43
i FRANCIE PETRUS, ST.,MT MODUL FORMWORK POLITEKNIK NEGERI MANADO TAHUN 2018

MODUL FORMWORK - sipil.polimdo.ac.idsipil.polimdo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/10... · Acuan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan ... digunakan

  • Upload
    others

  • View
    55

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    FRANCIE PETRUS, ST.,MT

    MODUL FORMWORK

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    TAHUN 2018

  • ii

    DAFTAR ISI

    1. Pendahuluan....................................................................................................................... 1

    2. Persyaratan Acuan Perancah ............................................................................................. 1

    3. Tipe Konstruksi Acuan Perancah ...................................................................................... 2

    4. Bahan dan Peralatan Acuan Perancah ............................................................................... 3

    Bahan Acuan Perancah ...................................................................................................... 3

    Peralatan acuan perancah ................................................................................................... 5

    5. Analisis kekuatan acuan perancah ..................................................................................... 9

    Peraturan yang digunakan .................................................................................................. 9

    Pembebanan ....................................................................................................................... 9

    Pembahasan...................................................................................................................... 10

    Perhitungan Kekuatan Scafolding.................................................................................... 10

    Analisis Perhitungan ........................................................................................................ 12

    Analisis dan Pencegahan Keruntuhan .............................................................................. 12

    Tindakan Pencegahan ...................................................................................................... 14

    Hal–hal teknis yang dapat menyebabkan keruntuhan perancah ...................................... 15

    Memasang Papan Duga (Bouwplank).................................................................................. 18

    Memasang Acuan dan Perancah Kolom ............................................................................. .23

    Memasang Acuan dan Perancah Balok .............................................................................. .27

    Memasang Acuan dan Perancah Pelat ................................................................................ .32

    Memasang Acuan dan Perancah Dinding ........................................................................... .36

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... .41

  • 1

    1. Pendahuluan

    Acuan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan

    mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dapat

    dikatakan pula bahwa konstruksi acuan perancah adalah suatu konstruksi sementara dari

    suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki

    apabila betonnya telah menjadi keras.

    Acuan perancah pada pekerjaan beton merupakan konstruksi yang berperan terhadap

    hasil akhir pekerjaan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi kegagalan dalam

    perancangan dan pengerjaannya dapat mengakibatkan kurang baiknya penampilan

    penampang beton setelah perancah dilepas atau bahkan kesalahan dalam perhitungan dan

    pemilihan jenis perancah dapat menyebabkan akibat fatal berupa keruntuhan.

    Proses pemilihan tipe acuan perancah dilakukan dengan meninjau tipe, jenis dan luasan

    bangunan yang akan dibangun, seperti untuk bangunan bertingkat maupun untuk bangunan

    yang memiliki volume horizontal yang luas.

    Pemilihan tipe acuan dan perancah lebih ditentukan olehkemampuan untuk dapat

    digunakan berulang – ulang dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengurangi mutu

    ataupun kekuatan dari acuan dan perancah tersebut.

    2. Persyaratan Acuan Perancah

    Acuan perancah adalah suatu konstruksi tambahan yang merupakan mal atau cetakan

    pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dengan kata lain acuan

    perancah adalah suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya untuk

    mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki setelah betonnya mengeras.

    Persyaratan – persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :

    1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan, berat

    sendiri, berat orang yang bekerja dan pengaruh kejutan.

    2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah goyang

    atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi yang dizinkan.

  • 2

    3. Kokoh, sehingga mampu menghasilkan bentuk penampang beton seperti yang

    diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh karena itu maka

    ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai dengan gambar perencanaan.

    4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam

    adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran tidak naik maka

    akan melekat pada permukaan beton dan sulit dibersihkan.

    5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat digunakan

    berkali – kali.

    6. Rapat, Sambungan – sambungan pada cetakan harus rapat dan lubang – lubang yang

    disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan agregat tidak

    keluar dari celah – celah sambungan.

    7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan dalam

    membuat bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat dilaksanakan dengan

    tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan memperoleh efisiensi waktu yang

    maksimal.

    8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien mungkin

    yang akhirnya menguntungkan semua pihak.

    3. Tipe Konstruksi Acuan Perancah Sejalan dengan perkembangan pemakaian beton, konstruksi acuan perancah juga

    mengalami perkembangan menjadi 3 sistem:

    1. Sistem Konvensional / Tradisional, Acuan perancah sistem sederhana biasanya

    digunakan satu kali pakai. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan organis, bahan

    buatan, dan / atau gabungan keduanya. Depresiasi acuan perancah jenis ini sangat

    tinggi, karena banyak volume bahan terbuang pada proses pembuatan serta

    membutuhkan volume tenaga kerja yang cukup besar serta berpengalaman.

    2. Semi Sistem Modern, Sistem ini dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran – ukuran

    untuk komponen tertentu dengan masa penggunaan satu kali atau lebih. Karena

    kemungkinan dapat digunakan secara berulang, maka biaya investasi yang diperlukan

    dan upah kerja yang tidak terlalu tinggi.

    3. Sistem Modern, Perkembangan terakhir dalam pemanfaatan acuan perancah adalah

    perancangan acuan perancah untuk memudahkan penggunaan dalam berbagai bentuk

    komponen struktur. Sistem ini dapat memudahkan dan mempercepat proses

  • 3

    pemasangan dan pembongkaran. Dengan kualitas hasil yang lebih baik dibandingkan

    dengan sistem lain, acuan perancah dengan sistem ini dapat dimanfaatkan untuk

    beberapa kali masa penggunaan. Untuk meningkatkan kecepatan kerja, system ini

    telah dilengkapi dengan berbagai alat bantu yang disesuaikan dengan tujuan

    penggunaan.

    4. Bahan dan Peralatan Acuan Perancah

    a) Bahan Acuan Perancah

    Bahan acuan perancah yang sering digunakan :

    1. Kayu

    Menurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1, memberikan pedoman bahwa acuan

    perancah harus terbuat dari bahan – bahan baik yang tidak mudah meresap air dan

    direncanakan sedemikian rupa, sehingga mudah dilepas dari beton tanpa

    menyebabkan kerusakan pada beton. Kayu yang akan digunakan harus memenuhi

    syarat – syarat sebagai berikut :

    a. Sebaiknya kayu yang dipergunakan dengan kadar air 10 % s/d 20 %.

    b. Partikel – partikel yang dikandung kayu reaktif dan tidak merusak beton.

    c. Perubahan bentuk kayu akibat temperatur maupun kelembaban udara

    setempat sekecil mungkin.

    d. Kuat dan ekonomis.

    e. Mudah dikerjakan dan mudah dipasang alat sambung.

    2. Kayu lapis (plywood)

    Untuk pekerjaan yang cukup besar, kayu lapis banyak dipergunakan sebagai

    bahan papan acuan (cetakan). Pada acuan yang menggunakan kayu lapis

    diusahakan meminimalisir penggunaan paku, agar pembongkarannya dapat

    dengan mudah dilakukan dan dapat meminimalisir kerusakan bahan akibat

    metode pembongkaran yang salah.

    Keuntungan dari kayu lapis adalah bahwa kayu lapis dapat dibengkokkan dan

    ditempatkan pada kerangka / cetakan untuk pengecoran, dan dapat digunakan

    berulang – ulang.

    3. Dolken

    Dikategorikan sebagai kayu bulat dengan diameter 5 cm – 10 cm.

    Keuntungan penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah :

  • 4

    a. Mudah didapat dipasaran.

    b. Karena bentuk penampang dolken bulat, maka kekuatan tekuk kearah sumbu

    potongan melintang batang sama untuk semua arah.

    c. Dapat digunkan berulang – ulang.

    Kerugian penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah :

    a. Diameter tidak merata dari pangkal sampai ujung batang.

    b. Batang tidak lurus sehingga mengurangi kekuatan kayu bila menerima gaya

    normal yang sentris akibat adanya gaya asentris pada batang.

    c. Investasi yang tertanam besar, sebab bila konstruksi selesai, sisa kayu sering

    tidak dapat digunakan kembali untuk konstruksi yang lain.

    d. Karena bentuk penampang yang bulat, maka agak sulit dipasang alat sambung

    dibandingkan dengan kayu olahan lainnya.

    4. Aluminium

    Karena adanya sifat – sifat tertentu yang lebih menguntungkan seperti berat dan

    biaya pemeliharaannya yang ringan, menyebabkan aluminium cenderung lebih

    digunakan pada konstruksi acuan perancah bila dibandingkan dengan logam lain.

    Tetapi karena harganya yang lebih mahal, menyebabkan penggunaannya yang

    sangat dibatasi.

    Campuran aluminium yang paling sesuai untuk konstruksi acuan perancah adalah

    tipe Al-Mg-Si (campuran dengan kadar silisium yang rendah). Kadar patahnya

    dapat dikatakan cukup baik (250 N/mm2 – 400 N/mm2) dan ketahanan terhadap

    korosi hamper sama dengan aluminium murni.

    5. Baja

    Penggunaan baja sebagai acuan perancah pada konstruksi untuk beton dengan

    syarat tertentu. Pemilihan baja sebagai acuan perancah dikarenakan oleh :

    a. Pemakaian dalam jumlah yang sangat banyak.

    b. Membutuhkan toleransi kesalahan yang sangat kecil.

    c. Melibatkan tegangan (stress) yang tinggi.

    d. Memerlukan beberapa tingkat mekanisasi pada sistem pekerjaan konstruksi.

    Dalam teknik konstruksi acuan perancah, baja digunakan dalam berbagai bentuk,

    baik sebagai alat sambung maupun sebagai penyangga konstruksi.

    Keuntungan penggunaan baja sebagai acuan perancah :

    a. Kekuatan, dan kekerasan yang tinggi.

  • 5

    b. Ketahanan terhadap keausan yang tinggi.

    c. Dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, baja sangat sesuai untuk pembuatan

    sambungan, dan untuk digabungkan dengan material lainnya.

    d. Memiliki nilai sisa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan lain.

    Kerugian penggunaan baja sebagai acuan perancah :

    a. Berat massa yang tinggi.

    b. Tidak tahan terhadap karat.

    c. Perlu peralatan pendukung.

    d. Hantaran panas yang tinggi.

    b) Peralatan acuan perancah

    Peralatan utama yang sering digunakan pada konstruksi acuan perancah adalah:

    1. Pipe Support

    Pipe support adalah tiang perancah berupa pipa baja yang terdiri dari

    duabagian yaitu bagian atas, dan bagian bawah. Pada ujung atasnya dibuat ulir

    untuk mempermudah penyesuaian ketinggian yang dibutuhkan. Umumnya

    digunakan sebagai penyangga pada konstruksi balok dan lantai.

    Tabel 1. Perpanjangan maksimum dari pipe support

    [Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

    Model

    Hei

    ght

    close

    d (

    mm

    )

    Hei

    ght

    exte

    nded

    (mm

    )

    Safe load (ton)

    Wei

    ght

    (kg)

    close

    d

    exte

    nded

    TS – 50 1.550 2.750 2 2 12

    TS – 60 1.850 3.050 2 1,5 13

    TS – 70 2.150 3.350 2 1,5 14

    TS – 90 2.700 3.900 2 1,5 16

    Keuntungan penggunaan pipe support :

    a. Mudah disesuaikan sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.

    b. Perawatan yang mudah

    c. Cocok digunakan untuk perancah pada balok dan lantai yang mempunyai

    berat persatuan panjang maupun luas yang besar, sehingga jarak perancah

    dapat diperlebar dan memberikan keleluasaan gerak bagi para pekerja.

  • 6

    Kerugian penggunaan pipe support:

    a. Sulit digunakan untuk kebutuhan perancah yang pendek.

    b. Membutuhkan biaya investasi yang besar.

    c. Bila terjadi kerusakan pada pipa maka akan sulit untuk diperbaiki, dan

    bila akan digunakan kembali maka reduksi kekuatan yang dirancang

    harus lebih besar dari sebelum terjadi kerusakan

    Tabel 2. Tebal plat maksimum yang dapat

    ditahan oleh satu pipe support

    [Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

    Prop grid size

    ( mm )

    Maximum slab thickness when

    props fully extended ( mm )

    TS

    – 5

    0

    TS

    – 6

    0

    TS

    – 7

    0

    TS

    – 9

    0

    2.438 x 1.295 177 101 101 101

    2.134 x 1.295 228 140 140 140

    1.829 x 1.295 254 190 190 190

    1.524 x 1.295 330 228 228 228

    1.219 x 1.295 432 305 305 305

    2. Scaffolding

    Scaffolding adalah suatu bagian dari perancah yang berfungsi untuk

    menyangga acuan pelat dan acuan balok. Scaffolding terdiri dari beberapa

    tiang baja yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan ketinggian yang

    dapatdisesuaikan dengan kebutuhan.

    Data teknis scaffolding : scaffolding terbuat dari baja karbon bermutu tinggi.

    Scaffolding mempunyai diameter luar 42,7 mm (1,25”) dengan ketebalan 2,4

    mm dan memiliki kuat 6arik 51 kg/mm2.

  • 7

    a. Tes beban

    b. Beban maksimum scaffolding (FK = 2)

    Tabel 3. Tabel kekuatan main frame

    [ Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000 ]

    MF A – 1217B 2500 kg perkaki

    MF 0917

    MF A – 1219 2250 kg perkaki

    c. Beban kerja aman pada komponen jack

  • 8

    d. Reduksi kekuatan

    Reduksi kekuatan tergantung posisi penempatan beban di atas frame

    3. Horry Beam

    Horry beam adalah perancah horizontal yang biasanya digunakan untuk

    mendukung acuan perancah pelat lantai dimana tumpuan pembebanannya

    terletak pada balok.

    Bentuk dari horry beam itu boleh dikatakan menyerupai konstruksi rangka

    jembatan dan bentangnya dapat diset sesuai dengan panjang yang diperlukan.

    Desain yang khusus dari horry beam ini bertujuan untuk memperoleh kekuatan

    dan daya dukung yang baik sehingga menjadi kelebihan dalam pemakaian dan

    penggunaannya.

    Manfaat lain dari penggunaan horry beam adalah :

    a. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan karena beratnya yang ringan dan

    konstruksinya yang kaku sehingga memudahkan pelaksanaan pemasangan.

    b. Pelaksanaan pekerjaan tidak rumit sehingga tidak memerlukan keahlian

    khusus dalam pelaksanaannya.

    c. Kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran.

  • 9

    Tabel 4. Data teknis horry beam

    [Brosur dan Spesifikasi Perancah, 2000]

    Type

    Pan

    jang

    (mm

    ) Panjang efektif

    struktur (mm)

    Ber

    at

    (kg

    )

    Mom

    en

    (kgm

    )

    SRC W S

    HB

    SX

    14

    1400 –

    2200

    1445 –

    2295

    1505 –

    2355

    1320 –

    2170

    14,7

    460

    HB

    SX

    22

    2200 –

    3800

    2245 –

    3895

    2305 –

    3955

    2120 –

    3770

    24,7

    800

    5.Analisis kekuatan acuan perancah

    a) Peraturan yang digunakan

    a. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SNI Kayu 2002, Bahan Konsensus).

    b. Standar Kehutanan Indonesia (SKI.C – bo – 002;1987).

    c. Standar Australia.

    d. Brosur dan spesifikasi perancah “Slab & Beam, Formwork & Scaffolding” by

    Beton Concrete Form specialist, 2000.

    b) Pembebanan

    Beban – beban [sumber dari F. Wigbout Ing., Bekisting (kotak cetak)] yang

    diperhitungkan adalah:

    1. Beban Vertikal

    Beban vertikal diakibatkan oleh berat sendiri campuran beton, bahan

    bekisting, beban peralatan dan beban pekerja.

    2. Beban tambahan (campuran beton) Secara umum dapat disebut bahwa berat

    beton berkisar antara 1,8–2,7 ton/m3. Namun berat beton pada saat

    pengecoran mempunyai berat yang lebih besar, karena untuk volume beton 1

    m3 diperlukan air antara 180 – 220 liter yang digunakan pada proses

    pencampuran, tingkat kemudahan pekerjaan, proses hidrasi pasta semen, dan

    kebutuhan pemeliharaan intern campuran.

  • 10

    3. Beban getaran Getaran yang mungkin timbul selama pengecoran beton

    disebabkan oleh penggunaan alat penggetar, pergerakan peralatan kerja, dan

    pekerja itu sendiri.

    4. Beban kejut. Beban kejut diakibatkan oleh proses pengangkutan campuran

    beton, dan tindakan mengaktifkan mesin – mesin yang digunakan.

    5. Beban Horizontal. Beban horizontal yang mungkin bekerja selam proses

    pengerjaan adaalah beban angin, tarikan kabel, kemiringan perancah, dan

    pengaruh ketinggian pencurahan campuran beton.

    c) Pembahasan

    Kondisi struktur yang ada di lapangan,

    1. Data umum struktur :

    a. Balok : 30/50

    b. Kolom : 70/70

    c. Tebal plat : 15 cm

    d. tebal anak tangga : 25/2 cm

    2. Data umum acuan / bekisting :

    a. Tebal Multiplek : 18 mm

    b. Jarak antar perancah : 90 cm

    c. Jarak spasi acuan : 6,54 cm

    3. Data umum perancah :

    a) Main frame 190 (kapasitas maksimum 2500 kg / tiang).

    b) Leader frame (type 120, type 150).

    c) U head jack.

    d) Horry Beam.

    d). Perhitungan Kekuatan Scafolding

  • 11

    1. Perhitungan beban struktur

    a. Beban mati

    Plat dan anak tangga = 0,275 × 3 × 2400 kg/m3 = 1980 kg/m1

    Balok ukuran 30/50 = 0,3 × 0,5 × 2400 kg/m3 = 360 kg/m1

    Beban Bekisting, Perancah =100 kg/m1

    Total Beban mati = 2440 kg/m1

    b. Beban hidup ( pekerja ) = 300 kg/m1

    c. Kombinasi beban = (1,2 × DL) + (1,6 × LL)

    = (1,2 × 2440) + (1,6 × 300)

    = 3408 kg/m1 (sepanjang 3m, untuk 8 titik)

    d. Besar beban titik (beban struktur) yang harus dipikul oleh tiap tiang

    scaffolding adalah sebesar:

    e. Besar total beban yang harus ditahan oleh tiap tiang scaffolding :

    Pawal ( beban total struktur ) = 383 kg

    Beban kejut (beban penuangan ) = 20 kg

    TOTAL BEBAN = 403 kg

  • 12

    e).Analisis Perhitungan

    Akibat kondisi lapangan yang sulit diprediksi, maka nilai reduksi dari kekuatan

    scaffolding yang digunakan sebesar 0,6.

    Dengan demikian, maka besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan

    beban adalah :

    P = 0,6×2500 kg = 1500 kg > 403 kg......................aman

    Dengan kondisi demikian, maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi perancah

    (scaffolding) yang ada, kuat untuk dapat menahan besar beban struktur yang ada.

    f). Analisis dan Pencegahan Keruntuhan

    Berikut analisis kemungkinan penyebab keruntuhan dari penggunaan perancah

    scaffolding :

    1. Ketidakmampuan acuan dalam menerima beban.

    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka

    penggunaan bahan baku dengan kualitas baik menjadi mutlak diperlukan.

    Selain itu juga diperlukan biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup,

    agar seluruh alat dan bahan yang digunakan dapat sesuai dengan kualitas yang

    diharapkan (sesuai perancangan).

    2. Kesalahan pemilihan metode kerja

    Pemilihan metode kerja pada proses pelaksanaan pembangunan, juga

    memegang peranan penting, termasuk dalam efisiensi dan efektifitasan waktu

    kerja, bahan bangunan, tenaga kerja, penggunaan alat kerja (ringan dan

    berat), yang berujung pada biaya yang harus dikeluarkan.

    Hal–hal khusus yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengecoran

    dengan kondisi miring adalah :

    a. Pengecoran dilakukan dari bagian bawah, hal tersebut untuk menghindari

    pergeseran acuan akibat beban beton saat penuangan.

    b. Untuk menghindari keruntuhan guling dari konstruksi perancah, maka

    penuangan beton campuran disarankan dengan cara vertical atau tegak

    lurus plat acuan.

  • 13

    c. Hindari adanya pembebanan titik akibat penumpukan penuangan pada

    satu titik, karena dapat menyebabkan lendutan yang berujung pada

    keruntuhan.

    d. Kondisi campuran beton lebih kental (menggunakan admixture bila

    diperlukan) dari saat pengecoran biasa, hal tersebut untuk mempercepat

    proses pengerasan dan menghindari kelongsoran campuran.

    e. Untuk syarat–syarat campuran beton yang lain, sama dengan aturan

    campuran pada umumnya.

    3. Kondisi lahan yang kurang mendukung.

    Kondisi lahan yang kurang baik juga mempengaruhi pada proses pelaksanaan

    pembangunan, terutama pada pelaksanaan konstruksi perancah.

    Kondisi lahan yang tidak rata, dapat mempengaruhi ketegakan, dan

    kesamarataan ketinggian dari konstruksi perancah. Meskipun pada konstruksi

    perancah ketinggian dapat diatur sesuai keinginan, tapi kondisi lahan yang

    tidak rata harus mendapat perhatian lebih dari pihak pelaksana.

    Selain itu penggunaan tanah urug yang belum sepenuhnya padat, juga turut

    mempengaruhi hasil dari pekerjaan konstruksi perancah. Kurangnya

    pemadatan pada saat pengurugan tanah, akan dapat menyebabkan keruntuhan

    struktur pada saat pelaksanaan pengecoran konstruksi.

    Hal itu disebabkan karena tambahan beban (beban bahan dan beban kerja)

    yang cukup besar dan datang secara tiba – tiba pada saat pengecoran, dapat

    berdampak pada penurunan ketinggian konstruksi perancah, yang kemudian

    berujung pada keruntuhan struktur.

    4. Lain – lain

    Hal – hal lain yang harus diperhatikan pada pelaksanaan konstruksi perancah

    adalah tingkat kemampuan pekerja. Hal ini berhubungan dengan kualitas

    pekerjaan dan tingkat kesadaran pekerja akan keselamatan diri selama proses

    pembangunan berlangsung. Untuk itu usaha yang berkala dan terus menerus

    untuk meningkatkan kemampuan diri pekerja, akan menjadi nilai lebih dari

    suatu pekerjaan konstruksi.

  • 14

    g). Tindakan Pencegahan

    Beberapa tindakan yang dapat menjadi alternatif pencegahan pada pekerjaan

    konstruksi perancah scaffolding :

    1. Konstruksi perancah harus direncanakan dan dihitung dengan faktor

    keamanan dan satu unit perancah scaffolding dengan satu kaki < 1,5 ton

    (spesifikasi teknis material pabrik ).

    2. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan bracing /

    crossing dalam menerima gaya momen, lintang maupun normal (lateral).

    3. Bahan – bahan perancah harus menggunakan bahan yang baik sebelum

    dilakukan pemasangan perancah.

    4. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang.

    5. Kerangka siap pasang ( Pre-fabricated frames) yang digunakan untuk

    perancah harus memenuhi jepitan sambungan sempurna pada kedua muka.

    6. Perancah harus diberi penguat (diagonal / horizontal) untuk memberikan

    kekakuan dan kekuatan.

    7. Perancah harus didirikan di dasar tumpuan yang kuat dan rata.

    8. Kejutan gaya yang besar ( beban titik ) tidak boleh dibebankan pada perancah.

    9. Semua perancah tempat tenaga kerja bekerja, harus dilengkapi dengan

    platform untuk bekerja dan cukup kuat.

    10. Setiap bagian dari tempat bekerja yang dimungkinkan tenaga kerja terjatuh

    dari bagian yang terbuka 2 m atau lebih diberi pagar pengaman.

    11. Hal – hal yang harus perhatikan bila menggunakan perancah kayu :

    a. Bahan yang digunakan harus baik (mutu kayu kelas II).

    b. Desain dimensi, dan jarak perancah kayu harus dihitung sesuai dengan

    gaya meksimum yang diterima.

    c. Paku harus mempunyai panjang, dan diameter yang cukup.

    d. Paku harus ditancapkan penuh pada kayu.

    e. Perancah kayu harus diberi palang penguat untuk memberikan kekakuan,

    dan kekuatan.

    f. Dimensi, dan jarak kayu melintang harus mampu menahan beban yang

    dipikulnya.

    g. Pada konstruksi yang mempunyai sudut / miring, balok melintang harus

    terpasang kestabilannya pada penerimaan beban lateral / horizontal.

  • 15

    h. Tiang – tiang kayu yang berdiri bebas harus dikopel secara diagonal /

    horizontal dengan menggunakan palang penguat.

    h). Hal–hal teknis yang dapat menyebabkan keruntuhan perancah

    (Construction Bullettin, Occupational Safety and Health Service, Department of

    Labour, Wellington, New Zealand, No 11 - December 1999).

    1. Tidak adanya tangga penghubung antara elevasi – elevasi frame scaffolding,

    hal itu dapat menyebabkan kesulitan bagi pekerja yang berujung pada kurang

    stabilnya kondisi perancah.

    2. Tata letak perancah harus diperhatikan, agar tidak mengganggu pergerakan

    dan aktivitas pekerja.

    3. Penggunaan pengamanan bagi pekerja menjadi penting untuk struktur

    perancah yang tinggi.

    4. Masa perawatan perancah pasca pemakaian, mutlak diperlukan agar kondisi

    perancah tetap terjaga baik sesuai dengan asumsi perancangan.

    5. Adanya beban tambahan (beban kejut) diluar perancangan yang dapat

    menyebabkan struktur kelebihan beban kerja.

    6. Khusus untuk mobile scaffolding, rasio ketinggian dengan lebar alas adalah

    3 : 1.

    i). Kesimpulan

    Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas :

    1. Secara perhitungan kekuatan, penggunaan perancah scaffolding cukup kuat untuk

    menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ) yang ada.

    2. Pemeriksaan / penyesuaian kondisi lapangan dan tingkat kemampuan pekerja

    dalam melakukan pekerjaan konstruksi perancah menjadi mutlak diperlukan, agar

    hasil pekerjaan yang ada dapat sesuai dengan perancangan.

    3. Perawatan bahan acuan dan perancah mutlak diperlukan agar kondisi bahan dapat

    terkendali dan sesuai dengan asumsi perancangan.

    4. Pengecekan / pengendalian kualitas pekerjaan konstruksi perancah harus

    dilakukan berkala agar dapat meminimalisir hal – hal yang tidak diinginkan.

  • 16

    5. Pemilihan metode kerja yang tepat harus dipikirkan dengan baik, karena tidak

    hanya mempengaruhi waktu / lama pekerjaan tapi juga pada jenis bahan, alat dan

    beban kerja yang ada pada pelaksanaan pembangunan.

    6. Pemahaman terhadap tindakan pencegahan keruntuhan konstruksi perancah,

    sebaiknya dikuasai / dipahami dengan baik oleh kontraktor agar dapat

    meminimalisir dampak dari keruntuhan konstruksi perancah tersebut.

  • 17

    LEMBAR KERJA (JOB SHEET)

  • 18

    LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    Kode. Materi

    Topik

    :

    :

    Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2)

    Memasang Papan Duga (Bouwplank)

    Tanggal

    I. Tujuan :

    Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :

    a. Menggunakan peralatan kayu

    b. Membaca gambar kerja dengan baik.

    c. Menghitung kebutuhan bahan.

    d. Membuat / memasang papan duga (bouwplank) dengan baik dan benar.

    II. Instruksi Umum :

    Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik-titik bangunan yang

    diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran.

    Syarat-syarat memasang bouwplank :

    1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah

    2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang akibat

    pelaksanaan galian

    3. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.

    4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bouwplank

    lainnya.

    5. Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan semua)

    6. Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi, sloof, kolom,

    dan dinding batu bata.

    III. Instruksi Kerja :

    a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).

    b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-langkah

    kerja dengan seksama dan teliti.

    c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek.

    d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

  • 19

    IV. Peralatan dan Bahan

    A. Peralatan :

    1. Gergaji potong / belah

    2. Palu cakar

    3. Waterpass batang / slang

    4. Rol meter

    5. Siku besi

    6. Unting-unting

    7. pensil

    B. Bahan :

    1. Kayu 4/6 – 400 cm

    2. Papan 2/30-400

    3. Blok beton

    4. Paku 1 - 3 inchi

    5. Benang / Senar

    V. Langkah Kerja :

    1. Siapkan peralatan dan bahan –bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan

    baik.

    2. Atur posisi blok beton yang disesuaikan dengan posisi letak kolom dengan jarak dari

    dinding luar setakan kolom ≥ 1,00 m.

    3. Potong kayu (totara 4/6) sejumlah 2 x jumlah balok beton (8 bh) dengan panjang

    disesuaikan dengan blok beton tersebut (100 cm) dan dipakukan ke blok beton secara

    tegak lurus dan kokoh sebagai tiang dari papan duga.

    4. Potong dan iris papan sebagai papan duga dengan ukuran 2/15 – 100 cm sebanyak 8

    lembar.

    5. Pakukan salah satu bagian dari papan duga pada salah satu tiang kayu (totara) dengan

    sebuah paku.

    6. Ukur kedataran (level) dari papan duga tersebut dengan alat waterpass batang secara

    cermat.

  • 20

    7. Setelah yakin bahwa papan duga tersebut sudah datar, pakukan bagian yang lain dari

    papan duga ke balok disampingnya secara kuat dan kokoh. Papan duga ini menjadi

    patokan (titik duga) untuk papan duga lainnya.

    8. Masukkan air ke dalam waterpass selang smpai penuh. Usahakan tidak ada gelembung

    udara disepanjang selang tersebut.

    9. Letakkan selang waterpass yang telah diisi air pada papan duga yang menjadi titik duga.

    Teman yang lain diminta untuk memberi tanda dengan pensil di setiap tiang papan duga.

    Perhatikan, ketinggian air dalam selang waterpass harus tepat berada segaris dengan

    ketinggian papan duga yang menjadi patokan (titik duga), sementara pada tiang papan

    duga yang akan diberi tanda harus menyesuaikan dengan ketinggian air dalam selang

    waterpass.

    Lakukan langkah ini untuk semua tiang papan duga untuk diberi tanda.

    10. Setelah semua tiang papan duga ditandai, pakukan papan duga ke tiang papan duga yang

    telah ditandai tersebut secara kuat dan kokoh.

    11. Pada sisi tepi atas dari setiap papan duga, pakukan salah satu paku 1” tepat di tengah

    sebagai as bangunan. Ikatkan benang/senar dan dihubungkan dengan papan duga yang

    saling berhadapan.

    12. Periksa kesikuan untuk setiap benang/senar yang saling tegak lurus. Pastikan semua

    paku dan benang/senar terpasang dengan kuat dan tidak goyang.

    13. Dari tanda As pada papan duga, kemudian diukur kiri dan kanannya yang merupakan ½

    lebar cetakan kolom yang akan didirikan dan di tandai.

    14. Paku bagian kiri dan kanan dari papan duga yang telah ditandai, kemudian hubungkan

    papan duga yang saling berhadapan dengan benang/senar seperti pada langkah 11 di

    atas. Cek kembali dan pastikan ukuran/jarak antar kolom yang akan dibuat. Dengan

    demikian selesailah pekerjaan membuat Bouwplank.

    15. Laporkan ke instrukur/dosen untuk diperiksa dan dinilai.

  • 21

    VI. GAMBAR KERJA

  • 22

  • 23

    LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    Kode. Materi

    Topik

    :

    :

    Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2)

    Memasang Acuan dan Perancah Kolom

    Tanggal

    A. Tujuan :

    Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :

    a. Menggunakan peralatan kayu

    b. Membaca gambar kerja dengan baik.

    c. Menghitung kebutuhan bahan.

    d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Kolom dengan baik dan benar.

    II. Instruksi Umum :

    Acuan dan perancah kolom merupakan bagian cetakan untuk membuat kolom beton.

    Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang

    menentukan terhadap bentuk jadinya kolom beton tersebut. Acuan dan peraqncah kolom

    harus benar-benar tegak lurus, bagian dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang

    menempel.

    Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan

    terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

    III. Instruksi Kerja :

    a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).

    b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-

    langkah kerja dengan seksama dan teliti.

    c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material

    terbuat dari besi/baja.

    d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

  • 24

    IV. Peralatan dan Bahan

    A. Peralatan :

    1. Kunci-kunci sekrup

    2. Palu kayu

    3. Waterpass batang

    4. Rol meter

    5. Siku besi

    6. Unting-unting

    B. Bahan :

    1. Plat cetakan kolom (skydeck set)

    2. Penyokong cetakan (push-pull props set)

    V. Langkah Kerja :

    1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan

    baik.

    2. Dirikan 2 lembar plat cetakan dan pasang saling tegak lurus pada bagian ujung, dan

    sesuaikan dengan ukuran lebar kolom yang akan dibuat.

    3. Kancing seluruh baut yang tersedia pada masing-masing plat cetakan dan kencangkan

    dengan menggunakan palu kayu sehingga benar-benar kuat dan kokoh. Cek

    kesikuannya.

    4. Dirikan dan pasang dan hubungkan plat cetakan yang lain seperti pada langkah ke-3

    sehingga membentuk kubus atau persegi, sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang

    akan dibuat.

    5. Kancing seluruh baut yang tersedia pada plat cetakan mulai dari bawah sampai ke atas.

    6. Cetakan kolom telah terbentuk, cek ketegakannya, posisi berdirinya, serta jarak masing-

    masing antar kolom.

    7. Pasang perancah/penyokong cetakan (push-pull props set), diatur ketegakannya.

    8. Pemasangan acuan dan perancah kolom selesai, laporkan kepada instruktur/dosen untuk

    diperiksa dan dinilai.

  • 25

    VI. GAMBAR KERJA

    http://image.made-in-china.com/2f0j00tMJaHPObJYgu/Column-Formwork.jpg

  • 26

  • 27

    LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    Kode. Materi

    Topik

    :

    :

    Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2)

    Memasang Acuan dan Perancah Balok

    Tanggal

    I. Tujuan :

    Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :

    a. Menggunakan peralatan kayu

    b. Membaca gambar kerja dengan baik.

    c. Menghitung kebutuhan bahan.

    d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Balok dengan baik dan benar.

    II. Instruksi Umum :

    Acuan dan perancah balok merupakan bagian cetakan untuk membuat balok beton yang

    melintang, menghubungkan antara kolom-kolom beton. Pemasangannya harus benar-benar

    kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya balok

    tersebut. Acuan dan perancah balok harus benar-benar datar di atas perancahnya. Bagian

    dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.

    Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan

    terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

    III. Instruksi Kerja :

    a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).

    b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-

    langkah kerja dengan seksama dan teliti.

    c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material

    terbuat dari besi/baja.

    d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

  • 28

    IV. Peralatan dan Bahan

    A. Peralatan :

    1. Kunci-kunci sekrup

    2. Palu kayu

    3. Waterpass batang

    4. Rol meter

    5. Siku besi

    6. Unting-unting

    B. Bahan :

    1. Plat cetakan kolom (skydeck set)

    2. Penyanggah (scaffolding set)

    3. Gelagar (girder)

    4. Dudukan gelagar (head spindle)

    5. Alas/sepatu penyanggah (base spindle)

    6. Siku cetakan (beam bracket)

    7. Kelabang (beam width adjusment bar)

    V. Langkah Kerja :

    1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan

    baik.

    2. Ukur ketinggian balok yang akan dibuat, sehingga dapat memilih ukuran scaffolding

    yang akan dipasang.

    3. Dirikan scaffolding secara sempurna dan tepat saling berhadapan, perkuat dengan

    memasang skor (cross brase) sebagai pengaku dan pengikat main frame pada

    scaffolding.

    4. Pasang base spindle di bagian bawah untuk perkuatan dan mengatur ketinggian

    scaffolding serta pasang head spindle di bagian atas scaffolding untuk tempat dudukan

    girder.

    5. Persiapan dudukan lantai/dada acuan balok dan penyanggah didinding balok :

    a. Letakkan beam width adjusment bar di lantai. Letakkan 2 bh girder di atas beam

    width adjusment bar secara sejajar.

  • 29

    b. Dari atas 2 buah girder tersebut letakkan 2 buah beam bracket dengan saling

    berhadapan bagian tegaknya. Atur jaraknya disesuaikan dengan lebar cetakan

    balok yang akan dibuat

    c. Buat beberapa buah dudukan lantai ini disesuaikan dengan panjang bentangan

    balok yang akan dibuat.

    6. Pasang 2 buah girder di atas head spindle secara sejajar pada scaffolding.

    7. Pasang dudukan lantai/dada acuan balok yang telah dibuat sebelumnya secara tegak

    lurus/melintang pada kedua girder sejajar di atas scaffolding.

    8. Pasang lantai dan dinding acuan balok pada dudukan acuan pada langkah ke-7.

    Pastikan lantai dan dinding acuan balok benar-benar terapit rapat, tidak ada celah

    dengan cara mengunci sekrup yang ada pada beam bracket. Hal ini telah

    diperhitungkaan saat membuat dudukan pada langkah ke-5 di atas.

    9. Skor kedua dinding acuan balok pada bagian atasnya pada 3 titik bagian. Ukuran lebar

    dalamnya harus sama dengan ukuran lebar dalam lantai acuan balok, sehingga dinding

    acuan balok tidak bergerak

    10. Pemasangan acuan dan perancah balok telah selesai, laporkan kepada instruktur/dosen

    untuk diperiksa dan dinilai.

    a. GAMBAR KERJA

    TA

    Tampak melintang acuan dan perancah balok

    http://2.bp.blogspot.com/-oVgpGMTziVg/T_EYuZRA1gI/AAAAAAAAAP0/zLHe4ot0Wpk/s1600/6.png

  • 30

    Cara pemasangan Siku cetakan (beam bracket) dan

    Kelabang (beam width adjusment bar)

    Alternative lain pemasangan girder

  • 31

    Pemasangan head spindle dan cross brasse pada scaffolding

    Pemasangan base spindle dan croos brasse pada scaffolding

  • 32

    LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    Kode. Materi

    Topik

    :

    :

    Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2)

    Memasang Acuan dan Perancah Pelat

    Tanggal

    I. Tujuan :

    Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :

    a. Menggunakan peralatan dan bahan acuan dan perancah

    b. Membaca gambar kerja dengan baik.

    c. Menghitung kebutuhan bahan.

    d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Pelat dengan baik dan benar.

    II. Instruksi Umum :

    Acuan dan perancah pelat merupakan bagian cetakan untuk membuat pelat beton yang

    menumpu di atas balok-balok beton. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh,

    karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya pelat beton tersebut.

    Acuan dan perancah pelat harus benar-benar datar di atas perancahnya. Bagian atasnya

    harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.

    Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan

    terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

    III. Instruksi Kerja :

    a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).

    b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-

    langkah kerja dengan seksama dan teliti.

    c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material

    terbuat dari besi/baja.

    d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

  • 33

    IV. Peralatan dan Bahan

    A. Peralatan :

    1. Kunci-kunci sekrup

    2. Palu kayu

    3. Waterpass batang

    4. Rol meter

    5. Siku besi

    B. Bahan :

    1. Plat cetakan kolom (skydeck set)

    2. Penyanggah (scaffolding set)

    3. Gelagar (girder)

    4. Dudukan gelagar (head spindle)

    5. Alas/sepatu penyanggah (base spindle)

    6. Multiplks 18 mm

    V. Langkah Kerja :

    1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan

    baik.

    2. Ukur ketinggian pelat yaitu dari dasar sampai pada permukan dalam dinding acuan

    balok, sehingga dapat memilih ukuran scaffolding yang akan dipasang.

    3. Dirikan scaffolding secara sempurna dan tepat saling berhadapan, perkuat dengan

    memasang skor (cross brase) sebagai pengaku dan pengikat main frame pada

    scaffolding.

    4. Pasang base spindle di bagian bawah untuk perkuatan dan mengatur ketinggian

    scaffolding serta pasang head spindle di bagian atas scaffolding untuk tempat dudukan

    girder. Pasang 2 buah girder di atas head spindle secara sejajar pada scaffolding.

    5. Pasang dudukan lantai acuan pelat secara merata ke arah lebar dan panjang sampai

    bertemu tepi atas dinding acuan balok bagian dalam.

    6. Perkuat lantai acuan pelat ke bagian tepi atas dinding acuan balok dengan paku.

  • 34

    7. Cek kedataran lantai acuan pelat baik arah memanjang maupun pada arah melintang

    dengan alat waterpass batang sampai banar-benar datar dan rata.

    8. Periksa seluruh bagian antara acuan kolom, acuan balok, dan acuan lantai apakah

    terdapat celah-celah yang akan mengakibatkan tertumpahnya air semen.

    9. Periksa seluruh perancah pada kolom, balok maupun pelat apakah sudah benar-benar

    tegak, rata, kuat dan kokoh, tidak bergoyang sehingga hasil pengecoram beton akan

    benar-benar sesuai dengan harapan.

    10. Jika masih terdapat kekurangan, segera diperbaiki dengan cara mengencangkan

    kembali sekrup-sekrup yang terpasang ataupun belum benar-benar datar atau tegak.

    11. Periksakan kepada instruktur/dosen hasilnya untuk penilaian.

  • 35

    VI. GAMBAR KERJA

    Acuan dan Perancah Pelat

    Posisi penempatan girder dan lantai pelat

  • 36

    LABORATORIUM KONSTRUKSI KAYU

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MANADO

    Kode. Materi

    Topik

    :

    :

    Acuan dan Perancah 2 (Formwork 2)

    Memasang Acuan dan Perancah Dinding

    Tanggal

    I. Tujuan :

    Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam :

    a. Menggunakan peralatan dan bahan acuan dan perancah

    b. Membaca gambar kerja dengan baik.

    c. Menghitung kebutuhan bahan.

    d. Membuat / memasang Acuan dan Perancah Dinding dengan baik dan benar.

    II. Instruksi Umum :

    Acuan dan perancah dinding merupakan bagian cetakan untuk membuat dinding beton

    yang berdiri di atas sloof beton atau lantai. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan

    kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya dinding beton

    tersebut. Acuan dan perancah dinding harus benar-benar tegak di atas lantai. Bagian

    dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.

    Acuan dan perancah dinding ini akan dibuat dalam bentuk bersudut L disesuaikan dengan

    lokasi praktek yang ada.

    Pada materi acuan dan perancah 2 ini menggunakan bahan-bahan yang sudah tercetak dan

    terbuat dari besi/baja. Kita tinggal merangkainya sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

    III. Instruksi Kerja :

    a. Gunakan pakaian kerja (Jas Lab) dan peralatan keselamatan kerja (K3).

    b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti langkah-

    langkah kerja dengan seksama dan teliti.

    c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material

    terbuat dari besi/baja.

    d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

  • 37

    IV. Peralatan dan Bahan

    A. Peralatan :

    1. Kunci-kunci sekrup

    2. Palu kayu

    3. Waterpass batang

    4. Rol meter

    5. Siku besi

    B. Bahan :

    1. Plat cetakan dinding (skydeck set)

    2. Gelagar (girder)

    3. Siku cetakan (beam bracket)

    4. Kelabang (beam width adjusment bar)

    5. Penyokong cetakan (push-pull props set)

    V. Langkah Kerja :

    1. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan. Pastikan semua dalam keadaan

    baik.

    2. Ukur ketinggian dinding yaitu dari dasar sampai pada permukan tinggi dinding yang

    disesuaikan dengan plat cetakan dinding.

    3. Dirikan plat acuan dinding dan dirangkai secara tegak lurus dengan mengancingkan

    baut-bautnya dari bawah sampai ke atas.

    4. Pasang penyokong acuan dinding sambil dicek ketegakannya dengan watrpass batang.

    5. Rangkaikan lagi plat acuan dinding secara sejajar dan memanjang, sesuai dengan

    ukuran yang telah ditentukan di kedua sisi yang saling tegak lurus sambil diperhatikan

    ketegakannya.

    6. Pasang penyokong acuan dinding agar acuan dinding tetap berdiri tegak.

    7. Lanjutkan langkah ke-3 s/d langkah ke-6 untuk sisi bagian dalam dengan pemasangan

    secara terbalik.

    8. Pembuatan penahan dinding sbb :

    a. Letakkan beam width adjusment bar di lantai. Letakkan 2 bh girder di atas beam

    width adjusment bar secara sejajar.

  • 38

    b. Dari atas 2 buah girder tersebut letakkan 2 buah beam bracket dengan saling

    berhadapan bagian sudutnya. Penempatan beam bracket yang satu letaknya di

    bagian ujung girder dan beam bracket yang satunya diletakkan 40 cm dari bagian

    ujung girder lainnya.

    c. Buat beberapa buah penahan dinding tersebut di atas untuk penempatan setiap

    lembaran plat acuan dinding. Jadi jumlahnya adalah sebanyak jumlah lembaran

    plat acuan dinding bagian dalam.

    9. Letakkan penahan dinding yang dibuat pada langkah ke-8 tersebut di atas pada setiap

    plat acuan dinding bagian dalam.

    10. Untuk mengatur jarak/spasi ketebalan dinding, letakkan pipa PVC yang telah

    dipotong-potong sepanjang 20 cm (sesuai tebal dinding yang akan dibuat).

    11. Dari lobang-lobang yang terdapat pada plat acuan dinding, masukkan besi ulir sambil

    memasukkan pipa PVC yang telah dipotong tadi sebagai pembatan ketebalan dinding

    yang akan dibuat.

    12. Kancing besi ulir tersebut di kedua sisi, dimana sisi yang satu dikancingkan pada

    girder penahan dinding, sementara yang lainnya dikancing pada plat yang telah

    menyatu dengan plat acuan dinding.

    13. Lakukan langkah ke-12 di atas, sampai seluruh bagian, penahan dinding dan plat pada

    acuan dinding terpasang semuanya.

    14. Cek kembali ketegakan dinding, kesikuan sudut dinding dan pastikan semuanya telah

    sesuai.

    15. Periksakan kepada instruktur/dosen untuk penilaian jika pekerjaan pembuatan acuan

    dan perancah dinding telah selesai.

  • 39

    VI. GAMBAR KERJA

    Pertemuan sudut bagian dalam pada acuan dinding

    Pemasangan push-pull props set dengan plat acuan dinding

  • 40

    Pemasngan besi ulir dan pipa PVC sebagai penentuan tebal dinding

  • 41

    DAFTAR PUSTAKA

    Construction Bullettin. (1999). Occupational Safety and Health Service. No. 11 –

    December. Department of Labour. Wellington. New Zealand.

    PEDC Politeknik ITB. (1982). Pedoman Acuan Perancah. Bandung.

    Badan Standardisasi Nasional. (2000). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SNI

    Kayu 2002, Bahan Konsensus) . Jakarta.

    Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Rektorat jenderal Pengusahaan Hutan. (1987).

    Standar Kayu Lapis Struktural Indonesia (SKI.C – bo – 002;1987). Edisi pertama.

    Jakarta.

    Brosur dan spesifikasi perancah. (2000). Slab & Beam, Formwork & Scaffolding by :

    Beton Concrete Form specialist.

    Yaldi, G. Datu, I.K. (2001). Efisiensi Pemanfaatan Bekisting Sistem Kayu dan Sistem Peri

    pada Bangunan Gedung Bertingkat. Tugas Akhir D-IV. Politeknik Negeri Bandung.