31
3.2-1 SEKSI 3.2 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN 3.2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN 1) Prosedur Umum a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen. b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan. d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan. e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya. f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Direksi Pekerjaan.

METODE A.F.005

Embed Size (px)

DESCRIPTION

METODE A.F.005

Citation preview

  • 3.2-1

    SEKSI 3.2

    METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN

    3.2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN

    1) Prosedur Umum

    a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan

    dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang

    dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan

    perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

    b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

    c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat

    Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus

    seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang

    memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

    d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk

    perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi

    struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai

    permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing

    pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan

    batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian

    yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan

    bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.

    e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat

    bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal.

    Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk

    menggali batu dengan cara lain, jika, menurut pendapatnya, peledakan

    tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana

    dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.

    f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk

    melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika

    dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan

    oleh Direksi Pekerjaan.

  • 3.2-2

    g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan

    atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada

    kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau

    bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya

    terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada

    pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

    2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan

    dan Talud.

    Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti

    juga ketentuan dalam Seksi ini.

    3) Galian untuk Struktur dan Pipa

    a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan

    pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali

    di bawah dan di sekeliling pekerjaan.

    b) Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka

    acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau

    penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan

    galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin

    kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.

    Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan

    atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan

    terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

    c) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak

    masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit

    tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisisisi yang setegak

    mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.

    d) Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang.

    Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu

    periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang

    diletakkan di luar acuan beton tersebut.

    e) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh

    dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

  • 3.2-3

    4) Galian pada Sumber Bahan

    a) Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.

    b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus diperoleh secara tertulis dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap

    operasi penggalian dimulai.

    c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk

    pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak

    diperkenankan.

    d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.

    e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong

    berikutnya tanpa genangan.

    f) Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

    3.2.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    1) Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran

    Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar

    menurut Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga

    penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian

    akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian

    yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah :

    a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang

    melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur

    untuk pembayaran kecuali bilamana :

    i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak memenuhi syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(c) di

    atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang

    disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(d) di atas;

    ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur sementara penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau

    cofferdam) yang sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan

    secara tertulis.

  • 3.2-4

    b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan

    Pembayaran harus dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.

    c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah

    dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masingmasing bahan

    tersebut, sesuai dengan Seksi 2.3 dari Spesifikasi ini.

    d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement) perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan

    ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-

    masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan

    Seksi 8.1 dari Spesifikasi ini.

    e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan

    pembayaran akan dilaksanakan sesuai Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.

    f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam

    harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang

    tercakup dalam Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini.

    g) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah kerja

    tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah

    dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.

    h) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.(1).(a) selain

    untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur untuk pembayaran,

    kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan

    penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur lama sesuai

    dengan Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.

    2) Pengukuran Galian Untuk Pembayaran

    a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran

    sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah

    dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau

    timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :

    i) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.

    ii) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor pengembangan (swelling) 1,2.

  • 3.2-5

    Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli

    sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis,

    kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan

    haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang

    pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.

    b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian

    tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.

    c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor

    sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan

    terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber

    bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.

    d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh

    bidang-bidang sebagai berikut :

    Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah

    diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya

    Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.

    Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.

    Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di

    atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian

    karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.

    e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan Seksi

    8.1 Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk

    pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan

    dibuang.

    f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan

    sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang

    melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam

    kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi

    pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.

    3) Dasar Pembayaran

    Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan

    pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk

    masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan

    pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk

    cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan

    dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

  • 3.2-6

    Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam Mata

    Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan

    dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini;

    pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan semua

    cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan

    operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk

    dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

    Nomor Mata

    Pembayaran

    Uraian Satuan

    Pengukuran

    3.2.(1)a Galian Biasa ( dibuang setempat ) Meter Kubik

    3.2.(1)b Galian Biasa ( dibuang diluar lokasi ) Meter Kubik

    3.2. (2) Galian Batu Meter Kubik

    3.2. (3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik

    3.2.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik

    3.2.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M

    Meter Kubik

    3.2.(6) Cofferdam, Penyokong, Pengaku dan Peker-

    jaan yang Berkaitan

    Lump Sum

    3.2.(7) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Meter Kubik

    Milling Machine

    3.2.(8) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Meter Kubik

    Milling Machine

    3.2.(9) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Meter Kubik per

    Bahan Hasil Galian dengan Jarak melebihi 5

    km

    Kilometer

  • 3.3 - 1

    SEKSI 3.3

    METODE PELAKSANAAN URUGAN ( TIMBUNAN )

    3.3.3 PEMASANGAN DAN PEMADATAN URUGAN

  • 3.3 - 2

    (1) Penyiapan Tempat Kerja

    (a) Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat, seluruh bahan yang tidak memenuhi harus telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh

    Direksi Teknik.

    (b) Bila tinggi dari urugan satu meter atau kurang, dasar pondasi dari urugan harus dipadatkan benar-benar (termasuk penggaruan dan pengeringan

    atau pembasahan bila diperlukan) sehingga 15 cm bagian atas memenuhi

    persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk urugan yang dipasang

    diatasnya.

    (c) Bila urugan akan dibangun pada tepi bukit atau ditempatkan pada

    timbunan yang ada atau yang baru dibangun, maka lereng yang ada harus

    digali untuk membentuk teras dengan lebar cukup untuk memungkinkan

    pemadatan dengan peralatan sewaktu urugan dipasang dalam lapis

    horizontal.

    (2) Pemasangan Urugan

    (a) Urugan harus dibawa kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar merata dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal

    lapisan yang diberikan dalam Paragraf 3.3.1 (2). Bila lebih dari satu lapis

    urugan akan dipasang, lapis-lapis urugan tersebut sedapat mungkin harus

    sama tebalnya.

    (b) Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber material ketempat permukaan yang telah dipersiapkan sewaktu cuaca

    kering dan disebar. Penimbunan stok tanah urug biasanya tidak

    diperbolehkan, terutama selama musim hujan.

    (c) Dalam penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan Drainase Porous, harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dua

    bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisah yang

    jelas harus diberikan antara kedua bahan yang dapat dijamin dengan

    penggunaan acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi

    sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan Drainase Porous

    dilaksanakan.

    (d) Urugan kembali diatas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan secara sistematis dan secepat mungkin menyusul pemasangan pipa atau

    struktur. Akan tetapi sebelum pengurugan, paling sedikit harus diberikan

    waktu 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan-sambungan pipa

    atau pengecoran struktur beton dengan gaya berat, pasangan batu atau

    pasangan batu dengan mortar. Periode 14 hari harus diberikan sebelum

    pengurugan di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu

    atau pasangan batu dengan mortar.

    (e) Bila timbunan akan diperlebar, lereng dari timbunan yang ada harus

    disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan permukaan dan dibuat

  • 3.3 - 3

    bertangga sehingga urugan yang baru terkunci ke timbunan yang lama

    sampai memuaskan Direksi Teknik. Selanjutnya urugan yang diperlebar

    harus dibangun secara horizontal sampai dengan ketinggian tanah dasar,

    yang selanjutnya harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi

    bawah sampai setinggi permukaan jalan yang ada sehingga bagian yang

    diperlebar dapat digunakan oleh lalu lintas secepatnya, yang

    memungkinkan pembangunan dilanjutkan ke sisi jalan lainnya.

    (3) Pemadatan dari Urugan

    (a) Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masing-masing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadatan

    yang memadai yang disetujui Direksi Teknik hingga mencapai tingkat

    kepadatan yang ditentukan dalam Artikel 3.3.4 dibawah.

    (b) Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 %

    dari kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai

    kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah

    dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 99.

    (c) Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang

    lebih besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas

    bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan

    yang disyaratkan untuk urugan tanah yang diberikan dalam Paragraf

    3.3.4 (2) dibawah.

    (d) Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi Teknik

    sebelum lapis berikutnya dipasang.

    (e) Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima

    jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat

    pemadat harus dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah

    untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

    (f) Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran beton atau struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu

    kira-kira sama tingginya pada kedua sisi struktur.

    (g) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari kepala, atau tembok

    sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, harus

    diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur tidak dipadatkan

    sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau timbul

    tekanan yang berlebih pada struktur.

  • 3.3 - 4

    (h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding

    belakang sampai struktur jembatan atas telah dipasang.

    (i) Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadatan mesin gilas konstruksi, harus dipasang dalam lapis horizontal yang tidak

    lebih dari 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan

    penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) minimum seberat 10 kg.

    Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang

    memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk

    menjamin pipa betul-betul terdukung.

    (4) Penyiapan Tanah Dasar pada Urugan

    Ketentuan dari Seksi 3.4 - Penyiapan Badan Jalan harus berlaku.

    3.3.4 JAMINAN MUTU

    (1) Pengendalian Mutu Bahan

    (a) Jumlah dari data hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi akan mencakup

    seluruh pengujian yang dipersyaratkan dalam Artikel 3.3.2 paling sedikit

    tiga contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang

    dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari sumber.

    (b) Menyusul persetujuan dari mutu bahan urugan yang diusulkan, pengujian mutu bahan selanjutnya akan diulangi atas dasar pertimbangan dari

    Direksi Teknik, dalam hal tampak perubahan dalam bahan atau dalam

    sumbernya.

    (c) Program untuk pengendalian pengujian bahan secara rutin akan

    dilakukan untuk mengendalikan perubahan yang ada dalam bahan yang

    dibawa ketempat kerja. Cakupan dari pengujian harus seperti yang

    diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi untuk setiap 1000 meter kubik

    bahan urugan dari setiap sumber paling sedikit harus dilakukan satu

    penentuan dari aktivitas, seperti yang didefinisikan dalam Paragraf 3.3.2

    (2)(c).

    (2) Persyaratan Kepadatan untuk Urugan Tanah

    (a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus

    dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang

    ditetapkan sesuai AASHTO T 99. Untuk tanah yang mengandung lebih

    dari 10 % bahan yang tertahan pada saringan 3/4 inci, kepadatan kering

    maksimum yang diperoleh harus diadakan penyesuaian untuk bahan baku

    yang terlalu besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi

    Teknik.

  • 3.3 - 5

    (b) Lapis pada kedalam 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 % dari kepadatan kering maksimum yang

    ditetapkan sesuai dengan AASHTO T 99.

    (c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing-masing lapis dari urugan yang dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 191 dan jika hasil

    dari suatu pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang

    disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai

    dengan Paragraf 3.3.1 (8). Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari

    lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi

    harus tidak berselang lebih dari 200 m. Untuk urugan kembali di sekitar

    struktur, atau pada galian gorong-gorong, paling sedikit harus

    dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis urugan yang dipasang.

    Dalam timbunan, paling sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam

    setiap 1000 meter kubik urugan yang dipasang.

    (3) Kriteria Pemadatan untuk Urugan Padas

    Pemasangan urugan padas dan pemadatannya harus dilaksanakan dengan

    menggunakan grid rollers atau vibratory compactor atau crawler tractor yang

    beratnya minimum 20 ton, atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan

    harus dilakukan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai dari tepi

    luar dan bergerak ke arah sumbu, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada

    gerakan yang tampak dibawah peralatan berat. Masing-masing lapis harus

    terdiri dari padas yang cukup baik gradasinya dan seluruh rongga pada

    permukaan harus diisi dengan pecahan-pecahan sebelum lapis berikutnya

    ditempatkan. Padas tidak boleh dipergunakan pada lapis 15 cm paling atas dari

    timbunan dan tidak boleh ada batu dengan dimensi melebihi 10 cm boleh

    disertakan dalam lapis atas ini.

    (4) Percobaan Pemadatan

    Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode

    untuk mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa

    Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur

    pemadatan berikut dapat diikuti.

    Percobaan lapangan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat

    dan kadar air diubah-ubah sehingga kepadatan yang disyaratkan tercapai

    sehingga memuaskan Direksi Teknik. Hasil dari percobaan lapangan ini

    selanjutnya harus digunakan untuk menetapkan jumlah lintasan, tipe dari

    peralatan pemadatan dan kadar air dari pemadatan tersebut.

    3.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    (1) Metode Pengukuran Urugan

    (a) Urugan harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan padat yang

  • 3.3 - 6

    diperlukan, selesai di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus

    didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil

    tanah atau profil galian sebelum urugan ditempatkan dan pada garis dan

    ketinggian yang disyaratkan dan diterima dari pekerjaan urugan akhir.

    Metode untuk menghitung volume material haruslah metode luas rata-

    rata bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang yang

    berselang jarak tidak lebih dari 25 m.

    (b) Urugan yang ditempatkan melebihi garis dan penampang melintang yang

    disetujui, termasuk setiap tambahan urugan yang diperlukan sebagai

    akibat dari pembuatan tangga atau penguncian kedalam lereng yang ada,

    atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan

    kedalam volume yang diukur untuk pembayaran, kecuali bila :

    (i) Urugan diperlukan untuk mengganti bahan lunak atau yang tak memenuhi persyaratan, atau untuk mengganti padas atau bahan

    keras lainnya yang digali dan diurug kembali dengan material yang

    sesuai sampai didapatkan profil galian yang disyaratkan.

    (ii) Tambahan urugan diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak stabil atau gagal dalam hal mana Kontraktor dianggap

    bertanggung jawab menurut Paragraf 3.3.1 (7) (f).

    (iii) Bila urugan akan dipasang pada tanah berawa dimana dapat

    diperkirakan akan terjadi konsolidasi dari tanah asli, pelat dan

    batang penurunan harus dipasang dan diamati bersama oleh Direksi

    Teknik dan Kontraktor. Kuantitas pekerjaan tanah dapat ditentukan

    berdasarkan tanah datar asli yang telah turun. Pengukuran atas

    dasar ini hanya dapat diijinkan jika catatan penurunan di

    dokumentasi secara baik.

    (c) Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas Kontrak untuk

    pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tak terpakai, atau

    untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam

    pengukuran urugan.

    (d) Pekerjaan urugan yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan

    pembayaran dalam Seksi ini akan tetap dibayar bahkan bila bahan urugan

    yang digunakan telah diperoleh dari Pekerjaan Galian.

    (2) Dasar Pembayaran

    Kuantitas dari urugan yang diukur seperti diuraikan diatas, dalam jarak angkut

    berapapun yang diperlukan, harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan

    pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah

    dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus

    merupakan kompensasi penuh untuk pengolahan, pengadaan, penempatan,

    pemadatan, penyelesaian, serta seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk

    penyelesaian yang tepat dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

  • 3.3 - 7

    Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

    3.3 (1) Urugan Biasa Meter kubik

    3.3(1)a Urugan material hasil galian Meter kubik

    3.3 (2) Urugan Pilihan Meter kubik

  • 7.1 - 1

    SEKSI 7.1

    METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

    7.1.4 PENGECORAN

    (1) Persiapan Tempat Kerja

    (a) Kontraktor harus membongkar setiap struktur yang ada, yang harus diganti dengan pekerjaan beton baru atau yang harus dibongkar untuk

    dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton baru.

    (b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar

    Rencana atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dan harus

    membebaskan serta membongkar suatu daerah yang cukup luas di sekitar

    tepi pekerjaan beton untuk menjamin dapat dicapainya seluruh bagian

    pekerjaan tersebut. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan bila

    perlu menjamin bahwa semua bagian pekerjaan dapat diawasi dengan

    mudah dan aman.

    (c) Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dipertahankan kering dan beton tidak boleh dicor diatas tanah yang

    mengandung lumpur, puing atau bahan-bahan asing lainnya, atau dalam

    air.

    (d) Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan kedalam beton (seperti pipa-pipa atau

    saluran) harus sudah ditempatkan dengan tepat dan diikat kuat sehingga

    tidak bergeser sewaktu pengecoran beton dilaksanakan.

    (e) Bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, material landasan untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dalam

    Seksi 2.4 - Drainase Porous.

    (f) Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang disiapkan sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau

    beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian

    penetrasi yang mendalam, pengujian kepadatan atau pemeriksaan lainnya

    untuk memastikan daya dukung yang memadai dari tanah dibawah

    pondasi. Dalam hal ditemukan kondisi yang kurang memuaskan, maka

    Kontraktor dapat diperintahkan untuk merubah ukuran atau kedalaman

    pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak,

    memadatkan tanah pondasi atau melaksanakan tindakan stabilisasi

    lainnya sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

    (2) Acuan/Cetakan

    Acuan/cetakan dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk jenis

    dan letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi

    persyaratan berikut :

  • 7.1 - 2

    (a) Acuan/cetakan pabrikasi dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap adonan dan cukup kaku untuk memelihara posisi

    yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan beton.

    Permukaan sebelah dalam dari acuan/cetakan harus bersih dari setiap

    kotoran lepas atau bahan-bahan lain sebelum penggunaan, dan harus

    disiram air sampai jenuh atau diolesi dengan minyak mineral anti kasar

    sebelum digunakan.

    (b) Kayu dengan permukaan kasar (tidak diserut) dapat digunakan untuk permukaan bangunan yang tidak menonjol keluar (expose), tetapi kayu

    diserut dengan tebal yang rata harus digunakan untuk permukaan yang

    menonjol keluar (expose).

    (c) Ujung-ujung tajam sisi dalam acuan harus dibuat tumpul, kecuali diperintahkan oleh Direksi Teknik, menggunakan ganjalan segitiga

    dengan lebar paling sedikit 20 mm dipasang di sudut.

    (d) Penguat acuan/cetakan terdiri dari baut-baut, klem atau sarana lain yang dapat digunakan menurut keperluan untuk mencegah merenggangnya

    acuan selama pengecoran beton. Acuan tersebut harus dibuat sedemikian

    hingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan beton jadi.

    (e) Untuk pengecoran beton pada dasar penunjang dan pondasi, acuan tanah

    dapat digunakan yang tergantung pada persetujuan Direksi Teknik. Beton

    tersebut akan didukung oleh galian yang dibentuk dengan baik yang sisi

    dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran yang diperlukan.

    (f) Acuan untuk beton yang dicor di bawah air, harus kedap air dan dijamin

    kekakuannya untuk mencegah pergeseran.

    (3) Perancah

    (a) Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan dan

    sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen.

    (b) Apabila tidak tercantum dalam Gambar Rencana, Kontraktor harus mengajukan Gambar Rencana perancah tersebut untuk disetujui oleh

    Direksi Teknik.

    (c) Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perencanaan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk

    harga satuan perancah.

    (d) Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan, sedang konstruksinya sendiri harus

    juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk

    gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin akan ada.

  • 7.1 - 3

    (e) Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan pelendutan perancah akibat

    gaya-gaya yang bekerja kepadanya termasuk gaya-gaya pratekan,

    sedemikian sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk

    konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang

    seharusnya menurut Gambar Rencana.

    (f) Perancah harus dibuat dari kayu, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak

    diperbolehkan.

    (g) Perancah-perancah yang dipasang pada sungai-sungai dengan aliran air

    yang deras, terutama apabila sering terjadi banjir tinggi, yang

    dikhawatirkan akan menghancurkan perancah, harus direncanakan

    sedemikian rupa agar sesedikit mungkin menghambat jalannya air.

    (h) Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung, menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar sehingga

    menurut pendapat Direksi Teknik hal itu akan menyebabkan kedudukan

    (peil) akhir sesuai dengan Gambar Rencana tidak akan dapat dicapai,

    atau menurut pendapatnya penurunan tersebut akan sangat

    membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Teknik dapat

    memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah

    dilaksanakan dan mengharuskan Kontraktor untuk memperkuat perancah

    tersebut sehingga dianggap cukup kuat.

    (i) Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan

    Kontraktor. Gambar Rencana perancah dan sistem pondasinya, secara

    detail harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk disetujui, dan

    pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum Gambar

    Rencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kokoh

    untuk dapat digunakan.

    (4) Pengecoran

    (a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan

    pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari 24 jam.

    Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan,

    mutu dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi

    Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan

    memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak

    mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan

    seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh memulai pelaksanakan

    pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.

    (b) Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Direksi Teknik atau

    wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan

  • 7.1 - 4

    pengecoran secara keseluruhan.

    (c) Sesaat sebelum beton dicor, maka acuan harus dibasahi dengan air atau dilapisi di sebelah dalam dengan suatu minyak mineral yang tak akan

    membekas.

    (d) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir dalam bagian acuan dalam waktu 30 menit setelah air ditambahkan pada

    campuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik

    atas dasar pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.

    (e) Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan

    tersebut selesai

    (f) Beton harus dicor dengan cara tertentu untuk menghindari segregasi (pemisahan partikel halus dan kasar) dari campuran. Beton harus dicor

    dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah

    pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari 1 meter dari tempat

    awal pengecoran

    (g) Bila dicor kedalam struktur yang mempunyai acuan yang sulit dan tulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapis-lapis horisontal

    yang tidak lebih dari 15 cm tebalnya.

    (h) Beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas kedalam bagian acuan dari ketinggian melebihi 150 cm.

    (i) Beton harus dicor pada suatu kecepatan yang sedemikian hingga beton yang telah dicor kedalam acuan masih bersifat plastis sehingga dapat

    menyatu dengan beton baru yang dicor diatasnya.

    (j) Air tidak diperbolehkan mengalir keatas atau naik ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

    (5) Sambungan Konstruksi

    (a) Jadwal Pengecoran harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan Direksi Teknik harus menyetujui lokasi dari sambungan

    konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus diletakkan seperti yang

    ditunjukkan pada Gambar Rencana. Sambungan konstruksi tidak boleh

    terletak pada pertemuan bagian-bagian struktur kecuali ditetapkan

    demikian.

    (b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Seluruh sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tegangan

    dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser

    minimum.

    (c) Bila sambungan vertikal diperlukan, maka baja tulangan harus menerus

  • 7.1 - 5

    melewati sambungan sedemikian sehingga membuat struktur tetap

    monolit.

    (d) Alur sambungan paling sedikit sedalam 4 cm harus disediakan pada semua sambungan konstruksi pada dinding, pelat, dan antara pondasi

    dengan dinding. Untuk pelat yang berada diatas, sambungan harus

    diletakan sedemikian sehingga membagi pelat kedalam bagian-bagian

    yang tidak lebih luas dari 40 m2, dengan bagian yang terbesar tidak lebih

    dari 1,20 kali lebar bagian yang terkecil.

    (e) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan-bahan tambahan

    sebagaimana diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi

    tambahan dalam hal setiap penangguhan pekerjaan yang tidak

    direncanakan yang disebabkan oleh hujan atau kemacetan persediaan

    beton atau penangguhan pekerjaan oleh Direksi Teknik.

    (6) Pemadatan

    (a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari luar yang telah disetujui, Bila diperlukan dan apabila

    disetujui oleh Direksi Teknik, penggetaran harus ditambah dengan

    penusukan batang penusuk dengan tangan atau dengan alat yang cocok

    untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak

    boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke

    titik lain didalam bagian acuan.

    (b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk

  • 7.1 - 6

    menentukan bahwa semua sudut di antara dan sekitar besi tulangan

    benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka tulangan, dan setiap rongga

    udara dan gelembung udara terisi.

    (c) Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan sebagaimana disyaratkan tanpa menyebabkan segregasi

    (pemisahan) dari aggregat.

    (d) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar (External Vibrator) harus sanggup menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit

    dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas kerangka acuan

    supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.

    (e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (Internal Vibrator) harus dari jenis pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurangkurangnya

    5000 putaran per menit apabila digunakan untuk beton yang mempunyai

    slump 2,5 cm atau kurang.

    (f) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak kedalam beton basah supaya tembus kedalam dasar beton yang

    baru dicor, dan menghasilkan kepadatan yang merata pada seluruh

    kedalaman beton. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan

    dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.

    Alat penggetar tidak boleh lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak

    boleh digunakan menggeser campuran beton ke lokasi lain dan tidak

    boleh menyentuh tulangan beton.

    (g) Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton

    akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Bila digunakan alat lain, maka

    cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi Teknik.

    Kecepatan Mengecor Beton Jumlah Alat Minimum

    4 m3 beton/jam 2

    8 m3 beton/jam 3

    12 m3 beton/jam 4

    16 m3 beton/jam 5

    20 m3 beton/jam 6

    (h) Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar

    apabila terjadi kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda.

    7.1.5 PEKERJAAN PENYELESAIAN

    (1) Pembongkaran Acuan

    (a) Bagian acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa izin Direksi

  • 7.1 - 7

    Teknik. Izin Direksi Teknik tidak membebaskan Kontraktor dari

    tanggung jawab untuk keamanan pekerjaan. Blok dan turap harus

    dibongkar pada waktu bagian acuan dibongkar dan tanpa kecuali setiap

    bagian acuan kayu boleh tertinggal dalam beton. Pembongkaran perancah

    untuk struktur menerus atau konsol harus sebagaimana diarahkan oleh

    Direksi Teknik atau harus sedemikian rupa hingga struktur tersebut

    secara bertahap mencapai tegangan ijinnya. Bila pengujian kekuatan

    beton digunakan untuk pembongkaran acuan dan penunjang, maka

    pembongkaran tersebut boleh dilaksanakan setelah kekuatan beton paling

    sedikit telah mencapai 70 % dari kekuatan rencana yang ditentukan.

    Tabel 7.1.5 Periode Pembongkaran Acuan

    Posisi Acuan/Perancah Untuk beton

    yang

    menggunakan

    semen biasa

    Untuk beton

    yang

    menggunakan

    high early

    strengths

    portland cement

    Acuan samping dari balok, dinding, kolom, bila kemajuan pengecoran perhari adalah setinggi :

    a. di bawah 3 m 2 hari 1 hari

    b. 3 sampai 6 m 3 hari 2 hari

    c. 6 sampai 10 m 5 hari 4 hari

    Acuan samping tiang pancang

    segi 4

    12 jam 8 jam

    Acuan samping tiang pancang

    segi 8 dan acuan samping dari

    balok beton pratekan

    24 jam 18 jam

    Perancah :

    a. dibawah gelagar lantai jembatan

    b. dibawah jembatan pelat 2 tumpuan

    c. dibawah balok dengan 2

    tumpuan dan jembatan

    lengkung

    7 hari

    14 hari

    21 hari

    6 hari

    14 hari

    21 hari

    Perancah yang menyokong Sesudah gaya Sesudah gaya

    balok-2 beton pratekan pratekan pratekan

    diberikan diberikan

  • 7.1 - 8

    (b) Untuk memberikan kemudahan penyelesaian, maka bagian acuan yang

    digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, sandaran, dinding

    jembatan dan permukaan vertikal terbuka harus dibongkar dalam waktu

    tidak kurang dari 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,

    tergantung pada kedaan cuaca.

    (2) Pengerjaan Akhir Permukaan biasa

    (a) Kecuali diperintahkan lain, maka permukaan beton harus diselesaikan segera setelah pembongkaran acuan. Semua perangkat atau perlengkapan

    logam yang telah digunakan untuk menahan bagian acuan pada

    tempatnya, dan bagian acuan yang melalui struktur beton, harus dibuang

    atau dipotong paling tidak 25 mm dibawah permukaan beton. Tonjolan

    dan ketidak-rataan beton lainnya yang disebabkan oleh cetakan dibuang.

    (b) Direksi Teknik akan memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan dari cacat

    kecil, yang tidak mempengaruhi secara struktur atau fungsi lainnya dari

    pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang kecil dan

    lekukan dengan adukan semen. Penambalan dan perbaikan lainnya pada

    beton tidak akan dikerjakan sebelum pemeriksaan oleh Direksi Teknik.

    (c) Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar

    lebah, maka beton tersebut harus dipahat sampai bagian yang keras,

    membentuk permukaan tegak lurus pada permukaan benda kerja. Lubang

    harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen tipis (semen dan

    air tanpa pasir / acian) harus dipasang pada permukaan lubang.

    Lubang harus diisi dengan adukan yang terdiri dari semen dan pasir halus

    dicampur dalam proporsi yang digunakan dalam beton yang sedang

    diselesaikan. Yang harus disusutkan sebelumnya dengan mencampurnya

    kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

    (3) Pengerjaan Akhir Permukaan Khusus

    Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya seperti

    yang diperintahkan oleh Direksi Teknik sebagi berikut :

    (a) Bagian atas plat, kerb, permukaan trotoir dan permukaan mendatar lainnya sebagimana yang diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru

    dengan mal untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan

    segera setelah pengecoran dan harus dihaluskan dengan tangan,

    meratakan permukaan baik memanjang maupun melintang dengan perata

    kayu, atau dengan cara lain yang tepat, sebelum beton mulai mengeras.

    (b) Perataan permukaan Horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoir, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metode

    lain sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik pada saat beton mulai

    mengeras.

  • 7.1 - 9

    (c) Permukaan yang tidak Horisontal yang tampak dan telah ditambal atau

    yang kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan

    menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri

    dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton

    tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas

    cetakan, ketidak rataan dan tonjolan menjadi hilang serta seluruh rongga

    terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan

    dari penggosokan harus dibiarkan tertinggal di tempat.

    (4) Perawatan

    (a) Dimulai segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlampau panas, dan gangguan

    mekanis. Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban

    yang minimal, dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu

    perioda waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari

    semen dan pengerasan betonnya.

    (b) Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk

    suatu waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk

    merawat beton harus cukup diberati atau diikat kebawah untuk mencegah

    permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan

    cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai

    dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan

    beton. Lalu-lintas tidak boleh diijinkan pada permukaan beton untuk

    7 hari setelah beton dicor.

    7.1.6 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

    (1) Umum

    Kontraktor harus menganggap mempunyai tanggung jawab penuh untuk

    menjamin bahwa kualitas beton sesuai dengan Seksi ini dan tanggung jawab

    ini tidak akan dibebaskan dengan pengujian yang dilakukan dan disetujui oleh

    Direksi Teknik.

    (2) Pengujian untuk Sifat Mudah dikerjakan

    Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana diperintahkan oleh Direksi

    Teknik harus dilaksanakan pada setiap penakaran beton yang dihasilkan, dan

    pengujian tersebut tidak dianggap telah dikerjakan kecuali disaksikan oleh

    Direksi Teknik atau wakilnya.

    (3) Pengujian Kuat Tekan

    (a) Selama masa pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus

    diperiksa secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Apabila

  • 7.1 - 10

    tidak ditentukan lain oleh Direksi Teknik, maka pada pekerjaan beton

    dengan jumlah dari masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3,

    untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 pengujian, untuk setiap

    5 m3 beton harus diambil minimum 3 benda uji tiap hari, kecuali pada

    permulaan dari pelaksanan, dimana frekuensi pembuatan benda uji harus

    lebih besar agar dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat terkumpulkan

    20 benda uji. Untuk mencapai hal ini, hingga sampai terkumpulnya

    20 benda uji, setiap 3 m3 beton harus dibuat 3 benda uji. Segera setelah

    terkumpulkan 20 benda uji pada umur 28 hari, maka dari hasil

    pemeriksaan kekuatan tekan benda-benda uji tersebut harus terbukti

    bahwa mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik

    terpenuhi. Hasil pemeriksaan 20 benda uji pertama ini harus dipakai

    sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan

    perubahan dalam campuran beton.

    (b) Apabila karena alasan-alasan tertentu pembuatan 20 benda uji dianggap tidak praktis atau tidak dapat dilakukan, maka jumlah benda uji yang

    dibuat boleh kurang dari 20 buah, asal pembuatannya dilakukan dengan

    interval jumlah pengecoran yang kira-kira sama.

    (c) Dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap tipe struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu

    hari pengecoran. Setiap pengujian harus meliputi pembuatan 3 contoh

    yang sama, yang pertama harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3

    hari, yang kedua sesudah 7 hari dan yang ketiga sesudah 28 hari .

    (4) Pengujian Tambahan

    Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang mungkin diperlukan

    untuk menetapkan kualitas bahan-bahan atau campuran atau pekerjaan beton

    akhir, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengujian tambahan

    tersebut dapat meliputi :

    (a) Pengujian yang tidak merusak dengan menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya.

    (b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang diragukan.

    (c) Pengambilan dan pengujian contoh beton (coring).

    (d) Pengujian lainnya sebagaimana disyratkan oleh Direksi Teknik.

    7.1.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    (1) Metode Pengukuran

    (a) Beton diukur dalam jumlah meter kubik yang terpasang dan diterima

    dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar

    Rencana serta memenuhi mutu yang disyaratkan. Tidak ada pengurangan

    volume akibat pemasangan pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm

  • 11.1 - 11

    atau oleh benda tambahan lainnya seperti waterstops", baja tulangan, pipa sulingan air atau lubang pipa cucuran.

    (b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya terhadap penambahan semen, bahan-bahan pembantu lainnya serta untuk pekerjaan finishing

    (penyelesaian).

    (c) Mutu beton lebih tinggi dapat diijinkan untuk digunakan sebagai pengganti pekerjaan beton mutu lebih rendah sebagaimana disyaratkan,

    dan harus diukur dan akan dibayar sesuai dengan mata pembayaran untuk

    beton dengan mutu lebih rendah yang diganti.

    (2) Metode Pengukuran dari Pekerjaan yang diperbaiki

    (a) Dimana pekerjaan telah diperbaiki dibawah Paragraf 7.1.1(8) diatas, maka kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah

    yang harus dibayar bila pekerjaan semula telah memenuhi syarat.

    (b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian

    atau pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai

    kualitas yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.

    (3) Dasar Pembayaran

    Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar

    menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata

    Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran.

    Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh

    penyiapan tempat, pemompaan air, pengadaan dan penempatan seluruh

    material termasuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan acuan dan perancah,

    pekerjaan akhir dan perawatan beton, seluruh biaya lain yang perlu untuk

    penyelesaian yang benar dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

    Nomor Mata

    Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

    7.1 (1) Beton K 500 Meter kubik

    7.1 (2) Beton K 400 Meter kubik

    7.1 (3) Beton K 350 Meter kubik

    7.1 (4) Beton K 300 Meter kubik

    7.1 (5) Beton K 275 Meter kubik

    7.1 (6) Beton K 250 Meter kubik

    .

  • 7.1 - 12

    7.1 (7) (a) Beton K 225 Meter kubik

    7.1 (7) (b) Beton K 225 dibawah air Meter kubik

    7.1 (8) Beton K 175 Meter kubik

    7.1 (9) Beton K 125 Meter kubik

    7.1 (10) Beton Bo Meter kubik

    7.1 (11) Beton 1:3:5 Meter kubik

  • 7.3 - 1

    SEKSI 7.3

    METODE PELAKSANAAN BAJA TULANGAN UNTUK

    BETON

    7.3.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN

    (1) Pabrikasi Baja Tulangan

    (a) Batang baja tulangan harus dipotong menurut panjang yang diperlukan

    dibengkokkan secara hati-hati menurut bentuk dan ukuran yang

    diminta. Batang tulangan mutu tinggi tidak boleh dibengkokkan

    dua kali. Pemanasan baja tulangan harus dilarang, kecuali apabila

    disetujui oleh Direksi Teknik, dimana harus dipertahankan sampai

    kepada pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan kemungkinan

    pemanasan yang paling rendah untuk menjamin sifat fisik dari baja

    tidak banyak berubah.

    (b) Apabila jari-jari pembengkokan untuk baja tulangan tidak ditunjukkan didalam Gambar Rencana, ia harus paling sedikit 5 kali diameter

    batang yang bersangkutan (untuk U24) atau 6.5 kali diameter batang

    yang bersangkutan (untuk mutu yang lebih tinggi). Kait dan begel

    harus dibengkokkan sesuai dengan PBJ 1971 (N.J. - 2).

    (c) Batang baja tulangan dengan diameter 2 cm atau yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.

    (2) Penempatan dan Pengikatan

    (a) Tulangan harus dibersihkan sebelum digunakan untuk menjamin kondisi pengikatan yang baik.

    (b) Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan Gambar Rencana dan petunjuk Direksi Teknik dan dalam batas toleransi yang

    diuraikan pada Paragraf 7.3.1 (3) diatas. Dalam keadaan apapun,

    penulangan dilarang terletak langsung diatas acuan/cetakan.

    (c) Batang baja tulangan harus diikat bersama dengan kokoh menggunakan kawat pengikat untuk menghindari perpindahan

    tempat selama penulangan dan penempatan beton. Pengelasan

    batang bersilang atau begel kepada baja tegangan utama tidak

    diijinkan.

    (d) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperici dalam Gambar Rencana atau secara khusus diijinkan oleh

    Direksi Teknik secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan

    dari penyambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu

    ujung yang menembus penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D

    2.0. Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan.

  • 7.3 - 2

    (e) Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam

    beton

    (f) Tulangan anyaman baja harus ditempatkan dalam arah memanjang, sepanjang yang dapat dilaksanakan dengan penyambungan panjang

    bertindih selebar satu anyaman penuh. Anyaman harus dipotong untuk

    memasang siku-siku dan bukaan dan harus dihentikan pada

    sambungan antara slab (lantai).

    (g) Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan digunakan

    untuk memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai

    kerja atau beban konstruksi lainnya.

    (3) Penyambungan

    Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBJ

    1971 (N.J. - 2) dan diuraikan lebih lanjut dibawah ini :

    (a) Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti

    dinyatakan dalam Gambar Rencana. Penyambungan batang baja, kecuali

    apabila ditunjukkan lain pada Gambar Rencana, tidak akan diijinkan

    tanpa persetujuan Direksi Teknik. Setiap penyambungan demikian yang

    disetujui harus selang-seling sejauh mungkin dan ditempatkan pada titik

    tegangan tarik minimum.

    (b) Apabila sambungan bertindih (lapped splice) disetujui, panjang tonjolan harus 40 kali diameter dan baja-baja harus dilengkapi dengan kait untuk

    batang polos.

    (c) Pengelasan batang baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada Gambar Rencana atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.

    7.3.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    (1) Metode Pengukuran

    (a) Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan ditentukan sebagai jumlah kilogram selesai dipasang sesuai dengan

    Gambar Rencana dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram

    batang baja tulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang

    yang sebenarnya dalam meter batang terpasang dikalikan berat satuan

    yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang batang.

    (b) Jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung dengan luas jumlah yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan

    dengan satuan berat normal yang disediakan dalam kilogram tiap meter

    persegi anyaman baja.

    (c) Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus didasarkan kepada

  • 7.3 - 3

    berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.

    (d) Kawat ikat, jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk penempatan dan pemasangan baja tulangan ditempatnya, tidak boleh

    dimasukkan dalam berat yang harus dibayar

    (e) Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau pada suatu konstruksi lainnya, yang mana telah dibuatkan/disediakan

    pembayaran yang terpisah, tidak boleh diukur untuk pembayaran dalam

    Seksi ini.

    (f) Tidak ada pembayaran terhadap overlap yang ditambahkan oleh Kontraktor atau terhadap overlap yang tidak ditunjukkan pada Gambar

    Rencana.

    (2) Dasar Pembayaran

    Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut

    Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran

    yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal Penawaran. Harga dan

    pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk semua pekerjaan dan

    biaya yang diperlukan termasuk pengadaan, pabrikasi, pemasangan dan untuk

    penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sesuai dengan Seksi ini..

    Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

    7.3 (1) Baja Tulangan Polos Kilogram

    7.3 (2) Baja Tulangan Ulir Kilogram

    7.3 (3) Anyaman Baja dengan Las Kilogram

  • 1.10 - 7

    SEKSI 7.10

    METODE PELAKSANAAN PASANGAN BATU

    7.10.3 PELAKSANAAN

    (1) Persiapan Pondasi

    (a) Pondasi untuk struktur Pasangan Batu harus disiapkan sesuai dengan Gambar Rencana atau petunjuk dari Direksi Teknik.

    (b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukan pada Gambar Rencana, dasar pondasi untuk struktur tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga normal terhadap muka tembok. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.

    (c) Lapisan landasan yang dapat mengalirkan air dan kantung penyaring harus disediakan dimana disyaratkan sesuai dengan persyaratan dalam Seksi 2.4 - Drainase Porous.

    (2) Penyiapan Batu

    (a) Batu harus dibersihkan dari cacat yang dapat mengurangi lekatan dengan adukan.

    (b) Sebelum pekerjaan melapis, batu harus betul-betul basah dan sudah cukup waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.

    (3) Pencampuran Adukan

    (a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sehingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air di tambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.

    (b) Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk

    penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam

    waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu

    tersebut tidak diperbolehkan.

    (c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan, harus dibuang.

    (4) Pemasangan Batu

    (a) Landasan dari adukan segar paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diambil untuk menghindarkan pengelompokan dari batu yang berukuran sama.

    (b) Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka tembok dari batu yang terpasang.

    (c) Batu harus diangkat dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu atau menggeser batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat diangkat oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.

  • 2.10 - 7

    (5) Penempatan Adukan

    (a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi secara menyeluruh, dengan cukup waktu yang memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima masing-masig batu juga dibasahkan dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar dari sisi batu ke batu yang sedang dipasang.

    (b) Tebal dari adukan untuk landasan harus pada rentang 2-5 cm dan harus minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang dipasang.

    (c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu harus dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.

    (6) Syarat untuk Lubang Sulingan dan Sambungan untuk Ekspansi

    (a) Tembok dari Pasangan Batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Terkecuali ditunjukan lain pada Gambar Rencana atau diperintahkan oleh Direksi Teknik, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak tidak lebih dari 2 m antara sumbu satu ke sumbu lainnya dan pipa untuk lubang sulingan ini harus dari bahan pipa PVC berdiameter 50 mm.

    (b) Dalam struktur memanjang yang menerus seperti tembok penahan tanah, sambungan ekspansi harus dibentuk pada jarak antara tidak lebih dari 20 m, sambungan harus 30 mm lebarnya dan harus setinggi tembok. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan diatas.

    (c) Urugan di belakang sambungan ekspansi haruslah material Drainase Porous berbutir kasar yang bergradasi baik yang dipilih, sehingga tanah yang ditahan tidak dapat terhanyutkan melaluinya, juga material drainase porous tidak hanyut melalui sambungan.

    (7) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

    (a) Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu pekerjaan berlangsung.

    (b) Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horisontal dari seluruh Pasangan Batu harus dibuat secara rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm, yang dikerjakan di permukaan yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang disyaratkan dari struktur.

    (c) Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh muka dari batu harus dibersihkan dari kotoran adukan.

    (d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat sebagai berikut :

    (i) Dimulai segera setelah pemasangan, Pasangan Batu harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlampau panas, dan gangguan mekanis. Pasangan Batu harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal, dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan adukannya.

    (ii) Pasangan Batu harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat

  • 3.10 - 7

    Pasangan Batu harus cukup diberati atau diikat kebawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara.

    (e) Bila pekerjaan sudah cukup kuat, dan tidak lebih dini dari 14 hari menyusul

    selesainya pekerjaan pemasangan, urugan harus ditempatkan seperti disyaratkan,

    atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.

    (f) Lereng serta bahu yang bersebelahan harus dipangkas dan dikerjakan untuk

    menjamin sambungan yang kokoh dengan Pasangan Batu yang akan

    memungkinkan drainase yang tak terhalang dan mencegah gerusan pada tepi

    pekerjaan.

    7.10.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

    (1) Metode Pengukuran

    (a) Pasangan Batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditetapkan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dalam Gambar Rencana rencana dan disetujui Direksi Teknik.

    (b) Setiap material yang ditempatkan berlebih dari volume teoritis yang disetujui harus tidak diukur dan tidak dibayar.

    (c) Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah harus dilakukan untuk pengadaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya yang diperlukan.

    (2) Dasar Pembayaran

    Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Mata Pembayaran seperti tercantum dibawah ini dan tercantum didalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penempatan seluruh material, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pekerjaan pengeringan air, untuk pekerjaaan akhir dan untuk semua pekerjaan atau biaya lainnya yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang tepat dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

    Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

    7.10 Pasangan Batu Meter kubik

    metodologi SEKSI 3.2 galian.pdfmetodologi Seksi 3.3 urugan.pdfMetode pelaksanaan seksi 7.1 Beton.pdfmetode pelaksanaan seksi 7.3 baja tulangan.pdfmetode pelaksanaan seksi 7.10 pasangan batu.pdf