Upload
lytruc
View
254
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MITOS NYAI AGENG BAKARAN WETAN SEBAGAI
“PIAGAM SOSIAL” MASYARAKAT BAKARAN WETAN
KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Oleh
Titik Puji Lestari
NIM. 3401411101
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang ujian
skripsi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 16 April 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing 1 Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Asma Luthfi. S.Th.I,M. Hum Drs. M. Solehatul Mustofa. MA
NIP.197805272098122001 NIP. 196308021988031001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II Penguji III
Kuncoro Bayu Prasetyo S.Ant., M.A Gunawan S.Sos., M.Hum. Asma
Luthfi,S.Th.I,M.Hum
NIP. 197706132005011002 NIP. 197406082008011011
NIP.197805272008122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Subagyo, M. Pd
NIP.195108081980031003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan dari jiplakan karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik.
Semarang, 16 April 2015
Titik Puji Lestari
NIM.3401411101
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyiroh Ayat 6)
“Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan
orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah
membangun” (Mother Teresa)
“ Lakukan apa yang tidak orang lain lakukan, maka kamu akan dapatkan
apa yang tidak orang lain dapatkan” (Titik Puji Lestari)
“Mindset is Do’a” (Titik Puji Lestari)
PERSEMBAHAN
Ibu Siti Asminah dan Bapak Sunoko, orang tua saya
yang telah memberikan do’a, dukungan, masukan,
teladan dan inspirasi.
Adik saya Tika Merry Anggraini yang telah
memberikan semangat dan mendampingi perjuagan
saya.
Sahabat saya Ahmad Duri, Ahmad Sahal Mahfudh,
dan Dwi Prasetyo yang telah memberikan semangat
dan do’anya.
Teman seperjuangan khususnya Komariyah, Ita, dan
sarah
Teman-teman Kost Monesy yang saya sayangi,
khususnya Nurul Azifah, Cici Oktiana, dan Retno
Purwa yang memberikan semangat dan do’anya.
Bapak Ibu Guru saya, khususnya Ibu Suparmi dan
Ibu Purwaningsih yang mengantarkan saya menuju
belajar di Jurusan Sosiologi dan Antropologi.
Teman seperjuangan Sososiologi Antropologi
angkatan Tahun 2011, tetap semangat berjuang.
Almamater UNNES tercinta.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT hanya karena
pertolongan dan ijinNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan Di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk
menyelesaikan studi strata satu dan untuk memperoleh gelar sebagai Sarjana
Pendidikan di Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi tidak akan berhasil tanpa
bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri
Semarang atas kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi di waktu yang tepat.
2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang atas kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.
3. Drs Moh. Solehatul Mustofa, M.A, Ketua Jurusan Sosiologi
danAntropologi yang telah memberikan saran dan memfasilitasi
sehingga dapat menyusun skripsi.
4. Asma Luthfi, S.Th.I, M.Hum, sebagai Dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk serta semangat, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Kuncoro Bayu Prasetyo S.Ant., M.A dan Gunawan S.Sos.,M.Hum,
sebagai Dosen Penguji siding skripsi, yang telah memberikan kritik
dan saran untuk melengkapi penulisan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu hingga skripsi ini dapat dibuat.
Atas segala bimbingan, semangat, inspirasi dan bantuannya,
penulis mengucapkan terimakasih semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Semarang, 16 April 2015
Penulis
viii
SARI
Lestari, Titik Puji. 2015. Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan Sebagai
“Piagam Sosial” dalam Masyarakat Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi,
FIS UNNES. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang,
Pembimbing I: Asma Luthfi, S.Th.I.,M. Hum. Jumlah hal 162.
Kata Kunci: Mitos, Punden, Ritual, Piagam Sosial
Adanya kepercayaan masyarakat Desa Bakaran Wetan terhadap
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan yang mampu mempengaruhi kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan. Seiring dengan modernisasi yang
dihadapi, masyarakat Bakaran Wetan masih mempercayai dan
mempraktikkan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan di tengah kehidupannya.
Tujuan penelitian adalah (1) Persepsi masyarakat terhadap mitos, (2)
Pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos, (3) Fungsi mitos
dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang
digunakan adalah teknis analisis data kualitatif dengan teknik Triangulasi
sumber. Untuk menganalisis temuan penelitian, digunakan konsep Social
Charter atau piagam sosial sebagai landasan analisisnya.
Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) Nyai Ageng Bakaran Wetan
merupakan tokoh berjasa di Desa Bakaran Wetan. Pandangan masyarakat
terhadap mitos tersebut berdasarkan agama dan kepercayaan individu. (2)
Pantangan dan ritual, yaitu pantangan, seperti: pantangan membuat
bangunan dari batu bata merah, mengadakan acara hiburan tayuban, bagi
keturunan Desa Bakaran Wetan menikah dengan keturunan dari Desa
Pekuwon dan Desa Kincir, berjualan nasi, mencicipi masakan kendurian,
memasaka bagi perempuan yang sedang menstruasi untuk makanan
kendurian, dan menggunakan masakan ayam dalam acara kendurian,
sedangkan ritual: ritual buka luwur (10 Sura), upacara ledang (ledang bayi
dan ledang pengantin), dan tradisi ziarah. (3) fungsi mitos sebagai piagam
sosial dalam kehidupan masyarakat yaitu pertama, sebagai nilai dan
pedoman yang digunakan sebagai nilai yang terkandung dalam setiap
tingkah laku individu. Kedua, sebagai media untuk menjaga solidaritas
masyarakat Bakaran Wetan. Ketiga, sebagai pembentuk identitas sosial
budaya masyarakat Bakaran Wetan.
Saran penelitian, yaitu: Bagi masyarakat Bakaran Wetan, untuk lebih
menghormatimitos terlepas dari agama dan kepercayaan yang ada dan
mengembangkan tradisi tersebut dengan mengajak generasi muda untuk
lebih partisipatif dan kreatif. Bagi masyarakat sekitar Bakaran Wetan,
menghormati mitos tersebut sebagai ciri khas dari masyarakat Bakaran
Wetan dan tidak mempengaruhi dalam solidaritas sosial yang terbentuk
antara masyarakat Desa Bakaran Wetan dengan masyarakat di luar Desa
Bakaran Wetan.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................... v
PRAKATA ......................................................................................... vii
SARI .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x
DAFTARBAGAN .............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5
E. Batasan Istilah ..................................................................... 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 11
B. Landasan Teori 14
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 17
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian ................................................................. 19
B. Lokasi Penelitian ................................................................ 19
C. Fokus Penelitian ................................................................. 20
D. Subjek Penelitian ................................................................ 20
E. Sumber dan Jenis Data Penelitian ........................................ 29
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 30
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 37
H. Keabsahan Data .................................................................. 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 44
B. Asal Usul Nyai Ageng Bakaran Wetan dan
Desa Bakaran Wetan .......................................................... 53
C. Persepsi Masyarakat Bakaran Wetan tentang
Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan .................................... .. 71
x
D. Pantangan dan Ritual yang Mengiringi Keberadaan
Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan .................................... .. 84
E. Fungsi Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
Kehidupan Masyarakat Bakaran Wetan ............................ .. 126
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................... 137
B. Saran ................................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 140
LAMPIRAN ........................................................................................ 142
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Gapura masuk dan suasana
Desa Bakaran Wetan ........................................................... 44
Gambar 2: Petani tambak sedang bergotong-royong
panen ikan bandeng .............................................................. 48
Gambar 3: Bangunan Sigit yang ada di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan .................................................................... 58
Gambar 4: Tanggal terakhir renovasi bangunan sigit yang tertera
pada bagian atas pintu masuk bangunan .............................. 59
Gambar 5: Mbah Basir Sedang berdo‟a dan megambil air sumur
Nyai Ageng Bakaran Wetan ................................................ 63
Gambar 6: Gapura masuk punden Nyai Ageng Bakaran Wetan yang
di atasnya ada simbol ayam jago ........................................ 65
Gambar 7: Peninggalan bantal yang menyerupai batu
Ki Dalang Soponyono ......................................................... 67
Gambar 8: Gapura utama sebelum masuk punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan .................................................................... 70
Gambar 9: Padepokan tunggak semi di belakang lokasi punden
Nyai Ageng Bakaran ........................................................... 74
Gambar 10: Pasangan pengantin melaksanakan ritual ledang
pengantin di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan .............. 112
Gambar 11: Acara udhik-udhik di punden Nyai Ageng Bakaran
Wetan setelah selesai ritual ledang bayi ............................. 114
Gambar 12: Pelaksanaan acara Kendurian atau manganan yang ada
di bangunan sigit oleh masyarakat Bakaran Wetan ............ 117
Gambar 13: Panggung hibura kethoprak Bakran dalam rangka acara
merti dusun .......................................................................... 118
Gambar 14: Pengunjung yang sedang berjiarah di
punden Nyai Ageng ............................................................ 120
Gambar 15: Sesaji ritual ziarah berupa kembang telon dan pisang ....... 123
Gambar 16: Peziarah yang meminta Mbah Basir sebagai perantara
menyampaikan tujuan berziarah .......................................... 123
Gambar 17: Peziarah sedang membakar kemenyan di atas
tungku yang telah disediakan kemudian berdo‟a ................ 124
Gambar 18: Perempuan Bakaran Wetan sedang membatik dan
contoh motif batik Bakaran ................................................ 128
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1: Kerangka Berpikir ................................................................ 17
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Daftar Informan Utama Penelitian ............................................ 21
Tabel 2: Daftar Informan Pendukung Penelitian .................................... 26
Tabel 3: Komposisi Penduduk Menurut Usia Desa Bakaran Wetan
Tahun 2013 ............................................................................... 46
Tabel 4: Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Desa Bakaran Wetan Tahun 2013 ......................................................... 47
Tabel 5: Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Desa Bakaran Wetan Tahun 2013............................................. 49
Tabel 6: Jumlah Pemeluk Agama Desa Bakaran Wetan
Tahun 2013 ............................................................................... 50
Tabel 7: Jumlah Sarana Peribadatan Desa Bakaran Wetan
Tahun 2013 ............................................................................... 51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Instrumen Penelitian ........................................................... 142
Lampiran 2: Daftar Informan Utama Penelitian ..................................... 156
Lampiran 3: Daftar Informan Pendukung Penelitian .............................. 158
Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian ........................................................... 160
Lampiran 5: Surat Bukti Penelitian ......................................................... 161
Lampiran 6: Peta Lokasi Penelitian ........................................................ 162
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia Jawa mempunyai kepercayaan terhadap hal-hal yang
dianggapsakral atau kekuatan besar diluar dirinya. Kepercayaan
tersebut mendorong rasa ingin tahu masyarakat Jawa tentang hal-hal
ghaib sebagai perwujudan dari arwah atau roh leluhur. Adanya
keyakinan tersebut melahirkan tindakan sosial berupa ritual di suatu
tempat keramat yang dianggap mistis atau dihuni oleh mahluk halus.
Kepercayaan melakukan ritual tersebut dilandasi pula dengan adanya
paham kejawen yang merupakan sinkritisme agama dalam masyarakat
Jawa.
Keyakinan masyarakat Jawa terhadap suatu hal yang dianggap
sakral, diwujudkan dalam suatu tindakan yang disebut sebagai ritual.
Masyarakat melaksanakan serangkaian upacara ritual dengan tujuan
untuk menyembah Tuhan dan mengusir roh halus dalam suatu tempat
yang sifatnya jahat supaya keberadaannya tidak mengganggu aktivitas
manusia. Kepercayaan terhadap suatu mitos mampu mempengaruhi
adanya pelaksanaan upacara ritual dalam masyarakat. Seperti halnya
mitos yang terdapat dalam masyarakat Jawa, meskipun sudah bertahun-
tahun lamanya, namun tidak bisa hilang dalam masyarakat.
Menurut Dhavamony (dalam Fitriyati, 2006:37), mitos
merupakan tindakan ritual yang mengutarakan suatu peristiwa lisan
yang pernah terjadi dalam lingkup masyarakat yang hidup. Mitos yang
2
berawal dari kepercayaan kolektif masyarakat lokal terhadap suatu
cerita lisan, kemudian lama-kelamaan berkembang dan diyakini oleh
masyarakat di luar daerah tersebut.Sama halnya dengan mitos yang
terdapat di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
Dahulu mitos tersebut hanya dimiliki oleh masyarakat Bakaran,
tetapi sekarang sudah berkembang dan juga dipercaya oleh masyarakat
di luar Desa Bakaran. Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan ini
merupakan tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar.
Tokoh Nyai Ageng Bakaran Wetan dianggap sebagai cikal bakal serta
penyebar agama Islam di Desa Bakaran, sehingga beberapa mitos yang
berkembang dalam masyarakat Desa Bakaran merupakan wujud dari
adanya kepercayaan pada petilasan Nyai Ageng Desa Bakaran Wetan.
Petilasan atau punden Nyai Ageng Bakaran bentuknya berupa sumur
yang dipercaya keramat oleh masyarakat setempat.
Masyarakat Bakaran mempunyai mitos bahwa sumur yang ada di
dalam punden Nyai Ageng mampu membuktikan mana orang yang
terbukti benar dan mana orang yang terbukti bersalah atas suatu
tuduhan. Selain itu, air yang ada di dalam sumur tersebut juga dipercaya
mampu untuk menyembuhkan segala jenis penyakit, mudah jodoh dan
segala permintaan. Hal ini yang membuat banyak pengunjung kerap
mendatangi tempat tersebut, baik yang berasal dari daerah Kabupaten
Pati bahkan dari luar Jawa. Selain mendatangi punden Nyai Ageng
3
untuk berziarah, pengunjung juga berdo‟a dan memohon agar segala
keinginannya dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan ini melahirkan banyak
pantangan dan ritual. Pantangan yang tidak boleh dilanggar, seperti
tidak boleh membangun rumah dengan menggunakan batu bata merah,
larangan berjoget antara laki-laki dan perempuan (hiburantayuban),
larangan menjual nasi, larangan mencicipi makanan untuk kendurian,
larangan tidak boleh memasak bagi ibu-ibu dalam keadaan kotor
(menstruasi) saat menyiapkan kendurian, serta wajib ritual meledang
bayi yang baru lahir dan juga pengantin untuk keturunan masyarakat
Bakaran. Kemudian ritual yang dilakukan di Punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan seperti buka luwur, upacara ledang (pengantin dan
bayi), upacara merti dusun, dan tradisi ziarah.
Pantangan dan ritual tersebut masih dipercaya dan dipatuhi oleh
masyarakat Desa Bakaran Wetan, meskipun modernisasi dan kemajuan
teknologi telah mereka dapatkan. Kondisi tersebut tidak serta-merta
mengubah pola pikir masyarakat Bakaran Wetan. Seiring dengan
modernisasi yang mereka jalani saat ini, masyarakat di Desa Bakaran
Wetan juga masih mempercayai dan mempraktikkan mitos tersebut di
tengah kehidupan sehari-hari.Atas dasar latar belakang diatas, maka
penulis mengangkat judul penelitian sebagai berikut: Mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan Sebagai Piagam Sosial Masyarakat Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas,maka dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran WetanKecamatan Juwana
Kabupaten Pati terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Desa BakaranWetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis persepsi masyarakat Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan.
2. Mengetahui pantangan dan ritual yang mengiringikeberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
3. Mengetahui fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
5
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis
maupun secara praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca dalam bidang
sosiologi antropologi tentang kajian mitos dan ritual yang
mengiringi adanya mitos dalam masyarakat di Desa Bakaran
Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian serupa di waktu yang
akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk memperoleh informasi serta meningkatkan kepekaan
peneliti dalam bidang sosial dan budaya yang berkaitan dengan
konstruksi budaya dalam masyarakat.
b. Bagi masyarakat Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati dan sekitarnya, diharapkan dapat memberikan
informasi tentang ritual dan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
serta mampu menambah pengetahuan atau pemahaman
masyarakat tentang ragam kebudayaan dan eksistensi tradisi
yang mereka miliki.
c. Bagi pemerintahpada umumnya dan aparat Desa Bakaran pada
khususnya, diharapkan mampu mengembangkan kebudayaan
yang ada sebagai aset wisata religi maupun kearifan lokal yang
6
hanya ada di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
E. BATASAN ISTILAH
Untuk mempermudah dalam memahami dan mempertegas ruang
lingkup objek penelitian agar tidak terlalu luas, maka istilah dalam judul
penelitian ini perlu diberi batasan antara lain sebagai berikut:
1. Mitos
Menurut istilah mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat
yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang
terjadi di dunia lain pada masa lalu dan dianggap benar-benar terjadi
oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos merupakan cerita
tradisional yang diyakini oleh sebagian masyarakatyang berasal dari
asal-usul alam semesta, manusia, ataupun bangsa yang kemudian
diungkapkan dengan cara-cara ghaib yang mengandung
makna.Masyarakat yang menyakini adanya mitos, menganggap
bahwa mitos merupakan mitologi yang keberadaannya menceritakan
tentang petualangan para dewa atau seorang tokoh, percintaan
mereka, kisah perang dan sebagainya.
Menurut Malinowski (Keesing, 1992:107-108), mitos merupakan
cerita tentang asal mula terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita
tentang alam dan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa (yang terjadi
di belakang atau dibalik dunia). Ceritanya sungguh ada dalam
kepercayaan mereka dan bersifat keramat. Masyarakat tradisional
7
sering percaya terhadap hal yang berhubungan dengan kejadian di
luar akal pikirannya. Berhubungan dengan tempat atau peristiwa
yang terjadi tersebut, tersusun dalam kepercayaan masyarakat
terhadap hal yang dikeramatkan. Mitos mampu memberikan
penjelasan mengenai sesuatu yang terjadi di masa lampau berkaitan
dengan hal-hal yang terjadi di luar akal manusia.
Mitos yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan yang berada di punden Nyai Ageng Bakaran
Wetan Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
2. Punden
Kata "punden" (atau pundian) berasal dari bahasa Jawa. Kata
pepunden yang berarti "objek-objek pemujaan" mirip pengertiannya
dengan konsep kabuyutan pada masyarakat Sunda.Istilah “punden”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat
terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal
masyarakat desa yang dihormati dan dianggap sebagai tempat yang
dikeramatkan. Hampir sama dengan istilah punden berundak, konsep
dasar yang dipegang adalah para leluhur atau pihak yang dipuja
berada pada tempat-tempat tinggi (biasanya puncak gunung) dan ada
dalam tradisi megalitikum. Berbeda dalam bentuk fisik, Istilah
“punden berundak“ menegaskan fungsi pemujaan/penghormatan
atas leluhur, tidak semata struktur dasar tata ruangnya. Sedangkan
punden berupa makam, pohon besar, atau apapun yang dikeramatkan
oleh masyarakat setempat.
8
Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan yang merupakan tempat
keramat bagi masyarakat yang meyakininya. Keberadaan tempat
keramat selalu disangkut pautkan dengan keberadaan cerita rakyat
Nyai Ageng Bakaran Wetan sebagai tempat “Muksa”,yaitu (Mati
beserta raganya) yang merupakan tokoh wanita yang disegani
oleh masyarakat Desa Bakaran. Muksa merupakan mati yang tidak
diketahui jasadnya atau dengan menghilang.
Istilah punden Nyai Ageng Bakaran Wetan adalah tempat
peninggalan dari Nyai Ageng Bakaran Wetan yang dulunya dipakai
sebagai tempat mandi oleh Nyai ageng dan aktivitas lainnya. Berasal
dari “gowakan” atau tanah yang dilubangi agak lebar
sebagaipenampungan air untuk aktivitas sehari-hari, sekarang
dianggap sangat sakral oleh masyarakat karena air dari sumur
tersebut tidak akan pernah habis sumbernya meskipun musim
kemarau sekalipun. Air dari sumur tersebut dipercaya mampu
membantu masyarakat dalam hal menyembuhkan penyakit,
membuktikan siapa yang salah atau benar sehingga dikenal dengan
sumur sumpah serta kepercayaan lainnya tentang mitos sumur Nyai
Ageng yang kini sudah dikenal oleh masyarakat luas. Sumur itu
disebut dengan petilasan atau punden Nyai Ageng Bakaran Wetan
yang berada di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati.
9
3. Ritual
Menurut Koentjaraningrat (1985:44), Ritual atau ritus adalah
aktivitas dari tindakan manusia untuk berkomunikasi dan
melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa, roh nenek
moyang atau makhluk halus lain, dilakukan secara berulang-ulang
baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja.
Menurut Pritchard (Dalam Fitriyati, 2006:19), ritual
merupakan bagian dari kebudayaan dimana seseorang dilahirkan dan
karenanya ritus itu menyerap ke dalam dirinya dari luar,
sebagaimana bagian ritus lain dari kebudayaan dan itu merupakan
karya bagi masyarakat, bukan dari emosi atau pikiran tertentu. Ritual
merupakan aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dan
sudah menjadi bagian dari kebiasaan dalam pribadi individu yang
terwujud dalam satuan kebudayaan.
Menurut Twikromo (2006:25), hakikatnya dari tindakan
keagamaan yang terwujud dalam bentuk ritual upacara persembahan
atau pemberian sesuatu adalah untuk mencapai tingkat selamat atau
kesejahteraan, yaitu suatu keadaan ekuilibrium unsur yang ada
dalam isi suatu wadah tertentu. Adanya ritual dipercaya oleh
masyarakat sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, roh, dan makhluk yang tidak kasat mata supaya dalam
keberadaannya di suatu tempat yang dianggap sakral oleh
masyarakat tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia, sehingga
10
keberadaanya dapat selaras dan hidup berdampingan dengan
manusia.
Ritual yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Bakaran Wetan di Punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan untuk menghormati keberadaan Nyai Ageng
Bakaran Wetan.
4. Piagam Sosial
Piagam sosial atau social charter adalah sebuah konsep yang
muncul dari seorang tokoh antropologi yaitu Bronislaw Malinowski,
(1926), yang menjelaskan bahwa mitos merupakan piagam sosial
yang ada dalam masyarakat. Mitos tidak hanya sekedar memberika
pemaknaan terhadap perilaku sosial masyarakat, namun mitos juga
merupakan peletak dasar dari adanya aktivitas masyarakat. Adapun
pantangan dan ritual yang ada dalam masyarakat mampu
memperkuat kedudukan mitos dalam masyarakat.
Konsep piagam sosial merupakan penjelasan tentang mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan yang kedudukan mampu mempengaruhi
aktivitas sosial budaya dalam masyarakat Desa Bakaran Wetan.
Kedudukan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan tidak hanya
menjelaskan tentang seorang tokoh Nyai Ageng Bakaran Wetan
yang sangat berjasa dalam kehidupan masyarakat Bakaran Wetan,
namun mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan membwa nilai-nilai
kehidupan yang dapat mempengaruhi aktivitas dalam kehidupan
masyarakat Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Menurut Bascom (Danadjaja,1986), Mite atau mitos adalah
cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap
suci oleh empunya cerita. Tokoh mite adalah para dewa atau
setengah dewa dan terjadi di dunia atapun dunia lain yang kita
ketahui sekarang juga terjadi pada masa lalu. Mitos akan
memunculkan tokoh baik yang di puji, disegani atau sebaliknya.
Keadaan masyarakat yang percaya akan kebenaran mitos tersebut
kemudian meyakininya dan mempresentasikan dalam kehidupan
sehari-hari dalam lingkup budaya yang memperkuat kepercayaan
masyarakat tersebut.
Sama halnya dengan masyarakat Bakaran Wetan masih
percaya dengan seorang tokoh yang hidup di masa lampau yang
membawa pengaruh penting bagi tatanan hidup masyarakat Bakaran
Wetan. Masyarakat Bakaran Wetan kemudian mengemas dalam satu
keyakinan dan meyakini bahwa mitos tersebut sangat penting dalam
kehidupannya. Mitos tersebut dilatarbelakangi dari adanya
kepercayaan masyarakat terhadap seorang tokoh di Desa Bakaran
Wetan yang dianggap sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat.
Penelitian berikutnya yang terkait dengan mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan adalah tulisannya Meitasari (2009), yang berjudul
12
Cerita “Nyai Sabirah” di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati Jawa Tengah. Dalam tulisan Meitasari menjelaskan
tentang adat dan tradisi masyarakat Desa Bakaran Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah terhadap petilasan Nyai
Sabirah serta bagaimana masyarakat Bakaran menjaga dan
memelihara tradisi tersebut terkait dengan foklor yang masih dijaga
oleh masyarakat Desa Bakaran Wetan. Penelitian tersebut
memunculkan persamaan terhadap objek penelitian yang akan
diteliti, yaitu sama-sama meneliti tentang punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan beserta rangkaian ritual yang ada. Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada
fokus penelitiannya. Penelitian Meitasari lebih menjelaskan tentang
unsur foklor yang melatarbelakangi adanya tradisi di punden Nyai
Ageng Bakaran dengan menggunakan pendekatan foklor oleh James
Danandjaja (1984), sedangkan penelitian ini akan meneliti fungsi
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan terhadap perilaku dalam aktifitas
sehari-hari masyarakat di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
Tinjauan selanjutnya adalah penelitian dari Ananda (2012),
yang berjudul “Unsur-Unsur Mitos Animisme, Ritus dan Magis
Dalam Pemujaan Dewi Sri”. Dalam tulisan ini, Ananda menjelaskan
adanya ritual pemujaan terhadap Dewi Sri yang berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat agraris di daerah Bali. Adanya penghargaan
terhadap kedudukan Dewi Sri dapat terlihat dari adanya upacara
13
pemujaan yang dilakukan oleh masyarakat agraris di Bali.
Penghargaan tersebut muncul berdasarkan cerita masa lampau yang
masih diyakini masyarakat hingga masa kini. Persamaan anatara
penelitian Ananda penelitian ini adalah dalam mengungkapkan
mengenai cerita tokoh masa lampau yang masih diyakini sampai saat
ini dan adanya mitos yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual
sebagai penghormatan terhadap tokoh tersebut. Perbedaannya
terletak pada penekanan terhadap pelakasanaan ritual yang
dilatarbelakangi oleh konsep foklor dalam masyarakat agraris di Bali
tentang Dewi Sri. Sedangkan konsep mitos dalam tulisan tersebut
hanya sebagai pengantar singkat dari sejarah ritual pemujaan Dewi
Sri yang ada dalam masyarakat agraris di Bali.
Tinjauan selanjutnya adalah penelitian dari Humaeni (2012),
dengan judul “Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat
Banten”, dalamtulisannya Humaeni menjelaskan tentang beberapa
mitos yang tersebar di beberapa daerah di Banten. Humaeni
menjelaskan tentang pemahaman dan keyakinan masyarakat Banten
terhadap beberapa mitos yang masih dijaga eksistensinya dari
generasi ke generasi serta tentang makna dan fungsi mitos bagi
masyarakat Banten yaitu untuk mengukuhkan sesuatu, menjaga
solidaritas kultural dan masyarakat, serta untuk mempertahankan
prestise dan status sosial masyarakat. Persaamaan antara penelitian
Humaeni dengan penelitian ini adalah fokus penelitian yang
menjelaskan tentang keyakinan masyarakat terhadap adanya mitos
14
yang masih dijaga eksistensinya dan mempunyai fungsi serta peran
penting dalam kehidupan masyarakat. Jurnal tersebut juga
menggunakan beberapa konsep teoritis tentang mitos dari beberapa
tokoh, yang salah satunya adalah sekilas penjelasan dari Malinowski
mengenai konsep mitos sebagai piagam sosial atau “social charter”.
Hanya saja, perbedaan antara penelitian Humaeni dengan penelitian
ini terletak pada tidak dibahasnya ritual yang mengiringi keberadaan
beberapa mitos yang dipercayai masyarakat Banten dalam penulisan
jurnal tersebut. Perbedaan juga terletak pada teori yang digunakan
Humaeni untuk menganalisis data yaitu teori fungsionalisme-
struktural dari Levis Strauss, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan teori fungsionalisme dari Malinowski yang
menekankan pada kedudukan mitos sebagai Social Charter
ataupiagam sosial dalam masyarakat.
B. Landasan Teori
Tulisan ini mengkaji tentang mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati,
mengacu pada kajian dari Brownislaw Malinowski yang
menjelaskan tentang pesan moral yang dapat disampaikan dari
sebuah mitos kepada masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut,
mengacu pada tulisan Malinowski (1926), yang berjudul “Myth In
Primitive Psychology”, mitos dianggap sebagai sebuah “model” atau
menurut Malinowski sebagai “social charter” atau piagam sosial.
15
Menurut Malinowski (1926) mitos dapat membangun
solidaritas sosial masyarakat yang bersangkutan, sehingga dengan
adanya mitos yang memiliki sakralitas dan mengandung pesan moral
yang diwariskan dari para leluhur, seseorang yang keluar dari
daerahnya untuk merantau atau pindah menetap di daerah lain akan
tetap memelihara nilai sakral dan nilai moral mitos tersebut.
Kemudian akan diwariskan kepada anak-anak mereka sebagai
generasi berikutnya, sehingga ketika terdapat suatu ritual yang harus
dijalani berdasarkan mitos yang diperoleh dari daerah asalnya,
selanjutnya dapat dipraktikkan di tempat tinggalnya yang sekarang.
Mitos yang berkembang pada masyarakat primitif tidak
hanya sebuah cerita atas suatu kisah. Mitos juga digunakan sebagai
kenyataan hidup yang mampu mempengaruhi perilaku pada
masyarakat tertentu. Pelaksanaan ritual dalam masyarakat selalu
terdapat pembenaran oleh mitos yang ada dalam masyarakat
tersebut. Menurut masyarakat yang masih tradisional, ada dua unsur
yang sangat berpengaruh yaitu mitos dan ritual. Malinowski
menjelaskan bahwa mitos dalam masyarakat itu tidak bisa berdiri
sendiri, namun akan ada ritual yang mengiringi keberadaan mitos
tersebut.
Menurut Malinowski ada hubungan antara fungsi dan peran
mitos bagi masyarakat. Mitos tidak hanya sebuah kisah yang
diceritakan tetapi sebuah realita yang hidup dalam masyarakat.
Kenyataan tersebut dipercaya karena dianggap pernah terjadi pada
16
masa lampau dan terus berlanjut hingga sekarang yang mampu
mempengaruhi kehidupan manusia. Pandangan Malinowski
menyatakan bahwa mitos tidak seharusnya diperlakukan sebagai
penjelasan atau simbol. Mitos seharusnya digunakan sebagai
motivasi orang-orang untuk membentuk realita masyarakat dan tidak
hanya digunakan sebagai diskripsi faktual saja.
Penulis memilih konsep mitos dari kajian Malinowski
tentang “Myth in Primitive Psychology” dalam melihat mitos punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan, karena melihat masyarakat Desa
Bakaran Wetan yang masih percaya terhadap mitos yang ada di
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan dan masih melaksanakan
serangkaian ritual yang ada dari dahulu hingga sekarang. Meskipun
dalam kondisi masyarakat yang sudah semakin modern dan
perkembangan generasi yang lebih maju, namun masyarakat Desa
Bakaran masih memegang kuat tradisi yang ada. Mitos tentang Nyai
Ageng tersebut dianggap masyarakat Bakaran sebagai hal yang
sangat penting untuk kehidupan sosial masyarakat. Meskipun
sumber adanya mitos itu sendiri barasal dari masyarakat yang masih
mempercayai keberadaan Nyai Ageng.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian yang memaparkan
gambaran dalam penelitian sebagai kajian utama dan hubungan-
hubungan antar dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau
17
grafis. Kerangka berpikir digunakan untuk memudahkan pembaca
dalam memahami alur penelitian. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif yang menjelaskan dan menguraikan
fokus penelitian di lapangan. Fokus penelitian yang dimaksud
adalah mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan yang mampu
mempengaruhi perilaku dalam kehidupan masyarakat di Desa
Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Penelitian ini di
gambarkan dalam kerangka penelitian sebagai berikut:
Bagan 1: Kerangka berfikir penelitian mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Jakenan
Kabupaten Pati
Masyarakat Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati memiliki kepercayaan terhadap tempat yang
dikeramatkan yaitu punden Nyai Ageng Bakaran Wetan. Bagi
kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan, keberadaan Punden
Ritual di Punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan
Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan
Masyarakat Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
Persepsi
Masyarakat
Terhadap Mitos
Nyai Ageng
Bakaran Wetan
Mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan
Pantangan dan Ritual yang
Mengiringi Keradaan
Mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan
Fungsi Mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan
dalam Kehidupan
Masyarakat Bakaran
Wetan
Teori Fungsionalisme
Bronislaw Malinowski
18
Nyai Ageng memiliki peranan yang penting. Adanya kepercayaan
terhadap mitos Nyai Ageng mampu mempengaruhi pemikiran
masyarakat Desa Bakaran Wetan, sehingga melahirkan tindakan
sosial berupa serangkaian upacara ritual yang dilaksanakan di
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan. Selanjutnya, tindakan sosial
tersebut akan dikaji menggunakan teori fungsionalisme dari
Malinowski yang kemudian dapat dilihat persepsi masyarakat
terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan, serta pantangan dan
upacara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan, dan berujung pada fungsi mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong,
2007:4). Penulis terjun langsung dalam kehidupan masyarakat
sasaran untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Penulis
mencatat semua kata-kata, tindakan dan pemikiran informan serta
mendokumentasikannya dalam bentuk foto dan rekaman. Kata-
kata dan tindakan diperoleh melalui wawancara dan observasi
dengan berpedoman pada instrumen penelitian.
B. Lokasi penelitian
Penetian ini dilakukan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati. Penelitian ini mendiskripsikan mengenai
persepsi masyarakat Bakaran Wetanterhadap mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan, pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan, dan fungsi mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan. Alasan dipilihnya lokasi tersebut karena di Desa
Bakaran Wetan terdapat Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan,
masyarakat Desa Bakaran Wetan yang masih memegang erat
adanya mitos tentang Nyai Ageng Bakaran Wetan yang dianggap
20
sakral dan cikal bakal masyarakat Bakaran dan masyarakat
Bakaran Wetan yang masih melaksanakan ritual di Punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupten Pati.
C. Fokus Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari suatu hal yang kosong,
melainkan dilakukan berdasarkan pandangan seseorang terhadap
suatu masalah (Moleong,2010:92). Sesuai dengan judul penelitian
ini yaitu Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran
Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ini fokus dalam
penelitian ini adalah persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan tersebut, pantangan dan ritual
yang mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan,
dan fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan
masyarakat Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini
adalahmasyarakat Desa Bakaran Wetan yang masih mempercayai
adanya mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dan melaksanakan ritual
yang ada di punden Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, dari subjek penelitian, dipilih
21
tujuh (7) orang sebagai subjek dalam penelitian ini. Subjek
penelitian berjumlah tujuh (7) orang yaitu lima (5) orang subjek
yang dipilih berdasarkan pertimbangan kebutuhan yaitu untuk
memperoleh informasi yang maksimum dan dua (2) orang
subjek lainnya dipilih berdasarkan rekomendasi dari subjek
sebelumnya, sehingga dipertimbangkan dapat memberikan data
yang lebih lengkap. Pertimbangan dan penentuan subjek penelitian
dimaksudkan untuk memperoleh data yang memang dibutuhkan
dalam penelitian dan sesuai dengan rumusan
permasalahan.Berikut daftar informan utama dalam penelitian ini :
Tabel 1. Daftar Informan Utama Penelitian
(Sumber: Data Primer, Tahun 2015)
Berdasarkan daftar informan di atas pertimbangan dan
penentuan informan penelitian atas dasar bahwa kelima informan
No Nama Usia Jenis
Kelamin
Pendidikan Pekerjaan
1. Basir
Sukarno
58 L SD Juru Kunci
2. Kabul
Sutriso
83 L SMP Tokoh
Masyarakat
3. Agustiono
52 L SMA Tokoh
Agama
4. Ana Fitri
W.
21 P SMA Mahasiswa
5. Suparju
39 P SMP Ibu Rumah
Tangga
6. Bukhari 63 L SD Pengrajin
Batik
7. Ngarulis 46 P SD Ibu Rumah
Tangga
22
tersebut dianggap mengetahui informasi tentang mitos yang
berhubungan dengan Nyai Ageng Bakaran Wetan di dalam
masyarakat Desa Bakaran Wetan secara lebih jelas, mengetahui
pantangan dan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Bakaran
Wetan di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan dan fungsi mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan masyarakat.
Pada tanggal 24 sampai 28 Maret 2014, Penulis
melakukan wawancara dengan Bapak Basir Sukarno (58 tahun),
ketika beliau sedang melakukan ritual membantu mendo‟akan
orang yang sedang meminta air sumur Nyai Ageng untuk
dijadikan obat. Pada tanggal 20 Februari 2015, pukul 09.00-12.15
WIB, penulis melakukan wawancara langsung dengan beliau
ketika beliau sedang menyiapkan makanan untuk keperluan
kendurian. Beliau dijadikan informan utama dengan
pertimbangan yaitu beliau merupakan juru kunci punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan, yang mengetahui bagaimana sosok Nyai
Ageng Bakaran Wetan, mempunyai banyak pengalaman
mengenai pelaksanaan upacara ritual yang dilaksanakan di
Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan serta mengetahui sejarah
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam masyarakat, sehingga
tepat untuk dijadikan informan utama.
Pada tanggal 8 Maret 2015, pukul penulis wawancara
dengan Bapak Kabul Sutrisno (85 tahun) yang merupakan tokoh
masyarakat Bakaran Wetan. Beliau adalah pemimpin dari sanggar
23
kesenian kethoprak Bakaran yang sampai sekarang merupakan
salah satu identitas seni budaya di Desa Bakaran. Sebagai seorang
seniman yang mendirikan dan mengembangkan sanggar kesenian
kethoprak Bakaran, beliau juga mengetahui tentang mitos Nyai
Ageng Bakaran, sehingga penulis menjadikan beliau sebagai
informan utama dalam penelitian.
Pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 11.50-13.40 WIB
mendapatkan saran untuk menemui Bapak Agustiono (52 tahun)
selaku sekretaris Desa Bakaran Wetan dan tokoh agama (moden)
Desa Bakaran Wetan. Pertimbangan penulis menjadikan Bapak
Agustiono sebagai informan pendukung penelitian adalah karena
beliau merupakan tokoh agama yang ada di Desa Bakaran Wetan
dan perangkat desa yaitu sekretaris Desa Bakaran Wetan yang
mampu memberikan informasi mengenai mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan dan informasi dari administratif Desa Bakaran
Wetan.
Penulis melakukan wawancara dengan Ana Fitri Wahyuni
(21 tahun), pada 2 Maret 2015. Dia adalah seorang mahasiswi di
salah satu perguruan tinggi swasta di Semarang. Dia termasuk
salah satu remaja yang tergabung dalam sanggar pelatihan
kerajinan batik Bakaran yang ada di Desa Bakaran Wetan.
Meskipun tergolong masih muda, namun dia sangat memahami
dengan mitos yang ada di desanya. Sejarah keluarga yang sangat
percaya dengan kepercayaan kejawen, masih menyisakan
24
pengertian tersendiri dalam pemikirannya mengenai mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan yang berkembang saat ini di lingkungan
tempat tinggalnya. Meskipun perkembangan jaman yang
menuntut dia berpikir jauh lebih maju, namun dia tetap
menghormati dan melaksanakan apa yang sudah menjadi tradisi
diDesa Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Suparju pada
tanggal 2 Maret 2015. Ibu Suparju (39 tahun) dijadikan informan
dengan pertimbangan bahwa beliau adalah keturunan asli Bakaran
Wetan yang dapat memberikan informasi mengenai
perkembangan kepercayaan masyarakat terhadap punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Beliau juga pernah melaksanakan tradisi
seperti ritual yang ada di punden Nyai Ageng sebagai wujud
penghormatan terhadap leluhur Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Bukhari (63
tahun), pada tanggal 28 Maret 2015. Beliau adalah salah satu
pengrajin batik Bakaran yang terkenal dan yang rumahnya tidak
jauh dari punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, tepatnya yaitu 10
meter dari lokasi punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Pertimbangan memlih beliau sebagai informan penelitian adalah
dengan jarak tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari lokasi
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, sekaligus beliau merupakan
tokoh di Desa Bakaran Wetan yang ditunjuk oleh Bapak Bupati
sebagai perwakilan dari Kabupaten untuk menjadi tokoh
25
pengembang budaya pada tahun 2004. tentunya beliau mampu
untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Ngarulis (46
tahun), pada tanggal 28 Maret 2015. Beliau adalah seorang ibu
rumah tangga yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang di pasar.
Pertimbangan memilih beliau sebagai informan penelitian adalah
dengan kepercayaan beliau yang berbeda dengan mayoritas
masyarakat Bakaran Wetan yang memeluk agama Islam. Maka
peneliti tertarik untuk mengetahui pandangan beliau untuk
memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
Informan pendukung penelitian berjumlah 8 (delapan)
orang. Mereka adalah orang-orang yang mampu memberikan
informasi serta pendapat tentang mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan. Juru Kunci dan tokoh masyarakat merupakan informan
utama, sedangkan informan pendukung yaitu perangkat desa,
tokoh agama dan pengunjung punden Nyai Ageng Bakaran
Wetan. Berikut ini adalah tabel daftar informanpendukung
penelitian:
26
Tabel 2: Daftar InformanPendukung Penelitian
(Sumber: Data Primer, Tahun 2015)
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 2015, pukul 09.00-09.35 WIB,
penulis menuju ke rumah Bapak Subari Noto Buwono (65 tahun),
beliau adalah Kepala Desa Bakaran Wetan yang membantu
penulis untuk mendapatkan informasi mengenai data monografi
desa dan informasi pendukung yang dibutuhkan. Beliau
memberikan arahan penulis untuk menemui staff atau perangkat
desa jika masih ada informasi yang belum dimengerti oleh
penulis.
Pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 10.15-11.40 WIB,
penulis menemui Bapak Juari (45 tahun) di Kantor Kepala Desa
Bakaran Wetan yang sehari sebelumnya penulis sudah disarankan
oleh Bapak Subari NB selaku Kepala Desa Bakaran Wetan.
Bapak Juari merupakan staff KASI Pemerintahan Desa Bakaran
No Nama Usia Jenis
Kelamin
Pendidikan Keterangan
1. Subari NB 65 L
SMA Perangkat
Desa
2. Juari 45 L S1 Perangkat
Desa
3. Lastri 55 P SD Pedagang
4. Rukisih 49 P SMA Guru
5. Suyanto 58 L SD Petani
6. Margo 53 L SMP Pengunjung
7. Darti 40 P SD Pengunjung
8. Harni 41 P SD Pengunjung
27
Wetan atau administrasi desa yang bertugas memberikan
informasi kepada tamu atau masyarakat yang membutuhkan
informasi tentang Desa Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Rukisih (49
tahun), pada tanggal 3 Maret 2015. Ibu Rukisih adalah istri dari
tokoh agama sekaligus sekretaris di Desa Bakaran Wetan yaitu
Bapak agustiono. Sehari-sehari beliau adalah ibu rumah tangga
yang juga berperan sebagai guru TPQ (Taman Pendidikan Al-
Qur‟an) di sekolah samping rumahnya. Pertimbangan penulis
dalam memilih beliau sebagai informan karena sudah lama
tinggal di Desa Bakaran Wetan dan beliau banyak mengetahui
dan menghormati pelaksanaan ritual dan mitos yang ada di Desa
Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Lastri (55
tahun), pada tanggal 15 Februari 2015. Beliau adalah seorang ibu
rumah tangga yang rumahnya tidak jauh dari punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan, tepatnya yaitu di depan lokasi punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Pertimbangan memilih beliau sebagai
informan penelitian adalah dengan jarak tempat tinggal yang tidak
terlalu jauh dari lokasi punden Nyai Ageng Bakaran Wetan,
tentunya beliau mampu untuk memberikan informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
28
Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Suyanto (58
tahun), pada 15 Februari 2015. Beliau sehari-hari bekerja sebagai
petani tambak. Pertimbangan tempat tinggalnya yang juga tidak
jauh dari lokasi punden Nyai Ageng Bakaran Wetan adaah
merupakan alasan peneliti memilih beliau sebagai informan
dalam penelitian.
Pada tanggal 19 Februari 2015, pukul 16.20-17.27 WIB
Penulis wawancara dengan informan pendukung Bapak Margo
(53 tahun), yang merupakan pengunjung punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan. Beliau bekerja sebagai supir Bus. Pertimbangan
penulis memilihsebagai informan pendukung karena beliau adalah
salah satu masyarakat Bakaran Wetan yang selalu mengikuti
pelaksanaan upacara ritual yang ada di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan bahkan beliau mempunyai jadwal sendiri untuk
jiarah setiap satu bulan minimal sekali untuk mengunjungi
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Pada tanggal 19 Februari 2015, pukul 15.15-16.50 WIB,
penulis melakukan wawancara dengan informan pendukung yaitu
Ibu Darti (40 tahun), seorang pedagang buah di pasar Juwana.
Ketika beliau sedang melakukan ritual kendurian di bangunan
sigit atas keberhasilan usahanya lantaran Nyai Ageng Bakaran
Wetan. Sebagai pengunjung punden Nyai Ageng Bakaran Wetan
yang sering mengikuti upacara ritual, upacara kendurian di
bangunan sigit punden Nyai Ageng Bakaran Wetan adalah bukan
29
pertama kalinya, sehingga dengan pengalaman beliau, penulis
akan mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan ritual yang
ada di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara terhadap informan
pendukung yaitu Harni (41 tahun) pada tanggal 19 Februari 2015,
pukul 16.20-17.51 WIB, ketika beliau sedang melakukan ritual di
Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan. Beliau adalah seorang ibu
rumah tangga yang sehari-hari kerja serabutan. Ketika dalam
waktu luangnya beliau selalu datang di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan. Selain itu beliau juga merupakan salah satu
warga yang rutin mengikuti ritual ziarah dan tirakatan malam
jum‟at di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, sehingga beliau
mampu memberikan informasi mengenai pelaksanaan ritual yang
ada di Nyai Ageng Bakaran Wetan.
E. Sumber dan Jenis Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang berasal dari hasil wawancara dengan informan penelitian ini
adalah juru kunci punden Nyai Ageng, tokoh masyarakat Desa
Bakaran Wetan, tokoh agama Desa Bakaran Wetan, perangkat
Desa Bakaran Wetan dan beberapa perwakilan masyarakat Desa
Bakaran Wetan yang mempercayai maupun tidak mempercayai
adanya mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan. Informan pendukung
30
dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Bakaran Wetan dan
selaku Kepala Desa Bakaran Wetan dan pengunjung punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan.
b. Data Sekunder
Selain data primer, penelitian memerlukan data-data
sekunder. Salah satunya berupa data tertulis yang mampu
menunjang data dalam penelitian. Sumber data tertulis ini
meliputi kajian-kajian yang berkaitan dengan mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan, berupa laporan penelitian ilmiah, skripsi, jurnal
dan media massa. Penulis mengambil data kependudukan Desa
yang terakhir tahun 2013 yang berisi tentang jumlah penduduk
berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, mata pencaharian,
pendidikan dan data profil Desa yang berisi tentang luas lahan,
potensi desa, dan kondisi masyarakat Bakaran Wetan. Sumber
tidak tertulis berupa foto, arsip, dokumen yang berkaitan dengan
fokus penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung dalam
masyarakat Bakaran Wetan, dalam hal ini tentang kegiatan
ritual yang diadakan di Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Observasi dilakukan oleh penulis terlebih dahulu meminta ijin
kepada Kepala Desa Bakaran Wetan. Observasi paling awal
31
adalah pengamatan tentang kondisi masyarakat Bakaran Wetan
yang masih mempercayai mitos Nyai ageng Bakaran Wetan,
dan bagaimana kondisi punden Nyai ageng Bakaran Wetan
yang merupakan petilasan dari tokoh Nyai ageng yang
dianggap keramat oleh masyarakat Bakaran Wetan.
Observasi non partisipasi kepada pengunjung punden yang
sedang melaksanakan ritual minta obat dari air sumur Nyai
ageng Bakaran Wetan dengan terlebih dahulu melakukan ritual
jiarah atau sowan di punden Nyai ageng Bakaran Wetan.
Tanpa ikut serta dan berperan aktif dalam kegiatan
tersebutkarena penulis tidak ingin membuat tidak nyaman para
subjek dalam melaksanakan kegiatan ritual tersebut.
Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian tentunya tidak
terlepas dari beberapa poko permasalahan yang di bahas antara
lain presepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan, pantangan dan ritual yang mengiringi
keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan, fungsi mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan masyarakat
Bakaran Wetan. Observasi terhadap masyarakat Desa Bakaran
Wetan, kondisi punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, dan
pelaksanaan ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan.
Observasi dilakukan dengan melakukan pencatatan data
melalui ponsel (handphone) dan buku secara sistematik
32
terhadap keadaan atau suasana yang dilihat. Dalam penelitian
ini aspek-aspek yang diobservasi adalah ketika pelaksanaan
ritual-ritual yang terkait dengan kepercayaan masyarakat
Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
2. Wawancara
Penelitian ini mengumpulkan data melalui wawancara
mendalam. Peneliti berbaur dengan masyarakat Desa
Bakaran Wetan ketika melaksanakan ritual yang ada di
Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.Proses wawancara
terhadap subyek dan informan peneliti tidak menggunakan
waktu khusus, namun menggunakan waktu luang yang dimiliki
oleh subyek dan informan. Subyek penelitian diwawancara
oleh peneliti secara tidak sengaja dalam tempat maupun
waktu. Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan
data informasi yang lengkap mengenai mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman
pertanyaan yang dibuat oleh peneliti sendiri. Pedoman
pertanyaandibuat sedemikian rupa dan dipahami benar oleh
peneliti, sehingga pedoman tersebut dapat digunakan dengan
semaksimal mungkin. Meskipun demikian, peneliti tidak
mutlak secara formal menggunakan pedoman penelitian.
33
Karena peneliti lebih mengutamakan pembicaraan dengan
subyek dan informan berjalan dengan akrab, tidak memiliki
batasan yang canggung. Peneliti menggunakan pedoman
pertanyaan sebagai alur utama wawancara, sehingga kondisi
akan tetap fokus.
Wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh
orang subyek dan delapan orang informan untuk mendapatkan
informasi mengenai presepsi masyarakat mengenai mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan, pantangan dan ritual yang mengiringi
keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan, dan fungsi
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan terhadap kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati, sedangkan para informan memberikan data
pendukung serta data pembanding.
Pada tanggal 24 sampai 28 Maret 2014, Penulis
melakukan wawancara dengan Bapak Basir Sukarno (58
tahun), ketika beliau sedang melakukan ritual membantu
mendoakan orang yang sedang meminta air sumur Nyai Ageng
untuk dijadikan obat. Pada tanggal 20 Februari 2015, pukul
09.00-12.15 WIB, penulis melakukan wawancara langsung
dengan beliau ketika beliau sedang menyiapkan makanan
untuk keperluan kendurian. Beliau dijadikan informan utama
dengan pertimbangan yaitu beliau merupakan juru kunci
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, yang mengetahui
34
bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan, mempunyai
banyak pengalaman mengenai pelaksanaan upacara ritual yang
dilaksanakan di Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan serta
mengetahui sejarah mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
masyarakat, sehingga tepat untuk dijadikan informan utama.
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 2015, pukul 09.00-09.35
WIB, penulis menuju ke rumah Bapak Subari Noto Buwono
(65 tahun), beliau adalah Kepala Desa Bakaran Wetan yang
membantu penulis untuk mendapatkan informasi mengenai
data monografi Desa Bakaran Wetan dan informasi pendukung
yang dibutuhkan. Beliau memberikan arahan penulis untuk
menemui staff atau perangkat desa jika masih ada informasi
yang belum dimengerti oleh penulis.
Pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 10.15-11.40 WIB,
penulis menemui Bapak Juari (45 tahun) di Kantor Kepala
Desa Bakaran Wetan yang sehari sebelumnya penulis sudah
disarankan oleh Bapak Subari NB selaku Kepala Desa Bakaran
Wetan. Bapak Juari merupakan staff KASI Pemerintahan Desa
Bakaran Wetan atau administrasi desa yang bertugas
memberikan informasi kepada tamu atau masyarakat yang
membutuhkan informasi tentang Desa Bakaran Wetan.
Pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 11.50-13.40 WIB
mendapatkan saran untuk menemui Bapak Agustiono (52
tahun) selaku sekretaris Desa Bakaran Wetan dan tokoh agama
35
(moden) Desa Bakaran Wetan. Pertimbangan penulis
menjadikan Bapak Agustiono sebagai informan pendukung
penelitian adalah karena beliau merupakan tokoh agama yang
ada di Desa Bakaran Wetan dan perangkat desa yaitu sekretaris
Desa Bakaran Wetan yang mampu memberikan informasi
mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dan informasi
dari administratif Desa Bakaran Wetan.
Pada tanggal 8 Maret 2015, pukul penulis wawancara
dengan Bapak Kabul Sutrisno (85 tahun) yang merupakan
tokoh masyarakat Bakaran Wetan. Beliau adalah pemimpin
dari sanggar kesenian kethoprak Bakaran yang sampai
sekarang merupakan salah satu identitas seni budaya di Desa
Bakaran. Sebagai seorang seniman yang mendirikan dan
mengembangkan sanggar kesenian kethoprak Bakaran, beliau
juga mengetahui tentang mitos Nyai Ageng Bakaran, sehingga
penulis menjadikan beliau sebagai informan utama dalam
penelitian.
Pada tanggal 19 Februari 2015, pukul 16.20-17.27
WIB, Penulis wawancara dengan informan pendukung Bapak
Margo (53 tahun), yang merupakan pengunjung punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Beliau bekerja sebagai supir Bus.
Pertimbangan penulis memilihsebagai informan pendukung
karena beliau adalah salah satu masyarakat Bakaran Wetan
yang selalu mengikuti pelaksanaan upacara ritual yang ada di
36
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan, bahkan beliau
mempunyai jadwal sendiri untuk jiarah setiap satu bulan
minimal sekali untuk mengunjungi punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan.
Pada tanggal 19 Februari 2015, pukul 15.15-16.50
WIB, penulis melakukan wawancara dengan informan
pendukung yaitu Ibu Darti (40 tahun), seorang pedagang buah
di pasar Juwana. Ketika beliau sedang melakukan ritual
kendurian di bangunan sigit atas keberhasilan usahanya
lantaran Nyai Ageng Bakaran Wetan. Sebagai pengunjung
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan yang sering mengikuti
upacara ritual, upacara kendurian di bangunan sigit punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan adalah bukan pertama kalinya,
sehingga dengan pengalaman beliau, penulis akan
mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan ritual yang ada
di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Penulis melakukan wawancara terhadap informan
pendukung yaitu Harni (41tahun) pada tanggal 19 Februari
2015, pukul 16.20-17.51 WIB, ketika beliau sedang melakukan
ritual di Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan. Beliau adalah
seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari kerja serabutan.
Ketika dalam waktu luangnya beliau selalu datang di punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan. Selain itu beliau juga merupakan
salah satu warga yang rutin mengikuti ritual ziarah dan
37
tirakatan malam jum‟at di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan,
sehingga beliau mampu memberikan informasi mengenai
pelaksanaan ritual yang ada di Nyai Ageng Bakaran Wetan.
c. Dokumentasi
Penelitian ini mengambil dokumenatau arsip serta foto-
foto dalam kajian yang berhubungan dengan mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan. Peneliti menggunakan arsip pemerintahanDesa
Bakaran Wetan untuk mengungkapkan data profil dan potensi
yang dimiliki desa. Peneliti memperoleh subjek dan informan
penelitian serta proses ritual yang ada di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan sebagai bukti dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif model interaktif (Miles, 1992:19). Tahap analisis data
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Peneliti melakukan proses pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
mendapatkan data yang lengkap mengenai mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Penulis telah mencatat semua data
secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil
observasi dan wawancara di lapangan. Penulis memiliki
catatan-catatan tersendiri untuk setiap subyek dan
38
informan. Data-data tersebut telah peneliti kumpulkan
untuk ditelaah lebih lanjut, seperti peneliti telah
mengumpulkan data mengenai proses ritual yang
dilaksanakan di punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Peneliti memberi pertanyaan kepada para subyek
penelitian sesuai dengan pedoman penelitian. Ketujuh
orang subyek penelitian mengungkapkan bahwa, mereka
mempercayai adanya mitos yang berkembang dalam
masyarakat Bakaran Wetan tersebut termasuk didalamnya
merupakan larangan dan anjuran yang dipercaya oleh
masyarakat berdasarkan mitos yang ada tentang Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Kemudian menjelaskan pula
tentang beberapa ritual yang dilaksanakan di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan, termasuk persiapan dan proses
pelaksanaannya.
b. Reduksi data
Data yang diperoleh oleh penulis telah dipilih dan
disesuaikan dengan hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus peneliti. Data-data tersebut menggambarkan
presepsi masyarakat Bakaran Wetan mengenai mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan, pantangan dan ritual yang
mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan,
dan fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Bakaran Wetan.
39
c. Penyajian data
Penyajian data dilakukan oleh penulis dalam bentuk
deskriptif mengenai permasalahan yang telah
dicantumkan. Penulis menyajikan secara sistematis sesuai
dengan fokus penelitian. Data disajikan secara urut mulai
dari data persepsi masyarakat Bakaran Wetan mengenai
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan, pantangan dan ritual
yang mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan. Penulis juga menjelaskan tentang fungsi mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan masyarakat
Bakaran Wetan.
d. Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang
telah diperoleh. Data-data tersebut ditelaah, dihubungkan
untuk membentuk pola dan dipadukan oleh penulis,
sehingga membentuk struktur yang sistematis. Hasil dari
pengolahan tersebut menjadi dasar penarikan kesimpulan
yang dilakukan penulis. Data dari fokus penelitian yaitu
persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan, bentuk pantangan dan ritual yang
mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
serta fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati. Kesimpulan dari
40
penulismerupakan jawaban atas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini. Kesimpulan dalampenelitian
ini adalah masyarakat Bakaran Wetan masih mempercayai
adanya mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan yang sudah
menjadi adat istiadat dalam masyarakat. Kepercayaan
terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan diiringi oleh
pelaksanaan beberapa ritual di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan. Serta masyarakat Bakaran Wetan percaya
bahwa dengan melakukan ritual di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan dan mempercayai mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan mampu mempengaruhi kehidupan
masyarakat Bakaran Wetan.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil
akhir penelitian. Penelitian ini melaluiteknik untuk memeriksa
keabsahan data yaitu dengan menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
tehnik triangulasi berdasarkan sumber.Penulis membandingkan
dan mengecek balik kebenaran data melalui waktu dan alat yang
berbeda. Penulis melakukan pembandingan dan pengecekan
dengan cara:
1. Membandingkandata hasilwawancara dengan data hasil
pengamatan. Data hasil wawancara dengan salah satu subyek
41
penelitianmenginformasikan bahwa seluruh masyarakat
Bakaran Wetan mempercayai adanya mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan dan melakukan tradisi ritual ziarah setiap
malam jum‟at atau sowan di punden Nyai Ageng Bakaran
Wetan, namun kecuali yang beragama Kristen yang cenderung
tidak mempercayai mitos Nyai Ageng Bakaran Wetandan tidak
mau melakukan tradisi ritual ziarah atau sowan di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan setiap malam jum‟at. Data dari
pengamatan penulis lebih absah, penelitian dilakukan subjek
penelitian sedang melakukan ritual ziarah di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan tidak dapat dijumpai di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan, sedangkan warga yang beragama
Kristen, dapat dijumpai sedang berziarah atau sowan di punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan untuk anaknya.
2. Membandingkan data yang didapat dari hasil wawancara
kepadasubjek terhadap subjek yang lain. Data hasil wawancara
dengan seorang subyek penelitian mengungkapkan bahwa
masyarakat Bakaran Wetan menyakini pantanganyang ada bagi
masyarakat Bakaran Wetan untuk tidak berjualan nasi, karena
alasannya adalah dahulu ketika pembakaran lahan hutan
menjadikan sebagai Desa Bakaran Wetan, Nyai Ageng dan
masyarakat Bakaran pernah mengalami masa paceklik,
bahwabahan pangan yang sangat sulit didapat terutama nasi,
sehingga lebih baik jika punya nasi maka diberikan saja
42
kepada tetangga yang tidak bisa makan daripada harus dijual.
Namun subyek berikutnya mengungkapkan bahwa berjualan
nasi sama saja menjual rezeki dan sudah menjadi pantangan
bagi masyarakat Bakaran. Penulis segera menanyakan ulang
pertanyaan yang sama kepada subyek kedua tersebut yang
akhirnya subyek kedua menyadari kekeliruannya. Demi untuk
mendapatkan data yang absah, peneliti menanyakan maksud
dari adanya pantangan masyarakat Bakaran Wetan untuk
berjualan nasi kepada setiap subjek penelitian yang diteliti.
Subyek penelitian memberikan informasi yang sama, yaitu
pantangan berjualan nasi untuk masyarakat Bakaran itu sudah
ada sejak dahulu. Pada saat itu musim paceklik melanda Desa
Bakaran banyak orang yang tidak bisa makan terutama nasi.
Kemudian Nyai Ageng Bakaran Wetan berpesan kepada
masyarakat Bakaran bahwa jika masih bisa makan nasi jangan
sekali-kali menjual nasi di Desa Bakaran, lebih baik nasi itu
diberikan kepada sesama yang lebih membutuhkan jangan
malah diperjual belikan.
3. Membandingkan data yang diperoleh dari subjek dan
informan. Penulis mendapatkan data mengenai ritual ledang
pengantinatau ritual memutari punden Nyai Ageng Bakaran
Wetan dari seorang informan. Informan tersebut
mengungkapkan bahwa seluruh keturunan Bakaran harus
mengikuti ritual tersebut dengan alasan itu sudah kewajiban
43
dan aturan adat yang sudah ada sejak dahulu. Jika tidak
nantinya akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dan tidak
berani melanggarnya, sedangkan tujuh orang subyek penelitian
telah diwawancarai penulis dengan pertanyaan yang sama.
Data yang didapat dari subyek penelitian berbeda dengan data
dari informan. Beberapa subyek penelitian mengungkapkan
bahwa kewajiban melaksanakan ritual ledangpengantin atau
memutari punden bagi pasangan pengantin keturunan Bakaran
Wetan itu tergantung keyakinan masing-masing individu.
Membuat keyakinan hati, jika tidak akan terjadi sesuatu, maka
tidak akan terjadi hal yang negatif. Sebaliknya, jika sudah
tersugesti di dalam alam bawah sadar individu, maka akan
terjadi hal yang tidak diinginkan. Adapun alasan
lain,dikarenakan supaya nantinya tidak ada gunjingan
masyarakat yang terkesan menyalahkan ketika tidak
melakukan ritual tersebut, maka mereka tetap melakukannya.
Peneliti melihat data dari para subyek penelitian lebih absah,
karena para subyek penelitian sudah berpikir logis dan tetap
melakukan ritual tersebut sebagai wujud menghargai adat
istiadat mereka meskipun sebenarnya mereka sendiri tidak
sepenuh hati menyakini adanya ritual tersebut.
137
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Simpulan yang diambil dari tulisan ini adalah:
1. Kepercayaan masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan dilatarbelakangi oleh asal-usul dari mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan. Nyai Ageng Bakaran Wetan merupakan
tokoh pendiri Desa Bakaran Wetan, sehingga sebagai wujud
menghormati dan melestarikan nilai-nilai yang diajarkan Nyai Ageng
Bakaran Wetan semasa hidupnya, masyarakat Bakaran Wetan sampai
saat ini masih menyakini keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan. Adapun masyarakat Bakaran Wetan yang percaya dan tidak
percaya terhadap keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan.
Presepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh agama dan
keyakinan masing-masing individu.
2. Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan masih diyakini dan dilaksanakan
oleh masyarakat Bakaran Wetan, dikarenakan masyarakat Bakaran
Wetan masih melaksanakan pantangan yang ada, seperti: Pantangan
membuat bangunan menggunakan batu bata merah bagi masyarakat
Bakaran Wetan, mengadakan acara hiburan tayuban, keturunan Desa
Bakaran Wetan menikah dengan keturunan dari Desa Pekuwon dan
Desa Kincir, berjualan nasi bagi keturunan Bakaran Wetan, mencicipi
138
masakan kendurian, memasak bagi perempuan yang sedang
menstruasi untuk makanan kendurian, dan menggunakan ayam untuk
acara kendurian. Adapun ritual yang masih dilaksanakan oleh
masyarakat Bakaran Wetan masih melaksanakan ritual di punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan, seperti: Ritual buka luwur (10 Sura),
Upacara ledang (bayi dan pengantin), merti dusun dan ziarah.
3. Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan sebagai piagam sosial (social
chater) dalam kehidupan masyarakat Bakaran Wetan, terbentuk
dalam beberapa fungsi, yaitu:Pertama, Sebagai nilai dan
pedomandalam kehidupan sosial masyarakat Bakaran Wetan.Kedua,
sebagai media untuk menjaga solidaritas masyarakat Bakaran Wetan.
Ketiga, sebagai pembentuk identitas sosial budaya masyarakat
Bakaran Wetan.
B. SARAN
Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat Desa Bakaran Wetan untuk lebih bisa menghormati
mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dan mengembangkan tradisi yang
sudah ada secara turun temurun di Desa Bakaran Wetan, terlepas dari
agama dan kepercayaan yang dianutnya serta dari adanya pengaruh
modernisasi yang ada. Selain itu, mengajak generasi muda untuk lebih
berpartisipasi dan kreatif dalam memajukan Desa Bakaran Wetan
139
melalui salah satu wujud dari adanya peninggalan Nyai Ageng
Bakaran Wetan yaitu punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
2. Bagi masyarakat di luar masyarakat Bakaran Wetan supaya dapat
menghormati adanya mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan sebagai ciri
khas yang dimiliki oleh masyarakat Bakaran Wetan dan diharapkan
adanya pelaksanaan pantangan dan ritual yang ada di Desa Bakaran
tidak mengurangi hubungan sosial budaya yang ada dan sebaliknya.
Baik solidaritas yang ada di dalam masyarakat Bakaran Wetan, serta
solidaritas yang terbentuk di antara masyarakat Bakaran dengan
masyarakat di luar Desa Bakaran Wetan.
140
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, I Nyoman. 2012. Unsur-Unsur, Animisme, Ritus dan Magi Dalam
Ritual Pemujaan Dewi Sri. vol 14. No. 2 hal. 61. Fakultas Dharma
Duta IHDN Denpasar: Pangkaja (http:// journal_tentang_mitos. htm),
23 Januari 2015/19:38:29.
Danandjaja. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Daeng,J. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2002.IslamDan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta:Gama Media.
Fitriyati, Noor Laily. 2006. Ritual Penziarah Kelenteng Sam Poo Kong
Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang Barat. Skripsi, Jurusan
Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang.
Humaeni, Ayatullah. 2012. Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat
Banten. Vol. 33. No.3. Hal 159-176. Indonesian Journal of Social and
Cultural Anthropology. Universitas Indonesia. (Http://journal.tentang.
mitos.UI.htm). 09 Desember 2014 23:27:26.
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
1985. Ritus Peralihan Di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Malinowski, Brownislaw. 1926. “Myth in Primitive Psycology”, in Magic,
science and Religion and Other Essays. Garden City, NY:
Doubleday& Co. Pp.100-26, 145. Reprinted by permission of
Macmillan Publishers, Inc. Abridged.
Meitasari, Dyah. 2009. Cerita “Nyai Sabirah” di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah (Kajian Foklor).
Surakarta:UNS.(Http://skripsi.mitos.NyaiAgengBakaranWetan.htm),
19 Januari 2015 14:03:02)
Miles, B Matthew & A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Teecep Rohendi. Jakarta: UI Press.
141
Moleong, L. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Peursen,C.A.Van.1988. Strategi Kebudayaan.Yogyakarta:Kanisius.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Twikromo, Y Argo. 2006. Mitologi Kanjeng Ratu Kidul. Yogjakarta: Nidia
Pustaka.
142
Lampiran I
INSTRUMEN PENELITIAN
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun sebagai persyaratan
untuk mencapai gelar sarjana (Strata 1).Skripsi merupakan bukti kemampuan
akademik mahasiswa dalam penelitian berhubungan dengan masalah yang
sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya.Penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah Mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan Sebagai
“Piagam Sosial” Masyarakat Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati. Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahuipersepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan.
2. Mengetahui pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan.
3. Mengetahui fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan.
Peneliti memohon kerjasama Bapak/Ibu untuk memberikan
informasi yang valid, lengkap dan dapat dipercaya. Informasi yang telah
diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama dan informasi
Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Titik Puji Lestari
143
PEDOMAN OBSERVASI
A. Tujuan Observasi :Menganalisis persepsi masyarakatBakaran Wetan
terhadap mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan. Untuk mengetahui pantangan
dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
serta untuk mengetahui fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati.
B. Observer :Mahasiswa Jurusan Sosiologi Antropologi
C. Observe :Juru Kunci Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan,
Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, Pengunjung, dan Masyarakat Desa
Bakaran Wetan yang ada di sekitar Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan.
D. Pelaksanaan Observasi :
1. Hari/Tanggal :..........................................................
2. Jam :.........................................................
3. Nama Observe :…………………………………….
E. Aspek- aspek yang diobservasi:
1. Gambaran umum lokasi penelitian.
2. Asal-usul mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dan Desa Bakaran Wetan
3. Persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap Mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan
4. Bentuk pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan
144
a. Pantangan yang mitosmengiringi keberadaan Nyai Ageng Bakaran
Wetan
b. Ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan.
5. Fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan bagi kehidupan masyarakat
Bakaran Wetan.
145
PEDOMAN WAWANCARA
(Juru Kunci Punden Nyai Ageng Bakaran)
A. Identitas Informan:
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati?
1. Sejak kapan anda menjadi juru kunci Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Apa fungsi dan kewajiban anda sebagai juru kunci di Punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
3. Anda menjadi juru kunci Punden Nyai Ageng Bakaran wetan apakah
diangkat warga atau faktor keturunan dari keluarga?
4. Bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa Bakaran Wetan dan di
Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai mitos Punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
5. Siapa sebenarnya sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
6. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
7. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
8. Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
146
1. Ritual apa sajakah yang dilakukan masyarakat Bakaran terkait dengan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Kapan ritual itu dilaksanakan?
3. Bagaimana asal-usul adanya ritual yang dilaksanakan di Punden Ageng
Bakaran Wetan?
4. Bagaimana prosesi ritual itu dilakukan?
5. Perlengkapan dan sesaji apa sajakah yang diperlukan saat ritual?
6. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
7. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
8. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak dilakukan?
9. Bagaimana jika larangan itu dilanggar? apa yang terjadi?
10. Apakah latar belakang masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual tersebut dengan ritual yang
lain?
3. Apa tujuan masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
4. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan bagi
masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan?
147
(Masyarakat Desa Bakaran Wetan)
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran Wetanterhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1. Bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa Bakaran Wetan dan
di Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai mitos Punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
2. Siapa sebenarnya sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
3. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
4. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
5. Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1. Ritual apa sajakah yang dilakukan masyarakat Bakaran terkait dengan mitos
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Kapan ritual itu dilaksanakan?
3. Sejak kapan ritual itu dilaksanakan?
4. Bagaimana asal-usul adanya ritual yang dilaksanakan di Punden?
Ageng Bakaran Wetan?
6. Bagaimana prosesi ritual itu dilakukan?
7. Peralatan apa sajakah yang diperlukan saat ritual?
8. Sesaji apakah yang diperlukan saat ritual?
148
9. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
10. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
11. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak dilakukan?
12. Bagaimana jika larangan itu dilanggar? apa yang terjadi?
13. Apakah latar belakang masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual
tersebut?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual tersebut dengan ritual yang
lain?
3. Apa tujuan masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
4. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan bagi
masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan?
(Tokoh Agama Desa Bakaran Wetan)
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B.Pertanyaan
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1.Bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa Bakaran Wetan dan
di Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai mitos Punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
149
2. Siapa sebenarnya sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
3. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
4. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
5 Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1. Ritual apa sajakah yang dilakukan masyarakat Bakaran terkait dengan mitos
punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Kapan ritual itu dilaksanakan?
3. Sejak kapan ritual itu dilaksanakan?
5. Bagaimana asal-usul adanya ritual yang dilaksanakan di Punden?
Ageng Bakaran Wetan?
6. Bagaimana prosesi ritual itu dilakukan?
7. Peralatan apa sajakah yang diperlukan saat ritual?
8. Sesaji apakah yang diperlukan saat ritual?
9. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
10. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
11. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak dilakukan?
12. Bagaimana jika larangan itu dilanggar? apa yang terjadi?
13. Apakah latar belakang masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual
tersebut?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual tersebut dengan ritual yang lain?
3. Apa tujuan masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
4. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan bagi
masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
150
5. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan?
(Tokoh Masyarakat Desa Bakaran Wetan)
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran Wetan terhadap mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1. Bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa Bakaran Wetan
dan di Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai mitos Punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Siapa sebenarnya sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
3. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
4. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
5. Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Ritual apa sajakah yang dilakukan masyarakat Bakaran terkait dengan
mitos punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Kapan ritual itu dilaksanakan?
3. Sejak kapan ritual itu dilaksanakan?
151
4. Bagaimana asal-usul adanya ritual yang dilaksanakan di punden Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
5. Bagaimana prosesi ritual itu dilakukan?
6. Peralatan apa sajakah yang diperlukan saat ritual?
7. Sesaji apakah yang diperlukan saat ritual?
8. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
9. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
10. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak dilakukan?
11. Bagaimana jika larangan itu dilanggar? apa yang terjadi?
12. Apakah latar belakang masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual
tersebut?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran
Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual tersebut dengan ritual
yang lain?
3. Apa tujuan masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
4. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
bagi masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan?
152
(Instansi Desa Bakaran Wetan)
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana persepsi masyarakat Bakaran Wetanterhadap mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1.Bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa Bakaran Wetan
dan di Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai mitos Punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Siapa sebenarnya sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
3. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
4. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
5. Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran?
2. Bagaimana pantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Ritual apa sajakah yang dilakukan masyarakat Bakaran terkait
dengan mitos punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Kapan ritual itu dilaksanakan?
3. Sejak kapan ritual itu dilaksanakan?
4. Bagaimana asal-usul adanya ritual yang dilaksanakan di Punden
Nyai Ageng Bakaran Wetan?
5. Bagaimana prosesi ritual itu dilakukan?
6. Peralatan apa sajakah yang diperlukan saat ritual?
153
7. Sesaji apakah yang diperlukan saat ritual?
8. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
9. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
10. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak dilakukan?
11. Bagaimana jika larangan itu dilanggar?apa yang terjadi?
12. Apakah latar belakang masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual
tersebut?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam
kehidupan masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bakaran
Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual tersebut dengan ritual
yang lain?
3. Apa tujuan masyarakat Desa Bakaran melakukan ritual tersebut?
4. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
bagi masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan?
154
(Pengunjung Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan)
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana presepsi masyarakat terhadap mitos Nyai Ageng
Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati?
1. Menurut anda bagaimana asal mula masyarakat khususnya di Desa
Bakaran Wetan dan di Kabupaten Pati pada umumnya mempercayai
mitos Punden Nyai Ageng Bakaran Wetan?
2. Apakah yang melatarbelakangi anda mempercayai mitos Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
3. Menurut anda, bagaimana sosok Nyai Ageng Bakaran Wetan?
4. Apakah anda pernah mempunyai pengalaman terkait dengan Nyai
Ageng Bakaran Wetan?
5. Bagaimana tanggapan anda mengenai mitos Nyai Ageng Bakaran?
2. Bagaimanapantangan dan ritual yang mengiringi keberadaan mitos
Nyai Ageng Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Ritual apa sajakah yang anda pernah lakukan di punden Nyai Ageng
Bakaran Wetan?
2. Kapan anda melaksanakan ritual tersebut?
3. Sejak kapan anda melaksanakan ritual tersebut?
4. Bagaimana prosesi ritual yang anda lakukan?
5. Peralatan apa sajakah yang anda perlukan saat ritual?
6. Sesaji apakah yang anda perlukan saat ritual?
7. Apa saja yang menjadi anjuran saat pelaksanaan ritual?
155
8. Apa saja yang menjadi larangan saat pelaksanaan ritual?
9. Apa yang terjadi jika anjuran itu tidak anda lakukan?
10. Bagaimana jika larangan itu anda langgar? apa yang akan terjadi?
3. Bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan dalam kehidupan
masyarakat Desa Bakaran Wetan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati?
1. Apakah fungsi ritual yang anda laksanakan di Nyai Ageng Bakaran
Wetan?
2. Adakah hubungan antara pelaksanaan ritual yang sekarang ini anda
laksanakan dengan pelaksanaan ritual yang pernah anda laksankan
sebelumnya?
3. Apa tujuan anda melakukan ritual tersebut?
4. Apa hubungannya ritual tersebut dengan mitos Nyai Ageng Bakaran
Wetan?
5. Menurut anda, bagaimana fungsi mitos Nyai Ageng Bakaran Wetan
bagi masyarakat Bakaran dalam kehidupan sehari-hari?
156
Lampiran II
DAFTAR INFORMAN UTAMA
1. Nama : Basir Sukarno
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Juru kunci punden Nyai Ageng
2. Nama : Kabul Sutrisno
Umur : 83 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Seniman
3. Nama : Agustiono
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Perangkat Desa Bakaran Wetan (Sekretaris Desa
dan Tokoh Agama)
4. Nama : Ana Fitri Wahyuni
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
5. Nama : Suparju
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
157
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Nama : Bukhari
Umur : 63 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pengrajin Batik
7. Nama : Ngarulis
Umur : 46 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
158
Lampiran III
DAFTAR INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama : Subari NB
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Perangkat Desa Bakaran Wetan (Kepala Desa)
2. Nama : Rukisih
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Guru
3. Nama : Juari
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Perangkat Desa (KASI Desa)
4. Nama : Lastri
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Nama : Suyanto
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Sd
159
Pekerjaan : Petani
6. Nama : Margo
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Sopir
7. Nama : Darti
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pedagang
8. Nama : Harni
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
160
Lampiran IV
SURAT IJIN PENELITIAN
161
Lampiran V
SURAT BUKTI PENELITIAN
162
Lampiran VI
PETA LOKASI PENELITIAN