Upload
lecong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING
KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Restu Maha Dyanzari
132013029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING
KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
Restu Maha Dyanzari
Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd dan Setyorini, M.Pd
Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan kecemasan
sosial siswa menggunakan konseling kelompok pendekatan rational emotive
behavior. Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas VIII A dan VIII F SMP
Negeri 2 Susukan yang termasuk dalam kategori kecemasan sosial sangat tinggi
dan tinggi yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen
semu dengan desain penelitian Pre-test - Post-test Control Group Design. Teknik
analisis data yang digunakan adalah Mann Whitney U menunjukkan hasil Asymp.
Sig. (2-tailed) 0,700>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sehingga penelitian ini
dapat dilanjutkan. Hasil post-test kedua kelompok diuji menggunakan Mann
Whitney U menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002<0,05 yang artinya
terdapat perbedaan yang signfikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil dari mean rank pre-test
kelompok eksperimen sebesar 7,93 dan mean rank post-test kelompok eksperimen
sebesar 4,00, sedangkan untuk post-test kelompok kontrolsebesar 11,00. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok pedekatan rational emotive
behavior secara signifikan dapat menurunkan kecemasan sosial. Penurunan
kecemasan sosial sebesar 3,93.
Kata kunci : Kecemasan Sosial, Konseling Kelompok Rational Emotive
Behavior, Siswa Kelas VIII SMP
PENDAHULUAN
Kecemasan sosial adalah
istilah untuk ketakutan, rasa gugup
dan kecemasan yang dirasakan
seseorang saat melakukan interaksi
sosial dengan orang lain. Kecemasan
sosial “menyerang” saat seseorang
berpikir jika dia melakukan sesuatu,
mereka akan diberi label negatif oleh
orang lain atau berpikir dirinya akan
melakukan sesuatu yang memalukan
dihadapan orang lain (Butler, 1999).
Berdasarkan hasil studi awal
menggunakan skala kecemasan
sosial (pre test) di SMP N 2 Susukan
kelas VIII A dan F dengan jumlah
murid 57 menunjukkan bahwa ada 2
(3.51%) siswa termasuk dalam
katergori kecemasan sosial sangat
tinggi, 12 (21.05%) siswa kategori
tinggi, 23 (40.35%) kategori rendah
dan 20 (35.09%) siswa termasuk
kategori sangat rendah.
Dalam konseling kelompok
rational emotive behavior, konselor
berupaya untuk mendorong
perubahan perilaku, kognitif dan
rasional klien. Pada konseling
kelompok REB ini, mengajarkan
mereka bertanggungjawab atas
gangguan yang dialami dan
membantu mereka mengidentifikasi
serta meninggalkan proses
indoktrinasi diri, menghilangkan
persepektif klien yang irasional
tentang kehidupan dan menggantinya
dengan persepektif yang rasional
(Gibson & Mitchell, 2011).
Ellis berpendapat (Ellis,
2007) bahwa perasaan cemas,
kekhawatiran kehati hatian
kewaspadaan dan apa yang disebut
kecemasan ringan adalah normal dan
sehat. Akan tetapi, kecemasan yang
parah, kegelisahan, ketakutan yang
berat, dan panik adalah normal (atau
sering terjadi tetapi tidak sehat).
Kecemasan yang parah
menyebabkan kekhawatiran
berlebihan yang merugikan, perasaan
mengalami teror dan rasa takut yang
sangat besar, hal tersebut dapat
membekukan dan membuat
seseorang bersikap secara tidak
kompeten dan tidak sosial. Karena
itu, perasaan hati-hati dan waspada
yang dimiliki perlu dipertahankan,
akan tetapi seseorang tidak perlu
memiliki kekhawatiran yang
berlebihan karena kekhawatiran yang
berlebihan akan menimbulkan
kecemasan sosial.
Berdasarkan uraian latar
belakang diatas dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini:
“Apakah konseling kelompok
dengan pendekatan rational emotif
behavior secara signifikan dapat
menurunkan kecemasan sosial diri
siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan?”
Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan:“untuk mengetahui
signifikansi penurunan kecemasan
sosial siswa kelas VIII SMP N 2
Susukan dengan konseling kelompok
pendekatan rational
emotifbehavior.”
LANDASAN TEORI
Kecemasan Sosial
Menurut American
Psychiatric Association (APA)
kecemasan sosial adalah ketakutan
yang menetap terhadap sebuah atau
lebih situasi sosial yang terkait
berhubungan dengan performa, yang
membuat individu harus berhadapan
dengan orang-orang yang tidak
dikenalnya atau menghadapi
kemungkinan diamati oleh orang
lain, takut bahwa dirinya akan
dipermalukan atau dihina (dalamLa
Greca, et al, 1998).
La Greca dan Lopez
(Olivarez, 2005) mengemukakan ada
tiga aspek kecemasan sosial:
1. Ketakutan akan evaluasi negatif.
2. Penghindaran sosial dan rasa
tertekan dalam situasi yang
baru/berhubungan dengan orang
asing/baru.
3. Penghindaran sosial dan rasa
tertekan yang dialami secara
umum atau dengan orang yang
dikenal.
Konseling Kelompok
Gadza memberikan
pengertian tentang konseling
kelompok dalam bukunya Group
Counseling :A Developmental
Approach (Nursalim dan Hariastuti,
2007): “Konseling kelompok adalah
suatu proses interpersonal yang
dinamis yang memusatkan pada
kesadaran berpikir,tingkahlaku serta
melibatkan fungsi-fungsi terapi yang
dimungkinkan serta berorientasi pada
kenyataan-kenyataan, membersihkan
jiwa, saling percaya dan
mempercayai pemeliharaan,
pengertian, penerimaan dan bantuan.
Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan
dan dipelihara dalam wadah
kelompok kecil melalui sumbangan
(saling berbagi) dari setiap anggota
kelompok dan konselor.”
Konseling Rational Emotive
Behavior
Menurut Ellis dalam
Gladding (dalam Nursalim &
Hariastuti, 2007) Untuk mencapai
tujuan konseling Rational Emotif
Behavior(REB) konselor dapat
melakukan tahap-tahap konseling
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok
memperkenalkan teori rational
emotive behavior kepada anggota
kelompok.
2. Pemimpin kelompok mengajak
anggota kelompok untuk saling
berbagi kesulitan atau masalah
pribadi.
3. Menganalisis suatu situasi
kesulitan yang telah dinyatakan
anggota dengan menggunakan
intervensi terapiutik ABCDE.
4. Pemimpin dan anggota kelompok
memberikan umpan balik dan
anjuran kepada konseli yang
bermasalah. Umpan balik
diberikan dalam bentuk
argumentasi (kognitif, afektif
atau perilaku).
5. Pemimpin kelompok mendorong
para anggota untuk lebih
memberikan perhatian pada
peristiwa disini dan sekarang dan
bukan pada masa lampau.
6. Pemimpin kelompok menerapkan
teknik yang ada dalam
pendekatan REBT, diantaranya:
a. Menyangkal pikiran konseli
yang bersifat irasional yang
meliputi kognitif, afektif
dan behavior.
b. Membantu konseli meyakini
bahwa pikiran yang
irasional dapat ditantang
dan diubah.
c. Membantu konseli
memahami bagaimana dan
mengapa bisa menjadi
demikian, serta
menunjukkan hubungan
gangguan hubungan yang
irasional itu dengan ketidak
bahagiaan dan gangguan
emosional yang dialami.
PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dikemukakan
oleh peneliti ini didukung oleh
penelitian-penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya, sebagai
berikut:
Penelitian Widyani (2011)
tentang penurunan kecemasan
komunikasi interpersonal dengan
layanan konseling kelompok
pendekatan rational emotive
behavior pada siswa kelas VIIIE
SMP N 09 Salatiga, menunjukkan
hasil bahwa konseling kelompok
pendekatan REB dapat menurunkan
kecemasan komunikasi interpersonal
siswa dengan hasil post test
kelompok kontrol (yang tidak diberi
layanan) 53,04 % dan kelompok
eksperimen (yang diberikan layanan)
sekitar 46,96%.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk
eksperimen semu. Dalam desain
penelitian ini, kelompok yang
digunakan tidak dapat dipilih secara
random (Sugiyono, 2009). Sebelum
diberi perlakuan, kelompok diberikan
pre-test dengan maksud untuk
mengetahui keadaan awal kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Penelitian ini kedua
kelompok diperlakukan secara
berbeda, untuk kelompok eksperimen
diberikan treatment dengan
konseling kelompok melalui
pendekatan rational emotive
behavior, kemudian dilakukan post-
test untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari treatment yang
diberikan. Kelompok kontrol hanya
diberikan pre-test dan post-test
saja.Penelitian ini menggunakan
desain Pretest – Posttest Control
Design.
Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP N 2
Susukan. Penentuan Subjek
penelitian ini dilakukan setelah
memperoleh hasil skor penyebaran
skala kecemasan sosial dengan
kategori sangat tinggi dan kategori
tinggi yang dilakukan di kelas VIII A
dan kelas VIII F. Sebanyak 2 siswa
termasuk kategori sangat tinggi dan
12 siswa kategori tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, 7 siswa
yang memiliki kategori kecemasan
sosial yang sangat tinggi dijadikan
sebagai kelompok eksperimen atau
kelompok yang diberikan treatment,
untuk kelompok kontrol adalah 7
siswa yang termasuk kategori
kecemasan sosial yang tinggi.
Pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan skala kecemasan
sosial yang diadaptasi dan
memodifikasi dari penelitian Solihat
(2011) berdasarkan pengembangan
dari teori La Greca Lopez (Olivarez,
2005), dimana dalam kecemasan
sosial terdapat tiga aspek yaitu
Ketakutan akan evaluasi negatif,
Penghindaran sosial dan rasa tertekan
dalam situasi yang baru/berhubungan
dengan orang asing/baru dan
Penghindaran sosial dan rasa tertekan
yang dialami secara umum atau
dengan orang yang dikenal. Ketiga
aspek ini dijadikan dasar untuk
menyusun item-item kecemasan
sosial yang terdiri dari 35 item
pernyataan.
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Man Whitneyyang
diperoleh dengan menggunakan
SPSS 20.0 yaitu untuk melihat
perbedaan nilai tes akhir (post-test)
pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Uji Man Whitney
mensyaratkan skala data ordinal
dalam pengujiannya (Sugiyono,
2010) dan skala yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala data
ordinal.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan prosedur
penelitian ini setelah kelompok
eksperimen diberikan perlakuan
dengan konseling kelompok
pendekatan rational emotive
behavior, dilakukan pre-test
kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Mean Rank Pre-Test
Kecemasan Sosial Pada Kelompok
Eksperimen Dan Kontrol
Ranks
KELOMPOK N Mean
Rank
Sum of
Ranks
PRE
EKPERIME
N
7 7,93 55,50
PRE
KONTROL 7 7,07 49,50
Total 1
4
Pada tabel 4.3 jumlah subjek
untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebanyak 14 siswa
dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 7 siswa. Skor mean rank
pada kelompok eksperimen 7.93 dan
mean rank untuk kelompok kontrol
7.07. Kemudian sum of rank pada
kelompok eksperimen 55.50 dan
sum of rank pada kelompok kontrol
49.50.
Tabel 4.4 Hasil Uji Mann Whitney
U Pre-Test Kecemasan Sosial Pada
Kelompok Eksperimen Dan
Kontrol Test Statistics
a
NILAI
Mann-Whitney U 21,500
Wilcoxon W 49,500
Z -,386
Asymp. Sig. (2-tailed) ,700
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] ,710
b
a. Grouping Variable: KELOMPOK
b. Not corrected for ties.
Pada tabel 4.4 diatas dapat
diketahui hasil uji Mann-Whitney U
= 21,500 dengan koefisien
Asyim.Sig.(2-tailed) 0,700>0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara
kecemasan sosial kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol,
sehingga penelitian dapat dilanjutkan
dengan pemberian treatment atau
perlakuan dengan konseling
kelompokrational emotive behavior.
Berdasarkan prosedur
penelitian ini setelah kelompok
eksperimen diberikan perlakuan
dengan konseling kelompok
pendekatan rational emotive
behavior, dilakukan post-test
kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.9 Mean Rank Hasil Post-
Test Kecemasan Sosial Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol
Ranks
Kelompok N Mean
Rank
Sum
of
Rank
Eksperimen 7 4,00 28,00
Kontrol 7 11,00 77,00
Total 14
Pada tabel diatas jumlah
subjek untuk kelompok eksperimen
sebanyak 7 siswa dan subjek dalam
kelompok kontrol sebanyak 7 siswa.
Skor mean rank post-test yang
diperoleh untuk kelompok
eksperimen adalah 4.00 dan mean
rank post-test kelompok kontrol
adalah 11.00. Sum of rank untuk
kelompok eksperimen 28,00 dan Sum
of rank kelompok kontrol adalah
77,00.
Tabel 4.10 Uji Mann Whitney Post-
Test Kecemasan Sosial Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol
Test Statistics
a
NILAI
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 28,000
Z -3,151
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] ,001
b
a. Grouping Variable: KELOMPOK
b. Not corrected for ties.
Dari tabel diatas dapat
diketahui nilai hitung Mann Whitney
U=0.00 dan koefisien Asymp. Sig (2-
tailed) 0,002<0,05. Perhitungan
statistik tersebut menunjukan bahwa
ada perbedaan yang signifikan
kecemasan sosial antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbedaan tersebut menunjukan
adanya perbedaan kelompok
eksperimen dan kontrol setelah
kelompok eksperimen diberikan
treatment (perlakuan) dengan
konseling kelompok pendekatan
rational emotive behavior.
Tabel 4.11 Penurunan Skor
Kecemasan Sosial
Kategori
Range
Jumlah siswa
Pre test Post test
Eks Kon Eks Kon
Sangat
Tinggi
99-
113 2 - - -
Tinggi 84-98 5 7 -
Rendah 69-83 - - 6 5
Sangat
rendah 54-68 - - 1 2
Jumlah siswa 14 siswa 14 siswa
Dari tabel diatas diatas
menunjukkan bahwa ada 14 siswa
dari kelompok eksperimen dan
kontrol. Pada saat pre test kedua
kelompok sama-sama berada dalam
kategori sangat tinggi dan tinggi.
Dari kelompok eksperimen pada saat
pre test terdapat 2 siswa dalam
kategori sangat tinggi dan 5 siswa
dalam kategori tinggi. Terjadi
perubahan pada saat post test
menjadi 6 siswa yang masuk dalam
kategori rendah dan 1 siswa masuk
dalam kategori sangat rendah.
Artinya ada penurunan kecemasan
sosial pada kelompok eksperimen
secara signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa konseling
kelompok pendekata rational
emotive behavior dapat digunakan
untuk menurunkan kecemasan sosial
siswa kelas VIIII SMP N 2 Susukan.
Pada kelompok kontrol pada saat pre
test terdapat 7 siswa masuk dalam
kategori tinggi. Meskipun ada
perubahan ketika post test yaitu 5
siswa masuk dalam kategori tinggi
dan 2 siswa masuk dalam kategori
rendah, tidak ada siswa yang masuk
kategori sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis Uji
Mann Whitney Upost- test yang
dapat dilihat pada tabel 4.9
menunjukkan koefisien Asymp. Sig.
(2-tailed) 0,002<0,05, Skor mean
rank post-test yang diperoleh untuk
kelompok eksperimen adalah 4.00
dan mean rank post-test kelompok
kontrol adalah 11,00. Kemudian sum
of rank untuk kelompok eksperimen
28,00 dan sum of rank kelompok
kontrol adalah 77,00.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji beda
yang telah dilaksanakan pada saat
pre-test, tidak ada perbedaan
kecemasan sosial yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hal ini
ditunjukkan dengan Asymp Sig. (2-
Tailed) 0,700>0,05. Dalam
penelitian ini, sebelum diberikan
treatment, kelompok eksperimen
memiliki kecemasan sosial yang
tinggi sama dengan siswa dalam
kelompok kontrol. Setelah kelompok
eksperimen diberikan konseling
kelompok sebanyak 8 sesi, siswa
dirasa sudah memiliki kesadaran
akan kecemasan yang mereka
miliki.Pada setiap sesinya, kegiatan
konseling ini membahas
permasalahan siswa yang sama
seperti dalam aspek-aspek
kecemasan sosial ssesuai
kesepakatan.
Menurut Gazda, konseling
kelompok adalah suatu proses
interpersonal yang dinamis yang
memusatkan pada kesadaran
berpikir, tinggkahlaku serta
melibatkan fungsi-fungsi terapi yang
dimungkinkan serta berorientasi pada
kenyataan-kenyataan, membersihkan
jiwa, saling percaya dan
mempercayai, pemeliharaan dalam
wadah kelompok kecil melalui
sumbangan (saling berbagi) dari
setiap anggota kelompok dan
konselor.
Pendekatan rational emotive
behavior menekankan bahwa
perilaku menyalahkan adalah
merupakan inti dari sebagian besar
gangguan emosional. Menurut Corey
(2010), orang perlu belajar menerima
dirinya sendiri dengan segala
kekurangan yang dimiliki. Oleh
karena itu, untuk menyembuhkannya
orang harus didorong untuk memiliki
pemikiran-pemikiran yang objektif
dan rasional terhadap perasaan-
perasaan yang berkembang pada
dirinya.
Setelah pemberian treatment
selesai kemudian peneliti
menyebarkan kembali skala
kecemasan sosial pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
sebagai post-test.Hasilnya
menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed)
0,002< 0,05, ini berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol setelah kelompok eksperimen
diberi perlakuan dengan konseling
kelompok rational emotive behavior.
Jadi hasil post-test menunjukkan
bahwa konseling kelompok rational
emotive behavior dapat digunakan
untuk menurunkan kecemasan sosial
siswa.
Keberhasilan konseling
kelompok pendekatan rational
emotive behavior untuk menurunkan
kecemasan sosial didukung respon
anggota kelompok yang baik selama
delapan sesi konseling terutama pada
sesi ke 5 dan 6 yang membahas
permasalahan tentang gugup. Pada
sesi ini, anggota kelompok dapat
mengikuti kegiatan konseling dengan
baik, mereka aktif dalam
mengemukakan pendapat tanpa perlu
diarahkan oleh pemimpin kelompok.
Pada mulanya, ketika sesi
awal konseling anggota kelompok
lebih banyak merespon segala
sesuatu seperlunya. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu mereka
dapat menyesuaikan diri untuk
mengikuti kegiatan konseling
kelompok. Anggota kelompok
memberikan tanggapan mengenai
permasalahan yang dibahas, sehingga
konseling kelompok berjalan
sebagaimana mestinya. Selama
pemberian treatment anggota
kelompok mulai menyadari bahwa
rasa cemas yang mereka alami
adalah hal yang berlebihan dan
merugikan diri sehingga mereka
mulai mengendalikannya.
Dengan demikian penelitian
ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Widyani (2011) yang
pada akhir penelitian menyimpulkan
bahwa layanan konseling kelompok
rational emotive behavior efektif
dapat digunakan untuk menurunkan
kecemasan sosial siswa.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
data penelitian dapat disimpulkan
bahwa konseling kelompok rational
emotive behavior secara
signifikandapatmenurunkan
kecemasan sosial pada diri siswa
kelas VIII SMP N 2 Susukan tahun
ajaran 2016/2017 ini dibuktikan
dengan hasil analisis menggunakan
uji Mann Whitney U diperoleh skor
signifikansi Asymp.Sig.(2-tailed)
0,002<0,05, perbedaanskor mean
rank pre-test yang diperoleh untuk
kelompok eksperimen adalah 7,93
dan mean rank post-test kelompok
eksperimen 4.00 sertamean rank
post-test kelompok kontrol adalah
11,00. Hal ini menunjukkan hasil
yang signifikan berupa penurunan
skor kecemasan sosial pada
kelompok eksperimen sebesar 3,93.
DAFTAR RUJUKAN
Butler, Gillian. 1999. Overcoming
Social Anxiety and Shyness.
London. (diakses pada
Februari 2017)
Corey, Gerald. 2010. Teori dan
Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Terjemahan
E. Koeswara. Theory and
Practice of Counseling and
Psychotherapy. 1997.
Bandung: Refika Aditama.
Ellis, Albert. 2007. Terapi R.E.B :
Agar Hidup Bebas Derita.
Bandung : Mizan Media
Utama.
Gibson. Robert L., & Marianne H.
Mitchell. 2011. Bimbingan
dan Konseling.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
La Greca, A. M, Lopez, N (1998).
Social anxiety among
adolescent: Linkages with
peer relation and friendships.
Journal of abnormal Child
Psychology.
www.academicjournals.org.
(April)
Nursalim, Mochamad & Retno Tri
Hariastuti. 2007. Konseling
Kelompok. Surabaya: Unesa
University Press.
Olivares, Jose. 2005. Social Anxiety
Scale for Adolescents (SAS-
A):Psychometric
Properties in a spanish-
speaking population.
International Journal of
Clinical and Health
Psychology, Vol 5, No. 1.
(diakses pada Februari
2017)
Solihat, Iin Siti. 2011.Efektivitas
Teknik Restrukturisasi
Kognitif untuk Mereduksi
Kecemasan Sosial Remaja
(Studi Quasi-Eksperimen
terhadap Siswa Kelas X SMA
YAS Bandung Tahun Ajaran
2011/2012). Skripsi.
Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualititatif dan
R&D. Bandung :
Alfabeta Bandung.
-----------. 2010. Statistik untuk
Penelitian. Bandung :
Alfabeta Bandung.
Widyani, Septiana Panca. 2011).
Penurunan Kecemasan
Komunikasi Interpersonal
Dengan Layanan Konseling
Kelompok Pendekatan
Rational Emotive
Behaviour Pada Siswa Kelas
VIIE SMP N 09 Salatiga.
Skipsi: Universitas Kristen
Satya Wacana. (tidak
diterbitkan)