1
M INGGU (5/12) siang, langit di atas Bandara Adisutjipto ce- rah. Pesawat Garuda Indone- sia yang mendarat mulus dari Jakarta seketika membuyarkan kegalauan akan rawannya Yogyakarta pascaerupsi Gu- nung Merapi. Debu vulkanis yang sempat mengguyur ban- dara, setelah dibuka kembali 20 November lalu, tidak lagi tampak. Saat memasuki pintu keda- tangan bandara, gending Jawa nan khas menyambut penda- tang. Tak terhitung sudah kali ke berapa saya bertandang ke Kota Kesultanan Ngayogyakar- ta Hadiningrat ini. Selepasnya, rasa selalu bertaut untuk tidak segan kembali. Keramahan dan kepolosan penduduknya, geliat budaya serta tempat-tempat bersejarah- nya yang masih lestari memang pantas untuk dikunjungi. Tidak ketinggalan gudeg, salah satu makanan khasnya yang uenak untuk dinikmati. Duka akibat Merapi me- mang masih dirasakan warga Yogyakarta saat saya berkun- jung minggu lalu. Namun, warga tampaknya selalu yakin, erupsi pasti berlalu, seperti juga gempa bumi yang terjadi Mei 2006. Ritme kehidupan bergulir terus. Dalam aktivitas Fam Trip Wartawan Pasca Erupsi Merapi yang digagas Jogja Tourism Forum (JTF), Dwi Aji, pemandu wisata yang mengiringi kami, memberi gambaran gamblang kondisi Yogyakarta sekarang. “Beginilah Yogya sebenarnya, tetap layak Anda kunjungi,” ujarnya setelah memperke- nalkan diri dalam perjalanan menuju Candi Prambanan, Kabupaten Sleman. Memasuki sore hari itu, objek wisata Candi Prambanan masih terlihat ramai. Beberapa rom- bongan wisatawan lokal mau- pun luar negeri silih berganti mengamati beberapa objek wisata yang ada di candi Hindu terbesar di Asia Tenggara itu. Candi Trisakti, Siwa, serta museum yang termasuk kom- pleks Candi Prambanan men- jadi lokasi favorit para pelan- cong. Restoran yang ada di sana juga terlihat sibuk melayani tamu. Tak jauh dari situ, sekelom- pok anak muda tengah me- mainkan kesenian rakyat, jati- lan. Atraksi kuda lumping dan cambuk serta kekuatan fisik terhadap cambukan diperaga- kan antarpemain. “That’s attrac- tive,” celetuk Janet, wisatawan asal Swiss, yang terlihat serius memperhatikan atraksi ber- sama seorang rekan pria. Pelataran Candi Prambanan biasanya lebih ramai pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, ka- rena di hari-hari itulah digelar pertunjukan Ramayana. Saat bulan purnama, pertunjukan Ramayana bahkan dilakukan seminggu penuh, tiga hari sebelum dan sesudah bulan purnama. Sore itu tidak tampak sisa-si- sa debu vulkanis dampak erup- si Merapi di pelataran Candi. Mungkin karena jarak Merapi dan kompleks Candi Pram- banan cukup jauh, 32 kilometer. Hanya saja, dari beberapa jalan raya dan jembatan yang dilalui dari bandara menuju kompleks Prambanan, terlihat endapan pasir meninggi di beberapa sungai. Mungkin juga, itulah salah satu berkah dari erupsi Merapi. Tidak sedikit warga terlihat mengeruk pasir di ping- gir sungai. Menepis keraguan Dengan begitu, amankah Yog ya untuk dikunjungi? Sebuah pertanyaan yang da- lam dua pekan belakangan me- ngusik stakeholders pariwisata di Kota Gudeg. Tazbir, Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakar- ta, mengaku tak henti-hentinya menerima pertanyaan senada lewat telepon genggamnya, dari berbagai agensi dan pelaku wisata. “Saya selalu jawab Yo- gya sudah kondusif,” ujarnya dalam perbincangan di sebuah kafe di kawasan Prambanan. Pertanyaan semacam itu se- makin santer saat pemerintah menutup Bandara Adisutjipto selama dua minggu, 5 hingga 20 November lalu. Menurut Tazbir, erupsi Merapi tidak begitu berdampak terhadap objek-objek wisata di Yogya. Kecuali satu kawasan wisata di Kaliurang yang menerima dampak awan panas dan debu vulkanis. “Untuk kawasan Kaliurang memang kami tutup untuk sementara.” Sebaliknya ia mengaku ben- cana Merapi justru membawa hikmah dan menggugah pelaku wisata di Yogyakarta untuk le- bih berbenah. Di antaranya dengan menyelenggarakan event wisata yang menarik dan membesarkan agenda-agenda yang sudah ada. Salah satunya acara Kenduri Yogya yang digelar Minggu (5/12) pagi oleh Pemkot Yog- yakarta di titik 0 kilometer, di tengah simpang empat Kan- tor Pos Besar, Jalan Senopati. Acara itu bertujuan menarik wisatawan agar mau datang ke Yogyakarta lagi. Sejak pukul 06.00 WIB, ribuan warga Yogyakarta me- madati kawasan tersebut. Di sekitar lokasi terpampang ba- liho besar bertuliskan ‘Ayo ke Yogya, Yogya Tetap Nyaman Dikunjungi’. Pembersihan Borobudur Selain Prambanan, tentu saja ada Borobudur yang menjadi destinasi wisata dunia. Hujan gerimis yang mengguyur Ka- bupaten Magelang, Jawa Te- ngah, Senin (6/12) siang itu tak menyurutkan niat wisatawan, baik Nusantara maupun man- canegara, menghampirinya. Setelah 40 hari masa erupsi Merapi, candi peninggalan Dinasti Syailendra itu masih dibersihkan dari debu vul- kanik. “Kami, sejak 16 Novem- ber tidak menutup kawasan Candi Borobudur. Kami ha- nya mengizinkan pengunjung untuk menapak satu undak bangunan candi selama masa pembersihan,” kata Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Candi Borobudur Iskandar Mukti Siregar. Puluhan petugas, termasuk mahasiswa, siang itu tampak bersemangat membersihkan warisan budaya sekaligus salah satu keajaiban dunia tersebut. Beberapa peralatan seperti serok plastik, vacuum cleaner, dan penyemprot air, digunakan untuk menyapu debu yang me- ngandung sulfur. Hingga hari itu, 15 m3 abu vulkanis telah terkumpul, atau setara 15 truk. Agar tidak meru- sak candi, Balai Konservasi Borobudur membagi tenaga inti di lapangan. “Khusus stupa dan relief dibersihkan tenaga khusus, dibantu mahasiswa arkeologi UI,” kata Iskandar. Aksi bersih-bersih Borobudur pun menjadi tontonan menarik bagi wisatawan. Banyak turis yang berkunjung tak hanya me- motret kemegahan candi, tapi juga berfoto ria dengan petugas pembersihan candi. Pada hari biasa, sekitar 2.000 wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara berkun- jung ke candi yang dibangun sekitar abad ke-8 itu. Setelah Merapi meletus, terjadi pe- nurunan jumlah pengunjung menjadi antara 400-800 orang, baik pelajar, pribadi, maupun keluarga dari dalam dan luar negeri. Seorang laki-laki bule penuh perhatian memandangi keajai- ban dunia di hadapannya itu. Rupanya bencana Merapi tak menyurutkan niatnya berkun- jung ke sana. “Saya dari Belan- da. Borobudur sangat indah,” ujarnya meyakinkan. (M-3) miweekend@ mediaindonesia.com Soelistijono DIBUKA KEMBALI: Beberapa pengunjung menaiki tangga menuju halaman pertama di Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Borobudur, Magelang, Jateng. TWCB dibuka kembali, namun hanya di zona 1 atau di halaman pertama Candi Borobudur karena masih dalam tahap pembersihan dari abu vulkanik Merapi. Travelista | 9 MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA .COM/mediatravelista/ Untuk informasi lengkap dunia travelista. Pascaerupsi Gunung Merapi, destinasi wisata di Yogya ternyata sudah siap menyambut Anda. Yogya Songsong Pelancong ANTARA/ANIS EFIZUDIN Khusus stupa dan relief dibersihkan tenaga khusus, dibantu mahasiswa arkeologi dari UI.” Iskandar Mukti Siregar Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Candi Borobudur ANTARA/WIHDAN HIDAYAT

MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA … berapa saya bertandang ke Kota Kesultanan Ngayogyakar-ta Hadiningrat ini. Selepasnya, rasa selalu bertaut untuk tidak segan kembali. Keramahan

  • Upload
    doxuyen

  • View
    226

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

MINGGU (5/12) siang, langit di a t a s B a n d a r a Adisutjipto ce-

rah. Pesawat Garuda Indone-sia yang mendarat mulus dari Jakarta seketika membuyarkan kegalauan akan rawannya Yogyakarta pascaerupsi Gu-nung Merapi. Debu vulkanis yang sempat mengguyur ban-dara, setelah dibuka kembali 20 November lalu, tidak lagi tampak.

Saat memasuki pintu keda-tangan bandara, gending Jawa nan khas menyambut penda-tang. Tak terhitung sudah kali ke berapa saya bertandang ke Kota Kesultanan Ngayogyakar-ta Hadiningrat ini. Selepasnya, rasa selalu bertaut untuk tidak segan kembali.

Keramahan dan kepolosan penduduknya, geliat budaya serta tempat-tempat bersejarah-nya yang masih lestari memang pantas untuk dikunjungi. Tidak ketinggalan gudeg, salah satu makanan khasnya yang uenak untuk dinikmati.

Duka akibat Merapi me-mang masih dirasakan warga

Yogyakarta saat saya berkun-jung minggu lalu. Namun, warga tampaknya selalu yakin, erupsi pasti berlalu, seperti juga gempa bumi yang terjadi Mei 2006. Ritme kehidupan bergulir terus.

Dalam aktivitas Fam Trip Wartawan Pasca Erupsi Merapi yang digagas Jogja Tourism Forum (JTF), Dwi Aji, pemandu wisata yang mengiringi kami, memberi gambaran gamblang kondisi Yogyakarta sekarang. “Beginilah Yogya sebenarnya, tetap layak Anda kunjungi,” ujarnya setelah memperke-nalkan diri dalam perjalanan menuju Candi Prambanan, Kabupaten Sleman.

Memasuki sore hari itu, objek wisata Candi Prambanan masih terlihat ramai. Beberapa rom-bongan wisatawan lokal mau-pun luar negeri silih berganti mengamati beberapa objek wisata yang ada di candi Hindu terbesar di Asia Tenggara itu.

Candi Trisakti, Siwa, serta museum yang termasuk kom-pleks Candi Prambanan men-jadi lokasi favorit para pelan-cong. Restoran yang ada di sana juga terlihat sibuk melayani tamu.

Tak jauh dari situ, sekelom-

pok anak muda tengah me-mainkan kesenian rakyat, jati-lan. Atraksi kuda lumping dan cambuk serta kekuatan fisik terhadap cambukan diperaga-kan antarpemain. “That’s attrac-tive,” celetuk Janet, wisatawan asal Swiss, yang terlihat serius memperhatikan atraksi ber-sama seorang rekan pria.

Pelataran Candi Prambanan biasanya lebih ramai pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, ka-rena di hari-hari itulah digelar pertunjukan Ramayana. Saat bulan purnama, pertunjukan Ramayana bahkan dilakukan seminggu penuh, tiga hari sebelum dan sesudah bulan purnama.

Sore itu tidak tampak sisa-si-sa debu vulkanis dampak erup-si Merapi di pelataran Candi. Mungkin karena jarak Merapi dan kompleks Candi Pram-banan cukup jauh, 32 kilometer. Hanya saja, dari beberapa jalan raya dan jembatan yang dilalui dari bandara menuju kompleks Prambanan, terlihat endapan pasir meninggi di beberapa sungai. Mungkin juga, itulah salah satu berkah dari erupsi Merapi. Tidak sedikit warga terlihat mengeruk pasir di ping-gir sungai.

Menepis keraguanDengan begitu, amankah

Yog ya untuk dikunjungi? Sebuah pertanyaan yang da-lam dua pekan belakangan me-ngusik stakeholders pariwisata di Kota Gudeg. Tazbir, Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakar-ta, mengaku tak henti-hentinya menerima pertanyaan senada lewat telepon genggamnya, dari berbagai agensi dan pelaku wisata. “Saya selalu jawab Yo-gya sudah kondusif,” ujarnya dalam perbincangan di sebuah kafe di kawasan Prambanan.

Pertanyaan semacam itu se-makin santer saat pemerintah menutup Bandara Adisutjipto

selama dua minggu, 5 hingga 20 November lalu. Menurut Tazbir, erupsi Merapi tidak begitu berdampak terhadap objek-objek wisata di Yogya. Kecuali satu kawasan wisata di Kaliurang yang menerima dampak awan panas dan debu vulkanis. “Untuk kawasan Kaliurang memang kami tutup untuk sementara.”

Sebaliknya ia mengaku ben-cana Merapi justru membawa hikmah dan menggugah pelaku wisata di Yogyakarta untuk le-bih berbenah. Di antaranya dengan menyelenggarakan event wisata yang menarik dan membesarkan agenda-agenda yang sudah ada.

Salah satunya acara Kenduri Yogya yang digelar Minggu (5/12) pagi oleh Pemkot Yog-yakarta di titik 0 kilometer, di tengah simpang empat Kan-tor Pos Besar, Jalan Senopati. Acara itu bertujuan menarik wisatawan agar mau datang ke Yogyakarta lagi.

Sejak pukul 06.00 WIB, ribuan warga Yogyakarta me-madati kawasan tersebut. Di sekitar lokasi terpampang ba-liho besar bertuliskan ‘Ayo ke Yogya, Yogya Tetap Nyaman Dikunjungi’.

Pembersihan BorobudurSelain Prambanan, tentu saja

ada Borobudur yang menjadi destinasi wisata dunia. Hujan gerimis yang mengguyur Ka-bupaten Magelang, Jawa Te-ngah, Senin (6/12) siang itu tak menyurutkan niat wisatawan, baik Nusantara maupun man-canegara, menghampirinya.

Setelah 40 hari masa erupsi Merapi, candi peninggalan Dinasti Syailendra itu masih dibersihkan dari debu vul-kanik. “Kami, sejak 16 Novem-ber tidak menutup kawasan Candi Borobudur. Kami ha-nya mengizinkan pengunjung untuk menapak satu undak bangunan candi selama masa pembersihan,” kata Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Candi Borobudur Iskandar Mukti Siregar.

Puluhan petugas, termasuk mahasiswa, siang itu tampak bersemangat membersihkan warisan budaya sekaligus salah satu keajaiban dunia tersebut. Beberapa peralatan seperti serok plastik, vacuum cleaner, dan penyemprot air, digunakan untuk menyapu debu yang me-ngandung sulfur.

Hingga hari itu, 15 m3 abu vulkanis telah terkumpul, atau

setara 15 truk. Agar tidak meru-sak candi, Balai Konservasi Borobudur membagi tenaga inti di lapangan. “Khusus stupa dan relief dibersihkan tenaga khusus, dibantu mahasiswa arkeologi UI,” kata Iskandar.

Aksi bersih-bersih Borobudur pun menjadi tontonan menarik bagi wisatawan. Banyak turis yang berkunjung tak hanya me-motret kemegahan candi, tapi juga berfoto ria dengan petugas pembersihan candi.

Pada hari biasa, sekitar 2.000 wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara berkun-jung ke candi yang dibangun sekitar abad ke-8 itu. Setelah Merapi meletus, terjadi pe-nurunan jumlah pengunjung menjadi antara 400-800 orang, baik pelajar, pribadi, maupun keluarga dari dalam dan luar negeri.

Seorang laki-laki bule penuh perhatian memandangi keajai-ban dunia di hadapannya itu. Rupanya bencana Merapi tak menyurutkan niatnya berkun-jung ke sana. “Saya dari Belan-da. Borobudur sangat indah,” ujarnya meyakinkan. (M-3)

[email protected]

Soelistijono

DIBUKA KEMBALI: Beberapa pengunjung menaiki tangga menuju halaman pertama di Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Borobudur, Magelang, Jateng. TWCB dibuka kembali, namun hanya di zona 1 atau di halaman pertama Candi Borobudur karena masih dalam tahap pembersihan dari abu vulkanik Merapi.

Travelista | 9MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

.COM/mediatravelista/ Untuk informasi lengkap dunia travelista.

Pascaerupsi Gunung Merapi, destinasi wisata di Yogya ternyata sudah siap menyambut Anda.

Yogya Songsong Pelancong

ANTARA/ANIS EFIZUDIN

Khusus stupa dan relief dibersihkan tenaga khusus, dibantu mahasiswa arkeologi dari UI.”Iskandar Mukti SiregarKepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Candi Borobudur

ANTARA/WIHDAN HIDAYAT