Upload
mutriono-ozhora
View
1.304
Download
74
Embed Size (px)
Citation preview
METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN
PARASETAMOL
I. TUJUAN
1. Membuat spektra dari masing-masing komponen dalam campuran
2. Menentukan panjang gelombang zero crossing
3. Membuat kurva baku dari larutan standarnya pada panjang gelombang zero crossing
4. Menetapkan kadar Teofilin
II. DASAR TEORI
A. Spektrofotometri Derivatif
Metode spektrofotometri derivatif telah diaplikasikan secara luas di dalam
kimia analisis kuantitatif, analisis lingkungan, farmasetik, klinik, forensik, biomedik,
dan industri. Metode ini merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada
spektrofotometri UV-VIS dan merupakan salah satu analisis multi komponen yang
dapat dilakukan apabila:
1. Hasil preparasi sampel tidak memungkinkan mendapatkan senyawa tunggal
2. Tidak diinginkan pemisahan dalam preparasi sampel
3. Spektrum zat tersebut mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar
yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang
bertingkat- tingkat.
4. Senyawa yang akan ditentukan kadarnya memiliki absorbansi rendah dan
memiliki pengaruh dapat meningkatkan nilai absorbansi (Hayun dan Yenti,
2006).
Untuk suatu larutan yang mengandung dua komponen yang menyerap, x dan
y, serapan atau absorbansi (A) diukur pada dua panjang gelombang. Ketelitian yang
tinggi didapatkan dengan memilih panjang gelombang yang serapannya maksimal
karena dengan pergeseran sedikit pada kurva serapan tidak menyebabkan perubahan
absorbansi yang terlampau jauh. Pada metode spektrofotometri derivatif, jumlah
komponen dalam campuran dapat mencapai 8 komponen dengan syarat selisih
panjang gelombang maksimum antara komponen minimal 5 nm. (Fatah, 2008).
Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode
spektrofotometri. Namun bila tidak dipisahkan terlebih dahulu maka spektrum
komponen-komponennya sering saling tumpang tindih (overlapping). Bila
dikehendaki pengukuran tanpa pemisahan, dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri ultraviolet derivatif, dimana kadarnya diukur pada panjang
gelombang zero crossing. Spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari masing-
masing senyawa/komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat
ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang berdekatan
vs harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut
ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen, dimana dA/dλ
komponennya bernilai nol. (Susanti, 2011)
Jika jumlah komponen dalam sampel lebih dari 3 maka untuk menghitung
kadar digunakan software multikomponen yang terdapat pada alat spektrofotometer
UV-VIS. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum dapat dibuat dengan cara
memplot serapan (A), terhadap panjang gelombang (λ), sedangkan pada metode
derivatif, plot A melawan plot λ, ini ditransformasikan menjadi plot dA/dλ melawan
plot λ untuk derivatif pertama, dan d2A/dλ2 melawan λ untuk derivatif kedua dan
seterusnya. Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum
normal akan menjadi zero crossing pada spektrum derivatif pertama. Panjang
gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/d = 0. Bila panjang
gelombang zero crossing masing-masing senyawa tidak sama dengan panjang
gelombang pada serapan maksimumnya, maka penetapan kadar campuran dua
senyawa dapat dilakukan tanpa pemisahan terlebih dahulu. Akan tetapi apabila
panjang gelombang zero crossing masing-masing senyawa sama dengan panjang
gelombang pada serapan maksimumnya akan terjadi pelebaran pita, maka kurva
derivatif pertama tidak akan membantu pemisahan spektranya. Pada situasi tersebut
maka dicoba derivatif kedua (Fatah, 2008).
Derivasi atau pengunaan derivatif kedua dan selanjutnya akan menyebabkan
terbentuknya spektrum yang lebih tinggi pada derivatif selanjutnya (gambar 1).
Dengan demikian jumlah spektrum akan bertambah karena pemecahan sejumlah
puncak-puncak yang lebih terinci menjadi dua spektrum
Penentuan kadar teofilin dalam campuran teofilin dan parasetamol perlu
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri derivatif karena serapan
maksimum dari parasetamol dan teofilin berada pada panjang gelombang yang
berdekatan. Hal ini menyebabkan terjadinya tumpang tindih (overlapping) spektrum
secara total. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan
kadar teofilin karena terganggu oleh serapan parasetamol. Metode spektrofotometri
derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling
tumpang tindih tersebut sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu
oleh serapan parasetamol (Wulandari, 2008).
Penetapan kadar teofilin dalam campuran parasetamol dan teofilin secara
spektrofotometri derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode zero
crossing dan metode peak to peak (Wulandari, 2008).
Metode Zero Crossing
Pada metode zero crossing spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari
masing-masing senyawa atau komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat
kedua dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang
gelombang berdekatan vs harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari
spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen,
dimana zero crossing masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang
yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Apabila suatu campuran zat
memiliki memiliki zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk
dijadikan analisis adalah zero crossing yang :
serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada
tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya.
Gambar 1. Bentuk spektrum derivatif pertama sampai keempat suatu pita Gauss (Fatah, 2008).
memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar,
serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil (Hayun,
2006).
Metode Peak-to-Peak
Spektrum serapan larutan baku teofilin dan sampel dibuat spektrum derivatif
pertama. Spektrum derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/dλ terhadap
panjang gelombang (λ). Amplitudo diperoleh dari selisih serapan 2 panjang
gelombang yang berderet teratur dibagi Δλ, dalam hal ini Δλ adalah 1 nm. Panjang
gelombang peak-to-peak ditentukan dari penggabungan spektrum derivatif larutan
baku teofilin dan sampel. Dari hasil penggabungan spektrum derivatif tersebut,
dicari daerah panjang gelombang dimana terdapat spektrum yang saling
berhimpitan satu sama lain secara total yang menghasilkan puncak maksimum dan
puncak minimum.
B. Parasetamol
Parasetamol memiliki nama lain Acetaminophen atau N-Acetyl–p–
aminophenol N-(4-Hydroxyphenyl)acetamide. Berat molekulnya 151,2.
Berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal. Titik didihnya dalam air
berkisar antara 169.0° sampai 170.5°. Parasetamol sedikit larut dalam air dingin, sangat
larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, dimetilformamide, etilene diklorida,
aseton, dan etil asetat; sedikit larut dalam eter dan kloroform; serta tidak larut dalam
petrolium eter, pentane dan benzene. Paracetamol memiliki absorbansi maksimum pada
panjang gelombang 245 (pada suasana asam) dan 257 (pada suasana basa) (Anonim,
2005).
C. Teofilin
Larutan asam adalah sebesar 536 a sedangkan dalam larutan alkali atau basa
absobansinya sebesar 650a pada max 275 nm. Kurva absorbansi teofilin pada larutan
Teofilin memiliki nama lain Anhydrous Theophylline, 1,3-Dimethylxanthine;
Teofilina dan Theophyllinum. Bobot molekul dari obat ini adalah 180,2. Rumus
struktur dari teofilin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3,7-Dihydro–1,3–dimethyl–1H-purine–2,6–dione
Teofilin berupa serbuk kristal putih dengan titik lebur 270° - 274°. 1 bagian
teofilin terlarut dalam 120 bagian air, 80 bagian etanol dan 110 bagian kloroform;
terlarut sebagian dalam eter; larut dalam asam encer, ammonia, dan larutan alkali
hidroksida. Absorbansi maksimum teofilin adalah pada panjang gelombang 270 (pada
suasana asam) dan 275 (pada suasana basa) (Anonim, 2005).
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Spektrofotometer UV/VIS
Kuvet
Timbangan analitik
Labu ukur 10 ml
Pipet tetes
Botol vial
Pipet ukur
B. Bahan
Aquades
Larutan stok Parasetamol
Larutan stok Teofilin
IV. CARA KERJA
1. Pembuatan spektra parasetamol dan teofilin.
Pembuatan spektra dari masing-masing larutan parasetamol dan teofilin. Dibuat
spektrum normal dari larutan tersebut dengan rentang panjang gelombang 220-320
nm.
2. Penentuan zero crossing.
Spektra serapan normal dari parasetamol yang diperoleh, dibuat spektra derivat
pertama, derivat kedua dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih absorban
dua panjang gelombang terhadap harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut.
Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing
parasetamol, dimana parasetamol bernilai nol.
3. Pembuatan kurva baku.
Larutan baku teofilin dibuat seri konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25; 2,75 dan 3,25 mg
%. Kurva baku dibuat dengan mengukur seri kadar larutan baku teofilin pada panjang
gelombang zero crossing parasetamol. Nilai d3A/ dλ3 spektrum dan kadar dibuat
dengan persamaan linier sehingga diperoleh persamaan y=bx+a (y=nilai d3A/dλ3 ,
x=konsentrasi; b=slope; a=derau).
4. Penetapan kadar teofilin.
Larutan sampel campuran dibaca pada panjang gelombang zero crossing parasetamol.
Nilai d3A/dλ3 spektrum teofilin pada panjang gelombang zero crossing parasetamol
dan dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku teofilin.
V. PERHITUNGAN
a. Pembuatan Larutan Standar Parasetamol
Diketahui : M larutan stok parasetamol = 1 mg/ml diencerkan 10x
Ditanya : V larutan stok parasetamol yang diambil = ...?
Jawab :
Larutan Stok = 1 mg/ml diencerkan 10x
= 1000 µg/ml diencerkan 10x
= 100 µg/ml
Dari larutan stok yang tersedia, untuk membuat konsentrasi parasetamol 100 µg/ml
maka :
(C x V) larutan stok parasetamol = (C x V) larutan standar parasetamol
1000 µg/ml x V larutan stok parasetamol = (100 µg/ml x 10 ml) larutan standar parasetamol
V larutan stok parasetamol = 1 ml
Untuk membuat konsentrasi parasetamol 4 µg/ml,
(C x V) larutan stok parasetamol = (C x V) larutan standar parasetamol
100 µg/ml x V larutan stok parasetamol = (4 µg/ml x 10 ml) larutan standar parasetamol
V larutan stok parasetamol = 0,4 ml
Jadi, untuk membuat larutan standar parasetamol dengan konsentrasi 4 µg/ml diambil
0,4 ml larutan stok dengan konsentrasi 100 µg/ml.
b. Pembuatan Larutan Standar Teofilin
Diketahui : M larutan stok teofilin = 1 mg/ml diencerkan 10x
Ditanya : V larutan stok teofilin yang diambil = ...?
Jawab :
Stok = 1 mg/ml diencerkan 10x
= 1000 µg/ml diencerkan 10x
= 100 µg/ml
Untuk membuat konsentrasi Teofilin 100 µg/ml
(C x V) larutan stok teofilin = (C x V) larutan standar teofilin
1000 µg/ml x V larutan stok teofilin = (100 µg/ml x 10 ml) larutan standar teofilin
V larutan stok teofilin = 1 ml
Untuk membuat konsentrasi Teofilin 4 µg/ml,
(C x V) larutan stok teofilin = (C x V) larutan standar teofilin
100 µg/ml x V larutan stok teofilin = (4 µg/ml x 10 ml) larutan standar teofilin
V larutan stok teofilin = 0,4 ml
Jadi, untuk membuat larutan standar teofilin dengan konsentrasi 4 µg/ml diambil 0,4
ml larutan stok dengan konsentrasi 100 µg/ml.
VI. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Nilai Absorbansi Parasetamol dan Teofilin pada λ 200-400 nm
Panjang Gelombang (λ) Absorbansi Parasetamol Absorbansi Theopilin
200 0,907 ***
203 0,763 ***
206 0,585 ***
209 0,397 ***
212 0,294 0.024
215 0,266 0.011
218 0,265 -0.037
221 0,275 -0.076
224 0,287 ***
227 0,301 ***
230 0,315 ***
233 0,329 ***
236 0,337 ***
239 0,335 -0.05
242 0,331 0.018
245 0,32 0.08
248 0,311 0.116
251 0,295 0.147
254 0,268 0.188
257 0,223 0.239
260 0,192 0.237
263 0,159 0.309
266 0,138 0.324
269 0,125 0.324
272 0,117 0.314
275 0,111 0.291
278 0,105 0.253
281 0,099 0.192
284 0,091 0.109
287 0,081 0.009
290 0,071 -0.066
293 0,063 ***
296 0,056 ***
299 0,052 ***
300 0,051 0.054
303 0,046 0.049
306 0,041 0.045
309 0,038 0.042
312 0,036 0.04
315 0,035 0.038
318 0,034 0.037
321 0,033 0.036
324 0,032 0.035
327 0,032 0.034
330 0,031 0.034
333 0,03 0.033
336 0,029 0.032
339 0,028 0.032
342 0,027 0.031
345 0,027 0.03
348 0,027 0.029
351 0,026 0.029
354 0,025 0.028
357 0,024 0.027
360 0,024 0.027
363 0,024 0.026
366 0,023 0.025
369 0,023 0,025
372 0,022 0,024
375 0,022 0,024
378 0,022 0,024
381 0,021 0,023
384 0,021 0,023387 0,02 0.022390 0,02 0.022393 0,02 0.021396 0,019 0.021
Penentuan Derivat Pertama Parasetamol
Diketahui : A1 parasetamol = 0,331
A2 parasetamol = 0,320
1 parasetamol = 242 nm
2 parasetamol = 245 nm
Ditanya : = …?
Jawab : =
=
= -3,667 x 10-3
Penentuan Derivat Pertama Teofilin
Diketahui : A1 teofilin = 0,018
A2 teofilin = 0,080
1 teofilin = 242 nm
2 teofilin = 245 nm
Ditanya : = …?
Jawab : =
=
= 0,021
Perhitungan Panjang Gelombang Rata-Rata
Diketahui : 1 = 200 nm
2 = 203 nm
Ditanya : x = …?
Jawab : x =
=
= 201,5 nm
Penentuan Zero Crossing Parasetamol
Dilihat dari kurva dan tabel perhitungan, zerro crossing parasetamol terdapat pada
panjang gelombang 226 nm.
Perhitungan Absortivitas Molar Teofilin
Diketahui : A = 0,324
C = 4 µg/ml
b = 1 cm
Ditanya : ε =.....?
Jawab :
A = ε . b . C
=
= 0,081 cm-1 µg-1 ml
Perhitungan Konsentrasi Pada Absorbansi 0,434
Diketahui : ε = 0,081 cm-1 µg-1 ml
A = 0,434
b = 1 cm
Ditanya : C = .....?
Jawab :
A = ε . b . C
=
= 5,36 µg/ml
Dari perhitungan tersebut dibuat 4 seri larutan baku dengan konsentrasi 5 µg/ml ; 5,36
µg/ml ; 5,5 µg/ml ; 6 µg/ml.
Diketahui : C1 = 100 µg/ml
C2 = 5 µg/ml
V2 = 10 ml
Ditanya : V1 =....?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
= 0,5 ml
Jadi untuk membuat konsentrasi 5 µg/ml dipipet 0,5 ml larutan stok
Diketahui : C1 = 100 µg/ml
C2 = 5,36 µg/ml
V2 = 10 ml
Ditanya : V1 =....?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
= 0,54 ml
Jadi untuk membuat konsentrasi 5,36 µg/ml dipipet 0,54 ml larutan stok
Diketahui : C1 = 100 µg/ml
C2 = 5,5 µg/ml
V2 = 10 ml
Ditanya : V1 =....?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
= 0,55 ml
Jadi untuk membuat konsentrasi 5,5 µg/ml dipipet 0,55 ml larutan stok
Diketahui : C1 = 100 µg/ml
C2 = 6 µg/ml
V2 = 10 ml
Ditanya : V1 =....?
Jawab :
C1 x V1 = C2 x V2
= 0,6 ml
Jadi untuk membuat konsentrasi 6 µg/ml dipipet 0,6 ml larutan stok
Tabel 2. Nilai Absorbansi Teofilin pada kadar 5
Panjang Gelombang (λ) Absorbansi Teofilin
223 0,244
225 0,233
227 0,221
Tabel 3. Nilai Absorbansi Teofilin pada kadar 5,36
Panjang Gelombang (λ) Absorbansi Teofilin
223 0,256
225 0,243
227 0,231
Tabel 4. Nilai Absorbansi Teofilin pada kadar 5,5
λ(nm) Absorbansi Teofilin
223 0,257
225 0,245
227 0,232
Tabel 5. Nilai Absorbansi Teofilin pada kadar 6
λ(nm) Absorbansi Teofilin
223 0,298
225 0,275
227 0,255
Tabel 6. Nilai Absorbansi Teofilin pada sampel
λ(nm) Absorbansi Teofilin
223 0,592
225 0,604
227 0,618
Mencari persamaan Regresi Linier Larutan Baku
Dengan menggunakan kalkulator Merk Calsio,
Pada panjang gelombang 223 nm, diperoleh :
a = -0,034
b = 0,054
r = 0,958
r2 = 0,918
Jadi diperoleh persamaan regresi linier y = bx + a
= 0,054x – 0,034
Dimana y merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi.
Pada panjang gelombang 225 nm, diperoleh :
a = 0,017
b = 0,042
r = 0,970
r2 = 0,941
Jadi diperoleh persamaan regresi linier y = bx + a
= 0,042x + 0,017
Dimana y merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi.
Pada panjang gelombang 227 nm, diperoleh :
a = 0,048
b = 0,034
r = 0,980
r2 = 0,961
Jadi diperoleh persamaan regresi linier y = bx + a
= 0,034x + 0,048
Dimana y merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi.
Perhitungan kadar sampel :
Pada panjang gelombang 223
Diketahui : A = 0,592
y = 0,054x – 0,034
Ditanya : x = ....?
Jawab : y = 0,054x – 0,034
x = 11,59 µg/ml
Pada panjang gelombang 225
Diketahui : A = 0,604
y = 0,042x + 0,017
Ditanya : x = ....?
Jawab : y = 0,042x + 0,017
x = 13,97 µg/ml
Pada panjang gelombang 227
Diketahui : A = 0,618
y = 0,034x + 0,048
Ditanya : x = ....?
Jawab : y = 0,034x + 0,048
x = 16,76 µg/ml
X rata-rata
= 14,10 µg/ml
VII.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, penentuan kadar teofilin dalam sampel yang terdiri dari
campuran parasetamol dan teofilin, yang dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri derivatif karena serapan maksimum dari parasetamol dan teofilin
berada pada panjang gelombang yang berdekatan. Jika penetapan kadar dilakukan
dengan metode spektrofotometri UV-Vis biasa, maka spektrum komponen-komponen
campuran akan saling tumpang tindih (overlapping), seperti pada spektrum parasetamol
dan teofilin yang memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang
bedekatan. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan
kadar teofilin karena terganggu oleh serapan parasetamol. Metode spektrofotometri
derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang
tindih tersebut sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu oleh
serapan parasetamol (Wulandari, 2008).
Prinsip dari metode ini adalah spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari
masing-masing senyawa atau komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua
dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang
berdekatan vs harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat
tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing parasetamol, dimana dA/dλ atau
serapan parasetamol bernilai nol (Susanti,dkk,2011).
Praktikum dimulai dengan pembuatan larutan standar tunggal parasetamol dengan
konsentrasi 4 µg/ml dan larutan standar tunggal teofilin dengan konsentrasi 4 µg/ml
yang masing-masing dibuat sebanyak 10 ml. Pada pembuatan 10 ml larutan standar
tunggal parasetamol dengan konsentrasi 4 µg/ml, diambil sebanyak 0,4 ml larutan stok
baku parasetamol yang berkonsentrasi 100 µg/ml. Larutan stok baku parasetamol
tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, lalu dilarutkan dengan aquadest hingga
mencapai batas 10 ml dalam labu takar tersebut. Pada pembuatan 10 ml larutan standar
tunggal teofilin dengan konsentrasi 4 µg/ml, diambil sebanyak 0,4 ml larutan stok baku
teofilin yang berkonsentrasi 100 µg/ml. Larutan stok teofilin tersebut dimasukkan ke
dalam labu takar 10 ml, lalu dilarutkan dengan aquadest hingga mencapai batas 10 ml
dalam labu takar tersebut. Kemudian, absorbansi dari masing-masing larutan standar
tersebut dibaca pada rentang panjang gelombang 200 – 400 nm. Dari hasil absorbansi
yang diperoleh dibuat kurva atau spektra normal dari masing-masing larutan untuk
menentukan panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum. Pembuatan
spektra standar ini bertujuan agar praktikan dapat menurunkan spektrum derivatif dari
kurva standar parasetamol dan teofilin. Kurva standar dari parasetamol dan teoflin
adalah sebagai berikut.
Dari kurva standar parasetamol di atas, diperoleh bahwa pengukuran absorbansi
larutan standar tunggal parasetamol pada rentang panjang gelombang 200- 400 nm,
menghasilkan panjang gelombang maksimum 236 nm dengan absorbansi maksimum
0,337.
Berdasarkan kurva normal teofilin, diperoleh bahwa teofilin memberikan
absorbansi maksimum sebesar 0,324 pada panjang gelombang maksimum teofilin 269
nm. Menurut literatur, absorbansi maksimum parasetamol terletak pada panjang
gelombang 243 nm (Depkes RI, 1995), pada literatur lain menyatakan Parasetamol
memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang 245 (pada suasana asam) dan
257 (pada suasana basa) (Anonim, 2005). Sedangkan absorbansi maksimum Teofilin
adalah pada panjang gelombang 270 (pada suasana asam) dan 275 (pada suasana basa)
(Anonim, 2005).
Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh kondisi percobaan pada literatur
berbeda dengan kondisi percobaan yang dilakukan oleh praktikan di laboratorium.
Setelah diperoleh kurva normal dari masing-masing komponen, selanjutnya dibuat
spektra derivatif pertama dari parasetamol untuk menentukan panjang gelombang zero
crossing dari parasetamol. Dalam hal ini panjang gelombang zero crossing parasetamol
adalah panjang gelombang di mana parasetamol tidak memberikan serapan
(absorbansi=0), sedangkan teofilin memberikan serapan tertentu. Pada spektra derivatif
pertama, sumbu y merupakan perbandingan selisih absorbansi pada 2 panjang
gelombang yang berdekatan dengan selisih panjang gelombang yang berdekatan (
), sedangkan sumbu x merupakan rata-rata dari dua panjang gelombang yang
berdekatan tersebut. Pada derivat pertama zero crossing tidak ditemukan sehingga
dilanjutkan pada derivat kedua. Spektra derivat kedua dari parasetamol yang diperoleh
adalah sebagai berikut.
Dari spektra derivatif di atas, panjang gelombang yang memberikan absorbansi 0
(zero crossing), yaitu pada panjang gelombang 226 nm.
Selanjutnya, ditentukan absorbtivitas molar (ε) teofilin pada panjang gelombang
maksimum teofilin, yaitu pada 269 nm dengan absorban 0,324 sehingga pada nantinya
dapat ditentukan seri konsentrasi larutan teofilin yang digunakan untuk membuat kurva
baku atau kurva kalibrasi teofilin yang natinya digunakan untuk menentukan kadar
teofilin dalam sampel. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai absorbtivitas teofilin
sebesar 0,081 cm-1µg-1ml. Kemudian dengan penerapan hukum Lambert Beer dihitung
konsentrasi dari absorbansi 0,434 karena pada nilai absorbansi tersebut, kesalahan
analisis terjadi paling minimal, yaitu sebesar 1 unit kesalahan. Sehingga diperoleh
konsentrasi 5,36 µg/ml lalu dibuat rentang seri larutan baku teofilin dengan konsentrasi
5 µg/ml; 5,36 µg/ml; 5,5 µg/ml; 6 µg/ml.
Keempat seri larutan teofilin tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang
yang mendekati panjang gelombang zero crossing yaitu 223 nm, 225 nm, 227 nm karena pada
panjang gelombang zero crossing dari parasetamol, teofilin tidak memberikan absorbansi. Pada
konsentrasi seri larutan teofilin 5 µg/ml diperoleh absorbansi 0,244; 0,233; 0,221 pada
masing-masing panjang gelombang. Pada konsentrasi seri larutan teofilin 5,36 µg/ml,
diperoleh absorbansi 0,256;0,243; 0,232 pada masing-masing panjang gelombang. Pada
konsentrasi seri larutan teofilin 5,5 µg/ml diperoleh absorbansi 0,257; 0,245; 0,232. Pada
konsentrasi seri larutan teofilin 6 µg/ml, diperoleh absorbansi 0,298; 0,275; 0,255.
Kurva kalibrasi keempat seri larutan teofilin terhadap konsentrasinya. Berikut ini
adalah kurva baku atau kurva kalibrasi teofilin yang diperoleh.
Persamaan regresi linier teofilin pada panjang gelombang 223 nm diperoleh
adalah y = 0,054x – 0,034 dengan koefisien regresi linier (r2) sebesar 0,918. Persamaan
regresi linier teofilin pada panjang gelombang 225 nm diperoleh adalah y = 0,042x +
0,017 dengan koefisien regresi linier (r2) sebesar 0,941. Persamaan regresi linier teofilin
pada panjang gelombang 227 nm diperoleh adalah y = 0,034x + 0,048 dengan koefisien
regresi linier (r2) sebesar 0,961. Dari koefisien regresi linier yang diperoleh pada 3
panjang gelombang dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier tersebut
mengikuti hukum Lambert-Beer karena memiliki nilai r2 mendekati 1.
Dari hasil tersebut dapat dihitung kadar sampel berdasarkan persamaan regresi
linier, dengan cara memasukkan absorbansi sampel tersebut ke dalam persamaan regresi
linear yang diperoleh sehingga didapatkan kadar teofilin dalam sampel pada panjang
gelombang 223 yaitu sebesar 11,59 µg/ml;pada panjang gelombang 225 yaitu sebesar
13,97 µg/ml; pada panjang gelombang 227 yaitu sebesar 16,76 µg/ml.
Kadar rata-rata yang didapat sebesar 14,10 µg/ml. Kelinearan kurva baku yang
kurang dari 1 dalam hal ini linearitas kurva baku teofilin yang diperoleh sebesar 0,918;
0,941; 0,961 dapat mempengaruhi perhitungan kadar teofilin.
VIII.KESIMPULAN
1. Kurva standar parasetamol dapat dilihat sebagai berikut :
Kurva standar teofilin dapat dilihat sebagai berikut :
2. Panjang gelombang zero crossing parasetamol adalah pada panjang
gelombang 226 nm
3. Kurva Baku Teofilin pada panjang gelombang 223 nm
Kurva Baku Teofilin pada panjang gelombang 225 nm
Kurva Baku Teofilin pada panjang gelombang 227 nm
4. Kadar teofilin rata-rata yang terkandung dalam sampel adalah 14,10
µg/ml
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Clarke’s Analysis of Drug and Poison. London: Pharmaceutical Press
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fatah, A.M. 2008. Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan Kadar
Dekstrometorfan Hidrobromida Dalam Tablet Obat Batuk.
Available at : www.i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=7138
Opened at : 19 Maret 2011
Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan
Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara Spektrofotometri
Derivatif.
Available at: http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/hayun0302.pdf
Opened at : 19 Maret 2011
Susanti, Pitri dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran : Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Udayana.
Wulandari, D., Regina D. F., Christine P. 2008. Penetapan Kadar Teofilin Dalam Campuran
Parasetamol, Salisilamida, dan Teofilin Secara Spektrofotometri Derivatif.
Available at : http: // usd.ac.id/06/publ_dosen/far/devi.pdf
Opened at : 19 Maret 2011
LAMPIRAN CARA KERJA
Dibuat spektrum normal dari larutan teofilin dan parasetamol dengan rentang panjang
gelombang 200-400 nm.
Penentuan zero crossing. Spektra serapan normal dari parasetamol yang diperoleh,
dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat ketiga dengan
menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang terhadap harga rata-rata dua
panjang gelombang tersebut.
Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing
parasetamol, dimana parasetamol bernilai nol.
Pembuatan kurva baku. Larutan baku teofilin dibuat seri konsentrasi 5 µg/ml ; 5,36
µg/ml ; 5,5 µg/ml ; 6,0 µg/ml.
Kurva baku dibuat dengan mengukur seri kadar larutan baku teofilin pada panjang
gelombang zero crossing parasetamol.
Nilai d3A/ dλ3 spektrum dan kadar dibuat dengan persamaan linier sehingga diperoleh
persamaan y=bx+a (y=nilai d3A/dλ3 , x=konsentrasi; b=slope; a=derau).
Penetapan kadar teofilin. Larutan sampel campuran dibaca pada panjang gelombang
zero crossing parasetamol.
Nilai d3A/dλ3 spektrum teofilin pada panjang gelombang zero crossing parasetamol
dan dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku teofilin.