12
MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin

Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

  • Upload
    sanusi

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengetahui limbah limbah zat industri

Citation preview

Page 1: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT

Oleh :

Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin

Page 2: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

1

Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

Fenomena yang sering timbul berkaitan dengan permasalahan lingkungan

hidup akan senantiasa muncul terus menerus secara serius diberbagai pelosok bumi

sepanjang masyarakat di bumi ini tidak sesegera mungkin memikirkan dan

mengusahakan keselamatan serta keseimbangan ekosistem lingkungan. Demikian

pula yang terjadi di Indonesia, bahwa permasalahan lingkungan hidup menjadi

sebuah problem yang seolah-olah seperti dibiarkan menggelembung sejalan dengan

meningkatnya intensitas pertumbuhan industri, walaupun industrialisasi tersebut saat

ini sedang menjadi sebuah prioritas utama dalam pembangunan. Bila kita amati

bahwa sebagian besar korban ataupun kerugian yang timbul justru harus ditanggung

oleh masyarakat luas tanpa adanya sebuah kompensasi yang sebanding dari pihak

industri tersebut.

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah

menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang

saat ini didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Potensi

industri penyamakan kulit di Indonesia tercermin dari data yang ada, dimana pada

tahun 1994 terdapat 586 jumlah perusahaan yang terdiri dari industri kecil sebesar

489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit dan sisanya adalah industri besar

dengan kapasitas produksi sebesar 70,994 ton (Dirjen industri aneka 1995 dalam

Zaenab, 2008).

Kulit jadi merupakan kulit yang telah melalui proses pengolahan

(penyamakan). Proses penyamakan menggunakan air yang relatif lebih banyak

begitu pula dengan beberapa jenis bahan kimia. Berdasarkan hal tersebut

menyebabkan bahwa industri ini tentunya akan menghasilkan limbah cair yang

mengandung berbagai polutan organik, baik dari bahan baku itu sendiri maupun

polutan kimia dari bahan-bahan pembantu yang digunakan selama proses

penyamakan berlangsung. Selain itu dihasilkan pula limbah padat berupa hasil

TEKNOLOGI PENGOLAHAN

LIMBAH INDUSTRI KULIT

Page 3: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

2

pembuangan daging, hasil pembuangan bulu serta lemak. Limbah padat banyak

mengandung kapur, garam dan bahan kimia pembantu. Kandungan garam dalam

limbah lebih banyak berasal dari sisa hasil penggaraman kulit saat dilakukan proses

pengawetan.

Sebagian besar industri kulit di Indonesia merupakan industri rumah tangga

dan industri kecil yang berkembang di wilayah-wilayah tertentu sehingga

membentuk sentra industri. Industri ini mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu

berkembang dengan modal usaha kecil, teknik produksi yang sederhana, belum

mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang

dihasilkan sampai baku mutu yang dipersyaratkan, kesehatan dan keselamatan kerja

belum menjadi perhatian. Begitu pula dengan kegiatan riset dan pengembangan juga

dapat dikatakan masih sangat minim. Dengan kondisi yang demikian ini maka

sebagian besar industri kulit masih harus mendapat uluran tangan dari pihak

pemerintah dalam upaya pengembangan usaha, peningkatan teknik produksi untuk

meningkatkan kualitas produk, penerapan teknologi proses produksi yang lebih

ramah lingkungan dan usaha pengolahan limbah secara tepat guna untuk pelestarian

lingkungan. Sebuah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di salah satu industri

penyamakan kulit di Yogyakarta secara jelas tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) industri penyamakan kulit

PT. Adhi Satya Abadi (ASA), Yogyakarta

Page 4: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

3

Industri penyamakan kulit menggunakan bahan kimia yang sifatnya berbahaya

dan beracun di hampir setiap tahapan proses penyamakan, terutama pada tahapan

pra-tanning dan tanning. Bahan-bahan kimia yang digunakan hanya berkisar 70%

saja yang terikat pada kulit sedangkan sisanya terdapat dalam bentuk limbah cair

maupun limbah padat. Bahan-bahan kimia yang merupakan hasil buangan proses

tersebut sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan karena sifatnya yang sangat

kompleks dan sulit untuk ditangani. Disamping itu limbah yang dihasilkan selama

proses pra-tanning dan pasca tanning baik sebagai limbah fleshing, triming, spliting,

shaving dan buffing maupun hasil hidrolisis selama proses pra-tanning dapat

mengalami proses pembusukan serta dapat menimbulkan gas dan bau yang sangat

menyengat.

Penanganan limbah membutuhkan teknologi yang maju, peralatan yang

mahal, sumber daya manusia yang berkualitas dan biaya tinggi. Penanganan limbah

juga tidak menyelesaikan masalah, hanya mengubah dari fase satu ke fase lainnya

dan memindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam perkembangan

selanjutnya, para ahli kimia dan penyamakan kulit selalu berusaha untuk mencari

pengganti bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun ini dengan bahan-bahan

alternatif lain yang lebih ramah lingkungan, melakukan evaluasi secara rutin,

mengubah, memperbaiki dan memperbarui metode penyamakan agar menjadi lebih

efisien, menggunakan kembali, mendaur ulang dan memanfaatkan limbah guna

meminimalisir limbah yang dihasilkan. Strategi pengelolaan lingkungan yang

bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses

produksi maupun daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko

terhadap manusia dan lingkungan ini dikenal dengan istilah Produksi Bersih (cleaner

production).

Penerapan Konsep Produksi Bersih

Produksi bersih (cleaner production) didefinisikan sebagai segala upaya yang

dapat mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan atau kontaminan yang terbuang

melalui saluran pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan termasuk emisi-

emisi yang cepat menguap di udara sebelum didaur ulang, diolah atau dibuang

(Erliza Noor, 2006 dalam Triatmojo, 2009).

Page 5: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

4

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya

mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus

produksi (UNIDO, 2002). Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan

lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan secara terpadu yang perlu

diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan

tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003). Hal

tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan

tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi dan air,

mendorong performansi lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumber-

sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap

lingkungan (UNIDO, 2002). Salah satu aplikasi produksi bersih adalah pemanfaatan

limbah menjadi produk yang bernilai ekonomi seperti tampak pada Gambar 2.

Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang

merupakan salah satu indikator in-efisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan

tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi

terbentuknya limbah serta memanfaatkan limbah yang terbentuk melalui daur ulang.

Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena

penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi

sumber pendapatan (Anonim, 2007). Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan

oleh UNEP (United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan

diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion of

Cleaner Production di Canterbury, Inggris dan Indonesia telah sepakat untuk

Gambar 2. Pengukuran suhu pada limbah padat dan pemanfaatan

produk limbah padat industri penyamakan kulit

sebagai bahan flafon atap rumah

Page 6: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

5

mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut (Indrasti dan Fauzi,

2009).

Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih adalah

pencegahan, terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi

pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segala upaya dilakukan

untuk mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan dalam konsep

produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya

manusia, teknologi, finansial, manajerial dan lingkungan. Strategi produksi bersih

menekankan adanya upaya pengelolaan lingkungan secara terus-menerus. Suatu

keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan merupakan akhir

suatu upaya, melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan

berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti risiko

keamanan, kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilangnya sumber daya alam

maupun biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu

strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan

pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan

pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah serta

memperkuat daya saing produk di pasar internasional (Indrasti dan Fauzi, 2009).

Mengapa diperlukan adanya produksi bersih? Industri di Indonesia semakin

hari semakin berkembang baik macam maupun jumlahnya, sehingga dihasilkan

limbah yang volumenya juga semakin meningkat, karakteristik limbahnya semakin

kompleks dan semakin sulit penanganannya, serta membutuhkan dana yang tidak

sedikit. Disamping itu penanganan limbah (end of pipe treatment) lebih mahal

dibanding dengan pencegahan dari awal. Sebagai contoh penyamakan kulit dengan

bahan baku kulit segar lebih cepat prosesnya, lebih sedikit air yang diperlukan serta

lebih sederhana limbah yang dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan bahan

baku kulit garaman. Sudah banyak peraturan yang dibuat untuk mengatur tentang

industri dan buangan limbahnya agar lingkungan tidak tercemar, namun hal ini tidak

memecahkan masalah karena ternyata masih banyak industri yang membuang

limbahnya secara sembarangan. Penanganan limbah hanya memindahkan masalah

Page 7: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

6

dari satu tempat ke tempat lainnya. Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi faktor

penting dalam persaingan perdagangan global. Perlu antisipasi terhadap Standar

Internasional dalam sistem manajemen lingkungan misalnya ISO 14000 dan

ecolabelling. Produksi bersih adalah alternatif untuk mewujudkan konsep strategi

manajemen lingkungan. Pada banyak negara (Eropa dan Amerika) telah terbukti

bahwa penerapan teknologi bersih memberikan hasil yang efektif terhadap

pengelolaan lingkungan.

Prinsip-prinsip pokok dalam produksi bersih menurut Purwanto (2009)

adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi,

menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi

terbentuknya limbah pada sumbernya

2. Mencegah dari atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan

lingkungan serta risikonya terhadap manusia

3. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur

hidup dari produk tersebut

4. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan

dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik dari pihak

pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia (industriawan). Selain itu juga,

perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang

telah mempertimbangkan aspek lingkungan.

5. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar

operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut

tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali

waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi akan relatif lebih

singkat.

6. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan sendiri

dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada pengaturan secara

command control. Jadi, pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya

mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran

untuk mengubah sikap dan tingkah laku.

Page 8: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

7

Produksi bersih dapat dijadikan sebagai sebuah model pengelolaan

lingkungan dengan mengedepankan efisiensi yang tinggi pada sebuah industri,

sehingga produksi limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan

produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi,

adanya penghematan dan kinerja lingkungan sehingga menjadi lebih baik. Penerapan

produksi bersih di suatu kawasan industri dapat digunakan sebagai pendekatan untuk

mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.

Konsep produksi bersih dikembangkan berdasarkan pada empat prinsip

utama yaitu :

1. Prinsip kehati-hatian, produsen mempunyai tanggung jawab yang utuh dalam

memproduksi suatu barang agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan

2. Prinsip pencegahan, didalam proses produksi semua orang yang terlibat penting

untuk memahami siklus hidup produk dari pemilihan bahan baku hingga

terbentuknya limbah

3. Prinsip demokrasi, diperlukan adanya komitmen dan keterlibatan semua pihak

dalam rantai produksi dan konsumsi dan

4. Prinsip holistik, yaitu pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumberdaya

lingkungan dan konsumsi, sebagai satu daur yang tidak dapat dipisah-pisahkan

(Erliza Noor, 2006 dalam Triatmojo, 2009).

Disamping manfaat terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan,

teknologi produksi bersih memberi peluang untuk menurunkan biaya produksi dan

meningkatkan kualitas produk. Usaha kecil dan mikro mendapat keuntungan dari

penerapan produksi bersih melalui penggunaan input dan peralatan yang lebih

efisien, memperoleh barang dengan kualitas lebih baik dan pengurangan biaya

pengolahan limbah. Pengalaman menunjukkan bahwa dengan pola pendampingan,

usaha kecil dan mikro dapat melakukan identifikasi peluang produksi bersih yang

menghasilkan keuntungan lebih dengan sedikit bahkan sama sekali tanpa

penambahan investasi. Banyak perusahaan yang memperoleh manfaat finansial dan

lingkungan yang cukup signifikan setelah menerapkan teknologi produksi bersih ini.

Hal ini menunjukkan bahwa produksi bersih merupakan pilihan pertama untuk

menyelesaikan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi oleh usaha kecil dan

mikro (Anonim, 2009 dalam Triatmojo, 2009).

Page 9: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

8

Sumber dan Karakteristik Limbah Industri Penyamakan Kulit

Parameter-parameter berikut ini penting dalam mendefinisikan daya cemar

limbah dari kegiatan penyamakan kulit, yakni : BOD (Biochemical Oxygen

Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), krom (keseluruhan), minyak dan

lemak, sulfida, nitrogen total dan pH.

Limbah cair

Penggunaan air untuk proses penyamakan kulit dari tahun ketahun terdapat

kecenderungan semakin menurun. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada

penelitian khusus tentang penggunaan air untuk tiap 25 kg kulit, namun berdasarkan

pengamatan, pemakaian air bisa mencapai 30-70 l/kg kulit mentah yang diproses.

Jumlah kisaran penggunaan air pada setiap proses pada kulit secara ringkas disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran pemakaian air pada proses penyamakan kulit

Macam Proses Pemakaian air l/kg kulit mentah

Kulit besar (hide) samak krom

Kulit besar (hide) samak nabati

Kulit kecil (skin)

Kulit kecil (skin) berbulu tersamak

30-50

20-40

30-60

50-100

Sumber : Clanfero 1993 dalam Zaenab (2008)

Pengolahan limbah diperlukan untuk mengurangi konsentrasi beberapa zat

pencemar dalam limbah cair. Aliran yang mengandung sulfida dapat dioksidasi

untuk mengurangi kadar sulfida. Krom hampir selalu berada pada kondisi valensi 3

(trivalent), oleh karena itu tidak perlu dilakukan reduksi untuk membentuk molekul

heksavalennya. Aliran yang mengandung krom dapat diendapkan dengan

menggunakan tawas, garam besi atau polimer pada pH tinggi. Krom mungkin dapat

diperoleh kembali dengan menyaring endapan, melarutkannya dalam asam serta

menggunakannya untuk proses penyamakan.

Proses pengolahan primer lain meliputi penyaringan, ekualisi dan

pengendapan untuk mengurangi BOD dan memperoleh padatan kembali. Pengolahan

secara kimia dengan menggunakan tawas, kapur tohor, fero-chlorida atau

polielektrolit lebih lanjut dapat mengurangi BOD. Sistem pengolahan secara biologi

Page 10: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

9

bekerja efektif. Keragaman laju alir dan kadar limbah mungkin sangat besar, karena

itu harus digunakan sistem penyamakan atau sistem laju alir tinggi. Sistem anaerob

efektif, tetapi dapat mengeluarkan bau tajam yang dapat mengganggu daerah

pemukiman sekitarnya. Sistem-sistem parit oksidasi, kolam aerob, saringan tetes dan

lumpur teraktifkan sudah banyak digunakan. Sistem anaerob dan aerob merupakan

sistem yang murah dan efektif apabila dirancang dan dioperasikan secara baik serta

fasilitas tanah yang cukup tersedia. Apabila diperlukan dapat digunakan suatu sistem

untuk menghilangkan tingkat nitrogen yang tinggi. Dalam operasi baru telah

digunakan adsorbsi (penyerapan) karbon dan pengayakan mikro untuk mengurangi

zat pencemar sampai pada tingkat yang rendah.

Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri

penyamakan kulit dapat dibedakan atas beberapa tahapan proses yakni sebagai

berikut :

a. Air limbah proses perendaman (soaking)

Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral,

debu serta kotoran lain atau bahkan bakteri antraks. Pada proses perendaman, air

limbah cairnya berbau busuk, kotor dengan kandungan SS (Suspended Solid)

berkisar 0,05-0,1%. Volume limbah soaking berkisar antara 2,5-4 l/kg kulit, pH

7,5-8. Total solid 8.000- 28.000 mg/l dan kandungan SS 2,5- 4 mg/l. Air limbah

soaking juga mengandung garam dan bahan organik lain yang akan

mempengaruhi BOD, COD dan SS.

b. Air limbah proses pembuangan bulu (unhairing) dan pengapuran (liming)

Air limbah dari proses ini berwarna putih kehijauan serta kotor, berbau

menyengat, pH air limbah pada proses ini berkisar antara 9-10, mengandung

kalsium, natrium disulfida (Na2S), albumin, bulu, sisa daging dan lemak. Kadar

SS berkisar 36%. Air limbah pada proses unhairing mengandung Total Solid

(TS) 16.000-45.000 mg/l, SS 4.500-6.500 mg/l, BOD 1.100-2.500 mg/l, pH

berkisar 10-12,5. Dampak yang ditimbulkan akibat buangan dalam proses

tersebut bahwa air limbah ini berpengaruh besar terhadap air, tanah dan udara.

Pengaruh terhadap air terutama kadar BOD, COD, SS, alkalinitas, sulfida, N-

Page 11: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

10

Organik, N-ammonia. Adanya gas H2S hasil pencemaran ini dapat menyebabkan

terjadinya pencemaran udara.

c. Air limbah proses pembuangan kapur (deliming)

Air limbah pada proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih

kecil dibanding air limbah hasil proses unhairing dan liming. Air limbah pada

proses tersebut mempunyai pH 3-9, TS sebesar 1.200-12.000 mg/l, SS 200-1.200

mg/l dan BOD 1.000-2.000 mg/l. Air limbah tersebut akan menyebabkan

pencemaran air berupa BOD, COD, SS dan N-ammonia. Adanya bahan amoniak

akan menimbulkan pencemaran udara.

d. Air limbah proses pengikisan protein (degreasing)

Pada proses ini air limbah yang dihasilkan memiliki nilai COD, BOD, DS

dan lemak yang relatif lebih tinggi (UNEP, 2003).

e. Air limbah proses pikel (pickling) dan krom (tanning)

Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam,

sejumlah kecil mineral dan krom velensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali

akan terbentuk krom hidroksida, pH berkisar antara 3,5-4, SS berkisar 0,01-0,02

%. Perbedaan antara air limbah pikel dengan penyamakan krom adalah sebagai

berikut :

1) Air limbah pikel mempunyai volume 2-3 l/kg kulit, pH 2,9-4, TS 16.000-

45.000 mg/l, SS 16.000-45.000 mg/l dan BOD 800-22.000 mg/l.

2) Air limbah samak krom menghasilkan volume 4-5 l/kg, pH 2,6-3,2, TS 2.400-

12.000 mg/l, SS 300-1.000 mg/ l dan BOD 800- 1.200 mg/l

3) Air limbah pikel dan krom akan menimbulkan pencemaran air berupa BOD,

COD, SS, DS, asam garam krom dan sisa samak nabati.

f. Air limbah gabungan termasuk proses pencucian.

Pada buangan air limbah gabungan volume air mencapai volume 30-35 l/kg,

pH berkisar antara 7,5-10, TS 10-25 mg/l, SS 1.250-6.000 mg/l dan BOD 2.000-

Page 12: Modul 5.Tekn.limbah Industri Kulit

11

3.000 mg/l. Beban pencemaran air limbah penyamatan kulit dari beberapa tahapan

proses secara jelas disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Gambaran besaran beban pencemaran air limbah penyamakan kulit

dari beberapa tahapan proses

Parameter

Jenis air

Limbah

COD

(mg/l)

BOD

(mg/l)

S

(mg/l)

N.NH

3

(mg/l)

Lema

k

(mg/l)

TSS

(mg/l)

pH

Soaking

Pengapuran

Buang bulu

Pikel

40.576,48

10.964,64

18.555,36

7.454,90

17.000

3.500

5.800

2.400

991,1

448

86,75

147,2

207,6

8

16,35

57,68

217,2

8

944

632

12.54

7

10.12

0

31.20

4

4.154

27.08

5

17.08

4

12

12

5

4

Sunaryo dkk., (1993) dalam Zaenab (2008)

Limbah padat

Didalam proses penyamakan disamping limbah cair, juga menghasilkan

limbah padat sebagai hasil samping. Dikatakan hasil samping karena

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai bahan makanan, obat-

obatan, kosmetik, pupuk, kerajinan dan bahan lainnya. Bahan padat yang

dimaksud antara lain bulu, sisa trimming, fleshing, sisa split, shaving, buffing dan

lumpur.

Banyak limbah padat penyamakan kulit dapat dijual sebagai hasil

sampingan, yaitu pangkasan bulu, daging dan lain-lainnya. Sebagian besar limbah

padat lainnya meliputi sisa bahan organik, babakan nabati dan kulit kayu untuk

penyamakan. Lumpur kapur dan lumpur dari pengolahan air limbah bersifat

merusak tetapi tidak beracun dan biasanya dapat disebar di atas tanah atau

ditimbun dalam tanah. Lumpur dan limbah lain yang mengandung krom lebih

berbahaya dan harus di simpan ditempat penimbunan yang aman.