51
i MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma longa) DALAM PAKAN SKRIPSI Oleh: ABDUL RAHIM HARIANTO I 111 12 062 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

i

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.)

YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma longa)

DALAM PAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL RAHIM HARIANTO

I 111 12 062

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

ii

MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas Sp)

YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma longa)

DALAM PAKAN

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL RAHIM HARIANTO

I111 12 062

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

iii

Page 4: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

iv

Page 5: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh………………………………………

Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang

senantias tercurahkan kepada penulis sehingga dapat merampungkan penulisan

Skripsi ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang

telah menjadi panutan serta telah membawa ummat dari lembah kehancuran menuju

alam yang terang benderang.

Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara

kepada Ayahanda Kuadianto, Sp dan Ibunda Nurbiah yang telah melahirkan,

mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus

kepada penulis sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam

kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Buat saudaraku Widia utami yang

selama ini telah banyak membantu penulis, serta keluarga besarku yang selama ini

banyak memberikan do’a, kasih sayang, semangat dan saran. Semoga Allah

senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

Terima kasih tak terhingga kepada bapak drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si

selaku Pembimbing Utama dan kepada bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc

selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah

diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam

membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi

ini. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan segala

keikhlasan dan kerendahan hati kepada:

Page 6: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

vi

1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh

Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan Bapak

Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

2. Ibu Dr. Andi Amidah Amrawati, SPt. M.Si Pembimbing Akademik. Bapak Ir.

Muh. Aminawar. MM selaku pembimbing Seminar pustaka dan Dr. Muh.

Ridwan, S.pt, M.Si selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

3. Teman-teman KKN Desa Kahayya Kab. Bulukumba Jihad, Heski, Derry, Eko,

dan Fatmawati.

4. Teman angkatan Flock Mentality 012, teman ant 014, larva 013, solandeven

011, Lion 010, dan Merpati 09.

5. Teman penelitian : Kandi, Jihad dan Tika, terima kasih atas waktu dan kerja

samanya selama penelitian.

6. Terima kasih kepada teman Spesialku Nur Atika Pasang yang senantiasa

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Kepada Astuti, Nanda, Mila, Hasman, Azwar, Fatma dan Reski yang telah

memberikan semangat dan masukan kepada penulis selama ini. Teman – teman

WGP : Suhal, Yasin, Salim, Kansul, Didik, Akbar, Ipul, Andahar, Erwin, Farid,

Iqbal, Uria, Bambang, Furqan yang selama ini menjadi penawar stress dan

tempat menceritakan berbagai masalah yang dialami oleh penulis meskipun

sampai saat ini belum pernah memberikan saran – saran untuk pemecahan

masalah yang dialami penulis.

8. Teman-teman yang telah banyak membantu selama penelitian Auliya

Anggraeni S.Pt, Nuraeni S.Pt, Rita Massolo S.Pt. Rahma Wati S.Pt.Yessy,

Appe, Nanda Print, Kandi Print Ewing Prin dan Ica Print.

Page 7: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

vii

9. Teman – teman kelas B yang senantiasa mewarnai hari – hari dan mengajarkan

betapa pentingnya arti kebersamaan di dalam sebuah keluarga meskipun kami

tak memiliki hubungan darah.

10. Teman – teman alumni SMAN 1 Kalukku : Muh. Syamnur, Muh. Iqbal, Ummi

Qalsum, Cindara, dan Rismayanti.

11. Tim asisten Ilmu Kesehatan Ternak : fatma, Erik, Arisman, Tuti, Ardi, Tika,

dan Striani.

12. Lembaga Tercinta Himaprotek_UH, Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberi wadah terhadap penulis

untuk berproses dan belajar.

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat diharapkan

adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan nantinya,

terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri. AAMIIN YA ROBBAL

AALAMIN.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, November 2016

Penulis

Page 8: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

viii

ABSTRAK

ABDUL RAHIM HARIANTO. I111 12 062. Morfometri dan Histologis Usus itik

Lokal (Anas Sp.) yang diberi Tepung Kunyit (Curcuma Longa) dalam Pakan.

Pembimbing : drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si dan Dr. Ir. Wempie Pakiding,

M.Sc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung

kunyit dalam pakan terhadap morfometri dan histologis usus halus itik. Materi yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 64 ekor itik yang berumur 1 hari Day Old

Duck (DOD). Perlakuan pemberian tepung kunyit dilakukan melalui pakan yang

dimulai pada hari ke-1 hingga akhir pemeliharaan (hari ke-70). Data tinnggi dan

lebar vili yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu

penyajian dalam bentuk gambar, sedangkan panjang dan bobot usus diolah dengan

sidik ragam sesuai dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

4 ulangan. Perlakuan ini terdiri dari kontrol (K0, tanpa penambahan kunyit), dan

perlakuan dengan penambahan tepung kunyit : 0,5%, 1% dan 2%, pada masing

masing perlakuan (K1, K2 dan K3). Parameter yang diukur adalah morfometri

(panjang dan bobot) usus halus dan histologis (tinggi dan lebar vili) usus halus.

Pengambilan sampel dilakukan pada umur 70 hari. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penambahan tepung kunyit dalam pakan tidak berpengaruh terhadap panjang

dan bobot usus halus itik, dan tidak memberikan perbedaan terhadap tinggi dan

lebar vili usus halus itik. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan tepung

kunyit dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap morfometri (panjang dan

bobot) usus halus itik, penambahan tepung kunyit juga tidak memberikan

perbebedaan terhadap histologis (tinggi dan lebar vili) usus itik.

Kata kunci: Itik, tepung kunyit,vili, duodenum, jejunum, ileum.

Page 9: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

ix

ABSTRACT

ABDUL RAHIM Harianto. I111 12 062. Morphometry and Histological

Intestine Local duck (Anas Sp.) By Flour Turmeric (Curcuma Longa) in the feed.

Supervisor: drh. Hj. Nur Farida Yuliati, M.Si and Dr. Ir. Wempie Pakiding,

M.Sc.

This study aimed to determine the effect of turmeric powder in feed against

intestine histological morphometric and ducks. The material used in this study as

many as 64 ducks were aged 1 day Day Old Duck (DOD). Treatment is done

through provision of turmeric powder feed beginning on day 1 until the end of

maintenance (70th day). Data tinnggi and villi width obtained were processed using

descriptive analysis is the presentation in the form of images, while the length and

weight of the intestines is processed by analysis of variance according to a

completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications. This

treatment consists of a control (K0, without the addition of turmeric), and treatment

with the addition of turmeric powder: 0.5%, 1% and 2%, in each treatment (K1, K2

and K3). Parameters measured were morphometry (length and weight) and

histological intestine (villi height and width) of the small intestine. Samples were

taken at the age of 70 days. The results showed that the addition of turmeric powder

in feed has no effect on the length and weight of the small intestine ducks, and no

distinction of height and width of the small intestine villi ducks. It is concluded that

the addition of turmeric powder in feed does not give effect to morphometric (length

and weight) of the small intestine of ducks, the addition of turmeric powder is also

no distinction of histological (villi height and width) of duck intestine.

Keywords: Ducks, turmeric powder, villi, the duodenum, jejunum, ileum.

Page 10: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Itik ........................................................................ 4

Sistem Pencernaan Itik ...................................................................... 6

Gambaran Umum Kunyit .................................................................. 10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ............................................................................. 14

Materi Penelitian ................................................................................ 14

Rancangan Penelitian......................................................................... 14

Prosedur Penelitian ............................................................................ 15

Parameter yang Diukur ...................................................................... 19

Analisis Data ...................................................................................... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panjang dan Bobot Usus Halus ......................................................... 22

Tinggi vili .......................................................................................... 24

Lebar vili ............................................................................................ 26

Page 11: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

xi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................ 30

Saran .................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31

LAMPIRAN ............................................................................................... 34

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 38

Page 12: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

xii

DAFTAR TABEL

No.

Teks

1. Komposisi Pakan Penelitian ................................................................ 16

2. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian ................................................... 16

3. Jumlah pemberian pakan beradasarkan umur pemeliharaan................ 17

4. Panjang dan Bobot Usus Halus ............................................................ 22

Halaman

Page 13: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

xiii

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

1. Saluran pencernaan unggas ................................................................... 6

2. Kunyit (Curcuma longa) ...................................................................... 11

3. Pengukuran Tinggi dan Lebar Vili....................................................... 20

4. Gambaran Tinggi Vili Usus Bagian Duodenum .................................. 24

5. Gambaran Tinggi Vili Usus Bagian Jejunum ...................................... 24

6. Gambaran Tinggi Vili Usus Bagian ileum ........................................... 25

7. Grafik Rata – Rata Tinggi Vili Usus .................................................... 25

8. Gambaran Lebar Vili Usus Bagian Duodenum ................................... 26

9. Gambaran Lebar Vili Usus Bagian Jejunum ....................................... 27

10. Gambaran Lebar Vili Usus Bagian Ileum ............................................ 27

11. Grafik Rata – Rata Lebar Vili Usus ..................................................... 27

Halaman

Page 14: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil Analisis Ragam Bobot Usus Halus Itik ................................... 34

2. Hasil Analisis Ragam Panjang Usus Halus Itik ................................ 35

3. Data Konsumsi Pakan Selama Penelitian .......................................... 36

4. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 37

Page 15: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

1

PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat akan produk peternakan semakin meningkat. Saat

ini, industri peternakan yang ada di Indonesia menghasilkan sekitar 2.925.210 ton

daging, dan pemasok daging terbesar yaitu ayam sebesar 66 %, daging sapi 17%,

itik hanya mampu menghasilkan 38.840 ton atau hanya sebesar 1,32% dari total

produksi daging Indonesia (Ditjennak, 2015). Dari data tersebut menunjukkan

bahwa produksi daging itik yang ada di Indonesia masih sangat rendah. Pada

dasarnya, daging itik juga mampu berkontribusi sebagai sumber asupan protein

hewani yang baik. Walaupun sumbangan ternak itik masih relatif kecil, tetapi

memiliki potensi untuk dikembangkan dan hal ini ditunjukkan oleh peluang pasar

yang cukup besar.

Sistem pemeliharaan menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas

itik. Sebagian besar peternak itik yang ada masih menganut sistem pemeliharaan

semi intensif dan tidak jarang pula peternak yang masih bertahan dengan sistem

pemeliharaan tradisional. Sistem pemeliharaan tersebut memperbesar

kemungkinan terjangkitnya penyakit yang nantinya akan berpengaruh pada

produktivitasnya.

Sistem pemeliharaan itik yang dilakukan secara semi intensif akan

memudahkan itik terserang mikroorganisme patogen yang dapat berdampak bagi

kesehatannya. Serangan mikroorganisme patogen pada itik dapat menyebabkan

kesehatan organ pencernaan terganggu dan mengakibatkan menurunnya efisiensi

absorbsi nutrisi (Korver, 2008). Kesehatan organ pencernaan yang terganggu dapat

menyebabkan absorbsi nutrisi yang kurang efisien dan membuat produktivitas itik

Page 16: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

2

menjadi rendah. Salah satu solusi yang dapat diterapkan yaitu penggunaan

antibiotik.

Penggunaan antibiotik terbukti dapat menghambat perkembangan bakteri

berbahaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi (Infante et. al,

2014). Penambahan antibiotik ke dalam pakan itik dapat menghambat

mikroorganisme patogen yang berasal dari luar tubuh itik yang dapat mengganggu

aktivitas penyerapan nutrisi makanan pada usus. Seiring dengan berjalannya waktu,

penambahan antibiotik sintesis ke dalam pakan mempunyai kelemahan, yaitu

timbulnya resistensi apabila tidak digunakan sesuai aturan (Hammerum and Heuer,

2009). Salah satu upaya untuk mengatasi pembatasan penggunaan antibiotik

sintesis adalah dengan menggunakan bahan herbal yang memiliki kandungan

antimikroba seperti tanaman kunyit.

Kunyit merupakan tanaman yang banyak ditemukan di negara yang

beriklim tropis. Kunyit mengandung kurkumin yang dapat merangsang dinding

kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan minyak atsiri yang

berfungsi mengatur keluarnya asam lambung agar tidak berlebihan sehingga

membantu kerja usus (Pratikno, 2010). Selain itu, kurkumin dan minyak atsiri

meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang getah pankreas yang

mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan proses

pencernaan bahan pakan (Winarto, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa kunyit dapat

dijadikan sebagai salah satu pengganti antibiotik sintetis sebagai growth promotor

dalam meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi pakan pada itik pedaging.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung kunyit pada

Page 17: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

3

pakan terhadap morfometri dan histologis usus itik pedaging. Penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmiah bagi akademisi dan

peneliti serta dasar pengetahuan bagi pelaku industri peternakan itik. Dengan

mengetahui pengaruh pemberian kunyit dalam pakan terhadap pakan terhadap

morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan

dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging. Pemberian kunyit dalam pakan

diharapkan dapat meningkatkan proses pencernaan bahan pakan dan efisiensi usaha

itik pedaging.

Page 18: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Itik

Itik telah dikenal oleh masyarakat luas dengan nama bebek, sejarah itik − itik

yang terdapat di Indonesia berasal dari domestikasi itik liar keturunan dari Indian

Runner. Hal tersebut dapat dilihat pada ekor itik jantan yang memiliki beberapa

bulu yang mencuat ke atas “sex feather” seperti pada itik mallard (Sussanti dan

Prasetyo, 2005 dalam Subiharta et al., 2013). Itik sangat berkembang di Indonesia,

penyebaranya mulai dari Aceh sampai ujung bagian timur Indonesia, itik cukup di

kenal di kalangan masyarakat Indonesia, oleh karenya itik juga dikenal sebagai itik

rakyat atau itik lokal. Suharno (2003) menyatakan bahwa itik lokal terbagi atas

beberapa jenis yaitu itik Alabio di Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai,

Kalimantan Selatan; itik Tegal di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah; itik Mojosari, di

Mojosari, Mojokerto Jawa Timur; dan itik Bali yang terdapat di seluruh pulau Bali

dan Lombok. Taksonomi itik dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Scanes et al.,

2004) :

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Klas : Aves

Super ordo : Carinatae

Ordo : Anseriformes

Spesies : Anas platryhynchos (mallard dan domestik)

Itik di Indonesia mempunyai peluang usaha yang cukup tinggi dan itik juga

merupakan salah satu sumber pendapatan bagi peternak kecil. Namun demikian,

Page 19: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

5

jika dilihat dari tingkat populasi, perkembangan ternak itik yang ada di Indonesia

relatif lebih lambat. Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yang

diterapkan oleh sebagian besar peternak diduga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan ternak itik. Sistem pemeliharaan itik secara

tradisioal sangat erat kaitanya dengan areal persawahan yang kondisi persawahan

semakin intensif baik dari segi penanganan maupun dari segi penggunaan bahan

kimia (Setioko, 1997).

Sistem pemeliharaan itik gembala dapat dikelompokkan menjadi empat

yaitu fully mobile, semi mobile, home based dan opportunist. Fully mobile

merupakan sistem pemeliharaan itik yang berpindah – pindah mengikuti panen

padi, dan peternak tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Semi mobile

merupakan sistem pemeliharaan ini hampir mirip dengan sistem pemeliharaan fully

mobile hanya saja pada sistem pemeliharaan ini peternak itik memiliki rumah

sebagai tempat tinggal bersama keluarganya. Para peternak akan pulang kerumah

masing – masing ketika itik mengalami gugur bulu (molting) sampai itik mulai

bertelur kembali. Sistem pemeliharaan home based merupakan sistem pemeliharaan

yang hanya mengikuti panen yang berada disekitar tempat tinggalnya saja. Bila

tidak ada panen, maka peternak akan melepaskan itiknya dan membiarkannya

berkeliaran di saluran irigasi, kolam atau genangan air yang terdapat disekitar

sawah. Peternak juga memberikan pakan tambahan berupa jagung, menir dan

gaplek. Sistem pemeliharaan opportunist merupakan sistem pemeliharaan dimana

peternak akan membeli itik pada saat menjelang musim panen, dan akan

menjualnya apabila musim panen telah selesai (Petheram dan Thahar, 1983).

Page 20: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

6

Selain pakan yang diberikan oleh peternak, itik mendapatkan pakan

tambahan dari sawah. Pada saat panen, pakan yang dikonsumsi itik berupa padi,

keong serangga, dedaunan serta bahan – bahan lain yang tidak dapat dikenal. Bahan

tersebut jumlahnya cukup bervariasi antara individual itik, waktu, tempat dan

kondisi sawah, kandungan nutrisinya juga berbeda − beda, tetapi rata − rata

kandungan proteinnya hanya 9,3 % di bawah standar kebutuhan untuk itik petelur

menurut NRC dan kalsium (Ca) 5,4% di atas kebutuhan kalsium itik pedaging

(Setioko, 1997).

Menurut Wulyono dan Daroini (2013) kunci sukses keberhasilan usaha

peternakan itik sangat ditunjang oleh kesediaan pakan itik per harinya. Teknis dan

pola pemberian pakan memegang peranan dalam pertumbuhan, perkembangan dan

produksinya. Pakan yang akan diberikan kepada itik sebaiknya pakan yang mudah

untuk dicerna dalam saluran pencernaan itik.

Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan pada ungags dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Saluran Pencernaan Unggas (Sapoetra, 2013)

Page 21: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

7

Pencernaan merupakan serangkaian proses yang terjadi di dalam saluran

pencernaan yaitu memecah ransum menjadi bagian – bagian atau partikel – partikel

yang lebih kecil, dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana

hingga larut dan dapat diabsorbsi oleh dinding saluran pencernaan hingga masuk

ke dalam peredaran darah atau getah bening yang selanjutnya diedarkan ke seluruh

bagian tubuh yang membutuhkan atau untuk disimpan didalam tubuh (Kamal, 1994

dalam Triyastuti 2005).

Sistem pencernaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari saluran

pencernaan dan organ – organ pelengkap yang berperan dalam proses peromakan

makanan baik secara fisik maupun secara kimiawi menjadi senyawa yang siap

untuk diserap oleh saluran pencernaan (Abun dalam Hamzah, 2013). Srigandono,

(1997) dalam Triyastuti (2005) menyatakan bahwa alat-alat pencernaan pada itik,

mencakup : (a). Mulut yang terdiri atas paruh dan ruang paruh serta lidah. Ransum

yang masuk oleh pergerakan lidah didorong masuk ke dalam pharynx yang

kemudian ditelan. Ransum yang terapung − apung di air ditelan dengan bantuan

alat penyaringan yang berupa lamella pararel. (b). Pharynx, proses menelan pada

ternak itik tidak bersifat peristaltik karena itik tidak memiliki palat yang halus dan

muskulus konstriktor pada pharynxnya. (c). Esophagus, ransum masuk ke

esophagus semata-mata oleh adanya gravitasi (gaya berat) ransum dan karena

tekanan yang lebih rendah di dalam ruang esophagus oleh leher yang dijulurkan ke

atas. Demikian juga halnya dengan proses menelan air. (d). Crop, merupakan

pelebaran dari dinding esophagus. Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop

tidak berkembang sempurna, tidak seperti pada ayam atau burung-burung pemakan

Page 22: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

8

rumput. Crop semata-mata berfungsi sebagai penampung sementara bagi ransum.

(e). Perut, terdiri atas perut kelenjar (proventrikulus) dan perut muskular

(ventrikulus), sebagai alat penghancur ransum. (f). Usus Halus (intestine) terdiri

atas duodenum sepanjang antara 22 sampai 38 cm, jejenum sepanjang 105 cm dan

Ileum sepanjang 15 cm. (g). Kolon, terdapat dua seka yang masing-masing

panjangnya 10 sampai 20 cm. (h). Rectum. (i). Kloaka.

Pada usus terjadi aktifitas penyerapan zat – zat atau sari – sari makanan yang

dibutuhkan oleh tubuh (Doeschate et al, 1993). Usus halus merupakan tempat utama

berlangsungnya proses pencernaan serta absorbsi produk pencernaan. Berbagai

enzim yang masuk ke dalam saluran ini berfungsi mempercepat dan

mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah

proses absorbsi. Secara anatomis usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu

duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum bermula dari ujung distal gizzard, pada

bagian ini berbentuk kelokan yang biasa disebut duodenall loop. Pada bagian

kelokan tersebut merupakan tempat menempelnya pangkreas yang nantinya akan

mensekresikan pangcreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase dan

tripsin. Jejunum dan ileum merupakan bagian paling sulit untuk dibedakan pada

saluran pencernaan. Usus halus merupakan saluran yang berkelok – kelok dengan

banyak lipatan yang biasa disebut vili atau jonjot usus. Vili ini berfungsi

memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan

makanan (Suprijatna, et al., 2008).

Proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapat dipengaruhi oleh

luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan banyaknya villi dan

Page 23: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

9

mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan (Austic dan Nesheim, 1990 dalam

Ibrahim 2008). Kondisi usus halus seperti villi pada usus halus menggambarkan

area untuk penyerapan nutrisi yang lebih luas (Awad et al., 2009 dalam Jamilah

dkk., 2014). Peningkatan tinggi villi dan lebar villi diasosiasikan dengan lebih

luasnya permukaan villi untuk penyerapan nutrisi masuk ke dalam aliran darah

(Miles et al., 2006 dalam Jamilah, dkk., 2014). Peningkatan tinggi villi pada usus

halus ayam pedaging berkaitan erat dengan peningkatan fungsi pencernaan dan

fungsi penyerapan karena meluasnya area absorpsi serta merupakan suatu ekspresi

lancarnya sistem transportasi nutrisi ke seluruh tubuh (Awad et al., 2008). Vili

merupakan tempat penyerapan zat zat gizi, semakin lebar vili semakin banyak zat

zat makanan yang akan diserap pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan

organ organ tubuh, karkas yang meningkat (Asmawati, 2013).

Sebagian besar pencernaan terjadi pada usus halus, pada usus halus terjadi

pemecahan zat-zat makanan menjadi zat yang lebih sederhana, dan hasil

pencernaan yang telah disederhanakan akan diedarkan ke dalam aliran darah

melalui gerakan peristaltik yang terjadi pada usus. Pada saluran pencernaan,

khususnya usus halus terdapat mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu

proses pencernaan pada usus, mikroorganisme patogen yang sering menyebabkan

gangguan adalah Escherichia coli. Escherichia coli yang terdapat dalam saluran

pencernaan, dapat merusak mukosa saluran pencernaan secara potensial

(Wresdiyati, dkk., 2013).

Untuk mengatasi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh adanya

gangguan oleh mikroorganisme patogen para peternak biasanya menggunakan

Page 24: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

10

antibiotik untuk menekan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme

patogen. Antibiotik telah digunakan oleh banyak pihak di berbagai negara.

Antibiotik dengan dosis rendah diberikan ke dalam pakan dengan tujuan untuk

meningkatkan laju pertumbuhan. Antibiotik yang biasa digunakan sebagai pemacu

pertumbuhan yaitu bacitracin, penicilin, virginiamicyn, flavomicyn,

chlortertacilyn, oxytetracilyn, colistine sulfat, doxycilyn, dan erytromicyn

(Chowdhury, et al., 2009).

Namun seiring dengan berjalanya waktu, penggunaan antibiotik pada ternak

mulai dibatasi karena dapat menimbulkan penyakit dan bersifat racun pada manusia

dan dapat menyebabkan perkembangan mikroorganisme patogen yang resisten

terhadap antibiotik meningkat (Castanon, 2007). Pelarangan penggunaan antibiotik

sebagai pemacu pertumbuhan menghasilkan peningkatan infeksi penyakit pada

unggas (Casewell, et al., 2003). Pada saat ini, industri peternakan harus mencari

solusi untuk menggantikan peran antibiotik dan tidak memberikan efek negatif pada

ternak dan bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Gambaran Umum Kunyit

Kunyit (Curcuma longa) termasuk salah satu tanaman rempah dan tanaman

obat. Kunyit berasal dari daratan Asia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini

kemudian menyebar ke daerah Indonesia, Malaysia (Hartati, 2013). Lal (2012)

mengklasifikasikan tanaman kunyit sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Page 25: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

11

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa L.

Gambar tanaman dan rimpang kunyit dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Kunyit (Curcuma longa) (Anonim, 2008)

Tanaman kunyit berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak,

bulat, dan membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan, daun tunggal dan

berbentuk lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal

daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun

menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut dan bersisik.

Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1cm, berwarna kuning.

Kelopak silindris, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung berwarna putih.

Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda (Anonim, 2008). Kunyit juga

sering dijadikan sebagai bahan baku obat dan tak jarang juga digunakan sebagai

Page 26: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

12

rempah atau bumbu dapur dan sebagai salah satu zat pewarna alami (Rahardjo dan

Rostiana, 2005).

Rimpang kunyit mengandung berbagai zat aktif diantaranya minyak atsiri

yang terdiri atas monoterpen dan seskuiterpen dan kurkuminoid, protein, fosfor,

kalium, besi dan vitamin C (Himma, 2010). Senyawa utama yang terkandung dalam

rimpang kunyit adalah kurkuminioid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid

berkisar antar 3-5% yang terdiri dari kurkumin dan turunannya yaitu

demetoksikurmin dan bisdemetoksikurkumin. Kandungan minyak atsiri berkisar

antara 2,5-6% yang terdiri dari komponen artumeron, alfa dan betatumeron,

tumerol, alfa atlanton, beta kariofilen, dan linalol. Selain kurkuminoid dan minyak

atsiri rimpang kunyit mengandung senyawa lain seperti pati, lemak, protein,

kamfer, resin, damar, gom, kalsium fosfor, dan zat besi (Hartati, 2013). Minyak

atsiri pada kunyit dapat memberi efek anti mikroba dan kurkumin sebagai anti

inflamasi dan meningkatkan kerja organ pencernaan. Aktivitas biologis kunyit

berspektrum luas diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri dan

hipokolesteremik, mempunyai sifat kolagogum (peluruh empedu), sehingga dapat

meningkatkan penyerapan vitamin A, D, E dan K (Agustina, 2013). Ekstrak etanol

rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis,

Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Salmonella typhosa (Himawan, et

al.,2012).

Rusli (2009) menyatakan bahwa rimpang kunyit mengandung senyawa anti

bakteri turunan fenol, senyawa tersebut dapat masuk ke dalam sitoplasma bakteri

dan merusak sistem kerja sel bakteri sehingga mengakibatkan lisisnya sel, serta

Page 27: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

13

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kunyit memiliki aktivitas antioksidan

yang cukup tinggi, kurkumin merupakan komponen utama pada kunyit yang

menyebabkan tingginya aktifitas antioksidan tersebut (Chattophadyay, et al., 2004).

Menurut Lal (2012) kunyit memiliki banyak unsur pokok yang memperlihatkan

berbagai macam aktivitas biologis. Kunyit mengandung paling tidak 20 molekul

antibiotik, 14 cancer preventives, 12 anti-tumor, 12 anti-inflamasi, dan setidaknya

10 antioksidan yang berbeda.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat kunyit untuk

meningkatkan performa ternak unggas. Sultan et al. (2003) melaporkan pemberian

kunyit pada level 0,5% dalam pakan ayam broiler dapat meningkatkan bobot badan,

menurunkan konsumsi pakan, yang menghasilkan feed convertion ratio yang lebih

baik. Suplementasi kunyit pada pakan 0,5% secara signifikan dapat meningkatkan

kualitas karkas, mengurangi persentasi lemak, dan meningkatkan bobot daging

dada, paha, dan jeroan. Peningkatan bobot badan dan kualitas karkas pada

penelitian tersebut dihubungkan pada aktifitas antioksidan pada kunyit melalui

stimulasi sintetis protein pada usus oleh aktifitas enzimatis.

Page 28: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

14

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2016.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, sebagai tempat pemeliharaan itik dan

Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner, Maros sebagai tempat pembuatan

preparat usus.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik lokal yang berumur

satu hari Day Old Duck (DOD), sebanyak 64 ekor dengan jenis kelamin campuran

yang diperoleh dari penetasan rakyat di Kabupaten Sidenreng Rappang. Bahan lain

yang digunakan adalah rimpang kunyit, pakan butiran, jagung, dedak, bungkil

kelapa, Meat and Bone Meal (MBM), kedelai, grit, premix, air minum, dan vaksin.

Bahan-bahan pendukung antara lain: alkohol 70 %, formalin, parafin dan akuades.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang open house

berdinding bambu. Peralatan lain yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

mikrotom, wadah penyimpanan, mikroskop dan timbangan analitik, tempat minum,

tempat pakan, timbangan pakan dan kamera Optilab.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 4 ulangan (setiap ulangan terdiri

atas 4 ekor itik sebagai sub-ulangan). Perlakuan yang akan diterapkan adalah 4 level

pemberian tepung kunyit pada pakan:

Page 29: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

15

K0 : Pakan basal + 0 % tepung kunyit (kontrol)

K1 : Pakan basal + 0,5 % tepung kunyit (5 g/1 kg)

K2 : Pakan basal + 1 % tepung kunyit (10 g/1 kg)

K3 : Pakan basal + 2 % tepung kunyit (20 g/1 kg)

Prosedur Penelitian

a. Persiapan Kandang

Kandang itik yang digunakan sebanyak 16 petak yang terbuat dari bilah

bambu, dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 80 cm. Tiap petak

dilengkapi dengan lampu pijar 40 watt yang berfungsi sebagai pemanas dan litter

yang berasal dari serbuk gergaji. Setiap petak dilengkapi dengan tempat pakan dan

air minum gantung. Persiapan lain yang diperlukan yaitu melakukan fumigasi

kandang dengan menggunakan campuran formalin dan air dengan dosis 1: 10.

b. Pembuatan Tepung Kunyit

Kunyit yang digunakan diperoleh dari pasar tradisional yang terdapat di

Makassar. Proses pembuatan tepung kunyit di mulai dengan pencucian rimpang

kunyit dengan tujuan untuk menghilangkan tanah yang masih menempel pada

rimpang kunyit. Setelah rimpang kunyit ditiriskan, rimpang kunyit diiris tipis lalu

disebar kedalam oven tray (kotak berisi talang). Sumber panas yang digunakan

dalam proses pembuatan tepung kunyit adalah 3 buah lampu pijar 40 watt yang

digantung di atasnya dengan jarak 40 cm, dan dilengkapi dengan kipas yang

berfungsi untuk menyebarkan panas. Suhu oven tray berkisar antara 55-60oC.

Proses ini berlangsung selama 20-24 jam. Setelah proses pengeringan selesai, irisan

kunyit digiling dalam bentuk tepung.

Page 30: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

16

c. Penyusunan pakan basal

Bahan penyusun pakan yang diberikan terdiri atas jagung kuning, pollard,

dedak, bungkil kedelai, grit, lysin, Meat Bone Meal (MBM) dan metionin. Susunan

komposisi dan kandungan nutrisi pakan basal penelitian disusun berdasarkan

rekomendasi SNI (2008) terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Pakan Penelitian

Jenis Pakan Komposisi (%)

Jagung kuning 40,00

Pollard 10,00

Bungkil kedelai 15,00

MBM 9,00

Dedak 25,00

Grit 0,40

Lysin 0,30

Methionin 0,30

Total 100,00

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian

Kandungan Nutrisi Komposisi (%)

Air 12,21

Protein Kasar 19,57

Lemak Kasar 11,90

Serat Kasar 7,42

Abu 8,06

BETN 53,05

*Berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Kimia Pakan, Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan itik dimulai pada hari 1-70 dan ditempatkan pada kandang

percobaan dan diacak. Pada setiap unitnya diisi 4 ekor itik dan perlakuan pemberian

pakan dimulai pada hari ke 1-70. Lama pencahayaan penelitian masing-masing 24

jam, yang berasal dari lampu neon yang digantung pada kandang setinggi 2 meter.

Itik ditempatkan pada kandang percobaan dan pengacakan dilakukan pada setiap

unit penelitian untuk mengisi masing-masing satu petak kandang, setiap petak diisi

Page 31: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

17

4 ekor itik. Perlakuan pemberian tepung kunyit dilakukan melalui pakan yang

dimulai pada hari ke-1 hingga akhir pemeliharaan (hari ke-70) sesuai dengan level

penambahan tepung kunyit. Pada 15 hari pertama, setiap petak percobaan dipasangi

lampu pijar dengan ketinggian 30 cm di atas permukaan litter yang befungsi sebagai

pemanas pengganti indukan. Sumber cahaya berasal dari lampu neon yang

ditempatkan pada bagian atas kandang setinggi 2 m dengan lama pencahayaan 24

jam. Pada malam hari, sisi kandang dipasangi dengan tirai untuk menghindarkan

itik dari kondisi dingin dan angin.

Pemberian pakan diberikan dua kali sehari (pagi dan sore) yang diberi sesuai

dengan kebutuhan hariannya dengan menimbang jumlah pemberian sesuai dengan

Tabel 3. Air minum diberikan secara tidak terbatas dua kali sehari (ad libitum). Air

minum yang diberikan merupakan air sumur yang bersih. Selain itu, selama

pemeliharaan suhu dan kelembaban minimum dan maksimum lingkungan dicatat

setiap harinya.

Tabel 3. Jumlah Pemberian Pakan Berdasarkan Umur Pemeliharaan.

Umur (hari) Jumlah pakan yang diberi (g/ekor/hari)

1 – 7 15

8 – 14 41

15 – 21 53

22 – 28 79

29 – 35 108

36 – 42 108

43 – 49 125

50 – 56 125

57 – 63 143

64 – 70 150

Page 32: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

18

e. Pengambilan sampel usus

Pengambilan 16 ekor sampel dilakukan pada akhir pemeliharaan (70 hari)

yang berasal dari masing-masing unit perlakuan (4 perlakuan x 4 ulangan). Sampel

yang diambil adalah usus halus yang terdiri atas duodenum, jejunum, ileum.

Selanjutnya usus halus ditimbang dan diukur panjangnya. Pengukuran panjang usus

halus diukur mulai dari pangkal gizzard hingga pertemuan saluran empedu

(duodenum) lalu pertemuan saluran empedu hingga meckels divertikulum (jejenum)

dan dari meckels divertikulum hingga percabangan caeca (illeum). Panjang usus

halus diukur menggunakan pita ukur. Selanjutnya setiap bagian usus halus dipotong

± 1 cm untuk pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan Hematoksilin Eosyin

(HE). Potongan dari setiap bagian usus halus dimasukkan dalam wadah yang telah

berisi formalin 10% dan telah diberi label.

Pembuatan preparat histologi dengan pembuatan preparat Hematoxylin

Eosin (HE) dengan penginterprestasian data yang dilakukan, bekerjasama dengan

Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Maros. Pembuatan preparat pada organ usus halus

dilakukan dengan metode (Taryu, 2005) sebagai berikut :

1. Fiksasi

Sampel difiksasi ke dalam plastik yang telah berisi 10% Buffer Neutral Formalin

(BNF) untuk pewarnaan umum.

2. Dehidrasi

Sampel didehidrasi (proses penarikan air dari jaringan) dalam alkohol

bertingkat yaitu alkohol 70%, 80%, 90%, alkohol absolut I, dan alkohol absolut II

Page 33: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

19

masing-masing selama dua jam, setelah itu sampel dibersihkan dengan xylol I dan

xylol II selama masing-masing dua jam.

3. Perendaman (Embedding) dan Pencetakan (Block)

Embedding merupakan proses penanaman sampel dalam parafin. Proses ini

dilakukan dekat dengan sumber panas agar parafin cair tidak membeku sebelum

dilakukan pencetakan. Sampel dimasukkan ke dalam cetakan yang berisi parafin

cair kurang lebih setengah dari dinding cetakan, setelah agak beku ditambahkan

parafin lagi pada cetakan hingga penuh. Sampel diberi label, diatur letaknya dan

didinginkan dalam referigerator hingga parafin benar-benar membeku.

4. Pemotongan (Sectioning)

Setelah parafin beku dilakukan pemotongan setebal empat µm dengan

menggunakan mikrotom. Kemudian dilakukan penempelan sediaan pada gelas

objek (mounting) yang dilakukan di atas permukaan air pada suhu 45°C.

5. Teknik Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Sampel diwarnai dengan menggunakan Hematoksilin Eosin (HE).

6. Pengukuran tinggi dan lebar vili

Preparat histologi usus diukur dengan menggunakan mikroskop, kamera

optilab dan programnya dan langsung dihubungkan ke laptop. Pengukuran tinggi

dan lebar vili dilakukan dengan cara mengukur jarak tertinggi dan terlebar dari vili.

Parameter yang diukur

Uji Morfometri:

− Panjang usus halus (cm) diukur mulai dari pangkal gizzard hingga pertemuan

saluran empedu (duodenum) lalu pertemuan saluran empedu hingga meckels

Page 34: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

20

divertikulum (jejenum) dan dari meckels divertikulum hingga percabangan

caeca (illeum). Panjang usus halus diukur menggunakan pita ukur.

− Persentase bobot usus halus (%)

Persentase bobot usus halus dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑢𝑠𝑢𝑠 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠 =bobot usus halus

bobot hidup× 100%

Histologi Usus:

a) Tinggi vili : diukur jarak tertinggi vili.

b) Lebar vili : diukur jarak terlebar vili

Keterangan: (A) tinggi vili diukur dari daerah apikal hingga daerah basal vili, (B) lebar vili diukur

dari jarak terlebar vili Gambar 3. Pengukuran Tinggi dan Lebar Vili

Analisis Data

Data tinggi dan lebar vili yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis

deskriptif yaitu penyajian dalam bentuk gambar, sedangkan data panjang dan bobot

usus halus diolah dengan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan (Gasperz, 1991) dengan model matematika

sebagai berikut:

A B

Page 35: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

21

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan dari parameter pada penggunaan tepung kunyit ke-i

dengan ulangan ke-j

μ = Rata-rata pengamatan

τi = Pengaruh perlakuan tepung kunyit ke-i terhadap parameter yang diukur

єj = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila perlakuan nyata terhadap parameter yang diukur maka dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz, 1991).

Yij = μ + τi + єj

i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3, 4

Page 36: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panjang dan Bobot Usus Halus

Usus halus merupakan tempat utama berlangsungnya proses pencernaan

serta absorbsi produk pencernaan, berbagai reaksi enzimatis terjadi di dalam usus

halus yang berfungsi untuk mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan

karbohidrat, protein, dan lemak utuk mempermudah proses absorbsi. Jika konsumsi

pakan meningkat maka panjang dan luas permukaan usus akan meningkat karena

kinerja usus akan mengalami peningkatan pada proses absorbsi nutrisi pada pakan.

Pengaruh kunyit terhadap persentase panjang dan bobot usus halus dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang dan Bobot Usus Halus Itik yang Diberi Tepung Kunyit dalam

Pakan

Perlakuan Panjang Usus Halus (cm) Bobot Usus Halus (%)

K0 153,50 ± 25,51 2,95 ± 0,26

K1 160,75 ± 11,99 3,16 ± 0,45

K2 161,75 ± 5,73 3,37 ± 0,52

K3 163,75 ± 6,75 3,20 ± 0,51 Keterangan : K0 (pakan basal+0% tepung kunyit), K1 (pakan basal+0,5% tepung kunyit), K2 (pakan

basal+1% tepung kunyit), K3 (pakan basal+2% tepung kunyit)

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit

dalam pakan itik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang usus

halus. Hal tersebut disebabkan karena umur itik kontrol dan itik perlakuan sama

yaitu 70 hari, hal ini sesuai dengan pendapat Jull (1972) yang dikutip dari penelitian

Brahmasto (2011) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan saluran pencernaan

tertinggi pada unggas terjadi pada saat menetas hingga umur 6 minggu dan setelah

itu pertumbuhannya berangsur–angsur menurun dan bahkan pada suatu saat akan

Page 37: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

23

terhenti. Meskipun tidak berpengaruh nyata, terdapat kecenderungan semakin

tinggi pemberian level tepung kunyit maka usus itik akan semakin memanjang.

Persentase bobot usus halus yang terdapat pada Tabel 3 menunjukan bahwa

K0 (kontrol) 2,95 ± 0,26 dengan persentase bobot usus halus itik perlakuan tidak

berbeda nyata yaitu 3,16 ± 0,45, 3,37 ± 0,52, 3,20 ± 0,51. Hal tersebut disebabkan

karena daya cerna nutrisi pakan yang relatif sama, jika konsumsi pakan meningkat,

maka permukaan dari usus akan mengalami perluasan karena kinerja usus akan

meningkat pada proses absorbsi nutrisi pada pakan. Vili yang terdapat di dalam usus

memiliki peran penting dalam proses penyerapan nutrisi makanan (Cahyono dkk.,

2012).

Perfoma vili usus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis zat pakan,

zat kimia pakan dan zat feed additive. Retnoadiati (2001) menyatakan bahwa rasum

yang memerlukan penyerapan secara intensif, maka usus akan memperluas

permukaanya dengan cara mempertebal dinding usus atau memperpanjang usus

sehingga banyak nutrisi yang akan diserap oleh usus. Hermana dan Aliyani (2003)

berpendapat bahwa pakan yang memiliki serat kasar tinggi menyebabkan protein

sulit terdegradasi, sehingga panjang usus halus akan lebih panjang dibandingkan

dengan pada saat mengonsumsi pakan dengan serat kasar rendah.

Page 38: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

24

Rata – Rata Tinggi dan Lebar Vili Usus Halus Itik

a. Tinggi Vili

Vili merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun pada membran mukosa,

panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan hanya terdapat pada usus halus. Vili usus

memiliki peranan yang penting pada proses penyerapan nutrisi makanan di dalam

usus. Luas permukaan usus halus seperti tinggi villi menggambarkan area untuk

penyerapan zat-zat nutrisi, salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur

kualitas pertumbuhan adalah struktur morfologi usus (Wang et al., 2008).

Gambaran tinggi vili usus itik yang diberi tambahan tepung kunyit dalam

pakan dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 4. Vili Usus Itik Bagian Duodenum yang diberi Tambahan Tepung Kunyit

dalam Pakan.

Gambar 5. Vili Usus Itik Bagian Jejunum yang diberi Tambahan Tepung Kunyit

dalam Pakan.

Page 39: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

25

Gambar 6. Vili Usus Itik Bagian Ileum yang diberi Tambahan Tepung Kunyit

dalam Pakan.

Pengaruh penambahan tepung kunyit dalam pakan terhadap tinggi vili usus

halus itik dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Keterangan : K0 (pakan basal+0% tepung kunyit), K1 (pakan basal+0,5% tepung kunyit), K2 (pakan

basal+1% tepung kunyit), K3 (pakan basal+2% tepung kunyit)

Gambar 7. Grafik Rata – rata Tinggi Vili Usus Itik yang Diberi Tepung Kunyit dalam Pakan

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa ukuran tinggi vili tidak menunjukkan

adanya perbedaan. Rata–rata tinggi vili itik perlakuan lebih tinggi dibandingkan

dengan itik yang tidak diberi tambahan kunyit dalam pakan. Ukuran tinggi vili

tertinggi pada duodenum dan ileum terdapat pada itik yang diberi perlakuan dengan

penambahan 1% tepung kunyit yaitu 812,76 µm dan 822,87 µm. pada bagian

588.89631.47

812.76

562.29534.16

707.80 682.74

787.80

453.98

611.84

822.87

533.35

0

200

400

600

800

1000

K0 K1 K2 K3

Tin

ggi V

illi (

µm

)

Perlakuan

Duodenum Jejunum Ileum

Page 40: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

26

ukuran vili tertinggi jejunum yaitu pada penambahan 2% dengan tinggi vili 787,80

µm.

Meskipun rata- rata tinggi vili usus itik tidak jauh berbeda, terdapat

kecenderungan peningkatan persentase ukuran tinggi vili pada duodenum dan ileum

pada level penambahan tepung kunyit 0,5% dan 1% setelah itu menurun pada level

2%. Hal tersebut disebabkan oleh adanya aktivitas kurkumin yang terdapat di

dalam kunyit dapat meningkatkan kinerja organ pencernaan. Purwanti (2008)

menyatakan bahwa Kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki khasiat

yang dapat mempengaruhi nafsu makan karena dapat mempercepat pengosongan

isi lambung sehingga nafsu makan meningkat dan memperlancar pengeluaran

empedu sehingga meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Peningkatan tinggi

vili pada usus halus ayam pedaging berkaitan erat dengan fungsi pencernaan dan

penyerapan kerena meluasnya area absorbsi serta merupakan suatu ekspresi

lancarnya transportasi nutrisi ke seluruh tubuh (Awad et al., 2008).

b. Lebar Vili

Gambaran lebar vili usus itik yang diberi tambahan kunyit dalam pakan

dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 8. Lebar Vili Usus Itik Bagian Duodenum yang diberi Tambahan Tepung

Kunyit dalam Pakan

Page 41: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

27

117.01

64.56

104.43117.47

172.92

127.54112.39 112.29

101.14

122.77

165.76

139.72

0

50

100

150

200

K0 K1 K2 K3

Leb

ar V

illi

(µm

)

Perlakuan

Duodenum Jejunum Ileum

Gambar 9. Lebar Vili Usus Itik Bagian Jejunum yang diberi Tambahan Tepung

Kunyit dalam Pakan

Gambar 10. Lebar Vili Usus Itik Bagian Ileum yang diberi Tambahan Tepung

Kunyit dalam Pakan

Rata – rata lebar vili usus itik yang di beri tepung kunyit dalam pakan

sebanyak 0,5%, 1% dan 2% dapat dilihat pada Gambar 11 berikut :

Keterangan : K0 (pakan basal+0% tepung kunyit), K1 (pakan basal+0,5% tepung kunyit), K2 (pakan

basal+1% tepung kunyit), K3 (pakan basal+2% tepung kunyit)

Gambar 11. Grafik Rata – rata Lebar Vili Usus Itik yang Diberi Kunyit dalam

Pakan

Page 42: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

28

Gambar 11 menunjukkan bahwa pemberian tepung kunyit tidak

memberikan perbedaan lebar vili antara usus itik tanpa pemberian tepung kunyit

(kontrol) dan itik yang diberi perlakuan. Pada bagian jejunum, vili usus itik tanpa

pemberian tepung kuyit lebih lebar yaitu 117,0 µm dibandingkan dengan usus itik

dengan level pemberian tepung kunyit 0,5% dan 1% yaitu 64,56 µm dan 104,43

µm. Pada bagian jejunum, lebar vili usus semakin menurun seiring dengan semakin

meningkatnya level pemberian tepung kunyit. Hal tersebut kemungkinanan

disebabkan oleh aktivitas zat anti nutrisi yang terkandung didalam kunyit, zat anti

nutrisi yang terkandung didalam kunyit adalah tannin. Mekanisme kerja dari zat

anti-nutrisi ini berbeda-beda tergantung pada jenis senyawa dan asal tanaman yang

menghasilkan senyawa tersebut, misalnya inaktivasi beberapa jenis nutrisi,

menghambat proses cerna, atau penggunaan nutrisi tertentu dalam metabolisme

(Kumar, 1992).

Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin tinggi level pemberian tepung

kunyit lebar vili usus itik bagian ileum cenderung mengalami peningkatan. Hal

tersebut mmungkin disebabkan oleh aktivitas dari kurkumin dan minyak atsiri yang

terdapat di dalam tepung kunyit mampu menghambat bakteri patogen yang dapat

mengganggu saluran pencernaan. Hal ini didukung oleh pendapat Said (2003) yang

menyatakan bahwa minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat membunuh bakteri

(bakterisidal), minyak atsiri juga mampu menghambat pertumbuhan sel vegetatif

Bacillus dengan menghambat sporanya. Minyak atsiri yang terkandung di dalam

tanaman kunyit mengandung senyawa fenol yang mampu mendenaturasi protein

dan menyebabkan kematian bakteri.

Page 43: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

29

Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung

gugus fungsi hidroksil (OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel

bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah

terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami

peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta

denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel

membrane mengalami lisis (Parawata dan Dewi, 2008).

Page 44: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa penambahan tepung kunyit seanyak 0,5%, 1%, dan 2% ke dalam pakan itik

tidak memberikan perbedaan terhadap histologi usus (tinggi dan lebar vili) dan

penambahan tepung kunyit juga tidak memberikan pengaruh terhadap morfometri

(panjang dan bobot) usus itik.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap level pemberian tepung

kunyit yang lebih tinggi.

Page 45: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

31

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2013. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk

meningkatkan performans broiler. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi

dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. JITV.

Al-Sultan, S.I. 2003. The effect of Curcuma longa (turmeric) on overall

performance of broiler chickens. Int. J. Poult. Sci., 2: 351-353.

Anonim. 2008. Curcuma domestica Val. Direktorat Obat Asli. Indonesia.

Asmawati. 2013. The effect of in ovo feeding on hatching weight and small

intestinal tissue development of native chicken. (Disertasi) Fakultas

Peternakan Unniversitas Hasanuddin. Makassar.

Awad, W. A., K. Ghareeb, S. Nitclu S. Pasteiner, S. A. Raheem, and J. Bohm. 2008.

Efect of dietary inclusion of probiotic, prebiotic and symbiotic on

intestinal glucose absorb'tion of broiler chickens. Lrt. J. Poult. Sci. 7: 688-

691.

Casewell, M., C. Friis, E. Marco, P. Mc Mullin, and I. Phillips. 2003. The European

ban on growth-promoting antibiotics and emerging consequences for human

and animal health. J. Antimic. Chemother., 52: 159–161.

Castanon, J. I. R. 2007. Review: History of the use of antibiotic as growth promoters

in European poultry feeds. Poult. Sci., 86: 2466–2471.

Chattopadhyay, I., K. Biswas, U. Bandyopadhyay and R. K. Banerjee. 2004.

Turmeric and curcumin: Biological actions and medical applications

(review). Curr. Sci., 87(1):44-53.

Chowdhury, R., K. M. S. Islam, M. J. Khan, M. R. Karim, M. N. Haque, M. Khatun

and G.M. Pesti. 2009. Effect of citric acid, avilamycin, and their combination

on the performance, tibia ash, and immune status of broilers. Poult. Sci., 88:

1616-1622.

Ditjennak. 2015. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jendral

Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. Jakarta.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.

Hamzah. 2013. Respon usus dan karakteristik karkas pada ayam ras pedaging

dengan berat badan awal berbeda yang dipuasakan setelah menetas. Skripsi.

Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hartati, S Y. 2013. Khasiat kunyit sebagai obat tradisional dan manfaat Lainnya.

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Indsutri, 19(2):5-9.

Page 46: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

32

Himma, A. 2010. Pengaruh ekstrak rimpang kunyit kuning (Curcuma domestica

Val.) dengan pelarut etanol terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis, Escheria

coli, Salmonella typhi dan Shigella dysentriae. Skripsi. FKIP. Unversitas

Jember. Jember.

Ibrahim, S. 2008. Hubungan ukuran-ukuran usus halus dengan berat badan

broiler.Agripet : Vol (8) No. 2: 42-46.

Infante, K., R. Chowdhury, R. Nimmanapalli, G. Reddy. 2014. Antimicrobial

activity of curcumine against food-borne pathogens. VRI Bio. Med. Chem.,

2:12–19.

Jamilah, N. Suthama L, D. Mahfuds. 2014. Pengaruh penambahan jeruk nipis

sebagai acifier pada pakan step down terhadap kondisi usus ayam

pedaging. J.Animal Agriculture: Vol (2) No. 1:309-318

Korver, D. R. 2006. Overview of the immune dynamics of the digestive system. J.

Appl. Poult. Research,15: 123-135.

Lal, J. 2012. Turmeric, curcumin and our Life: a review. Bull. Environ. Pharmacol.

Life Sci., 1(7): 11 – 17.

Pratikno, H. 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica val) terhadap

bobot badan ayam broiler (Gallus sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 18(2):

39-46.

Purwanti. 2008. Kajian efektifitas pemberian kunyit, bawang putih dan mineral zink

terhadap performa, kadar lemak, kolesterol dan status kesehatan broiler.

Thesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo, M. dan O. Rostiana. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler NO 11.

Scanes, C.G., G. Brat dan M. E. Ensminger, 2004. Poultry Science. 4th Edition

Prentince Hall: New Jersey.

Setioko, A.R. 1997. Prospek dan kendala peternakan itik gembala di Indonesia.

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. P: 254 – 261.

Srigandono, B., 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Suharno, B. 2003. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triyastuti, A., 2005. Pengaruh penambahan enzym dalam ransum terhadap

performan itik lokal jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Page 47: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

33

Taryu. 2005. Pemberian benalu teh (Scurrula oortiana) pada ayam petelur:

Gambaran histopatologi organ hati dan ginjal. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wresdiyati, U., S. R. Laila, R. Setio, I. A. Arief dan M. Astawan. 2013. Probiotik

indigenus meningkatkan profil kesehatan usus halus tikus yang diinfeksi

enteropathogenic E. coli. Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi.

Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wulyono., T. dan A. Daroini. 2013. Strategi pengembangan itik dalam rangka

peningkatan pendapatan peternak di Kabupaten Kediri. Jurnal Manajemen

Agribisnis, Vol 13, No. 2, Juli 2013.

Page 48: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

34

Lampiran 1. Persentase bobot usus itik yang di beri tepung kunyit

Descriptive Statistics

Dependent Variable:BeratUsus

Perlaku

an Mean Std. Deviation N

K0 2.95000 .257941 4

K1 3.16250 .446346 4

K2 3.36500 .521057 4

K3 3.20250 .508290 4

Total 3.17000 .427161 16

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:BeratUsus

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .350a 3 .117 .587 .635

Intercept 160.782 1 160.782 808.341 .000

Perlakuan .350 3 .117 .587 .635

Error 2.387 12 .199

Total 163.519 16

Corrected Total 2.737 15

a. R Squared = .128 (Adjusted R Squared = -.090)

Page 49: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

35

Lampiran 2. Panjang usus halus itik yang diberi tepung kunyit dalam pakan

Descriptive Statistics

Dependent Variable:BeratUsus

Perlakuan Mean Std. Deviation N

K0 153.50000 25.514702 4

K1 160.75000 11.982626 4

K2 161.75000 5.737305 4

K3 163.75000 6.751543 4

Total 159.93750 13.805645 16

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:BeratUsus

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 239.688a 3 79.896 .366 .779

Intercept 409280.062 1 409280.062 1875.102 .000

Perlakuan 239.687 3 79.896 .366 .779

Error 2619.250 12 218.271

Total 412139.000 16

Corrected Total 2858.938 15

a. R Squared = .084 (Adjusted R Squared = -.145)

Page 50: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

36

Lampiran 3. Data konsumsi pakan selama penelitian (umur 1-70 hari)

Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor)

K0 5842,13±400,39

K1 5728,29±299,58

K2 6168,93±205,08

K3 6159,17±272,38

Keterangan : K0 (pakan basal), K1 (pakan basal+0,5% tepung kunyit), K2 (pakan basal+1% tepung

kunyit), K3 (pakan basal+2% tepung kunyit)

Page 51: MORFOMETRI DAN HISTOLOGIS USUS ITIK (Anas sp.) YANG … · morfometri dan histologis usus itik pedaging, diharapkan dapat dijadikan acuan dalam manajemen pemeliharaan itik pedaging

37

Lampiran 4. Dokumentasi Pemeliharaan