Upload
daniel-wijaya
View
96
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
potensiometri
Citation preview
ANALITIK INSTRUMEN
POTENSIOMETRI
LAPORAN
Oleh
Kelompok 7
Rahmi Pujiyati Putri 111411025
Rizky Sukmariyansyah 111411026
Teguh Taufiqurohim 111411027
Kelas 1A
Dosen Pembimbing : Agustinus Ngatin
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2012
Tanggal Penyerahan Laporan : 26 Maret 2012
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012
A. TUJUAN
1. Memipet larutan dengan alat ukur yang tepat dan benar
2. Memilih elektroda indikator sesuai dengan jenis reaksi yang terjadi
3. Mengkondisikan alat (mengatur posisi tombol) dengan tepat dan benar hingga
diperoleh kurva yang simetris
4. Menentukan titik ekivalen dengan tepat dan benar
5. konsentrasi larutan yang diuji (analit) dengan benar
B. DASAR TEORI
Titrasi adalah satu metoda analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran
volume penitran saat konsentrasi penitran ekivalen dengan konsentrasi analit atau dikenal
dengan titik ekivalen. Untuk menentukan titik ekivalen dapat menggunakan indikator
senyawa kimia atau elektroda. Bila elektroda yang digunakan berdasarkan pengukuran
potensialnya, maka disebut titrasi potensiometri. Dari titrasi potensiometri dapat
digambarkan kurva normal yang berbentuk sigmoid (kurva pH atau ∆ E terhadap volume
penitraan) dan kurva turunan kedua (kurva ∆2pH/∆V2 atau ∆2E/∆V2 terhadap volume
penitraan). Tetapi kebanyakan peralatan hanya mampu hingga pembuatan kurva turunan
pertama saja.
Titrasi potensiometri merupakan metoda yang menggunakan alat bantu elektroda
untuk menentukan titik ekivalen. Metoda titrasi ini lebih teliti jika dibandingkan dengan
titrasi manual yang masih menggunakan indikator senyawa kimia, seperti indikator
phenoftalin pada titrasi asam basa. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada
indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan
keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik
akhir titrasi dengan indikator.
Bebepara alat yang dapat digunakan untuk titrasi potensiometri, diantaranya
potensiograf dan titroprosesor. Titroprosesor lebih teliti dibandingkan potensiograf
karena lebih peka dan dapat langsung menentukan titik ekivalen. Kelemahan system
titroprosesor adalah mudah sekali dipengaruhi oleh pengotor yang berasal dari larutan
yang dititrasi maupun elektroda yang digunakan.
Dalam suatu titrasi potensiometri, titik akhir ditemukan dengan menentukan
volume yang menyebabkan suatu perubahan yang relatif besar dalam potensial apabila
Potensiometri | 1
titran ditambahkan (Hendayana, 2001 : 4.25). Volume yang menyebabkanperubahan
dalam potensial tersebut disebut titik ekivalen, yaitu pada saat larutan setimbang.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi
pembentukan kompleks ,reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada
reaksi redoks bisa menggunakan K2Cr2O7 sebagai titran, FeSO4 sebagai analit, dan
elektroda yang digunakan adalah elektroda Pt (Platina).
Pengukuran potensial dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :
- awal titrasi
- sebelum mencapai titik ekivalen
- saat mencapai titik ekivalen
- setelah melewati titik ekivalen
Dari tahap-tahap tersebut dapat digambarkan kurva titrasi. Kurva turunan pertama dan
kedua berfungsi untuk menentukan letak titik ekivalen yang tepat dan teliti, sedangkan
kurva normal berfungsi untuk mengamati perbandingan kekuatan analit dan penitraan
atau perbandingan konnsentrasi analit dengan penitraan. Bila tidak sebanding umumnya
kurva tidak simetris.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Dosimat 660 dan Titroprocessor (1 buah)
2. Elektroda Platina (1 buah)
3. Magnetik stirrer (1 buah)
4. Gelas kimia 250 mL (2 buah)
5. Pipet seukuran 5 mL (1 buah)
6. Pipet Volume 10 mL (1 buah)
7. Bola hisap (1 buah)
8. Batang pengaduk (1 buah)
9. Botol semprot (1 buah)
Potensiometri | 2
Bahan
1. Larutan FeSO4 0,1 N
2. Larutan FeSO4.7H2O 0,1001 N
3. Larutan H2SO4 1 N 2,5 %
4. Larutan K2Cr2O7 0,1 N
5. Aquades
D. PROSEDUR KERJA
1. Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4
Larutan K2Cr2O7 0,1 N
Potensiometri | 3
Dosimat
Memasang elektroda Platina pada socket bagian belakang titroprosesor
Menyalakan alat titroprosesor
Membersihkan elektroda dengan aquades kemudian dilap dengan
tissue bersih
Memasukan 5 mL larutan FeSO4 + 10 mL larutan H2SO4 2,5 % +
aquades sampai elektroda tercelup kedalam gelas kimia 250 mL
Mengatur alat untuk memulai titrasi
2. Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4.7H2O
Larutan K2Cr2O7 0,1 N
Potensiometri | 4
Memulai titrasi dari 0 mL dan mencatat potensial yang terbaca oleh
alat setiap penambahan 0,5 mL sampai potensial yang terbaca
terlihat konstan
Mengangkat dan membilas elektroda dengan aquades
Mematikan alat titroprosesor kemudian mencabut alat yang terhubung ke sumber listrik
Memasang elektroda Platina pada socket bagian belakang titroprosesor
Menyalakan alat titroprosesor
Membersihkan elektroda dengan aquades kemudian dilap dengan
tissue bersih
Memasukan 5 mL larutan FeSO4.7H2O + 10 mL larutan H2SO4
2,5 % + aquades sampai elektroda tercelup kedalam gelas kimia 250
mL
Mengatur alat untuk memulai titrasi
Dosimat
E. DATA PENGAMATAN
1. Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4 2. Titrasi Redoks K2Cr2O7 -FeSO4.7H2O
F. PENGOLAHAN DATA
Potensiometri | 5
Memulai titrasi dari 0 mL dan mencatat potensial yang terbaca oleh
alat setiap penambahan 0,5 mL sampai potensial yang terbaca
terlihat konstan
Mengangkat dan membilas elektroda dengan aquades
Mematikan alat titroprosesor kemudian mencabut alat yang terhubung ke sumber listrik
V K2Cr2O7(mL) E (mV) dE/dV (mV/mL)
0 374 -
0.5 383 18
1 394 22
1.5 404 20
2 414 20
2.5 423 18
3 434 22
3.5 446 24
4 461 30
4.5 485 48
5 505 40
5.5 518 26
6 534 32
6.5 546 24
7 559 26
7.5 574 30
8 590 32
8.5 601 22
9 615 28
9.5 624 18
10 629 10
V K2Cr2O7(mL) E (mV) dE/dV (mV/mL)
0 393 -
0.5 404 22
1 417 26
1.5 434 34
2 456 44
2.5 505 98
3 535 60
3.5 557 44
4 580 46
4.5 595 30
5 604 18
5.5 616 24
6 621 10
6.5 625 8
7 628 6
7.5 631 6
8 634 6
1. Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4
a. Kurva Normal
b. Kurva Turunan Pertama
Potensiometri | 6
Kurva Normal Kurva Turunan Pertama
V K2 Cr 2O 7. N K2 Cr 2O 7
= V FeSO4. N FeSO4
V K2 Cr 2O 7. N K2 Cr 2O 7
= V FeSO4. N FeSO4
5,5 mL . 0,1 N = 5 mL . N FeSO44,5 mL . 0,1 N = 5 mL . N FeSO4
N FeSO4 =
5,5 mL .0,1 N5 mL
N FeSO4 =
4,5 mL .0,1 N5 mL
N FeSO4 = 0,11 N N FeSO4
= 0,09 N
2. Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4.7H2O
Potensiometri | 7
Kurva Normal Kurva Turunan Pertama
Volume titran (mL) K2Cr2O7 0,1 N 5,5 4,5
a. Kurva Normal
Potensiometri | 8
b. Kurva Turunan Pertama
Kurva Normal
V K2 Cr 2O 7. N K2 Cr 2O 7
= V FeSO4 .7 H 2O. N FeSO4 .7 H 2O
2,9 mL . 0,1 N = 5 mL . N FeSO4 .7 H 2O
N FeSO4 .7 H 2O = 2,9 mL .0,1 N
5 mL
N FeSO4 .7 H 2O = 0,058 N
Potensiometri | 9
Kurva Normal Kurva Turunan Pertama
Volume titran (mL) K2Cr2O7 0,1 N 2,9 2,5
Kurva Turunan Pertama
V K2 Cr 2O 7. N K2 Cr 2O 7
= V FeSO4 .7 H 2O. N FeSO4 .7 H 2O
2,5 mL . 0,1 N = 5 mL . N FeSO4 .7 H 2O
N FeSO4 .7 H 2O = 2,5 mL .0,1 N
5 mL
N FeSO4 .7 H 2O = 0,05 N
3. Reaksi
Reduksi : Cr2O7 2- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7 H2O Eo = - 0,771 V
Oksidasi : 6Fe2+ 6Fe3+ + 6e Eo = + 1,33 V
Cr2O7 2- + 6 Fe2+ + 14 H+ 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7H2O Esel = +0,559 V
G. PEMBAHASAN
1. Pembahasan Oleh Rahmi Pujiyati Putri (111411025)
Pada percobaan, kami melakukan titrasi potensiometri redoks (reduksi dan
oksidasi) dengan alat titroprosesor dengan larutan K2Cr2O7 0,1 N (sebagai titran),
FeSO4 0,1 N (sebagai analit pertama ), dan FeSO4.7H2O 0,001N (sebagai analit
kedua). Pada reaksi redoks, berdasarkan data tabel potesial reduksi, nilai potensial
reduksi Fe2+ lebih kecil di bandingkan Cr2O72-. Sehingga Cr2O7
2- mengalami reduksi
dan Fe mengalami oksidasi. Harga potensial sel dari reaksi di atas adalah sebesar
+0,559 V, sehingga reaksi berlangsung spontan. Dari kurva sigmoid yang dibuat
diperoleh data bahwa titik ekivalen berada ketika volume K2Cr2O7 sebesar 5,5 ml.
Dari data tersebut kita dapat menghitung konsentrasi Fe2+ dengan rumus V1N1=V2N2
dan di dapatkan sebesar 0,11N ( berdasarkan kurva normal ). Sedangkan berdasarkan
kurva turunan pertama titik ekivalen berada ketika K2Cr2O7 sebesar 4,5 mL dan
konsentrasi Fe2+ didapatkan sebesar 0,09 N. Kemudian untuk percobaan kedua yaitu
titrasi K2Cr2O7 dengan FeSO4.7H2O titik ekivalen berada ketika volume titran
K2Cr2O7 2,9 mL dan konsentrasi Fe3+ sebesar 0,058 N (berdasarkan kurva normal).
Potensiometri | 10
Sedangkan berdasarkan kurva turunan pertama titik ekivalen berada ketika K2Cr2O7
sebesar 2,5 mL dan konsentrasi Fe3+ didapatkan sebesar 0,05 N.
Hasil perhitungan eksperimen menunjukkan perbedaan nilai konsentrasi
dengan nilai yg konsentrasi analit yang diketahui. Misalnya utk percobaan ini
diketahui analit FeSO4 berkonsentrasi 0,1 N namun dari hasil perhitungan didapatkan
nilai konsentrasinya 0,11 berdasrkan kurva normal, dan 0,09 berdasarkan kurva
turunan pertama, hal ini dikarenakan system titroprosesor mudah sekali ( sensitive )
dipengaruhi oleh pengotor yang berasal dari larutan yang dititrasi maupun dari
elektroda yang digunakan. Sehingga dalam melakukan percobaan kita harus lebih
teliti dan lebih bersih.
Pada percobaan ini kita menggunakan elektroda platina untuk mengukur beda
potensial. Elektroda platina yang dimaksudkan merupakan elektroda yang telah di
gabung sehingga di dalamnya telah ada elektroda pembanding dan elektroda
penunjuknya.
Metoda titrasi potensiometri lebih teliti jika dibandingkan dengan titrasi
manual yang masih menggunakan indicator senyawa kimia. Penggunaan alat
Titroprosesor lebih teliti dibandingkan potensiograf karena lebih peka dan dapat
langsung menentukan titik ekivalen.
2. Pembahasan Oleh Rizky Sukmariyansyah (111411026)
Pada praktikum ini yang akan dilakukan ialah menentukan titik ekivalen
dengan menggunakan alat bantu elektroda. Elektroda yang dipakai untuk praktikum
ini ialah elektroda platina. Dalam percobaan ini digunakan K2Cr2O7 0,1 N sebagai
titran dan larutan FeSO4 serta FeSO4.7H2O sebagai larutan analit. Dalam setiap
larutan FeSO4 dan FeSO4.7H2O ditambahkan H2SO4 untuk menambahkan suasana
asam.
Titrasi dimulai dengan larutan FeSO4. Pada setiap penambahan 0,5 ml titran,
catatlah berapa besar potensial yang terbaca. Hal ini dilakukan hingga penambahan
sampai 10 ml titran. Selanjutnya dilakukan hal yang sama pada larutan FeSO4.7H2O.
Tetapi penambahan titran hanya sampai 8 ml saja karena besar potensial yang didapat
sudah stabil.
Dari praktikum ini akan didapat data berupa besar potensial dari masing-
masing larutan dengan penambahan volume titran yang bervariasi. Dari data tersebut,
selanjutnya dibuat kurva normal dan kurva turunan pertama. Untuk larutan FeSO4
Potensiometri | 11
dari kurva normal, titik ekivalennya sebesar 5,5 ml dan dari kurva turunan pertama
titik ekivalennya sebesar 4,5 ml. Untuk larutan FeSO4.7H2O dari kurva normal titik
ekivalennya sebesar 2,9 ml dan dari kurva turunan pertama titik ekivalennya sebesar
2,5 ml. Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa titik ekivalen pada kurva normal
nilainya tidak terlalu jauh dengan titik ekivalen pada kurva turunan pertama.
Setelah diketahui titik ekivalen dari masing-masing larutan analit, maka
dilakukan perhitungan untuk menentukan konsentrasi dari tiap larutan analit. Dari
hasil perhitungan didapat bahwa konsentrasi FeSO4 adalah 0,09 N dan konsentrasi
FeSO4.7H2O adalah 0,05 N.
3. Pembahasan Oleh Teguh Taufiqurohim (111411027)
Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalitik penentuan titik
ekivalen suatu reaksi (titrasi) sehingga dapat diketahui konsentrasi suatu larutan.
Dalam praktikum ini menggunakan larutan K2Cr2O7 0,1 N sebagai titran dan larutan
FeSO4 serta FeSO4.7H2O sebagai larutan analit. Adapun penambahan larutan H2SO4
pada masing-masing larutan analit pada saat titrasi adalah untuk menambah suasana
asam pada larutan analit tersebut.
Metode elektroanalitik mengunakan elektroda dalam penentuan titik
ekivalennya. Elektroda yang digunakan pada praktikum ini adalah elektroda platina.
Pada saat praktikum, data yang dicari adalah potensial yang terbaca pada alat setiap
penambahan 0,5 mL volume titran sampai potensial yang terbaca terlihat konstan.
Diperoleh data dari masing-masing larutan analit tersebut. Selanjutnya dibuat
kurva normal dan kurva turunan pertama dari data tersebut untuk masing-masing
larutan analit. Untuk larutan analit FeSO4 dari kurva normal didapat titik ekivalennya
sebesar 5,5 mL dan dari kurva turunan pertama didapat titik ekivalennya sebesar 4,5
mL. Sedangkan untuk larutan analit FeSO4.7H2O dari kurva normal didapat titik
ekivalennya sebesar 2,9 mL dan dari kurva turunan pertama didapat titik ekivalennya
sebesar 2,5 mL. Secara teori, titik ekivalen yang didapat dari kurva turunan pertama
lebih teliti dari pada titik ekivalen yang didapat dari kurva normal.
Setelah titik ekivalen masing-masing larutan telah diketahui, maka
berdasarkan persamaan mol didapat konsentrasi FeSO4 adalah 0,09 N dan konsentrasi
FeSO4.7H2O adalah 0,05 N.
Potensiometri | 12
H. SIMPULAN
1. Memipet 5 mL larutan analit dengan menggunakan pipet seukuran agar lebih teliti.
2. Menggunakan elektroda platina dalam reaksi elektroanalisis.
3. Dari data yang diperoleh, dibuat dua kurva yaitu kurva normal dan kurva turunan
pertama dari setiap larutan analit sehingga dapat diketahui volume titrannya.
4. Diperoleh data :
Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4
Titrasi Redoks K2Cr2O7 - FeSO4.7H2O
Volume titran atau titik ekivalen yang didapat dari kurva turunan pertama lebih teliti dari
pada dari kurva normal.
5. konsentrasi FeSO4 = 0,09 N
konsentrasi FeSO4.7H2O = 0,05 N.
Potensiometri | 13
Kurva Normal Kurva Turunan Pertama
Volume titran (mL) K2Cr2O7 0,1 N 5,5 4,5
Kurva Normal Kurva Turunan Pertama
Volume titran (mL) K2Cr2O7 0,1 N 2,9 2,5
I. DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, Sumar, dkk.2001.Kimia Analitik Instrumen.Jakarata : Pusat PenerbitanUniversitas Terbuka
Marlina, Ari, dkk.2010.”Buku Bahan Ajar Instrumensasi Analitik”.Bandung : PoliteknikNegeri Bandung
2011.”Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen”.Bandung : Politeknik NegeriBandung
Potensiometri | 14