37
MODUL HUKUM ACARA PRAKTEK PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI [email protected]

modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

MODUL HUKUM ACARA

PRAKTEK PERADILAN

MAHKAMAH KONSTITUSI

[email protected]

Page 2: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

MODUL PLKH

HUKUM ACARA PRAKTEK PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI

LABORATORIUM ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Page 3: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

MODUL PLKH

HUKUM ACARA PRAKTEK PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Penerbit : Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMY

Alamat : Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Penyusun : 1. Nanik Prasetyoningsih, S.H., M.H.

2. Iwan Satriawan, S.H., M.CL., Ph.D.

3. Imtiyaz Hanafiyah, S.H.

4. Amalia Trianing Kusuma, S.H.

Layout : Hamdan Faishal

Page 4: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah,

rahmat dan hidayah-Nya juga kami telah menyelesaikan Modul Praktik Hukum

Acara Mahkamah Konstitusi yang nantinya akan dipakai dalam proses belajar

mengajar mata kuliah yang diselenggarakan oleh Laboratorium Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Modul Praktik Hukum Acara Mahkamah Konstitusi ini disajikan dengan

tujuan agar dapat digunakan sebagai pegangan dan petunjuk bagi mahasiswa/i

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mengambil mata

kuliah Praktik Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, dan agar tercapai target

penguasan materi baik secara teoritis maupun praktis. Harapannya adalah

mahasiswa/i yang menempuh mata kuliah ini dapat mengetahui bagaimana cara

pembuatan dokumen beracara di Mahkamah Konstitusi dalam perkara-perkara

yang menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Atas tersusunnya modul Praktik Hukum Acara Mahkamah Konstitusi ini,

Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada penyusun

dan tim. Akhir kata, semoga modul ini dapat bermanfaat. Amiin YRA….

Yogyakarta, Januari 2019

Laboratorium Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Page 5: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi
Page 6: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

MODUL PLKH

Hukum Acara Praktek Peradilan Mahkamah Konstitusi

Dosen : 1. Nanik Prasetyoningsih, S.H., M.H.

2. Iwan Satriawan, S.H., M.CL., Ph.D.

3. Tanto Lailam, S.H., L.LM.

Instruktur : 1. Abidin A Kurnia Ecla Julianto, S.H.

2. Amalia Trianing Kusuma, S.H.

3. Dhea Septia Ramadhita Ibrahim

I. PENDAHULUAN

A. MATA KULIAH : Hukum Acara Praktik Peradilan Mahkamah

Konstitusi

B. BOBOT SKS : 1 SKS

C. VISI, MISI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN PRODI

1. VISI : Menjadi Program Studi yang unggul dalam pengembangan

ilmu hukum berwawasan syariah.

2. MISI :

a. Berperan aktif dalam proses pengembangan dan peningkatan

kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang ilmu hukum

melalui upaya internalisasi dan disintegrasi nilai-nilai Islam dalam

kegiatan pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat.

b. Mencetak sarjana yang cakap, percaya diri, dan tangguh serta

mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam praktek penegakan

Page 7: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

hukum dan pengembangan ilmu hukum di masyarakat pada

umumnya dan di dunia kerja pada khususnya

c. Aktif berperan serta dalam proses pembangunan hukum nasional

pada umumnya dan lebih khusus lagi pada pembangunan dan

pengembangan hukum nasional yang lebih mengintegrasikan

nilai-nilai Islam.

3. TUJUAN :

a. Menghasilkan lulusan yang menguasai dasar-dasar ilmu hukum

dan syariah dengan sebagai basis kajian dan pengembangan ilmu

hukum.

b. Mengahasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dasar untuk

mengaplikasikan ilmu hukum kedalam praktik hukum di

masyarakat.

c. Menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu

hukum dalam peraturan global dan memecahkan permasalahan

secara interdisipliner.

d. Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam kompetisi

profesi hukum, seperti advokat, jaksa, hakim, konsultan hukum

dan sebagainya.

Page 8: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

D. CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTOME)

Capaian Pembelajaran Prodi Ilmu Hukum berdasarkan Profil

Lulusan sebagai berikut:

UNSUR SNPT &

KKNI CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)

SIKAP

a. Betaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

mampu menunjukkan sikap religious;

b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam

menjalankan tugas berdasarkan agama,

moral, dan etika;

c. Menginternalisasikan nilai, norma, dan etika

akademik;

d. Berperan sebagai warga negara yang bangga

dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme

serta rasa tanggung jawab pada negara dan

bangsa;

e. Menghargai keanekaragaman budaya,

pandangan, agama, dan kepercayaan, serta

pendapat atau temuan orisinil orang lain;

f. Berkontribusi dalam peningkatan mutu

kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan kemajuan peradaban

berdasarkan Pancasila;

g. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial

serta kepedulian terhadap masyarakat dan

lingkungan;

h. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara;

i. Menginternalisasi semangat kemandirian,

kejuangan dan kewirausahaan;

j. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas

pekerjaan di bidang keahliannya secara

mandiri;

k. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator,

mediator, dan inspiratory secara sistemik

dan efektif;

l. Kemampuan memimpin (leadership)

m. Kemampuan memahami dan merespon

aspirasi, kebutuhan & kepentingan

masyarakat dan stakeholder untuk

penyelesaian masalah, penyusunan

kebijakan dan pengembangan pengetahuan;

Page 9: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

n. Mengamalkan tata cara beribadah yang

benar berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah maqbullah;

o. Berakhlaqul karimah dalam bermuamalah

yang bermanfaat bagi diri, masyarakat,

bangsa, dan Negara.

UNSUR SNPT &

KKNI

CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)

PENGUASAN

PENGETAHUAN

a. Kemampuan menguasai logika hukum dan

syariah

b. Kemampuan berpikir analitis dan sintetis

dengan memperhitungkan dampak

c. Kemampuan menganalisis dan mengambil

keputusan

d. Kemampuan menganalisis masalah dalam

perspektif syariah

e. Kemampuan menguasai Bahasa Indonesia

dan bahasa asing

f. Mengetahui dan memahami hakikat Tuhan,

manusia dan kehidupan sesuai dengan

tuntutan Al Qur’an, Hadits shahih dan ilmu

pengetahuan

g. Memahami teknologi informasi.

UNSUR SNPT &

KKNI

CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)

KETERAMPILAN

UMUM

a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,

sistematis, dan inovatif dalam konteks

pengembangan atau implementasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang

memperhatikan dan menerapkan nilai

humaniora yang sesuai dengan bidang

keahliannya;

b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri,

bermutu, dan terukur;

c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan

atau implementasi ilmu pengetahuan

teknologi yang memperhatikan dan

menerapkan nilai humaniora sesuai dengan

keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara

dan etika ilmiah dalam rangka

menghasilkan solusi, gagasan, desain, atau

kritik seni;

Page 10: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

d. Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian

tersebut diatas dalam bentuk skripsi atau

laporan tugas akhir, dan mengunggahnya

dalam laman perguruan tinggi;

e. Mampu mengambil keputusan secara tepat

dalam konteks penyelesaian masalah di

bidang keahliannya, berdasarkan hasil

analisis informasi dan data;

f. Mampu memelihara dan mengembangkan

jaringan kerja dengan pembimbing, kolega,

sejawat baik di dalam maupun di luar

lembaganya;

g. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian

hasil kerja kelompok dan melakukan

supervise dan evaluasi terhadap

penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan

kepada pekerja yang berada di bawah

tanggungjawabnya;

h. Mampu melakukan proses evaluasi diri

terhadap kelompok kerja yang berada

dibawah tanggungjawabnya, dan mampu

mengelola pembelajaran secara mandiri;

i. Mampu mendokumentasikan, menyimpan,

mengamankan, dan menemukan kembali

data untuk menjamin kesahihan dan

mencegah plagiasi

KETRAMPILAN

KHUSUS

a. Kemampuan membuat dokumen hukum;

b. Kemampuan menemukan hukum dan strategi

dalam penyelesaian masalah hukum;

c. Kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi

secara efektif;

d. Kemampuan menerapkan hukum dan syariah

dalam penyelesaian masalah hukum;

e. Kemampuan melakukan inovasi dan

pengembangan metode problem solving;

f. Kemampuan melakukan inovasi dalam

pengembangan kebijakan publik;

g. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri

untuk kerjasama;

h. Kemampuan memahami dan merespon

aspirasi masyarakat untuk penyusunan

kebijakan;

i. Mampu melakukan penelusuran bahan

hukum.

Page 11: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

E. KETERCAPAIAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN SIKAP,

PENGUASAAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN UMUM DAN

KETERAMPILAN KHUSUS MELALUI MATA KULIAH YANG

BERSANGKUTAN

Capaian Pembelajaran yang dimiliki oleh Mahasiswa setelah

mengikuti Mata Kuliah Hukum Acara Praktik Peradilan Mahkamah

Konstitusi adalah:

HARDSKILL

PENGUASAAN

PENGETAHUAN

1. Kemampuan menguasai logika hukum dan

syariah.

2. Kemampuan berpikir analitis dan sintetis

dengan memperhitungkan dampak.

3. Kemampuan menganalisis dan mengambil

keputusan

KETRAMPILAN

UMUM

1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,

sistematis, dan inovatif dalam konteks

pengembangan atau implementasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang

memperhatikan dan menerapkan nilai

humaniora yang sesuai dengan bidang

keahliannya;

2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri,

bermutu, dan terukur;

3. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian

hasil kerja kelompok dan melakukan

supervisi dan evaluasi terhadap

penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan

kepada pekerja yang berada di bawah

tanggungjawabnya;

4. Mampu melakukan proses evaluasi diri

terhadap kelompok kerja yang berada

dibawah tanggungjawabnya, dan mampu

mengelola pembelajaran secara mandiri;

SOFTSKILL

SIKAP

1. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika

akademik;

2. Menunjukkan sikap bertanggungjawab

atas pekerjaan di bidang keahliannya

Page 12: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

secara mandiri;

3. Mengelola pembelajaran secara mandiri.

KETRAMPILAN

KHUSUS

1. Kemampuan mengidentifikasi perkara di

Mahkamah Konstitusi;

2. Membuat dokumen hukum (legal

document) dalam penyelesaian sengketa

di Mahkamah Konstitusi (surat kuasa

khusus, permohonan, jawaban

termohon/keterangan pihak terkait,

pembuktian, kesimpulan);

3. Bernegosiasi dan berkomunikasi secara

efektif;

4. Kemampuan mengaktualisasikan potensi

diri untuk kerjasama;

5. Kemampuan penelusuran bahan hukum

(law material).

F. DESKRIPSI SINGKAT

Praktikum mata kuliah ini merupakan suatu rangkaian dari mata kuliah

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Praktek penyelesaian perkara di

Mahkamah Konstitusi (constitutional adjudication) memuat materi

bagaimana cara menyelesaikan perkara di Mahkamah Konstitusi secara

praktis di lapangan (in action) terutama penyelesaian perkara yang

diselesaikan melalui jalur peradilan (litigasi/ajudikasi).

G. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Dengan dilaksanakannya praktikum mata kuliah ini, diharapkan

mahasiswa mampu memahami, menguasai bagaimana cara menyelesaikan

perkara di Mahkamah Konstitusi (constitutional court) secara praktis (in

action) dan dapat memahami peranannya sebagai pemberi jasa hukum

(lawyer/advocaat) di dalam menyelesaikan perkara di Mahkamah

Konstitusi melalui jalur peradilan (litigasi/ajudikasi).

Page 13: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

H. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Kasus dalam perkara peradilan Mahkamah Konstitusi

Kasus akan diidentifikasi dari contoh yang diberikan dalam modul

ini atau dari dosen (lecture) maupun instruktur dapat memberikan

contoh kasus lain atau melakukan improvisasi kasus dengan catatan

bahwa kasus yang sudah diberikan akan digunakan sebagai kasus

tetap dalam setiap tahap penyusunan tugas membuat dokumen-

dokumen hukum (legal documents) selanjutnya.

2. Peraturan perundang-undangan yang relevan

Peraturan perundang-undangan (wettelijk regeling) yang digunakan

dalam Peradilan Mahkamah Konstitusi adalah Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 06 Tahun 2005 tentang pedoman

beracara dalam perkara pengujian undang-undang, Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 08 tahun 2006 tentang pedoman

beracara dalam sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara,

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 tahun 2008 tentang

perselihan hasil pemilihan umum kepala daerah, Peraturan Mahkamah

Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang pedoman beracara dalam

perselisihan hasil pemilihan umum anggota DPR, DPRD, dan DPD,

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tentang

pedoman beracara dalam perselisihan hasil pemilihan umum presiden

Page 14: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

dan wakil presiden, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 18 tahun

2009 tentang pedoman pengajuan permohonan elektronik dan

pemeriksaan persidangan jarak jauh, Peraturan Mahkamah Konstitusi

Nomor 19 tahun 2009 tentang tata tertib persidangan, Peraturan

Mahkamah Konstitusi Nomor 20 Tahun 2009 tentang pedoman

penulisan putusan dan berbagai peraturan perundang-undangan

(wettelijk regeling) lainnya yang relevan.

3. Contoh-contoh dokumen beracara dalam perkara di peradilan

Mahkamah Konstitusi;

Contoh dokumen (berkas) yang digunakan untuk beracara pada

peradilan Mahkamah Konstitusi akan diberikan secara langsung oleh

instruktur pada saat perkuliahan praktikum.

4. Alat tulis dan kertas

Alat tulis dan kertas akan diberikan oleh instruktur pada saat

praktikum.

I. PROSEDUR UMUM

1. Mata Kuliah ini wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa yang telah

memenuhi persyaratan dan terdaftar sebagai peserta Hukum Acara

Mahkamah Konstitusi melalui Progam Studi Ilmu Hukum dan

Laboratorium Fakultas Hukum UMY;

2. Seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktek Peradilan

Mahkamah Konstitusi akan dipandu dan didampingi oleh seorang

dosen kelas dan instruktur praktikum;

Page 15: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

3. Setiap mahasiswa harus memiliki serta mempelajari petunjuk

praktikum secara cermat, dengan dibimbing oleh instruktur

praktikum;

4. Pada saat pelaksaan praktikum, setiap mahasiswa diharuskan

membawa/menyiapkan alat dan bahan praktikum. Khusus untuk

alat/bahan praktikum selain alat tulis dapat berkoordinasi dengan

instruktur praktikum/Laboratorium Ilmu Hukum FH UMY;

5. Setiap pelaksanaan praktikum, mahasiswa wajib mengerjakan tugas-

tugas yang telah ditentukan oleh instruktur praktikum sesuai dengan

petunjuk praktikum;

6. Setiap mahasiswa wajib menyerahkan hasil tugas praktikum kepada

instruktur praktikum sebagai bahan penilaian praktikum tersebut;

7. Setiap pelaksanakan praktikum, mahasiswa harus mengisi lembar

kerja praktikum yang telah disediakan oleh Laboratorium Ilmu

Hukum FH UMY dan diserahkan kepada instruktur praktikum;

8. Penyelenggaraan praktikum dan jadwal kegiatan praktikum akan

dilaksanakan dan ditentukan lebih lanjut oleh Laboratorium Ilmu

Hukum FH UMY.

J. EVALUASI

Semua hasil tugas/kertas kerja praktikum serta keaktifan dan

kedisiplinan peserta praktikum akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan

penilaian akhir yang selanjutnya dikoordinasikan dan diserahkan kepada

Dosen kelas untuk diakumulasikan dengan nilai kelas dengan bobot 50%

nilai teori dan 50% nilai praktikum, kemudian menjadi nilai mata kuliah

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi secara holistik.

Page 16: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

L. RANCANGAN TUGAS DAN KRITERIA PENILAIAN

Nama Mata

Kuliah :

Hukum Acara

Mahkamah Konstitusi SKS : 1 SKS

Program Studi : Ilmu Hukum Pertemuan : 10

Fakultas : Hukum Bobot nilai : 50% dari total

nilai tugas

Materi :

Pembuatan Dokumen Hukum dalam Penyelesaian Sengketa di

Mahkamah Konstitusi

1. Surat Kuasa Khusus (beberapa kewenangan MK)

2. Permohonan Pengujian UU

3. Permohonan Perkara Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

4. Permohonan Perkara Hasil Pemilu Legislatif

5. Permohonan Perkara Hasil Pemilu Kepala Daerah

6. Permohonan Perkara Pembubaran Partai Politik

7. Putusan

M. TUJUAN TUGAS

Mampu membuat dokumen-dokumen hukum (legal documents) untuk

beracara di Mahkamah Konstitusi

N. URAIAN TUGAS

1. Obyek Garapan

Membuat dokumen di antaranya:

Pertemuan Ke- Obyek Garapan

Pertama Membuat Surat Kuasa Khusus yang secara khusus

membahas kewenangan MK

Kedua Membuat dokumen Permohonan Pengujian

Undang-undang

Ketiga Membuat dokumen Permohonan Sengketa

Kewenangan Lembaga Negara

Keempat Membuat dokumen Permohonan Perkara Hasil

Pemilihan Umum legislative atau eksekutif ke MK

Page 17: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

2. Batasan yang harus dikerjakan:

a. Membagi kelompok;

b. Mencari Putusan Mahkamah Konstitusi

c. Membuat resume perkara

d. Membuat dokumen di antaranya:

1) Surat Kuasa Khusus;

2) Permohonan(Pengujian Undang-undang,Sengketa Kewenangan

Lembaga Negara, Perkara Hasil Pemilihan Umum, Perkara

Hasil Pemilihan Kepala Daerah, Pembubaran Partai Politik);

3) Putusan; dan

4) Simulasi Praktek Peradilan Semu.

3. Metode/Cara Pengerjaan (acuan cara pengerjaan):

a. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok, masing-masing

kelompok terdiri minimal 7-8 orang;

b. Masing-masing kelompok mendiskusikan perkara ketatanegaraan

yang ada;

c. Membuat dokumen di antaranya:

1) Surat Kuasa Khusus;

2) Permohonan (Pengujian Undang-undang,Sengketa Kewenangan

Lembaga Negara, Perkara Hasil Pemilihan Umum, Perkara

Hasil Pemilihan Kepala Daerah, Pembubaran Partai Politik);

3) Putusan; dan

Kelima Membuat dokumen Permohonan Perkara Hasil

Pemilihan Kepala Daerah

Keenam Membuat dokumen Permohonan Pembubaran

Partai politik

Ketujuh Membuat dokumen Putusan Mahkamah Konstitusi

Kedelapan Membuat dokumen Simulasi Peradilan Semu

Mahkamah Konstitusi

Kesembilan Mempersiapkan dokumen untuk Simulasi

Peradilan Semu di Mahkamah Konstitusi

Kesepuluh Menyelenggarakan Praktek Peradilan Semu pada

Mahkamah Konstitusi

Page 18: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

4) Simulasi Praktek Peradilan Semu.

Pada pertemuan terakhir maka, masing-masing kelompok

wajib mengikuti dan melakukan Ujian Kompetensi Praktikum

berupa Praktek Peradilan Semu Mahkamah Konstitusi.

4. Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan:

Setiap kelompok mahasiswa mampu membuat dokumen-dokumen

hukum (legal documents) beracara di Mahkamah Konstitusi di

antaranya, berupa: Surat Kuasa Khusus, Permohonan, dan Putusan

Mahkamah Konstitusi.

5. Bobot dan Sistem Penilaian

Sistem Penilaian Praktikum sebesar 100% dengan komposisi:

Pembuatan Dokumen 70% dan Ujian Kompetensi Praktikum 30%.

Bobot tugas membuat dokumen hukum dalam penyelesaian perkara di

Mahkamah Konstitusi 70% dari total nilai tugas (masing-masing 10%

untuk setiap tugas dengan rincian 5% untuk penilaian hard skills dan

5% untuk penilaian soft skills).

PENILAIAN AKHIR

A. NILAI TEORI

No Elemen Penilaian Bobot

Nilai Total Nilai Akhir

1 1 tugas Makalah 10%

100% 50%

2 UK – 1 30%

3 UK – 2 30%

4 UK – 3 30%

B. NILAI PRAKTIK

No Elemen Penilaian Bobot

Nilai Total Nilai Akhir

1 8 Dokumen Tugas 80% 100% 50%

Page 19: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

2 UK 20%

C. GABUNGAN NILAI

No Rincian Nilai Total Nilai

1 Nilai Teori 50% 100%

2 Nilai Praktik 50%

D. KONVERSI NILAI AKHIR

Grading Scheme

Nilai Skor Deskripsi Kemampuan

A ≥80 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat istimewa

AB 75-79 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat sangat baik

B 65-74 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat baik

BC 60-64 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat cukup baik

C 50-59 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat cukup

D 35-49 Mencapai capaian pembelajaran dengan predikat kurang

E <35 Gagal mencapai capaian pembelajaran

Page 20: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi
Page 21: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

II. MATERI POKOK BAHASAN:

A. ALUR PRAKTEK ACARA PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pendaftaran Permohonan Langsung

Pendaftaran Permohonan Online

Page 22: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi
Page 23: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

ALUR PENYELESAIAN PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DI MAHKAMAH KONSTITUSI

Page 24: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

ALUR PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM DI MAHKAMAH KONSTITUSI

Page 25: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

ALUR PENYELESAIAN PERKARA MEMUTUS PENDAPAT DPR DALAM PROSES PEMBERHENTIAN PRESIDEN

DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA

Page 26: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

B. IDENTIFIKASI SENGKETA PERADILAN MAHKAMAH

KONSTITUSI

1. Pengujian Undang-Undang (PUU)

Aisyah Mochtar adalah seorang ibu rumah tangga. Dulu sewaktu

muda, ia menikah secara siri dengan seorang pejabat hingga memiliki

seorang anak. Namun, karena ketentuan dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang mana di dalam Pasal 43 ayat 1

menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya

mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.

Ketentuan tersebut dianggap oleh Aisyah Mochtar telah merugikan

hak konstitusionalnya (constitutional right) sehingga ia mengalami

kerugian konstitusional (constitutional loss).

Berdasar alasan tersebut, maka ia beranggapan bahwa pasal dalam

aturan hukum (rechtsregel) a quo bertentangan (tegengesteld) dengan

hukum dasar (basic law), yakni Undang-Undang Dasar 1945.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengajukan pengujian (toetsing)

undang-undang ke Mahkamah Konstitusi. Perlu diingat, di antara

beberapa kewenangan (authority/gezag) yang dimiliki Mahkamah

Konstitusi, pengujian undang-undang adalah perkara yang paling

mendominasi.

2. Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara (SKLN)

Pada tahun 2012 yang lalu, daerah Papua melaksanakan pemilihan

umum kepala daerah (local election), dalam hal ini Pemilihan

Gubernur. Dalam menjalankan kewenangannya untuk

menyelenggarakan pemilihan umum kepala daerah tersebut, ternyata

Komisi Pemilihan Umum Daerah Papua tidak bisa menjalankan

kewenangannya secara maksimal karena Dewan Perwakilan Rakyat

Papua (DPRP) dan Gubernur Papua ikut mengintervensi dalam

pelaksanaan pemilihan kepala daerah tersebut. Baik DPRP maupun

Gubernur Papua berdalih bahwa itu bagian dari pelaksanaan

“kekhususan Papua”.

Page 27: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

Merasa kewenangan KPUD tergerus, maka Komisi Pemilihan

Umum (KPU) merasa bahwa ia punya kewenangan untuk ikut andil

agar pelaksanaan tahapan pemilihan umum kepala daerah di Papua

kembali berjalan sebagaimana mestinya. Karena itu KPU menganggap

punya kewenangan dalam tahapan pelaksanaan pemilihan umum kepala

daerah di Papua dan menganggap DPRP dan Gubernur Papua

mengambil kewenangannya. Disinilah sengketa kewenangan

konstitusional terjadi antara KPU dengan DPRP dan Gubernur Papua.

3. Pembubaran Partai Politik

Sejak pengadilan bertiang sembilan ini dibentuk hingga tahun 2016

ini, belum pernah ada perkara yang diajukan berkaitan dengan

pelaksanaan kewenangan pembubaran partai politikini.

Beranjak dari hal itu, maka dalam contoh yang diberikan sebagai

tamsil (perumpamaan) dalam modul ini, hanya diberikan contoh yang

sifatnya fiktif namun secara substansi atau esensi sifatnya adalah

(benar) sebagaimana yang di maksud dengan kewenangan Mahkamah

Konstitusi terkait pembubaran partai politik. Contohnya adalah sebagai

berikut:

Pada tahun 2011, ada sekumpulan orang yang memiliki pandangan

dan kepentingan yang sama, kemudian lantas mendirikan sebuah partai

bernama Partai Jaya Bersatu. Setelah beberapa tahun didirikan, ternyata

partai ini disinyalir berhaluan dan berideologi ajaran

Marxisme/Leninisme. Mengingat dari hari ke hari, Partai Jaya Bersatu

ini sangat ekstrem dan cenderung anarki dalam berbagai kegiatan

politik dan ajarannya tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka

Pemerintah bisa membuat permohonan kepada Mahkamah Konstitusi

agar membubarkan Partai Jaya Bersatu tersebut.

Yang menjadi catatan penting, dalam kaitan kewenangan

permohonan pembubaran partai politik ini, hanya pemerintah saja yang

memiliki otoritas untuk mengajukan permohonan pembubaran partai

Page 28: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

politik, hal ini dimaksudkan untuk menjaga alam demokrasi tetap sehat

dan tidak saling menjatuhkan.

4. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU)

Pada Tahun 2014 yang lalu, negara Indonesia melaksanakan pesta

demokrasi dengan melaksanakan pemilihan umum tingkat nasional

(national election) berupa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden dengan kandidat Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.

Setelah pemilihan dilaksanakan, ternyata hasil dari perhitungan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memenangkan kubu pasangan

Jokowi-JK.Namun, dari kubu pasangan Prabowo-Hatta mensinyalir

bahwa dari kubu pasangan Jokowi-JK banyak melakukan pelanggaran

dan kecurangan.

Atas premis itu, kubu pasangan Prabowo-Hatta lantas mengajukan

permohonan ke Mahkamah Konstitusi terkait adanya perselisihan hasil

pemilihan umum (PHPU) tersebut.

Untuk sementara waktu, terkait kewenangan perselisihan hasil

pemilihan umum, Mahkamah Konstitusi juga menangani perselisihan

hasil pemilihan umum kepala daerah. Sampai nanti terbentuk undang-

undang yang baru, maka kewenangan ini tidak lagi menjadi

kewenangan Mahkamah Konstitusi.

5. Memutus Pendapat DPR dalam Proses Pemberhentian Presiden

dan/atau Wakil Presiden dalam Masa Jabatannya

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa

jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan

Perwakilan Rakyat, yang mana sebelumnya pendapat DPR tersebut

telah diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 telah memberikan limitasi alasan-

alasan apa saja yang dapat berakibat diberhentikannya Presiden

dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya, yakni sebagai berikut:

a). pengkhianatan terhadap negara;

b). korupsi (corruption);

Page 29: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

c). penyuapan (bribery);

d). tindak pidana berat lainnya,

e). perbuatan tercela;

f). tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden.

Sepanjang perjalanan sejarah, dari terbentuknya Mahkamah Konstitusi

hingga saat ini, belum pernah ada Presiden dan/atau Wakil Presiden

diajukan proses pemakzulan (impeachment) oleh DPR.

C. DOKUMEN BERACARA DALAM PENYELESAIAN PERKARA DI

PERADILAN MAHKAMAH KONSTITUSI MELALUI JALUR

PERADILAN (LITIGASI).

Dokumen beracara yang diperlukan oleh Pemberi Jasa Hukum

(lawyer/advocaat) dalam penyelesaian perkara diperadilan Mahkamah

Konstitusi melalui jalur peradilan (litigasi/ajudikasi), yakni:

1. Materi Praktikum I : Surat Kuasa Khusus (Pertemuan ke-1)

a. Pengertian

Surat kuasa khusus adalah pemberian kuasa (power of

attorney/lastgeving) yang dilakukan hanya untuk satu kepentingan

tertentu atau lebih (vide Pasal 1795 KUHPerdata). Dalam surat kuasa

khusus, di dalamnya dijelaskan tindakan-tindakan (handelingen) apa

saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa (lasthebber). Jadi,

karena ada tindakan-tindakan (handelingen) yang dirinci dalam surat

kuasa (power of attorney letter) tersebut, maka surat kuasa (power of

attorney letter) tersebut menjadi surat kuasa khusus.

Surat Kuasa Khusus dalam kaitannya dengan dokumen beracara

di Mahkamah Konstitusi (constitutional court), maka dapat diartikan

sebagai surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pemberi kuasa

(lastgever) dan penerima kuasa (lasthebber) yang berisi tentang

pemberian wewenang (bevoegdheid) kepada penerima kuasa

(lasthebber) untuk melakukan suatu tindakan yang dilakukan untuk

dan/atau untuk mewakili kepentingan pemberi kuasa (lastgever)

Page 30: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

khususnya dalam perkara ketatanegaraan, menurut ketentuan hukum

yang berlaku.

b. Unsur-Unsur Surat Kuasa Khusus

1) Judul (Surat Kuasa Khusus);

2) Identitas pemberi kuasa (lastgever), di antaranya seperti: nama

lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, agama dan alamat

lengkap;

3) Pernyataan pemberian kuasa; (dengan ini menyatakan dengan

sesungguhnya memberikan kuasa kepada);

4) Identitas penerima kuasa (lasthebber), di antaranya seperti: nama

lengkap, umur atau tanggal lahir, pekerjaan dan alamat lengkap);

5) Kewenangan yang diberikan oleh pemberi kuasa (lastgever)

kepada penerima kuasa (lasthebber) disebutkan secara rinci dan

jelas;

6) Wewenang substitusi dari penerima kuasa (lasthebber) kepada

orang lain;

7) Tempat dan tanggal pembuatan dan penandatanganan surat kuasa

(power of attorney letter);

8) Tanda tangan pemberi kuasa (lastgever) dan penerima kuasa

(lasthebber) dengan dibubuhi materai cukup.

c. Referensi

1) Darwan Prinst, Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan

Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek,

Staatsblad 1847 Nomor 23).

3) Contoh-contoh Surat Kuasa Khusus.

Page 31: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

2. Materi Praktikum II: Permohonan Perkara ke Mahkamah

Konstitusi; (Pertemuan ke-2 sd 6)

a. Pengertian

Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara tertulis

kepada Mahkamah Konstitusi mengenai:

1) Pengujian undang-undang (act/wet/gezag) terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Sengketa kewenangan lembaga negara (state institution/staats

organen) yang kewenangannya (authority/gezag) diberikan oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3) Pembubaran partai politik(political party);

4) Perselisihan tentang hasil pemilihan umum (disputed election);

atau

5) Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga

telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan

terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,

atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat

sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. (vide Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2003 tentang Mahkamah Konstitusi)

6) Putusan MK

b. Pengajuan Permohonan

Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, maka permohonan

diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau

kuasanya kepada Mahkamah Konstitusi.

Permohonan sebagaimana dimaksud pada 29 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi di atas,

ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dalam 12 (dua belas)

rangkap.

Page 32: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi, permohonan wajib dibuat dengan

uraian yang jelas mengenai:

1) Pengujian undang-undang (act/wet/gezag) terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Sengketa kewenangan lembaga negara (state institution/staats

organen) yang kewenangannya (authority/gezag) diberikan oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3) Pembubaran partai politik (political party);

4) Perselisihan tentang hasil pemilihan umum (disputed election);

atau

5) Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga

telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan

terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,

atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat

sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

6) Putusan MK

c. Hal-hal yang Harus Dimuat dalam Permohonan:

Sebagaimana telah ditandaskan dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,

permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:

1) Nama dan alamat pemohon;

Uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

(posita/fundamentum petendi); dan

2) Hal-hal yang diminta untuk diputus (petitum).

Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 31

ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Page 33: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

Mahkamah Konstitusidi atas, harus disertai dengan alat bukti

yang mendukung permohonan tersebut.

d. Referensi

1) Tim Penyusun, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Sekertariat

jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2010.

2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitsi.

3) Contoh-contoh permohonan di Mahkamah Konstitusi.

3. Materi Praktikum VIII: Putusan (Pertemuan ke-7)

a. Pengertian

Putusan dalam peradilan merupakan perbuatan hakim

(judge/rechter) sebagai pejabat negara yang berwenang yang

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dibuat secara tertulis

untuk mengakhiri sengketa (dispute) yang dihadapkan para pihak

kepadanya.

b. Syarat bentuk dan isi putusan Mahkamah Konstitusi

Sebagaimana diatur dalam Pasal 48 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 juncto Pasal 33 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor

06 Tahun 2005. Syarat Putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat

antara lain sebagai berikut:

1) Kepala Putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”

2) Identitas Para Pihak

3) Ringkasan Permohonan

4) Pertimbangan terhadap fakta (feiten) yang terungkap dalam

persidangan

5) Amar Putusan

Page 34: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

6) Hari dan tanggal putusan, nama dan tanda tangan Hakim konstitusi

(constitutional judge) serta panitera

7) Pendapat berbeda (dissenting opinion) dari hakim (judge/rechter)

8) Hari dan tanggal putusan, nama dan tanda tangan Hakim Konstitusi

(constitutional judge) serta Panitera

c. Referensi

1) Abdul Muktie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah

Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi, Jakarta, 2006.

2) Badriyah Khaleed, Mekanisme Judicial Review, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, 2015.

3) Fatmawati, Hak Menguji (Toetsingsrecht) yang Dimiliki oleh

Hakim dalam Sistem Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,

2005.

4) Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai

Politik dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2005.

5) Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

6) Tim Penyusun, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2010.

4. Materi Praktikum IX (Pertemuan ke-8 dan 9)

Penyusunan Dokumen Simulasi Praktek Peradilan Semu.

5. Materi Praktikum X (Pertemuan ke-10)

Ujian Kompetensi Praktikum: Prakrek Peradilan Semu di Mahkamah

Konstitusi.

Page 35: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

Daftar Pustaka

A. Buku

Abdul Muktie Fadjar, 2006, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi,

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta.

Badriyah Khaleed, 2015, Mekanisme Judicial Review, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta.

Fatmawati,2005,Hak Menguji (Toetsingsrecht) yang Dimiliki oleh Hakim dalam

Sistem Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, 2005,Kemerdekaan berserikat pembubaran Partai Politik dan

Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi, Jakarta.

_________, 2010, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika,

Jakarta.

_________, 2005, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara,

Konstitusi Press, Jakarta.

_________, 2005, Sengeketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, Konstitusi

Press, Jakarta.

Maruarar Siahaan, 2012, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

Sinar Grafika, Jakarta.

Tim Penyusun, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2010.

B. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06 Tahun 2005 tentang pedoman

beracara dalam perkara pengujian undang-undang

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 08 tahun 2006 tentang pedoman beracara

dalam sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 tahun 2008 tentang perselihan hasil

pemilihan umum kepala daerah

Page 36: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang pedoman

beracara dalam perselisihan hasil pemilihan umum anggota DPR, DPRD,

dan DPD

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tentang pedoman

beracara dalam perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil

presiden

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 18 tahun 2009 tentang pedoman

pengajuan permohonan elektronik dan pemeriksaan persidangan jarak jauh

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 19 tahun 2009 tentang tata tertib

persidangan

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 20 Tahun 2009 tentang pedoman

penulisan putusan

C. Website

www.mahkamahkonstitusi.go.

Page 37: modul hukum acara praktek peradilan mahkamah konstitusi