66
i MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI DI CIGONDEWAH KALER MUHAMMAD AJRON ABDULLAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

i

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH

INDUSTRI DI CIGONDEWAH KALER

MUHAMMAD AJRON ABDULLAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modal Sosial dalam Usaha

Pengelolaan Limbah Industri di Cigondewah Kaler adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Muhammad Ajron Abdullah

NIM. I34200152

Page 3: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

3

ABSTRAK

MUHAMMAD AJRON ABDULLAH. Modal Sosial dalam Usaha Pengelolaan

Limbah Industri di Cigondewah Kaler. IVANOVICH AGUSTA

Masyarakat merespons industri dengan melakukan kegiatan pengelolaan limbah

industri. Perkembangan kegiatan pengelolaan limbah industri yang menjadi

kegiatan usaha telah mengubah sebagian besar mata pencaharian masyarakat di

Cigondewah Kaler. Karakteristik dari usaha pengelolaan limbah industri dapat

dilihat dari sangat berperannya hubungan kekerabatan dalam melaksanakan

kegiatan usaha. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana modal sosial berperan

dalam usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survei dan dilengkapi oleh

pendekatan kualitatif melalui metode wawancara mendalam kepada responden

terpilih yang telah diacak secara random. Analisis kuantitatif dilakukan untuk

melihat adanya hubungan antara tingkat pemanfaatan modal sosial dengan skala

usaha dan tingkat kesejahteraan pengusaha. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha dan

tingkat kesejahteraan pengusaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler.

Kata kunci : skala usaha, tingkat kesejahteraan

ABSTRACT

MUHAMMAD AJRON ABDULLAH. Social Capital in a Waste Management

Business Industry in Cigondewah Kaler. Supervised by IVANOVICH AGUSTA

Community responds to industry by industrial waste management activities. The

development of industrial waste management activities into business activities

have changed most of the people's livelihood in Cigondewah Kaler.

Characteristics of industrial waste management efforts can be seen from the very

strong involvement of relatives in conducting business. This study will analyze

how social capital plays a role in industrial waste management businesses in the

Cigondewah Kaler. This study uses a quantitative approach through survey

methods and complemented by a qualitative approach through in-depth interviews

to selected respondents who had been randomized at random. Quantitative

analysis was done to see the relationship between the level of utilization of social

capital to scale the business and the welfare of entrepreneurs. The results showed

that there is a relationship between the use of social capital to scale the business

and the welfare of industrial waste management businesses in Cigondewah Kaler.

Key words : economic of scale, status of welfare

Page 4: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

4

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH

INDUSTRI DI CIGONDEWAH KALER

MUHAMMAD AJRON ABDULLAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 5: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

5

Judul Skripsi : Modal Sosial dalam Usaha Pengelolaan Limbah Industri di

Cigondewah Kaler

Nama : Muhammad Ajron Abdullah

NIM : I34100152

Disetujui oleh

Dr Ivanovich Agusta, SP, M.Si

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus : ________________

Page 6: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhaanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah modal

sosial dalam kegiatan usaha, dengan judul Modal Sosial dalam Usaha Pengelolaan

Limbah Industri di Cigondewah Kaler.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ivanovich Agusta, SP, M.Si

selaku pembimbing yang telah mecurahkan perhatian dan memberikan masukan

terhadap penyusunan skripsi ini. Terimakasih dan do’a saya haturkan kepada

kedua Orang Tua, terutama Almarhum Ayahanda tercinta H. Dudun Abdulah dan

Ibunda tercinta Hj.Yanti Setiawati yang telah menyayangi dan memberikan doa

serta membiayai pendidikan penulis sampai jejang perguruan tinggi. Terimakasih

kepada rekan-rekan seperjuangan di Departeman SKPM IPB angkatan 47,

Deslaknyo, Mona, Azizah, Annisa, Randy, Saefihim, Ipa Sada Hanami, Adi

Chandra Berampu, dan Ritma yang selama ini menjadi teman diskusi dalam

penelitian. Semua mahasiswa-mahasiswi SKPM angkatan 45, 46, 47, 48, dan 49

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua Dosen yang

telah mencurahkan ilmu dan pengelamannya kepada saya selama berkuliah di

Institut Pertanian Bogor. Kepada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian

Perdagangan Kota Bandung, Kelurahan Cigondewah Kaler, dan seluruh

masyarakat di Cigondewah Kaler, saya mengucapkan terimakasih dan

penghargaan setinggi-tingginya karena telah membantu dalam proses pencarian

data dan informasi mengenai topik penelitian skripsi yang saya kaji.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2014

Muhammad Ajron Abdullah

Page 7: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORETIS 4

Tinjauan Pustaka 4

Pengelolaan Limbah Industri 4

Usaha Mikro Kecil dan Menengah 6

Modal Sosial 7

Tingkat Kesejahteraan 8

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis Penelitian 12

Definisi Operasional 13

PENDEKATAN LAPANGAN 16

Metode Penelitian 16

Lokasi dan Waktu 16

Teknik Pengumpulan Data 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 17

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 19

Kondisi Geografis 19

Kondisi Demografi 19

Kondisi Pendidikan 20

Kondisi Ekonomi 21

Kondisi Sarana dan Prasarana 22

Kondisi Usaha Pengelolaan Limbah Industri 22

RESPONS MASYARAKAT TERHADAP LIMBAH INDUSTRI 25

Pengelolaan Limbah Industri yang Berkembang Menjadi

Kegiatan Usaha

25

Jenis Limbah Industri yang Dikelola oleh Masyarakat

Cigondewah Kaler

27

Karakteristik Usaha Pengelolaan Limbah Industri di Cigondewah

Kaler

29

Page 8: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

8

Ikhtisar 33

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH

INDUSTRI

34

Modal Sosial dalam Aktivitas Jual-Beli Limbah Industri 34

Kepercayaan 34

Jaringan 36

Norma 38

Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Usaha

Pengelolaan Limbah Industri

39

Hubungan antara Pemanfaatan Modal Sosial dengan Skala

Usaha

42

Ikhtisar 43

TINGKAT KESEJAHTERAAN PELAKU USAHA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI DI CIGONDEWAH

KALER

44

Kesejahteraan Ekonomi Pengusaha Limbah Industri 44

Hubungan Skala Usaha dengan Tingkat Kesejahteraan

Pengusaha Limbah Industri di Cigondewah Kaler

46

Ikhtisar 48

PENUTUP 49

Simpulan 49

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 53

RIWAYAT HIDUP 54

Page 9: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

9

DAFTAR TABEL

1 Beberapa sumber dan jenis limbah padat 5

2 Pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah 7

3 Definisi operasional 13

4 Kelompok usia penduduk Cigondewah Kaler 20

5 Tingkat pendidikan formal penduduk Cigondewah Kaler 21

6 Mata pencaharian masyarakat Cigondewah Kaler 21

7 Sebaran Pelaku Usaha pengelola limbah industri di

Cigondewah Kaler

23

8 Pemasok bagi kegiatan usaha pengelolaan limbah industri 26

9 Bentuk pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler 28

10 Hasil kegiatan pengelolaan limbah industri 29

11 Usia pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

29

12 Tingkat pendidikan pelaku usaha pengelolaan limbah industri

di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

30

13 Omzet usaha pengelolaan limbah industri dalam satu tahun di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

31

14 Upah buruh setiap bulan pada usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondeewah Kaler pada tahun 2014

31

15 Kepemilikan gudang pelaku usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

32

16 Tenaga kerja dalam usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

32

17 Jangkauan pemasaran hasil pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

32

18 Bentuk transaksi dalam jual beli limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

34

19 Kegiatan meminjam uang pelaku usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

35

20 Pengetahuan pelaku usaha terhadap harga beli dan harga jual

limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

37

21 Aktivitas di luar bisnis dari pelaku usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

38

22 Akses pelaku usaha terhadap limbah industri setiap bulan di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

38

23 Aktivitas retur pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

39

24 Uji Korelasi Rank Spearmen modal sosial dengan skala usaha

pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun

2014

42

Page 10: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

10

25 Jumlah dan persentase pemanfaatan modal sosial dan skala

usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada

tahun 2014

42

26 Pendapatan rumah tangga pelaku usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

44

27 Kepemilikan aset rumah tangga pelaku usaha di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

45

28 Ukuran keluarga pengelola limbah industri di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

46

29 Keikutsertaan pengusaha dalam kegiatan masyarakat di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

46

30 Uji Korelasi Rank Spearmen skala usaha dengan tingkat

kesejahteraan pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

47

31 Jumlah dan persentase skala usaha dan tingkat kesejahteraan

pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

47

Page 11: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

11

DAFTAR GAMBAR

1 Skema sistem output-input dalam proses industri (Kristanto

2002)

4

2 Mekanisme pengolahan limbah (Kristanto 2002) 5

3 Kerangka pemikiran 12

4 Penggunaan lahan di Cigondewah Kaler 19

5 Sketsa lokasi penelitian di Cigondewah Kaler 24

6 Alur distribusi komoditas limbah industri di Cigondewah Kaler 26

7 Jumlah limbah industri yang dikelola dalam satu bulan 27

8 Jaringan dalam proses mendapatkan limbah industri

41

Page 12: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Waktu Penelitian 53

Page 13: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian

masyarakat terutama masyarakat yang berada di sekitar industri. Undang-Undang

No.3 Tahun 2014 menyatakan dalam pasal 3 bahwa salah satu tujuan

penyelenggaraan perindustrian adalah meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Akan tetapi fakta di lapangan

memperlihatkan bahwa kehadiran industri tidak selamannya memberikan dampak

positif bagi masyarakat. Industri-industri yang sangat tergantung pada sumber

daya lingkungan dan banyak menimbulkan pencemaran tumbuh dengan pesat di

negara-negara sedang berkembang dimana pertumbuhan di negara tersebut

memang sangat dibutuhkan (Kristanto 2002). Di Indonesia pada tahun 2007

tercatat ada sekitar 13 ribu industri besar dan menengah yang berpotensi

mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010).

Pengelolaan dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak negatif dari

limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Pengelolaan dapat dilakukan

langsung oleh perusahaan maupun oleh masyarakat. Masyarakat sekitar industri

merespons kehadiran industri dengan melakukan pengelolaan limbah. Limbah

yang bernilai ekonomis akan dikelola sebagai komoditas usaha yang menjadi

sumber pendapatan. Kegiatan pengelolaan yang berorientasi keuntungan

berkembang dan akhirnya membentuk kelompok-kelompok usaha pengelolaan

limbah industri.

Kasus yang terjadi di Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota

Bandung menunjukan usaha pengelolaan limbah industri yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar industri. Usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler termasuk kegiatan usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Potensi

UMKM mengacu pada jumlah populasi UMKM pada tahun 2007 mencapai 49,8

juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara

jumlah tenaga kerjanya mencapati 91, 8 juta orang atau 97,3 persen terhadap

seluruh tenaga kerja Indonesia (BPS 2008).

Ciri khas kegiatan dari usaha mikro seperti usaha pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler adalah pemanfaatan modal sosial dalam aktivitas

usaha. Fukuyama (1992) dalam Supriono dan Haris (2009) mengemukakan

bahwa tatanan ekonomi dunia baru tidak boleh meninggalkan kontrak sosial yang

tidak lain adalah karakteristik jaringan sosial, pola-pola timbal balik, dan

kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

modal sosial.

Penelitian mengenai modal sosial dalam kegiatan usaha telah dilakukan oleh

Nurami (2013) yang meneliti peran modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi

masyarakat pada usaha daur ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan

Prambon, Sidoarjo. Pemanfaatan modal sosial secara optimal dalam usaha daur

ulang mampu memberdayakan masyarakat Desa Kedungwonokerto yang dapat

dilihat dari munculnya peluang-peluang usaha baru seperti jasa pengangkutan,

penyerapan tenaga kerja, dan meningkatnya potensi ekonomi masyarakat (Nurami

2013).

Page 14: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

2

Kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler masih

berlangsung sampai hari ini. Pertambahan jumlah pengusaha menunjukan terdapat

pola-pola hubungan khas di antara masyarakat Cigondewah Kaler dalam usaha

pengelolaan limbah industri. Melalui proses tersebut terbuka peluang bagi setiap

masyarakat di Cigondewah Kaler untuk berbisnis usaha pengelolaan limbah

industri. Proses pemanfaatan modal sosial memiliki peran penting menciptakan

peluang-peluang tersebut.

Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan semakin banyaknya pelaku

usaha ternyata belum memberikan dampak positif terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat Cigondewah Kaler. Limbah industri pada dasarnya

adalah sisa dan merupakan buangan dari proses produksi karena itu

pengelolaannya pun beresiko memunculkan permasalahan lingkungan jika tidak

dilakukan dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan rendahnya kualitas

lingkungan di Cigondewah Kaler sebagai akibat langsung limbah industri yang

menjadi komoditas usaha. Modal sosial dan peningkatan kesejahteraan merupakan

dua hal yang menarik untuk dikaji dari usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler.

Masalah Penelitian

Usaha pengolahan limbah industri menjadi salah satu mata pencaharian

alternatif di tengah kondisi sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Nilai ekonomi

yang didapatkan oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri dapat menjadi

salah satu faktor pemercepat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan status

kesejahteraan. Oleh karena itu akan dikaji sejauhmana skala usaha pengelolaan

limbah industri berhubungan dengan tingkat kesejahteraan pengusaha.

Hubungan yang dijalin oleh industri dengan masyarakat sekitar industri

berpengaruh terhadap akses limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri. Tidak

semua masyarakat memiliki akses terhadap limbah-limbah yang dihasilkan oleh

perusahaan. Disamping modal fisik dan modal finansial terdapat modal sosial

yang harus dimiliki. Oleh karena itu perlu dianalisis bagaimana pemanfaatan

modal sosial oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Dinamika persaingan usaha mendorong pelaku usaha pengelolaan limbah

industri untuk bersaing dengan para pelaku usaha yang sama dari wilayah lain.

Tidak sedikit para pelaku usaha yang mengalami pailit. Keadaan tersebut tidak

menguntungkan bagi kegiatan usaha tersebut. Karena itu menarik untuk dikaji

sejauhmana pemanfaatan modal sosial berhubungan dengan skala usaha

pengelolaan limbah industri.

Kegiatan pengelolaan limbah industri diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat. Nilai jual limbah industri yang bertambah setelah

dilakukan pengolahan akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.

Pendapatan tesebut diperoleh dari proses produksi, penjualan, sampai

pendistribusian limbah industri yang telah diolah. Oleh karena itu perlu dianailisis

bagaimana bentuk-bentuk pengelolaan limbah industri yang dilakukan oleh

pelaku usaha pengelolaan limbah industri.

Page 15: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan umum pada

penelitian ini adalah mengukur hubungan modal sosial dalam usaha pengelolaan

limbah industri dengan tingkat kesejahteraan pengusaha. Adapun tujuan-tujuan

khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan skala usaha dengan tingkat kesejahteraan pelaku

usaha pengelolaan limbah industri

2. Menganalisis pemanfaatan modal sosial oleh pelaku usaha pengelolaan

limbah industri

3. Menganalisis hubungan pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha

pengelolaan limbah industri

4. Menganalisis bentuk-bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh pelaku

usaha pengelolaan limbah industri.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada berbagai

pihak, antara lain:

1. Bagi kalangan akademisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

atau literatur untuk meneliti lebih jauh modal sosial dalam kegiatan usaha

pengelolaan limbah industri dan hubungannya dengan tingkat

kesejahteraan pengusaha.

2. Bagi pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat, melalui kementrian dan dinas terkait, berusaha

memberikan gambaran utuh kepada mereka mengenai kondisi real

masyarakat di sekitar industri serta peluang pengembangan kegiatan

usaha kecil menengah yang berbasis pengelolaan limbah industri.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai modal sosial dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri

dan hubungannya dengan tingkat kesejahteraan.

Page 16: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

4

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pengelolaan Limbah Industri

Karakteristik komunitas yang tinggal di sekitar industri sangat dipengaruhi

oleh jenis industri yang didirikan. Sampai tingkat tertentu industri pasti

mencerminkan karakter komunitas di mana industri itu bertempat: sarana

transportasinya, lokasinya di tepi sungai atau jalan kereta api atau danau, sikapnya

terhadap kerja, terhadap manajemen, terhadap buruh (Schneider 1986). Limbah

adalah salah satu produk sampingan yang dihasilkan oleh industri. Limbah

industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses langsung maupun

proses secara tidak langsung (Ginting 2007).

Komunitas sekitar industri dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang

timbul akibat penimbunan limbah industri, terutama yang bersifat merugikan.

Padahal di dalam pasal 7 Undang-Undang No 44 Tahun 1982 menyatakan bahwa

setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara kelestarian

kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang

pembangunan yang berkesinambungan. Limbah baik dalam jumlah besar maupun

kecil, dalam jangka panjang ataupun pendek akan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada lingkungan (Kristanto 2002).

Skema input-output dan kemungkinan limbah pada proses industri :

Gambar 1 Skema output-input dalam proses industri (Kristanto 2002)

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi

(Kristanto 2002). Limbah dalam berbagai bentuk (padat, cair,dan gas) jika tidak

dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan.

Kristanto (2002) mengklasifikasikan limbah menjadi limbah yang bernilai

ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki

nilai ekonomis yaitu limbah yang dapat memberikan nilai tambah jika dikelola

dengan baik. Limbah non-ekonomis adalah suatu limbah walaupun telah

Input Proses Proses Limbah

- Bahan

Baku

- Tenaga

Kerja

- Mesin dan

Peralatan

- Limbah

- Industri

Primer

- Industri

Sekunder

- Industri

tersier

- Produk

utama

- Produk

Sampingan

- Limbah

- Bernilai

ekonomis

- Tak

bernilai

ekonomis

Page 17: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

5

dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah

kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan .

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,

dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan (Kristanto 2002). Mulia

(2005) mendefinisikan limbah padat sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai

dan berbentuk padatan atau semi padatan. Lebih lanjut lagi Mulia (2005)

menegaskan bahwa limbah padat merupakan campuran dari berbagai bahan baik

yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang berbahaya seperti limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari industri.

Tabel 1 Beberapa sumber dan jenis limbah padat

Sumber Fasilitas Jenis

Domestik Rumah tangga, apartemen Sisa makanan, pembungkus

makanan, dan lain-lain

Komersial Pertokoan, restoran, hotel,

institusi,

dan lain-lain

Kertas, kardus, abu, dan lain-

lain

Industri Kilang minyak, pabrik,

pertambangan, dan lain-lain

Limbah industri, Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3),

dan lain-lain

Konstruksi Tanah, Semen, baja, dan lain-

lain

Sumber: Wageningen University (1999) dalam (Mulia 2005)

Mekanisme pengolahan limbah dikemukakan oleh Kristanto (2002) sebagai

berikut :

Gambar 2 Mekanisme pengolahan limbah (Kristanto 2002)

Bahan Baku

Sumber Daya

Lingkungan

Industri Produk Limbah

Beracun dan

Berbahaya

Pengolahan

Pembuangan Produk

Daur

Ulang

Konsumen Limbah

Pengolahan

Pembangunan

memenuhi

syarat

Limbah

Konsumen

Page 18: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

6

Industri berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengendalikan dan

menanggulangi pencemaran yang diakibatkan industrinya (Ginting 2007).

Perusahaan mengembangkan berbagai teknologi dalam melakukan pengelolaan

limbah yang dihasilkan oleh proses produksi mereka. Ginting (2007) menjelaskan

tujuh prinsip dasar dalam penggunaan teknologi bersih (clean technology) yang

menjadi rujukan perusahaan untuk memenuhi kriteria baku mutu limbah. Tujuh

prinsip dasar tersebut adalah :

1. Penghematan bahan baku dan energi

2. Minimalisasi Limbah

3. Pencegahan

4. Daur ulang

5. Reuse

6. Recovery

7. Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Pengelolaan limbah industri banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar

industri khususnya limbah yang masih bernilai ekonomis seperti potongan kain,

limbah plastik, dan limbah kertas. Kegiatan tersebut mendatangkan banyak

manfaat secara ekonomis. Sampai pada tingkat jual beli dengan konsumen dalam

jumlah besar, akhirnya kegiatan pengolahan limbah berubah menjadi kegiatan

usaha meskipun cakupannya masih dalam skala mikro.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah menjelaskan beberapa hal pokok mengenai UMKM :

1. Pengertian Usaha ikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (aset maksimal 50 juta

dan omzet maksimal 300 juta)

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. (aset >50

juta – 500 uta dan omzet >300 juta - 2,5 M)

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil dan usaha besar dengan jumlah kekauaan bersih atau

hasil penjualan diatur dalam Undang-Undang ini. (Aset > 500 juta - 10 M

dan omzet > 2,5 M – 50 M.

Pengelompokan kegiatan usaha dapat didasarkan kepada jumlah pekerja.

Pengelompokan berdasarkan tenaga kerja tersebut dikategorikan ke dalam usaha

kecil, usaha menengah dan usaha besar. Jumlah tenaga kerja memperlihatkan

kemampuan untuk membiayai operasional usaha yang salah satunya ditopang oleh

tenaga kerja. tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang tidak bisa

Page 19: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

7

dipisahkan dalam kegiatan usaha. Tabel 2 memperlihatkan pengelompokan usaha

berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Tabel 2 Pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja

Usaha

Kecil

- Kecil I - kecil

- Kecil II - kecil

1 - 9 pekerja

10 -19 pekerja

Usaha

Menengah

Besar - kecil

Kecil - menengah

Menengah - menengah

Besar - menengah

100 - 199 pekerja

201 - 499 pekerja

500 - 999 pekerja

1000 - 1999 pekerja

Usaha Besar

...................................

>2000 pekerja

Sumber: Anderson (1987) dalam (Sartika dan Rahman 2002)

Kriteria umum UMKM menurut Sartika dan Rahman (2002) :

1. Struktur organisasi yang sangat sederhana

2. Tanpa staf yang berlebihan

3. Pembagian kerja yang kendur

4. Memiliki hierarki manajerial yang pendek

5. Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses

perencanaan

6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan

Lembaga Manajemen FE UI (1987) dalam (Sartika dan Rahman 2002)

mengemukakan profil usaha kecil di Indonesia meliputi :

1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan

kapasitas 60 persen atau kurang.

2. Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan

dari usaha kecil – kecilan.

3. Masalah utama yang dihadapi :

a. Sebelum investasi, masalah : permodalan, kemudahan usaha (lokasi,

izin);

b. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha;

c. Peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang.

4. Usaha menurun karena : kurang modal, kurang mampu memasarkan,

kurang keterampilan teknis, dan administrasi.

5. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran, dan

pengadaan barang.

6. Enam puluh persen menggunakan teknologi tradisional

7. Tujuh puluh persen melakukan lansung pemasaran kepada konsumen

8. Untuk memperoleh bantuan perbangkan, dokumen – dokumen yang

harus disiapkan dipandang terlalu rumit

Modal Sosial

Respons masyarakat terhadap industri digambarkan melalui kegiatan

pemanfaatan limbah industri. Selain membantu industri dalam penanganan

dampak negatif limbah, karakteristik masyarakat pun terbentuk oleh aktivitas

tersebut. Masyarakat memiliki modal sosial (social capital) untuk menjalin

Page 20: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

8

hubungan kerja sama dengan industri, baik sebagai hubungan industrial maupun

sebagai sesama pemangku kepentingan.

Putnam (1995) dalam Sumardjo (2010) mendefinisikan modal sosial

sebagai bagian dari organisasi sosial berupa hubungan sosial dan rasa saling

percaya yang memfasilitasi koordinasi dan kerja sama untuk kepentingan

bersama. Modal Sosial dapat menjadi kekuatan yang menggerakan masyarakat,

yang terbentuk melalui berbagai interaksi sosial dan institusi sosial (Sumardjo

2010). Bank Dunia (1999) dalam Supriono dan Rais (2009) meyakini modal

sosial adalah sebagai suatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan-

hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta

kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat

Definisi lain modal sosial seperti Colleta dalam Nasdian (2005) adalah

sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan

ekonomi, seperti pandangan umum (world view), kepercayaan (trust), pertukaran

timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and

economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and

informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya

(fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif,

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Lawang (2004) membagi kapital sosial ke dalam kepercayaan, norma, dan

jaringan. Sedangkan konsep-konsep tambahan terdiri dari tindakan sosial,

interaksi sosial, dan sikap. Beberapa konsep tersebut adalah:

1. Kepercayaan (trust)

Hubungan antar dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang

menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi

sosial.

2. Jaringan (network)

Sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan

kepercayaan strategik. Salah satu karekteristiknya adalah ada ikatan antar

simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media

(hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan, boleh

dalam bentuk strategik, boleh pula dalam bentuk moralistik. Terdapat

jaringan antar personal, jaringan antar individu dan institusi, serta

jaringan antar institusi.

3. Norma

Norma itu muncul dari pertukaran saling menguntungkan (Blau 1963,

Fukuyama 1999) dalam Lawang (2004) , artinya kalau dalam

pertukaran itu keuntungan dinikmati oleh salah satu pihak saja,

pertukaran selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang

muncul di sini bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma

bersifat reosiprokal, artinya isi norma menyangkut hak dan kewajiban

suatu kegiatan tertentu. Yang melanggar prinsip keadilan akan

dikenakan sanksi yang keras juga (Blau 1963) dalam (Lawang 2004).

Tingkat Kesejahteraan

Kesejahteraan dapat diposisikan sebagai output/hasil dari sebuah proses

pengelolaan input (sumberdaya) yang tersedia, dimana kesejahteraan sebagai

ouput pada suatu titik dapat menjadi sumberdaya atau input untuk diproses

Page 21: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

9

menghasilkan tingkat kesejahteraan keluarga pada tahap berikutnya (Sunarti

2006). Sunarti (2006) menggolongkan kesejahteraan keluarga ke dalam

kesejahteraan ekonomi (family well-being) yang diukur dari pemenuhan input

keluarga (misalnya diukur dari pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran keluarga)

dan kesejahteraan material (family material well-being) yang diukur dari berbagai

bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga.

(Ferguson 1981) dalam Sunarti (2006) mendefinisikan kesejahteraan

ekonomi sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial oleh keluarga. Input

yang dimaksud berupa pendapatan, nilai aset keluarga, maupun pengeluaran,

sementara indikator output memberikan gambaran manfaat langsung dari investasi

tersebut pada tingkat individu, keluarga, dan penduduk. Kesejahteraan ekonomi

merupakan sebuah variabel yang bisa diukur baik secara kuantitaif maupun

kualitatif.

Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke

dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subyektif dan obyektif (Sunarti 2006).

Mengacu pada UU No.10 Tahun 1992 yang memuat didalamnya konsep

kesejahteraan keluarga, BKKBN mengembangkan indikator Keluarga Sejahtera

yang memuat 23 indikator turunan (Sunarti 2006). Martin (2006) dalam Sunarti

(2006) menyebutkan terminologi yang sering digunakan dalam penelitian yang

membahas kesejahteraan adalah “living standar, will being, welfare, quality life”.

BKKBN merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokan secara

bertahap menjadi keluarga sejahtera tahap 1, keluarga sejahtera tahap II, keluarga

sejahtera tahap III, serta keluarga sejahtera tahap III plus. Batasan operasional

keluarga sejahtera adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan

dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan pengembangan, dan

kepedulian sosial (Sunarti 2006). Rambe (2004) dalam Sunarti (2006)

menunjukan indikator kesejahteraan BKKBN dianggap paling baik karena selain

mudah dalam pengoperasiannya hingga ke level administrasi terendah dan dengan

cepat dapat mengklarifikasikan keluarga miskin.

BKKBN dalam Iskandar (2012) mengukur pengelompokan konsep keluarga

sejahtera dengan 23 indikator. Dua puluh tiga indikator tersebut adalah :

1. Melaksanakan Ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota

keluarga;

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau

lebih;

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di

rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian;

4. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah;

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB, dibawa ke

sarana kesehatan;

6. Anggota keluarga memperoleh melaksanakan ibadah secara teratur;

7. Paling kurang seminggu sekali keluarga menyediakan

daging/telur/ikan;

8. Seluruh anggota keluarga paling tidak memperoleh paling kurang satu

setel pakaian baru per-tahun;

9. Luas lantai paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah;

10. Seluruh anggota keluarga untuk tiga bulan terakhir dalam keadaan

sehat;

Page 22: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

10

11. Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun ke atas

berpenghasilan tetap;

12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun bisa baca tulis

huruf latin;

13. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini;

14. Bila anak yang masih hidup dua atau lebih, keluarga pasangan usia

subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil);

15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama

16. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan

keluarganya;

17. Biasanya makan bersama paling sedikit sekali sehari dan kesempatan

itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar keluarga;

18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya;

19. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali

dalam 6 bulan;

20. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah;

21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana tranportasi sesuai

kondisi daerah;;

22. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan

sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk material;

23. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan, yayasan, instansi, dan masyarakat.

Dua puluh tiga indikator tersebut diklasifikasikan ke dalam empat kategori

keluarga sejahtera. Kategori pertama adalah Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu

keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal.

Kebutuhan dasar itu mencakup indikator (1 s.d 5). Kategori kedua adalah

Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah terpenuhi kebutuhan dasar (1 s.d

5) tetapi kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi. Kebutuhan sosial psikologi

tersebut mencakup indikator (6 s.d 14). Kategori ketiga adalah Keluarga Sejahtera

II, yaitu keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan nomor 1 s.d 14 tetapi

kebutuhan pengembangannya belum sepenuhnya terpenuhi. Kebutuhan

pengembangan tersebut mencakup indikator (15 s.d 21). Kategori keempat adalah

Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik,

sosial, psikologi dan pengembangannya ( memenuhi indikator 1. Sd 21) tetapi

kepedulian sosial belum terpenuhi. Kepedulian sosial tersbut mencakup indikator

(22 s.d 23). Kategori kelima adalah Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga

yang telah memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan pengembangannya,

serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi (memenuhi indikator 1 s.d 23).

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui sejauhmana

modal sosial berperan dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri.

Kegiatan Usaha pengelolaan limbah industri melibatkan modal fisik, modal

finansial, dan modal sosial. Modal sosial terdiri dari tingkat kekuatan norma,

tingkat kepercayaan, dan tingkat jaringan. Hasil penelitian Santoso (2012)

menunjukan bahwa modal sosial telah berperan di antara para pedagang warung

angkringan di Kota Ponorogo. Modal sosial tersebut yakni saling memberikan

informasi dan bantuan, baik terkait dengan informasi peluang usaha, lokasi usaha

Page 23: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

11

yang strategis, modal usaha, kelompok usaha maupun tempat tinggal (Santoso

2012).

Modal sosial yang pertama adalah tingkat kekuatan norma. Tingkat

kekuatan norma ini diukur oleh tingkat mengikat norma yang terdiri dari cara

(usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores) dan adat istiadat (customs)

(Soekanto 1982). Nurami (2013) menjelaskan bahwa pemilihan pelanggan baik

yang memilih dengan sistem bayar tunai, tepat waktu maupun melalui proses

hutang piutang, semua itu tidak terlepas dari peran norma yang melekat pada pola

kerja sama yang terjalin

Modal sosial yang kedua adalah tingkat kepercayaan. Lawang (2004)

menjelaskan bahwa inti dari kepercayaan antar manusia ada tiga hal yang saling

terkait: (i) hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan

ini adalah institusi yang dalam pengertian ini diwakili orang; (ii) harapan yang

terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan

salah satu atau kedua belah pihak; dan (iii) interaksi sosial yang memungkinkan

hubungan dan harapan itu terwujud. Dengan ketiga dasar itu pula, kepercayaan

yang dimaksudkan di sini menunjuk pada hubungan antara dua pihak atau lebih

yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah

pihak melalui interaksi sosial (Lawang 2004).

Tingkat kepercayaan pada penelitian ini diukur oleh: (i) intensitas transaksi

jual beli dan (ii) intensitas melakukan kegiatan pinjaman / kredit usaha. Hasil

penelitian Nurami (2013) berkaitan dengan modal sosial dalam usaha daur ulang

di Desa Kedungwonokerto, Sidoarjo menunjukan dengan pemilihan rekanan

penyedia bahan yang amanah dan dapat dipercaya bahkan dapat menjanjikan

keuntungan karena dapat mengurangi biaya survei bahan baku dalam hal ini akan

mengurangi ongkos produksi yang harus dikeluarkan dan juga menghemat waktu.

Siregar (2011) dalam Nurami (2013) menyebutkan bahwa eksistensi kepercayaan

dalam transaksi ini menjadi faktor kunci sebagai modal sosial, yang

menyebabkan biaya transaksi dan biaya kontrol menjadi rendah.

Modal sosial yang ketiga adalah tingkat jaringan. Lawang (2004)

menjelaskan masih dalam fungsinya untuk memperlancar (pelumas) kegiatan

ekonomi, jaringan sosial harus memiliki sifat keterbukaan pada semua orang

untuk memberikan kesempatan kepada publik menilai fungsinya yang mendukung

kepentingan umum. Lebih lanjut lagi Lawang (2004) menyebutkan fungsi akses

menunjuk pada kesempatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan

orang lain dalam penyediaan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi

secara internal oleh organisasi. Tingkat jaringan pada penelitian ini diukur oleh:

(i) tingkat akses pelaku usaha terhadap barang dan jasa; (ii) tingkat keterbukaan

jaringan usaha; dan (iii) intensitas interaksi antar pelaku usaha pengelolaan limbah

industri.

Penelitian ini ingin mengetahui juga sejauhmana hubungan antara modal

sosial dan skala usaha pengelolaan limbah industri dengan status kesejahteraan

pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Tingkat

kesejahteraan tersebut diukur oleh beberapa indikator kualitas hidup. Indikator

tersebut adalah: tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat partisipasi

dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (Sunarti 2006).

Page 24: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

12

Gambar 3 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Semakin tinggi modal sosial yang dimiliki oleh kelompok usaha pengelolaan

limbah industri maka semakin tinggi skala usaha pengelolaan limbah industri.

2. Semakin tinggi skala usaha pengelolaan limbah industri maka semakin tinggi

tingkat kesejahteraan pengusaha.

Modal Sosial (X)

1. Tingkat kekuatan norma

Tingkat kekuatan norma Usaha Pengelolaan

Limbah

2. Tingkat kepercayaan

Intensitas transaksi jual beli

Intensitas pinjaman/ kredit usaha

3. Tingkat jaringan

Tingkat akses barang dan jasa

Tingkat keterbukaan jaringan

Intensitas interaksi pelaku usaha

Skala Usaha Pengelolaan limbah

Industri (Y)

1. Tingkat pendapatan usaha (omzet)

2. Jumlah tenaga kerja

3. Jumlah aset

4. Kepemilikan gudang

Tingkat Kesejahteraan Pengusaha (Z)

1. Tingkat pendapatan

2. Tingkat partisipasi dalam kegiatan publik

3. Tingkat kepemilikan aset

4. Ukuran keluarga

Berhubungan

Page 25: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

13

Definisi Operasional

Tabel 3 Definisi operasional

A. Modal Sosial adalah kekuatan (nilai) yang dimiliki masyarakat untuk

melakukan interaksi sosial dalam kegiatan ekonomi, khususnya aktivitas

berdagang. Kekuatan nilai tersebut diukur oleh: tingkat kepercayaan, tingkat

kekuatan norma, dan tingkat jaringan. Masing-masing variabel tersebut akan

menjadi ukuran tinggi rendahnya Modal Sosial.

I. Tingkat Kepercayaan adalah tingkat hubungan antar dua pihak atau lebih

yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah

pihak melalui interaksi sosial. Indikator untuk mengukur tingkat kepercayaan

pelaku usaha pengelolaan limbah industri masyarakat diukur sebagai berikut :

Indikator Definisi Operasional Skala

Pengukuran

Jenis Data

Intensitas

Transaksi

Jual Beli

Intensitas aktivitas

transaksi jual beli

barang barang

komoditi pengelolaan

limbah industri yang

dilakukan oleh pelaku

usaha pengelolaan

limbah industri

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

Intensitas

Pinjaman

Kredit Usaha

Intensitas aktivitas

meminjam dana kridit

usaha dari Lembaga

peminjaman Uang

(Bank)

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

II. Tingkat Kekuatan Norma : Tingkat pemenuhan hak dan kewajiban kegiatan

usaha pengelolaan limbah industri, di mana yang melanggar prinsip keadilan

akan dikenakan sanksi. Indikator untuk mengukur tingkat kekuatan norma

pelaku usaha pengelolaan limbah industri masyarakat diukur sebagai berikut :

Indikator Definisi Operasional Skala

Pengukuran

Jenis Data

Tingkat

kekuatan

norma

Tingkatan sanksi yang

akan diberikan oleh

masyarakat pelaku usaha

pengelolan limbah

industri jika ada anggota

komunitasnya yang

melanggar norma

Sanksi dalam

tingkatan

norma:

- Usage

- Folkways

- Norm

- Custom

Ordinal

III. Tingkat Jaringan : Tingkat kekuatan ikatan antar simpul (orang atau

kelompok) dalam usaha pengelolaan limbah industri. Indikator untuk

mengukur tingkat jaringan pelaku usaha pengelolaan limbah industri

masyarakat diukur sebagai berikut :

Indikator Definisi Operasional Skala

Pengukuran

Jenis Data

Tingkat

akses barang

Tingkat kesempatan

seseorang untuk

- Sangat sulit

- Sulit

Ordinal

Page 26: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

14

dan jasa memperoleh barang dan

mendapatkan jasa dalam

usaha pengelolaan

limbah industri dari

jaringan bisnis yang

sudah terbentuk

- Mudah

Tingkat

keterbukaan

jaringan

Tingkat pengetahuan

masyarakat di luar

kelompok usaha terhadap

usaha pengelolaan

limbah industri dalam

satu.

- Sangat

terbuka

- Terbuka

- Tertutup

Ordinal

Intensitas

interaksi

antar

kelompok

usaha

pertukaran informasi, dan

banyaknya kehadiran

dalam kegiatan sesama

pelaku usaha pengelolaan

limbah industri.

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

B. Usaha Pengelolaan Limbah Industri adalah kegiatan mengolah limbah

industri yang terdiri dari limbah kain, sampah kain (plastik, dan potongan-

potongan kecil yang lainnnya), dan sampah bekas barang-barang elektronik

menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis. Kegiatan mengolah tersebut

terdiri dari yang paling sederhana (memilah) sampai membuat barang baru

(jaket, kaos dll).

Skala Usaha Pengelolaan Limbah Industri adalah Pengukuran skala usaha

pengelolaan limbah industri berdasarkan tingkat pendapatan, jumlah tenag

kerja, jumlah aset, dan kepemilikan gudang. Indikator untuk mengukur tingkat

usaha pengelolaan limbah industri masyarakat diukur sebagai berikut :

Indikator Definisi Operasional Skala

Pengukuran

Jenis Data

Tingkat

Pendapatan/

omzet

akumulasi keuntungan

yang diperoleh usaha

selama satu tahun

terakhir

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

Jumlah

tenaga kerja

banyaknya tenaga kerja

yang dipekerjakan dalam

proses usaha selama satu

tahun terakhir.

- Sedikit

- Banyak

Nominal

Jumlah aset kepemilikan terhadap

aset berupa :

bangunan/gudang, alat

timbang kain, sistem

pengolahan data

(kalkulator/komputer),

alat transportasi (mobil

pickup, truk) selama satu

tahun terakhir

- Sedikit

- Banyak

Nominal

Kepemilikan

Gudang

Kepemilikan terhadap

tempat penyimpanan stok

- Milik

pribadi

Ordinal

Page 27: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

15

limbah. - Menyewa

- Menumpang

C. Kesejahteraan adalah terpenuhinya input pendapatan, nilai aset keluarga,

maupun pengeluaran, serta terpenuhinya manfaat langsung dari investasi aset

–aset tersebut pada tingkat individu dan keluarga.

Tingkat Kesejahteraan adalah tingkat ketercukupan kebutuhan, baik

kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis, kebutuhan pengembangan, dan

kebutuhan kepedulian sosial. Indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan

pelaku usaha pengelolaan limbah industri masyarakat diukur sebagai berikut :

Indikator Definisi Operasional Skala

Pengukuran

Jenis Data

Tingkat

pendidikan

tinggi rendahnya tingkat

pendidikan yang

didapatkan oleh

kelompok masyarakat

yang terlibat langsung

dalam kegiatan usaha

pengelolaan limbah

industri dalam satu tahun

terakhir.

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

Tingkat

Pendapatan

Rata-rata pengeluaran

dkurangi rata-rata

pendapatan perbulan

setiap anggota keluarga

dalam rumah tangga.

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

Tingkat

partisipasi

dalam

kegiatan

publik

Tingkat keterlibatan

dalam kegiatan

kemasyarakatan selama

satu tahun terakhir.

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Ordinal

Page 28: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

16

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang

didukung oleh pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam pendekatan

kuantitatif adalah metode penelitian survei. Penelitian survei merupakan

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 1989).

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian hipotesa atau penelitian

penjelasan (explanatory research) yang tergolong dalam metode penelitian survei.

Penelitian pengujian hipotesa merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan

kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan

Effendi 1989).

Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis sejauhmana modal

sosial berperan dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri dan sejauhmana

hubungannya dengan kesejahteraan pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler. Data sekunder didapatkan melalui kajian sumber literatur-

literatur terkait limbah industri, pengelolaan limbah industri, tingkat kesejahteraan

masyarakat Cigondewah kaler, dan semua data yang berkaitan dengan

perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bandung.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan

Bandung Kulon, Kota Bandung. Cigondewah Kaler merupakan bagian dari

wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bandung sebagai kawasan

strategis melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-

2031 kategori sentra tekstil (sentra kain Cigondewah). Selain itu di Cigondewah

Kaler banyak berdiri kegiatan usaha pengelolaan limbah industri, baik limbah

langsung dari kegiatan industri maupun limbah-limbah dari bahan plastik dan

kertas. Akibat usaha pengelolaan limbah tersebut Cigondewah Kaler menjadi

wilayah yang kumuh dan tidak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang

didapatkan dari usaha pengelolaan limbah industri.

Pengambilan data sekunder dilakukan pada awal bulan Maret 2014.

Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan April

2014, pengolahan data dilakukan pada bulan Mei 2014. Analisis data dan

penulisan dilakukan pada bulan Mei 2014. Kegiatan penelitian meliputi

penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan kolokium, pengambilan data

lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang

skripsi, dan perbaikan laporan penelitian (Lampiran 1).

Teknik Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Cigondewah Kaler.

Responden adalah kelompok masyarakat di Cigondewah Kaler yang terlibat

dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri. Sehingga populasi sampel

dalam penelitian ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki kegiatan usaha

dan/terlibat dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Page 29: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

17

Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Data populasi sampel

didapatkan dari Ketua RW di seluruh wilayah Cigondewah Kaler. Terdapat 160

Pelaku Usaha pengelolaan limbah industri yang menjadi populasi sampel Unit

analisis penelitian adalah rumah tangga pelaku usaha pengelolaan limbah industri

di Cigondewah Kaler. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu

mengetahui sejauhmana modal sosial dalam usaha pengelolaan limbah industri

berhubungan dengan peningkatan status kesejahteraan.

Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana menata berbagai teknik

dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang

tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang refresentatif (Bungin

2005). Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling dimana data pelaku usaha akan diacak kemudian diambil

sebanyak 70 responden yang mewakili rumah tangga pelaku usaha pengelolaan

limbah industri. Setelah dilakukan pengambilan data di lapangan terdapat

beberapa pelaku usaha yang sudah mengganti kegiatan usahanya. Karena itu

jumlah responden dikurangi menjadi 50 Responden.

Kuesioner yang diberikan kepada responden mengenai kondisi sosial

ekonomi responden yang berupa skala usaha, tingkat pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan, dan tingkat partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Selain itu,

kuesioner tersebut diberikan kepada responden untuk mengetahui modal sosial

yang terdiri dari tingkat kepercayaan, kekuatan norma, dan kekuatan jaringan.

Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode wawancara

mendalam terhadap informan dan narasumber dengan menggunakan panduan

pertanyaan mendalam. Informan dan narasumber tersebut terdiri dari pemilik

usaha pengelolaan limbah industri, tokoh masyarakat Cigondewah Kaler, pejabat

di Kelurahan Cigondewah Kaler dan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian

Perdagangan Kota Bandung.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri dari tiga bagian. Ketiga

bagian tersebut adalah (i) modal sosial berupa tingkat kepercayaan (data ordinal),

tingkat kekuatan jaringan (data ordinal), dan tingkat kekuatan norma (data

ordinal); (ii) skala usaha pengelolaan limbah industri berupa tingkat pendapatan

usaha/omzet (ordinal), jumlah tenaga kerja (data ordinal), jumlah aset (data

ordinal), dan kepemilikan gudang (data ordinal) yang digunakan dalam

pengelolaan limbah industri; (iii) tingkat kesejahteraan yang diukur oleh tingkat

pendapatan (data ordinal), tingkat pendidikan (data ordinal), tingkat pendapatan

(data ordinal), dan tingkat partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (data

ordinal). Wawancara mendalam dilakukan kepada responden dan informan

berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan

pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan.

Data akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel

2007 dan SPSS for Windows versi 20.0. Uji korelasi Rank Spearman digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala

ordinal. Rank Spearman digunakan untuk uji korelasi yang menghubungkan

variabel modal sosial dengan variabel skala usaha pengelolaan limbah industri dan

menguji variabel skala usaha pengelolaan limbah industri dengan variabel

kesejahteraan.

Page 30: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

18

Data karakteristik skala usaha akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

Hal tersebut dilakukan untuk melihat sebaran data dan mempermudah analisis.

Analisis modal sosial disajikan dalam bentuk analisis tabulasi silang, dilakukan

dengan melihat keterhubungan antara proses usaha pengelolaan limbah industri

dengan aktivitas pengusaha yang berkaitan dengan modal sosial. Hal yang sama

dilakukan untuk melihat keterhubungan antara proses pengelolaan limbah industri

dengan tingkat kesejahteraan pengusaha.

Page 31: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

19

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Cigondewah Kaler memiliki wilayah dengan luas lahan 140 hektar, terbagi

menjadi 13 wilayah Rukun Warga (RW) dan terdiri dari 43 wilayah Rukun

Tetangga (RT). Areal tanah di Cigondewah Kaler terdiri dari tanah kering

(daratan) seluas ± 115, 388 Ha (80 persen), tanah sawah seluas ± 15,342 Ha (11

persen ) dan sisanya digunakan fasilitas umum (jalan raya dan jembatan) seluas ±

9,27 Ha (7 persen ). Cigondewah Kaler berada pada ketinggian 500 m dpl. Curah

hujan berkisar pada 2400 mm/tahun dan jumlah hari dengan curah hujan

terbanyak sebesar 45 hari. Penggunaan lahan di Cigondewah Kaler dapat dilihat

dalam Gambar 4.

Sumber: Profil Kelurahan Cigondewah Kaler 2013

Gambar 4 Penggunaan lahan di Cigondewah Kaler

Orbitasi waktu tempuh dan letak Cigondewah Kaler ke ibu kota propinsi

sejauh 4 Km dengan waktu tempuh ± 30 menit. Cigondewah Kaler sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Caringin dan Kelurahan Melong, sebelah selatan

berbatasan dengan Kelurahan Cigondewah Kidul dan Desa Cigondewah Hilir,

sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Cigondewah Kidul dan Kelurahan

Caringin, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Gempolsari.

Kondisi Demografi

Cigondewah Kaler memiliki penduduk dengan jumlah 21.014 jiwa terdiri

dari 10.561 laki-laki dan 10.453 perempuan. Jumlah keluarga di Cigondewah

Kaler pada tahun 2013 mencapai 7.130 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan

penduduk di Cigondewah Kaler adalah sebesar 0,0067 jiwa per Ha. Penduduk asli

Cigondewah Kaler adalah suku sunda. Komposisi penduduk yang sekarang

berdomisili di Cigondewah Kaler terdiri dari suku sunda, suku jawa, suku batak,

dan etnis china. Penduduk musiman banyak tinggal di Cigondewah Kaler. Mereka

adalah buruh yang bekerja pada beberapa perusahaan yang beroperasi di

Cigondewah Kaler. Selain itu penduduk tersebut adalah buruh yang bekerja pada

beberapa usaha pengelolaan limbah industri.

Pemukiman KPR-

BTN

1% (0,638 Ha)

Pemukiman

Umum

54%

Perkantoran

1% (0,20 Ha)

Sekolah

1% (0,45 Ha)

Pertokoan/

Perdagangan

20% (28 Ha)

Tempat Ibadah

2% (3,42 Ha)

Pemakaman

4% (5,20 Ha)

Jalan Raya

6% (9,40 Ha)

Persawahan

11% (15,342 Ha)

Page 32: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

20

Penduduk menyebar di seluruh Cigondewah Kaler terutama yang

berdekatan dengan aliran sungai dan jalan raya. Komposisi penduduk

Cigondewah Kaler berdasarkan kelompok usia pada tahun 2013 dapat dilihat

dalam Tabel 4.

Tabel 4 Kelompok usia penduduk Cigondewah Kaler

Sumber : Profil Kelurahan Cigondewah Kaler 2013

Kondisi Pendidikan

Penduduk Cigondewah Kaler sebagian besar memiliki pendidikan setingkat

SD (23,44 persen) dan hanya 0,9 persen saja dari total penduduk Cigondewah

Kaler yang memiliki pendidikan setingkat perguruan tinggi. Kegiatan pendidikan

dilaksanakan dalam bentuk formal dan non formal. Pendidikan formal

dilaksanakan di beberapa sekolah negeri dan swasta yang terdapat di wilayah

Cigondewah Kaler dan beberapa di antaranya harus ditempuh setidaknya dalam

waktu setengah jam berjalan kaki.

Pendidikan non formal dilaksanakan dalam bentuk pengajian. Pengajian

digelar setiap hari untuk anak-anak usia 7-20 tahun. Setiap hari setidaknya

terdapat 3 kali kegiatan belajar mengajar dalam pengajian. Selain itu pengajian

dalam bentuk Majelis Ta’lim diadakan untuk kalangan Orang Tua tiga kali dalam

setiap pekan. Di Cigondewah Kaler kegiatan pengajian dapat ditemui di setiap

RW. Kegiatan pengajian dipimpin oleh tokoh agama setempat. Terdapat

setidaknya lima pondok pesantren di wilayah Cigondewah Kaler.

No. Kelompok Usia

(tahun)

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1 0 – 4 2354 11,20

2 5 – 8 2153 10,24

3 10 – 14 2928 13,93

4 15 – 19 2550 12,13

5 20 – 24 2921 13,90

6 25 – 29 821 3,90

7 30 – 34 540 2,56

8 35 – 39 704 3,35

9 40 – 44 763 3,63

10 45 – 49 1719 8,18

11 50 – 54 1047 4,98

12 55 – 59 1624 7,72

13 60 -- 64 433 2,06

14 65 ke atas 457 2,17

J u m l a h 21014 100

Page 33: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

21

Masyarakat Cigondewah Kaler tergolong rendah tingkat pendidikannya.

Meski fasilitas pendidikan banyak terhadapat di Cigondewah Kaler tetapi belum

bisa meningkatkan angka melek pendidikan di sana. Tingkat pendidikan formal

penduduk Cigondewah Kaler dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat pendidikan formal penduduk Cigondewah Kaler

No. Kelompok Usia

(tahun)

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1 Tidak/Belum Sekolah 4926 23,44

2 Tidak Tamat SD 4422 21,04

3 Belum Tamat SD 3375 16,06

4 Tamat SD 3346 15,92

5 SLTP 2262 10,76

6 SLTA 2492 11,85

7 Akademi / Sarjana D3 138 0,65

8 Sarjana 53 0,25

J u m l a h 21014 100

Sumber : Profil Kelurahan Cigondewah Kaler 2013

Kondisi Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Cigondewah Kaler memiliki mata pencaharian

sebagai pedagang (18,85 persen) disusul oleh pegawai swasta sebesar (17,6

persen). Sedangkan sisanya memiliki mata pencaharian sebagai PNS, TNI, Tani,

dan pensiunan. Pedagang dan wiraswasta didominasi oleh pelaku usaha

pengelolaan limbah industri.

Tabel 6 Mata pencaharian masyarakat Cigondewah Kaler

No. Kelompok Usia

(tahun)

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1 Pegawai Negeri dan TNI 200 0,947

2 Pegawai Swasta 3709 17,65

3 Wiraswasta 2587 12,31

4 Tani 352 1,67

5 Dagang 3962 18,85

6 Pelajar dan Mahasiswa 8734 41,56

7 Pensiunan 94 0,47

8 Lain-lain 1376 6,54

J u m l a h 21014 100

Sumber : Profil Kelurahan Cigondewah Kaler 2013

Page 34: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

22

Mata pencaharian petani masih bisa ditemukan di beberapa RW yang masih

memiliki lahan pertanian. Di antaranya di wilayah RW 01 dan RW 02. Pertanian

bukan menjadi mata pencaharian utama sebab tanah yang mereka garap statusnya

sudah milik pemerintah dan merupakan wilayah terdampak pembangungan jalan

Tol Soreang Pasir Koja (Seroja) yang sedang dalam proses persiapan

pembangunan. Dengan kata lain mereka yang masih bertani statusnya adalah

penggarap dan suatu saat ketika lahan tersebut sudah menjadi jalan Tol maka

mereka harus meninggalkan profesinya tersebut.

Kondisi Sarana dan Prasarana

Cigondewah Kaler didominasi oleh bangunan rumah beton yang tersebar

mengikuti alur jalan raya Cigondewah Kaler. Jalan raya Cigondewah yang

menghubungkan Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung telah mengalami

beberapa kali renovasi hingga akhirnya pada tahun 2008 dilakukan pengecoran

jalan. Di sepanjang jalan tersebut berdiri gudang-gudang tempat penampungan

limbah industri berupa plastik, potongan kain, rongsokan dan karung.

Cigondewah Kaler termasuk wilayah terdampak atas pembangungan Jalan

Tol Padalarang - Cileunyi pada tahun 1987. Pembangunan industri berbahan baku

plastik dan tekstil meningkat pesat sejak selesainya pembangungan jalan tol.

Tercatat sedikitnya beberapa titik kawasan industri yakni di wilayah RW 01, RW

08, RW 12, RW 07, dan RW 02. Wilayah RW 01 kemudian berkembang menjadi

sentra pengelolaan limbah tekstil dan limbah plastik di Cigondewah Kaler.

Terdapat empat jembatan beton yang menghubungkan wilayah

Cigondewah Kaler yang terpisahkan oleh Jalan Tol Padaleunyi. Pada tahun 2014

diresmikan Gedung Unit Pelayanan Teknis Tekstil dan Produk Tekstil (UPT TPT)

Cigondewah di wilayah Cigondewah Kaler. Infrastruktur tersebut akan

menunjang segala kebutuhan teknis dan informasi mengenai kegiatan ekonomi

khususnya bidang tekstil di Cigondewah, Kota Bandung.

Kondisi Usaha Pengelolaan Limbah Industri

Limbah industri dalam bentuk apapun berpotensi mencemari lingkungan

dan mengganggu aktivitas kehidupan. Di Cigondewah Kaler limbah industri

menjadi komoditi usaha. Limbah industri yang dikelola adalah limbah yang

bernilai ekonomis. Pelaku usaha pengelolaan limbah industri tersebar di seluruh

wilayah Cigondewah Kaler.

Pelaku usaha paling banyak terdapat di wilayah RW 01. Wilayah RW 01

adalah wilayah strategis yang dilalui langsung oleh jalan raya Cigondewah yang

menghubungkan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Di wilayah RW 01

terdapat beberapa industri yang memproduksi karung dan industri makanan.

Selain di wilayah RW 01 pelaku usaha tersebar merata di wilayah RW yang

memiliki akses langsung terhadap jalan raya Cigondewah seperti RW 03, RW 06,

RW 09, dan RW 10.

Pelaku usaha mengelola berbagai jenis limbah seperti kain, plastik, logam,

karung dan makanan sebagai komoditi usaha mereka. Kegiatan pengelolaan

limbah industri yang berpusat pada beberapa wilayah RW saja berdampak

terhadap terkonsentrasinya wilayah yang tergolong kumuh di Cigondewah Kaler.

Wilayah RW 01, wilayah RW 10, dan wilayah RW 11 merupakan beberapa

Page 35: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

23

wilayah yang sangat terdampak dengan hadirnya kegiatan usaha pengelolaan

limbah industri di sana. Aktivitas usaha pengelolaan limbah industri juga telah

mengubah lanskap wilayah Cigondewah Kaler. Pemukiman menjadi wilayah yang

bercampur baur dengan industri, gudang, tempat pembuangan sampah, dan area

tercemar polusi akibat kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri. Data

yang disajikan dalam Tabel 7 merupakan hasil pemetaan beberapa pengusaha

yang tersebar di seluruh wilayah Cigondewah Kaler.

Tabel 7 Sebaran Pelaku Usaha pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler

Wilayah

RW

Jumlah Pengusaha (Orang)

Total

(Orang) Kain Plastik Logam Karung/Kardus Makanan

1 35 9 3 1 1 49

2 10 0 0 1 0 11

3 9 2 0 0 0 11

4 2 1 0 1 0 4

5 7 2 1 0 0 10

6 3 7 0 0 0 10

7 2 3 1 1 1 8

8 9 0 1 0 0 10

9 9 1 0 0 0 10

10 7 8 1 4 0 20

11 2 0 5 1 0 8

12 8 0 0 0 0 8

13 0 0 1 0 0 1

Total (Orang) 160

Limbah menimbulkan permasalahan baru meskipun telah dikelola oleh

masyarakat Cigondewah Kaler. Kawasan usaha pengelolaan limbah industri

termasuk wilayah kumuh yang dicirikan dari kualitas air selokan dan air sungai

yang melewati wilayah tersebut. Kualitas air yang rendah, berbau, hitam pekat,

dan membawa banyak limbah plastik merupakan sisa dari proses pencucian

limbah industri pada industri dan usaha pengelolaan limbah industri. Selain

kualitas air yang buruk, aspek lingkungan lain pun mengalami hal yang sama

mengalami penurunan kualitas seperti area bermain, halaman di antara

pemukiman penduduk, jalan raya, saluran air di pinggir jalan, dan kualitas udara.

Hal tersebut tidak lain merupakan dampak langsung dari kegiatan pengelolaan

limbah industri di beberapa tempat di Cigondewah Kaler.

Dibalik keterbatasan usaha pengelolaan limbah industri, pihak-pihak yang

terlibat di dalamnya merasakan manfaat yang tidak sedikit. Gambaran lebih jelas

mengenai Cigondewah Kaler dan penyebaran industri serta usaha pengelolaan

limbah industri dapat dilihat dalam gambar sketsa lokasi penelitian (Gambar 5).

Page 36: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

24

Gambar 5 Sketsa lokasi penelitian

Page 37: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

25

RESPONS MASYARAKAT TERHADAP LIMBAH INDUSTRI

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana respons masyarakat di

Cigondewah Kaler terhadap kehadiran beberapa industri di wilayah mereka.

Respons tersebut dalam bentuk usaha pengelolaan limbah industri. Termasuk

sejarah pertama kalinya pengelolaan limbah industri, perkembangan usaha,

sampai pada karakteristik usaha pada saat penelitian ini dilakukan. Analisis ini

dimaksudkan untuk melihat usaha pengeloaan limbah industri secara utuh agar

penlilaian skala usaha menjadi lebih obyektif sesuai dengan dinamika di lapangan.

Pengelolaan limbah industri yang berkembang menjadi kegiatan usaha

Pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler sudah dilakukan sejak

tahun 1982. Kegiatan tersebut dimulai oleh beberapa pelaku usaha. Berawal dari

hubungan penduduk asli Cigondewah kaler dengan sebuah perusahaan tekstil

(sekarang PT. Kahatex). Hubungan tersebut terkait jaminan keamanan

perusahaan tekstil yang berproduksi di wilayah Cigondewah pada beberapa tahun

pertama didirikan. Perusahaan tersebut akan mengalokasikan limbah industri yang

bernilai ekonomis untuk dijual kepada Tn. H. MSD. Perjanjian tersebut dilakukan

tidak tertulis. Dinamika sosial dan ekonomi di masyarakat Cigondewah Kaler

menyebabkan bertambahnya pelaku usaha yang mendapatkan jatah limbah

industri dari Perusahaan tekstil tersebut. Pada tahun 2014 pelaku usaha yang

mendapatkan jatah limbah industri dari PT. Kahatex sebanyak lima belas pelaku

usaha. Dengan jumlah limbah industri yang dikelola tidak kurang dari 180 Ton

setiap bulan.

Pola yang sama berlaku bagi semua pelaku usaha yang mengakses langsung

limbah industri dari PT. Kahatex. Setiap bulan mereka mendapatkan jatah untuk

membeli limbah industri sebanyak dua minggu berturut-turut. Artinya pada dua

pekan pertama pelaku usaha mendapatkan jatah limbah industri sedangkan dua

pekan setelahnya tidak. Begitu seterusnya memiliki jadwal yang sudah ditetapkan

bersama di antara lima belas pelaku usaha. Setiap dua kali dalam setahun

diadakan pertemuan untuk saling bertukar informasi. Bahkan pada beberapa

kesempatan diadakan pertemuan insidental untuk membahas harga limbah industri

yang akan mengalami kenaikan. Lima belas pengusaha tersebut menjadi

penyuplai limbah industri juga bagi para pelaku usaha pengelola limbah industri

yang relatif lebih kecil skala usahanya.

Peningkatan jumlah industri tekstil skala menengah di Kota Bandung dan

Kabupaten Bandung menyebabkan penambahan suplai limbah industri. Limbah

industri tidak hanya didapatkan dari PT. Kahatex. Limbah kain, plastik, karung,

dan logam didapatkan dari kegiatan industri semi garmen, usaha konveksi, pasar

swalayan, departemen store, dan pasar yang ada di wilayah Bandung, Cimahi, dan

Kabupaten Bandung.

Memasuki era reformasi pelaku usaha pengelolaan limbah industri semakin

banyak bermunculan di Cigondewah Kaler, bahkan julukan kawasan “kuya”

(kumuh tapi kaya) sampai hari ini masih identik dengan kawasan Cigondewah

Kaler karena wilayahnya kotor dan kumuh karena sampah (limbah) berserakan

Page 38: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

26

tetapi masyarakatnya mampu secara ekonomi. Pola pengelolaan limbah industri

dan siklus distribusi limbah industri dapat dilihat dalam pada Gambar 6.

Gambar 6 Alur distribusi komoditas limbah industri di Cigondewah Kaler

Pada tahun 2014 sedikitnya terdapat 5 wilayah RW yang memiliki kawasan

industri di Cigondewah Kaler. Kelima wilayah RW tersebut adalah RW 1

(kategori industri: rajut karung, makanan, dan logam); RW 4 (kategori industri:

tekstil dan paralon); RW 7 dan RW 8 (kategori industri: alat elektronik dan

tekstil); serta RW 12 (kategori industri tekstil).

Pelaku usaha pengelolaan limbah industri mencari langsung sumber limbah

hingga ke luar kota. Beberapa di antaranya didapatkan dari kawasan industri

Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Perbandingan pemasok limbah industri bagi lima

puluh responden pelaku usaha pengelolaan limbah di Cigondewah Kaler dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pemasok limbah bagi kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Sumber Limbah Jumlah Pelaku Usaha Persentase(%)

Kawasan industri konveksi 5 10

Industri makanan 2 4

Industri semi garmen 9 18

Industri tekstil besar 9 18

Konveksi 5 10

Limbah pasar dan rumah

tangga

7 14

Pemulung 2 4

Pengelola limbah kecil 1 2

Pengepul 7 14

Sesama pengelola limbah 3 6

Jumlah 50 100

IND

US

TR

I

LIMBAH :

1. Potongan

kain

2. Plastik

3. Rongsokan

4. Karung

5. Busa

6. Sterofom

7. Makanan

kadaluarsa

MA

SY

AR

AK

AT

PENGELOLAAN

LIMBAH INDUSTRI

Produk

Bahan Baku

Industri

Usaha Pengelolaan

Limbah Industri

Cigondewah Kaler

Page 39: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

27

Tabel 8 memberikan informasi bahwa industri tekstil besar dan industri

semi garmen adalah pemasok limbah industri terbanyak bagi para pelaku usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Contoh industri tekstil besar

dalam penelitian ini adalah PT. Kahatex. Perusahaan tersebut memiliki dua lokasi

yang berbeda, di Cigondewah Kaler dan di Rancaekek Kabupaten Bandung.

Industri semi garmen skalanya lebih kecil dibandingkan dengan industri tekstil

besar, industri kategori tersebut banyak ditemui di kawasan Majalaya, Kopo, dan

Cimahi.

Pemasok limbah industri terbanyak kedua adalah para pengepul dan pasar.

Pengepul mendapatkan limbah langsung dari para pemulung sedangkan limbah

pasar didapatkan dari aktivitas pasar yang rata-rata menghasilkan sampah plastik

berton-ton setiap bulan. Sumber limbah industri terbanyak ketiga adalah industri

konveksi. Yang dimaksud dengan industri konveksi dalam penelitian ini adalah

usaha konveksi yang membentuk komunitas di wilayah tertentu. Contoh industri

konveksi dalam penelitian ini terdapat di wilayah Kopo, Rancamalang, dan

Taman Holis.

Pasokan limbah industri paling sedikit dihasilkan oleh industri makanan,

pemulung, dan sesama pengelola limbah industri. Industri makanan tersebut

adalah perusahaan yang membuat makanan jenis roti dan kue. Makanan yang

telah kadaluarsa akan dikelola oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler untuk dijadikan pakan ternak dan ikan. Pelaku usaha

pengelolaaan limbah industri pun menghasilkan limbah dari kegiatan pengelolaan.

Limbah akan dikelola oleh pelaku usaha yang lain yang memiliki skala usaha

lebih kecil.

Jenis Limbah yang Dikelola oleh Masyarakat Cigondewah Kaler

Limbah yang dikelola oleh masyarakat Cigondewah Kaler adalah limbah

yang bernilai ekonomis. Kristanto (2002) mendefinisikan limbah yang bernilai

ekonomis yaitu limbah yang dapat memberikan nilai tambah jika dikelola dengan

baik. Limbah yang dikelola oleh masyarakat Cigondewah Kaler meliputi sisa

potongan kain, karung bekas, kain sisa ekspor, makanan, kaleng, dan sampah

plastik. Dari lima puluh responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini,

pelaku usaha pengelolaan limbah kain paling banyak menyerap limbah yakni ±

200 ton/bulan. Limbah karung, kain sisa eksport, benang sisa eksport, makanan

kadaluarsa, dan kaleng bekas dikelola dalam jumlah kurang dari ± 50 ton/bulan.

Sedangkan sampah plastik yang dikelola mencapai ± 100 ton/bulan.

Jumlah (Ton )

Gambar 7 Jumlah limbah yang dikelola dalam satu bulan

207,3

2

36

10,8 2 0,4

104,4

0

50

100

150

200

250

Potongan

Kain

Plastik Karung Kain sisa Makanan

Kadaluarsa

Benang Logam

Page 40: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

28

Gambar 7 memperlihatkan komposisi jenis limbah industri yang dikelola

setiap bulan oleh lima puluh responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri

di Cigondewah Kaler. Mayoritas masyarakat Cigondewah Kaler mengetahui dan

melakukan pengelolaan limbah industri sebagai mata pencaharian. Majun adalah

sebuah istilah yang diberikan terhadap potongan-potongan kain sisa produksi

sebuah perusahaan tekstil.

Bentuk pengelolaan limbah industri yang dilakukan masyarakat

Cigondewah kaler adalah memilah (menyortir), mencacah, mencuci, sampai

membuat barang baru. Ciri khas dari kegiatan pengelolaan limbah ini adalah

dilibatkannya beberapa sumber daya alam seperti sungai dan cahaya/panas

matahari dalam proses pengerjaan. Sehingga tidak sedikit beberapa areal lahan

menjadi tercemar akibat adanya kegiatan pengelolaan limbah ini.

Perbandingan bentuk pengelolaan limbah yang dilakukan oleh lima puluh

responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Bentuk pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler

Bentuk Pengeloalaan Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

Hanya memilah 30 60

Memilah dan mencacah 9 18

Memilah dan menjemur 1 2

Mengolah limbah 10 20

Jumlah 50 100

Kegiatan pengelolaan limbah industri oleh masyarakat Cigondewah Kaler

didominasi oleh pengelolaan limbah berbahan dasar tekstil. Memilah adalah

kegiatan memilih dan mengelompokan potongan-potongan kain sesuai dengan

ukuran, warna, dan jenis kain. Mencacah adalah kegiatan menghancurkan limbah

yang berukuran besar menjadi limbah yang berukuran kecil agar lebih mudah

diolah kembali. Pencacahan dilakukan terhadap limbah jenis plastik keras.

Kegiatan pengelolaan lain adalah menjemur, menenun, menjahit, dan menyulam.

Masyarakat Cigondewah Kaler menggunakan teknik tersebut sesuai dengan

limbah yang dikelola dan keterampilan serta sumber daya yang dimiliki.

Mayoritas pelaku usaha memilah limbah. Memilah merupakan bentuk yang

paling sederhana dalam mengelola limbah. Selain itu terdapat kegiatan mencuci

dan menjemur yang merupakan tahap selanjutnya setelah kegiatan memilah. Hal

ini bisa dimaklumi karena teknologi yang belum tersedia dan tingkat keterampilan

tenaga kerja yang masih terbatas.

Limbah yang dikelola masyarakat Cigondewah kaler mayoritas menjadi

bahan baku untuk kegiatan usaha yang lain. Hal ini disebabkan masih sedikitnya

pelaku usaha yang memiliki keterampilan dalam mengolah limbah. Hal ini juga

yang menyebabkan rendahnya daya saing produk-produk pengelolaan limbah

industri di Cigondewah Kaler. Permasalahan tersebut yang menjadi salah satu

penyebab sulitnya mendistribusikan keuntungan secara merata dari usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Semua hasil pengelolaan masih dalam bentuk bahan mentah, belum menjadi

produk yang siap pakai kecuali untuk produk pakaian bayi dan terpal.

Kemampuan untuk mengolah limbah menjadi produk yang bernilai tinggi belum

Page 41: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

29

dimiliki oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Tabel 10 memperlihatkan perbandingan hasil pengelolaan pelaku usaha limbah di

Cigondewah Kaler.

Tabel 10 Hasil kegiatan pengelolaan limbah industri

Hasil Pengelolaan Jumlah Pengelola

Limbah (n)

Persentase

(%)

Bahan usaha konveksi 1 2

Bekuan plastik 1 2

Busa terpilah 1 2

Kain terpilah 7 14

Bahan sprey sarung bantal 3 6

Karung terpilih 1 2

Pakaian bayi 2 4

Plastik bersih terpilah 13 26

Plastik bersih terpilah suplai ke industri

makanan

2 4

Bahan baku kerajinan dan industri tekstil 16 32

Roti kering sebagai Pakan Ternak dan Ikan 1 2

Terpal 2 4

Jumlah 50 100

Karakteristik Usaha Pengelolaan Limbah Industri di Cigondewah Kaler

Karakterisitik usaha pengelolaan limbah industri yang dianalisis adalah usia

pelaku usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, omzet usaha dalam satu tahun,

upah buruh yang bekerja pada kegiatan usaha pengelolaan limbah industri,

kepemilikan gudang, jenis kelamin buruh, dan jaringan bisnis kegiatan usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Usia Pelaku Usaha

Lima puluh responden merupakan pelaku usaha yang sebelumnya pernah

bekerja / merupakan anggota keluarga pengelola limbah industri. Perbandingan

usia responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Usia pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler

pada tahun 2014

Interval Usia (Tahun) Jumlah Responden (n) Persentase (%)

15-25 3 6

26-35 13 26

36-45 22 44

46-55 8 16

56-65 3 6

66-75 1 2

Total 50 100

Page 42: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

30

Responden yang memiliki usaha di atas 60 tahun hanya empat orang atau

sekitar delapan persen saja dari seluruh responden. Sedangkan lebih dari empat

puluh orang atau sekitar 90 persen pelaku usaha berusia antara 15-55 tahun.

Semua pelaku usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini telah berumah

tangga dan memiliki tempat tinggal.

Tingkat Pendidikan Pelaku Usaha

Tingkat pendidikan responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri

menyebar dari jenjang SD hingga Perguruan Tinggi. Kesadaran terhadap tingkat

pendidikan yang diwariskan oleh Orang Tua merupakan faktor yang dominan

terhadap tingkat pencapaian pendidikan di Cigondewah Kaler. Data profil

Kelurahan Cigondewah Kaler Tahun 2013 memperlihatkan sedikit masyarakat di

sana yang mengenyam pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Begitu juga

dengan tingkat pendidikan pelaku usaha. Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12 Tingkat pendidikan pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

Tidak tamat SD 1 2

SD 27 54

SMP 9 18

SMA 12 24

Perguruan tinggi 1 2

Total 50 100

Pelaku usaha pengelola limbah yang didominasi oleh usia 36-45 tahun

merupakan kelompok masyarakat yang mendapatkan pengaruh langsung dari

rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi masa

depan. Bagi masyarakat Cigondewah Kaler berinvestasi untuk pendidikan belum

menjadi sebuah kewajiban. Meskipun memiliki kemampuan secara ekonomi,

menyekolahkan anak dirasa memberatkan beban ekonomi. Terlebih untuk anak

perempuan, mereka memilih menikahkan anak mereka di usia dini atau

memasukan mereka ke perusahaan untuk bekerja sebagai buruh pabrik.

Omzet usaha

Faktor yang membuat masyarakat Cigondewah Kaler tertarik untuk

mendirikan usaha pengelolaan limbah adalah pendapatan yang realitf tinggi dari

usaha tersebut. Selain itu tidak ada standar keahlian khusus yang harus diperoleh

dari bangku pendidikan formal. Kemampuan berwirausaha masyarakat

Cigondewah Kaler didapatkan melalui pengalaman berinteraksi dengan pelaku

usaha sebelumnya. Pengalaman itu didapat melalui aktivitas sebagai buruh atau

diturunkan langsung melalui soliasisasi dalam ikatan keluarga atau kekerabatan

lainnya. Omzet usaha pengelolaan limbah industri dilihat dari pendapatan kotor

usaha selama satu tahun.

Mayoritas pelaku usaha memiliki omzet antara 30-55 Juta dalam satu tahun.

Pendapatan tersebut dihitung dari pemasukan rata-rata usaha selama satu tahun.

Meskipun demikian pemasukan tersebut fluktuatif. Ketika pasar sedang

Page 43: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

31

membutuhkan banyak pasokan limbah, maka intensitas pemasukan menjadi lebih

tinggi sehingga omzet pun menanjak drastis. Hal yang berbeda terjadi ketika pasar

sedang tidak membutuhkan banyak pasokan limbah, intensitas pemasukan

menjadi lebih rendah dan omzet pun menurun. Perbandingan omzet responden

pelaku usaha pengelolaan limbah industri selama satu tahun dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13 Omzet usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler dalam

satu tahun pada tahun 2014

Interval Omzet pertahun

(juta rupiah)

Jumlah Responden (n) Persentase (%)

5-55 29 58

56-105 10 20

106-155 4 8

156-205 3 6

206-255 1 2

256-305 1 2

>500 2 4

Total 50 100

Upah Buruh

Berbeda dengan pelaku sekaligus pemilik usaha, buruh yang bekerja dalam

kegiatan usaha pengelolaan limbah mendapatkan upah setiap untuk setiap hari

bekerja. Rata-rata buruh mendapatkan upah satu kali dalam satu minggu. Upah

diberikan dalam bentuk uang. Selain upah, buruh mendapatkan jatah makan dan

rokok setiap hari ia bekerja. Jam kerja buruh limbah dimulai sejak jam 8 pagi

sampai jam 4 sore. Perbandingan upah kerja buruh limbah dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14 Upah buruh setiap bulan pada usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondeewah Kaler pada tahun 2014

Interval Upah (juta) Jumlah Pelaku Usaha (n) Persentase (%)

0,5-1 19 38

1-1,5 23 46

1,5-2 3 6

2-2,5 3 6

2,5-3 1 2

3-5 1 2

Total 50 100

Kepemilikan Gudang

Ciri yang paling terlihat dari kegiatan pengelolaan limbah adalah

kepemilikan terhadap gudang. Gudang adalah tempat pengelolaan limbah industri.

Kegiatan pengelolaan, penyimpanan, sampai persiapan pendistribusian dilakukan

di dalam gudang. Oleh karena itu kepemilikan terhadap gudang secara tidak

langsung memberikan informasi bahwa pemilik gudang adalah pelaku usaha

Page 44: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

32

limbah yang sudah mapan dalam berwirausaha. Ada dua jenis kepemilikan

terhadap gudang, kepemilikan permanen (milik pribadi) dan kepemilikan

sementara (menyewa/ menumpang). Ciri khas gudang-gudang tempat pengelolaan

limbah industri di Cigondewah adalah letaknya di pinggir jalan raya dan terbuka

terhadap sinar matahari. Letaknya di jalan raya difungsikan sebagai strategi

pemasaran agar para konsumen limbah dapat dengan mudah menemukan para

penjual limbah yang telah dikelola. Gudang berfungsi juga sebagai tempat

transaksi jual beli. Peralatan jual beli seperti nota, kalkulator, dan timbangan dapat

dijumpai di setiap gudang pelaku usaha pengelolaan limbah industri.

Perbandingan kepemilikan gudang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Kepemilikan gudang pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Jenis Kepemilikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

Milik pribadi 41 82

Menyewa 6 12

Menumpang 3 6

Jumlah 50 100

Tenaga Kerja Usaha Pengelolaan Limbah Industri

Pelaku usaha pengelolaan limbah industri menggunakan jasa tenaga kerja

sesuai dengan kategori limbah yang dikelola dan proses pengelolaan. Lima puluh

responden dalam penelitian ini mempekerjakan 190 orang tenaga kerja laki-laki

dan 29 tenaga kerja perempuan. Perbandingan tenaga kerja laki-laki dan tenaga

kerja perempuan dalam usaha pengelolaan limbah industri dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16 Tenaga kerja dalam usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Perempuan 29 13,24

Laki-laki 190 86,76

Jumlah 219 100

Jaringan Bisnis Pengelolaan Limbah Industri Jaringan bisnis dibentuk melalui interaksi jual beli yang berpola. Jaringan

bisnis usaha pengelolaan limbah industri melibatkan pemasok, pembeli limbah

industri, pengelola limbah, dan konsumen produk hasil pengelolaan limbah

industri.

Usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler telah memiliki

jaringan usaha sampai ke luar pulau Jawa, bahkan telah dijadikan percontohan

beberapa wilayah di Tasikmalaya untuk pengelolaan limbah industri tekstil.

Konsumen dari luar Kota Bandung mendatangi langsung penjual limbah di

Cigondewah Kaler. Ketika hubungan sudah terjalin dengan baik, transaksi jual

beli dilakukan melalui alat komunikasi sehingga konsumen dari luar kota tidak

harus datang langsung ke Cigondewah Kaler.

Page 45: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

33

Jaringan dibentuk juga berdasarkan ikatan kekeluargaan. Pemasok hasil

pengelolaan limbah di Cigondewah Kaler mendapatkan informasi konsumen dari

keluarga. Sebaran wilayah tempat pelaku usaha memasarkan hasil pengelolaan

limbah dapat dilihat pada Tabel 17. Sebaran tersebut dianalisis berdasarkan

wilayah pemasaran hasil pengelolaan limbah industri dan wilayah dimana

konsumen hasil pengelolaan limbah industri berasal.

Tabel 17 Jangkauan pemasaran hasil pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

Daerah Pemasaran Hasil Pengelolaan

Limbah

Jumlah Pelaku

Usaha (n)

Persentase

(%)

Bandung dan Kab Bandung 20 40

Bandung dan Kab Bandung 4 8

Jawa Barat 12 24

Jawa barat , Jawa Tengah 2 4

Jawa barat , Jawa Tengah, Jawa Timur 10 20

Kalimantan, Jabar, Jateng, Jatim 1 2

Kalimantan, NTB, Jabar,Jateng, Jatim 1 2

Jumlah 50 100

Ikhtisar

Kegiatan pengelolaan limbah industri erat kaitannya dengan kehidupan

masyarakat Cigondewah Kaler. Pada awalanya kegiatan yang dimulai dalam skala

kecil kemudian berkembang menjadi kegiatan yang melibatkan banyak

masyarakat. Karakteristik usaha pengelolaan limbah industri memperlihatkan

fakta yang menarik dalam skala usaha pengelolaan limbah industri. Dinamika

usaha terbentuk melalui proses interaksi dan hubungan sosial yang sudah terjalin

lama di antara pelaku usaha limbah industri. Pola-pola hubungan tersebut

menciptakan peluang-peluang baru sumber nafkah dalam usaha pengelolaan

limbah industri, baik dalam proses pembelian, pengelolaan sampai pendistribusian

limbah. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan bagaimana modal sosial

berperan dalam kegiatan pengelolaan limbah industri.

Page 46: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

34

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

Pada bagian ini akan dijelaskan pemanfaatan modal sosial dalam usaha

pengelolaan limbah industri. Pemanfaatan modal sosial tersebut dilakukan dalam

aktivitas jual beli limbah industri dan pengembangan kegiatan usaha pengelolaan

limbah industri. Selain itu akan dianalisis sejauhmana hubungan antara

pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha pengelolaan limbah industri.

Pendeskripsian pemanfaatan modal sosial pada aktivitas sehari-hari usaha

pengelolaan limbah industri digunakan untuk melihat peran modal sosial dalam

skala usaha dan pengembangan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler.

Modal Sosial dalam Aktivitas Jual-Beli Limbah

Kegiatan transaksi jual beli lazim dilaksanakan dengan tatap muka antara

pembeli dan penjual. Informasi mengenai komoditi usaha tersebar melalui obrolan

dalam jaringan bisnis. Tidak ada aturan khusus dalam pengelolaan limbah industri

yang menyangkut regulasi kepemilikan limbah industri. Aturan lebih kepada

sistem pembayaran dan pertukaran limbah antara penjual dan pembeli. Pada

penelitian ini dikaji modal sosial pelaku usaha limbah industri di Cigondewah

Kaler. Modal sosial tersebut meliputi kepercayaan, jaringan, dan norma.

Kepercayaan

Lawang (2004) menuliskan salah satu perilaku kewirausahaan yang paling

banyak disebut adalah keberanian untuk mengambil resiko. Transaksi jual beli

limbah dalam jumlah besar tentu mengandung resiko yang besar. Selain kerugian

materi yang akan didapat, kemungkinan terburuk dari resiko tersebut adalah

jatuhnya mental dalam berwirausaha. Perilaku pelaku usaha pengelola limbah

industri ketika menghadapi pilihan-pilihan yang beresiko sangat dipengaruhi oleh

pengalaman dan kematangan dalam menghadapi permasalahan. Tingkat

kepercayaan menjadi modal sosial dominan yang berpengaruh terhadap tinggi

atau rendahnya keberanian untuk mengambil resiko dalam berwirausaha limbah

industri di Cigondewah Kaler.

Kegiatan peminjaman uang, pembayaran dengan sistem hutang, dan

investasi adalah beberapa indikator tingkat kepercayaan yang sangat dekat dengan

kegiatan berwirausaha. Aktivitas jual beli limbah tidak lepas dari kegiatan-

kegiatan tersebut. Bentuk transaksi dalam jual beli limbah responden dapat dilihat

pada Tabel 18.

Tabel 18 Bentuk transaksi dalam jual beli limbah industri di Cigondewah Kaler

pada tahun 2014

Bentuk Transaksi Jual Beli Jumlah Pelaku

Usaha (n)

Persentase

(%)

Sistem hutang dibayar tepat waktu 12 24

Sistem hutang tidak dibayar tepat waktu 7 14

Sistem tunai 31 62

Jumlah 50 100

Page 47: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

35

Transaksi jual beli limbah dengan sistem bayar mundur (hutang) dilakukan

terhadap rekan bisnis yang sudah lama dikenal dan dipercaya. Perjanjian jatuh

tempo pembayaran dilaksanakan saat transaksi dilakukan. Bapak AMN misalnya,

salah seorang pengusaha pengelola limbah plastik dalam skala besar. Omzet per

hari nya bisa mencapai jutaan rupiah. Ia memiliki banyak konsumen dan rekan

bisnis baik di dalam kota maupun di luar Kota Bandung. Dalam satu kali

transaksi, ia bisa menjual limbah yang telah ia kelola sedikitnya 1 ton/ hari.

”Kalau saya mah karena sudah percaya, biasanya pagi

transaksi dan ijab akan dibayar sore, saya percaya pada

pelanggan itu karena sudah menjadi langgan. Dan kadang

tepat waktu kadang ia suka bilang lagi kalau sore tidak bisa

bayar dan bisa bayar nya besok lagi. Saya pun

menghendakinya karena sudah lama berbisnis dengannya”.

– Bapak AMN.

Kegiatan meminjam uang dalam dunia usaha adalah sesuatu yang lazim

dilakukan. Terlebih dilakukan untuk menutupi kebutuhan modal uang dalam

berwirausaha. Tidak terkecuali dalam dunia usaha pengelolaan limbah industri.

Aktivitas tersebut setidaknya dilakukan ketika memulai usaha akibat terkendala

faktor modal yang masih minim. Terdapat dua tipe kegiatan meminjam uang

dalam usaha jual beli limbah. Pinjaman yang berhubungan dengan lembaga

formal (seperti Bank atau rentenir) dan yang berhubungan dengan non formal

(saudara atau atasan).

Sedikit pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler

yang menggantungkan kebutuhan modal bisnisnya dari pinjaman Bank. Tabel 19

memperlihatkan perbandingan antara pengusaha pengelola limbah industri di

Cigondewah Kaler yang meminjam uang dengan yang tidak meminjam uang dari

Bank sebagai modal awal dalam usahanya.

Tabel 19 Kegiatan meminjam uang pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Kategori pangusaha Jumlah (n) Persentase (%)

Sedang meminjam uang dari Bank 6 12

Pernah meminjam uang dari Bank 11 22

Tidak meminjam uang dari Bank 33 66

Jumlah 50 100

Pengusaha limbah industri lebih memilih jalan aman dengan tidak

melakukan kredit kepada Bank. Seperti yang dialami oleh Tn. H.DD, beliau

pernah suatu saat melakukan pinjaman uang senilai 100 juta pada awal tahun

2002. Tetapi kegiatan usaha limbah makanan yang dimilikinya tersendat dan

akhirnya mengalami pailit. Ia tidak bisa membayar cicilan kredit kepada Bank

sampai tenggat waktu yang telah disepakati. Akhirnya Tn. H.DD harus

merelakan aset berupa rumah disita oleh pihak Bank. Ketakutan inilah yang

dirasakan setidaknya oleh 66 persen pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Page 48: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

36

Cigondewah Kaler ketika harus melakukan peminjaman uang dari Bank/

lembaga keuangan lainnya yang mensyaratkan adanya jaminan.

Pengusaha yang pernah melakukan kegiatan peminjaman uang dari Bank

menuturkan hal yang sama. Jika harus melakukan peminjaman lagi mereka lebih

memilih untuk tidak meminjam dari lembaga keuangan/Bank yang mensyaratkan

jaminan dalam proses pembayarannya. Selain menimbulkan perasaan cemas dan

rasa takut, mereka sangat khawatir menjadi korban dari bunga Bank yang sangat

tinggi.

“Selama saya melakoni usaha limbah ini kurang lebih 30 tahun

lamanya, selama itu saya baru satu kali melakukan kredit uang

sebagai modal, sisanya modal yang didapat merupakan uang

pinjaman dari saudara bahkan tetangga dekat. Melakukan

pinjaman dari Bank rasanya sangat memberatkan. Terlebih yang

namanya usaha seperti ini tidak tau kapan akan dapat untung

kapan akan dapat rugi”- Bapak ADS.

Pelaku usaha lebih memilih meminjam uang dari saudara atau rekan bisnis

yang sudah dikenal dekat. Orang yang memberi pinjaman biasanya berasal dari

komunitas yang sama. Jika pelaku usaha itu mengelola limbah plastik maka ia

terbiasa meminjam uang dari bandar. Mekanisme peminjaman uang tidak sulit

seperti pada lembaga peminjaman uang yang lain. Seperti yang dilakukan oleh

Ny.ST, pelaku usaha pengelolaan limbah plastik. Ia mendapatkan limbah dari

beberapa pasar di wilayah Bandung. Setiap bulan jumlah yang dikelolanya tidak

lebih dari satu ton.

Suatu ketika Ny.ST tidak memiliki modal untuk membeli stok limbah.

Ny.ST kemudian berinisiatif meminjam uang kepada Ny.EM selaku bandar.

Ny.Em meberikan pinjaman uang kepada Ny.ST untuk membeli limbah yang

akan dikelola tetapi dengan syarat menjual limbah tersebut kepada Ny.Em.

Perjanjian kedua pihak tersebut dilakukan tidak tertulis. Hal yang sama berlaku

pada pelaku usaha pengelola limbah lain yang memiliki skala usaha setingkat

dengan Ny.ST. Hubungan tersebut selain strategi dari para bandar untuk

mengamankan stok limbahnya melainkan sebagai bentuk pemanfaatan modal

sosial masyarakat di Cigondewah Kaler dalam kegiatan usaha.

Buruh yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun biasanya memiliki

kedekatan lebih dengan dunungan (pemilik usaha). Rasa saling percaya yang

sudah terjalin membuat buruh tidak sungkan untuk melakukan pinjaman uang

kepada dunungan. Kegiatan meminjam uang tersebut sama halnya dengan Ny.ST

dibayar melalui sistem balas jasa.

Jaringan

Media yang paling ampuh untuk membuka jaringan adalah pergaulan dalam

pengertian umum dengan membuka diri lewat media cetak atau elektronik atau

dalam pengertian terbatas seperti pergaulan (Lawang 2004). Jaringan merupakan

bagian dari modal sosial yang sangat penting dalam melaksanakan kegiatan

wirausaha. Usaha pengelolaan limbah industri melibatkan sedikitnya pemasok

limbah, pengelola limbah, dan pengguna limbah. Mereka sangat bergantung

terhadap jaringan yang sudah terbentuk. Melalui jaringan orang saling tahu, saling

Page 49: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

37

menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dan melaksanakan atau

mengatasi suatu masalah (Lawang 2004).

Pemanfaatan jaringan dalam kegiatan jual-beli limbah diukur dari: (i) tingkat

pengetahuan pelaku usaha terhadap harga beli limbah dan harga jual limbah, (ii)

ada atau tidak aktivitas di luar bisnis, dan (iii) jumlah limbah yang dikelola setiap

bulan. Tabel 20 memperlihatkan tingkat pengetahuan pelaku usaha pengelola

limbah industri terhadap harga beli limbah dari pemasok limbah.

Tabel 20 Pengetahuan pelaku usaha terhadap harga beli dan harga jual limbah

industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Informasi harga limbah Jumlah Pengusaha (n)

Beli

(n)

Persentase

%

Jual

(n)

Persentase

%

Tidak mengetahui 15 30 5 10

Mengetahui 35 70 45 90

Jumlah 50 100 50 100

Terdapat perbedaan pengetahuan pelaku usaha terhadap harga jual maupun

harga beli limbah. Pelaku usaha yang mendapatkan langsung limbah dari

perusahaan memiliki tingkat pengetahuan harga beli lebih tinggi daripada pelaku

usaha yang mendapatkan limbah dari sesama pelaku usaha. Karena itu dikenal

istilah drop order (do) dan nyolek. Pemilik drop order merupakan pelaku usaha

limbah yang mendapatkan jatah limbah dari perusahaan penyuplai limbah. Untuk

mendapatkan do, seorang pengusaha limbah harus membayar uang jaminan

kepada perusahaan berupa “uang investasi” yang jumlahnya tidak sedikit. Nyolek

tidak berbeda dengan tengkulak pada usaha pertanian.

Nyolek secara harfiah berarti mengambil sedikit dari yang banyak. Nyolek

dalam dunia usaha pengelolaan limbah adalah istilah bagi pelaku usaha yang tidak

mendapatkan limbah dari perusahaan, melainkan mengelola limbah dari beberapa

pengusaha yang mendapatkan do. Setiap bulan pelaku usaha dengan sistem nyolek

bisa mengelola limbah lebih dari satu ton.

“Kalau sistem nyolek tidak banyak untung yang didapat, karena

itu saya jujur-jujuran aja kepada pemilik DO yang nyuplai limbah

buat saya agar harga jual kepada saya tidak terlalu mahal. Saya

bilang kalau barang yang saya beli itu buat dijual lagi, ya mereka

pun mengerti, saya menyebutkan harga jual yang saya patok

untuk konsumen yang membeli kepada saya. Karena sudah

terjalin kepercayaan, pemilik DO pun menurunkan harga jual

kepada saya, dan saya pun dapat untung dari situ”.-Bapak DDA

Tingkat pengetahuan yang tinggi membuat pelaku usaha memiliki posisi

tawar kuat ketika melakukan transaksi dengan pelaku usaha yang lain. Salah satu

instrumen untuk mendapatkan informasi tersebut adalah jaringan. Semakin luas

jaringan yang dimiliki semakin tinggi pula tingkat pengetahuan terhadap harga

pasar. Aktivitas pelaku usaha di luar bisnis menunjukan peran aktif dalam mencari

peluang-peluang baru mendapatkan keuntungan dalam berbisnis.

Page 50: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

38

Aktivitas yang rutin dilakukan berupa pelaksanaan atas jabatan yang

diemban atau hanya merupakan aktivitas hobi semata. Dari 26 persen pelaku usaha

yang memiliki aktivitas di luar bisnis, beberapa di antaranya memiliki jabatan

publik setingkat RT dan RW. Selain itu ada juga yang memiliki jabatan khusus

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bahkan partai politik. Di luar itu, aktivitas

hobi menjadi alternatif kegiatan di luar bisnis yang membuka jaringan-jaringan

baru dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri ini. Hobi yang digeluti di

antaranya bermain bola dan memancing. Tabel 21 menunjukan perbandingan ada

atau tidaknya aktivitas di luar bisnis yang teratur dilaksanakan oleh pelaku usaha

pengelolaan limbah industri.

Tabel 21 Aktivitas di luar bisnis dari pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Ada / Tidak aktivitas Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

Ada 13 26

Tidak Ada 37 74

Jumlah 50 100

Pelaku usaha yang tidak memiliki aktivitas di luar bisnis cenderung

memanfaatkan waktu luangnya bersama keluarga atau kerabat terdekat. Berlibur

atau hanya sekedar menonton televisi bersama anak dan istri.

“Saya tidak memiliki aktivitas khusus di luar, sudah tidak ada lagi

pangaresep (hobi), sudah bukan anak-anak lagi, setelah capek

seharian usaha saya mah lebih baik ngumpul sama anak istri di

rumah, di hari libur pun lebih senang ngajak anak istri berlibur

atau ke pasar”–Bapak AMN.

Kemampuan untuk mengakses limbah bergantung pada jaringan dan

kemampuan finansial pelaku usaha. Pelaku usaha limbah yang sudah memiliki

jaringan bisnis yang kuat rata-rata mengkases limbah di atas rata-rata pengusaha

yang lain. Tabel 22 memperlihatkan perbandingan akses pelaku usaha terhadap

limbah. Akses tersebut diukur dari jumlah limbah (dalam ton) yang didapatkan

pelaku usaha selama satu bulan.

Tabel 22 Akses pelaku usaha setiap bulan terhadap limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Interval Limbah (Ton) Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

1-5 34 68

6-10 4 8

11-15 8 16

> 16 4 8

Jumlah 50 100

Norma

Aktivitas jual beli yang melibatkan konsumen dan pengelola limbah

memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Blau (1963) dan Fukuyama

Page 51: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

39

(1999) dalam Lawang (2004) menuliskan bahwa norma itu muncul dari

pertukaran yang saling menguntungkan. Artinya, kalau dalam pertukaran itu

keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial

selanjutnya pasti tidak akan terjadi (Lawang 2004). Usaha pengelolaan limbah

industri berlangsung sejak tahun 1980-an, artinya telah terjadi proses internalisasi

aktivitas jual beli yang khas dalam usaha tersebut. Penelitian ini mengansumsikan

norma yang berlaku di masyarakat berlaku juga pada kegiatan usaha pengelolaan

limbah industri di Cigondewah Kaler.

Aturan khas dalam aktivitas jual beli limbah industri di Cigondewah Kaler

dikenal dengan istilah retur. Retur berarti menukar kembali. Dikenal istilah

returan yakni barang-barang yang diretur. Retur adalah aktivitas

menukar/mengembalikan barang yang sudah dibeli karena kualitasnnya tidak

sesuai dengan akad jual beli. Limbah yang telah dikelola oleh pengelola limbah

akan dimasukan ke dalam karung sesuai dengan ukuran. Hal tersebut membuat

para konsumen hanya bisa melihat limbah dari luar karung saja. Kepercayaan

yang membuat konsumen yakin terhadap kualitas barang yang akan dibeli.

Kelalaian buruh dalam proses packaging menyebabkan kualitas sortiran

tidak sesuai dengan yang diharapkan pembeli. Karena itu pengelola limbah harus

siap ketika pembeli mengembalikan kembali barang-barang yang sudah dibeli dan

meminta ditukar / kembali disortir. Proses tersebut disebut dengan retur. Tabel 23

memperlihatkan perbandingan aktivitas retur limbah hasil pengelolaan pelaku

usaha limbah di Cigondewah Kaler.

Tabel 23 Aktivitas retur pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Retur Jumlah pengusaha (n) Persentase (%)

Pernah mengalami 17 34

Tidak pernah mengalami 33 66

Jumlah 50 100

Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan

Limbah Industri

Keberlangsungan kegiatan usaha sangat bergantung terhadap iklim usaha.

Iklim usaha tersebut dapat terbentuk dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pengembangan usaha pengelolaan limbah industri menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan. Modal sosial berperan penting dalam proses penyediaan bahan baku

limbah dan penyediaan tenaga kerja. Kedua faktor tersebut erat kaitannya dengan

pengembangan usaha pengelolaan limbah industri di masa yang akan datang.

Usaha pengelolaan limbah industri diharapkan dapat menyerap lebih banyak

tenaga kerja dengan kualitas pengelolaan yang semakin ramah lingkungan.

Proses mendapatkan limbah industri

Tidak sembarang orang dapat memperoleh limbah dari pemasok. Terbentuk

pola yang khas pada setiap proses mendapatkan limbah. Pada dasarnya limbah

tersebut tidak diberikan secara cuma-cuma melainkan melalui mekanisme jual

beli. Akan tetapi beberapa pelaku usaha memperoleh kemudahan-kemudahan

ketika mengakses limbah tanpa harus membayar lunas pembelian limbah di awal

Page 52: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

40

transaksi jual beli. Menguraikan kembali pembahasan mengenai pengusaha yang

memiliki drop order (do) dan nyolek akan terbentuk jaringan-jaringan usaha yang

masing-masing simpul memunculkan pelaku usaha dengan tingkatan yang

berbeda.

Setiap industri yang menyuplai limbah ke Cigondewah Kaler memiliki

mekanisme yang berbeda-beda. Meskipun berbeda secara mekanisme tetapi pada

dasarnya terdapat sistem drop order. Mekanisme yang berbeda tersebut dilihat

dari proses pengambilan limbah ke perusahaan. Kecenderungan sekarang

menunjukan bahwa peran organisasi kepemudaan Karang Taruna di wilayah

industri itu didirikan sangat dominan terhadap pengambilan stok limbah.

Organisasi Karang Taruna memiliki hak atas limbah dari perusahaan yang

mendirikan usaha di wilayah mereka. Karena sistem ini lah beberapa pengusaha

mengeluhkan harga limbah yang menjadi tinggi setelah jatuh ke tangan organisasi

Karang Taruna.

Kondisi ini sedikit merubah pola distribusi limbah bagi pelaku usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Gambar 8 menunjukan

jaringan dalam proses distribusi limbah dari industri ke pengelola-pengelola

limbah di Cigondewah Kaler.

Gambar 8 Jaringan dalam proses mendapatkan limbah industri

Pelaku usaha mengambil langsung stok limbah dari perusahaan dengan

menggunakan mobil pick up atau truk. Pelaku usaha mengambil langsung limbah

atau mewakilkan kepada orang kepercayaannya. Pemilik drop order (do)

menanamkan investasi berupa uang pangjejeg (investasi) agar bisa mendapatkan

jatah limbah setiap bulannya. Besarnya investasi tersebut merupakan kesepakatan

antara perusahaan dengan pelaku usaha.

Kecenderungan yang berkembang adalah suplai limbah industri berasal dari

luar Cigondewah Kaler. Pelaku usaha pendatang banyak bermunculan di

Cigondewah Kaler. Rata-rata mereka berasal dari luar Jawa Barat seperti Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Pelaku usaha memulai usaha sebagai pekerja pada

PEMASOK

LIMBAH

Pemilik DO

(Drop Order)

Pelaku usaha

Nyolek Pelaku usaha

Nyolek

Pelaku usaha

Nyolek

Pemilik DO

(Drop Order)

Pemilik DO

(Drop Order)

Pemilik DO

(Drop Order)

Page 53: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

41

kegiatan usaha pengelolaan limbah atau memulai langsung dengan jumlah limbah

yang relatif sedikit.

Berbeda dengan pelaku usaha setempat, pelaku usaha yang berasal dari

daerah luar memiliki etos kerja yang lebih tinggi. Hal tersebut dikemukakan

langsung oleh salah satu responden H.IDD. Menurutnya perbedaan mendasar dari

perilaku usaha pengusaha setempat adalah kesetiakawanan dan kemampuan dalam

menjalin kerja sama.

“Sekarang sudah didominasi oleh pelaku usaha baru, rata-rata

bukan dari putra daerah, mereka berasal dari luar daerah seperti

Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengusaha skala besar banyak

didominasi orang luar, mereka sangat ulet dan setia pada orang

yang sedaerah atau keluarga mereka sendiri”

Tn. H. IID, pengusaha limbah kain

Hadirnya pelaku usaha dari luar daerah membuat perubahan yang signifikan

terhadap limpahan limbah yang masuk ke Cigondewah Kaler. Tn.ZN salah

seorang pelaku usaha dari Jawa Tengah menuturkan bahwa Ia mendapatkan suplai

limbah dari daerah asalnya. Perlu diketahui bahwa Tn. ZN sembilan tahun yang

lalu adalah seorang pendatang dari luar Jawa Barat yang mengadu nasib di Kota

Bandung. Mengawali peruntungan sebagai tukang ojeg dan sempat beberapa kali

mencoba mengelola limbah. Akhirnya nasib berbicara lain, kegigihan usaha dan

kepiawayan dalam berbisnis membawa ia pada kondisi sekarang, memiliki usaha

yang relatif besar, mengelola limbah dalam jumlah besar, memiliki mobil pribadi

dan beberapa pekerja. Pengusaha seperti Tn. ZN lah yang banyak membuka

keran-keran penyuplai limbah dari luar Kota Bandung.

Tenaga kerja dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri

Tenaga kerja yang bekerja rata-rata berasal dari daerah setempat. Bekerja

setelah tamat dari SD, mereka menjadi penyortir limbah, mengepak limbah, dan

mendistribusikan limbah. Tidak ada sistem rekruitmen pada pencarian tenaga

kerja. Faktor kedaerahan, keluarga, atau bahkan tetangga menjadi pertimbangan

dalam pemilihan tenaga kerja. Ketika seorang tenaga kerja memiliki tenaga,

kondisi badan memungkinkan, cekatan, dan bertanggung jawab dengan pekerjaan,

maka dia sudah bisa menjadi salah satu tenaga kerja dalam usaha pengelolaan

limbah industri.

Permasalahan klasik yang sering muncul dari tenaga kerja pada kegiatan

informal adalah tidak ada sistem yang mengikat. Tidak terkcuali pada kegiatan

usaha pengelolaan limbah industri. Pelaku usaha mengeluhkan seringnya gonta-

ganti tenaga kerja. Dalam satu bulan saja bisa beberapa kali ganti tenaga kerja.

Tidak adanya perjanjian di awal bekerja terhadap komitmen menyebabkan tenaga

kerja bisa kapan pun keluar dari pekerjaan tersebut. Hanya sanksi sosial sajalah

yang bisa mencegah hal tersebut terjadi. Tenaga kerja yang mudah mengkhianati

kepercayaan bos nya tentu memiliki image tersendiri di mata pelaku usaha yang

lain. Tetapi meskipun demikian pelaku usaha di Cigondewah Kaler akan lebih

mempertimbangakan faktor kedekatan secara keluarga, tetangga, atau hubungan

sesama masyarakat Cigondewah dalam proses mendapatkan tenaga kerja dalam

kegiatan usahanya.

Page 54: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

42

Hubungan Pemanfaatan Modal Sosial dengan Skala Usaha

Industri memiliki peran dalam penyediaan limbah. Pelaku usaha yang

memiliki jaringan luas dan pengalaman yang cukup lama dalam usaha limbah

memiliki hubungan bisnis dengan banyak industri. Jaringan tersebut didasarkan

kepada dua modal sosial yang lain yakni norma dan kepercayaan. Setelah menjadi

pelanggan tetap industri pemasok limbah, pengusaha limbah akan mendapatkan

kepercayaan untuk mengelola limbah dalam jumlah besar.

Uji statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

tingkat pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha pengelolaan limbah industri

di Cigondewah Kaler. Uji statistik menggunakan uji korelasi non-parametrik Rank

Spearmen.

Tabel 24 Uji korelasi Rank Spearmen modal sosial dengan skala usaha pengelola

limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Modal

Sosial

Skala

Usaha

Spearman's rho Modal

Sosial

Correlation

Coefficient

1,000 ,416**

Sig. (1-tailed) . ,001

N 50 50

Skala

Usaha

Correlation

Coefficient

,416**

1,000

Sig. (1-tailed) ,001 .

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearmen diperoleh nilai sig (1-tailed) hitung

sebesar 0,01> alpha (0,05). Selain itu didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar

0,416. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel modal sosial

dan variabel skala usaha memiliki korelasi cukup dengan taraf kepercayaan 90

persen. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Jumlah dan persentase pemanfaatan modal sosial dan skala usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Modal Sosial

Skala Usaha

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

f % f % f % f (%)

Rendah

Sedang

Tinggi

7 63,63 4 36,36 0 0 11 100

9 28,12 20 62,5 3 0,93 32 100

0 0 6 85, 71 1 14,28 7 100

Tabel 25 menunjukan bahwa pada tingkat pemanfaatan modal sosial rendah

mayoritas responden memiliki skala usaha rendah yakni sebanyak 63,63 persen.

Pada tingkat pemanfaatan modal sosial sedang mayoritas responden memiliki

Page 55: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

43

skala usaha sedang yakni sebanyak 62,5 persen. Sedangkan pada tingkat

pemanfaatan modal sosial tinggi mayoritas responden memiliki skala usaha

sedang yakni sebanyak 85,71 persen.

Kegiatan berwirausaha pada umumnya tidak akan lepas dari penggunaan

modal sosial. Sebagaimana dikemukakan Fukuyama (1992) dalam Supriono et al

bahwa tatanan ekonomi dunia baru tidak boleh meninggalkan kontrak sosial yang

tidak lain adalah karakteristik jaringan sosial, pola-pola timbal balik; dan

kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

modal sosial. Modal sosial bisa menjadi alternatif ketika aktivitas ekonomi

mengalami masa-masa yang sulit.

Tinggi dan rendahnya skala usaha pengelola limbah industri tidak selalu

dikaitkan dengan penggunaan modal sosial yang efektif. Terdapat kecenderungan

untuk menggunakan salah satu dari ketiga modal sosial yang ada. Kepercayaan

dan jaringan menjadi modal sosial paling dominan yang digunakan oleh pelaku

usaha pengelola limbah industri.

Terdapat pergeseran nilai di masyarakat yang menyebabkan menurunnya

kesadaran terhadap pengamalan norma-norma yang berlaku. Akibatnya perilaku

usaha yang tidak sehat tetap saja ditemukan dalam kegiatan pengelolaan limbah

industri. Beberapa di antaranya berkaitan dengan kesadaran terhadap lingkungan.

Karena itu norma menjadi modal sosial paling sedikit yang digunakan pelaku

usaha pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler.

Ikhtisar

Modal sosial yang meliputi kepercayaan, jaringan, dan norma menjadi

elemen penting dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah

Kaler. Modal sosial tersebut dilibatkan dalam aktivitas sehari-hari para pelaku

usaha pengelolaan limbah industri. Selain itu pemanfaatan modal sosial berperan

dalam pengembangan usaha pengelolaan limbah industri. Pengembangan tersebut

menyangkut proses mendapatkan limbah dan mendapatkan buruh yang bekerja

pada usaha pengelolaan limbah. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa variabel

modal sosial memiliki hubungan cukup terhadap variabel skala usaha. Selain itu

hasil uji statistik menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pemanfaatan modal

sosial maka semakin tinggi skala usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler. Meskipun demikian hanya dua kategori modal sosial yakni

kepercayaan dan jaringan yang paling dominan digunakan dalam aktivitas

pengelolaan limbah industri. Keuntungan ekonomi dari aktivitas usaha

pengelolaan limbah industri berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

rumah tangga pengusaha. Sampai pada tingkat tertentu, kegiatan usaha

pengelolaan limbah industri pasti mencerminkan tingkat kesejahteraan pelaku

usaha. Karena itu pada bahasan selanjutnya akan dianalisis bagaimana hubungan

antara skala usaha dengan tingkat kesejahteraan pengusaha.

Page 56: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

44

TINGKAT KESEJAHTERAAN PELAKU USAHA PENGELOLAAN

LIMBAH INDUSTRI DI CIGONDEWAH KALER

Pada bagian ini akan dianalisis kesejahteraan pelaku usaha pengelola limbah

industri. Dikaji melalui analisis keadaan rumah tangga pelaku usaha pengelolaan

limbah industri. Kesejahteraan yang diukur adalah kesejahteraan ekonomi. Selain

mengukur kesejahteraan akan dianalisis juga bagaimana hubungan antara skala

usaha dengan tingkat kesejahteraan pengusaha pengelolaan limbah industri.

Kesejahteraan Ekonomi Pengusaha Limbah Industri

Ferguson et al (1981) dalam Sunarti (2006) mendefinisikan kesejahteraan

ekonomi sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial oleh keluarga. Input

yang dimaksud berupa pendapatan, nilai aset keluarga, maupun pengeluaran,

sementara indikator output memberikan gambaran manfaat langsung dari investasi

tersebut pada tingkat individu, keluarga, dan penduduk. Kesejahteraan ekonomi

merupakan sebuah variabel yang bisa diukur baik secara kuantitaif maupun

kualitatif.

Aktivitas perekonomian warga Cigondewah Kaler sebagian besar

bergantung terhadap jual beli limbah industri. Kegiatan usaha pengelolaan limbah

industri merupakan mata pencaharian yang menopang perekonomian keluarga.

Pada penelitian ini kesejahteraan ekonomi keluarga pengusaha limbah dilihat dari:

(i) pendapatan rumah tangga/bulan; (ii) kepemilikan aset; (iii) ukuran keluarga;

dan (iv) tingkat partisipasi dalam kegiatan masyarakat.

Pendapatan finansial keluarga dilihat dari pendapatan bersih usaha

pengelolaan limbah industri setelah dikurangi biaya produksi termasuk upah

buruh di dalamnya. Tabel 26 menunjukan perbandingan pendapatan pelaku usaha

pengelola limbah industri dalam satu bulan.

Tabel 26 Pendapatan rumah tangga pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Interval pendapatan rumah tangga

(juta rupiah)

Jumlah Pengusaha

(n)

Persentase

(%)

1-5 34 68

6-10 8 16

10-15 2 4

>15 6 12

Jumlah 50 100

Tabel 26 menunjukan bahwa pendapatan 1-5 juta per bulan paling banyak

dimiliki oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Pendapatan di atas 6 juta

dimiliki oleh 16 persen pelaku usaha. Rumah tangga pelaku usaha pengelolaan

limbah industri yang memiliki pendapatan di atas 6 juta rata-rata merupakan

pelaku usaha yang sudah lebih dari 10 tahun melakukan kegiatan usaha. Meskipun

demikian terdapat beberapa pelaku usaha yang melaksanakan usaha di bawah

sepuluh tahun sudah memiliki pendapatan rumah tangga yang tinggi. Faktor-

faktor di luar analisis modal sosial dapat berpengaruh terhadap pendapatan.

Page 57: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

45

Nafkah rumah tangga pelaku usaha pengelola limbah industri mayoritas

berasal dari usaha limbah saja. Mayoritas istri pelaku usaha limbah berprofesi

sebagai ibu rumah tangga. Seperti pelaku usaha yang lain pelaku usaha

pengelolaan limbah sebenarnya memiliki pendapatan yang tidak menentu.

Kadang-kadang mereka mendapatkan untung yang sangat besar, di saat yang

sama pelaku usaha yang lain mendapapat keuntungan yang tidak terlalu besar.

“Tidak menentu Dek, jika dibandingkan dengan karyawan atau PNS

pendapatan dari usaha sampah ini mah tidak menentu, ketika rame

saya dapat untung lumayan, ketika sepi, ya seperti ini, banyak

barang yang tidak terjualm, menumpuk” – Bapak AMN.

Kepemilikan terhadap aset menjadi tolak ukur kesejahteraan ekonomi.

Penelitian ini membatasi aset terbatas hanya pada aset yang berada di alam rumah.

Aset tersebut meliputi mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, TV dan

radio/tape. Tabel 27 memperlihatkan perbandingan kepemlikan aset rumah tangga

keluarga pengusaha limbah industri di Cigondewah Kaler.

Tabel 27 Kepemilikan aset rumah tangga pelaku usaha limbah industri di

Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Kepemilikan Aset Jumlah

Pengusaha (n)

Persentase

(%)

< 3 2 4

3 - 5 27 54

6 - 8 21 42

Jumlah 50 100

Setengah dari pelaku usaha pengelolaan limbah di Cigondewah kaler

memiliki setidaknya lima aset di rumah. Hanya empat persen yang memiliki aset

di bawah dua unit. Bahkan sekitar 42 persen pelaku usaha memiliki hampir

seluruh aset meliputi mobil, sepeda motor, komputer, emas, lemari es, TV dan

radio/tape.

Kecenderungan untuk menginventariskan kekayaan dalam bentuk barang

lebih dominan dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan terhadap fungsi

barang itu sendiri. Sebagai contoh adalah komputer. Komputer bagi sebagian

besar masyarakat Cigondewah Kaler adalah barang yang langka. Selain karena

tidak menjadi kebutuhan, komputer memerlukan keahlian untuk menjalankannya.

Hal tersebut bertolak belakang dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah di

Cigondewah Kaler. Walaupun demikian komputer tetap menjadi salah satu aset

yang dimiliki oleh beberapa pelaku usaha pengelolaan limbah industri.

Kecenderungan keluarga pelaku usaha pengelolaan limbah industri adalah

mewariskan kegiatan usaha kepada anak dan cucu mereka. Bahkan beberapa di

antara mereka sudah mempersiapkan anak laki-laki mereka sebagai penerus usaha

sejak mereka lulus dari SD.

Ukuran keluarga menjadi tolak ukur kesejahteraan ekonomi keluarga.

Ukuran keluarga dilihat dari jumlah anggota keluarga yang menjadi beban nafkah

kepala keluarga. Keikutsertaan dalam kegiatan masyarakat merupakan bentuk

aktualisasi keluarga dalam memenuhi kebutuhan sosialnya. Tabel 28

Page 58: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

46

memperlihatkan sebaran persentase ukuran keluarga pengelola limbah industri di

Cigondewah Kaler.

Tabel 28 Ukuran keluarga pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler pada

tahun 2014

Interval jumlah anggota keluarga

(Orang)

Jumlah pengusaha

(n)

Persentase

(%)

1-2 3 6

3-4 18 36

5-6 22 44

7-8 7 14

Jumlah 50 100

Setelah kesejahteraan ekonomi keluarga didapatkan, selanjutnya

kecenderungan manusia akan berbagi dan memberikan sesuatu yang bermanfaat

bagi lingkungan di mana ia tinggal. Keikutsertaan pengusaha dilihat dari aktivitas

kepala keluarga/ pemilik usaha pengelola limbah industri terhadap berbagai

kegiatan rutin yang dilaksanakan di Cigondewah Kaler. Kegiatan tersebut

meliputi: kegiatan kerja bakti, kegiatan peringatan hari besar umat beragama, dan

kegiatan ronda malam. Keikutsertaan yang diukur adalah keterlibatan langsung di

lapangan terhadap sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat

Cigondewah Kaler. Tabel 29 memperlihatkan keikutsertaan pelaku usaha dalam

kegiatan masyarakat.

Tabel 29 Keikutsertaan pengusaha dalam kegiatan masyarakat di Cigondewah

Kaler pada tahun 2014

Keikutsertaan dalam kegiatan

masyarakat

Jumlah Pengusaha

(n)

Persentase (%)

Jarang ikut kegiatan 21 42

Kadang ikut kegiatan 9 18

Sering ikut kegiatan 20 40

Jumlah 50 100

Persentase pelaku usaha yang aktif mengikuti kegiatan masyarakat relatif

sedikit. Hanya sekitar 18 persen dari total responden menjawab sering mengikuti

kegiatan masyarakat. sisanya sekitar 82 persen jarang ikut (hanya ikut satu kali)

dan kadang ikut (ikut beberapa kali) dalam kegiatan. Hal ini membuktikan bahwa

tingkat kesejahteraan ekonomi pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler belum sampai tingkat pemenuhan kesejahteraan sosial.

Hubungan Skala Usaha dengan Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Limbah

Industri Di Cigondewah Kaler

Cigondewah Kaler memiliki beberapa area kumuh yang tidak layak untuk

dijadikan pemukiman. Aliran sungai yang tercemar limbah pabrik, tanah yang

bercampur dengan plastik, dan beberapa pemandangan yang lain yang tidak

mencerminkan kawasan pemukiman. Selintas orang akan berfikir bahwa

Page 59: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

47

tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalan di Wilayah RW 01 adalah

sampah yang sengaja dibuang sembarangan. Bahkan dengan melihat hal tersebut

wajar jika banyak orang yang bukan penduduk asli Cigondewah menyimpulkan

orang Cigondewah itu “jorok-jorok”, buang sampah sembarangan. Sampah

tersebut tidak lain adalah limbah yang dikelola oleh masyarakat Cigondewah

kaler. Tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari interaksi masyarakat dengan

lingkungan tempat mereka tinggal.

Uji statistik digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara

skala usaha dengan tingkat kesejahteraan pengusaha limbah di Cigondewah Kaler.

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearmen diperolah nilai sig ( 1- tailed) hitung

sebesar 0,01 > alpha (0,05). Selain itu didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar

0,634. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel skala usaha

dan variabel tingkat kesejahteraan memiliki korelasi yang kuat dengan taraf

kepercayaan 90 persen. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan

antara skala usaha dengan tingkat kesejahteraan pengusaha pengelola limbah

industri di Cigondewah Kaler. Tabel 9 meperlihatkan perhitungan uji statistik uji

korelasi Rank Spearmen.

Tabel 30 Uji korelasi Rank Spearmen skala usaha dengan tingkat kesejahteraan

pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Skala Usaha Tingkat

Kesejahteraan

Spearman's

rho

Skala Usaha

Correlation

Coefficient 1,000 ,634

**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 50 50

Tingkat

Kesejahteraan

Correlation

Coefficient ,634

** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Peningkatan status kesejahteraan pengusaha belum diikuti oleh peningkatan

tingkat kesejahteraan masyarakat Cigondewah Kaler secara kesuluruhan.

Meskipun demikian kehadiran usaha pengelolaan limbah industri mampu

menaikan status kesejahteraan pengusaha pengelola limbah industri. Penjelasan

lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 Jumlah dan persentase skala usaha dan tingkat kesejahteraan pengusaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Skala Usaha

Tingkat Kesejahteraan

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

f % f % f % f (%)

Rendah

Sedang

Tinggi

16 100% 0 0 0 0 16 100

14 46,67 15 50 1 3,33 30 100

0 0 2 50 2 50 4 100

Page 60: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

48

Tabel 31 menunjukan bahwa pada skala usaha rendah mayoritas responden

memiliki tingkat kesejahteraan rendah yakni sebanyak 100 persen. Pada skala

usaha sedang mayoritas responden memiliki tingkat kesejahteraan sedang yakni

sebanyak 50 persen. Sedangkan pada skala usaha tinggi mayoritas responden

memiliki tingkat kesejahteraan tinggi yakni sebanyak 50 persen.

Kontribusi pendapatan usaha pengelolaan limbah industri terhadap

pemenuhan kebutuhan keluarga sangat tinggi. Kesejahteraan pengusaha tersebut

belum memicu meningkatnya kesejahteraan masyarakat Cigondewah Kaler.

Termasuk perhatian terhadap lingkungan dan pendidikan. Lingkungan merupakan

masalah yang mengancam kesehatan masyarakat Cigondewah Kaler pada

umumnya. Salah satu indikator sejahtera adalah tingkat kesehatan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Kesehatan lingkungan tempat tinggal di Cigondewah

Kaler menunjukan tahap yang memprihatinkan karena banyak yang tercemar oleh

aktivitas pengelolaan limbah industri.

Ikhtisar

Kesejahteraan ekonomi pelaku usaha pengelolaan limbah industri diukur

dari pendapatan rumah tangga, aset yang dimiliki, dan tingkat partisipasi keluarga

dalam kegiatan masyarakat. Sumber nafkah utama pelaku usaha limbah berasal

dari usaha itu sendiri. Uji statistik memperlihatkan bahwa variabel skala usaha

memiliki hubungan yang kuat terhadap variabel tingkat kesejahteraan pengusaha.

Selain itu dibuktikan bahwa semakin tinggi skala usaha maka semakn tinggi

tingkat kesejahteraan pelaku usaha Dari semua indikator kesejahteraan indikator

tingkat partisipasi dalam kegiatan masyarakat adalah indikator yang memiliki

nilai rendah. Hal ini disebabkan belum adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan

kesejahteraan sosial, khususunya kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Akibatnya meskipun menjadi ikon Cigondewah Kaler, usaha pengelolaan limbah

belum bisa memberikan nilai tambah bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat

Cigondewah Kaler. Kerusakan lingkungan dan hilangnya keindahan lanskap

Cigondewah banyak bermunculan akibat perilaku usaha yang tidak ramah

lingkungan.

Page 61: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

49

PENUTUP

Simpulan

Pengelolaan limbah industri dilakukan sebagai salah satu respons

masyarakat atas keberadaan beberapa industri tekstil di wilayah Cigondewah

Kaler. Pengelolaan tersebut dilakukan dengan memilah, mencacah, mencuci

ulang, menjemur, dan membuat produk baru dari limbah yang dikelola. Kegiatan

pengelolaan limbah telah menjadi mata pencaharian yang banyak dilakukan oleh

masyarakat Cigondewah kaler.

Modal sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas usaha,

tidak terkecuali dalam usaha pengelolaan limbah industri. Pemanfaatan modal

sosial pada usaha pengelolaan limbah industri dilakukan pada proses jual beli dan

pengembangan usaha. Modal sosial terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan norma.

Kepercayaan menjadi instrumen penting pelaku usaha untuk menjalin kerja sama

bisnis maupun kerja sama yang lainnya. Kepercayaan dibangun melalui proses

yang panjang. Interaksi dan sosialisasi adalah sarana yang digunakan untuk

menjalin kepercayaan sesama pelaku usaha. Berkaitan dengan usaha pengelolaan

limbah industri, kepercayaan diimplementasikan dengan melakukan aktivitas jual

beli limbah, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan kepercayaan yang diberikan

oleh rekan bisnis. Modal kepercayaan dalam jenis usaha apapun menjadi pembuka

bagi bentuk kerjasama lain yang lebih mendalam.

Pemanfaatan jaringan dalam kegiatan usaha sangat berpengaruh terhadap

proses penjualan. Pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler sangat

bergantung pada jaringan pemasaran hasil limbah. Pengelolaan limbah industri

melibatkan pengusaha limbah, pemasok limbah (industri), penampung limbah,

dan konsumen produk hasil pengelolaan limbah. Pengusaha limbah di

Cigondewah Kaler telah memiliki jaringan usaha limbah hampir di semua sentra

industri baik di Jawa Barat maupun luar Jawa Barat. Bahkan jika dilihat dari

pemasaran hasil pengelolaan limbah, produk hasil pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler telah menembus pasar di luar Pulau Jawa. Jaringan merupakan

modal sosial yang paling tinggi pemanfaatannya oleh pelaku usaha pengelolaan

limbah industri.

Norma yang berlaku pada masyarakat Cigondewah Kaler secara umum

berlaku juga dalam aktivitas pengelolaan limbah indusrti. Norma yang khusus

dan hanya bisa dijumpai dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri adalah

retur. Meskipun konsep yang sama sudah diimplementasikan dalam kegiatan

bisnis yang lain, istilah retur begitu akrab dengan usaha pengelolaan limbah

industri. Retur berarti perjanjian mengembalikan/mengganti limbah yang sudah

dikelola jika limbah tersebut tidak sesuai dengan perjanjian saat transaksi jual

beli. Pada tingkatan norma tersebut, mayoritas pelaku usaha tidak pernah

melanggar aturan tersebut.

Pemanfaatan modal sosial dalam kegiatan usaha berpengaruh terhadap skala

usaha. Akumulasi dari pendapatan usaha menghasilkan beberapa karakteristik

usaha dalam pengelolaan limbah industri. Aset, jumlah limbah yang dikelola,

jaringan bisnis, omzet per tahun, upah dan jumlah tenaga kerja adalah

karakteristik usaha yang menjadi indikator tinggi dan rendahnya skala usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Page 62: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

50

Tingkat kesejahteraan pengusaha dilihat dari indikator pendapatan keluarga,

jumlah anggota keluarga, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Tingginya

modal sosial dan skala usaha tidak langsung memberikan dampak terhadap

tingginya keikutsertaan pelaku usaha dalam kegiatan masyarakat. Pelaku usaha

dengan skala usaha yang tinggi ternyata memiliki kecenderungan tidak partisipatif

terhadap berbagai aktivitas kemasyarakatan. Sebaliknya terhadap indikator

pendapatan dan ukuran keluarga, pelaku limbah industri dengan modal sosial dan

skala usaha yang tinggi cenderung memiliki indikator sejahtera yang tinggi. Hasil

uji statistik membuktikan bahwa modal sosial berhubungan dengan skala usaha

dan tingkat kesejahteraan pengusaha.

Saran

Perputaran uang dari kegiatan pengelolaan limbah industri dalam satu bulan

dapat mencapai milyaran rupiah. Potensi tersebut belum termanfaatkan dengan

baik. Terlebih dari usaha pengelolaan limbah tersebut muncul permasalahan yang

lain yakni pencemaran air, udara, dan tanah di Cigondewah Kaler. Selain karena

ketidaktahuan pengusaha terhadap pentingnya lingkungan bagi kelestarian

kehidupan, sikap tidak peduli terhadap lingkungan tersebut akibat belum

dimanfaatkannya secara maksimal salah satu modal sosial yakni norma. Tingkat

kesadaran belum muncul karena tidak adanya ketegasan untuk menegakan

peraturan.

Kombinasi perbaikan pada sistem dan peningkatan pemanfaatan modal

sosial diharapkan dapat meningkatkan dampak positif dari adanya usaha

pengelolaan limbah industri di Cigondewah kaler. Perbaikan pada sistem dapat

dilakukan dengan (i) melakukan sosialisasi peraturan daerah mengenai lingkungan

hidup terhadap pelaku usaha pengelolaan limbah industri. (ii) melakukan

pembinaan berupa pendataan usaha, pencatatan izin usaha yang baik, dan

pemberian bantuan modal secara berkala. Sedangkan peningkatan pemanfaatan

modal sosial dapat dilakukan dengan cara : (i) Memberikan pelatihan untuk

mengelola limbah industri agar memiliki nilai tambah yang tinggi. Selama ini

pengelola limbah hanya membersihkan dan menyortir, belum pada tingkat

mengolah menjadi barang baru. Jika pun ada yang sudah mengolah jumlahnya

relatif sedikit dan sekarang sudah gulung tikar. (ii) Meningkatan citra

Cigondewah Kaler dengan melakukan perbaikan pada beberapa area yang menjadi

kawasan kumuh. Secara bertahap Cigondewah Kaler akan menjadi kawasan yang

tidak lagi dikenal sebagai kawasan kumuh yang kaya melainkan menjadi kawasan

yang nyaman untuk dihuni dan dijadikan tempat investasi bisnis.

Page 63: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

51

DAFTAR PUSTAKA

[BPPM] Badan Pengawasan Pasar Modal (ID). 2002. Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri

Manufaktur. Jakarta

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Perkembangan Industri Manufaktur.

[KLHRI] Kementrian Lingkungan Hidup RI.(ID). 2010. Status Lingkungan Hidup

2010. [Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014] Dapat diunduh dari

http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf

[UU] Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Industri.

[UU] Undang-undang No.44 Tahun 1982 Tentang Mendirikan Usaha.

[UU] Undang-undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.

Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta [ID] : Kencana

Prenada M Group

Ginting P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung

[ID]: Yrama Widya

Iskandar A. 2012. Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan Suatu Studi ke

Arah Penggunaan Indikator Tunggal. [ID] Bogor : IPB Press.

Kristanto P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta [ID]: ANDI.

Lawang RMZ. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu

Pengantar. Jakarta [ID] : FISIP UI Press.

Mulia RM.2005. Kesehatan Lingkungan. [ID] Yogyakarta : Graha Ilmu dan

UIEU-University Press

Nasdian FT. 2005. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan.

Institut Pertanian Bogor [ID].

Nurami M. 2013. Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

(Studi pada Usaha Daur Ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan

Prambon, Sidoarjo).[Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014]Dapat

diunduh dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/327

Santoso S. 2012. Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki

Lima di Ponorogo (Role of Social to Growth of Merchant Cloister in

Ponorogo) [Internet] [diunduh 06 Maret 2014]. Dapat diunduh dari

:http://ssantoso.umpo.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Artikel-Peran-

Modal-Sosial.pdf

Sartika PT, Rachman SA. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.

Bogor [ID] : Ghalia Indonesia

Scheneider EV. 1986. Sosiologi Industri. Jakarta [ID]: AKSARA PERSADA.

Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: Pustaka

LP3ES

Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] : PT. RajaGrafindo

Persada

Sumardjo.2010.Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat. Bogor[ID]: IPB Press

Sunarti E. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan, Evaluasi,

dan Keberlanjutannya. [Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014 ]Dapat

Page 64: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

52

diunduh dari http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Dr.-Euis-Sunarti-

Indikator-Keluarga-Sejahtera.pdf

Supriono AF, Rais S. 2009. Modal Sosial : Definisi, Dimensi , dan Tipologi.

[Inernet][diunduh tanggal 27 Februari 2014 ] Dapat diunduh dari

:http://www.scribd.com/doc/62161204/Modal-Sosial-Definisi-Dimensi-

Dan-Tipologi

Susilo, RKD. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta : Rajawali Press.

Page 65: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

53

Lampiran 1 Waktu Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

Penyusunan

proposal

skripsi

Kolokium

Perbaikan

proposal

penelitian

Pengambilan

data lapangan

Pengolahan

data dan

analisis data

Penulisan

draft skripsi

Sidang skripsi

Perbaikan

skripsi

Page 66: MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH … · mencemari air permukaan dan air tanah (KLH 2010). ... kewajiban-kewajiban bersama, dimana unsur-unsur penting ini disebut dengan

54

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung 27 April 1992 dari pasangan H. Dudun

Abdulah (alm) dan Hj. Yanti Setiawati. Penulis adalah putra pertama dari lima

bersaudara . Penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bandung pada tahun 2010 dan pada

tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pengalaman mengajar penulis adalah sebagai Asisten Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat Persiapan Bersama tahun 2012, sebagai

pengajar sekaligus kepala sekolah di Rumah Belajar HORE Bogor tahun

2012/2013. Aktif sebagai santri pada Pesantren Mahasiswa Al-Ihya Dramaga

Bogor. Selain itu penulis aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu sebagai

anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM-TPB)

2010/2011, anggota Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyah 2010/2011, wakil

ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)

2011/2012, Ketua Divisi Syiar Forum Syiar Islam Fakultas Ekologi Manusia

(FORSIA) 2012/2013, dan Koordinator Forum Indonesia Muda (FIM) Regional

Bogor 2013/2014.

Pada tahun 2012 penulis berkesempatan mengikuti kegiatan training

leadership Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan ke 13 di Jakarta. Pada tahun

2013 penulis juga berkesempatan menimba ilmu melalui kegiatan Kuliah Kerja

Bersama Masyarakat (KKBM) selama dua bulan di Kabupaten Kotabaru Provinsi

Kalimantan Selatan.