49
METODE PELAKSANAAN Pekerjaan  : Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman Lokasi Krueng Isep Pante Ara (80 KK) Kabupaten Nagan Raya Lokasi  : Krueng Isep Pante Ara Kabupaten  : Nagan Raya Taun Anggaran  : !0"# 1. LIN GKU P PE KER JA AN  (") Pekerjaan yang akan di$aksanakan a da$a pekerjaan Penyiapan Pr asarana dan Sarana Permukiman% (!) &enis'jenis pekerjaan yang termasuk ayat " diatas antara $ain a. Persiapan: ") pembuatan base amp !) perkuatan konstruksi dan mobi$isasi #) perintisan dan pengukuran b. Penyiapan Lahan & Konstruksi Bangunan : ") Tebas* Tebang* Potong (LP* L+'I dan L,+) !) Pi$a* Kumpu$* -ersi (LP* L+'I dan L,+) #) Pembangunan Ruma -atao Rangka Atap -aja Ringan .) Pembangunan Ruma Ibada /) Pembangunan udang +nit 1) Sumur a$i c. Konstruksi Jalan : ") &a$an 2esa !) Reab &a$an Pengubung3Poros #) orong'gorong (#) Tipe dan maam konstruksi yang terantum pada gambar ren ana dan jum$anya yang terantum da$am kontrak tidak bersi4at suatu kepastian% &um$a akir tipe dan maam konstruksi akan ditentukan o$e Pemimpin Proyek yang diberikan kepada pe$aksana 4isik seara tertu$is* bi$a ternyata da$am pe$a ksanaan diper$ukan perubaan atau berbeda dengan yang terantum da$am kontrak% LOKASI PEKERJAAN Pekerjaan Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman ter$etak pada $okasi +nit Permukiman Transmigrasi di Lokasi Krueng Isep Pante Ara (80 KK) Kabupaten Nagan Raya Pemerinta Ae

Metode Pelaksanaan JALAN WINDI

Embed Size (px)

Citation preview

Jasa Pemborongan (Works) Prakual

METODE PELAKSANAANPekerjaan:Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman Lokasi Krueng Isep Pante Ara (80 KK) Kabupaten Nagan Raya

Lokasi:Krueng Isep Pante Ara

Kabupaten:Nagan Raya

Tahun Anggaran:2013

1. LINGKUP PEKERJAAN (1) Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan Penyiapan Prasarana danSarana Permukiman.

(2) Jenis-jenis pekerjaan yang termasuk ayat 1 diatas antara lain:

a. Persiapan:1) pembuatan base camp

2) perkuatan konstruksi dan mobilisasi

3) perintisan dan pengukuran

b. Penyiapan Lahan & Konstruksi Bangunan :1) Tebas, Tebang, Potong (LP, LU-I dan LFU)

2) Pilah, Kumpul, Bersih (LP, LU-I dan LFU)

3) Pembangunan Rumah Bataco Rangka Atap Baja Ringan

4) Pembangunan Rumah Ibadah

5) Pembangunan Gudang Unit

6) Sumur Gali

c. Konstruksi Jalan :1) Jalan Desa

2) Rehab Jalan Penghubung/Poros

3) Gorong-gorong

(3) Tipe dan macam konstruksi yang tercantum pada gambar rencana dan jumlahnya yang tercantum dalam kontrak tidak bersifat suatu kepastian. Jumlah akhir tipe dan macam konstruksi akan ditentukan oleh Pemimpin Proyek yang diberikan kepada pelaksana fisik secara tertulis, bila ternyata dalam pelaksanaan diperlukan perubahan atau berbeda dengan yang tercantum dalam kontrak.

LOKASI PEKERJAANPekerjaan Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman terletak pada lokasi Unit

Permukiman Transmigrasi di:

Lokasi : Krueng Isep Pante Ara (80 KK) Kabupaten : Nagan Raya

Pemerintah : Aceh2. PENYIAPAN LAHANPENGERTIAN ISTILAH DAN TERMINOLOGI

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara Pembukaan lahan Tanpa Bakar. Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) adalah kegiatan-kegiatan dalam proses pembangunan permukiman menjadi layak huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan tanpa mempergunakan kegiatan pembakaran untuk membersihkan biomassa/limbah dan lahan. Pelaksana fisik diwajibkan untuk memanfaatkan limbah yang ada untuk tujuan pembangunan lainnya.

Pembukaan lahan tanpa bakar dapat dilaksanakan dengan cara :

a. Mekanis

Pembukaan lahan dengan metode mekanis adalah pembukaan lahan dimana hampir seluruh pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat berat. Pekerjaan pembukaan lahan yang dilakukan dengan alat berat ini adalah pekerjaan penebasan, penumbangan pohon, dan pengumpulan,

sedangkan pekerjaan penebangan dan pemotongan dilakukan dengan

menggunakan chain-saw.

b. Semi Mekanis

Pada pembukaan lahan dengan metode semi mekanis, alat berat hanya digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pengumpulan khususnya pada lahan pekarangan. Alat mekanis lain yang digunakan dalam metode ini adalah chain-saw, yang digunakan untuk membantu pekerjaan penebangan

dan pemotongan. Selain pekerjaan pengumpulan, seluruh pekerjaan lain

dilakukan secara manual.

c. Manual

Pembukaan lahan dengan metode manual dilakukan hanya dengan alat-alat bantu sederhana seperti kampak, parang, linggis, dan gergaji. Satu-satunya alat mekanis adalah chain-saw. Metode ini hanya layak dilakukan di hutan- hutan tersier dengan diameter pohon maksimum 30 cm, dimana proses

penebangan dan pengumpulan dapat dilakukan secara manual. Jenis-jenis tegakan lahan yang dapat dibuka dengan metode manual ini adalah semak belukar dan hutan alang-alang.

(6) Tahapan Pelaksanaan Pembukaan Lahan (secara berurutan)

a. Hutan (Tersier, Sekunder, Primer)

1). Tebas (diikuti dengan Rencek)

2). Tebang (diikuti dengan Rencek)

3). Potong

4). Pilah

5). Pengumpulan

6). Pembersihan akhir b. Semak belukar

1). Tebas diikuti dengan Rencek

2). Pengurnpulan

3). Pembersihan akhir c. Lahan alang-alang

1). Penyemprotan herbisida

(7) Kelas Hutan

Kelas hutan adalah pembagian jenis hutan berdasarkan atas jumlah tegakan kayu yang ada. Berdasarkan standar ini hutan dibagi dalam sepuluh kelas.

(8) Klasifikasi Hutan

Klasifikasi adalah pengelompokan sederhana atas kelas-kelas hutan ke dalam tiga pengelompokan ditambah dengan dua pengelompokan lain yang ditentukan secara visual, dengan rincian pengelompokan yaitu hutan primer, hutan sekunder, hutan tersier, dan semak belukar.

(9) Kayu Komersil

Kayu komersil adalah jenis-jenis kayu yang dapat diperdagangkan. Kayu komersil terdiri dan berbagai kelas kayu dengan acuan PKKI (Peraturan

Kontruksi Kayu Indonesia), sebagian besar kelompok kayu komersil di sini adalah kayu-kayu yang dapat diolah dalam penampang segi empat untuk

keperluan konstruksi kayu.

(10) Hutan Primer

Kelompok kelas hutan VII s.d. X dengan jumlah tegakan pohon ekivalen 6300-

9900 didominasi oleh tumbuhan dengan diameter tegakan > 60 cm.

(11) Hutan Sekunder

Kelompok kelas hutan III s.d. VI dengan jumlah tegakan pohon ekivalen 1500-

6300, didominasi oleh tegakan dengan diameter < 60 cm.

(12) Hutan TersierKelompok kelas I dan II dengan jumlah tegakan pohon ekivalen 1500, didominasi oleh tegakan dengan diameter < 30 cm.(13) Semak Delukar

Areal didominasi belukarlperdu dengan diameter < 7 cm.

(14) RTSP

Rencana Teknis Satuan Permukiman (Tahap III-A), merupakan kumpulan dokumen studi perencanaan areal satuan Permukiman yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan fisik pekerjaan penyiapan lahan dan bangunan permukiman.

(15) RTJ

Rencana Teknis Jalan, merupakan kumpulan dokumen studi perencanaan areal satuan Permukiman yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan fisik pekerjaan prasarana jalan.

PERSYARATAN TEKNIS PEMBUKAAN LAHAN(1) Pelaksana Fisik dilarang melakukan pembakaran dalam pekerjaan pembukaan lahan untuk membersihkan lahan dan biomassa/limbah hasil pembukaan hutan/semak belukar/alang-alang atau jenis vegetasi/lainnya.

(2) Apabila terjadi kebakaran dalam lokasi permukiman, Pelaksana Fisik wajib untuk memadamkannya.

(3) Bila tanah dalam keadaan basah/tergenang air maka tidak diperkenankan adanya kegiatan yang menggunakan alat-alat berat.

(4) Semua pohon (vegetasi) yang berdiameter lebih kecil dan 15 cm ditebas/ditebang hingga tunggul-tunggulnya, kecuali pohon-pohon pelindung sebagai pengendali kelestarian lingkungan pengaman daerah aliran sungai dan pohon-pohon lainnya sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(5) Dalam rangka konservasi tanah, air, dan lingkungan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku perlu dipertahankan keadaan vegetasi aslinya dan harus dihindarkan pembukaan hutan (vegetasi) pada areal sekurang-kurangnya selebar;

a. 100 m di kiri-kanan tepi sungai

b. 50 m di kiri-kanan tepi anak sungai c. 200 m di sekeliling mata air

d. 200 m di sepanjang tepi pantai e. 500 m di sepanjang tepi waduk

f. Dua kali dalamnya jurang di tepi jurang.

(6) Pohon-pohon yang berdaun rindang dan bermanfaat tidak perlu ditebang habis, dan dapat dibiarkan tetap hidup untuk berfungsi sebagai pohon peneduh.

(7) Arah rebahan pohon hasil penebangan dan/atau penumbangan harus satu arah atau sama, dan tidak dibenarkan saling tindih-menindih secara menyilang.

(8) Semua kayu yang produktif atau komersil harus diamankan dengan jalan memotong batang/kayu sepanjang 4 m (ukuran yang sesuai) dan kemudian dikumpulkan di tempat (jalur kayu komersil) yang akan ditentukan oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Untuk kayu-kayu non komersil diharapkan dapat dimanfaatkan untuk dibuat chip sebagai bahan baku kertas.

(9) Batang-batang pohon yang ditumbangkan tidak diperbolehkan merintangi jalan air, jalan rintisan atau jalan setapak.

(10) Pohon-pohon yang ditebang/tebas segera diikuti dengan merencek pohon tersebut hingga cabang-cabang/dahan-dahan terpisah dan batang induknya.

(11) Pada tempat-tempat yang tidak rata (rolling), penumpukan (pilling) dibuat sejajar garis kontur untuk mengurangi bahaya erosi.

(12) Pelaksana Fisik diwajibkan untuk melakukan penelitian letak-letak pohon-pohon komersil.

(13) Pelaksana Fisik diwajibkan untuk menyiapkan 1 (satu) kapling lahan pekarangan sebagai percontohan dalam setiap 25 kapling lahan pekarangan yang dibuka. Kapling lahan pekarangan percontohan dimaksud dianjurkan pada kapling yang sama dengan Rumah Transmigran percontohan.

(14) Pelaksana Fisik harus menghentikan operasi pembukaan lahan, dan harus memberitahukan hal itu kepada Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi, dan tidak boleh memulai tanpa izin tertulis dan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi, kalau dijumpai keadaan seperti berikut:

a. Areal berbatu-batu besar, yang menurut pendapat Pengawas Teknik dan

Konsultan Supervisi/Direksi tidak cocok untuk budi daya tanaman.

b.Areal berpasir kwarsa, berawa. rolling dengan kemiringan lebih dari 15% yang menurut pendapat Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi/Direksi tidak layak untuk usaha tani.

c.Areal bergambut ketebalan >0,5 meter bila diperuntukkan bagi pola pertanian lahan sawah.

1). Ketebalan > 3 meter bila diperuntukkan bagi pola tanam holtikultura dan palawija.

2). Ketebalan > 6 meter bila diperuntukkan bagi pola tanam keras/perkebunan.

(15) Apabila Pelaksana Fisik ragu-ragu untuk melanjutkan pembukaan lahan, Pelaksana Fisik harus meminta pendapat Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi/Direksi dan selanjutnya Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi/Direksi akan memberitahukan kepada Pelaksana Fisik tentang keputusannya untuk meneruskan proses pembukaan lahan atau tidak.

(16) Kayu-kayu hasil hutan yang terdapat pada areal hutan tetap dikuasai oleh negara dan pemanfaatannya diatur oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan c.q. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

TEKNIS PELAKSANAAN(1) Pembukaan Lahan Fasilitas Umum

Pembukaan lahan fasilitas umum/pusat desa pada kapling bangunan fasilitas umum (Kantor Unit, Balai Desa, Rumah Ibadah, Gudang Unit, Puskesmas Pembantu, Rumah Kepala Unit dan Rumah Petugas) dilakukan penebangan secara selektif sebagai berikut :

a. Pertapakan Bangunan

1)Menebas dan menebang habis seluruh jenis vegetasi yang ada dan tidak dibenarkan adanya tertinggal sisa-sisa vegetasi dan sisa-sisa pembukaan lahan berupa potongan kayu dan kotoran lainnya.

2)Bila ada tunggul yang tersisa, maka harus dibongkar kemudian diikuti dengan perataan dan pemadatan tanah.

b. Lahan Pekarangan

1) Membersihkan habis seluruh jenis vegetasi yang ada kecuali pohon yang rindang yang dapat berfungsi sebagai pohon peneduh (bertajuk lebar), dengan melakukan tebas, tebang, potong, dan pilah, kumpul, bersih.

2)Pengumpulan material sisa pembukaan lahan, dikumpulkan dan ditumpuk pada bagian pinggir luar pekarangan (batas kapling).

c. Lahan Kapling Bangunan

1)Lahan yang berada diluar batas pekarangan bangunan tetapi masuk dalam areal kapling bangunan tersebut dilakukan pembersihan secara terbatas/selektif bila lahan tersebut bervegetasi hutan.

2)Pada lahan tersebut pada butir (a) di atas hanya dilakukan penebasan terhadap semak yang berdiameter < 10 cm.

3)Hasil penebasan dan perencekannya dikumpulkan untuk ditumpuk pada tempat penumpukan pada bagian luar lahan pekarangan (lihat gambar).

(2) Pembukaan Lahan Pekarangan Rumah Pemukim a.Pertapakan rumah Pemukim

Dalam pembukaan pertapakan rumah Pemukim perlu diperhatikan

1)Pembukaan lahan dilakukan setelah ada pembentukan jalan desa untuk lebih menjamin kelancaran mobilisasi tenaga, alat dan pengawasan.

2)Lahan pertapakan rumah dengan ukuran 8 x 8 M2 harus dapat memenuhi kriteria layak huni. Lahan tersebut harus bersih dari semua

jenis vegetasi yang ada dan tidak boleh dijadikan tempat penumpukan.

3)Bila lahan pertapakan rumah (8 x 8 M2) ada tunggul > 30 Cm yang tertinggal. maka tunggul tersebut harus dibongkar dan diratakan kembali.

b. Lahan kapling pekarangan

Lahan kapling pekarangan diluar lahan pertapakan 10 x 10 M2 dibuka sesuai dengan spesifikasi teknis sebagaimana disebut pada pasal 17, 18,

19, dan 20.

1) Penebasan

-Penebasan terhadap semak dan pohon-pohon yang berdiameter 10 cm, hingga ada ruang untuk melihat keadaan sekitarnya.

- Penebasan selanjutnya terhadap pohon berdiameter 10-30 cm.

Pohon yang rebah diikuti dengan perencekan sehingga cabang dan ranting pohon terpisah dan batang induknya.

2) Penebangan

Untuk pohon-pohon yang berdiameter > 30 cm, ditebang setinggi dada ( 1 meter) dari permukaan tanah. Penebangan harus dilakukan secara hati-hati agar rebah pohon sesuai dengan arah yang diinginkan yaitu mengikuti atau sejajar ganis kontur. Setelah penebangan diikuti dengan perencekan ranting dan cabang pohon.

3) Pemotongan.

Pemotongan bertujuan untuk memudahkan pengumpulan yang panjang pemotongannya dibedakan sebagai berikut:

- Kayu komersil = 4 - 5 meter

- Kayu yang masih dapat digunakan untuk konstruksi = 4,5 meter

- Kayu non komersil = 1-4 meter.

4) Pohon rindang

Pohon yang rindang, pohon-pohon yang bermanfaat tidak perlu ditebas, tebang atau dapat dibiarkan tetap hidup. Pohon-pohon tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung dan sangat berguna untuk usaha tani.

5) Pemilahan.

Pekerjaan pemilahan bertujuan untuk memisahkan kayu limbah, kayu yang dapat dimanfaatkan dan kayu komersil.

6) Pengumpulan.

-Perhatikan keadaan sekitarnya dan tentukan letak jalur penumpukan

- sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi atau

Direksi. Jalur penumpukan harus sejajar garis kontur dan jarak antar tumpukan 10-30 meter.

- Jalur penumpukan

-Potongan kayu atau batang kayu dikumpulkan pada jalur penumpukan dengan cara menggeser, menggulingkan atau mengangkut ke jalur penumpukan.

Cara kerja.

- Tentukan batas-batas jalur penumpukan secara memanjang

(sejajar garis kontur).

- Tentukan as ditengah-tengah 2 jalur penumpukan.

-Angkut, geser, atau gulingkan kayu yang terdekat dengan tumpukan ke bagian luar batas penumpukan, kayu yang berada di tengah ke bagian tengah tumpukan dan seterusnya, hingga bagian kanan dan as potongan kayu sudah terkumpulkan.

(3) Lahan Usaha I

Dalam pembukaan lahan usaha - I perlu diperhatikan :

a. Penebasan

-Penebasan terhadap semak dan pohon-pohon yang berdiameter 10 cm, hingga ada ruang untuk melihat keadaan sekitarnya.

-Penebasan selanjutnya terhadap pohon berdiameter 10-30 cm. Pohon yang rebah diikuti dengan perencekan sehingga cabang dan ranting pohon terpisah dan batang induknya.

b. Penebangan

Untuk pohon-pohon yang berdiameter > 30 cm. ditebang setinggi dada 1 meter dari permukaan tanah. Penebangan harus dilakukan secara hati-hati agar rebah pohon sesuai dengan arah yang diinginkan yaitu mengikuti atau sejajar garis kontur. Setelah penebangan diikuti dengan perencekan agar ranting dan cabang pohon terpisah dan batang induknya.

c. Pemotongan.

Pemotongan bertujuan untuk memudahkan pengumpulan yang panjang pemotongannya dibedakan sebagai berikut :

- Kayu komersil = 4 - 5 meter

- Kayu yang masih dapat digunakan untuk konstruksi = 4,5 meter

- Kayu non komersil = 1 - 4 meter.

d. Pohon rindang

Pohon yang rindang, pohon.pohon yang bermanfaat tidak perlu ditebas, tebang atau dapat dibiarkan tetap hidup. Pohon-pohon tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung dan sangat berguna untuk usaha tani.

e. Pemilahan.

Pekerjaan pemilahan bertujuan untuk memisahkan kayu limbah, kayu yang dapat dimanfaatkan dan kayu komersil.

f. Pengumpulan.

-Perhatikan keadaan sekitarnya dan tentukan letak jalur penumpukan sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi atau

Direksi. Jalur penumpukan harus sejajar garis kontur dan jarak antar tumpukan 10 - 30 meter.

- Jalur penumpukanKualifikasi

VegetasiLebar jalur

Penumpukan (M)Jarak antar

tumpukan (M)

Hutan primer

Hutan sekunder

Hutan tersier

Hutan semak belukar3,5 - 5

2 - 3,5

1 2

< 110 - 1515 - 2020 - 2525 - 50

- Potongan kayu atau batang kayu dikumpulkan pada jalur penumpukan

dengan cara menggeser menggulingkan atau mengangkut ke jalur penumpukan.

Cara kerja.

-Tentukan batas-batas jalur penumpukan secara memanjang (sejajar garis kontur).

- Tentukan as ditengah-tengah 2 jalur penumpukan.

-Angkut, geser, atau gulingkan kayu yang terdekat dengan tumpukan ke bagian luar batas penumpukan, kayu yang berada di tengah ke bagian tengah tumpukan dan seterusnya, hingga bagian kanan dan as potongan kayu sudah terkumpulkan.

KLASIFIKASI HUTAN

(1) Kelas HutanHutan dibagi dalam 10 kelas dengan dasar pembagian jumlah pohon ekuivalen per hektar. Dengan menggunakan sistem pengkelasan yang bersifat standar dan terukur ini maka akan didapat kemudahan dalam melakukan rujukan ulang ke RTSP dan koordinasi dengan instansi Departemen Kehutanan dan Perkebunan c.q. Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

Tabel Pengkelasan Hutan.Kelas HutanJumlah pohon Ekuivalen per Ha

1

2

3

4

5

6

7

8

9

100 300301 1500

1501 2700

2701 3900

3901 5100

5101 6300

6301 7500

7501 8700

8701 9900

> 9901

Sumber : DITADA 1981, Departemen Kehutanan

(2) Perhitungan Kelas Hutan

Cara perhitungan jumlah pohon ekivalen tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

PE = A + (B x 28,33) + (C x 68,39j + (0 x 183,33) PE = Jumlah pohon ekivalen per hektar

A = Jumlah pohon per hektar diameter 10 29 cm

B = Jumlah pohon per hektar diameter 30 59 cm

C = Jumlah pohon per hektar diameter 60 89 cm

D = Jumlah pohon per hektar diameter 90 120 cm

A, B, C, dan D diperoleh dari petak contoh yang dibuat di lokasi yang akan dibuka. Petak contoh ini dibuat hingga 1,0% dan seluruh luasan yang akan dibuka. Dengan pedoman penentuan luasan petak contoh sebagai berikut: (luasan yang akan dibuka vs persentase luasan petak contoh).

(3) Klasifikasi

Dalam hal sistem pengkelasan hutan yang digunakan dalam kontrak berbeda dengan sistem pengkelasan hutan baku di atas, maka pengelompokan kelas tersebut dapat dilakukan dengan acuan tabei berikut.

Penelitian ulang kelas hutan ini dilakukan oleh Pelaksana Fisik di bawah pengawasan dari Supervisi/Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi dan proyek dan biayanya dibebankan pada Pelaksana Fisik.

Hasil penetapan kelas hutan ini ditandatangani oleh pihak Pelaksana Fisik Supervisi/Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi wakil proyek dan digunakan sebagai dasar pengajuan amandemen, apabila kelas hutan yang ada ternyata tidak sesuai dengan informasi yang diberikan pada saat penjelasan pekerjaan (aanwijzing).

METODE PEMBUKAAN LAHAN(1) Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara Pembukaan Lahan Tanpa Bakar.

Semua bentuk kegiatan pembakaran dilarang. baik pembakaran biomassa/

limbah hasil penebasan/penebangan/pemotongan untuk membersihkan

permukaan lahan maupun pembakaran lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup.

(2) Dilarang melakukan pembakaran dalam pelaksanaan pembukaan lahan. (3) Cara Pembukaan Lahan Tanpa Bakar.

Yang lazim digunakan pada pekerjaan penyiapan lahan transmigrasi adalah:

a. mekanis

b. semi mekanis c. manual.

Perbedaan antar ketiga cara tersebut adalah dari alat kerja bantu yang digunakan pada masing-masing metode.

(4) Pembukaan lahan untuk bekas hutan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tebas Tebang Potong (TTP)

b. Pilah Kumpul Bersih (PKB)

TEBAS. TEBANG, POTONG (TTP)(1) Tebas

Yaitu menebas bersih semak belukar dan pohon-pohon yang berdiameter < 10 cm. Tunggul hasil penebasan kemudian dipotong rata dengan permukaan tanah. Segera setelah penebasan pohon-pohon kemudian direncek hingga cabang- cabang, dahan-dahan pohon terpisah dan batang induknya dan dengan demikian hasil rencek dapat dengan mudah diangkut ke jalur-jalur penumpukan agar tidak tertindih dengan tumbangan pohon besar berikutnya.

(2) Tebang

Yaitu menebang pohon-pohon yang berdiameter > 10 cm, dengan ketentuan sebagai berikut:

a.Menebang pohon-pohon yang berdiameter 1030 cm. Tunggul hasil penebangan kemudian dipotong rata dengan permukaan tanah;

b. Pohon-pohon yang berdiameter > 30 cm ditebang setinggi 1 m;

c.Segera setelah penebangan pohon-pohon yang tumbang kemudian direncek hingga cabang-cabang, dahan-dahan, ranting-ranting pohon terpisah dan batang induknya hingga tidak mempersulit pelaksanaan

pekerjaan berikutnya.

(3) Pemotongan

Yaitu memotong-motong batang kayu yang sudah direncek dan memotong- motong basil rencekan agar lebih mudah untuk diangkut ke jalur-jalur penumpukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kayu-kayu yang tidak dapat dimanfaatkan dipotong-potong dengan ukuran

1-4 m (tergantung diameter kayu) dengan tujuan agar dapat diangkut dengan mudah ke tempat penumpukan;

b.Kayu-kayu komersil dipotong-potong dengan ukuran 4,5 m atau ukuran yang sesuai;c.Kayu-kayu yang potensial dapat dimanfaatkan untuk bahan konstruksi dipotong dengan ukuran 4,5 m;

d.Kayu-kayu untuk kayu bakar keperluan transmigran dipotong-potong dengan ukuran kecil ( 2 m) dengan tujuan agar dapat diangkut atau dipindahkan dengan mudah ke tempat pengumpulan di batas kapling lahan usaha I.

e. Kayu limbah berupa cabang, dahan hasil rencekan harus dipotong-potong

dengan ukuran 1-4 m.

(4) Penilaian Hasil

Hasil pelaksanaan Tebas Tebang Potong diukur untuk mendapatkan luas yang dinyatakan selesai dikerjakan dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Tebas Tebang Potong dinyatakan selesai dalam satuan luas (hektar atau -kapling) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Rebahan tebas tebang dalam arah yang sama

b.Pohon yang ditebas dan atau ditebang sudah direncek cabang dan dahan pohon sudah terpotong/terpisah dari batang induknya.

c.Batang-batang pohon sudah dalam keadaan terpotong dengan ukuran sebagai berikut:

- Kayu komersil : 4,5 meter

- Kayu yang dapat dimanfaatkan : 2 - 4,5 meter

- Kayu non komersil (limbah) : 1 - 4 meter

Dari hasil pengukuran terhadap luasan yang dinyatakan selesai digambar pada peta monitoring pembukaan lahan sebagai data pendukung untuk pembayaran.

(5) Pembayaran

Pembayaran hasil pelaksanaan akan dilakukan sesuai dengan luasan yang dinyatakan selesai dan hasil pengukuran yang tergambar pada peta monitoring pembukaan lahan, menurut mata pembayaran sebagai berikut :

NoMata PembayaranSatuan

1.Tebas Tebang PotongHa

PILAH, KUMPUL, BERSIH (PKB)(1) Pilah

Memilih dan memilah hasil perencekan dan pemotongan untuk memisahkan kayu limbah, kayu yang dapat dimanfaatkan, dan kayu komersil untuk memudahkan pengumpulan ke jalur-jatur penumpukan.

(2) Kumpul

a.Mengumpulkan dan menumpukkan kayu limbah secara memanjang dan sejajar garis kontur pada bagian belakang rumah transmigran. Tumpukan kayu limbah diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh swasta diolah menjadi chips (serpih kayu) dan keperluan lainnya atau sebagian dimanfaatkan oleh transmigran sebagai bahan bakar kayu.

b.Mengumpulkan dan menumpukkan kayu-kayu yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, pertukangan, dan lain-lain serta kayu-kayu komersil. Penumpukan dilakukan memanjang sejajar dengan tumpukan kayu limbah.

c. Semua jenis potongan batang, cabang, dahan dan ranting yang masih

berada di antara jalur tumpukan kayu, harus dipindahkan dan ditumpuk ke dalam tumpukan, sehingga areal antara jalur tumpukan bersih dari sisa-sisa potongan.

d.Penumpukan potongan kayu besar dapat dilakukan dengan menggulingkannya ke jalur tumpukan. Pada daerah yang miring, penumpukan dilakukan dengan menumpuk potongan-potangan dan bagian atas dikumpulkan ke bagian bawah. Jalur tumpukan harus sejajar garis

kontur untuk berfungsi sebagai penahan tanah (terassering/teras kontur)

(3) Bersih

a. Pembersihan areal di antara jalur tumpukan

Yaitu mengumpulkan sisa potongan-potongan kayu dan cabang, serta menumpukannya kembali ke jalur tumpukan kayu sehingga areal di antara jalur tumpukan yang satu dengan jalur tumpukan lainnya bebas dan sisa potongan-potongan kayu.

b. Pembersihan akhir

Yaitu mengumpulkan sisa dahan, ranting, dan seresah daun, serta menumpukannya di samping jalur-jalur tumpukan yang ada sehingga tersedia lahan yang bersih untuk dimanfaatkan menjadi lahan usaha tani oleh transmigran.(4) Penilaian Hasil

Hasil pelaksanaan Pilah Kumpul Bersih diukur untuk mendapatkan luas yang dinyatakan selesai dikerjakan dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan

Supervisi.

Pilah Kumpul Bersih dinyatakan selesai dalam satuan luas (hektar atau kapling)

dengan ketentuan sebagal benikut

a. Potongan-potongan kayu sudah tertumpuk pada jatur-jalur tumpukan. b. Jarak antar tumpukan kayu 15-30 meter.

c. Areal antara tumpukan harus bebas dan potongan-potongan kayu.

d.Areal antara tumpukan kayu terdapat areal yang cukup bersih untuk digunakan sebagai lahan usaha tani dan harus memenuhi persyaratan persentasi luas lahan yang dapat diolah sebagai berikut:

No.Vegetasi AsalPersyaratan

PersentaseKeterangan

(1) (2)

(3)Hutan Primer

Hutan Sekunder

Hutan Tersier60 %

70 %

80 %Persentase luas lahan yang

dapat diolah adalah persentase luas lahan yang dapat diotah (pada saat penempatan) dalam setiap 1

Ha.

Dari hasil pengukuran terhadap luasan yang dinyatakan selesai digambar

pada peta monitoring pembukaan lahan sebagai data pendukung untuk pembayaran.

(5) Dasar Pembayaran

Pembayaran hasil pelaksanaan akan dilakukan sesuai dengan luasan yang dinyatakan selesai dari hasil pengukuran yang tergambar pada monitoring pembukaan lahan, menurut mata pembayaran sebagai berikut :

Pasal 16PEMBUKAAN SEMAK BELUKARPekerjaan pembukaan lahan semak belukar dapat dilakukan secara manual, secara semi mekanis atau secara mekanis.

(1) Tebas

Yaitu menebas bersih semak belukar. Tunggul hasil penebasan kemudian dipotong rata permukaan tanah. Segera setelah penebasan pohon-pohon

kemudian direncek hingga cabang-cabang, dahan-dahan pohon terpisah dari batang induknya dan dengan demikian hasil rencek dapat dengan mudah

diangkut ke jalur-jalur penumpukan agar tidak tertindih dengan tumbangan

pohon besar berikutnya.

(2) Kumpul

Mengumpulkan dan menumpukan kayu limbah secara memanjang dan sejajar garis kontur pada bagian belakang rumah Pemukim. Tumpukan kayu limbah diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh swasta untuk diolah menjadi chips (serpih kayu) dan keperluan kayu atau sebagian dapat dimanfaatkan oleh

transmigrasi sebagai bahan bakar kayu.

(3) Bersih

a. Pembersihan areal di antara jalur tumpukan

Yaitu pengumpulan sisa potongan-potongan kayu dan cabang, serta menumpuknya kembali ke jalur tumpukan kayu sehingga areal di antara

jalur tumpukan yang satu dengan jalur tumpukan lainnya bebas dari sisa potongan-potongan kayu.

b. Pembersihan akhir

Yaitu mengumpulkan sisa dahan, ranting, dan seresah daun, serta menumpukannya di samping jalur-jalur tumpukan yang ada sehingga tersedia lahan yang bersih untuk dimanfaatkan menjadi lahan usaha tani oleh transmigrasi.

(4) Penilaian Hasil

Hasil pelaksanaan Pembukaan Semak Belukar diukur untuk mendapatkan luas yang dinyatakan selesai dikerjakan dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Pembukaan semak belukar dinyatakan selesai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tunggul harus rata permukaan tanah.

b.Pohon yang ditebas sudah direncek sehingga cabang dan dahan sudah terpisah dari lubang induk.

c.Batang pohon sudah dalam keadaan terpotong dengan ukuran sebagai berikut :

- kayu yang dapat dimanfaatkan : 2 - 4,5 meter

- Kayu limbah : 1 - 4 meter

d.Potongan sebagaimana disebut pada butir b dan c sudah ditumpuk pada jalur-jalur tumpukan.

e. Jarak antara tumpukan antara 20 30 meter.

f.Areal antara jalur tumpukan harus bersih dan bebas dari potongan- potongan untuk digunakan sebagai lahan usaha tani dengan ketentuan bahwa prestasi luas lahan yang dapat diolah minimal 90 %. Prestasi luas lahan yang dapat diolah adalah prestasi luas lahan yang dapat ditanami pada saat penempatan dalam luasan 1 Ha.

Dari hasil pengukuran luasan yang dinyatakan selesai digambar pada peta monitoring pembukaan lahan sebagai data pendukung untuk pembayaran.

(5) Dasar Pembayaran

Pembayaran hasil pelaksanaan akan dilakukan sesuai dengan dengan luasan yang dinyatakan selesai dari hasil pengukuran yang tergambar pada peta monitoring pembukaan lahan menurut mata pembayaran sebagai berikut :

PEMBUKAAN HUTAN ALANG-LANG(1) Penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida)

a.Penyemprotan herbisida dimaksudkan untuk mematikan alang-alang secara tuntas hingga keakar-keakarnya. Penemprotan dilakukan merata pada semua permukaan daun dan dalam waktu 2 minggu alang-alang akan mati.

b.Dosis bahan kimia (herbisida) mengikuti rekomendasi sesuai aturan pakai yang diterbitkan oleh merk bahan kimia yang dipergunakan dan rekomendasi jumlah larutan yang diperlukan.

c.Setiap pencampuran bahan kimia dengan bahan pencampuran (air) harus disaksikan dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

d. Penyemprotan dilakukan pada waktu musim kering.

(2) Penilaian Hasil

Hasil pelaksanaan Penyemprotan herbisida (racun alang-alang) dinilai 2 (dua) minggu setelah penyemprotan. Penyemprotan dinyatakan selesai oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi apabila alang-alang sudah mati dengan ketentuan bahwa jumlah batang yang masih hidup tidak lebih dari 20 % dari jumlah batang hidup sebelum di semprot dengan herbisida. Pengukuran untuk menentukan luas lahan yang selesai dikerjakan kemudian digambarkan pada peta monitoring pembukaan lahan sebagai data pendukung untuk pembayaran.

(3) Dasar Pembayaran

Pembayaran hasil pelaksanaan akan dilakukan sesuai dengan luasan yang dinyatakan selesai dan hasil pengukuran yang tergambar pada peta monitoring pembukaan lahan, menurut mata pembayaran sebagai berikut

(4) Pembajakan/Penggaruan

Pembajakan/Penggaruan pada lahan alang-alang dilakukan terhadap lahan yang sudah selesai disemprot dengan racun alang-alang. Teknis pelaksanaan pembajakan/penggaruan pada lahan alang-alang dilaksanakan sesuai dengan spesifikais teknis yang ditentukan.

3. JALANPENJELASAN UMUM(1) Jalan Pemukiman Pemukim meliputi:

a. Pembuatan jalan poros/penghubungb. Pembuatan jalan desa.

(2) Pembuatan Jalan meliputi:

a. Pekerjaan penyiapan tanah dasar (sub grade) yang terdiri atas pekerjaan:

- Pembersihan Daerah Milik Jalan (Damija)

- Pengupasan Lapisan Tanah Atas (Top Soil)- Galian

- Timbunan

- Parit Jalan

b. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah/LPB (sub base/sirtu).

(3) Tebal lapisan Sub Base untuk Jalan Penghubung dan Poros ditetapkan 15 cm padat dan untuk jalan Desa ditetapkan 10 cm padat.

(4) Kemiringan arah melintang

a. 4 % untuk bagian perkerasan jalan b. 6 % untuk bagian bahu jalan.

(5) Volume Jalan Penghubung/Poros dan Jalan Desa yang tercantum dalam dokumen kontrak tidak merupakan kepastian, volume jalan yang sesungguhnya akan ditentukan berdasarkan realisasi pelaksanaan di lapangan oleh Pelaksana Fisik atas persetujuan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(6) Bahan/material tanah timbunan (borrowpit) dan perkerasan sebelum dipergunakan, terlebih dahulu harus diketahui/disetujui Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

PEMBERSIHAN DAERAH MILIK JALANPembersihan Daerah Milik Jalan (DMJ) untuk Jalan Penghubung dan Jalan Poros selebar 20 meter dan untuk Jalan Desa selebar 10 meter. Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pahon-pohon, semak-semak, sampah- sampah, pencabutan seluruh tunggul-tunggul dan akar-akar serta sisa konstruksi dan sisa-sisa material lainnya dengan menggunakan peralatan dozer dan chain saw. Penggunaan dozer disesuaikan dengan kondisi tanah setempat, Biaya untuk pekerjaan pembersihan ini tidak dibayar tersendiri melainkan sudah termasuk kedalam biaya pembukaan lahan/fasilitas umum.

PENGUPASAN LAPISAN TANAH ATAS (TOP SOIL)Pengupasan Top Soil untuk jalan Penghubung/Poros lebar 7,5 meter dan untuk jalan desa lebar 4,50 meter. Pada umumnya pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas ini mencakup hanya pekerjaan membuang tanah humus (top soil). Pembuangan tanah dan akar-akar dengan ketebalan sekitar 30 cm dan permukaan. tanah asli atau sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Pekerjaan pembuangan lapis humus dan akar-akar dilakukan baik untuk daerah galian maupun daerah timbunan.

Setelah pekerjaan tersebut selesai barulah dilakukan pemadatan sampai mencapai tingkat pemadatan yang disyaratkan. Bekas-bakas galian tersebut di atas dibuang dan diratakan dalam bentuk lapisan tipis di daerah-daerah yang tidak diperuntukkan bercocok tanam dan tidak boleh di lahan pekarangan serta lahan usaha.

GALIAN(1) Mengadakan galian pada tempat-tempat yang kemiringan/tanjakannya melebihi syarat-syarat maksimum yang ditentukan, sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi, pada pembuatan jalan baru.

(2) Melakukan galian/pemotongan tebing-tebing kanan-kiri untuk mendapatkan lebar badan jalan yang direncanakan dengan kemiringan 1 : 1 atau sesuai dengan petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(3) Melakukan galian/pemotongan pada puncak pendakian, sebelum mulai menurun harus ada daerah jalan yang rata minimum sepanjang 30 meter begitu pula pada akhir penurunan sebelum pendakian.

(4) Pemotongan tebing harus dilakukan dengan rapi dan langsung dibentuk badan jalan sesuai dengan gambar rencana. Tanah bekas galian harus ditempatkan dan diratakan pada daerah yang ditentukan olah Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(5) Pekerjaan pembentukan badan jalan disertai dengan pekerjaan pemadatan badan jalan sampai mencapai angka kepadatan yang disyaratkan dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(6) Kemiringan/landai potongan melintang dan memanjang badan jalan harus benar- benar dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan badan jalan yang segera dapat mengalirkan air hujan (tidak boleh terdapat genangan-genangan air dipermukaan badan jalan).

(7) Pemadatan badan jalan dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm untuk setiap lapis dan pada bagian galian harus mencapai kepadatan 95 % dari maksimum kepadatan yang diselidiki menurut pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76 (AASHTO-99-74, ASTM D-698-70) Manual Pemeriksaan Badan Jalan No. 01/MN/BM/197(6)

(8) Dinding tebing terpotong dikiri-kanan jalan harus dirapikan dengan kemiringan maksimiim 45 derajat dan pada ketinggian tebing 2 meter dibuat bertangga atau sesuai dengan gambar rencana.

(9) Kemungkinan didapatnya tanah dasar galian yang tak memenuhi persyaratan dalam pekerjaan galian, maka harus diadakan penggantian tanah dasar dengan CBR minimum 4 % rendam air (soaked) setebal 20 cm dan apabila terdapat galian berbatu pelaksanaannya harus mendapat petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi dan pihak Direksi.

TIMBUNAN(1) Bagian-bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan. Tanah timbunan harus cukup baik bebas dan sisa-sisa rumput, akar- akaran dan lain-lain dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(2) Pada tempat-tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru sehingga memenuhi persyaratan dengan persetujuan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

Dasar badan jalan yang basah (rawa, lumpur) dapat menggunakan knoppel (gambangan/para-para/meting) dan kayu tahan air (kayu getam atau sejenisnya) yang disusun sepanjang jalan yang sangat lembek, kemudian baru ditimbun dengan tanah yang sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(3) Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm padat setiap lapisnya. Penggilasan tiap lapis harus dilakukan pada Kadar air optimum dan mencapai kepadaran 95 % dengan pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76 Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.01/MN/BM/197(6) Untuk lapis yang paling atas/akhir kepadatan harus mencapai angka 100%. Pada timbunan yang tinggi, pelaksanaannya dibuat bertangga agar tidak mudah longsor sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

PARIT JALAN DAN PENGALIRAN AIRPekerjaan ini termasuk pekerjaan badan jalan dan meliputi pelaksanaan pekerjaan- pekerjaan berikut :

(1) Parit jalan dibuat sesuai dengan gambar rencana atau kedalaman parit tidak boleh lebih rendah dari parit pembuangan disekitarnya atau menurut pengarahan dan petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(2) Pembuangan air dan parit jalan dibuat pengaliran air (saluran pembuang) sesuai dengan kebutuhan keadaan lapangan sepanjang 15 meter. Jarak antara pengaliran air dibuat sependek mungkin dengan jarak minimal 50 meter. tergantung kondisi lapangan dan sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(3) Pada tikungan-tikungan jalan di daerah galian bagian dalam tikungan terutama yang bertebing tinggi harus dibuat pembuangan air asal parit jalan yang cukup baik (kalau diperlukan dapat digunakan gorong-gorong).

(4) Guna lebih mengetahui tempat-tempat dimana air hujan dapat dialirkan dengan sempurna, Pelaksana Fisik disertai Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi wajib mengadakan peninjauan/pemeriksaan di jalan pada waktu hujan.

LAPIS PERKERASAN SUB BASE(1) Apabila pekerjaan pembentukan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan persetujuan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi dibuat lapis perkerasan jalan.

(2) Tebal lapis perkerasan ditetapkan 15 cm padat untuk Jalan Penghubung/Poros (tipe A) dengan lebar 4,50 meter dan 10 cm untuk jalan desa dengan lebar 3 meter.

(3) Bahan perkerasan adalah sub base klas C dengan ukuran butiran terbesar 1 3/4 inch ( 4,50 cm) dan bergradasi tertutup.

Pasal 25PENAMPANG JALANPenampang jalan penghubung/poros dan penampang jalan desa diperlihatkan pada tabel berikut:

Gambar penampang jalan di daerah galian, di daerah timbunan, serta di daerah galian dan timbunan, dapat dilihat pada Buku Disain Standar Bidang Pengembangan Sumber Daya Kawasan.

PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)(1) Pengendalian mutu pada tahap pelaksanaan pembuatan jalan dilaksanakan untuk setiap 200 M. Apabila dianggap perlu Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi dapat menambah jumlah pemeriksaan.

(2) Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesunguhnya (baik untuk tanah timbunan maupun lapis perkerasan), Pelaksana Fisik harus mengadakan percobaan pemadatan atas petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi sebagai berikut :

a. Bahan yang akan dipadatkan terlebih dahulu dihampar setebal 15 cm atau

20 cm. lebar setengah jalur perkerasan dan paling sedikit sepanjang 45 meter yang dibagi-bagi menjadi 3 bagian. Tiap-tiap bagian dipadatkan dengan mesin gilas dengan jumlah lintasan yang bervariasi.

b.Selanjutnya pada setiap bagian dilakukan pemeriksaan pemadatan digambarkan pada 3 (tiga) titik. Hasil pemeriksaan pemadatan digambarkan pada grafik dengan sumbu-x menggambarkan jumlah lintasan dan sumbu-y menggambarkan kepadatan kering yang dicapai.

c.Dari hasil percobaan tersebut dapat ditetapkan jumlah lintasan yang paling ekonomis dan optimal yang harus dipakai sebagai pedoman.

(3) Cara pemeriksaan didasarkan pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan

No.01/MN/BM/1976 tentang :

a. Pemeriksaan Kepadatan lapangan dengan tabung pasir/sand cone

(PB.0103-76).

b. Pemeriksaan Kepadatan Standar (PB-011-71).

c. Pemeriksaan CBR laboratonium (PB-0133-76) rendam air-soaked.

d.Untuk pelaksanaan pemeriksaan laboratonium pada butir a,b,c dapat dilakukan di laboratorium pengujian seperti di Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum atau laboratonium Perguruan Tinggi setempat.

(4) Apabila terjadi kerusakan-kerusakan ditempat tertentu harus dilakukan pemeriksaan secara teknis oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi dengan memperhatikan syarat-syarat teknis senta sifat-sifat material setempat. Cara pemeriksaan dilakukan menurut cara-cara yang berlaku di Direktorat Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum.

(5) Apabila tenjadi kerusakan-kerusakan pada bagian badan jalan atau bagian perkerasan jalan sebelum dilakukan serah terima maupun sebelum masa pemeliharaan selesai, maka Pelaksana Fisik harus memperbaikinya tanpa meminta biaya tambahan dan Pihak Pemberi Kerja.

(6) Selang waktu sebelum masa pemeliharaan selesai, maka Pelaksana Fisik diharuskan mengadakan pemeliharaan rutin, sehingga jalan tersebut tetap berfungsi.

(7) Jangka waktu masa pemeliharaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung mulai proyek permukiman dan lingkungan transmigrasi selesai seluruhnya, yang dinyatakan dengan Berita Acara dan Panitia yang ditetapkan oleh Pemimpin Proyek

(8) Persyaratan Bahan:

Bahan yang digunakan untuk lapis perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan sub base klas c sebagai yang tercantum dalam gambar rencana. Bahan lapis perkerasan jalan terdiri dari campuran batu atau kerikil pecah atau kerikil dengan pasir, lanau dan lempung yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Persyaratan Mutu

Kadar lempung/sand equivalent (AASHTO T-76) maximum 25

b.Kehilangan abrasi dengan mesin Los Angelos (MPBJ PB.0206-76, AASHTO-96) minimum 40.

c. Kepadatan kering maksimum (AASHTO T-180) minimum 2,0 Gr/cm3.

d. CBR maksimum 30 %

e. Persyaratan Gradasi (MPBJ PB.201-76)

Ukuran

Saringan% Berat

lolosKeterangan

1 1/2

No. 10

No.20010020 - 505 - 20Lubang bujur sangkar diagonal 1 1/2

1 Inch persegi 10 lubang

1 Inch persegi 200 lubang

(9) Bila terjadi kondisi lapangan tidak sesuai dengan gambar rencana dan tidak dapat dilaksanakan, maka dapat dilakukan perubahan desain atau relokasi dengan persetujuan Sub Dinas Pengembangan Sumber Daya Kawasan.

PENGUKURAN HASIL KERJA DAN PEMBAYARAN(1) Pengukuran Hasil Kerja

a.Pengukuran hasil kerja untuk keperluan pembayaran khususnya untuk pekerjaan jalan diukur sesuai dengan hasil pelaksanaan yang sudah selesai dikerjakan dan diterima baik oleh. Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Pengukuran harus digambar pada peta monitoring jalan yang disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

b. Jumlah pekerjaan jalan per Km panjang ditetapkan sebagai berikut:

1). Untuk jalan penghubung atau jalan poros dengan lebar badan jalan 7,5 meter dengan DMJ (Daerah Milik Jalan) 20 meter, lebar perkerasan 4,5 meter, tebal 15 cm telah dipadatkan dan diterima baik oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

2). Untuk jalan desa per Km dengan rincian lebar badan jalan 4,50 meter dengan DMJ 10 meter, lebar perkerasan 3 meter dan tebal 10 cm telah dipadatkan dan diterima baik oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

3). Untuk jalan kebun per Km dengan rincian lebar badan jalan 3 meter DMJ 5 meter yang telah diterima baik oleh Petugas Teknik (tanpa perkerasan).

(2) Dasar Pembayaran

Pembayaran hasil pelaksanaan jalan akan dibayar sesuai dengan hasil pengukuran yang sudah selesai dikerjakan dan tergambar dalam peta monitoring jalan, menurut mata pembiayaan sebagai berikut:

4. GORONG-GORONGPENJELASAN UMUM(1)Ket a.entuan Umum

Gorong-gorong adalah suatu bangunan drainase menyilang di bawah badan

jalan.

b.Gorong-gorong dibuat apabila lintasan air mempunyai lebar kurang dari 3

c.meter.

Jenis dan ukuran gorong-gorong yang digunakan adalah sesuai gambar

rencana dan petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

d.Jumlah jenis dan ukuran yang tercantum dalam Dokumen Kontrak tidak

merupakan suatu kepastian. Jumlah jenis dan ukuran yang sesungguhnya

akan ditentukan berdasarkan pelaksanaan di lapangan oleh Pelaksana Fisik

e.atas petunjuk tertulis dan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

Elevasi dasar aliran dalam gorong-gorong harus sesuai dengan saluran/

sungai asli.

f.Sumbu memanjang gorong-gorong harus sesuai dengan sumbu aliran air.

g.Semua pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti/cermat menurut

gambar-gambar rencana dan petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan

Supervisi.

h.Pelaksanaan pembuatan gorong-gorong tidak boleh menyebabkan

terhambatnya kelancaran lintasan air yang mengalir menyilang di bawah

badan jalan. Pekerjaan pemasangan gorong-gorong harus selesai

dikerjakan sebelum pekerjaan yang menyangkut pembuatan badan jalan,

perkerasan dan bahu jalan dilaksanakan. Syarat-syarat ini dikerjakan tanpa

pembiayaan khusus dan harus telah diperhitungkan pada biaya pembuatan

gorong-gorong, kecuali perkerasan.

i.Biaya pekerjaan perkerasan (sirtu) pada bagian atas timbunan gorong-

gorong, sudah diperhitungkan atau termasuk dalam perkerasan jalan.

j.Pelaksana Fisik harus menjamin kelancaran pengaliran air melintas dan

gorong-gorong hingga air tersebut dapat mengalir keluar ke saluran

pembuang dan tidak terjadi genangan air sesuai dengan petunjuk

Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

k.Bahan/material kayu sebelum dipakai untuk pekerjaan, terlebih dahulu

harus mendapat persetujuan dari Pengawas Teknik dan Konsultan

Supervisi.

(2) Macam Pekerjaan

Pekerjaan yang meliputi pelaksanaan galian, pemasangan, dan penimbunan gorong-gorong harus sesuai dengan spesifikasi teknik ini dan dalam batas-batas kedudukan, kemiringan dan dimensi seperti yang tercantum dalam gambar

rencana atau atas petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(3) Jenis gorong.gorong

Gorong-gorong terdiri atas jenis atau tipea. Gorong-gorong kayu.

b. Gorong-gorong beton (buis beton). c. Gorong-gorong plat beton.

(4) Bahan atau Material

a.Gorong-gorong kayu dan bahan/material kayu kelas awet dan kuat I (standar PKKI) yang dilapisi dengan teer pada seluruh permukaannya, minimum 2 (dua) kali.

b.Gorong-gorong beton dibuat dari beton K.175 atau lebih sepanjang tidak ditentukan lain dalam kontrak atau sesuai dengan petunjuk tertulis dan

Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

c.Syarat-syarat pembuatan dan pemeriksaan beton mengikuti aturan pemeriksaan yang berlaku separti diuraikan dalam spesifikasi teknik ini pada pasal lain.

d.Sabelum pemasangan gorong.gorong, bahan dan material kayu atau pipa beton yang akan dipergunakan harus mandapat parsetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(5) Gambar Disain Standar.

Pembuatan Gorong-gorong (Kayu, Beton Pipa dan Plat Beton) dibangun sasuai dangan gambar Disain Standar Bidang Pengembangan Sumber Daya Kawasan.

GORONG-GORONG BETON(1) Galian Tanah

a.Galian saluran tempat pemasangan gorong-gorong dibuat sesuai dengan gambar rencana, atau sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Lebar dasar dibuat selebar gorong-gorong ditambah lebih kurang

0,5 meter dan kedua sisinya. Untuk menghindari longsor kemiringan galian dibuat 1: 1.

b.Pada dasar saluran ditebarkan pasir secara merata, kemudian dipadatkan. tebal lapisan pasir setelah dipadatkan 5-10 cm.

(2) Pemasangan

a.Buis beton dibuat dengan mutu beton minimal K-175 dan memakai besi tulangan minimal D 12 mm dengan jarak tulangan 20 cm. Diameter buis dibuat sesuai dengan kebutuhan (D 60 cm, D 80 cm dan D 100 cm).

b.Pemasangan pipa beton harus dilakukan secara cermat/teliti sehingga sambungan pipa dalam keadaan rapat dan baik dengan posisi serta elevasi tepat agar gorong-gorong dapat menjamin kelancaran aliran air.

c. Setiap sambungan pipa beton harus rata dan dikunci dengan adukan beton

1 PC : 2 PS atau mengikuti petunjuk dan saran Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Hasil pemasangan harus disatujui oleh Pengawas Teknis.

d.Kepala gorong-gorong yang dibuat dan pasangan batu harus sesuai dengan ukuran sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana.

(3) Timbunan

Selesai pemasangan gorong-gorong, dan dengan persetujuan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi kemudian ditimbun dengan tanah. Tanah timbunan harus memenuhi persyaratan sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis, pada bagian samping gorong-gorong dan diatas lantai penutup gorong-gorong. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati dengan alat pemadat yang sesuai, agar konstruksi gorong-gorong yang terpasang tidak megalami kerusakan.

(4) Penyelesaian akhir

Pelaksana Fisik harus membersihkan daerah kerja pembuatan gorong gorong dan sisa material, dan lain-lain.

GORONG-GORONG PLAT BETON(1) Galian TanahGalian saluran tempat pemasangan gorong-gorong dibuat sesuai dengan gambar rencana, atau sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Lebar dasar dibuat selebar gorong-gorong ditambah lebih kurang 0,5 meter dan kedua sisinya. Untuk menghindari longsor, kemiringan galian dibuat 1

: 1

(2) Pemasangan

a.Pembuatan pondasi batu kali dan pipa drainase (paralon) harus sesuai dengan gambar rencana dan mengikuti petunjuk dan saran Pengawas teknis.

b. lantai gorong-gorong dan plat beton bertulang dengan mutu beton minimal

K-175 dan memakai besi tulangan minimal D 12 mm dengan jarak tulangan

20 cm.

c.Plat beton harus mencapai ketebalan minimal 15 cm. dengan elevasi yang tepat agar menjamin kelancaran aliran air.

d.Kepala gorong-gorong yang dibuat dan pasangan batu harus sesuai dengan ukuran sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana.

(3) Timbunan

Selesai pemasangan, gorong-gorong ditimbun dengan tanah setelah mendapat persetujuan Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi. Tanah timbunan harus memenuhi persyaratan sesuai petunjuk Pengawas Teknik dan Konsultan

Supervisi. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis, pada bagian samping

gorong-gorong dan diatas lantai penutup gorong-gorong. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati dengan alat pemadat yang sesuai, agar konstruksi gorong-gorong yang terpasang tidak megalami kerusakan.

(4) Penyelesaian akhir

Pelaksana Fisik harus membersihkan daerah kerja pembuatan gorong-gorang dan sisa material, dan lain-lain.

CARA PENGUKURAN HASIL KERJA(1) Pekerjaan gorong.gorong akan diukur dan dibayar untuk setiap meter panjang yang diukur sepanjang sumbu gorong-gorong dan ujung ke ujung, yang telah dipasang dengan sempurna dan disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

(2) Hasil pengukuran harus tergambar pada peta monitoring jalan yang disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi.

DASAR PEMBAYARANPembayaran hasil pelaksanaan pekerjaan gorong-gorong akan dilakukan sesuai dengan ukuran dan jenis konstruksi serta panjang gorong-gorong yang sudah selesai dikerjakan yang disetujui oleh Pengawas Teknik dan Konsultan Supervisi, gorong- gorong yang sudah selesai dikerjakan harus tergambar pada peta monitoring jalan dan akan dibayar menurut mata pembiayaan.

LAIN - LAINPekerjaan-pekerjaan yang sifatnya non standar akan ditentukan dalam Spesifikasi

Khusus yang disetujui oleh Bidang Pengembangan Sumber Daya Kawasan.

5. PEMBANGUNAN RUMAH BATACO RANGKA ATAP BAJA RINGANA. URAIAN UMUM1. Penentuan Letak Bangunan1.1. Perletakan bangunan Rumah Pemukim harus disesuaikan dengan Tata Bangunan yang telah ditentukan oleh Direksi/Supervisi, peletakan bangunan tidak boleh ditempat yang tergenang air atau ditempat dengan sudut kemiringan maksimum 8%, Kontraktor melaporkan kondisi tersebut kepada Direksi/Supervisi untuk tindak lanjut pelaksanaannya.

1.2. Pada waktu akan memulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan

Pemborongan diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu

kepada Direksi/Supervisi mengenai letak dari setiap bangunan Rumah Pemukim.2. Umum2.1. Untuk mendapatkan keseragaman kualitas dan hasil yang optimal, pemborong diwajibkan membuat Rumah Contoh dengan ketentuan 1 (satu) Unit untk setiap 25 (dua puluh lima) rumah.

Rumah tersebut harus diberikan tanda Rumah Contoh dan 24 (dua puluh empat) rumah berikutnya harus dilaksanakan sesuai dengan contoh yang ada.

2.2. Bangunan Rumah Contoh tersebut harus mendapat persetujuan Direksi/Supervisi terlebih dahulu baik kualitas bahan maupun konstruksinya, dan dinyatakan dalam Berita Acara Persetujuan Rumah Contoh.

2.3. Rumah-rumah dimaksudkan tersebut sebagai sarana uji kontruksi, penentuan kualitas bahan bangunan, dan teknis pelaksanaannya, serta untuk pelatihan bagi seluruh unsur (Proyek, Kontraktor dan Konsultan) pelaksana lapangan, agar mendapatkan gambaran kongkrit dan benar dalam pelaksanaan pembangunan Rumah Pemukim yang akan dibangun.

3. Bahan Bangunan3.1. Bahan bangunan yang digunakan untuk membangun Rumah

Pemukim adalah:

-Kuzen pintu dan jendeka menggunakan kayu dengan kelas awet dan kelas kuat III sesuai dengan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Jenis kayu yang digunakan adalah kayu hasil produksi lokal atau kayu yang biasa digunakan di daerah setempat. Dinding menggunakan pasangan Bataco, sedangkan rangka atap menggunakan Baja Ringan.

3.2. Kualitas dan ukuran balok maupun yang digunakan adalah kualitas shaw-mill. Ukuran balok maupun papan harus sama dari ujung satu ke ujung lainnya, ukuran balok dan papan yang tercantum adalah ukuran jadi.

3.3. Kontraktor diharuskan mengajukan contoh bahan bangunan yang akan digunakan secara periodik terlebih dahulu tiap 25 rumah yang akan dibangun untuk mendapat persetujuan Direksi/Supervisi. Persetujuan contoh bahan bangunan dinyatakan dengan Berita Acara pemeriksaan bahan bangunan.

3.4. Semua jenis kayu baik balok maupun triplek yang akan digunakan harus kering, bebas cacat, tidak retak, tidak berlubang, tidak lapuk dan lurus.

3.5. Sambungan-sambungan/peraturan balok satu sama lain harus benar- benar rapat. Apabila dipaku, paku yang digunakan adalah paku yang

ukurannya sesuai dengan ukuran tebal kayu yang akan dipaku supaya jangan sampai terdapat tonjolan-tonjolan ujung paku atau paku justru kurang panjang sehinggga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

3.6. Kualitas Bataco/Hollow Block harus memenuhi mutu sesuai persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia (PUBI-1982) pasal

16 hal.26, dan kelas Bataco/Hollow Block didasarkan pada persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia pasal 27 hal.98.

B. URAIAN TEKNIS1. Pekerjaan Pesiapan dan Pembersihan1.1. Sebelum pekerjaan kontruksi dimulai tapak bangunan yang didirikan harus dibersihkah terlebih dahulu dari tunggul-tunggul kayu, semak- semak, alang-alang dan tumbuhan lainnya diratakan.

1.2. Daerah yang harus dibersihkan dan diratakan minimal sampai mencapai 2 m keliling batas tapak bagian luar bangunan Rumah Pemukim yang akan dibangun.

1.3. Kotoran dari hasil pembersihan dibakar atau ditimbun sesuai dengan petunjuk dari Direksi/Supervisi.

1.4. Setelah pekerjaan pembersihan tapak bangunan selesai dilakukan dilanjutkan dengan pengukuran dan pemasangan bouwplank, sesuai dengan tata letak yang telah ditentukan.

1.5. Pemasangan bouwplank dimaksud untuk menentukan ukuran bangunan, siku-siku bangunan, sedangkan tinggi peil lantai bangunan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pemasangan tersebut harus mendapat persetujuan Direksi/Supervisi sebelum kegiatan berikutnya dimulai.

2. Pekerjaan Pondasi2.1. Titik Pondasi ditentukan berdasarkan hasil pengukuran bouwplank dan telah mendapatkan persetujuan Direksi/Supervisi.

2.2. Pekerjaan galian pondasi:

- Ukuran galian disesuaikan dengan gambar dan peruntukannya.

-Kemiringan galian dibuat dengan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kelongsoran galian.

- Kecuali dinyatakan lain dasar dari semua galian harus rata

(waterpass).

-Kedalaman galian disesuaikan dengan gambar. Apabila tidak dinyatakan dalam gambar maka kedalaman galian harus mencapai tanah keras.2.3. Pekerjaan Urugan Tanah

-Tanah urug yang digunakan harus tanah yang berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

-Urugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan sampai

padat dan ketebalan maksimum setiap lapis adalah 15 cm padat.

2.4. Pekerjaan Urugan Pasir

-Pasir yang digunakan untuk urugan pasir harus berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

-Urugan pasir harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan yang ditetapkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan

siraman air dan ketebalan maksimum setiap lapis adalah 15 cm

padat.

2.5. Pekerjaan Pasangan Batu Kali

-Pondasi batu kali dibuat dengan ukuran lebar atas 20 cm, lebar bawah 40 cm, dan tinggi 50 cm.

- Batu kali yang digunakan harus berkualitas baik, keras, bersih,

bersudut (tidak bulat), tidak berpori dan tidak retak, jenis yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung yang di belah.

-Sebelum dipasang batu kali harus dibasahi dengan air secara merata.

-Pasangan batu kali harus disusun dengan baik dan saling mengikat satu sama lain.

-Pemasangan batu kali sedemikian rupa sehingga rongga-rongga yang telah banyak diantara pasangan batu terhindarkan.

-Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan campuran spesie 1 Pc : 4 Ps.

3. Pekerjaan Lantai3.1. Tanah dasar Lantai harus dibersihkan terlebih dahulu lalu diurug dengan tanah lapis demi lapis padat dan rata, setinggi Peil bangunan yang telah ditentukan oleh Direksi/Supervisi.

3.2. Diatas lantai tanah urug diberi lapisan pasir urug yang dipadatkan dengan rata-rata setebal 5 cm kemudian diatasnya diberikan lapisan cor beton tumbuk dengan tebal 5 cm, perbandingan campuran 1 Pc :

3 Ps : 5 Kr dan kemudian di aci.

3.3. Campuran beton untuk seluruh konstruksi harus memenuhi persyaratan mutu beton sesuai dengan PBI 1971, dengan campuran

1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.

3.4. Perbandingan volume untuk campuran beton yang digunakan adalah untuk beton bertulang campuran 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr dan untuk beton tumbuk bertulang, dan 1 Pc: 3 Ps : 5 Kr untuk beton tumbuk.

3.5. Pasir yang digunakan harus pasir beton berkualitas baik, berbutir kasar, keras, tajam, bersih dari kotoran organik/alkalis serta tidak mengandung lumpur.

3.6. Kerikil yang digunakan harus berkualitas baik, bersih, keras, tidak bulat dan berukuran seragam antara 2 Cm s/d 3 Cm.

3.7. Air yang digunakan untuk campuran beton harus air tawar yang bebas dan larutan kimia yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi beton.

3.8. Bahan bekisting yang dapat digunakan adalah papan tebal 2 Cm atau tripleks tebal 5 mm. Bekisting harus rapat tidak bocor, lurus, kokoh dan permukaan bagian dalam harus rata.

3.9. Penulangan menggunakan besi beton berkualitas baik dengan diameter sesuai gambar kerja.

3.10. Sebelum pengecoran, pembesiannya harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Supervisi.

4. Pekerjaan Beton Bertulang4.1. Tiang kolom/beton bertulang dengan ukuran :

- Penampang 15/15 cm (penampang jadi)

- Campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

-Tulangan yang digunakan adalah diameter 12 mm untuk tulangan utama dan diameter 6 mm untuk beugel dengan jarak pemasangan antar beugel 15 cm.

4.2. Sloof dan ring balok beton bertulang dengan ketentuan :

- Sloof 15/18 cm (penampang jadi)

- Ring balok 15/13 cm (penampang jadi)

- Campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

-Tulangan yang digunakan adalah diameter 12 mm untuk tulangan utama dan diameter 6 mm untuk beugel dengan jarak pemasangan antar beugel 15 cm.

4.3. Balok top geuvel dengan ukuran :

- Top Geuvel 15/13 cm (penampang jadi)

- Campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

-Tulangan yang digunakan adalah diameter 10 mm untuk tulangan utama dan diameter 6 mm untuk beugel dengan jarak pemasangan antar beugel 20 cm.

5. Pekerjaan Dinding5.1 Bataco/Hollow Block yang digunakan berukuran 40 x 20 x 10 cm dan harus berkualitas baik, tidak mudah pecah dan seragam.

5.2 Semua dinding terdiri dari pasangan dinding Bataco/Hollow Block dengan tinggi pasangan 3 m diatas balok sloof.5.3 Pasangan Bataco/Hollow Block harus dipasang dengan rapi, diisi penuh rata lubang dan antara satu sama lain saling mengikat.

6. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela6.1. Kusen pintu/jendela dan kayu kelas III ukuran 5/10 cm Type kusen sesuai dengan gambar teknis.

6.2. Kusen pintu dipasang dengan menggunakan besi angkur sebanyak 2 buah kebawah yang di cor beton (Locis) dan masing-masing 3 buah untuk samping kiri dan kanan dipasang kedinding/kolom beton diameter besi 10 mm panjang minimal 15 cm.

6.3. Baik kusen pintu maupun jendela pada bagian yang berhubungan langsung dengan pasangan dinding tembok dibuatkan sponeng/tali air.

6.4. Kusen pintu dan jendela dicat dasar/menie terlebih dahulu sebelum dicat dengan cat warna. Warna cat ditentukan lebih dahulu oleh Direksi/Supervisi.

7. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela7.1. Penutup daun pintu merupakan pintu panel dengan tebal 3 cm.

7.2. Perlengkapan-perlengkapan yang harus dipasang pada pintu antara lain sebagai berikut:

-1 buah kunci tanam setiap pintu, dua kali putar (level) sekualitas union.

- 3 buah engsel pintu setiap daun pintu.

- 2 buah grendel besar (20 cm) setiap pintu dobel.

- 1 buah grendel sedang (10-12cm) setiap daun pintu.

7.3. Jendela kaca kerangka kayu terdiri dari kerangka kayu kelas III

ukuran 3/8 cm dan kaca bening tebal 3 mm.

7.4. Perlengkapan-perlengkapan yang harus dipasang pada jendela ialah:

- 2 buah engsel jendela setiap daun jendela.

- 1 buah grendel pada setiap daun jendela.

- 1 buah haak angin setiap daun jendela.

7.5. Pemasangan daun pintu dan jendela harus diperhatikan supaya dapat dibuka dan ditutup dengan baik.

7.6. Papan jalusi untuk pintu/jendela dibuat dari kayu kelas III dengan ukuran 2/12 cm dipasang mendatar dengan jarak 7,5 cm.

2.3. Pekerjaan Urugan Tanah

-Tanah urug yang digunakan harus tanah yang berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

-Urugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan sampai

padat dan ketebalan maksimum setiap lapis adalah 15 cm padat.

2.4. Pekerjaan Urugan Pasir

-Pasir yang digunakan untuk urugan pasir harus berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

-Urugan pasir harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan yang ditetapkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan

siraman air dan ketebalan maksimum setiap lapis adalah 15 cm

padat.

2.5. Pekerjaan Pasangan Batu Kali

-Pondasi batu kali dibuat dengan ukuran lebar atas 20 cm, lebar bawah 40 cm, dan tinggi 50 cm.

- Batu kali yang digunakan harus berkualitas baik, keras, bersih,

bersudut (tidak bulat), tidak berpori dan tidak retak, jenis yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung yang di belah.

-Sebelum dipasang batu kali harus dibasahi dengan air secara merata.

-Pasangan batu kali harus disusun dengan baik dan saling mengikat satu sama lain.

-Pemasangan batu kali sedemikian rupa sehingga rongga-rongga yang telah banyak diantara pasangan batu terhindarkan.

-Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan campuran spesie 1 Pc : 4 Ps.

3. Pekerjaan Lantai3.1. Tanah dasar Lantai harus dibersihkan terlebih dahulu lalu diurug dengan tanah lapis demi lapis padat dan rata, setinggi Peil bangunan yang telah ditentukan oleh Direksi/Supervisi.

3.2. Diatas lantai tanah urug diberi lapisan pasir urug yang dipadatkan dengan rata-rata setebal 5 cm kemudian diatasnya diberikan lapisan cor beton tumbuk dengan tebal 5 cm, perbandingan campuran 1 Pc :

3 Ps : 5 Kr dan kemudian di aci.

3.3. Campuran beton untuk seluruh konstruksi harus memenuhi persyaratan mutu beton sesuai dengan PBI 1971, dengan campuran

1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.

3.4. Perbandingan volume untuk campuran beton yang digunakan adalah untuk beton bertulang campuran 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr dan untuk beton tumbuk bertulang, dan 1 Pc: 3 Ps : 5 Kr untuk beton tumbuk.8. Pekerjaan Rangka Atap8.1. Persyaratan BahanMaterial struktur rangka atap

a. Properti mekanis bahan (Steel Mechanical Properties) :

- Baja Mutu Tinggi G550 (Hi-Ten)

- Tegangan Leleh Minimum

(Minimum Yield Strength) : 550 Mpa

- Modulus Elastisitas : 2,1 x 105 MPa

- Modulus Geser : 8 x 104 MPa

b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) :

Lapisan pelindung harus bisa melindungi lapisan base metal pada lingkungan pantai dengan material seng, aluminium dan magnesium dengan komposisi sebagai berikut :

- 55 % Aluminium (Al)

- 43,5 % Seng (Zinc)

- 1,5 % Silicon (Si)

- Ketebalan Pelapisan : 50 gr/m2 dan 150 gr/m2 (AZ 50 AZ

150)c. Profil Material :

- Rangka Atap

Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip- channel.

a. C75.100 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja

1,00 mm)

b. C75.75 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja

0,75 mm)

c.C100.100 (tinggi profil 102 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)

- Reng

Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat (U

terbalik)

a.TS. 41.055 (tinggi profil 41 mm dan ketebalan dasar baja 0,55 mm)

b.TS. 61.100 (tinggi profil 61 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)

- Talang

a. Talang dibuat dari seng plat BJLS 0,20 yang dilapisi papan 2 cm dengan penampang U 15 cm x 15 cm. Talang harus disambung dengan rapih dan baik,

supaya tidak bocor. Ujung-ujung talang tetap terbuka

(untuk membuang air kekiri dan kekanan bangunan).

b.Gantungan dari besi atau dari kayu, dipasang pada bagian luar listplank dan pemasangan pada setiap jarak satu meter.

8.2. Persyaratan Designa. Standard desain yang digunakan adalah dengan mengacu

Australian Limit State code (AS/NZ 4600 : 96)

b.Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja yang akan digunakan guna menjamin, material sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

8.3. Persyaratan Pra-Konstruksia.Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.

b.Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus diganti kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai biaya tambah.

c.Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.

d.Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di workshop, baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan pemasangan semua komponen struktur konstruksi baja ringan.

8.4. Persyaratan Konstruksia.Instalasi dan ereksi dilakukan oleh installer yang terlatih dan berpengalaman serta sudah mendapat sertifikat pemasang.

b. Sambungan

Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum

Corrosing Rating)

2. Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap adalah

1214 x 20 dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Diameter kepala : 12 mm

b. Jumlah ulir per inch

(Threads per inch/TPI) : 14c. Panjang : 20 mm

d.Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel

e. Kuat geser rata-rata

(Shear, Average) : 6.8 kN

f. Kuat tarik minimum

(tensile, min) : 11,9 kN

g. Kuat torsi minimum

(Torque, min) : 8,4 kNm

3. Ukuran baut untuk elemen struktur lainnya adalam 10-

16x16, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Diameter kepala : 10 mm b. Jumlah ulir per inch

(Threads per inch/TPI) : 16c. Panjang : 16 mm

d.Material : AISI 1022 Heat treated carbon steel

e. Kuat geser rata-rata

(Shear, Average) : 6.8 kN

f. Kuat tarik minimum

(tensile, min) : 11,9 kN

h. Kuat torsi minimum

(Torque, min) : 8,4 kNm

3.Pemasangan baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar kerja.

4.Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.

c. Pemotongan material

1.Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.

2. Alat potong harus dalam kondisi baik.

3. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.

4.Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.

9. Penutup Atap9.1 Bahan penutup atap menggunakan Seng gelombang-mini yang telah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII), ketebalan minimal 0,20 mm, dengan ukuran 75 x 210 cm atau 80 x 210 cm (ukuran harus seragam untuk seluruh bangunan). Pemborong harus menyerahkan

contoh atap Seng yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Supervisi yang dinyatakan dalam Berita Acara.

9.2. Pertindihan kesamping kiri dan kanan minimal satu setengah gelombang, sedangkan pertindihan keatas dan kebawah minimal 15 cm.

9.3. Pemakuan harus memakai paku Seng sebanyak 6 (enam) buah untuk setiap lembar seng gelombang, dan dipakukan pada gording.

9.4. Bubungan atap menggunakan bahan Nok-stel Seng gelombang ukuran panjang 97,5 cm, lebar sayap 25 cm, tebal 4 mm, sebanyak 7 (tujuh) stel untuk setiap Rumah Pemukim.

9.5. Pada waktu pemasangan atap harus diperhatikan agar alur-alur sambungan satu sama lain lurus sehingga menghasilkan penutup atap yang baik dan rapih

10. P l a f o n d.10.1. Gantungan dan kerangka plafond dari kayu kelas III dengan ukuran kayu 5/7 cm dipasang dibawah balok tarik dengan mengikuti pola pemasangan penutup plafond dengan jarak 60 cm dan 120 cm.

10.2. Penutup plafond/langit-langit dari tripleks tebal 3 mm ukuran 120 x

120 cm dipasang dengan dinaat sebesar 0,5 cm naat harus lurus dan sama besarnya, paku yang digunakan adalah paku tripleks. Pemasangan plafond harus benar-benar mendapatkan plafond yang rata dan datar.

10.3. Penutup plafond menggunakan tripleks tebal 3 mm

11. Pekerjaan Plumbing dan Septic tank11.1. Instalasi Air Kotor

- Saluran air kotor dari WC dan kamar mandi dibuang melalui pipa

PVC 10 cm (4) ke Septic tank.

-Saluran air kotor dari dapur dibuang melalui pipa PVC 10 cm (4) ketempat pembuangan, pembuangan agar diperhatikan ketempat yang rendah.

11.2. Pekerjaan Septic tank

- Bak penampung pembuangan/Septic tank dibuat dari cincin

80 cm dengan kedalaman 1,20 m.

-Pada bagian penutup lubang Septic tank mempergunakan beton bertulang adukan I Pc : 2 Ps : 3 Kr.

-Pada bagian tertentu penutup lubang tersebut diberi pipa pelepas udara dengan ukuran 2 setinggi minimal 40 cm dari atas muka tanah dan pada ujung bagian atas diberi penyambung Pipa T (seperti gambar).

11.3. Pekerjaan Bak Rembesan.

Rembesan dibuat dengan menggali tanah dengan kedalaman sesuai dengan gambar dan diisi dengan pembagian campuran pasir urug, kerikil, batu kali sedangkan saluran pembuangan tersebut dari pasangan batu batu tanpa adukan.

11.4. Jarak Septic tank /rembesan dengan sarana air bersih (sumur dan lain-lain) minimal 15 m.

12. Pengapuran/Pengecatan13.1. Seluruh dinding Rumah Pemukim dan Jamban Keluarga baik dinding bagian luar maupun bagian dalam dikapur dengan kapur sirih, minimal 2 x kapuran sampai putih dan rata.

13.2. Seluruh kusen, daun jendela, daun pintu dan list plank dicat dengan menggunakan cat minyak.

13. Pekerjaan HalamanHalaman sekitar bangunan diatur sedemikian rupa sehingga bersih dan rapih serta bebas dari sisa-sisa bangunan dan bekas-bekas galian.

14. Lain-lain14.1. Apabila terdapat perbedaan ukuran atau keterangan antara gambar bestek dengan dokumen ini, maka yang mengikat adalah gambar bestek, namun demikian perbedaan ini harus disampaikan kepada Direksi/Supervisi.

14.2. Hal-hal yang belum tercantum dalam syarat-syarat Umum/teknis ini, akan ditentukan oleh Direksi/Supervisi.

6. PEMBANGUNAN BANGUNAN FASILITAS UMUM DAN RUMAH PETUGASI. URAIAN UMUM1. Penentuan Letak Bangunan.1.1. Perletakan Bangunan Fasilitas Umum dan Rumah Petugas harus disesuaikan dengan Tata Letak Bangunan yang telah ditentukan.

1.2. Sebelum melaksanakan kegiatan di lapangan, Pemborong diwajibkan minta persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi/ Supervisi mengenai letak dari setiap bangunan.

2. Pekerjaan Beton.2.1. Campuran beton yang digunakan untuk seluruh konstruksi adalah jenis K. 175 sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971.

2.2. Campuran beton tumbuk digunakan campuran 1 Pc: 3 Ps : 5 Kr.

2.3. Ukuran kerikil/split yang digunakan berdiameter sekitar 20-30 mm.

2.4. Pasir yang digunakan adalah pasir beton yang berbutir kasar, keras, tajam dan bersih dari bahan-bahan organis, alkalis, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton.

2.5 Semen yang digunakan adalah Portland Cement berkualitas baik yang ada dipasaran umum.

2.6. Air yang digunakan harus air yang bersih bebas dari bahan-bahan yang dapat mengurangi kekuatan beton.

2.7. Tulangan besi sebelum dikerjakan harus bebas dari karat, lemak, minyak atau bahan lainnya yang dapat mengurangi daya lekat.

2.8. Pembongkaran bekesting dilaksanakan sesudah kekuatan beton

cukup umur dan atas izin dan Direksi/Supervisi.

3. Pekerjaan Kayu3.1. Semua perlengkapan untuk pintu dan jendela adalah hasil produksi dalam negeri dan berkualitas baik.

3.2. Bahan bangunan kayu yang digunakan untuk Bangunan Fasilitas Umum dan Rumah Petugas adalah menggunakan kayu kelas kuat dan Kayu kelas II, jenis kayu yang diperdagangkan setempat sesuai dengan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).

3.3. Semua Jenis kayu balok maupun papan digunakan harus kering, bebas cacat, tidak retak, tidak berlubang, tidak lapuk dan lurus, kualitas produksi Sawmill/Pabril penggergajian kayu.

4. Pekerjaan Pondasi4.1. Pekerjaan Galian Pondasi

Ukuran dan bentuk galian disesuaikan dengan gambar dan peruntukannya.

Kemiringan galian dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kelongsoran galian.

Kecuali dinyatakan lain dasar dari semua galian harus rata

(waterpass).

Kedalaman galian disesuaikan dengan gambar. Apabila tidak dinyatakan dalam gambar maka kedalaman galian harus mencapai tanah keras.

4.2. Pekerjaan Urugan Tanah

Tanah urug yang digunakan harus tanah yang berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

Urugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan sampai padat dan ketebalan maksimum setiap lapisan adalah 15 cm

padat.

4.3. Pekerjaan Urugan Pasir

Pasir yang digunakan harus tanah yang berkualitas baik dan bersih dari kotoran organik.

Urugan pasir harus dilakukan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan yang ditetapkan. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan siraman air dan ketebalan maksimum setiap lapis adalah 15 cm

padat.

4.4. Pekerjaan Pasangan Batu Kali

Pondasi batu kali dibuat dengan ukuran lebar atas 20 cm, lebar bawah 40 cm, dan tinggi 50 cm.

Batu kali yang digunakan harus berkualitas baik, keras, bersih, bersudut (tidak bulat), tidak retak, jenis yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung yang dibelah.

Sebelum dipasang batu kali harus dibasahi dengan air secara

merata.

Pasangan batu kali harus disusun dengan bali dan saling mengikat satu sama lain.

Pemasangan batu kali sedemikian rupa sehingga rongga-rongga yang telah banyak diantara pasangan batu terhindarkan.

Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan campuran spesie 1 Pc : 3 Ps.

Ukuran penampang balok maupun papan yang digunakan harus

sama dari ujung yang satu sampai ujung yang lain, dan semua ukuran kayu balok dan papan yang tercantum di dalam gambar adalah ukuran jadi.

Sambungan-sambungan / pertemuan balok sama lain harus benar-benar rapat dan dipaku. Paku yang digunakan adalah paku yang ukurannya sesuai dengan ukuran penampang kayu. Pemakuan jangan sampai terdapat tonjolan-tonjolan ujung paku

atau justru paku kurang panjang.

Panjang paku minimal adalah sama dengan tebal papan/kayu balok lapis pertama ditambah tebal papan/kayu balok lapis kedua.

II. URAIAN TEKNIS1. Pekerjaan Persiapan dan Pembersihan1.1. Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, tapak tempat bangunan harus dibersihkan terlebih dahulu (dari tunggul-tunggul kayu, semak-semak, alang-alang, tumbuhan lainnya) dan diratakan.

1.2. Daerah yang harus dibersihkan dan diratakan minimal sampai 2 m keliling batas luar denah bangunan yang akan dibangun.

1.3. Kotoran dan hasil pembersihan dibakar atau ditimbun sesuai dengan petunjuk dari Direksi/Supervisi.

1.4. Setetah dibersihkan selanjutnya dilaksanakan pengukuran batas, siku dan peil bangunan (Uit Zet), diberi tanda dengan pemasangan

bouwplank, dan pengukuran tersebut harus disetujui lebih dahulu oleh Direksi/Supervisi.

1.5. Semua patok dan bouwplank harus dibuat dan kayu yang kuat dan awet serta dipasang kokoh

1.6. Bouwplank harus diikat ketinggiannya dengan peil bangunan dan ditandai dengan cat merah. Ketinggian peil bangunan ditetapkan oleh Direksi/Supervisi.

2. Pekerjaan beton.2.1. Tiang/kolom beton bertulang dengan ukuran:

- Penampang 15/15 cm (penampang jadi).

- Campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr.

-Besi beton tulangan utama 4 x diameter 10 mm dengan beugel diameter 6 mm, dan jarak pemasangan antara beugel 15 cm.

2.2. Sloof dan ring balok beton bertulang dengan ketentuan:

- Sloof 15/20 cm.

- Ring balok 15/15 cm.

- Campuran I Pc:2ps:3kr.

-Besi beton tulangan utama 4 x diameter 10 mm dengan beugel diameter 6 mm, dan jarak pemasangan 20 cm.

2.3. Campuran beton untuk seluruh konstruksi harus memenuhi persyaratan sesuai dengan PBI 1971.

2.4. Perbandingan volume untuk campuran beton yang digunakan adalah untuk beton bertulang campuran 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr dan untuk beton

tumbuk bertulang, dan 1 Pc: 1 Ps : 5 Kr untuk beton tumbuk.

2.5. Pasir yang digunakan harus pasir beton berkualitas baik, berbutir kasar, keras, tajam, bersih dari kotoran organik/alkalis serta tidak mengandung lumpur.

2.6. Kerikil yang digunakan harus berkualitas baik, bersih, keras, tidak bulat dan berukuran seragam antara 2 Cm s/d 3 Cm.

2.7. Air yang digunakan untuk campuran beton harus air tawar yang bebas dan larutan kimia yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi beton.

2.8. Bahan bekisting yang dapat digunakan adalah papan tebal 2 Cm atau tripleks tebal 5 mm. Begisting harus rapat tidak bocor, lurus, kokoh dan permukaan bagian dalam harus rata.

2.9. Penulangan menggunakan besi beton berkualitas baik dengan diameter sesuai gambar kerja.

2.10. Sebelum pengecoran, pembesiannya harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Supervisi.

3. Pekerjaan Dinding.3.1. Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik, tidak mudah pecah berukuran standard dan seragam serta matang pembakarannya.

3.2. Semua dinding batu bata terdiri pasangan dinding setengah bata dengan ketentuan spesie pasangan sebagai berikut:

- Pasangan trasram dengan perekat 1 Pc: 2 Ps

- Pasangan biasa dengan perekat 1 Pc: 4 Ps

Pasir yang digunakan adalah pasir pasang/pasir beton harus keras dan tidak mudah lapuk serta tidak mengandung bahan organik.

3.3. Pasangan trasram digunakan pada bagian-bagian:

- Kaki dinding tembok setinggi 20 cm dari muka lantai.

-Tembok dinding kamar mandi/WC dan tempat pengambilan air sembahyang setinggi 200 cm dari muka lantai.

3.4. Dinding batu bata selain dari yang dipasang trasram seperti tersebut diatas, digunakan pasangan dengan spesie/campuran 1 Pc : 4 Ps.

3.5. Setiap batu bata yang akan dipasang harus dibasahi terlebih dahulu supaya dapat menyatu dengan perekat secara baik.

3.6. Pasangan batu bata harus disusun dengan baik, rata dan saling mengikat satu sama lain.

4. Plesteran.4.1. Seluruh permukaan pasangan dinding batu bata harus diplester dengan campuran perekat/spesie 1 pc : 4 Ps dengan tebal plesteran

1,5 cm.

4.2. Pada waktu akan memulai pekerjaan plesteran dinding batu bata harus dibasahi terlebih dahulu, supaya plesteran dapat melekat dengan baik.

4.3. Bidang-bidang plesteran harus rata dan bidang yang retak-retak atau berombak harus diulang/diperbaiki.

4.4. Plesteran diratakan dengan acian semen, diplamur dan diampelas sampai rata sebelum dilakukan pengecatan.

4.5. Pasir untuk bahan plesteran harus diayak terlebih dahulu supaya halus, kualitas pasir sama dengan pasir yang digunakan untuk plesteran dinding.

5. Pekerjaan Lantai.5.1. Tanah dasar lantai harus dibersihkan terlebih dahulu lalu diurug dengan tanah lapis demi lapis supaya padat dan rata, setinggi Peil bangunan yang telah ditentukan oleh Direksi/Supervisi.

5.2. Diatas lantai tanah urug diberi lapisan pasir urug yang dipadatkan dengan rata setebal 5 cm.

5.3 Lantai dan keramik ukuran 30 x 30 cm, sebelum dipasang pemborong agar mengajukan contoh untuk mendapat persetujuan lebih dahulu

dari Direksi/Supervisi.

5.4. Keramik dipasang dengan adukan spesie campuran 1 Pc : 4 Ps minimal setebal 3 cm, pemasangan keramik harus benar-benar lurus, rata dan datar.

5.5. Lubang-lubang garis antara tegel selanjutnya diisi dengan cairan semen hingga mendapatkan penyelesaian yang baik.

5.6. Khusus untuk lantai kamar mandi dipergunakan keramik dengan ukuran 20 x 20 cm, warna ditentukan oleh Direksi/Supervisi.

5.7. Kualitas pasir untuk campuran spesie sama seperti pada plesteran dinding batu bata.

6. Kusen Pintu dan Jendela.6.1. Kusen pintu/jendela dan kayu kelas II ukuran 6/12 cm Type kusen sesuai dengan gambar teknis.

6.2. Kusen pintu dipasang dengan menggunakan besi angkur sebanyak 2 buah kebawah yang di cor beton (Locis) dan masing-masing 3 buah untuk samping kiri dan kanan dipasang kedinding/kolom beton diameter besi 10 mm panjang minimal 15 cm.

6.3. Baik kusen pintu maupun jendela pada bagian yang berhubungan

langsung dengan pasangan dinding tembok dibuatkan sponeng/tali air.

6.4. Kusen pintu dan jendela dicat dasar/menie terlebih dahulu sebelum dicat dengan cat warna. Warna cat ditentukan lebih dahulu oleh Direksi/Supervisi.

7. Daun Pintu dan Jendela.7.1. Kerangka daun pintu dibuat dari papan kayu kelas II ukuran 3/10 cm.

7.2. Penutup daun pintu dan bahan tripleks tanpa sambungan tebal 4 mm dipasang dobel luar dan dalam, untuk pintu Kamar mandi/WC dilapis seng pada bagian dalamnya.

7.3. Khusus untuk daun pintu gudang digunakan pintu papan Klam, sambungan papan menggunakan sistim bibir lurus sambungan antara

papan dengan ditakik 1/2 tebal papan sedalam 1 cm. Papan daun pintu yang digunakan ukuran 2,5/20 cm, sedangkan untuk papan klam 2,5/10 cm sebelum dipasang papan diserut lebih dahulu,

sambungan antara papan harus rapat.

7.4. Perlengkapan-perlengkapan yang harus dipasang pada pintu antara lain sebagai berikut:

-1 buah kunci tanam setiap pintu, dua kali putar (level) sekualitas union.

- 3 buah engsel pintu setiap daun pintu.

- 2 buah grendel besar (20 cm) setiap pintu dobel.

- 1 buah grendel sedang (10-12cm) setiap daun pintu.

* Khusus untuk pintu gudang- 3 buah engsel setiap daun pintu

- 2 buah gerendel

- 1 buah kunci tanam untuk pintu biasa

- 1 buah kunci gembok untuk pintu klam.

7.5. Jendela kaca kerangka kayu terdiri dari kerangka kayu k