah karena

waktu negeri Mekkah kedatangan tentara pasukan yang berkendaraan gajah hendak

menghancurkan Ka’bah, maka orang-orang menamakan tahun gajah. Seorang raja

Najasyi pemeluk agama Nasrani (kristen) telah selesai membangun gereja dinegeri

Shan’a ibukota negeri Yaman. Setelah itu bermaksud hendak meruntuhkan Ka’bah

111 K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1 (Jakarta: GemaInsani, 2001), h. 62-63

112 Syamsuri Baidlowi, Riwayat Ringkas 25 Rasul (Surabaya: Apollo, Tanpa Tahun), h. 244.

Page 92: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

78

agar tiada lagi manusia yang berziarah ke Ka’bah rumah Allah itu dan supaya pindah

ke gereja yang baru dibangunnya itu. Kemudian raja mengirim pasukan yang

berkendaraan gajah dibawah pimpinan Abraha untuk menghancurkan Ka’bah.

Pembesar-pembesar Mekkah, seperti Abdul Muthalib dan lainnya meresa tidak

mampu melawannya, kaena pasukan abraha sangat kuat dengan peralatan senjata

yang cukup lengkap. Oleh sebab itu mereka hanya bisa berserah saja kepada tuhan

yang memiliki Ka’bah dan merekapun meninggalkan kota Mekkah mencari

perlindungan masing-masing.113 Mereka yang berada dalam keadaan demikian hanya

bisa berbuat mengajukan permohonan doa kepada tuhan, agar Ka’bah yang mereka

cintai itu selalu mendapat perlindungan dari tuhan. Ketika pasukan itu hendak

meruntuhkan Ka’bah, maka Allah mengutus burung Ababil untuk menghancurkan

pasukan itu dengan melempari kerikil-kerikil batu sehingga mereka bagaikan daun-

daun kayu yang dimakan ulat. Hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Fil (105): 1-5

Artinya:“Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana tuhanmu

telah bertindak terhadap pasukan bergajah?114 Bukankah dia telah menjadikan tipudaya mereka itu sia-sia? dan dia mengirimkan kepada mereka burung yangberbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yangdibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”

113Ibid., h. 244114 Yang dimaksud dengan tentara bergajah ialah tentara yang dipimpin oleh Abrahah

Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka’bah. sebelum masuk ke kota Mekah tentaratersebut diserang burung-burung yang melemparinya dengan batu-batu kecil sehingga mereka musnah.

Page 93: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

79

Demikianlah salah satu bukti Allah maha kuasa, dengan kekuasaan-Nya

sangat mudah sekali untuk membinasakan manusia yang durhaka itu, walaupun

hanya dengan lantaran binatang yang berupa burung.

b. Nabi Muhammad SAW disusukan

Telah menjadi adat kebiasaan kaum bangsawan Arab di Hiraz terutama di

Mekkah pada saat itu, apabila seorang anak telah lahir baik laki-laki maupun

perempuan, sesudah beberapa hari disusukan kepada orang lain yang bertempat

tinggal di luar kota, disuatu dusun orang-orang Badwi dan anak itu tinggal dan diasuh

di dusun itu juga sampai kira-kira berusia tujuh atau delapan tahun. Setelah disusukan

oleh ibunya, Aminah sambil menunggu orang dari luar yang akan menyusui dan

mengasuhnya, Nabi Muhammad SAW disusukan kepada seorang perempuan yang

bernama Tsuwaibah budak pamannya Abu Lahab yang sudah dimerdekakan, dan

yang merawat pribadi beliau adalah Ummu Aiman, Barakah al-Habsyiyah.115

Menurut riwayat, Tsuwaibah dimerdekakan oleh Abu Lahab setelah

mendengar kabar bahwa anak saudara laki-lakinya yang telah ditinggal wafat oleh

ayahnya itu telah dilahirkan dengan selamat. Nabi Muhammad SAW disusukan oleh

Tsuwaibah hanya dalam beberapa hari kemudian beliau disusukan dan diasuh oleh

Halimah binti Abu Zuaib seorang perempuan dari dusun Banu Sa’ad istri Abu

Kabsyah.116

115Ibid., h. 68.116 Abu kabsyah adalah gelar bagi suami halimah, namanya adalah al-Harist bin Abdul Uzza

dari keturunan Bani Sa’ad juga, lalu terkenal dengan gelar itu. Pribadi Nabi Muhammad SAW setelahdiangkat menjadi Nabi dan rasul dan berdakwah di tengah-tengah masyarakat ramai sering diejek oleh

Page 94: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

80

c. Menjadi Nabi dan rasul Allah

Tentang budi pekerti Nabi Muhammad SAW pada masa sebelum diangkat

dan tetapkan menjadi Nabi dan rasul Allah, sudah tampak kelihatan dengan nyata

diakui oleh segenap penduduk di kota Mekkah terutama oleh para famili dan teman

yang pernah bergaul dengan beliau. Beliau terkenal sebagai orang yang pemalu,

pendiam, rendah hati, sabar dan beliau terkenal dengan orang yang jujur, bisa

dipercaya. Jujur dalam perkataan dan jujur dalam perbuatan, serta sangat jauh dari

sifat pendusta atau pembohong. Karenanya, sejak mudanya sudah terkenal dengan

nama al-Amin.117

Rasulullah merupakan orang yang gemar hidup menyendiri, kesenangan dan

kenikmatan hidup yang dapat dirasakan oleh Nabi SAW dikala itu bukanlah berada

pada kesenangan dan kelezatan hidup jasmani sebagaimana yang dirasakan oleh

umumnya para pemuda Mekkah pada masa itu. Kegemaran dan kenikmatan yang

dirasakan oleh Nabi SAW hanyalah kegemaran dan kenikmatan dalam berfikir. Itulah

sebabnya, beliau tidak suka bercampur gaul dengan orang banyak, sekalipun itu

famili sendiri, terutama dengan pemuda kota Mekkah yang sedang dalam kegila-

gilaan memuaskan keinginan hawa nafsu yang tamak itu.118

Kemudian beliau kawin dengan Khadijah, seorang janda hartawati, disamping

beliau membatu serta mengurus perniagaan istrinya, beliau banyak mempergunakan

golongan musyrikin dengan sebutan Ibnu Abi Kabsyah (anak laki-laki Abu Kabsyah). Ejekan itubetujuan menghina Nabi Muhammad SAW.

117 Artinya: dapat dipercaya.118 Ibid., h. 104-106

Page 95: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

81

waktunya untuk befikir. Beliau berfikir memikirkan keadaan umat dan masyarakat

disekeliling kota Mekkah yang selanjutnya makin hari makin mendalam, kemudian

juga memikirkan keindahan alam yang luas ini. Setelah Nabi SAW berusia 40 tahun

kian hari kian mendalam hasratnya untuk menjauhkan diri dari masyarakat ramai,

maka ketika itu beliau sudah sering kali pergi meninggalkan keluarga dari rumah

tangganya untuk mencari tempat dimana yang sekiranya baik untuk berkhalwat

dengan tujuan hendak menenangkan pikiran, menjernihkan angan-angan.

Tidak lama kemudian, beliau mendapati sebuah gunung yang ada guanya,

yang berada disuatu tempat yang sunyi senyap, yang letaknya kira-kira lima

kilometer di sebelah utara Mekkah. Gunung itu tingginya kurang lebih 200 meter dan

terkenal dengan nama Jabal Hira, dan guanya terkenal juga dengan nama Gua Hira.

Gunung itu dipandang baik untuk tempat berkhalwat dan mengasingkan diri dari

orang ramai. Oleh sebab itu, beliau memilih gunung dan gua itu untuk berkhalwat,

tempat beliau hendak menjernihkan angan-angan, menenangkan pikiran, dan

mengheningkan cipta untuk mencari kebenaran yang hakiki.119

Setelah berulang-ulang Nabi SAW berkhalwat di Gua Hira dan dalam tempo

beberapa bulan, pada suatu malam, di dalam tidur beliau bermimpi melihat cahaya

terang seperti cahaya terang cuaca waktu subuh. Karena itu, beliau bertambah gemar

119 Gunung tersebut akhirnya terkenal dengan nama Jabal Nur (gunung cahaya) karena disitulah tempat terpancarnya cahaya wahyu al-Qur’an yang pertama kali dan guanya hinggan kinimasih terkenal dengan nama gua hira. Sepanjang penyelidikan para peneliti yangmenyelidiki guatersebut , keadaanya sangat sempit, tidak muat lebih dari seorang, dan untuk masuk ke dalamnya harusmelalui suatu sela antara dua buah batu besar, yang bagi orang yang berbadan kurus saja dengan susahpayah melaluinya, apalagi bagi orang yang berbadan gemuk. Dalam gua itu, sedikit sekali cahaya yangmasuk: cahaya yang masuk hanya datang dari celah-celah batu yang ada di kanan kirinya saja dan guaitu terletak di lereng gunung tesebut itu kurang lebih 20 meter di bawah puncaknya.

Page 96: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

82

berkhalwat dan ber-tahannuts120 di Gua Hira tersebut. pada suatu malam, di tengah

malam yang gelap gulita Nabi SAW sedang tidur nyenyak di dalam gua hira tersebut,

sekonyong-konyong beliau kedatangan seorang yang belum pernah dikenalnya,

dengan kedatangan yang sangat mengejutkan dan menakutkan sehingga

membangunkan beliau dan seketika itu juga orang itu berkata dengan suara keras

kepada beliau.

“gembiralah, ya Muhammad saya Jibril dan engkau adalah rasul Allah

kepada umat ini”

Orang itu dengan menunjukkan sehelai tulisan, lalu memerintahkannya

kepada beliau supaya membaca tulisan itu seraya berkata,

“bacalah olehmu, ya Muhammad!”

Dengan terperanjat, beliau menjawab,

“saya tidak dapat membaca”

Orang itu lalu memegang diri beliau sambil memeluknya dengan sekeras-

kerasnya, kemudian dilepaskannya sambil berkata lagi,

“bacalah olehmu, ya Muhammad!”

Beliau menjawab,

“saya tidak dapat membaca”

Orang itu memegang diri Nabi kembali sambil memeluknya dengan sekeras-

kerasnya, sehingga beliau merasa seakan-akan napasnya akan putus, lantas

dilepaskannya kembali dan berkata lagi,

120 Artinya: menyembah kepada tuhan

Page 97: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

83

“bacalah olehmu, ya Muhammad!”

Beliau menjawab,

“saya tidak dapat membaca.”

Orang itu lalu memegang diri beliau lagi sambil memeluknya dengan sekeras-

kerasnya, sehingga beliau merasa tubuhnya sangat letih dan napasnya akan putus,

lantas dilepaskannya lagi dan berkata,

“bacalah (olehmu ya Muhammad) dengan menyebut nama tuhanmu yang

telah menciptakan. yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah

dan tuhanmu yang maha pemurah. yang telah mengajar (manusia) dengan

perantaraan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang ia tak tahu.”121

Dengan pertolongan Allah, seketika itu beliau dapat membaca apa yang telah

dibacakan oleh orang yang belum pernah dikenal dan yang mengaku bernama Jibril

itu. Demikianlah riwayat pertama kali Nabi SAW menerima wahyu dari hadirat

Allah, yang diantarkan dan disampaikan kepada beliau dengan perantaraan malaikat

Jibril. Pada malam hari itulah, beliau menerima pengangkatan dan penetapan dari

hadirat-Nya menjadi Nabi dan rasul-Nya yang terakhir, untuk menyampaikan risalah-

Nya kepada segenap umat manusia dan sebagai rahmat bagi alam semesta.122

121 Ayat tersebut itu ada dalam al-Qur’an termaktub dalam surat al-Alaq:1-5 perlu kamijelaskan bahwa sebagian besar ulam ahli tarikh dan ahli hadis telah sepakat bahwa ayat-ayat tersebutitulah wahyu tuhan yang pertama kali diturunkan kepada Nabi SAW.

122 Menurut riwayat yang masyhur, wahyu yang pertama kali tersebut diturunkan pada tanggal17 ramadhan tahun ke-41 fiil atau tahun ke-40 dari kelahiran Nabi SAW, bertepatan dengan tahun 610M. Menurut keterangan syeikh mahmud pasya al-falaki, seorang alim ahli falak yang masyhur, NabiSAW mendapat impian besar dalam tidurnya, seperti diuraikan di atas , itu pada permulaan februari610 M, dan beliau menerima wahyu yang pertama kali itu bersesuaian dengan bulan juli 610 M (nurulyaqin) dan oleh sebagian ulama diterangkan harinya, yaitu pada hari itsnain. Jadi, hari ahad malam

Page 98: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

84

d. Keluarga Nabi Muhammad SAW

Keluarga Nabi SAW di Mekkah sebelum hijah adalah buah pernikahan beliau

SAW dengan Khadijah binti Khuwailid al Asadiy dari suku Quraisy. Khadijah ini

menjadi istri pertama beliau SAW. Selama Khadijah masih hidup, beliau SAW tidak

menikah dengan wanita lain. Dari pernikahannya ini beliau SAW mendapatkan

beberapa orang putera dan puteri. Tidakada seorangpun putera-puteri beliau yang

berusia panjang. Mereka semua meningal di Mekkah, yakni: Qasim dan Abdullah

yang digelari Thayyib dan Thahir. Sedangkan jumlah puteri beliau ada empat, yakni

Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fathimah.123

Zainab dinikahkan sebelum hijah dengan anak bibinya dari jalur ibu, yakni

Abul Ash bin Rabi’ bin Abdul Uzza bin Abdu Syams yang tetap memeluk agamanya,

(ibunya adalah Halah binti Khuwailid). Sedangkan Ruqayyah dan Ummi Kultsum

dinikahkan dengan Utsman bin Affan satu persatu. Sedangkan Fathimah dinikahkan

dengan Ali bin Thalib darinya lahir Hasan, Husain dan Zainab. Setelah Khadijah

meninggal Rasulullah SAW menikahi beberapa orang istri, dengan merekalah beliau

membina keluarga di Madinah.

itsnain, 17 ramadhan (sirah halabiyyah). Kemudian oleh sebagian ulama diterangkan lain lagi, yaituhari itsnain, 17 ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi, bersesuaian dengan 6 agustus 610 M, danbeliau ketika itu sedang berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari (muhadharat).

Berhubung dengan keterangan-keterangan itu, sebagian besar para ulama ahli tarikhmenetapkan bahwa permulaan wahyu al-Qur’an diturunkan, atau hari Nuzul Qur’an itu, pada tanggal17 ramadhan. Baik juga diketahui bahwa menurut keterangan sebagian ulama ahli tarikh bahwaturunnya wahyu yang pertama (ayat iqra) itu adalah pengangkatan (ketetapan) Nabi menjadi Nabi,belum menjadi rasul dan sesudah berhentinyawahyu selama tiga tahun (kurang lebih) lalu diturunkanlagi kepada beliau surah al-Muddatstsir: 1-7 yang ayat-ayatnya dan riwayatnya akan diuraikan tentangpengangkatan beliau menjadi rasul Allah.

123 Syeikh Muhammad khudhari, negara khilafah dari masa Rasulullah SAW hingga masaBani umayyah jilid 1 (bogor: pustaka thariqul izzah, 2013), h. 255-256.

Page 99: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

85

Telah dimaklumi bahwa Nabi SAW diberi kekhususan yang tidak diberikan

kepada umatnya, yakni menikahi lebih dari empat orang istri. Beliau SAW

melangsungkan akad nikah dengan 13 orang perempuan 9 orang darinya masih hidup

saat beliau SAW meninggal, sedangkan dua orang darinya wafat ketika beliau SAW

masih hidup, yang salah satunya adalah Khadijah, dan dua orang lagi belum digauli.

Berikut ini nama-nama mereka:124

1. Saudah125 binti Zam’ah dari Bani Amir bin Luay, berasal dari Quraisy.

sebelumnya diperistri oleh sepupu Zam’ah sendiri, yakni Sakran bin Amr.

2. Aisyah126 binti Abu Bakar as-Shidiq, dia masih perawan. Konon dikatakan

bahwa saat dilangsungkan akad nikah, usia Aisyah itu masih enam tahun.

Beliau SAW menggaulinya ketika Aisyah berusia delapan atau sembilan

tahun.

3. Hafshah127 binti Umar bin Khathtab, sebelumnya diperistri oleh Khunais bin

Hudzafah as-Sahmi

4. Ummu Salamah Hindun128 binti Abu Umayyah bin Mughirah dari Bani

Makhzum. Sebelumnya diperistri oleh Abdullah bin Jahsy.

5. Ummu Habibah129 binti Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams

dari Bani Abdu Manaf, yang sebelumnya diperistri Ubaidullah bin Jahsy.

124Ibid., h. 257.125Lihat naskah h. 8.126Lihat naskah h. 8.127Lihat naskah h. 8.128Lihat naskah h. 8.129Lihat naskah h. 8.

Page 100: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

86

Kelima mereka ini berasal dari Quraisy, ditambah dengan Khadijah,

sehingga jumlah wanita Quraisy yang dinikahi beliau SAW sebanyak enam

orang yang berasal dari keluarga besar: Abdu Manaf, Asad bin Abdul Uzza,

Makhzum bin Yaqdzah, Taim bin Murrah, Adi bin Kaab, dan Amr bin

Luay.130

6. Zainab131 binti Jahsy dari Bani Asad bin Khuzaimah, salah satu sekutu Bani

Umayyah, adalah puteri dari bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya Zainab ini

diperistri oleh Zaid bin Haritsah yang dianggap sebagai putera Nabi SAW,

dan syariat ingin menghapuskan prinsip pengadopsian ala Arab tersebut, lalu

memerintahkan Rasulullah SAWw untuk menikahi Zainab, bekas istri Zaid,

ini agar orang-orang tau bahwa janda dari anak adopsi sudah tidak haram lagi

untuk dinikahi. Rasulullah SAW mengkhawatirkan musuh-musuhnya akan

memprotesnya, karena tindakan beliau SAW ini menyalahi tradisi yang sudah

disepakati bangsa Arab, karena itu beliau SAW menyembunyikan keinginan

mengawininya di dalam hatinya. Allah SWT telah meruntuhkan kaidah

pengadopsian dengan pernyataan dan perbuatan. Lalu Allah SWT berfirman:

130Ibid., h. 259.131Lihat naskah h. 8.

Page 101: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

87

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di

antara kamu132 tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan

adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Ahzab [33]: 40).

7. Juwairiyah133 binti Harits, pemuka Bani Mushthaliq dari Khuza’ah.

Pernikahan dengannya menjadi sebab dibebaskannya seluruh tawanan pria

dan wanita dari kaumnya, dan ayahnya pun masuk Islam pula.

8. Maimunah134 binti Harits dari Bani Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah.

Sebelumnya diperistri oleh Abu Rahm bin Abdul Uzza dari Bani Amir bin

Luay.

9. Shafiyah135 binti Huyay bin Akhthab dari Bani Israil, sebelumnya diperistri

oleh Kinanah bin Abul Haqiq. Sembilan wanita inilah yang masih hidup saat

beliau SAW wafat.

10. Zainab binti Khuzaimah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah. Digelari Ummu

Masakin karena belas kasihannya yang sedemikian besar pada kaum papa.

Sebelumnya diperistri oleh Ubaidah bin Harits bin Abdul Muthalib bin Abdu

Manaf. Zainab ini meninggal ketika beliau SAW masih hidup.

Mereka inilah sebelas wanita mulia (10 nama di atas, ditambah Khadijah)

yang dinikahi Rasulullah SAW dan digauli; Ada enam orang wanita berasal dari

Quraisy dan sisanya dari kalangan Arab lainnya. Ada dua wanita lagi yang belum

132 Maksudnya: Nabi Muhammad bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu jandaZaid dapat dikawini oleh Rasulullah

133Lihat naskah h. 8.134Lihat naskah h. 8.135Lihat naskah h. 8.

Page 102: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

88

digauli. Selain itu beliau SAW memiliki seorang budak wanita bernama Mariyah

Qibthiyah, yang dihadiahkan Muqauqis untuknya. Mariyah ini melahirkan putera

beliau SAW yang bernama Ibrahim, yang telah wafat saat masih kecil di Madinah

semasa beliau SAW masih hidup. Seluruh istri dipanggil Ummahatul Mukminin.

Mereka diberi gelar seperti itu oleh al-Qur’an.136

e. Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Pada akhir shafar tahun 11 H, Rasulullah SAW mulai mengadukan rasa

sakitnya, yakni penyakit demam. Beliau SAW meminta izin kepada para istrinya

untuk dirawat di rumah Aisyah, dan beliau SAW diizinkan. Ketika sakitnya semakin

parah, beliau SAW keluar menemui para sahabatnya dan berdiri di atas mimbar,

seraya berkata: wahai kaum muhajirin, perlakukanlah orang Anshar dengan baik,

kaena orang-orang akan semakin bertambah jumlahnya, sedangkan orang Anshar

seperti itu juga keadaannya alias tidak bertambah. Mereka itu tempat aku

menyimpan rahasia dan yang telah membrikan perlindungan kepadaku. Hendaklah

kalian berbuat baik atas kebaikan mereka dan maafkanlah kesalahan mereka. Beliau

SAW kemudian memerintahkan Abu Bakar untuk mengimami orang-orang dan

kemudian Abu Bakar mengimami orang-orang saat beliau SAW sakit.

Ketika tiba hari senin 13 Rabiul Awal tahun 11 H / 8 Juli 633 M, Rasulullah

SAW berpulang. Sahabat yang mengumumkan kewafatannya adalah Abu Bakar, saat

dia berkata ketika orang-orang berkumpul: saudara-saudara, barang siapa yang

menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah meninggal. Dan

136Ibid., h. 259.

Page 103: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

89

barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah SWT hidup

selamanya, tidak akan pernah mati. Kemudian Abu Bakar membacakan ayat ini:

Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah

berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.137 Apakah jika Dia wafat atau dibunuhkamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Makaia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akanmemberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran [3]: 144).

Ketika itu para sahabat berangkat ke Saqifah Bani Saidah, bemusyawarah

tentang siapa ayng akan menjadi pengganti Rasulullah SAW, hingga terjadinya

pembai’atan Abu Bakar. Kemudian mereka mengurus jenazah Rasulullah SAW pada

hari selasa, memandikannya berikut baju yang masih dipakainya, dan mengkafaninya

dengan tiga kain, lalu diletakkan di atas ranjangnya. Orang-orang pun masuk

137Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi

rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit

biasa. karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu.

di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh.

berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada

Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau

Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan

ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu.

(Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di

kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul

Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab

Ketakwaan Sahabat).

Page 104: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

90

menyalatkannya secara bergiliran, yang pertama-tama adalah golongan pria,

kemudian wanita dan kemudian anak-anak. Mereka selesai menshalatkannya pada

pertengahan malam rabu. Saat itu liang lahat ditempat beliau SAW wafat telah

dibuatkan, tepatnya dibagian kamar Aisyah yang sekarang berada di arah Tenggara

Masjid Nabawi. Beliau SAW kemudian dimakamkan disana. Beliau SAW meninggal

dalam usia 63 tahun menurut perhitungan qamariyah.138

H. Isra dan Mi’raj

Walaupun Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan rasul, namun hakekatnya juga

manusia sebagimana kita yang kadang-kadang mempunyai rasa suka dan duka.

Ketika beliau menerima aniaya dan kesedihan terus menerus, maka Allah

menghiburnya ke alam ghaib, agar melihat tanda-tanda kebesaran Allah, yaitu Isra’

dan di Mi’rajkan. Isra’ yang artinya perjalanan malam hari dari Masjidil Haram

(Mekkah) ke Masjidil Aqsha Palestina dan Mi’raj artinya dianggat ke alam ghaib

melalui langit yang berlapis-lapis dengan izin Allah. Seperti firman Allah dalam al-

Qur’an pada surah Isra’ ayat 1:

Artinya: “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada

suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi

138Ibid., h. 261-262.

Page 105: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

91

sekelilingnya139 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Mahamengetahui.”

Isra’ dan Mi’raj Nabi itu merupakan satu mu’jizat yang luar biasa terdapat

pada Nabi Muhammad SAW dengan izin Allah. Sebelum Nabi SAW di Isra’kan,

lebih dahulu Nabi SAW dioperasi oleh malaikat Jibril, yaitu dadanya dibedah

dikeluarkannya kotoran-kotoran tempat dimana syaitan bersarang. Hatinya disuci

dengan air Zam-zam serta diisi dengan keimanan dan hikmah, kemudian

dipertemukan kembali sebagaimana semula. Setelah itu Nabi SAW diberi seekor

kendaaan Buraq. Dinamakan Buraq karena cepat perjalanannya bagikan kilat,

bergerak selangkah saja sudah lenyap dari pandangan mata. Setibanya Nabi SAW di

Baitul Maqdis (Palestina), di Masjid Aqsha mengerjakan shalat dua rakaat, dan

setalah itu Jibril menghidangkan dua buah minuman, yang satu berisi susu dan yang

lain berisi minuman keras, beliaupun mengambil dan meminum yang berisi susu,

akan pilihan Nabi SAW itu, Jibril berkata: sungguh tepat sekali, apa yang kau pilih,

sekiranya engkau memilih minuman keras, niscaya engkau dan umatmu kan tersesat.

Kemudian dari Baitul Maqdis itulah Rasulullah SAW di Mi’rajkan ke alam

ghaib alam yang belum pernah ditempat oleh manusia biasa. Di dalam Mi’rajnya ia

melalui beberapa langit yang bertingkat-tingkat itu, beliau sempat menyaksikan

SidratulMuntaha didekat Jannatul Ma’wa (surga Ma’wa). Di sana juga beliau sempat

berkenalan dengan para malaikat yang semuanya mengucapkan selamat sejahtera

139 Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allahdengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

Page 106: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

92

kepada beliau. Menurut al-Qur’an, langit diciptakan Allah dalam 7 tingkatan, maka

Nabi SAW dapat menyaksikan sendiri akan semua itu. Pada tiap-tiap langit mulai

langit tingkat pertama sampai selanjutnya beliau bertemu dengan para asul terdahulu,

semuanya juga mengucapkan selamat datang rasul Allah yang shalih. Setelah

Mi’rajnya Nabi SAW melebihi langit ketujuh, malaikat Jibril yang menemani Nabi

Mi’raj itu, rupanya tidak mendapat izin dari Allah menemani terus, sehingga ia

menunggu saja didekat Sidratul Muntaha, dan Nabi pun meneruskan Mi’rajnya

sampai ke tempat yang lebih tinggi. Akhirnya Nabi SAW dalam Mi’rajnya itu

sampailah disuatu tempat yang sangat mulia, maka beliau bersujud mohon ampun

kepada Allah. Ketika itulah Nabi SAW menerima perintah yang sangat mulia dari

Allah yaitu mengerjakan shalat lima puluh waktu sehari semalam, yang mana

dicerikan setelah beliau menerima perintah itu, disaat beliau kembali dilangit ke enam

bertemu dengan Nabi Musa as yang mengatakan bahwa umatmu tidak akan mampu

melaksanakan shalat lima puluh waktu dalam sehari semalam itu, maka mimtalah

keringanan kepada Allah. Agaknya Nabi SAW membenakan nasehat Nabi Musa as,

maka beliaupun kembali dan mohon keringanan kepada Allah. Demikianlah Nabi

SAW sampai berulang-ulang menghadap Allah atas nasehat Nabi Musa as, hingga

akhirnya tinggAllah lima waktu sehari semalam sampai sekarang ini. Setelah itu juga,

kembalilah beliau ke dunia ditempat dimana semula beliau di Mi’rajkan yaitu di

Masjidil Aqsha, dengan mengendarai Buraq beliau kembali dan tiba di Mekkah hari

telah subuh.

Page 107: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

93

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian naskah ‘Aqidatu al Awām yang merupakan

karangan Sayyid Ahmad Al Marzuqi Al Maliki membahas tentang Akidah atau

kepercayaan/keyakinan terhadap Allah SWT baik itu keyakinan terhadap sifat-sifat

Nya dan keyakinan kepada para utusannya yaitu rasul-rasul Allah beserta sifat-sifat

mereka. Selain itu juga, jika dilihat dari suntingan teks dan deskripsi terhadap naskah

‘Aqidatu al Awām bahwa naskah tersebut pada umumnya dalam keadaan baik,

walaupun ada beberapa bagian yang tidak terbaca karena termakan usia. Adapun

media yang digunakan dalam pembuatan naskah ‘Aqidatu al Awām yaitu

menggunakan kertas, dan berwarna kuning kecoklatan yang memiliki cap kertas

(watermark).

Naskah dalam objek kajian ini dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa naskah

‘Aqidatu al Awām adalah naskah tunggal yang membahas Naẓam atau bait-bait yang

berisi tentang ilmu Akidah dan pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang menjadi

pijakan dari para kaum Muslimin. Seperti dijelaskan di dalam teks naskah tersebut

bahwa Allah memiliki 20 sifat wajib dan di dalamnya juga membahas tentang

keyakinan kepada para rasul serta wahyu yang diturunkan kepada mereka dan

keyakinan kepada malaikat dan kitab-kitab Allah serta keyakinan kepada Isra dan

Mi'raj.

Page 108: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

94

B. Saran

Adapun saran dari penulis berharap supaya kita anak Bangsa janganlah

memandang sebuah naskah itu sebelah mata, kita harus menjaga dan merawatnya

karena itu salah satu peninggalan nenek moyang kita satu-satunya, tanpa disadari kita

telah banyak melalaikan dan memusnakahkan karya-karya tersebut. Kita semua harus

sadar bahwa naskah itu lindungi dan harus dijaga. Karena, di dalam naskah banyak

mengandung ilmu pengetahuan yang sangat luas dan sangat berguna bagi anak

Bangsa saat ini dan seterusnya.

Page 109: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

95

DAFTAR PUSTAKA

C. Manuskip:

Naskah ‘Aqidatu al Awām (1296 H/1887 M)

D. Buku:

A. Munir dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

ABD Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah.

Yogyakarta: Ombak, 2011.

Achadiati Ikram. Jati Diri Yang Terlupakan: Naskah-Naskah Palembang. Jakarta:

Yayasan Naskah Nusantara (YANASSA), 2004.

Dudung Abdurrahman. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak,

2011.

Ellyana G. Hinta. Tinilo Pa’ito Naskah Puisi Gorontalo Sebuah Kajian Filologis.

Jakarta: Djambatan, 2015.

Hendri Chambert Loir dan Oman Fathurrahman. Khazanah Naskah Panduan Koleksi

Naskah-Naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999.

Imron. Pengantar Ilmu Kalam. Palembang: Noer Fikri, 2014.

K.H. Moenawar Chalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1. Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Mohammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2011.

Nabila Lubis. Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian

Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996.

Page 110: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

96

Nyimas Umi Kalsum. Filologi dan Terapan. Palembang: Noer Fikri, 2013.

Ohan Sudjana.Fenomena Aqidah Islamiyah. Jakarta: Media Da’wah, 2000.

Oman Fathurahman. Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2015.

Oman Fathurahman, dkk..Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Badan Litbang

danDiklat Puslitbang Lektur Keagamaan kementrian Agama Islam, 2010.

Siti Baroroh Baried, dkk..Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian

dan publikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas

Gajah Mada, 1994.

Sri Wulan Rujiati Mulyadi. Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok: Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, 1994.

Suryan A. Jamrah.Studi Ilmu Kalam. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Syamsuri Baidlowi. Riwayat Ringkas 25 Rasul. Surabaya: Apollo, Tanpa Tahun.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora.

Palembang: Fakultas Adab dan Humaniora, 2013.

Tri Rama K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung, tt.

W.A. Churchill. Watermark In Paper, Menno Hertzberger Antiquariaat: Amsterdam,

1985.

E. SkripsidanJurnal:

Ali Ismail. “Kajian Leksikal, Sintaksis, dan Semantik dalam Terjemahan Kitab

Aqidatul Awam Karya Syekh Ahmad Marzuki”. JIP Vol 7.No. 1 (Januari

2017).

Page 111: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

97

Eny Setianingsih. “Metode Pembelajaran Aqidah Melalui Syair dalam Kitab Aqidatul

Awam (Studi Pada Kelas II di Madrasah Diniyah Al-Istiqomah) Pucangan,

Kartasura, Sukoharjo”.dalam Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Surakarta: Fakultas Tarbiyah dan Bahasa IAIN Surakarta, 2013.

Melia Faizah. “Muhassinat Lafziyah pada Nadzam Aqidatul Awam Asy-Syaikh As-

Sayyid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki”.dalam Skripsi Program Studi Sastra

Arab Fakultas Sastra UM. Malang: Fakultas Sastra UM, 2017.

Mukhamad Zainudin. “Penerapan Metode Menghapal Aqidatul Awam dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Untuk Memantapkan Akidah Siswa di MI

Attaraqqie Malang” dalam Tesis Program Magister Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah. Malang: Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016.

F. Internet:

Abdullah bin Hamid Ali. Pengantar Aqidah Islam, diakses pada 8 maret 2018

darihttp://www.lamppostproductions.com/wpcontent/uploads/2011/01/Creed_I

bn_Ashir.pdf

https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/syaikh-

ahmad-al-marzuqi-al-hasani diakses pada hari kamis 22 maret 2018.

Page 112: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

98

Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, artikel

diakses pada 17 Juli 2017 dari http://www.kumpulannaskah-

naskahdipalembang.mit.edu90/index.html.

G. Wawancara

Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Bapak Kemas Haji Andi Syarifuddin,

Palembang, 14 September 2017.

Page 113: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

A. Gambar Naskah Dalam Lampiran

-Lampiran 1

Page 114: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 2

Page 115: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 3

Page 116: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 4

Page 117: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 5

Page 118: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 6

Page 119: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 7

Page 120: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 8

Page 121: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 9

Page 122: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 10

Page 123: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 11

Page 124: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

-Lampiran 12

Page 125: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

B. Pedoman Wawancara

Nama : Kemas Haji Andi Syarifuddin (Selaku Pemilik Naskah)

Kamis, 14 September 2017

1. Apa isi naskah ‘Aqidatu al āwam itu?

2. Dimana bapak meletakkan koleksi naskah milik bapak?

3. Bagaimana cara perawatan naskah tersebut?

4. Berapa jumlah koleksi naskah yang bapak miliki?

5. Dari mana bapak mendapatkan naskah ‘Aqidatu al āwam tersebut?

6. Siapa nama pengarang naskah ‘Aqidatu al āwam?

Page 126: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah

C. Biodata Penulis

Nama : Yusi Lestari

Tempat/Tanggal Lahir : Sukajadi, 01 Januari 1996

Alamat : Desa Sukajadi Kecamatan Sungai Rotan Kabupaten

Muara

Enim

Agama : Islam

No. Hp : 0813 6964 4997

Riwayat Pendidikan : SD Negeri Sukajadi Tamat Tahun 2007

SMP Negeri 51 Palembang Tamat Tahun 2010

SMA Negeri 1 Sungai Rotan Tamat Tahun 2013

Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang angkatan

2013-2018

Page 127: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah
Page 128: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah
Page 129: NASKAH ‘AQIDATU AL-AWĀM (Suntingan Teks dan Analisis Isi)eprints.radenfatah.ac.id/3404/1/Yusi Lestari (13420048).pdf · Jika dilihat dari suntingan teks dan analisis isi naskah