Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    1/42

    Modul 8Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    2/42

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    3/42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Deskripsi Singkat

    Pemberdayaan UMKM memerlukan dukungan berbagai instansi yang berfungsi

    membina UMKM. Banyak instansi yang terlibat yang memerlukan kordinasi dankesepakatan kolaborasi operasi atau kegiatan antar partisipan dari berbagai instansi

    dalam manajemen produksi dan manajemen pemasaran suatu produk UMKM,

    seperti masukan bagi proses produksi, berupa prasarana dan sarana produksi dan

     pemasaran produk, serta sistem pendukung lainnya. Dimulai sejak perencanaan,

     pelaksaaan dan pengawasan dan evaluasi hasil.

    Kemitraan usaha adalah kerjasama antar sesama UMKM dan antara UMKM

    dengan usaha besar sebagai suatu proses belajar. Kemitraan usaha harus dilandasi

     prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Padadasarnya kemitraan usaha menjangkau pengertian yang luas. Kemitraan

     berlangsung antar semua pelaku dalam perekonomian baik dalam arti asal usul

    atau pemiliknya yang meliputi BUMN, Badan usaha swasta, dan Koperasi,maupun dalam ukuran usaha yang meliputi Usaha Besar, Usaha Menengah dan

    Usaha Kecil.

    Selain aspek pelaku, dalam aspek objeknya, kemitraan bersifat terbuka dan

    menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Untuk mewujudkan struktur ekonomi

    yang seimbang dan kuat membutuhkan peran yang lebih besar dari UMKMsebagai kegiatan ekonomi masyarakat. Secara prinsip kemitraan usaha berlangsung

    atas dasar dan atau lazim, karena adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yangsaling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

    Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota setelah diberlakukannya otonomi harus

     berinisiatif melaksanakan pembangunan ekonomi masyarakat. Inisiatif-inisiatif 

     pembangunan dilakukan dengan menciptakan lingkungan investasi usaha riil yangdapat menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran, dan

    meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat

    dilakukan melalui pemberdayaan UMKM bekerjasama dengan pihak swasta,lembaga perbankan dan BUMN/BUMD.

    Kelangsungan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat banyak tergantung pada pertumbuhan UMKM. Karena itu usaha pemberdayaan UMKM harus merupakan

     prioritas pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten atau Kota.

    Dengan peningkatan pendapatan masyarakat diharapkan terjadi peningkatankemampuan membayar pajak dan retribusi yang diperlukan oleh Pemerintah

    daerah. Dengan peningkatan PAD maka dapat membangun dan memelihara

     prasarana dan sarana dasar dan sosial ekonomi yang diperlukan oleh masyarakat.

    Pemberdayaan UMKM dapat melibatkan sektor swasta dalam bentuk kemitraan

    usaha yang didukung instansi yang terkait sehingga perlu jejaring kerja agar terjadi

    sinerji dalam mengembangkan kemitraan usaha kecil dan lembaga

    1

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    4/42

    2

     pendukung perbankan, dan kelompok masyarakat yang peduli dalam

    memberdayakan UMKM. Lembaga perbankan dapat membantu memfasilitasikredit bagi usaha mikro dan kecil termasuk jaminan agunan kredit, pembinaan

    usaha, pelatihan, pemasaran produk dan teknologi tepat guna.

    Untuk melakukan pengembangan kemitraan perlu dilakukan identifikasi kekuatandan kelemahan serta peluang dan tantangan yang dihadapi pihak-pihak yang

     bermitra, dan kemudian disusun langkah strateji dalam mengembangkan

    kemitraaan usaha. Oleh karena itu perlu contoh analisis kasus yang dapatdigunakan sebagai masukan untuk menyusun langkah strategik pengembangan

    kemitraan usaha dalam bingkai pemberdayaan UMKM.

    B. Hasil Belajar

    Setelah proses pembelajaran ini peserta memiliki kesamaan persepsi tentang

     jejaring kerja dalam mengembangkan kemitraan usaha dengan tujuanmeningkatkan kompetensi pelaku bisnis KUMKM.

    C. Indikator Hasil Belajar

    Setelah pembelajaran ini peserta:

    1. Memiliki kesamaan persepsi tentang perlunya jejaring kerja dan perannyadalam mengembangkan kemitraan usaha,

    2. Dapat memilih model-model pola kemitraan usaha yang sesuai dengan kondisi

    UMKM dalam ranah wilayah binaannya,

    3. Dapat mengembangkan kemitraan UMKM dengan usaha Besar dan BUMN,

    D. Pokok Bahasan dan sub Pokok Bahasan

    1. Jejaring Kerja Pengembangan Kemitraan Usaha;

    a. Pembentukan Jejaring Kerja,

     b. Langkah-langkah Mewujudkan Kemitraan,

    c. Contoh Kasus Pengembangan Kemitraan.

    2. Model-model bentuk kemitraan usaha;

    a. Model Inti Plasma, b. Model Kontrak Beli,

    c. Model Sub Kontrak,

    d. Model Dagang Umum,e. Model Vendor,

    f. Model Keagenan,

    g. Contoh kasus kemitraan masyarakat danPerusahaan besar.

    kemitraan usaha kecil dengan

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    5/42

    BAB II JEJARING KERJA

    PEGEMBANGAN KEMITRAAN USAHA

    Setelah proses pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan jejaring kerja instansi yang terkait dalam mengembangkan kemitraan usaha,dan peran instansinya dalam mengembangkan kemitraan serta hasil analisis kasus sebagai praktek pelaksanaan pengembangan kemitraan

    usaha.

    A. Pembentukan Jejaring Kerja Kemitraan Usaha

    Kemitraan berlangsung antar semua pelaku dalam kegiatan perekonomian. Selain

    aspek pelaku usaha, juga aspek objeknya, kemitraan bersifat terbuka dan

    menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi mencakup proses

     produksi, dan lembaga lain yang mendukung aspek proses produksi, seperti penyedia prasarana dan sarana penyedia bahan baku, jasa transportasi baik sarana

     baik masukan dalam proses produksi, dan pemasaran produk hasil produksi dan

    lembaga penyedia sarana produksi dan lembaga pendukung lainnya (misalnya

    modal, teknologi, jasa angkutan) Oleh karena itu institusi yang terlibat akan banyak dan beragam, tergantung okjek kegiatan ekonomi.

    1. Tujuan Pembentukan Jejaring Kerja

    Sebagai contoh adalah pengembangan usaha mikro budidaya pepaya meksiko

    untuk pasar regional dan export seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1

    Kelompok mitra, Perusahaan mitra, Lembaga Pendukung, peran tiap

    lembaga dan pelaku mitra usaha, pembagian profit dan

    keuntungan/Benefit.

    No Unsur Pelaku dan Lembaga

    Pendukung

    Kewajiban Kelompok Mitra, Perusahaan

    mitra, dan Lembaga Pendukung Kemitraan

    1 Kelompok MitraPetani Pepaya dan Kelompk Tani

    Mengelola budidaya pepaya sesuai standar mutuyang ditetapkan dan grading yang ditentukan

    2 Perusahaan Mitra PT Dewi SatriaMandiri, UD Enggal Jaya, UDBogor Farm, Perusahaan eksportPasar lokal, Swalayan Indomarco

    Membeli hasil produksi pepaya dengan grade yangtelah ditentukan dan harga yang sesuai kesepakatankontrak,

    3 Lembaga Pendukung Kegiatan

    Usaha;

    Memberikan kemudahan untuk meningkatkan pengembangan usaha papaya export

    4 Lembaga Keuangan LKM, BRI,

    BPR 

    Memberikan pinjaman modal kerja bagi

     petani/kelompok tani dengan tingkat bunga, penyaluran dan pengmbalian kredit yang efisien dancepat.

    5 Pemasok Benih: Penangkar Benih,Lembaga Penelitian,

    Menyediakan benih pepaya yang bersertifikat untuk  petani/kelompok tani

    6 Pemasok sarana Produksi, Menyediakan sarana produksi yang sesuai

    3

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    6/42

    4

    No Unsur Pelaku dan Lembaga

    Pendukung

    Kewajiban Kelompok Mitra, Perusahaan

    mitra, dan Lembaga Pendukung Kemitraan

    PT Pertani dengan kebutuhan petani/ kelompok tani

    7 Dinas Terkait

    Pertanian&Kehutanan

    Membentuk, membina petani menjadi kelompok tani

    yang dapat menyusun rencana usaha.8 Kantor/Dinas Koperasi dan UKM Membentuk koperasi dari kelompoktani menjadiKoperasi Pepaya yang berbadan Hukum

    9 Dinas Perindag. Memfasilitasi dan membentuk jaringan pasar regional dan eksport dengan kemudahan perizinanusaha dagang

    10 Lembaga Diklat, Perguruan Tinggi IPBdan Unida,

    Melakukan kegiatan inkubasi bisnis, ketrampilan budidaya papaya, dan teknik pasca panen, pengembangan kewirausahaan petani pepaya.

    11 LitBang Pertanian Memberikan teknologi tepat guna baik aspek  budidaya maupun pengolahan pasca panen, gradingdan pengemasan produk.

    12 Dinas Perhubungan Perizinan angkutan produk untuk disalurkan kepada

     pedagang regional dan export.

    Tabel 2.1 diatas menggambarkan bagaimana kordinasi antar partisipan, baik instansi pemerintah terkait maupun lembaga swasta melaksanakan kegiatan

    kemitraan dalam mengembangkan suatu jenis usaha. Pola semacama ini akan

     berlaku sama bagi pengembangan industri kecil, misalnya kluster industrisepatu dan sandal dimana akan terlibat banyak institusi terkait baik lembaga

    swasta maupun pemerintah.

    Dari contoh kasus di atas dapat dipelajari tentang: Tujuan pembentukan jejaring kerja memberdayakan usaha mikro yang dalam hal ini petani pepaya

    yang bergabung dalam kelompoktani, yaitu:

    a. Mempersamakan persepsi dalam mengembangkan kemitraan usaha,

     b. Menciptakan kesepakatan bersama dalam kegiatan dalam melaksanakan

    tindakan bersama,c. Terwujudnya sinerji melaksanakan kemitraan,

    d. Terwujudnya dampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan

     petani.

    2. Peran Institusi Pemerintah dalam Mewujudkan Kemitraan

    Peran pemerintah dalam kemitraan yang diwakili oleh para pembina yaituinstansi yang berfungsi memberdayakan usaha mikro atau usaha kecil dalam

    mengembangkan kemitraan antara perusahaan yang bermitra melaluirangkaian proses pengembangan sebagai berikut:

    a. Mulai membangun kemitraan

    Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai denganmengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan

    usahanya, membangun strateji dan melaksanakan, dan memantau serta

    mengevaluasi target sasaran tercapai.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    7/42

    5

    b. Membangun hubungan dengan calon mitra, sebagai langkah awal

    mengenal mitra dengan mengidentifikasi calon mitra dengan melakukan

     pengumpulan, pengolahan dan menganalisis informasi calon mitra.

    c. Menganalisis situasi dan kondisi, dilaksanakan berdasarkan hasil

     pengumpulan dan pengolahan hasil identifikasi sehingga dapat dipahamikondisi bisnis calon mitra terutama manajemen usaha dan keuangan, pasar 

     produk usaha mitra, teknologi, permodalan dan sumberdaya manusianya.

    Saling mengenal kondisi bisnis dari pihak yang bermitra sangat pentinguntuk menyusun strateji yang akan dilakukan., identifikasi kondisi bisnis

    harus transparan, jujur dan realistis.

    d. Menyusun strateji usaha bersama yang mencakup strateji pemasaran,

    distribusi, operasional dan informasi. Strateji disusun berdasarkan analisisinformasi kelemahan dan kekuatan bisnis dari pihak yang bermitra,

    rencana penjualan produk dan keuntungan yang akan dicapai. Penilaian ini berkaitan dengan volume produk, pangsa pasar khusus sebagai segmen pasar produk yang dihasilkan serta metode disribusi.

    e. Mengembangkan program. Setelah informasi dikumpulkan kemudiandikembangkan menjadi rencana setraji dan kiat pelaksanaannya. Rencana

    strateji yang disusun dikomunikan atau disosialasikan untuk disepakati

    keadaan institusi yang terlibat dalam pelaksanaan kemitraan.

    f. Memulai pelaksanaan, Melaksanakan kemitraan berdasarkan ketentuan

    yang disepakti. Dalam pelaksanaan akan timbul permasalahan dan harus

    segera diatasi dengan melakukan dialog antar dua pihak yang bermitrayang difasilitasi instansi teknis pembina.

    g. Memantau dan menilai. Hasil pelaksanaan kemitraan harus dipantautingkat kemajuan pelaksanaan kemitraan tentang pencapaian target

    sasaran. Hasil pemantauan dan evaluasi merupakan bahan masukan perbaikan dalam proses pelaksanaan dan sebagai masukan untuk 

     perbaikan perencanaan program kemitraan yang akan datang.

    B. Langkah-Langkah Mewujudkan Kemitraan

    Para pembina dari instansi terkait harus berupaya untuk membangun kemitraan

    yang dicita-citakan dan terwujudnya kemitraan yang sehat harus diawali dengan

     persiapan yang mantap. Tahapan kegiatan untuk menyiapkan pelaku usaha agar siap melakukan kemitran adalah sebagai berikut:

    1. Identifikasi dan pendekatan kepada pelaku usaha. Idetifikasi dilakukan

    kepada usaha mikro dan kecil atau koperasi dan badan swasta usahamenengah dan besar atau BUMN/BUMD yang akan melakukan kegiatan

    kemitraan sebagai tanggung jawab sosial dari badan usaha pemerintah. Dalam

    tahap identifikkasi dikumpulkan data informasi yang berkaiatan dengan jenisusaha, produk unggulan, potensi sumberdaya, teknologi dan ketrampilan,

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    8/42

    6

     permodalan, SDM maupun sarana dan prasarana lainnya. Kegiatan ini

    dilakukan bersama antara pemerintah sebagai fasilitator, perusahaaan yang

    akan bermitra. Dalam tahap ini diharapkan masing-masing pelaku salingmengenal, satu sama lain, sehingga dapat teridentifikasi pelaku usaha mana

    yang potensial dijadikan mitra usaha.

    2. Membentuk wadah organisasi ekonomi. Untuk memudahkan komunikasi,

    kelancaran informasi, dan kemudahan organisasi dalam kemitraaan usaha

    antara pengusaha besar dan menengah dengan usaha mikro dan usaha kecil perlu ada pengelompokan usaha yang sejenis. Pengelompokan usaha mikro

    atau kecil ini agar terbentuk skala ekonomi yang memiliki legalitas untuk memudahkan dalam kesepakatan kesepakatan bisnis dengan perusahaan mitra

    usaha besar dan menengah.

    3. Menganalisis kebutuhan pelaku usaha. Kegiatan ini dilakukan untuk 

    mengetahui lebih mendalam mengenai peluang dan permasalahan yangdihadapi usaha mikro dan kecil dalam pengembangan usaha, demikian halnyauntuk usaha menengah dan usaha besar.

    4. Merumuskan program. Setelah permasalahan dan peluang usaha dianalisis,maka para pembina instansi dapat menyusun program khusus untuk usaha

    mikro dan usaha kecil, misalnya dalam bentuk kegiatan magang pada

     perusahaan besar yang akan bermitra, pelatihan teknis jenis produk, misalnya penggunaan peralatan untuk jenis produk tertentu untuk dipasok keperusahaan

     besar yang mengadakan mitra dalam model kemitraan usaha. Melaksanakan

    inkubasi usaha, mengingkatkan semangat kewirausaahan, dan manajemen

    usaha, khususnya menyusun rencana usaha, dan atau melakukan studi banding. Fungsi dan tugas-tugas ini merupakan tugas-tugas dari pembinateknis pada pemerintah Kabupaten dan atau Kota.

    5. Kesiapan bermitra. Pelaku usaha kecil perlu menyadari bahwa kemitraan

     bukanlah belas kasih dari pelaku usaha menengah atau usaha besar. Adanyakemitraan harus disadari oleh kedua pihak bahwa kemitraan merupakan

    hubungan kerja dan peluang dan menjadi ajang untuk belajar dan

    mengembangkan potensi diri serta menggali kekuatan/kelebihan yang dimilikimitra usahanya. Para pelaku juga harus memahami benar bahwa kemitraan

    memerlukan adanya kesembangan antara hak dan kewajiban dan

    keseimbangan yang jelas antra kontribusi, dan partisipasi semua pihak serta pembagian hasil sesuai kontribusi.

    6. Temu usaha. Kegitan ini bertujuan untuk mempertemukan pelaku usaha yangtelah siap bermitra. Pada pertemuan ini maing-masing telah mengenal

    kebutuhan dan pokok-pokok permasalahan yang dihadapi dan bagaimana

    dalam pertemuan mencari solusi bersama permasalahan dan kewajban apayang harus dilakukan oleh kedua pihak yang bermitra. Pada kesempatan ini

     juga dapat dipertemukan lembaga-lembaga pendukung untuk 

    mengembangkan kemitraan usaha antara lain pemilik modal, perbankan,BUMN/BUMD dan kelompok usaha mikro dan usaha kecil. Pertemuan

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    9/42

    7

    diharapkan akan terwujudnya kontrak kerja sama antar pelaku yang akan

     bemitra dan juga produk-produk ungggulan yang diminati pasar regional, atau

    eksport .

    7. Kordinasi antar Institusi terkait. Berkembangnya suatu kemitraan

    memerlukan dukungan iklim usaha yang kondusif untuk berkembangnyainvestai dan usaha. Kemudahan tersebut antara lain perizinan, peragkat

    kebijakan perkreditan, tingkat suku bunga, dan peraturan yang membantu

     proses kemitraan. Oleh karena itu perlu diwujudkan persepsi yang sama antar lembaga/instansi pembina di pemerintahan Kabupaten/Kota. Langkah-

    langkah tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1

    Gambar 2.1 Langkah-langkah

    Forum Koordinasi/Jejaring Kerja

    Forum KwrdirialoiV

    Jcjating TCctja A filar 

    Tiisumii

    Konerasi  Tim PelaUana

      T'cngnsalia monaigali

    M a s d I a h P o k o k  

    T'cngombangan

    Usalia

    TcknlilTkaiiMnsalali Masalali dan TJcluan£

    Pcldksariaan

    Kcgiaian Magana,

    DiklaijTiikuhasi

    bis-iiii, Sunly

    banding, dll

    Euitniiian Kceiauan

    T'crsianan bcrmiira 4

    Soiialisaii

    TtiTniUsalia/Riifiis

    mcmcrlukaii,

    rflcngiinluiigkan,

    rviaripakuai

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    10/42

    8

    C. Contoh Kasus Pengembangan Kemitraan.

    1. Maksud dan Tujuan.

    a. Gerakan Masyarakat Mandiri Kabupaten Bogor. GerakanMasyarakat Mandiri (GMM) merupakan program dengan maksudmenciptakan masyarakat yang mampu membebaskan diri dari belenggu

    kemiskinan secara mandiri. Sedangkan tujuannya adalah; (1)

    Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui peningkatankegiatan usaha kecil produktif, (2) Meningkatkan kemampuan

    masyarakat miskin untuk lebih percaya dan mandiri, (3) Meningkatkan

     partisipasi dan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dapat memanfaatkan kegiatannya untuk 

    keluarga dan lingkungannya.

    b. Sasaran GMM. Target atau sasaran adalah masyarakat miskin yang adadi Kabupaten Bogor dengan sasaran khusus: (1) Kelompok masyarakat

    miskin dengan tingkat pendidikan yang rendah dan termasuk kelompok 

    usia produktif, (2) Kelompok masyarakat miskin sesuai dengan kriteria

    lembaga pemandirian dan atau lemhaga-lembaga khususnya Lembaga

    Keuangan Mikro (LKM-LKM), (3) Penerima kredit ditentukan berdasarkan aspek-aspek ekonomi Kelompok usaha kecil produktif.

    c. Prinsip GMM, Keberhasilan Gerakan Masyarakat Mandiri tergantungkepada beberapa prinsip yang dianut, yakni:

    Transparansi, Pengelolaan dilakukan secara terbuka (transparan) dan

    akomodatif terhadap gagasan yang muncul di masyarakat.

     Akuntabel , Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertarnggung jawabkan

    kepada masyarakat maupun kepada semua pihak yang berkompeten.

     Partisipati, Masyarakat berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam

    kegiatan GMM mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasandan pemanfaatan dana perguliran dalam rangka meningkatkan kegiatan

    ekonomi masyarakat. meningkatkan kemampuan untuk berusaha serta

    meningkatkan pendapatan.

     Desentralisasi , Masyarakat diberi kewenangan yang luas untuk 

    menentukan kebutuhan modal dalam mengembangkan usaha melaluiGMM.

     Kemitraan, Masyarakat diharapkan dapat menumbuhkan rasa

    kebersamaan dalam mengembangkan usaha serta perlu adanya hubungan

    yang menguntungkan melalui GMM.

     Demokrasi, setiap pengambilan keputusan penting dalam Gerakan

    Masyarakat Mandiri dilakukan secara musyawarah mufakat dan proses pengusulan kegiatan dilakukan secara kompetisi yang sehat.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    11/42

    9

     Sustainabilitas, keputusan yang disepakati dapat dikelola dimanfaatkan

    dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh masyarakat dan unsur- unsur 

    yang terlibat.

    Pendekatan pelaksanaan, Memberikan kepercayaan kepada masyarakat

    untuk memilih kegiatan yang dilakukan:

    1) Mendorong keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan

    GMM,2) Mendorong keterpaduan kegiatan yang disiapkan oleh masyarakat di

    daerah,

    3) Mendorong kemitraan antar pelaku dalaun rangka pengerahansumberdaya dan pemanfaatan hasil kegiatan selanjutnya.

    d. Strategi, memberdayakan masyarakat sehingga tercipta masyarakat

    mandiri melalui:

    1) Pemberdayaan/penguatan LKM, kelembagaan masyarakat/petanidan kelompok kelompok lainnya,

    2) Pelibatan instansi teknis (Dinas) sebagai pemerkaya TUFOKSI

    sehingga menggeser paradigma pembinaan kepada masyarakat,3) Pengembangan edukasi kepada masyarakat.

    e. Arah Pengembangan, GMM merupakan program yang berkelanjutandengan pengembangan yang diarahkan pada:

    1) Terjadinya kemitraan usaha antara perbankan, LKM, masyarakat

    usaha kecil produktif dan kelompok-kelompok lainnya,2) Munculnya usaha-usaha kecil produktif baik secara mandiri maupun

    terkait dengan perusahaan-perusahaan besar sebagai  supporting agent dalam pola Bapak-Anak-Angkat (BAA),

    3) Pengembangan lembaga keuangan mikro,

    4) Pengembangan lembaga/kelompok-kelompok tani.

    f. Alur Pikir Pelaksanaan GMM

    GMM lebih difokuskan pada peningkatan pendapatan keluarga miskin,

    dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengantahapan pemandirian dan dilanjutkan dengan perguliran bantuan.

    Pemandirian merupakan proses untuk mengantarkan masyarakat miskin

    dengan memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, keahlian dankomitmen terhadap usaha-usaha ekonomi produktif. Sedangkan

     penguatan modal atau perguliran dapat dilakukan dengan memberikan pinjaman modal bergulir melalui Mediator Perguliran yang ditunjuk.

    Mediator pemandirian dapat berasal dari kalangan masyarakat itu sendiri

    maupun dari perguruan tinggi dan instansi dinas terkait. Sedangkanmediator perguliran adalah lembaga-lembaga keuangan mikro yang

    keberadaannya sudah diterima oleh masyarakat disekitar wilayah operasi

    LKM, baik yang berasal dari induk lembaga yang lebih besar atau lembagayang tumbuh dari kalangan internal masyarakat yang bersangkutan.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    12/42

    10

    Sementara itu, mediator perguliran yang sudah dikenal di masyarakat

    memiliki pola yang berbeda yakni prinsip bagi hasil ( syariah) dan prinsip

     bunga atau konvensional. Oleh karena itu metode pendekatan dalam pola perguliran pun mengikuti prinsip tersebut di atas.

    Inti dari kegiatan GMM ini adalah efesiensi dan efektivitas pemanfaatandana, maka dilibatkan lembaga keuangan yang mampu mengelola danmengendalikan dinamika dan aliran uang (cash flow) dalam persfektif 

    keuangan modern yang didukung dengan pola pertanggungan resiko.

    Sementara itu, basis anggota kelompok masyarakat yang karena sesuatuhal tidak mampu mengembalikan atau membayar, maka dilakukan

     pertanggungan secara tanggung renteng. GMM akomodatif terhadap

    model-model pemberdayaan yang efektif dan memiliki nilai ekonomiyang tinggi.

    Gambar 2.2 Model

    Perguliran pada Lembaga Bank BRI

    Pemerintah

    Kabupaten Bogor 

    BANK

    (Channeling)

    Biaya Pendampingan

    ■MOU

    PT/LSM

    (Pendamping)

    ■ Rekomendasi

    Dinas/lnstansi

    Pendamping

    ■ f'erifikasi

    F'enyaluran

    Pengembalian

    Pemandirian   ■Pemandirian

    Pengembalian

    KELOMPOK MASYARAKAT PENERIMA PINJAMAN

    Lembaga Bank tidak secara langsung menyalurkan dana bergulir terhadap Kelompok masyarakat penerima pinjaman, tetapi melalui Lembaga Non Bank.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    13/42

    11

    Gambar 2.3 Model

    Perguliran pada Lembaga Keu

    Pemerintah Kabupaten Bogor 

    ■MOU

    BANK

    (Channeling)

    ■ferifikasi

    ■Penyaluran

    ■ Pengembalian

    Lembaga Keuangan NonBANK (Pendamping

    ■ferifikasi

    ■Penyaluran

    ■ Pengembalian

    KELOMPOKMASYARAKAT PENERIMA

    PINJAMAN

    Gambar 2.4

    Pcmkab Bogor 

    TKPP

    Lembaga Pcrbankan Tcrpilih

    Tim Veerifikasi   *

    Lembaga

    Indcpcndcn

    Lembaga Pemandirian dan Perguliran

    .1Bank Korwensional   Bank syariah

    I

    I

    I

    I

    Masyarakat/ Kelompok Mayarakat Penerima Pinjaman I

    g. Pembiayaan GMM, Pembiayaan GMM tidak hanya bersumber dari

     pemerintah saja, tetapi akomodatif terhadap dana masyarakat dan

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    14/42

    12

     bantuan luar negeri. Namun demikian sebagai pemicu, pada tahap awal,

     pendanaan program GMM bersumber dari APBD Kabupaten Bogor Tahun

    2004 yang meliputi bantuan kepada masyarakat dengan pola pemandiriandan perguliran.

    h. Kegiatan Pokok GMM, Kegiatan pokok GMM terbagi 2 tahap, yaknitahap pemandirian; yang mengantarkan kelompok masyarakat miskin

     produktif ke tahap yang lebih peka dan berani untuk mengambil langkah-

    Iangkah produktif dengan mendapat dukungan bantuan dari pemerintah.Tahap selanjutnya adalah tahap perguliran dana dengan melibatkan

    lembaga perbankan, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga

    keuangan mikro yang tumbuh dan berkembang serta melayanimasyarakat di sekitarnya. Seluruh kegiatan tadi akan diawasi dan

    dievaluasi khususnya yang terkait dengan penyaluran dan pengembaliandana bantuan perguliran.

    i. Pengelolaan Sistim Informasi. Sebagai sebuah program yang berjangkamenengah (paling tidak tiga tahun) dan banyak melibatkan kelembagaan

    serta unsur masyarakat yang besar, menjadikan program GMM ini rawan

     penyimpangan dan membutuhkan sistem pengendalian; yang terpadu danterpusat. Dengan demikian pengendalian program dapat dilakukan

     bertahap (berjenjang), sehingga kesalahan dapat cepat diidentifikasi serta

     penanggulangan dapat bersifat lokal. Untuk mendapatkan itu, makadibutuhkan sistem pengelolaan informasi (SIM). Penyiapan SIM

    ditujukan agar pelaksanaan GMM dapat berjalan efesien dan efektif 

    sehingga cita-cita untuk membantu masyarakat miskin produktif dapat

    tercapai.

     j. Indikator Keberhasilan Output:

    1) Terbentuknya 4 LKM yang mampu menyalurkan kredit bantuan

    modal bergulir kepada kelompok/anggota masyarakat miskin,2) Terbentuknya 4 kelembagaan masyarakat/petani yang terlibat dalam

     proses pemandirian maupun melakukan perguliran dana yang

    dikerjasamakan dengan Lembaga Keuangn Profesional,3) Sebanyak 4.400 orang (kepala keluarga) dilatih/dimandirikan dan

    diberikan dana bergulir melalui peran lembaga pemandirian,

    4) Sebesar 80% dari kepala keluarga miskin yang diberdayakan/

    dimandirikan, mampu untuk memulai/mengembangkan usaha yangditekuninya,

    5) Terbentuknya jaringan kerjasama antara lembaga keuangan Bank,LKM, kelembagaan masyaraka/petani, seluruh masyarakat yang

    memperoleh bantuan pemandirian dan atau perguliran dalam rangka

    GMM.

    2. Dampak.

    a. Pendapatan masyarakat meningkat dari mulai pendanaan sampai

    waktu pelunasan bantuan kredit,

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    15/42

    13

     b. Produktivitas usaha meningkat berdasarkan siklus usaha,

    c. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin melalui penyerapan tenaga kerja

    serta munculnya kegiatan-kegiatan.

    D. Latihan Kelompok 

    Peserta dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan minat masing-masing peserta

    secara musyawarah dan masing-masing kelompok menetapkan ketua dansekretaris kelompok untuk melakukan diskusi kelompok,

    1. Masing-masing kelompok peserta memilih jenis usaha misalnya agribis

    (pertanian, peternakan, perikanan), industri rumah tangga, industri kerjinan

    rakyat, untuk mengembangkan kemitraan usaha.

    2. Untuk mengembangkan kemitraan perlu dibuat jejaring kerja antar institusi

     baik pemerintah maupun lembaga lain yang terkait dalam pengembangankemitraan. Buatkan Tabel seperti contoh dalam pokok bahasan ini yaitu:

    Kelompok Mitra dan Perusahaan Mitra serta Lembaga/Instansi yang terlibat

    dalam pengembangan kemitraan dan uraikan kewajiban atau peran setiap pelaku tersebut.

    3. Diskusikan cara dan langkah-langkah mengembangkan kemitraan usaha untuk 

     jenis usaha yang dipilih tersebut.

    4. Apakah model GMM dapat diterapkan juga di Kabupaten atau Kota peserta,

    modifikasi apa yang perlu disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota peserta,

    atau muingklin saja sudah ada pola kemitraan tersebut buatkan analisiskebaikan dan kekurannga yang telah ada tersebut.

    E. Rangkuman

    Jejaring kerja antar institusi diperlukan untuk mendukung pemberdayaan UMKM,khususnya usaha mikro. Banyak institusi yang terlibat dalam memberdayakan

    usaha mikro atau kecil yang memerlukan koordinasi dan kesepakatan kolaborasi

    operasi atau kegiatan antar partisipan dari berbagai institusi dalam manajemen produksi, seperti masukan bagi proses produksi, berupa prasarana dan sarana

     produksi dan pemasaran produk. serta sistem pendukung lainnya. Dimulai sejak  perencanaan, pelaksaaan dan pengendalian dan evaluasi hasil.

    Kemitraan berlangsung antar semua pelaku dalam kegiatan perekonomian. Selain

    aspek pelaku usaha, juga aspek objeknya, kemitraan bersifat terbuka dan

    menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi mencakup proses produksi, dan pemasaran produk Oleh karena itu institusi yang terlibat dalam

    kemitraan akan banyak, tergantung okjek kegiatan ekonomi, dan perlu forum

    koordinasi. Tujuan pembentukan jejaring kerja antar instansi adalah: (1)

    Mempersamakan persepsi dalam mengembangkan kemitraan usaha, (2)

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    16/42

    14

    Menciptakan kesepakatan bersama dalam kegiatan dalam melaksanakan tindakan

     bersama (3) terjadi sinerji yang berdampak luas yang memberikan hasil lebih baik.

    Dalam mengembangkan kemitraan antara perusahaan yang bermitra melaluirangkaian proses: mulai dari membangun hubungan dengan calon mitra; mengerti

    kondisi bisnis pihak yeng bermitra; mengembangkan program; memulai pelaksanaan dan memantau dan menilai target yang telah tercapai.

    Menyiapkan pelaku pelaku usaha agar siap bermitra melalui langkah langkah: (1)

    identifikasi dan pendekatan kepada pelaku yang akan bermitra; (2) membentuk 

    wadah organisasi eknomi; (3) menganalisis kebutuhan pelaku usaha; (4)merumuskan program yang dapat diaplikasikan; (5) kesiapan bermitra dari pelaku

    yang akan bermitra antara usaha mikro, kecil dengan usaha menengah dan besar,

    atau BUMN/BUMD.

    Gerakan Masyarakat Mandiri merupakan program inisiasi pemerintah Kabupaten

    Bogor sebagai suatu komitmen untuk menanggulangi masyarakat miskin. GerakanMasyarakat Mandiri adalah suatu program dalam bingkai utama mengurangitingkat kemiskinan. Dalam mengurangi tingkat kemiskinan dilakukan dalam dua

    tahap yaitu proses pemandirian dengan memberikan pengetahuan, wawasan,

    keterampilan, keahlian dan komitmen terhadap usaha-usaha ekonomi produktif.

    Tahap kedua melalui penguatan modal dengan memberikan pinjaman modal

     bergulir memandirikan masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatanmelalui kegiatan ekonomi produktif dengan sumberdaya yang dimiliki oleh

    masyarakat miskin, minimal semangat melepaskan diri dari kemiskinan dan

    semangat berusaha.

    Oleh karena itu ada dua mediator, yaitu pertama mediator pemandirian yangdilakukan oleh instansi teknis dan Lembaga Kelompok Masyrakat sendiri atau

    lembaga perguruan tinggi. Dan kedua mediator perguliran dana yaitu lembaga-lembaga keuangan mikro yang keberadaannya sudah diterima oleh masyarakat

     baik yang berasal dari induk lembaga yang lebih besar atau lembaga yang tumbuh

    dari internal masyarakat yang bersangkutan. Manfaat dari GMM yang diharapkanadalah produktivitas usaha meningkat berdasarkan siklus jenis usaha yang bermitra

    dengan usaha menengah atau usaha besar dan berkurangnya jumlah masyarakatmiskin melalui penyerapan tenaga kerja serta munculnya kegiatan-kegiatan

    ekonomi.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    17/42

    BAB III

    KEMITRAAN USAHA

    Setelah proses pembelajaran ini peserta mampu menguasai dan memahamimodel model kemitraan dan menerapkan pilihan model kemitraan untuk memberdayakan usaha mikro dan kecil sesuai dengan kondisi danlingkungan usaha mereka dalam sentra produksi unggulan.

    A. Pola Model Kemitraan Usaha

    Kemitraan adalah kerjasama antara Usaha Kecil dan Usaha Menengah dan atau

    Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan

    atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling

    memperkuat dan dan saling menguntungkan.

    Pola kemitraan adalah bentuk bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-

    undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Penjelasan umum atasPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997,

    mendeskripsikan bahwa pada dasarnya kemitraan usaha menjangkau pengertian

    yang luas. Kemitraan berlangsung antar semua pelaku dalam perekonomian baik dalam arti asal usul atau pemiliknya yang meliputi BUMN, Badan Usaha Swasta,

    dan Koperasi, maupun dalam ukuran usaha yang meliputi Usaha Besar, Usaha

    Menengah dan Usaha Kecil. Selain aspek pelaku, dalam aspek objeknya,kemitraan bersifat terbuka dan menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Untuk 

    mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang dan kuat membutuhkan peran yanglebih besar dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai kegiatan ekonomi

    masyarakat. Secara prinsip kemitraan usaha berlangsung atas dasar dan lazim,

    serta adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan, saling

    memperkuat dan saling menguntungkan. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998

    tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, dan Keputusan Menteri

    BUMN N0. KEP. -236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN denganUsaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Peraturan Pemerintah atau Keputusa

    Menteri merupakan landasan legal dalam mengembangkan kemitraan usaha dan

    model pola kemitraan.

    Sebagai contoh pola Kemitraan adalah Kemitraan sektor agribisnis/agroindustri(yang mencakup aspek budidaya, industri pengolahan dan pemasaran hasil

     perikanan, tanaman pangan/hortikultura, perkebunan, peternakan). Hal ini jika

    dilihat dari aspek objek jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat.

    Persayaratan Model Kemitraan

    Sebelum melakukan kemitraan, setiap pihak yang akan melakukan kemitraan

    dengan berbagai pihak terlebih dahulu harus memahami persyaratan untuk setiap

    model kemitraan sebagai berikut:

    15

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    18/42

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    19/42

    17

    Tabel 3.1

    Syarat syarat pola Kemitraan Model

    Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

    Berperan Sebagai plasma Peran sebagai perusahaan

    Mengelola seluruh usaha Menampung hasil produksiMenjual produksi kepada

     perusahaan mitra

    Membeli hasil produksi

    Meneuhi kebutuhan perusahaan

    sesuai dengan persyaratan yang

    telah disepkati

    Memberi bimbingan teknis

    manajemen kepada kelompok 

    mitra

    Memberi pelayanan kepada

    kelmpok mitra berupa permodalanatau kredit, sarana produksi dan

    teknolgi

    Empunyai usaha di dang pengolahan hasil perikanan

    Menyediakan lahan apabila

    diperlukan

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    modalan atau kredit, sarana

    2. Model Kontrak Beli

    Model Kontrak Beli adalah pola kemitraan dimana terjadi kerjasama antara

    kelompok usaha mikro, kecil/koperasi dengan perusahaan menengah/besar 

    yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis yang biasa dalam jangka waktu tertentu dan pada saat perjanjian kerjasama

    disaksikan oleh wakil dari instansi pemerintah terkait. Didalam perjanjian

    kontrak beli, didalamnya terdapat kewajiban dan hak setiap kelompok yang bermitra dengan azas kesetaraan dan saling menguntungkan.

     Kewajiban kelompok mitra adalah sebagai berikut:

    a. Berkewajiban untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh perusahaan menengah/besar sesuai kebutuhan yang telah disepakati

    secara berkelompok,

     b. Menerima pembayaran sesuai dengan yang telah disepakati dalam

    kontrak dengan perusahaan inti,

    c. Menjaga kualitas mutu produk sesuai dengan kesepakatan kontrak dengan perusahaan mitra,

    d. Menyediakan bahan baku kebutuhan perusahaan mitra sesuai

     jadwal, jenis clan jumlah yang telah ditetapkan dalam kontrak,e. Melakukan sortir clan pengemasan yang dikoordinir oleh ketua

    kelompok sesuai kebutuhan perusahaan mitra atas dasar kesepakatan

    dalam kontrak.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    20/42

    18

     Kewajiban perusahaan Mitra adalah :

    a. Membeli seluruh produk yanq dihasilkan oleh kelompok mitra sesuai

    denaan harga yang telah disepakati dalam kontrak, b. Melakukan pembinaan terhadap kelompok mitra dalam pelayanan

    teknis budidaya atau pengelolaan agar produk kelompok mitra

    sesuai standar mutu yang ditetapkan,c. Memberikan fasilitas, sarana produksi sesuai kesepakatan dalam

    kontrak yang telah disepakati bersama,

    d. Memberikan bantuan/kredit modal.

    Model kemitraan kontrak beli, pihak pemerintah tidak terlibat secaralangsung. Fungsi pemerintah pada model ini adalah hanya sebatas sebagai

    moderator dan fasilitator dalam perjanjian kontrak beli diantara yang

     bermitra.

     Peran pemerintah adalah:a. Sebagai fasilitator dalam mempertemukan kedua belah pihak yangakan bermitra,

     b. Merekomendasikan kelompok mitra yang sesuai kepada perusahaan

    inti,c. Memberikan pembinaan seperti bantuan teknologi tepat guna dalam

     budidaya atau pengolahan berdasarkan hasil penelitian lembaga

     pemerintah (lembaga riset) kepada kelompok mitra,d. Memberikan informasi kepada kedua belah pihak apabila terdapat

    teknologi baru dalam aspek budidaya atau pengolahan hasil.

    Tabel 3.2Persyaratan pola Kemitraan Kontrak 

    Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

    Memproduksi produk yang

    dibutuhkan perusahaan mitra

    Membeli seluruh produk yang

    dihasilkan oleh usaha mikro dankecil

    Menerima seluruh pembayaran

    sesuai dengan

    kontrak 

    Melakuan pembinaan teknis sesuai

    standar mutu yang telah ditetapkan

    Menjaga kualitas mutu sesuai

    dengan standar yangtelah ditetapkan

    Memberikan fasilitas, sarana

     produksidan alat pengolahan

    1

    2

    3

    Memberikan bantuan kredit

    3. Model Sub Kontrak 

    Model kemitraan sub kontrak adalah hubungan kemitraan antara kelompok 

    usaha mikro, kecil atau koperasi dengan usaha menengah/besar. Model sub

    kontrak pihak usaha mikro, kecil/koperasi melaksanakan produksi komponen

    dan atau jasa yang dibutuhkan atau merupakan bagian dari produksi usaha

    menengah/besar. Model sub

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    21/42

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    22/42

    20

    5. Model Vendor

    Pola kemitraan model Vendor adalah pola kerjasama kemitraan antara

     perusahaan menengah dan besar dengan kelompok usaha mikro, kecil atauKoperasi. Dalarn melaksanakan hubungan kemitraan model Vendor, usaha

    menengah atau besar menggunakan hasil produksi yang merupakan bidangkeahlian usaha kecil untuk melengkapi produk yang dihasilkan usahamenengah atau besar. Pelaksanaan atau mekanisme pola kemitraan Vendor 

    adalah dengan cara usaha menengah atau besar memesan produk yang

    diperlukan sesuai dengan ukuran, bentuk, mutu dan kualitas barang yang telah

    dikuasai oleh kelompok usaha mikro, kecil atau Koperasi.

    Tabel 3.5

    Persyaratan pola Kemitraan Model Vendor

    Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

    Menyediakan produk sesuai dengan

    ukuran, bentuk, mutu yang telahditentukan

    Menerima /membeli produk 

    sesuai ukuran yang telahditetapkan

    Menerima pembinaan teknis dalam

     bentuk alih teknologi, ketrampilan

    dan bahan baku serta permodalan

    Melakukan pembnaan dalam rangka

    alih teknolgi, ketrampilan bahan

     baku, permodalan

    1

    2

    3Memberikan jaminan pasar danharga yang pasti

    6. Model Keagenan

    Hubungan kemitraan model keagenan adalah bentuk kerjasama dimana

    kelompok usaha mikro, kecil atau koperasi diberi hak khusus untuk 

    memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Pola kemitraan modelkeagenan adalah sebagai berikut:

    a. Perusahaan mitra melakukan perjanjian kerjasama dengan

    kelompok usaha mikro, kecil dan koperasi tentang pemberian hak khusus,

     b. Hak khusus yang diberikan oleh perusahaan mitra kepada

    kelompok usaha mikro, kecil dan koperasi adalah hak untuk 

    memasarkan produk perusahaan mitra,c. Kelompok usaha mikro, kecil dan koperasi memasarkan produk 

     perusahaan mitra kepada konsumen,d. Kelompok usaha mikro, kecil dan koperasi mendapatkan

    keuntungan dari hasil penjualan dan komisi yang diberikan oleh perusahaan mitra.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    23/42

    21

    Tabel 3.6

    Persyaratan pola Kemitraan Model K 

    Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

    Mendaptkan hak khusus untuk memasarkan produk peusahaan

    mitra

    1

    Memberikan hak khusus untuk memasarkan produk perusahaan

    mitra

    C. Contoh Contoh Kasus Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kegiatan

    Kemitraan

    Kasus 1: Kemitraan Usaha Wisata Alam.

    Taman Kupu-kupu di Curug Tujuh Cilember Bogor, sebagai upaya untuk 

    pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.

    Curug Tujuh merupakan salah satu air terjun di Curug Cilembar bogor, desa

    Jojogan Ke. Cilember, Kecamatan Megamendung Kab. Bogor. Objek wisata alamyang kini menjadi proyek Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) antara

    Perhutani KPH Bogor dengan penduduk setempat akan berkembang menjadi“surga” berbagai jenis kupu-kupu. Jika dipelihara dan dikembangkan terus akan

    dapat menyamai kemashuhuran Taman Kupu Kup Bantimurung di kab. Maros,

    Sulawesi Selatan.

    Taman Kupu-kupu di Curug Tujuh, sedang dikembangkan untuk menambah daya

    tarik Curug Cilember. Sebuah sangkar raksasa telah dibangun, dimana beberapa

    species kupu-kupu telah mulai diternakkan, antara lain:  Papilio memmon, Papiliohelenus, Graphium agamenon, Graphium saroedeon, Eupleoamuciber, Elymnias

     sp, Troides helena, Trides amphrysus dan jenis kupu-kupu langka dari  species

    Trides sulena, dan masih banyak lagi  species. Kupu-kupu Curug Tujuh Cilember semuanya kupu-kupu local. Belum ada species luar seperti halnya di Batimurung.

    Taman Kupu-kupu Batimurung telah dikembangkan lama dan sudah terkenal di

    seluruh dunia dan sudah berjalan lama. Ratusan jenis kupu-kupu dari seluruh penjuru tanah air disilangkan satu sama lain sehingga menghasilkan jenis kupu-

    kupu yang lebih indah, misalnya jenis Graphium androcles yang meurpakan asliBatimurung dan termasuk jenis yang dilindungi. Troides hypolitus (kupu-kupu raja

    hipbilitus), Troides hypolitus (kupu-kupu raja halipron), Troides Helena (kupu-kupu raja  Helena), dan Centhosia myrina (kupu kupu Bidadari), serta kupu-kupuasal  Nabire Papilio ulyses telegonus yang sangat mengagumkan berkat paduan

    warnanya.

    Di Taman Kupu Curug tujuh jika telah berkembang baik, mungkin akandidatangkan bibit kupu kupu dari daerah lain agar lebih semarak, tetapi sekarang

    masih dalam tahap perintisan. Kegunaannya lebih ditekankan kepada aspek 

     pendidikan, baik untuk pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum untuk 

    meningkatkan kecintaaan kepada kelestarian alam. Taman ini diharapkan akan

    menyamai Taman Kupu-kupu Bantimurung , bahkan akan lebih baik sebab kondisi

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    24/42

    22

    alam Cilember lebih mendukung dimana keberadaannya berada pada kawasan

    hutan lindung Gunung Hambalang Barat yang masih benar benar utuh terjaga,

     banyak ditumbuhi aneka macam flora yang pada musimnya semarak berbunga.

    Secara ekologis, Gunung Hambalang Barat tempat Curug Cilember berada

    merupakan penyangga penting kawasan Jakarta dan Bogor, sehingga tidak bolehterganggung kelestariannya. Keberadaan objek wisata Curug Cilember sangat

    membantu penjagaan hutan, terutama setelah digulirkannya program PBHM yang

    melibatkan masyarakat dalam mengelola dan mendayagunakan potensi hutan.Perhutani Bogor telah menjalin kerjasama dengan pemerintah Desa Jojogan. Dari

    karcis masuk Rp. 2750, pihak desa mendapat Rp. 500. Ikatan remaja Masjid

    (Irmas) juga diikutsertakan untuk mengelola lahan parkir, kebersihan (K3) danMCK dengan pembagian 40% untuk Irmas dan 60% untuk Perhutani.

    Pola pengelolaan sistem PHBM itu ternyata sangat menguntungkan masyarakat

    sekitar lokasi hutan mendapat penghasilan, sekaligus memberi dukungan penuh

    kepada Perhutani dalam memelihara dan menggali potensi hutan.

    Data yang tercatat di lokasi Wana Wisata Cilember, tahun 2001 yang lalu ada

    sekitar 57.279 wisatawan yang berkunjung ke Curug Cilember. Penghasilan pendapatan sebesar Rp. 128 juta. Sebagian besar wisatawan sangat meminati

    camping , koleksi bunga anggrek dan tentu saja Taman Kupu-kupu yang kelak 

    akan menjadi “mascot” Curug Cilember, disamping air terjun yang berair jernihdan bersuhu dingin.

    Lokasi Curug Cilember sekitar 10 km dari pintu Tol Jagorawai, pada jalur wisataCisarua-Puncak. Objek Wisata Alam Curug Cilember dengan Taman Kupu-kupu,

    camping ground , koleksi bunga dan kekayaan flora dan faunanya yang unik akanmemiliki popularitas khusus. Pengelola dituntut untuk berpromosi, mampu

    mencatatkan agenda ke Asita, menggandeng PHRI dan lembaga kepariwisataan

    lainnya. Wana wisata Curug Cilember memiliki keunikan khusus Taman Kupu-

    kupu yang kelak akan menjadi primadona, mengikuti jejak Bantimurung. (Sumber H. Usep Roni HM, PR, 10 Februari 2002).

    Kasus 2: Konservasi Situ dan Pengembangan Agrowisata Tanaman Hias

    Banyak Situ atau Danau di seputar Kota Depok, Jawa Barat yang tidak berfungsilagi sebagai kawasan resapan air. Sempadan Situ ditumbuhi semak belukar, dan

    malahan banyak situ telah ditimbun sebagai kawasan perumahan. Pada fungsi situatau danau sebagai resapan air akan memberikan air tanah bagi kawasan untuk air sumur dan menahan aliran permukaan ke daerah hilir yang dapat menimbulkan

     banjir, atau kekeringan pada musim kemarau.

    Sebagai contoh adalah Situ Pengasinan di Kecamatan Sawangan. Situ tersebuthampir lenyap karena berubah, karena penduduk setempat merubahnya menjadi

    sawah, bahkan nyaris diuruk menjadi perumahan oleh penduduk. Kerusakan

    lingkungan dapat dihindari karena Walikota Depok (Badrul Kamal) saat itu padatahun 2003 meminta Dinas Pekerjaan Umum mengeruk danau seluas 6,5 Ha,

    sehingga Situ Pengasinan kembali pada fungsinya. Di sekitar situ dalam jarak 50

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    25/42

    23

    meter harus menjadi ruang terbuka hijau dan tidak diperbolehkan ada bangunan

     permanen.

    Seorang lulusan Akademi Lanskap Heri membeli tanah seluas 3000 meter persegi,di tepi Situ Pengasinan yang ditumbuhi semak belukar. Heri mengubahnya

    menjadi menjadi tempat yang sedap dipandang, dimanana eralnya tetap merupakan bagian dari lanskap danau tersebut., dimana ada kolam ikan, tanaman hias dan

    rerumputan hijau. Warga yang semula mengusahakan sawah, untuk merubahnya

    menanam tanaman hias, tetapi petani kurang memberikan respon, dan menantisampai seberapa jauh hasil dari usaha tanaman hias. Setelah mereka melihat bahwa

    tanaman hias dapat memberikan pendapatan lebih dari usaha padi sawah, akhirnya

     banyak warga di sekitar situ dan kelurahan lain di Sawangan menanam tanamanhias. Sampai akhir th 2006 sekitar 500 petani telah mengikuti ajakan Heri. Heri

    merasa bangga bahwa upaya memberdayakan masyarakat Sawangan ada hasilnya,

    dimana seorang petani tanaman hias dapat memperoleh penghasilan sekitar Rp 3 juta perbulan.

    Konsep membangun Sawangan menjadi Agropolitan yang berbasis tanaman hias

    didukung oleh Bank. Melalui Program Perbankan Kemitraan Bank Mandiri, setiap

     petani dapat kredit sebagai modal usaha dengan bunga 6-8 persen pertahun.

    Dukungan tersebut bukan saja dari kalangan perbankan, tetapi juga dari ProgramPendanaan Kompetensi Indeks Pembangunan (PPK-IPM) Provinsi Jawa Barat

    sebagai daerah pertanian tanaman hias. Minimal jalan masuk ke lokasi Situ

    Pengasinan dapat diaspal. Dukungan tersebut juga datang dari Walikota Depok yang baru Nur Mahmudi Ismail terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup dan

    sekaliguas memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan pendapat. Jika Situ

    Pengasinan berhasil menjadi kawasan agrowisata berbasis tanaman hias, makaakan menjadi percontohan bagi tigapuluhan situ yang ada diseputar Kota Depok 1.

    Pelajaran apa yang dapat ditarik dari contoh kasus ini ? Tumbuhnya seorang

    wirausaha yang memiliki sifat kewirausahaan yang mau bekerja keras, memilikivisi kedepan, melihat peluang masa depan dimana ada kecenderuangan kelompok 

    masyarakat tertentu untuk memperindah halaman rumah atau kawasan perumahanyang asri, membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya, bukan

    semata mata untuk usahawan sendiri, membantu pihak pemerintah daerah dalam

    mengembangkan suatu kawasan yang sesuai dengan fungsinya dalam konservasidan pengembangan lingkungan.

    Kasus 3 Kemitraan antara Koperasi dan Bank Bukopin untuk mengembangkan

    Unit Usaha Simpan Pinjam dapat disebutkan beberapa contoh yang berhasilmengembangkan usahanya.

    1. Kerjasama Kopsa (Koperasi Petani Sutera Alam) Merapi Sleman dengan

    Bank Bukopin, yang diresmikan th. 2000 oleh Bupati Sleman. Tantangan yang

    dihadapi adalah merubah sikap mental masyarakat untuk mau menyimpan padaKopsa, tidak hanya menaruh uangnya pada salah satu Bank. Tantang bagi

    menubha sikap mental tersebut dan menaruh kepercayaan pada Kopsa Merapi.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    26/42

    24

    Taktik yang digunakan adalah bagaimana membidik nasabah yang dilakukan

    dengan mengikuti berbagai kegiatan tradisional, termasuk hajatan atau

    musibah kematian, dimana tenaga pemasaran terlibat banyak dalam kegiatantersebut. yang dapat merubah simpati masyarakat. maupun perayaan

    Agustusan. Pada akhir Februari 2004 jumah nasbah telah mencapai 92, dan

    432 orang menjadi debitur setia. Rentang pinjaman nasabah antara Rp. 500ribu samapi Rp. 50 Juta. Sebagai Lembaga Keuangan Mikro selau berupaya

    untuk menjadi kehati-hatian dalam memeberikan pinjaman kepada nasabah

    dengan seleksi ketat, nasabah yang baik selalu dilayani dengan cepat, tetapinasabah yang kurang baik ditolak. Hal Ini juga dilakukan agar tingkat

    kemacetan tidak lebih tinggi dari 10%, dan saapai saat itu tidak lebih dari7,5%. Omzet bulanan mencapai Rp 10-15 juta rupiah. SHU pada th 2003 telah

    mencapai Rp. 134 juta.2

    2. Swamitra Number Bekasi sebagai unit usaha otonom dari Koperasi Serba

    Usaha Naungan Bersama (Namber),. Koperasi ini didirikan oleh kelompok anak muda yang kreaktif pada pertengahan Mei 1996 dengan anggota 40 orang

    dan anggotanya pada Juni 2006 telah meningkat menjadi 1960 orang. Unit

    usaha ini terutama melayani anggotannya. Swamitra ini baru berdiri Mei 2005,Lembaga keuangan mikro ini berbasis manajemen Bank Bukopin. Total asset

    telah mencapai Rp. 841,3 juta dengan ratio pinjaman (LDR) 73,83% dan bad 

    debt ratio 1,11%, serta kecukupan modal (CAR) 41,85%.dan SHU sebesar Rp.198,7 juta pada th. 2005. LKM belum memanfaatkan dana Bank Bukopin,

    karena baru melayani nasabah 48 orang dan baru mencapai Rp. 355 juta,

    karena masih cukup dana dari USP dan pendapatan payment point sebagai jasa pelayanan pembayaran listrik, PAM, Telkom, Ratelindo, Pro XL dan jasa

    lainnya. Swamitra ini dalam operasional berlokasi di Jl. Raya Jati Asih, Bekasi,Jawa Barat yang didukung 8 orang profesionnal permanen dan puluhan tenaga

    lepas. Kepuasan pelanggan merupakan prioritas utama kegiatan USP dan

     payment point merupakan andalan dari USP ini.3 . .

    D. Latihan Kelompok 

    1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok sesuai dengan minat masing-masing

     peserta scara musyawarah dan masing-masing ditetapkan ketua dan sekretariskelompok untuk melakukan diskusi kelompok, sebagai lanjutan dari latihan

    kelompok pertama.

    2. Masing-masing kelompok peserta memilih jenis usaha misalnya agribis(pertanian, peternakan, perikanan), industri rumah tangga, industri kerjinan

    rakyat, untuk mengembangkan kemitraan usaha.3. Berdasarkan jenis usaha buatlah alternatif model kemitraan apa yang paling

    sesuai dengan pilihan jenis usaha tersebut.

    4. Pilihlah model-model kemitraan mana yang paling sesuai untuk jenis usahayang telah dipilih kelompok.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    27/42

    25

    5. Setelah selesai menetapkan pilihan model bentuk kemitraan untuk jenis usaha

    terpilih, uraikan kewajiban apa saja dari kelompok mitra dan perusahaan mitra

    yang perlu disepakati oleh pelaku yang bermitra,6. Menarik pelajaran dari kasus 1 yang merupakan BUMN meningkatkan

     pendapatan masyarakat sekitar hutan, untuk menarik wisatawan kewajiban apa

    yang saja yang perlu dilakukan oleh kelmpok masyarakat sebagai kelompok mitra dan apa yang yang lebih rinci oleh pembina dalam hal ini Perum

    Perhutani sebagai persahaan mitra dalam hal ini BUM.

    7. Menarik pelajaran dari kasus 2 dimana kesuksesan telah diraih oleh pelaku

    usaha kecil kerajinan tas, apakah hal ini dapat direplikasikan pada pengusahakecil di Kabupaten/Kota tempat kerja peserta. Untuk mengembangkan

    kemitraan usaha lembaga/dinas instansi mana untuk meningkatkan usaha kecil

    sejenis tersebut agar dapat menembus pasar  eksport  dan lembaga terkaitlainnya untuk meningkat produk baik kualitas maupun volume produk 

    E. Rangkuman

    Kemitraan berlangsung antar semua pelaku dalam kegiatan perekonomian. Selainaspek pelaku usaha, juga aspek objeknya, kemitraan bersifat terbuka dan

    menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Untuk membangun kemitraan perlu

    memahami persyaratan: Perusahaan mitra, Kelompok mitra dan Perjanjian

    Kemitraan. Terdapat beberapa model Kemitraan yang dapat digunakan sebagai

    acuan melakukan kemitraan: (1) Model Inti Plasma, (2) Model kontrak Beli, (3)Model Sub Kontrak, (4) Model Dagang Umum, (5) Model Vendor, (6) Model

    Keagenan. Setiap model memiliki persyaratan yang merupakan kewajiban dari

    Kelompok Mitra dan Pengusaha Mitra.

    Belajar dari kasus praktis dari perusahaan BUMN untuk meningkatkan pendapatan

    masyarakat sekitar perusahaan mitra yang dapat direplikasikan pada BUMN lain

    terhadap masyarakat sekitar lokasi usaha mitra dengan melakuakn modifikai baik sasaran maupun kegiatan masyarakat sekitar lokasi perusahaan mitra.

    Kasus seorang warga yang berhasil mengajak masyarakat untuk melestarikanlingkungan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan budidaya

    tanaman hias. Kegiatan ini telah mendapat respon dari pihak pemerintah daerah

    dan lebaga perbankan untuk memberikan kredit.

    Kasus praktis tentang kesuksesan usaha kecil untuk jenis usaha kerajinan yang

    dapat direplikasikan bagaimana menerapkan kunci sukses jenis usah lain yangdilakukan oleh usaha mikro dan kecil.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    28/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Perundangan (PP, Keppres, Permendagri, dan sebagainya)

    Pedoman Umum Pola Kemitraan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan,Direktorat Usaha dan Investasi, Dit Jen Pengolahan dan Pemasaran, Dep.Kelautan dan Perikanan. 2006.

    Berbagai studi kasus (hasil P2KP dan PPK, dan sebagainya)

    Program-program pengembangan wilayah dan ekonomi masyarakat di Daerah,Proseding desiminasi dan diskusi, Hotel Novotel Bogor 15-16 Mei 2000.

    Pengembangan Ekonomi masyarakat dalam Era Globalisasi, Masalah, Peluang danStrategi Praktis, Editor Frida Rustiani, Diterbitkan Atas kKerjasama Yayasan

    AKATIGA – YAPIKA, 1996.

    Keluar dari Krisis Agenda Aksi Pemulihan dan pengembangan Ekonomi Indonesia,

    Editor Fahrudin Salim Muchtar Hadyu, kata pengantar Dr Rizal Ramli, Tahun2000,

    Bahan/Materi Diklat PEKUD, Badan Diklat Depdagri, 2002.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    29/42

    LAMPIRAN

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    30/42

    PERSYARATAN JAMINAN MITRA

    I. JAMINAN SERTIFIKAT TANAH

    a. Sertifikat dilegalisir oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional (BP

     b. Surat Keterangan Tidak Sengketa dari Kelurahan diketahui Cam

    c. Surat Keterangan Harga Tanah dari Kelurahan,d. Surat Keterangan Ijin Warga (untuk Lokasi kandang),

    e. SPPT PBB terakhir atau sebelumnya,f. Fotocopy KTP / Surat Nikah / Kartu Keluarga,

    g. Surat Permohonan,

    h. Surat Kuasa Menjaminkan (Bila menggunakan jaminan orang lain),i. Surat Kuasa Menjual,

     j. Surat Persetujuan Suami / Istri,

    k. Surat Perjanjian Kerjasama Sapronak l. Data Peternak.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    31/42

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    32/42

    PERJANJIAN KERJASAMA OPERA Nomor: /SP-MT/ /

    Pada hari ini_______ , tanggal ____bulan ________ tahun dua

    I. Ujang Zaenudin, pekerjaan pegawai swasta , bertempat tinggal di Bogor, Jalan Waning

    Pari, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 001, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor 10.5104.110165.0004;

    Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku kuasa berdasarkan Surat Kuasa dibuat di

     bawah tangan, bermeterai cukup, nomor 3321SKM-PO-SKU/05/05 tertanggal 18 Mei 2005,

    dari dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili perseroanterbatas PT. Sierad Produce Tbk., berkedudukan di Bogor dan beralamat di Jalan Raya

    Parung Km. 18, Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor;

    Selanjutnya disebut ___________ Pihak Pertama.

    II. _______ , pekerjaan , bertempat tinggal di, Jalan ___________, RT___ , RW_________ 

    Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri pribadi yang dalam melakukan tindakan hukum ini telah

    mendapatkan persetujuan dari isteri/suami yang turut serta menandatangani perjanjian ini guna

     persetujuannya.

    Selanjutnya disebut Pihak Kedua.

    Pihak Pertama dan Pihak Kedua (untuk selanjutnya disebut Para Pihak) sebelumnya salingmenerangkan dan menjelaskan satu sama lain mengenai hal-hal sebagai berikut:

    - Bahwa Pihak Pertama adalah perusahaan yang bergerak di dalam bidang usaha industri pakan ayam, industri peralatan dan obat-obatan peternakan, pembibitan ayam clan budidayaayam pedaging;

    - Bahwa Pihak Kedua adalah pemilik atau penyewa lahan tanah dan bangunan kandang ayam yang

    nantinya akan dipergunakan untuk pembudidayaan ayam pedaging, terletak di Desa Kecamatan,

    Kabupaten, dengan populasi _____ ekor/spec ke

    - Bahwa Pihak Pertama dan Pihak Kedua adalah mitra usaha yang mempunyai perananyang sama, saling ketergantungan dan saling menguntungkan dan para pihak hendak 

    melakukan kerjasama dengan pendekatan agribisnis yakni penanganan menyeluruh segmen

    agribisnis sejak pengadaan/penyaluran sarana produksi peternakan termasuk tetapi tidak 

    terbatas pada penyediaan Day Old Chick (DOC) atau anak ayam umur sehari dan pakanternak (selanjutnya disebut "Sapronak") serta pengolahan sampai dengan pemasaran hasil

     panen.

    DEFINISI:

    -  Pihak Pertama adalah Prinsipal/Produsen yang menyediakan dan atau

    mengirimkan Sapronak bagi Pihak Kedua.

    -  Pihak Kedua adalah Peternak yang mempunyai pengetahuan/keterampilan dan

     pengalaman dalam mengelola dan memelihara ayam pedaging serta pihak yangmemiliki atau yang menyewa lahan/lokasi serta bangunan kandang ayam yang

    dapat digunakan untuk pembudidayaan ayam pedaging.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    33/42

    - Sapronak  adalah Day Old Chick (DOC) broiler  atau anak ayam pedaging

    umur sehari dan pakan ayam termasuk obat dan vaksin milik Pihak Pertama

    yang disediakan bagi Pihak Kedua guna dikembangkan dan dibudidayakandengan tujuan yang telah disepakati bersama.

    -  Proses Produksi adalah tahapan perawatan, pemeliharaan dan atau pengembangan ayam pedaging mulai dari kondisi awal yang disebut dengan

    istilah anak ayam umur sehari atau Day Old Chik (DOC) menjadi produk 

    ayam besar yang di dalamnya ditentukan tata cara pemberian pakan, minum,

    obat-obatan juga teknis-teknis lainnya sampai menghasilkan kondisi ayamyang sehat, mencapai berat, umur yang disepakati bersama dan siap untuk 

    dipasarkan.

    -  Lokasi adalah lahan tanah dan bangunan kandang ayam berikut fasilitas-

    fasilitas pendukung lainnya milik Pihak Pertama atau yang disewa oleh Pihak Kedua yang telah memenuhi syarat-syarat untuk digunakan sebagai tempat

     pengembangan dan pembudidayaan ayam pedaging, terletak di Desa,Kecamatan ___________ , kabupaten, - Satu Siklus adalah satu periode dari

     pemasukan DOC hingga hasil panen.

    - Selanjutnya Para Pihak saling setuju dan sepakat untuk menuangkan hal-hal

    tersebut di atas ke dalam Perjanjian ini dengan mempergunakan syarat-syaratdan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    34/42

    Pasal 1

    Ruang Lingkup Kerjasama yang dilakukan oleh Pihak Pertama dan pihak 

    Kedua meliputi:

    1.1. Pengadaan Sapronak oleh Pihak Pertama bagi Pihak Kedua untuk selanjutnya

    dikembangkan dan dibudidayakan oleh Pihak Kedua hingga menjadi ayam

     pedaging dengan kondisi sehat serta mencapai berat, umur yang disepakati bersama sampai saat panen clan siap untuk dipasarkan.

    1.2. Pihak Kedua akan menyediakan lahan tanah, bangunan kandang ayam,

     peralatan, tenaga kerja serta sarana operasional peternakan lainnya.

    1.3. Pemasaran atas ayam hasil panen yang telah dibudidayakan sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 1.1. di atas dilakukan oleh Pihak Kedua untuk selanjutnya Pihak Pertama membantu Pihak Kedua dalam memasarkan hasil

     panen tersebut.

    1.4. Jumlah, harga, kualitas clan spesifikasi lainnya atas Sapronak dijelaskan lebih

    lanjut dalam suatu Surat Kesepakatan tersendiri, yang merupakan satu.Pasal 2

    Jangka Waktu Perjanjian

    2.1. Pihak Pertama dan Pihak Kedua setuju dan sepakat bahwa Perjanjian ini

    dilakukan untuk jangka waktu _____________________ , terhitung

    sejak ditandatanganinya Perjanjian ini, sehingga akan berakhir selambat-

    lambatnya pada tanggal __________________________ .

    2.2. Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan ketentuan pihak yang bermaksuduntuk memperpanjang Perjanjian ini diwajibkan untuk mengajukan permohonan

     perpanjangan kepada pihak yang lain dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum jangka waktu Perjanjian sebagaimana tersebut dalam

     pasal 2.1. di atas berakhir.

    2.3. Dalam hal permohonan perpanjangan dimaksud disetujui oleh pihak yang lain,

    maka Perjanjian ini dapat diperpanjang untuk berikutnya dengan syarat-syarat

    dan ketentuan-ketentuan yang akan ditentukan kemudian dengan klausul

     perubahan (vide 1.4), berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

    Pasal 3

    Tata Cara Pengiriman dan Penerimaan Sapronak 

    3.1 Pihak Kedua sepakat dan mengikatkan diri untuk memesan dan atau menerima

    semua kebutuhan Sapronak dari Pihak Pertama, berdasarkan jangka waktu yangditetapkan dalam pasal 2 perjanjian ini. Setiap pemesanan tersebut dituangkan

    dalam Purchase Order (PO) yang diberikan kepada Pihak Pertama.

    3.2 Pihak Pertama akan mengirim Sapronak ke Lokasi Pihak Kedua sebagaimana

    yang tercantum dalam PO dengan jumlah dan mutu/kualitas yang telah

    disepakati serta disesuaikan dengan populasi kandang Pihak Kedua,

    terkecuali pada kondisi tertentu yang sangat tidak memungkinkan

     pengiriman oleh Pihak Pertama.

    3.3 Atas setiap pengiriman tersebut, Pihak Pertama akan mengeluarkan  Delivery

    Order  dan Surat Jalan yang akan ditandatangani oleh Pihak Kedua dan/atauwakilnya dan/atau pihak yang ditunjuk sebagai bukti telah diterimanyaSapronak sesuai pesanan.

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    35/42

    3.4 Setiap penerimaan Sapronak akan dituangkan dalam Berita Acara Penerimaan

    yang harus ditandatangani oleh kedua belah pihak.

    Pasal 4

    Waktu dan Tata Cara Pengambilan Hasil Panen

    4.1 Pihak Kedua sepakat dan bersedia mengikatkan diri bahwa semua ayam hasil panen yang memenuhi standar kualitas, termasuk tetapi tidak terbatas padaumur dan berat yang telah disepakati bersama sebagaimana Surat Kesepakatan

    terlampir, akan dipasarkan oleh Pihak 

    4.2 Waktu pelaksanaan pengambilan ayam panen oleh Pihak Pertama baik ayam

     panen dengan kondisi sehat maupun ayam panen dengan kondisi sakit waktu

     panennya tidak dapat ditentukan secara pasti, waktu panen sepenuhnya

     berdasarkan kepada situasi pasar atau selera pasar dan atau daya beli

    masyarakat.

    4.3 Pihak Pertama yang diwakili oleh Team Panen/kuasa lainnya akan segera

    melakukan pengambilan ayam hasil panen setelah sebelumnya Pihak 

    Pertama/Team Panen/Kuasa memberitahukan kepada Pihak Kedua untuk mengambil ayam panen dimaksud

    4.4 Pihak Kedua wajib menyediakan kemudahan dan kelancaran pada waktu

    dilakukan pengambilan ayam hasil panen oleh Pihak Pertama dan atau kuasanyadan atau pihak yang ditunjuk oleh Pihak Pertama, seperti menyiapkan tenaga

    angkut, air dan lain-lain, yang ditanggung oleh Pihak Kedua.

    4.5 Pemasaran ayam hasil panen kepada pihak lain yang tidak memenuhi standar 

    kualitas termasuk tetapi tidak terbatas pada ayam sakit, dikuasakan sepenuhnya

    kepada Pihak Pertama dan semua pembayaran atas pemasaran tersebut harusditujukan kepada Pihak Pertama

    4.6 Pihak Pertama berhak untuk memberikan wewenang penuh kepada kuasanya

    dan atau pihak lain yang ditunjuknya sendiri dengan pemberitahuan 1 (satu) Harikerja sebelumnya kepada Pihak Kedua, untuk mengambil ayam hasil panen di

    Lokasi kandang Pihak Kedua dengan disertai bukti berupa Surat Perintah Muat

    (SPM) dari Pihak Pertama clan atau kuasanya, khusus untuk keperluan

     pengambilan ayam hasil panen yang dimaksud.

    4.7 Pihak Kedua akan memperbolehkan dan menguasakan pengambilan ayam hasil

     panen kepada Pihak Pertama dan atau kuasanya dan atau pihak lain yangditunjuknya, dengan disertai bukti-bukti yang cukup berupa SPM. Pihak Kedua

    wajib memeriksa dan mencocokan nomor SPM dengan daftar nomor SPM yangtelah diberikan sebelumnya oleh Pihak Pertama. Segala tindakan pengambilan

    ayam hasil panen yang tidak disertai bukti yang cukup berupa SPM dari Pihak Pertama, akan menjadi tanggung jawab Pihak Kedua sepenuhnya.

    4.8 Atas pengambilan semua ayam hasil panen dimaksud, Pihak Kedua akan mengisi

    Data Timbang yang telah disediakan oleh pihak pertama yang berisi jumlah dan

    spesifikasi hasil panen yang telah diambil, dengan dihadiri dan/atau diawasi

    Pihak Pertama dan/atau kuasanya, yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,

    dan selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar penerbitan faktur.

    Pasal 5

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    36/42

     Harga dan Cara Pembayaran

    5.1 Penentuan harga pengadaan Sapronak bagi Pihak Kedua dari Pihak Pertama,

    dihitung berdasarkan harga yang telah disepakati

    sebagaimana terlampir dalam Surat Kesepakatan, yang merupakan satu

    kesatuan clan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

    5.2 Para pihak sepakat bahwa patokan harga ayam hasil panen, akan ditentukan

    secara tertulis setelah melihat perhitungan perbandingan harga pengambilan

    ayam pada saat panen yang telah diperhitungkan oleh Pihak Pertama dengan

    harga pasar pada saat yang sama, setelah dikurangi biaya-biaya berkenaan

    dengan pelaksanaan Perjanjian ini berikut denda (bila ada). 5.2.1. Apabila

    diketahui harga ayam hasil panen lebih rendah dari harga pasar, maka pihak 

     pertama akan memberikan bonus sebesar 25 % (Dua puluh lima persen) dari

    selisih harga

    5.3 Dalam hal terjadi perubahan atas harga ayam hasil panen, maka akan ditetapkan

    dalam perjanjian siklus produksi berikutnya setelah panen dari masing-masing

    lahan usaha.

    5.4 Pembayaran atas harga pengadaan Sapronak yang wajib dibayar Pihak Kedua

    kepada Pihak Pertama akan diperhitungkan berdasarkan Surat Kesepakatansendiri yang merupakan satu kesatuan dan atau bagian yang tidak terpisahkan

    dari perjanjian ini.

    Pasal 6

    Bimbingan Teknis Produksi dan Administrasi

    6.1 Pihak Pertama akan memberikan Bimbingan baik Teknis Produksi maupun

    Teknis Administrasi kepada Pihak Kedua, dengan biaya ditanggung oleh Pihak 

    Kedua berdasarkan jumlah kilogram panen yang besarnya tercantum dalam SuratKesepakatan.

    6.2 Pihak Pertama akan memberikan bantuan akses pasar, konsultasi tenaga kerja,

    mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan, manajemen produksi dan

    kontrol kualitas pada waktu dan tempat yang telah disepakati bersama. petunjuk 

    dan saran yang diberikan oleh Pihak Pertama, yang bertujuan untuk 

     pengembangan dan keuntungan bersama;

    Pasal 7

    Hak dan Kewajiban Para Pihak 

    7.1 Hak dan Kewajiban Pihak Pertama :

    7.1.1 Pihak Pertama wajib mengirimkan Sapronak sesuai pesanan kepadaPihak Kedua dengan kualitas dan kuantitas yang disepakati sebelumnya

    sebagaimana tercantum dalam Surat Kesepakatan tersendiri yang

    merupakan satu kesatuan dan atau bagian yang tidak terpisahkan dari

     perjanjian ini;

    7.1.2 Pihak Pertama berhak menentukan jadwal pemasukan DOC antara satu

    dengan yang lainnya guna mengatur kontinuitas produksi, mengatur saat

     panen dan berat panen sesuai dengan selera pasaran dan Pihak Pertama

    wajib mengirimkan Sapronak sesuai kapasitas kandang yang tertera di

    dalam Lampiran 1;7.1.3 Pihak Pertama dan atau kuasanya dan atau pihak lain yang ditunjuknya

    wajib memperlihatkan bukti yang cukup berupa SPM pada saat

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    37/42

    melakukan pengambilan ayam hasil panen kepada Pihak Kedua

    sebagaimana Pasal 4.5;

    7.1.4 Pihak Pertama wajib memberikan bimbingan teknis dan penyuluhan

    kepada Pihak Kedua sebagaimana dalam pasal 6;

    7.1.5 Pihak Pertama wajib menanggung biaya dan sarana transportasi atas pengambilan ayam hasil panen di Lokasi Pihak Kedua kecuali jika

    Lokasi Pihak Kedua tidak terjangkau oleh sarana transportasi Pihak 

    Pertama;

    7.1.6 Pihak Pertama berhak mendapatkan ayam hasil panen dari Pihak Kedua,

    sebagaimana tertera pada pasal 4 perjanjian ini, untuk selanjutnya

    dipasarkan baik untuk kepentingan sendiri dan atau menjualnya kepada pihak lain tanpa persetujuan dari Pihak Kedua;

    7.1.7 Pihak Pertama dan atau kuasanya berhak melakukan

     pemeriksaaan/kontrol sewaktu-waktu atas kondisi dan keadaan lokasi

    setelah DOC masuk;

    7.1.8 Pihak Pertama berhak menempatkan orangnya atau pekerjanya di tiap

    lokasi atas biaya Pihak Pertama dengan tugas melakukan pencatatan

    data mengenai kondisi ayam dan stock pakan

    7.1.9 Pihak Pertama berhak mengirimkan tim audit jika diperlukan untuk 

    melakukari audit atas kondisi lokasi Pihak Kedua

    7.2 Hak dan Kewajiban Pihak Kedua

    7.2.1 Pihak Kedua wajib mempersiapkan lokasi beserta sarana pendukung

    lainnya guna keperluan pengembangan dan budidaya DOC serta

    menyiapkan dan atau menambah tenaga operasional guna menjalankan proses produksi, sebelum dan sesudah Pihak Pertama mengirimkan

    sapronak.

    7.2.2 Pihak Kedua wajib memelihara dan merawat anak ayam umur sehari

    (DOC) (obyek pengembangan) dimaksud yang berada di lokasiSapronak yang dimaksud.

    7.2.3 Pihak Kedua wajib melakukan pencatatan dan pelaporan data

     perkembangan budidaya/produksinya meliputi jumlah DOC pada waktu

    diterima dari Pihak Pertama, termasuk tetapi tidak terbatas pada jumlah

    ayam hidup, jumlah ayam sakit, jumlah ayam mati, jumlah ayam yanghilang dan atau dicuri, jumlah pakan yang telah dikirim, berat badan,

    vaksinasi, pemberian obat-obatan dan lain-lain berkaitan dengan proses

     pengembangan ayam dimaksud sesuai dengan pemakaian standar 

    sebagaimana mestinya, dan wajib mengusahakan dengan sungguh-

    sungguh agar tercapai maksud dan tujuan dari para pihak;

    7.2.4 Pihak Kedua berhak menerima sapronak yang sesuai dengan kualitas

    dan kuantitas yang telah disepakati sebelumnya sebagaimana tercantum

    dalam Surat Kesepakatan tersendiri yang merupakan satu kesatuan dan

    atau bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini;

    7.2.5 Pihak Kedua bertanggung jawab atas setiap resiko kegagalan

     pemeliharaan, perawatan dan pengembangan ayam sampai panen,

    termasuk tetapi tidak terbatas bilamana ayam dalam keadaan sakit;

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    38/42

    7.2.6 Pihak Kedua wajib menyediakan kemudahan dan kelancaran

     pengambilan ayam hasil panen oleh Pihak Pertama dan atau kuasanya

    dan atau pihak yang ditunjuk oleh Pihak Pertama seperti menyiapkan

    tenaga angkut, air dan lain-lain yang ditanggung oleh Pihak Kedua;

    7.2.7 Pihak Kedua wajib menyerahkan semua ayam hasil panen untuk 

    dipasarkan oleh Pihak Pertama sebagaimana ketentuan pasal 4.1 tersebutdi atas dan wajib untuk membayar harga pengadaan Sapronak sebagaimana Pasal 5.1;

    7.2.8 Pihak Kedua bersedia memberikan segala informasi dan lain-lain

     bilamana Pihak Pertama melakukan audit/pemeriksaan stock dan melihat

    catatan-catatan produksi serta pembukuan mengenai kegiatan

     pengembangbiakan dan budidaya DOC sebagaimana dalam Perjanjian

    ini;

    7.2.9 Selama mengusahakan budidaya DOC di lokasi/lahan milik Pihak Kedua

    atau sewa tersebut, maka atas segala biaya berkenaan dengan upah dan

     pesangon tenaga kerja Pihak Kedua menjadi tanggung jawab dan wajibditanggung oleh Pihak Kedua;

    Pasal 8

     Tuntutan - tuntutan dan Larangan-larangan

    8.1 Pihak Kedua tidak dapat menuntut ganti rugi kepada Pihak Pertama, dengan

    alasan keterlambatan diterimanya Sapronak oleh Pihak Kedua, bila

    keterlambatan tersebut disebabkan atas pertimbangan Pihak Pertama bahwa

    kondisi kandang dan atau sarana pengembangbiakan sapronak lainnya belum

    sesuai dengan kapasitas dan standard yang baik serta belum siap pakai

     berdasarkan pemantauan Pihak Pertama dan atau kuasanya.

    8.2 Pihak Kedua tidak dapat menuntut ganti rugi kepada Pihak Pertama dengan

    alasan perubahan/penundaan jadwal pengiriman Sapronak kepada Pihak Kedua,

     bila perubahan/penundaan jadwal pengiriman sapronak tersebut disebabkan atas

     pertimbangan Pihak Pertama bahwa kapasitas produksi Sapronak Pihak Pertama

    sedang mengalami penurunan dan atau melebihi kuota.

    8.3 Pihak Kedua tidak dapat menuntut ganti kerugian kepada Pihak Pertama denganalasan waktu panen ayam terlambat dan atau lebih cepat dari perkiraan rencana

     panen.

    8.4 Pihak Kedua dilarang memindahkan dan atau mengalihkan sapronak sepertiyang tersebut di atas dan atau apapun yang disebut runtutan Sapronak dalam

    Perjanjian ini berupa DOC, pakan, ayam sebelum panen dan atau ayam hasil

     panen, kepada pihak manapun dan kepada siapapun, untuk tujuan apapun

    kecuali atas persetujuan secara tertulis dari Pihak Pertama.

    8.5 Selama kerjasama berlangsung Pihak Kedua dilarang menerima Sapronak dari

     pihak manapun tanpa persetujuan tertulis dari Pihak Pertama.

    8.6 Selama kerjasama berlangsung Pihak Kedua dilarang menukar atau rnengganti

     jaminan tanpa adanya alasan yang kuat dan jelas.

    Pasal 9

    Sanksi dan Denda9.1 Dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan dan syarat seperti yang tercantum

    dalam Pasal 8.4 dan 8.5 Perjanjian ini, maka Pihak Kedua akan dikenakan

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    39/42

    sanksi berupa Pembatalan atau Pemutusan perjanjian sebagaimana diatur dalam

     pasal 14.2. dan 14.3 perjanjian ini.

    9.2 Pihak Pertama akan melakukan potongan harga senilai Rp.1.000,- (seribu

    rupiah)/kilogram dari harga ayam hasil panen bila terbukti Pihak Kedua

    melakukan hal-hal yang mengakibatkan berat badan ayam panen berubah

    sehingga menimbulkan susut yang tinggi dan menyebabkan kualitas daging

     berubah.

    9.3 Apabila terjadi selisih jumlah ayam (ayam lost) berdasarkan catatan laporan

    (recording) dengan kenyataan pada saat panen, maka :

    9.3.1 Pihak Kedua diwajibkan untuk mengganti selisih jumlah ayam tersebut

    kepada Pihak Pertama dengan perhitungan :  Jumlah Ayam hilang x 

     Berat Badan x Harga Kontrak 

    9.3.2 Dalam hal butir 9.3.1. tersebut, Pihak Pertama hanya memberikan toleransi atasayam hilang tersebut kepada Pihak Kedua dengan syarat tidak lebih dari 10

    (sepuluh) ekor setiap panennya.9.3.3 Penggantian atas berkurangnya sejumlah ayam dimaksud akan diperhitungkan

    dengan pembayaran harga pembelian hasil panen yang wajib dibayar oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.

    9.4 Apabila terjadi selisih jumlah pakan (pakan lost) antara yang ada pada daftar stock pakan (recording) dengan kenyataan fisik di lapangan, baik selama masa

     pemeliharaan ayam maupun pada saat akhir masa pemeliharaan ayam (panen),

    maka :

    9.4.1 Pihak Kedua diwajibkan untuk mengganti selisih jumlah pakan tersebut

    kepada Pihak Pertama dengan perhitungan : J Jumlah Pakan Loss (Kg)

     x 2 x Harga Kontrak 9.4.2 Dalam hal butir 9.4.1. untuk pengiriman pakan selanjutnya Pihak 

    Pertama akan mengirimkannya tetap sesuai dengan jadwal pengirimanyang telah diatur sebelumnya.

    9.5 Denda atas selisih jumlah ayam dan pakan tersebut di atas akan diperhitungkan

    dengan pembayaran harga pembelian hasil panen yang wajib dibayar,oleh Pihak 

    Pertama kepada Pihak Kedua.

    Pasal 10

    Jaminan Pembayaran Hutang dan Eksekusi10.1 Untuk menjamin pembayaran pengadaan Sapronak yang diterima oleh Pihak 

    Kedua dari Pihak Pertama, maka Pihak kedua akan memberikan jaminan berupa sebidang tanah seluas , yang dibuktikan dengan

    nomor ______________ , yang terletak di Desa ___________ ,

    Kelurahan ________ , Kecamatan ____ ,Kabupaten .

    10.2 Dalam hal Pihak Kedua menjaminkan berupa uang deposito dan uang tunai

    mengenai persyaratan-persyaratannya akan ditentukan dalam lampiran dan

    ketentuan tersendiri yang mengikat para pihak dan tidak terpisahkan dengan

     perjanjian ini;

    10.3 Nilai dari jaminan tersebut harus memenuhi batas kredit yang telah ditetapkan

    dari waktu ke waktu oleh Pihak Pertama.

    10.4 Nilai jaminan tersebut secara teratur akan ditinjau dan ditetapkan sesuai dengan

     perkembangan hasil dari Pihak Kedua dan kebijaksanaan

    10.5 Pihak Kedua harus membuat dan menandatangani akta Surat KuasaMembebankan Hak Tanggungan (SKMHT) kepada Pihak Pertama atau Pihak 

    Pertama dapat memproses Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) sebesar 

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    40/42

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    41/42

    14.2.1 Para pihak dan atau salah satu pihak tidak memenuhi salah satu dan atau

     beberapa syarat-syarat dan ketentuan dalam Perjanjian ini berikut perjanjian

    tambahan/lampiran dan atau perubahannya;

    14.2.2 Para pihak sudah tidak memiliki itikad baik dan motivasi lagi untuk 

    melaksanakan syarat-syarat dan atau ketentuan dalam Perjanjian ini serta

     perjanjian tambahannya dan atau perubahannya;

    14.2.3 Pihak Kedua tidak melakukan pembayaran tepat waktu dan jumlah sebagaimana

    telah disepakati dalam Perjanjian ini;

    14.2.4 Pihak Kedua dalam waktu tertentu tidak dapat memenuhi kuantitas dan kualitas

    tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan;

    14.3 Pihak yang menghendaki pemutusan perjanjian wajib menyampaikan permohonan secara tertulis dengan memberikan jangka waktu 30 hari setelah

    waktu panen atau pada saat kondisi kandang Pihak Kedua kosong, disertaidengan alasan-alasan serta bukti-bukti yang cukup kepada pihak yang lain.

    Pihak yang diminta pernutusan berhak untuk mengajukan pembelaan diri secaratertulis dengan waktu 7 (tujuh) hari setelah dikirimkannya permohonan

     pemutusan Perjanjian. Jika pihak yang lain tidak mengajukan pembelaan diridalam waktu yang telah ditentukan tersebut, maka pihak tersebut dianggap tidak 

    menggunakan haknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan

     permohonan pemutusan perjanjian adalah benar.

    14.4 Para pihak setuju dan sepakat untuk mengesampingkan berlakunya Pasal 1266

    dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam melakukan

     pemutusan!pengakhiran Perjanjian ini.

    14.5 Dalam hal perjanjian ini diputuskan, sedangkan masih terdapat kewajiban-

    kewajiban pembayaran yang masih belum selesai, maka kewajiban tersebut

    wajib dilunasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak 

    tanggal berakhirnya Perjanjian.

    Pasal 15Morce Majeure

    15.1 Dalam hal terjadi  force majeure, maka pihak yang mengalami keadaan  force

    majeure wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-

    lambatnya dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak terjadinya

     force majeure tersebut untuk diselesaikan secara musyawarah dan mufakat

    dengan mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang

    Hukum Perdata.

    15.2 Apabila pihak yang mengalami keadaan  force majeure tersebut lalai untuk 

    memberitahukan kepada pihak lainnya dalam jangka waktu yang telah

    ditentukan, maka seluruh kerugian, resiko dan konsekwensi yang timbul akan

    menjadi beban dan tanggung jawab pihak yang mengalami  force majeuretersebut.

    Pasal 16

    Perubahan dan Penambahan

    Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur di dalam perjanjian termasuk  perubahan serta penambahannya akan ditentukan atas dasar musyawarah antara

    kedua belah pihak untuk kemudian dituangkan dalam suatu tambahan perjanjianyang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

    Pasal 17

    Penyelesaian Perselisihan dan Domisili Hukum

    Dalam hal terjadi perselisihan, para pihak sepakat untuk menyelesaikannyasecara musyawarah dan mufakat. Apabila musyawarah tidak dicapai kata

    sepakat, maka penyelesaian perselisihan dengan segala akibatnya, para pihak 

  • 8/15/2019 Modul KUMKM 8 Jejaring Kerja Pemberdayaan KUMKM

    42/42

    memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan umum di Kantor Kepaniteraan

    Pengadilan Negeri Cibinong Bogor.

    Pasal 18

     Lain-Lain

    Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat membuat pembukuan perhitungan

    setelah panen, untuk selanjutnya ditandatangani kedua belah pihak. Demikian

    Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing bermeterai

    cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. Pihak Kedua, Pihak 

    Pertama,