Upload
anonymous-h8pambzre
View
49
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mio 1
Citation preview
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II. EPIDEMIOLOGI................................................................................... 3
BAB III. ETIOLOGI............................................................................................. 4
BAB IV. KLASIFIKASI………………………………………………………… 11
BAB IV. PATOFISIOLOGI................................................................................. 15
BAB V. MANIFESTASI KLINIS....................................................................... 17
BAB VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................... 19
BAB VII. PENATALAKSANAAN....................................................................... 20
BAB VIII. DIAGNOSIS BANDING………………………………………………23
BAB IX. KOMPLIKASI...................................................................................... 24
BAB X. PENCEGAHAN................................................................................... 25
BAB XI. PROGNOSIS..………………………………………………………….26
BAB XII. KESIMPULAN……………………………………………………….. 27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam terminologi kedokteran miopati merupakan penyakit neuromuskuler dimana
serat-serat otot tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ditandai dengan terjadinya kelemahan
otot. Secara sederhana miopati diartikan sebagai penyakit otot (dalam bahasa yunani
mio=otot, sementara pati=menderita). Artinya kelainan primernya terjadi pada otot, bukan
pada saraf (neuropati atau gangguan neurogenik) atau yang lain (otak dan sebagainya).
Namun demikian kram otot, kekakuan, dan spasme dapat juga dihubungkan dengan miopati.
Kata miopati digunakan untuk berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan
anatomis dan biokimia pada dan di sekeliling lempeng akhir motorik, dalam serat otot, atau
dalam jaringan ikat dari otot, dan tidak disebabkan oleh lesi sistem saraf.
Miopati mempunyai beberapa gambaran umum. Penyakit pada otot hampir selalu
bilateral dan seringkali bahkan simetris dalam penyebarannya. Kecuali pada miotonia
kongenital, otot-otot, dan oleh karena itu juga kekuatan ototnya secara perlahan berkurang.
Tanda-tanda neurologis seperti gangguan sensorik, fasikulasi, fibrilasi, reaksi degenerasi dan
fenomena spastik tidak ditemukan (menghilang). Miopati menunjukkan gejala kelemahan
otot-otot batang tubuh dan ekstremitas proksimal. Dapat pula terjadi kelemahan pada fleksi
dan atau ekstensi leher, dan kelemahan pada otot-otot ekspresi wajah. Pola berjalan yang
khas adalah waddling (langkah sisi). Pada penyakit yang didapat, atrofi otot dapat relatif
ringan setidaknya pada tahap awal penyakit dan refleks tendon masih baik.
Ruang lingkup miopati sangat luas. Kebanyakan miopati kongenital berlangsung kronis
dengan progresifitas yang lambat. Miopati metabolik, miopati inflamatorik, miopati toksik
dan miopati endokrin terjadi secara subakut maupun akut, berlangsung tanpa disadari dan
kadang menyulitkan bagi klinisi untuk mengenali dan menegakkan diagnosis secara dini.
Untuk pasien gawat darurat sangat penting untuk bisa secara cepat dan tepat membedakan
antara disfungsi neurologis dengan disfungsi muskuler dan segera mendiagnosis pasti
kelainan miopati.
BAB II
EPIDEMIOLOGI
Kejadian miopati herediter di seluruh dunia sekitar 14%. Dari keseluruhan penyakit
tersebut, penyakit central core (16%), nemaline rod ( 20%), centranuclear berjumlah (14%),
dan multicore (10%).
Prevalensi distrofi muskular lebih tinggi pada laki-laki. Di Amerika Serikat, distrofi
muskular Duchenne dan Becker terdapat 1 dari 3300 laki-laki. Keseluruhan insiden distrofi
muskular adalah sekitar 63/1 juta.
Insiden miopati inflamatorik diseluruh dunia berkisar antara 5-10/100.000 orang.
Kelainan ini lebih sering terjadi pada wanita.
Insiden dan prevalensi dari miopati endokrin dan metabolik tidak diketahui. Miopati
kortikosteroid merupakan yang tersering pada tipe miopati endokrin dan gangguan endokrin
lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Miopati metabolik jarang terjadi, tetapi
diagnosisnya meningkat di amerika Serikat.
BAB III
ETIOLOGI
A. Miopati Primer
Distrofi Muskular
Distrofi muskular merupakan kelompok heterogen kelainan bawaan yang sering dimulai
pada usia kanak-kanak dan secara klinis ditandai oleh kelemahan serta pelisutan otot yang
progresif.
Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin-
glikoprotein menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot
progresif. Sebagian basar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecacatan berat dan berakhir
fatal.4
1. Distrofi Muskular Terkait-Kromosom X
a. Duchenne Muscular Dystrophy
Merupakan penyakit dengan kelainan X-linked resesif, biasanya juga disebut
pseudohypertrophic muscular distrophy, distrofi jenis ini paling sering ditemukan dengan
insiden kejadian 30 dari 100.000 kelahiran laki-laki. Anak laki-laki yang terkena terlihat
normal pada saat lahir tetapi kemudian menjadi lemah saat usia 5 tahun dan kelemahannya ini
akan membuatnya bergantung pada kursi roda ketika usianya menjelang 10 hingga 12 tahun.
Penyakit distrofi muskular duchenne terus berjalan progresif hingga terjadi kematian pada
usia 20-an. Kelemahan dimulai pada otot-otot lengkung panggul yang kemudian meluas
kelengkung bahu. Perubahan patologis juga ditemukan pada jantung dan gangguan kognitif
tampaknya merupakan komponen penyakit tersebut.3
Duchenne distrofi disebabkan oleh mutasi gen yang mengkode distrophin, protein
a427-kD yang berlokasi pada permukaan sarkolema di serabut otot, dimana protein ini
bertanggung jawab atas tranduksi gaya kontraktil dari sarkomer intrasel ke matriks ekstrasel.
Mutasi yang umum terjadi adalah delesi. Pada otot pasien hampir selalu tidak terdapat
distrofin yang bisa dideteksi lewat pemulasan atau pemeriksaan biokimiawi.3, 4
b. Becker Muscular Distrophi
Distrofi muskular becker merupakan bentuk kelainan muscular atrophi X-link resesif yang
mengenai lokus genetik yang sama seperti distrofi muskular duchenne namun lebih jarang
terjadi dan jauh lebih ringan dengan onset yang tejadi kemudian pada usia kanak-kanak dan
remaja. Distrofi muskular becker juga mempunyai progresivitas dengan kecepatan yang lebih
lambat dan lebih bervariasi. Otot pada pasien ini memiliki jumlah distrofin yang berkurang
dan biasanya mempunyai berat molekul yang abnormal dengan mencerminkan mutasi yang
memungkinkan sintesis beberapa protein.2, 3
Kontraktur yang mencolok dapat dikenali sejak masa kanak-kanak atau masa remaja,
biasanya tampak adanya kelemahan otot. Kardiomiopati merupakan ancaman kehidupan yang
bisa mengakibatkan kematian mendadak.3
2. Distrofi Muscular Autosom
Sebagian distrofi muscular autosom mengenai kelompok otot tertentu, dan diagnosisnya yang
spesifik ditegakkan terutama berdasarkan pola klinis kelemahan otot. Kelompok distrofi
muskular autosom serupa dengan distrofi muskular yang terkait kromosom X dan kelainan ini
dinamakan distrofi muskular lengkung ekstremitas (LGMD : limb girdle muscular
dystrophies).
Distrofi muskular lengkung ekstremitas mengenai otot proksimal batang tubuh dan
ektremitas dengan pewarisan yang bisa bersifat autosom-dominan (LGMD 1) atau resesif
(LGMD 2). Mutasi protein yang berinteraksi dengan protein distrofin ditemukan pada
sebagian LGMD.
3. Distrofi Miotonik
Distrofi miotonik merupakan kelainan autosomal-dominan yang intensitasnya
cenderung meningkat dan pada generasi berikutnya muncul diusia yng lebih muda. Distrofi
miotonik ditemukan dengan kelainan cara berjalan yang terjadi sekunder karena kelemahan
otot-otot dorsiflexor kaki, kelemahan berlangsung progresif dengan diikuti atrofi otot-otot
wajah dan akhirnya terjadi ptosis.2
Miotonia yaitu kontraksi terus-menerus sebuah kelainan otot yang terjadi diluar
kehendak (involunter), merupakan gejala neuromuskular yang utama pada penyakit ini.
Distrofi motorik merupakan satu-satunya distrofi yang menunjukkan perubahan patologis
dalam gelendong otot dengan pembelahan, nekrosis, dan regenerasi serabut.
Pada berbagai bentuk klinis miotonia, waktu relaksasi otot menjadi lebih panjang
setelah melakukan kontraksi volunter. Miotonia tersebut disebabkan oleh gen-gen abnormal
pada kromosom 7, 17, atau 19 yang menyebabkan kelainan saluran-saluran ion Na+ atau Cl-.
Gangguan Turunan Lainnya :
1. Miopati Kanal Ion
a. Paralisis periodik hipokalemik, hiperkalemik,dan normokalemik
Episode kambuhan paralisis hipotonik berkaitan dengan kadar kalium serum yang
bervariasi. Paralisis periodik hiperkalemik disebabkan oleh mutasi dalam kanal natrium otot
(gen pada kromosom 17).
b. Hiperpireksia Maligna
Kelainan ini merupakan sindrom autosom dominan dengan krisis hipermetabolik yang terjadi
secara dramatis (takikardi, takipnea, spasme otot dan kemudian hiperpireksia) dan dipicu oleh
anestesia.
2. Miopati Metabolik
Mutasi gen-gen yang mengkode enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein menjadi CO2 dan H2O di otot serta proses pembentukan ATP,
akan menyebabkan miopati metabolik.
Manifestasinya sangat beragam, bergantung pada kelainan genetik tertentu. Tetapi
semuanya memperlihatkan gejala ketidaktahanan terhadap kerja dan kemungkinan terjadinya
kerusakan otot yang disebabkan oleh pengumpulan metabolit-metabolit yang toksik.
3. Miopati kongenital
Kelompok penyakit otot ini ditandai oleh kelemahan otot proksimal atau menyeluruh
yang bersifat nonprogresif atau progresif lambat dengan onset pada usia dini dan hipotonia
(floppy babies) atau kontraktur sendi yang berat (artrogriposis).
4. Miopati Mitokondria
Miopati mitokondria secara khas ditemukan pada usia dewasa muda dengan manifestasi
kelemahan otot proksimal yang kadang-kadang disertai kelainan berat otot mata. Kelemahan
dapat disertai gejala neurologis lain, asidosis laktat dan kardiomiopati.2
B. Miopati Sekunder (didapat)
Miopati inflamatorik
1. Polimiositis
Polimiositis dapat terjadi secara terpisah atau berhubungan dengan penyakit autoimun
jaringan ikat, misalnya sklerosis sistemik, alveolitis fibrosa, dan sindrom Sjogren.2
2. Dermatomiositis
Dermatomiositis berhubungan dengan miopati inflamasi dengan karakteristik ruam kulit
keunguan pada wajah (heliotrop). Pada buku-buku jari, dinding dada anterior, dan tempat lain
terutama bagian ekstensor dapat timbul ruam kulit ungu kemerahan. Pada sebagian kecil
pasien dengan dermatomiositis, terutama laki-laki berusia lebih dari 45 tahun, terdapat dasar
keganasan misalnya karsinoma bronkus atau lambung.2
Miopati akibat gangguan metabolik dan endokrin:
1. Penyakit tiroid :
- Miksudema bersamaan dengan miopati
- Hipertiroid
2. Disfungsi paratiroid :
- Hipotiroid menyebabkan tetanus
- Hipertiroid menyebabkan miopati proksimal
3. Disfungsi kelenjar pituitari ( misalnya menyebabkan penyakit addison) miopati terjadi
akibat disfungsi adrenal atau disfungsi tiroid.
4. Kortikosteroid
- Penyakit cushing
- Steroid eksogen, khususnya dosis tinggi ( diatas 25 mg per hari)
5. Biokimia :
- Hipokalemia dan hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan miotoni
- Dapat disebabkan oelh beragam paralisi periode akut (genetik)
- Akibat gangguan gastrointestinal akut
- Akibat penyakit endokrin
- Penyakit ginjal
- Puasa yang lama
6. Diabetes mellitus
Miopati akibat induksi obat :
- Statin
- Steroid
- Kokain
- Kolkisin
Infeksi :
- Trikinosis
- Toxoplasmosis
- HIV
- Virus coxsackie
- Influenza
- Penyakit Lyme
Polimialgia reumatik :
- Miopati proksimal yang berhubungan dengan nyeri otot
BAB IV
KLASIFIKASI
1. Miopati akibat penggunaan kortikosteroid jangka panjang
Penderita dengan miopati tersebut mempunyai keluhan yang khas . ia
tidak dapat mengangkat badannya dari sikap duduk atau jongkok ataupun
sikap sujud untuk berdiri. Karena itu pasien datang ke dokter dengan keluhan
tidak bertenaga lagi. Namun pasien dapat juga menunjukan keluhan yang
berkebalikan yaitu tidak bisa menahan berat badannya kalau mau duduk,
jongkok atau berlutut. Apa yang di gambarkan oleh penderita ialah kelemahan
otot-otot proksimal kedua tungkai
Anamnesa yang mengungkapkan penggunaan kortikosteroid jangka
penjang sudah cukup relevan untuk dihubungkan dengan kelemahan otot
proksimal kedua tungkai . EMG dapat memberikan konfirmasi jika didapati
potensial yang kecil-kecil namun timbul secara letupan-letupan. Biopsi otot
lebih jelas membuktikan adanya atrofi serabut-serabut otot tanpa infiltrasi
selular
Penghentian terapi kortikosteroid dan pemberian vit B1,B6,B12 dapat
memberikan kesembuhan
2. Miopati akibat gangguan endokrin
a) Miopati Tirotoksikosis
Sebelum berkunjung ke dokter mererka sudah
merasakan bahwa naik tangga sukar , naik bis sering harus
dibantu orang dan jantung selalu berdebar – debar. Jika
diagnosis tirotoksikosis tidak dibuat maka kelemahan dapat
semakin memburuk. Sementara itu dapat juga ditemukan
kelihan bahwa lengan pun menjadi lemah. Tetapi begitu
tirotoksikosis dikenal dan diobati , meski tidak dikenal secara
spesifik namun kekuatan otot proksimal dapat pulih kembali.
Pemberian Neomercazole ( Nicholas ) 5 – 10 mg tiga
kali sehari kekuatan otot dapat pulih kembali
b) Miopati Pituitaria / Adrenalis
Kelemahan otot yang terjadi karena adanya tumor
glandula hipofisis atau glandula adrenalis ialah keletihan tubuh
secara menyeluruh. Keluhannya sama dengan yang terjadi pada
miopati tirotoksikosis , selain itu gejal-gejala akromegali,
pertumbuhan raksasa, dan ciri-ciri khas penyakit cushing dapat
ditemukan
Tindakan operatif terhadap tumor sekaligus
memberikan kesembuhan terhadap miopati
3. Miopati bersifat paralisis periodic
a) Paralisis periodic familial hipokalemik
Mereka merasa lesu dan kurang sehat badan setelah bekerja berat atau
makan terlampau banyak nasi (makanan tinggi karbohidrat ).Sewaktu
tidur atau setelah bangun tidur mereka menemukan dirinya lumpuh
pada keempat anggota gerak. Otot-otot yang paling parah terkena ialah
otot-otot proksimal kedua tungkai dan kedua lengan.
Otot-otot abdomen dan thorax tidak begitu lumpuh dan otot-
otot wajah, larings, farings, dan sfingter hamper tidak pernah lumpuh.
Reflex tendon hilang dan deficit sensorik tidak pernah dijumpai.
Kelumpuhan dapat terjadi beberapa jam sampai 3-4 hari. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hipokalemia sampai 1.8 mE/L
Preparat Kalium yang dapat digunakan adalah Kalium Durules
( Astra). Dosis pencegah ialah 1 tablet (750 mg KCL) 3 kali seminggu
dan pada waktu serangan dapat diberikan 10 tablet sekaligus. Anjuran
untuk mencegah adalah tidak boleh makan banyak nasi banyak
sekaligus, tidak boleh minum bir, dan tidak boleh menggunakan
diuretikum tanpa adjuvans dalam bentuk kalium durules
b) Paralisis periodic pada tirotoksikosis
Jenis paralisisnya mirip dengan hipokalemia. Perlu dijelaskan
disini bahwa derajat parahnya tirotoksikosis tidak menentukan
timbulnya paralisis yang terkait padanya, tetapi kesembuhan dari
tirotoksikosis berimplikasi bahwa paralisis periodiknya pun lenyap
c) Paralisis periodic hiperkalemia atau Adinamia episodika hereditaria
dari Gamstrop
Kelumpuhan keempat anggota gerak berlangsung 30 menit
sampai 1 jam, dan otot-otot yang terakhir kena adalah otot2 yang
sembuh duluan.
Calcium Gluconate i.v 500 – 1500 mg dapat menghilangkan
kelumpuhan. Untuk pencegahan dapat diberikan diuretium furosemid
40 mg 3 kali seminggu. Kadar K sewaktu kejadian adalah >5 mE/L
d) Paralisis periodic normokalemik
Manifestasi tidak jauh berbeda dengan yang hiperkalemik.
Hanya masa kelumpuhan yang lebih lama. Pemberian Kalium dapat
memperburuk keadaan, teteapi pemberian NaCl dosis per oral dosis
besar memberikan kesembuhan
BAB IV
PATOFISIOLOGI
Sebagian miopati kongenital atau miopati herediter adalah penyakit kronik dengan
progresifitas yang lambat. Miopati herediter disebabkan adanya mutasi kode-kode genetik
untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin-glikoprotein menyebabkan distrofi otot,
suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif. Sebagian basar dari bentuk
penyakit ini menimbulkan kecacatan berat dan berakhir fatal.
Mutasi gen-gen yang mengkode enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein menjadi CO2 dan H2O di otot serta proses pembentukan ATP,
akan menyebabkan miopati metabolik.
Miotonia disebabkan oleh gen-gen abnormal pada kromosom 7,17, atau 19 yang
menyebabkan kelainan saluran-saluran ion Na+ atau Cl-.
Kebanyakan miopati kongenital atau miopati herediter adalah penyakit kronis dengan
progresifitas yang lambat. Klinisi jarang mendapati pasien datang secara khusus untuk
mengobati miopati kongenitalnya tanpa adanya keluhan lain yang menyerang secara akut.
Klinisi lebih sering mendapati pasien dengan miopati yang disebabkan oleh gangguan
metabolik, inflamatorik, endokrin dan toksik dibandingkan miopati dengan penyebab
kongenital karena perlangsungan dari gejala-gejala miopati nonkongenital.yang bersifat akut
maupun subakut.
Paralisis periodik adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan pasien datang dengan
kelemahan akut akibat gangguan perpindahan ion kalium yang mengarah pada disfungsi otot.
Kerusakan genetik pada channel ion natrium di dalam membran sel otot mengakibatkan
terjadinya paralisis, yang dapat berlangsung selama beberapa jam sampai sekian hari.
BAB V
MANIFESTASI KLINIS
Miopati mempunyai beberapa gambaran umum. Penyakit pada otot hampir selalu
bilateral dan seringkali bahkan simetris dalam penyebarannya.
Meskipun gejalanya tergantung dari jenis miopati, namun beberapa gejala umum
dapat terlihat. Skeletal muscle weakness adalah tanda tersering pada miopati.
Sebagian besar miopati, kelemahan awalnya terjadi pada otot bahu, lengan atas, dan pelvis
(proksimal muscle). Pada beberapa kasus, otot distal dari tangan dan kaki juga ikut terlibat
selama proses perjalanan penyakit
Secara umum gambaran klinik dari miopati, antara lain:
Gejala utama dari miopati (dan penyakit neuromuskuler) adalah kelemahan
Kelemahan secara predominan mengenai kelompok otot bagian proksimal
bersifat khas
Manifestasi kelemahan itu sendiri berbeda-beda tergantung umurnya:
o Penurunan pergerakan fetus di dalam rahim
o “Floppy infant neonatally”
o Keterlambatan aktifitas motorik pada usia anak-anak
o Menurunnya kekuatan dan tenaga dari otot pada anak remaja dan
orang dewasa.
Mialgia bisa terjadi pada miopati inflamatorik
Refleks peregangan otot terhambat
Refleks somatosensorik terhambat
BAB VI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan lab :
a. Elktrolit, kalsium, magnesium
b. Serum mioglobin
c. Hitung darah lengkap
d. LED, autoantibodi ( pada penyakit yang didapat )
e. Kreatinin kinase (dilepaskan dari sel-sel otot yang rusak)
2. EMG
3. Biopsi otot
4. Urinalisis : mioglobinuria diindikasikan bila urinalisis (+) dengan sedikit RBCs pada
evaluasi mikroskopik
5. Tes fungsi tiroid
6. AST
BAB VII
PENATALAKSANAAN
Terapi miopati tergantung dari penyebabnya. Keberhasilan terapi miopati adalah
untuk memperlambat progresivitas penyakit dan mengurangi gejala.
Setelah dilakukan konfirmasi histologis, adalah dengan kortikosteroid dan
imunosupresan, misalnya azatioprin. Pasien harus dimonitor selama beberapa tahun dan
banyak yang masih mengalami kelemahan otot. Varian histologis yaitu miositis badan
inklusi, tidak responsif terhadap terapi. Kondisi ini merupakan penyakit otot didapat yang
relatif sering, dan umumnya menyerang pria usia lanjut.
Terapi untuk miopati inflamatorik, biasanya dengan obat-obatan yang dapat menekan
sistem imun. Prednison adalah obat yang biasa digunakan pada miopati inflamatorik.
Manajemen kasus kegawatdaruratan:
Miopati dapat terjadi secara akut atau dengan gejala akut, misalnya di bawah ini:
Kesulitan respiratorik:
o Kegagalan respirasi terjadi pada beberapa kejadian miopati
o Pneumonia aspirasi mungkin dihubungkan dengan kejadian miopati
o Komplikasi kardial mungkin berhubungan dengan kardiomiopati dan gangguan
konduksi.
Beberapa miopati metabolik:
o Hipokalemia:
Suplementasi oral
Pemberian kalium intravena secara seksama
Obat profilaksis (spironolakton dan asetazolamide).
o Hiperkalemia:
Masukkan karbohidrat (segera bila serangan disertai hiperkalemi
paralisis periodik)
Beri glukosa dan insulin.
:
Rabdomiolisis:
o Menyebabkan komplikasi ginjal yang mengancam jiwa dan gangguan metabolik
(hiperkalemia)
o Seringkali membutuhkan penanganan intensif.
Polimialgia reumatik:
o Tangani dengan kortikosteroid
o Waspada adanya arteritis temporal.
Penanganan Jangka Panjang:
Miopati yang berhubungan dengan kegagalan pernafasan:
o Monitor fungsi paru (restriksi dini dapat terjadi sebelum muncul
gejala)
o Waspada gejala hipoksia nokturnal (kurang tidur, mimpi buruk, sakit
kepala)
o Fisioterapi
o Mungkin membutuhkan trakeostomi dan ventilasi permanen.
Pengobatan spesifik mungkin berguna dalam situasi tertentu untuk sebagian
miopati
Konseling genetik
Bedah:
o Bedah lepas tendon misalnya untuk memeperpanjang kemampuan
berjalan.
Latihan fisik:
o latihan berjalan
o Kursi roda
o Adaptasi dengan peralatan.
Dukungan keluarga
Anjuran diet
o Umum- misalnya untuk mencegah kegemukan
o Spesifik.
BAB VIII
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kelemahan otot :5
- Sindrom Guillain-Barre
- Sindrom Eaton-Lambert Myasthenic
- Myastenia gravis
- Serebral palsi
- Atrofi muskular spinalis
- Hipomielinasi neuropati kongenital
- Neuropati perifer
BAB IX
KOMPLIKASI
1. Aritmia jantung
2. Hipertensi
3. Disfagia
4. Gangguan pernapasan
5. Endokrinopati
6. Katarak
7. Seizure dan displasia cerebral
8. Kematian
BAB X
PENCEGAHAN
Konseling genetik adalah salahsatu bentuk intervensi yang paling sering dilakukan untuk
diagnostik miopati. Untuk DMD ini adalah satu-satunya bentuk intervensi untuk mencegah
penyakit ini berkebang. Secara umum:
Berikan konseling genetik secara dini
Tes dini untuk status bawaan yang sesuai
Pertimbangkan tes diagnostik prenatal yang sesuai
Perkembangan dalam dunia biomolekuler mungkin membantu di masa depan.
BAB XI
PROGNOSIS
Prognosisnya bergantung dari etilogi dan diagnosis spesifiknya. Kematian dan
kecacatan akibat miopati bergantung pada etiologi dari kelainan, beratnya penyakit, dan
adnya kondisi yang mengancam Pada kasus miopati endokrin, prognosis biasanya bagus.
Miopati progresifitasnya berkembang pada saat dewasa lebih baik prognosisnya
dibandingkan yang berkembang selama masa kanak-kanak.
BAB XII
KESIMPULAN
Dalam terminologi kedokteran miopati merupakan penyakit neuromuskuler dimana
serat-serat otot tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ditandai dengan terjadinya kelemahan
otot. Secara sederhana miopati diartikan sebagai penyakit otot (dalam bahasa yunani
mio=otot, sementara pati=menderita). Artinya kelainan primernya terjadi pada otot, bukan
pada saraf (neuropati atau gangguan neurogenik) atau yang lain (otak dan sebagainya).
Namun demikian kram otot, kekakuan, dan spasme dapat juga dihubungkan dengan miopati
Ruang lingkup miopati sangat luas. Etiologi nya dapat berupa miopati primer dan
sekunder. Kebanyakan miopati kongenital berlangsung kronis dengan progresifitas yang
lambat. Miopati metabolik, miopati inflamatorik, miopati toksik dan miopati endokrin terjadi
secara subakut maupun akut, berlangsung tanpa disadari dan kadang menyulitkan bagi klinisi
untuk mengenali dan menegakkan diagnosis secara dini. Untuk pasien gawat darurat sangat
penting untuk bisa secara cepat dan tepat membedakan antara disfungsi neurologis dengan
disfungsi muskuler dan segera mendiagnosis pasti kelainan miopati.
Miopati mempunyai beberapa gambaran umum. Penyakit pada otot hampir selalu
bilateral dan seringkali bahkan simetris dalam penyebarannya. Meskipun gejalanya
tergantung dari jenis miopati, namun beberapa gejala umum dapat terlihat.
Terapi miopati tergantung dari penyebabnya. Keberhasilan terapi miopati adalah untuk
memperlambat progresivitas penyakit dan mengurangi gejala. Prognosisnya bergantung dari
etilogi dan diagnosis spesifiknya
DAFTAR PUSTAKA
1. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi. In: Suwono W, editor. Sistem Motorik. 2 ed. Jakarta:
EGC; 1996. p. 73.
2. L G. Lecture Notes Neurologi. In: Safitri A, Astikawati R, editors. Saraf dan Otot. Jakarta:
Erlangga; 2008.
3. Harisson T. Harisson's Principle of Internal Medicine. In: Resnick W, Wintrobe M, editors.
muscular Dystrophies and Other Muscle Disease. America: McGraw-Hill Companies; 2005.
p. 2527-31.
4. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In: Widjajakusumah M, editor. Jaringan Peka
Rangsang: Otot. Jakarta: EGC; 2003. p. 62.
5. Bethel C. Myopathies. Medscape reference 2009.
6. Swierzewski S. Myopathies. Available at: URL: HealthCommunities.com Accessed
agustus, 2011