Upload
elysa-ratna-astuti
View
1.569
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Menjelaskan metode- metode dan model pembelajaran yang pada umumnya digunakan di Taman Kanak-Kanak
Citation preview
BAB I
METODE - METODE PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK
I. PENGERTIAN
Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan guru dalam mengajar dan salah
satu kunci pokok keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Pemilihan
metode yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Menurut Moeslichatoen
(2004) metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih dan ditetapkan. Metode
merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Roidjakkers (1984) mengatakan bahwa metode belajar harus mampu mendorong proses
pertumbuhan pola laku, membina kebiasaan dan mengembangkan kemahiran untuk penyesuaian
dalam interaksi proses pembelajaran. Briggs (1977) berpendapat bahwa yang dimaksud metode
belajar suatu cara penyampaian pelajaran yang melibatkan sistem pengajaran berupa seperangkat
komponen-komponen terdiri dari bahan pengajaran, tes, siswa dan guru yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Metode pembelajaran di Taman Kanak –Kanak, seorang guru harus dapat menggunakan
metode – metode dalam pembelajaran yang ia lakukan setiap harinya dalam mengajar. Metode
pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai
kompetensi yang ditetapkan. Metode – metode pembelajaran yang dapat digunakan di Taman
Kanak – Kanak antara lain yaitu metode bermain, metode bercerita, metode bercakap-cakap,
metode karyawisata, metode demonstrasi, metode proyek, dan metode pemberian tugas.
II. METODE PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK-KANAK
1. Metode Bermain
Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa kanak – kanak
dan cermin pertumbuhan anak (Gordon & Browne, 1985: 266). Bermain merupakan kegiatan
yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memeroleh pembatasan dan
memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan
dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang
1
diperoleh dari kegiatan itu (Dworetsky, 1990: 395). Kegiatan bermain dilaksanakan tidak serius
dan fleksibel. Menurut Dearden (Hetherington & Parke, 1979: 481) bermain merupakan kegiatan
yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan kepuasan
bagi anak. Sedangkan menurut Hildebrand (1986: 54) bermain berarti berlatih, mengeksploitasi,
merekayasa, mengulang latihan apa pun yang dapat dilakukan untuk mentrasformasi secara
imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan arti bermain, yaitu merupakan bermacam
bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur, dan
bahan mainan yang terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasi
sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan
anak. Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand 1986: 55-56) mengemukakan ada enam belas nilai
bermain bagi anak:
a Bermain membantu pertumbuhan anak;
b Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela;
c Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak;
d Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai;
e Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya;
f Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa;
g Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukkan hubungan antarpribadi;
h Bermain memberik kesempatan untuk menguasai diri secara fisik;
i Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian;
j Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu;
k Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa;
l Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar;
m Bermain menjernihkan pertimbangan anak;
n Bermain dapat distruktur secara akademis;
o Bermain merupakan kekuatan hidup;
p Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup.
Oleh karena itu, sangat besar nilai bermain dalam kehidupan anak maka pemanfaatan
2
kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak yang
sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK, belajar adalah bermain dan bermain sambil
belajar.
2. Metode Bercerita :
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Gordon & Browne, 1985: 324). Bercerita juga dapat menjadi media untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan
menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap dongeng
yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang
unik bagi anak. Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan tentang suatu cerita kepada anak secara lisan.
Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena melalui bercerita,
kita dapat:
Mengomunikasikan nilai-nilai budaya;
Mengomunikasikan nilai-nilai sosial;
Mengomunikasikan nilai-nilai keagamaan;
Menanamkan etos kerjam etos waktu, etos alam;
Membantu mengembangkan fantasi anak;
Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak;
Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.
Ada bermacam teknik mendongeng antara lain:
Membaca langsung dari buku cerita
Menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan bercerita
Bercerita dengan menggunakan papan flannel
Bercerita dengan menggunakan boneka
Bercerita melalui permainan peran
Bercerita dari majalah bergambar
Bercerita melalui filmstrip
3
Cerita melaui lagu
Cerita melalui rekaman audio
3. Metode Bercakap-cakap :
Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak
dengan guru atau antara anak dengan anak. Bercakap-cakap berarti saling mengomunikasikan
pikiran dan perasaan secara verbal (Hildebrand, 1986: 27) atau mewujudkan kemampuan bahasa
reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau sebagai
perwujudan bahasa reseprif dan ekspresif (Gordon & Browne, 1985: 314). Bercakap-cakap
mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan
kegiatan bersama. Juga meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan
gagasan atau pendapat secara verbal. Penggunaan metode bercakap-cakap bagi anak TK akan
membantu perkembangan dimensi sosial, emosi, dan kognitif, dan terutama bahasa.
Bercakap-cakap dapat dilaksanakan dalam bentuk :
bercakap-cakap bebas
bercakap-cakap menurut tema
bercakap-cakap berdasarkan gambar seri
Dalam bercakap-cakap bebas kegiatan tidak terikat dengan tema, tetapi pada kemampuan
yang diajarkan. Bercakap-cakap menurut tema tertentu. Bercakap-cakap berdasarkan gambar
seri menggunakan gambar seri sebagai bahan pembicaraan.
4. Metode Karyawisata
Metode yang dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi objek-objek yang sesuai
dengan tema. Bagi anak TK, karyawisata berarti memeroleh kesempatan untuk mengobservasi,
memeroleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara langsung (Hildebrand, 1986: 422).
Karyawisata juga berarti membawa anak TK ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan
pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas
(Welton & Mallon, 1981: 414), dan juga memberi kesempatan anak untuk mengobservasi dan
mengalami sendiri dari dekat (Foster & Headley’s, 1959: 149).
4
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak karena dapat
membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal, memperluas perolehan informasi. Juga
memperkaya lingkup program kegiatan belajar anak TK yang tidak mungkin dihadirkan di kelas;
seperti melihat bermacam hewan, mengamati proses pertumbuhan, tempat-tempat khusus dan
pengelolaannya, bermacam kegiatan transportasi, lembaga sosial dan budaya. Jadi dari
karyawisata anak dapat belajar dari pengalaman sendiri dan sekaligus, anak dapat melakukan
generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka.
5. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode yang dilakukan dengan cara menunjukkan cara atau
memperagakan suatu cara atau suatu keterampilan. Tujuannya agar anak dapat memahami dan
dapat melakukan dengan benar, misalnya mengupas buah, memotong rumput, menanam bunga,
mencampur warna, meniup balon kemudian melepaskannya, menggosok gigi, mencuci tangan,
dan lain-lain. Melalui demonstasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah
pelaksanaan.
Demonstrasi mempunyai makna penting bagi anak TK yang antara lain:
Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/ dilaksanakan/ diperagakan
Dapat mengomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan
Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan cermat
Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti,
cermat, dan tepat
Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat.
5.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Yang dimaksud dengan metode demontrasi adalah teknik yang digunakan untuk
membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan belajar dengan cara memperhatikan,
menceritakan dan memperagaka bahan belajar itu (Sudjana,2001;154).
Metode demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,
baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode
5
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan selama pelajaran berlangsung. Metode demonstrasi baik digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang yang berhubungan dengan proses mengatur
sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
membandingkan suatu dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
5.2 Keuntungan Metode Demonstrasi
Winarno Surakhmad (1990: 111-112) mengatakan bahwa terdapat keuntungan metode
demontrasi dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah :
a) Perhatian pelajar dapat diarahkan pada hal-hal yang dianggap penting.
b) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan apabila dibandingkan dengan
kegiatan ceramah atau membaca buku karena pelajar memeroleh gambaran yang jelas
dari hasil pengamatan.
c) Bila pelajar turut aktif dalam eksperimen maka akan memeroleh pengalaman-
pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan pengakuan
serta pengharapan dari lingkungan sosialnya.
d) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada pengajar dapat dijawab lebih
teliti waktu proses demontrasi atau eksperimen.
5.3 Penggunaan Metode Demontrasi
Sudjana (2001: 157) menyatakan bahwa demontrasi akan tepat digunakan apabila:
a) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada pembinaan, perluasan, atau
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik
b) Pendidik bermaksud membelajarkan peserta didik melalui peragaan proses
atau peragaan hasil tertentu
c) Prgram belajar berkaitan dengan transformasi pengalaman praktis
d) Program belajar berkaitan dengan trasnsformasi praktisi dan ketrampilan tertentu
e) Pengorganisasian peserta didik terbatas sehingga setiap kegiatan dilakukan paling
banyak oleh sekitar 20 orang
6
f) Terdapat kebutuhan belajar dan sumber-sumber pendukung yang berkaitan dengan
penggunaan teknik demonstrasi
5.4 Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
I. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai;
a) Pendidik, bersama peserta didik, menyusun bahan belajar untuk didemontrasikan;
b) Pendidik, bersama peserta didik, menyiapkan fasilitas belajar dan alat-alat bantu yang
diperlukan.
II. Pada saat pembelajaran di mulai;
a) Pendidik menjelaskan tujuan dan cara penggunaan teknik demonstrasi serta motivasi
peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran;
b) Pendidk memberi contoh dengan cara mendemonstrasikan proses atau hasil sesuatu
bagaimana tercantum dalam bahan belajar yang telah disusun;
c) Pendidik meminta peserta didik melakukan kembali demonstrasikan bahan belajar
telah mereka susun;
d) Peserta didik mendemontrasikan bahan belajar yang telah mereka susun;
e) Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan hal-hal yang timbul dalam kegiatan
pembelajaran.
III. Pada akhir kegiatan pembelajaran
Pada akhir kegiatan pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan penilaian
terhadap bahan belajar dan terhadap proses serta hasil penggunaan teknik ini.
6. Metode Proyek
Metode proyek adalah cara memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan alam
sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan; salah satu
metode yang digunakan untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami
anak untuk melakukan kerja sama sepenuh hati.
Kegiatan proyek mempunyai makna penting bagi anak TK, antara lain:
Berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari yang dapat dihubungkan satu dengan yang
7
lain dan dipadukan menjadi suatu hal yang menarik bagi anak, selain juga bersifat
fleksibel (Hildebrand, 1986: 380)
Di dalam kegiatan bersama, anak belajar mengatur diri sendiri untuk bekerja sama
dengan teman dalam memecahkan suatu masalah
Dalam kegiatan proyek, pengalaman akan sangat bermakna bagi anak. Misalnya,
pengalaman siswa dalam melipat kertas akan menjadi sangat bermakna untuk membuat
hiasan dinding dalam rangka menyiapkan ruangan untuk suatu pesta
Kegiatan proyek mempunyai dampak dalam pengembangan etos kerja, etos waktu dan
etos lingkungan
Berlatih untuk berprakarsa dan bertanggung jawab
Berlatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara bebas dan kreatif.
Oleh karena itu, metode proyek merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pemecahan
bersama masalah yang mempunyai nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi
anak, serta mengembangkan keterampilan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode proyek
merupakan salah satu dari metode yang cocok bagi pengembangan terutama dimensi kognitif,
sosial motorik, kreatif, dan emosional anak TK.
7. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. Dengan pemberian tugas, anak dapat
melaksanakan kegiatan secara nyata dan menyelesaikan sampai tuntas. Tugas dapat diberikan
secara kelompok atau perorangan (Kurikulum Taman Kanak-Kanak, 1986: 10).
Pemberian tugas mempunyai makna penting bagi anak TK, antara lain karena:
Pemberian tugas secara lisan akan member kesempatan pada anak untuk melatih persepsi
pendengaran mereka. Jadi meningkatkan kemampuan bahasa reseptif
Pemberian tugas melatih anak untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu
Pemberian tugas dapat membangun motivasi anak
8
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK
I. PENGERTIAN
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses
rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam
pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen
model pembelajaran meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema,
langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi.
Penyusunan model pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) didasarkan pada silabus yang
dikembangkan menjadi perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan (SKM), dan satuan
kegiatan harian (SKH). Dengan demikian, model pembelajaran merupakan gambaran konkret
yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai dengan kegiatan harian. Ada beberapa model
pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak, diantaranya adalah model
pembelajaran klasikal, model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengamanan, model
pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, model pembelajaran area dan model
pembelajaran berdasarkan sentra. Model pembelajaran tersebut pada umumnya menggunakan
langkah-langkah pembelajaran yang sama dalam sehari, yaitu: kegiatan awal/pendahuluan,
kegiatan inti, istirahat/makan, kegiatan akhir atau penutup.
Kegiatan awal/pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan
untuk memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga peserta didik siap
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kegiatan inti merupakan proses kegiatan utama untuk mencapai kompetnsi dasar yang
harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
partisipatif. Kegiatan inti dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan
konfirmasi.
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tindak
lanjut.
9
Akan tetapi dalam pengelolaan kelas tiap jenis model pembelajaran yang akan dilakukan
adalah berbeda karena harus menyesuaikan dengan model pembelajaran dan tema untuk hari itu.
II. MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Beberapa model pembelajaran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak diantaranya, adalah:
1. Model Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran klasikal merupakan kegiatan pembelajaran yang tergolong efisien.
Pembelajaran klasikal ini memberi arti bahwa kegiatan seorang guru atau kegiatan terpusat pada
guru (teacher-centered), yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran. Pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
pemebelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas bersama sejumlah
peserta didik yang dibimbing oleh seorang guru.
Dalam hal ini, guru dituntut kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam
pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai
dengan kurikulum yang seragam, yang dinilai melalui ujian seragam pula. J.H. Pestelozzi (1746-
1827) memopulerkan pengajaran klasikal ini sebagai pengganti pangajaran individual oleh
seorang tutor. Pembelajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid
yang banyak membanjiri sekolah sebagai akibat dari demokrasi, industrialisasi, pemerataan
pendidikan dan kewajiban belajar setiap warga negara.
Konsekuensi dari pembelajaran klasikal, buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah
harus seragam. Buku-buku lain boleh digunakan asalkan mengacu pada kurikulum yang
diterbitkan oleh pemerintah.
Patalozzi (1746 - 1827) sebagai tokoh yang melahirkan gagasan-gagasan besar tentang
pendidikan antara lain:
(1) mendemokrasikan pendidikan dengan menyatakan hak mutlak dari setiap anak untuk
mengenbangkan potensi drinya sepenuhnya;
(2) memposisikan antara teori dan praktek pendidikan harus didasarkqan pada psikologi
individu manusia;
10
(3) mendasarkan pendidikan pada perkembangan organik daripada pemindahan gagasan-
gagasan;
(4) pendidikan mulai dengan persepsi tentang objek-objek yang konkrit, pembentukan
tindakan-tindakan yang konkrit, dan pengalaman terhadap respon-respon emosional yang aktual,
(5) perkembangan adalah sebuah pembangunan potensi secara beransur-ansur. Setiap bentuk
pengajaran harus dilakukan dengan perlahan-lahan, melalui perjalanan yang yang sesuai dengan
perkembangan kemampuan dari peserta didik;
(6) perasaan-perasaan keagamaan dibentuk mendahului dari kata-kata atau simbol-simbol
yang dimiliki peserta didik;
(7) perlu ada pandangan yang revolusioner tentang disiplin yang didasarkan pada kemauan
baik dan kerjasama antar peserta didik dan pendidik; dan
(8) diperlukan alat baru dalam pendidikan guru dan studi tentang pendidikan sebagai sebuah
ilmu.
Pendapat Pestalozzi tersebut implementasinya dalam pendidikan dilakukan dalam
pembelajaran klasikal jangan sampai merugikan kepentingan peserta didik sebagai individu
dalam belajar, hal yang diperhatikan adalah kelas sebagai keseluruhan, guru harus menyesuaikan
pengajarannya dengan kemampuan rata-rata peserta didik, akibatnya terpaksa menghambat
kemajuan peserta didik yang cepat serta mengabaikan peserta didik yang lambat. Pengajaran
klasikal ini ini cenderung menempatkan peserta didik pada posisi yang pasif.
Penerapan model pembelajaran klasikal ini dimaksudkan untuk melaksanakan unsur
perbedaan perseorangan dengan tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain.
Model ini memberikan metode langsung untuk mengelola suasana pengajaran atau
”Instruksional Setting” dan untuk mengorganisasikan peserta didik agar dapat bertanggung
jawab atas situasi kelas dalam proses pembelajaran. Model ini sering disebut dengan ”Classroom
Management Model”. Model ini memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar
individual dan kelompok, serta pencapaian keterampilan sosial.
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2–3
11
kegiatan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka
anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada
tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang
bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema/ subtema.
2.1 Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang meliputi penataan ruangan maupun pengorganisasian peserta didik
yang sesuai dengan kebutuhan dan program yang direncanakan akan membantu pencapaian
pembelajaran yang optimal. Untuk itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas
adalah :
Penataan perabotan di ruangan harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Pengelompokan meja dan kursi anak disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga ruang gerak peserta didik leluasa. Susunan meja kursi dapat berubah-ubah. Pada
waktu mengikuti kegiatan anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di
tikar/karpet.
Dinding dapat digunakan untuk menempelkan sarana yang dipergunakan sebagai sumber
belajar dan hasil kegiatan anak, tetapi jangan terlalu banyak sehinggah dapat
mengganggu perhatian anak.
Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya
sehingga dapat melatih anak untuk pembiasaan yang ingin dicapai seperti kemandirian,
tanggung jawab, membuat keputusan, kebiasaan mengatur kembali peralatan dan
sebagainya.
Alat bermain untuk kegiatan pengaman diatur dalam ruangan, sehingga dapat berfungsi
apabila diperlukan oleh peserta didik.
2.2 Langkah Langkah Kegiatan
Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kelompok dengan kegiatan
pengaman menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan pendahuluan
Kegiatan inti
12
Istirahat/makan
Penutup
2.3 Penilaian
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung guru mencatat segala hal yang terjadi baik
terhadap program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan
guru digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut - Sudut Kegiatan
Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, langkah-langkah pembelajaran
hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Jumlah
sudut yang digunakan dalam satu hari bersifat luwes sesuai dengan program yang direncanakan
dengan kisaran 2-5 sudut. Dalam kondisi tertentu dimungkinkan 1 sudut lebih dari 1 kegiatan,
alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan
subtema. Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah :
Sudut Ketuhanan
Sudut Keluarga
Sudut Alam Sekitar dan pengetahuan
Sudut Pembangunan
Sudut Kebudayaan
Pada waktu kegiatan disudut berlangsung, guru tidak hanya berada di salah satu sudut saja,
tetapi juga memberikan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan atau mengalami
kesulitan.
3.1 Pengelolaan Kelas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas pada model pembelajaran
berdasarkan sudut-sudut kegiatan adalah :
Pengaturan alat bermain dan perabot di ruangan, termasuk meja, kursi, dan luasnya
ruangan, disesuaikan denga kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya pada sudut-
13
sudut kegiatan.
Sumber belajar dan hasil kegiatan anak dapat dipajang di papan atau dinding ruangan.
Hasil karya anak, dapat juga disimpan di laci masing-masing anak sebagai portofolio.
Setelah digunakan untuk pembelajaran, alat bermain dirapikan dan disimpan sedemikian
rupa sehingga dapat melatih anak pembiasaan yang ingin dicapai seperti kemandirian,
tanggung jawab dan sebagainnya.
3.2 Langkah Langkah Kegiatan
Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal
Kegiatan inti
Istirahat/makan
Kegiatan Akhir
3.3 Penilaian
Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran ini sama dengan penilaian pada model
pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman, yaitu selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung guru mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap program kegiatannya maupun
terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan guru digunakan sebagai bahan masukan
bagi keperluan penilaian.
4. Model Pembelajaran Berdasarkan Area
Model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih/
menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi
kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman
belajar bagi setiap anak, membantu anak membuat pilihan dan keputusan melalui aktivitas di
dalam area-area yang disiapkan dan keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran area menggunakan sepuluh area, yaitu :
14
Area agama
Area balok
Area berhitung/matematika
Area IPA
Area musik
Area bahasa
Area membaca dan menulis
Area drama
Area pasir/air
Area seni dan motorik
4.1 Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas pada model pembelajaran area meliputi pengorganisasian peserta didik,
pengaturan area yang diprogramkan, dan peranan guru. Untuk itu, hal-hal yang diperlukan dalam
pengelolaan kelas adalah:
Alat bermain, sarana prasarana diatur sesuai dengan area yang diprogramkan pada hari
itu.
Kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan meja kursi, karpet, atau tikar sesuai
dengan alat yang digunakan.
Pengaturan area memungkinkan guru dapat melakukan pengamatan sehingga dapat
menberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian.
Guru memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik pada saat mereka
melakukan kegiatan di area.
4.2 Langkah Langkah Kegiatan
Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran berdasarkan area menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal (Individu)
Kegiatan inti (Individual di area)
Istirahat/makan
15
Kegiatan Akhir
4.3 Penilaian
Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran area pada hakekatnya tidak berbeda
dengan model-model pembelajaran sebelumnya karena selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, guru mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik
maupun program kegiatannya sebagai dasar keperluan penilaian.
5. Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra
Model Pembelajaran Berdasarkan Sentra adalah pendidikan pembelajaran dalam proses
pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk
dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum
dan sesudah bermain. Sentra bermain merupakan area/ zona bermain anak yang di lengkapi alat
bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh
potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka
sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap TK. Pembelajaran sentra
dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia TK
dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan.
Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain sensori
motor/ fungsional, bermain peran, bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain sensorimotor: permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan dan
menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan hubungan
fisik dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas bekas,
menggunting, dan lain-lain.
Bermain peran: bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain
simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk
membantu menghadirkan konsep yang telah dimiliki.
Bermain konstruktif: menunjukkan pemikiran, ide dan gagasan menjadi karya nyata.
Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain) dan bermain konstruktif
16
sifat padat (balok-balok, lego, dan lain-lain)
5.1 Model Pembelajaran berdasarkan Sentra
Sentra bermain terdiri dari :
Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-
bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-lain
Sentra balok.
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan
tektur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok,
mengembangkan kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan
berpikir dan memecahkan masalah
Sentra seni.
Bahan-bahan yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting,
kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan / gambar, sentra seni
memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan
pengalaman yang dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode
proyek.
Sentra bermain peran.
Sentra bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak
sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket meja
kursi, rumah-rumahan dan sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud dari
kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan
memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain peran
tergantung dari minat anak pada saat itu, misal, tema “keluarga” dengan alat-alat yang
dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain.
Sentra Persiapan.
Bahan yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka
dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan menulis,
17
berhitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis
permulaan serta berhitung permulaan mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan
otot halus, kordinasi mata tangan, belajar ketrampilan sosial (berbagi, bernegosiasi dan
memecahkan masalah).
Sentra agama.
Bahan-bahan yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-
gambar, buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan
adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu
diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkrit bagi anak
Sentra musik.
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya : botol beling/kaca, tempurung
kelapa, rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain. Sentra musik memfasilitasi anak untuk
memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh,
bermain musik dan lagu yang dapat memperluas pengalaman, pengetahuan anak tentang
irama, berirama (ketukan) dan mengenal berbagai bunyi-bunyian dengan mengguna kan
alat-alat musik yang mendukung misalnya ; pianika, piano, rebana dll.
5.2 Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas model pembelajaran sentra meliputi pengelolaan secara klasikal,
kelompok, dan individu. Pada saat kegiatan pembukaan, saat kegiatan penutup, dan saat makan
bersama, guru menggunakan pengelolaan secara klasikal, tetapi pada saat kegiatan inti
menggunakan pengelolaan secara kelompok atau individual. Untuk itu, hal-hal yang dilakukan
oleh guru adalah sebagai berikut :
Sentra bermain dirancang dan direncanakan sehingga semua peserta didik dapat
mengikuti kegiatan untuk mencapai tahap perkembangan.
Kegiatan pembelajaran dilengkapi dengan sentra-sentra yang diperlukan hari itu.
Jumlah dari kegiatan dan ragam kesempatan masing-masing sentra sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan dan jumlah anak.
18
Ada kesesuaian antara pijakan, sentra dan alat yang akan dipergunakan dalam
pembelajaran.
5.3 Langkah Langkah Kegiatan
Penataan lingkungan bermain
Kegiatan sebelum masuk kelas/penyambutan anak
Pembukaan/pengalaman gerakan kasar
Transisi
Kegiatan inti
Makan bersama
Kegiatan penutup
5.4 Penilaian
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung guru mencatat segala hal yang terjadi baik
terhadap program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan
guru digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian. Setiap semester, hasil laporan
perkembangan anak dilaporkan kepada orang tua secara lisan dan tulisan rapor dalam bentuk
narasi.
19
BAB III
KESIMPULAN
Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan guru dalam mengajar dan salah satu
kunci pokok keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Pemilihan metode
yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Terdapat tujuh metode
pembelajaran yang pada umumnya digunakan di Taman Kanak-Kanak, yaitu metode bermain,
metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode karyawisata, metode demonstrasi, metode
proyek, dan metode pemberian tugas.
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses
rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam
pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen
model pembelajaran meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema,
langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi. Beberapa model
pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak, diantaranya adalah model
pembelajaran klasikal, model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengamanan, model
pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, model pembelajaran area dan model
pembelajaran berdasarkan sentra. Model pembelajaran tersebut pada umumnya menggunakan
langkah-langkah pembelajaran yang sama dalam sehari, yaitu: kegiatan awal/pendahuluan,
kegiatan inti, istirahat/makan, kegiatan akhir atau penutup.
20
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Haryati, Titik.2011. Metode-Metode Pembelajaran di TK, diakses 4 Januari 2013, available
at: http://titikhariyati.blogspot.com/2011/07/metode-metode-pembelajaran-di-tk.html
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan VII.
Jakarta: Bumi Aksara.
R., Moeslihatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cetakan V. Bandung: Alfabeta.
Suliyem. Metode Pembelajaran di TK, diakses 4 Januari 2013, available at:
http://aba2cepu.sch.id/kurikulum/metode-pengelolaan-dan-model-pembelajaran/
21