12
PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017 31 http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/Purwadita Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui Latihan Yoga Asanas Putu Emy Suryanti 1 , Kadek Bayu Indrayasa 2 1 Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Indonesia 2 Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia [email protected] 1 ; [email protected] 2 ARTICLE INFO ABSTRACT Received 2021-02-20 Revised 2021-02-24 Accepted 2021-03-11 This is an open access article under the CCBY-SA license. One of the visions of national development to develop human resources is realized by providing education aimed at developing intelligence holistically which includes cognitive, social, emotional, aesthetic and kinesthetic, as well as affective and psychomotor abilities. There are two components of mobility that need to be developed in children, namely: basic movement skills/gross motor skills and fine motor skills. This motor skills are very vital for children to be able to be independent in their future lives, so the right stimulus is needed to be able to get optimal motor skills of children. One of the stimuli that can be given to children is by practicing yoga āsana. Movements in yoga āsana that are done in a disciplined and regular manner from an early age can improve motor skills of children. Keywords: motor skills, early childhood, yoga āsana. Visi pembangunan nasional untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya salah satunya diwujudkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan secara holistik yang meliputi kemampuan kognitif, sosial, emosional, estetis dan kinestetis, serta afektif dan psikomotorik. Terdapat dua komponen kemampuan gerak yang perlu dikembangkan pada anak, yaitu: keterampilan gerak dasar/motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik ini sangat vital bagi anak untuk mampu mandiri dalam menjalani kehidupannya kelak, sehingga diperlukan stimulus yang tepat untuk mampu mendapatkan kemampuan motorik anak yang optimal. Salah satu stimulus yang dapat diberikan pada anak adalah dengan latihan yoga āsana. Gerakan dalam yoga āsana yang dilakukan dengan disiplin dan teratur sejak dini dapat meningkatkan kemampuan motorik anak. Kata kunci: kemampuan motorik, anak usia dini, yoga āsana.

Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

31

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/Purwadita Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui Latihan Yoga

Asanas Putu Emy Suryanti1, Kadek Bayu Indrayasa2 1Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Indonesia 2Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia

[email protected]; [email protected]

ARTICLE INFO ABSTRACT

Received

2021-02-20

Revised

2021-02-24

Accepted

2021-03-11

This is an open access article

under the CC–BY-SA license.

One of the visions of national development to develop human

resources is realized by providing education aimed at developing

intelligence holistically which includes cognitive, social, emotional,

aesthetic and kinesthetic, as well as affective and psychomotor

abilities. There are two components of mobility that need to be

developed in children, namely: basic movement skills/gross motor

skills and fine motor skills. This motor skills are very vital for

children to be able to be independent in their future lives, so the right

stimulus is needed to be able to get optimal motor skills of children.

One of the stimuli that can be given to children is by practicing yoga

āsana. Movements in yoga āsana that are done in a disciplined and

regular manner from an early age can improve motor skills of

children.

Keywords: motor skills, early childhood, yoga āsana.

Visi pembangunan nasional untuk membangun sumber daya manusia

seutuhnya salah satunya diwujudkan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan

secara holistik yang meliputi kemampuan kognitif, sosial, emosional,

estetis dan kinestetis, serta afektif dan psikomotorik. Terdapat dua

komponen kemampuan gerak yang perlu dikembangkan pada anak,

yaitu: keterampilan gerak dasar/motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan motorik ini sangat vital bagi anak untuk mampu

mandiri dalam menjalani kehidupannya kelak, sehingga diperlukan

stimulus yang tepat untuk mampu mendapatkan kemampuan motorik

anak yang optimal. Salah satu stimulus yang dapat diberikan pada

anak adalah dengan latihan yoga āsana. Gerakan dalam yoga āsana

yang dilakukan dengan disiplin dan teratur sejak dini dapat

meningkatkan kemampuan motorik anak.

Kata kunci: kemampuan motorik, anak usia dini, yoga āsana.

Page 2: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

32 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu

pilar utama untuk menyokong

pembangunan nasional. Sesuai dengan

visi pembangunan nasional yaitu

membangun manusia seutuhnya yang

dilakukan melalui pendidikan untuk

mewujudkan potensi sumber daya

manusia yang dimiliki sehingga mampu

mengaktualisasikan potensi dirinya secara

optimal. Untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang bermutu, penyelenggaraan

pendidikan diarahkan untuk

mengembangkan kecerdasan secara

menyeluruh yang meliputi kemampuan

kognitif, sosial, emosional, estetis dan

kinestetis, serta afektif dan psikomotorik.

Adapun salah satu program pemerintah

dalam mewujudkan sasaran pembangunan

pendidikan nasional adalah melalui

pengembangan pendidikan anak usia dini.

Pendidikan pada tahap awal ini bertujuan

untuk membantu anak usia dini dalam

mengembangkan berbagai potensi yang

dimilikinya baik fisik maupun psikis yang

meliputi moral dan nilai-nilai agama,

sosial emosional, kognitif, bahasa,

fisik/motorik, kemandirian, dan seni

sehingga anak-anak siap untuk memasuki

pendidikan dasar (Komaini, 2018).

Anak usia dini dikatakan berada

dalam masa emas (golden age). Masa

keemasan ini merupakan masa dimana

anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat, baik

secara fisik maupun psikis. Perkembangan

fisik seorang anak erat kaitannya dengan

perkembangan motoriknya yaitu

perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf,

urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.

Perkembangan fisik seorang anak salah

satunya ditentukan oleh kemampuan

gerak anak. Kemampuan gerak anak

sendiri akan menentukan keterampilan

anak dalam bergerak dan secara tidak

langsung akan mempengaruhi cara

pandang anak terhadap kemampuan

dirinya. Gerak merupakan sifat kehidupan

dan gerak terus mengalami perubahan

yang dapat kita amati dari sejak manusia

lahir sampai dewasa, dari gerak bebas

yang tidak bermakna menjadi gerak yang

terarah dan memiliki makna; dari gerak

kasar menjadi gerak halus; dari yang tidak

beraturan menjadi beraturan. Banyak jenis

dan bentuk gerakan yang perlu dipelajari

oleh anak, dibina dan disesuaikan dengan

kebutuhan diri, serta pertumbuhan dan

perkembangan anak. Gerak merupakan

unsur pokok dalam perkembangan

motorik anak. Tanpa gerak, manusia akan

menjadi kurang sempurna dan dapat

menyebabkan kelainan dalam organ tubuh

maupun fungsi organ-organ tubuh

tersebut. Oleh karena itu, gerak menjadi

kebutuhan yang sangat penting seperti

kebutuhan hidup lainnya yang dapat

membantu kelangsungan hidup manusia.

Gerak merupakan suatu hal yang sangat

vital dan mempunyai nilai yang sangat

strategis bagi manusia dalam

kehidupannya. Hal tersebut dikatakan

vital karena melalui gerak manusia dapat

mengatasi berbagai persoalan dalam

hidupnya. Tanpa gerak, manusia dianggap

lemah dan memiliki tingkat

ketergantungan yang sangat tinggi pada

lingkungannya.

Pentingnya stimulasi kemampuan

motorik anak sejak dini secara optimal

adalah karena perkembangan motorik

akan mempengaruhi tahap perkembangan

anak selanjutnya seperti perkembangan

fisiologis, perkembangan sosio-

emosional, dan perkembangan kognitif.

Pemahaman mengenai konsep dan

perkembangan kemampuan motorik anak

Page 3: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 33 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42

dapat dijadikan dasar untuk memantau

dan mengevaluasi pertumbuhan serta

perkembangan fisik motorik anak. Selain

itu juga dapat digunakan sebagai bentuk

pencegahan pada beberapa ancaman

kondisi patologis pada anak akibat

keterlambatan perkembangan motorik,

antara lain: koordinasi gerak yang tidak

seimbang, gangguan fungsi panca indra,

cacat tubuh, serta kegemukan (obesitas).

Pentingnya perkembangan motorik anak

membuat kita harus memberikan stimulus

seoptimal mungkin. Stimulus yang dapat

diberikan untuk mengembangkan

kemampuan motorik anak salah satunya

adalah dengan latihan yoga. Yoga

merupakan kegiatan olah tubuh, olah

nafas, serta olah pikiran yang memiliki

beragam manfaat. Di masyarakat, yoga

dipahami hanya sebatas aktivitas fisik

dengan gerakan dan pose tertentu.

Gerakan tubuh tersebut disebut dengan

āsana. Asana merupakan tahap ketiga dari

delapan tahapan yoga (Astangga Yoga)

yang berupa suatu pose atau gerakan

dalam yoga yang memiliki banyak

manfaat, salah satunya adalah

meningkatkan kesehatan jasmani atau

fisik. Asana sendiri dapat dilakukan oleh

masyarakat luas dari berbagai kalangan

dan usia. Latihan gerak yoga āsana yang

dilakukan secara teratur dan disiplin oleh

anak sejak dini dapat menjadi stimulus

yang baik dalam melatih perkembangan

motorik anak.

METODE

Metode penelitian yang digunakan

dalam penulisan artikel ini adalah studi

kepustakaan atau studi literatur (literature

review). Studi kepustakaan merupakan

teknik pengumpulan informasi melalui

kajian teoritis atau mengkaji referensi

yang berkaitan dengan suatu topik yang

diteliti (Sugiyono, 2015). Dalam studi

kepustakaan ini, referensi yang digunakan

untuk mengumpulkan informasi terkait

dengan topik penelitian adalah berupa

buku, artikel jurnal, artikel di media

internet, serta referensi lain mengenai

yoga āsana serta perkembangan

kemampuan motorik anak usia dini yang

menunjang dalam penulisan artikel ini.

Sehingga informasi yang didapatkan

dalam penulisan artikel ini merupakan

jenis data sekunder. Data-data serta

informasi yang didapatkan dari hasil studi

kepustakaan selanjutnya digunakan untuk

membahas topik mengenai peningkatan

kemampuan motorik anak usia dini

melalui latihan yoga āsana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Yoga Asana

Yoga berasal dari Bahasa

Sanskerta “yuj” yang memiliki makna

menyatukan diri dengan Tuhan. Dalam Rg

Veda, yoga disimbolkan dengan “tapas”

yang berfokus pada pengendalian indria

(Somvir, 2010). Yoga dalam Kamus

Bahasa Jawa Kuna-Indonesia diartikan

sebagai pengerahan tenaga, usaha keras,

metode atau praktik pemusatan pikiran

atau tapa yaitu dengan mengontrol indera,

menahan gejolak pikiran, memperoleh

kekuatan supernatural, mencapai kesatuan

dengan Dewa atau kelepasan (Zoetmulder

& Robson, 2006). Sementara dalam

Kamus Bahasa Bali-Indonesia, yoga

memiliki makna cara untuk

menghubungkan diri dengan Tuhan (Tim

Penyusun, 2014). Inti dari ajaran yoga

yang sesungguhnya adalah rasa bakti dan

cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan

Yang Maha Esa, sehingga yoga

diharapkan mampu memberikan nilai-

nilai yang positif serta bermanfaat bagi

jasmani maupun rohani penekunnya.

Page 4: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

34 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

Menurut Maha Rsi Patanjali dalam

Kitab Yoga Sutra, istilah yoga dirangkum

dalam sebuah kalimat “Yogas Citta Vrtti

Nirodhah” yang memiliki makna “Yoga

merupakan pengekangan benih-benih

pikiran (citta) dari pengambilan berbagai

wujud” (Saraswatī, 2005). Berdasarkan

kalimat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa yoga merupakan aktivitas mental

atau pikiran yang berfungsi sebagai

pengendalian pikiran dari berbagai wujud

atau perubahan-perubahan yang timbul

dari pikiran akibat adanya kontak dengan

panca indria. Untuk mencapai keadaan

tersebut, Maha Rsi Patanjali merumuskan

beberapa tahapan untuk mencapai hakekat

yoga yang sesungguhnya, yaitu:

pengendalian diri (yama), kepatuhan

(niyama), sikap tubuh (āsana), pengaturan

nafas (prānayāma), pengendalian indria

(pratyāhāra), konsentrasi (dhāranā),

meditasi (dhyāna), penyatuan (samādhi).

Delapan tahapan tersebut kemudian

disebut “Astangga Yoga” yang

merupakan bagian dari disiplin diri dalam

yoga. Astangga Yoga juga disebut dengan

“eight limbs of yoga”. Dalam Astangga

Yoga, fokus awalnya adalah gerakan

tubuh (āsana) karena lebih mudah untuk

mengendalikan tubuh dibandingkan

dengan mengendalikan pikiran. Saat

latihan yoga telah semakin dalam, tubuh

menjadi lebih terhubung dengan aliran

nafas (prānayāma), dilanjutkan dengan

pengendalian indria (pratyāhāra) dan

meningkatkan konsentrasi (dhāranā).

Efek dari penggabungan gerakan tubuh,

pengaturan nafas, serta pengendalian

indria adalah peningkatan kemampuan

untuk berkonsentrasi yang secara perlahan

menuntun ke arah meditasi (dhyāna). Jika

siklus tersebut dilatih secara terus

menerus, maka akan terwujud penyatuan

diri dengan Tuhan (samādhi) (Saraswatī,

2005).

Masih banyak pemahaman yang

kurang mengenai yoga di kalangan

masyarakat, dimana beberapa kalangan

masyarakat masih memahami yoga hanya

sebatas aktivitas fisik dalam bentuk

gerakan dan pose tertentu. Akan tetapi

pemahaman masyarakat mengenai yoga

yang sebatas aktivitas fisik tersebut

tidaklah salah, hanya saja belum

mencakup pengertian yoga secara

keseluruhan. Pemahaman masyarakat

mengenai yoga sebagian besar hanya

sebatas gerakan tubuh (āsana). Asana

merupakan bagian ketiga dalam delapan

tahapan yoga (Astangga Yoga) menurut

Maha Rsi Patanjali. Asana dimaknai

sebagai postur atau gerakan tubuh.

Karakter postur atau gerakan tubuh dalam

āsana merupakan suatu tingkatan untuk

mencapai kesejahteraan yang dilakukan

dengan mantap dan stabil (sthira) secara

bertahap dengan tetap memperhatikan

kenyamanan (sukha) yang biasa disebut

dengan sthirasukhamasanam (Telles &

Singh, 2018). Adapun manfaat yang

didapatkan dari latihan yoga āsana, antara

lain:

1. Manfaat dari aspek fisik : melatih

kelenturan tubuh serta menjaga

kesehatan jasmani dengan

mengoptimalkan fungsi organ-

organ tubuh sehingga mencegah

berbagai penyakit.

2. Manfaat secara psikis : melatih

konsentrasi dan menjaga

keseimbangan pikiran sehingga

mampu menjaga kesehatan

mental.

3. Manfaat dari sisi spiritual :

merupakan tahapan untuk

mencapai jalan spiritual yang lebih

tinggi

Page 5: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 35 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42

Terdapat banyak pengelompokan

āsana berdasarkan posisi, teknik, tujuan,

dan sebagainya yang diklasifikasikan

sesuai dengan nilai dan budaya masing-

masing (Telles & Singh, 2018).

Berdasarkan Kitab Gheraṇḍa Saṁhitā,

terdapat sekitar 8.400.000 jenis āsana atau

sikap tubuh yang digambarkan oleh Shiva.

Akan tetapi hanya 32 jenis yang sering

dipraktekkan hingga saat ini.

Ketigapuluh-dua jenis āsana tersebut,

yaitu: (1) Siddhasana (sikap duduk

sempurna); (2) Padmasana (sikap lotus);

(3) Bhadrasana (sikap jantan); (4)

Muktasana/Sukhasana (sikap bebas); (5)

Vajrasana (sikap genta); (6) Svastikasana

(sikap swastika); (7) Simhasana (sikap

singa); (8) Gomukthasana (sikap seperti

muka sapi); (9) Virasana (sikap heroik);

(10) Dhanurasana (sikap busur); (11)

Mrittasana/Savasana (sikap mayat); (12)

Guptasana (sikap dengan posisi kaki

tertutup badan); (13) Matsyasana (sikap

ikan); (14) Matsyendrasana (sikap raja

ikan/ikan besar); (15) Goraksana (sikap

Yogi); (16) Paschimothanasana; (17)

Utkataasana (sikap gagak); (18)

Sangkatasana (sikap berbahaya); (19)

Mayurasana (sikap burung merak); (20)

Kukutasana (sikap burung); (21)

Kurmasana (sikap penyu); (22) Utthana

Kurmasana (sikap kura-kura tidur); (23)

Utthana Mandukasana (sikap kodok I);

(24) Vrksasana (sikap pohon); (25)

Mandukasana (sikap kodok II); (26)

Garudasana (sikap garuda); (27)

Vrsasana (sikap sapi jantan); (28)

Salabhasana (sikap belakang); (29)

Makarasana (sikap buaya); (30)

Ustrasana (sikap unta); (31)

Bhujanggasana (sikap kobra); (32)

Yogasana (sikap duduk) (Vasu, 1933).

Asana dapat dilakukan oleh

berbagai kelompok usia, dari anak-anak,

remaja, dewasa, hingga lanjut usia dengan

gerakan yang disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi tubuh. Dalam

melakukan gerakan āsana ada tiga hal

yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Gerakan

harus stabil dan kondisi tubuh tetap

nyaman; (2) Gerakan dilakukan dengan

penuh kesadaran dan perhatian; dan (3)

Gerakan membawa perubahan sikap

sesuai dengan nilai-nilai dalam ajaran

yoga. Berikut tahapan dalam latihan āsana

yaitu: persiapan, doa pembuka,

pemanasan, gerakan āsana inti,

peregangan/relaksasi, latihan nafas,

meditasi sederhana, doa penutup .

3.2 Perkembangan Kemampuan

Motorik Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan

pengelompokan usia anak sejak berada

dalam kandungan hingga usia 6 (enam)

tahun. Berdasarkan Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan Anak Usia

Dini (STPPA), pengelompokan usia anak

usia dini yaitu: tahap usia lahir sampai

dengan 2 tahun (terdiri dari kelompok usia

: lahir sampai dengan 3 bulan, 3-6 bulan,

6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-18 bulan, 18-24

bulan); tahap usia 2-4 tahun (terdiri dari

kelompok usia : 2-3 tahun dan 3-4 tahun);

serta tahap usia 4-6 tahun (terdiri dari

kelompok usia : 4-5 tahun dan 5-6 tahun).

STPPA merupakan kriteria

pengelompokan usia anak berdasarkan

kemampuan yang dicapai anak pada

seluruh aspek pertumbuhan dan

perkembangannya. Aspek pertumbuhan

dan perkembangan tersebut meliputi :

aspek nilai agama dan moral, aspek fisik-

motorik, aspek kognitif, aspek bahasa,

aspek sosial-emosional, serta aspek seni.

(Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014).

Anak usia dini merupakan individu yang

berbeda dan unik, serta memiliki

Page 6: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

36 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

karakteristik tersendiri sesuai dengan

tahapan usianya. Masing-masing anak

dilahirkan memiliki potensi (inherent

component of ability) yang berbeda-beda.

Potensi anak dapat diwujudkan dengan

interaksi yang dinamis antara keunikan

anak dengan pengaruh lingkungannya.

Berbagai potensi yang teraktualisasikan

berawal dari berfungsinya otak anak.

Berfungsinya otak anak merupakan hasil

interaksi dari cetakan biru (blue print)

genetis dan pengaruh lingkungan. Usia

dini dikatakan sebagai usia emas (golden

age) yang merupakan usia kritis bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada masa keemasan ini stimulasi yang

diberikan harus dimanfaatkan sebaik

mungkin untuk mencapai pertumbuhan

dan perkembangan anak yang optimal,

sebab stimulasi seluruh aspek

pertumbuhan dan perkembangan pada

masa keemasan berperan penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak

pada fase berikutnya (Suryana, 2014).

Dalam bahasa Indonesia kata

“motor” dan “movement” diterjemahkan

sebagai gerak atau gerakan. Kedua kata ini

sesungguhnya memiliki perbedaan

makna. “Motor” memiliki makna gerak

yang bersifat internal atau dari dalam,

konstan, dan sukar diamati sedangkan

“movement” merupakan gerak yang

bersifat eksternal atau dari luar dan mudah

diamati. Gerak adalah salah satu

kemampuan penting dalam kehidupan

sehari-hari, terutama yang berhubungan

dengan aktivitas jasmani. Berbicara

mengenai konsep tentang gerak, tidak bisa

lepas dari konsep tentang gerak pada

umumnya. Gerak dapat dijelaskan sebagai

aksi atau proses perubahan letak atau

posisi yang ditinjau dari titik tertentu yang

digunakan sebagai pedomannya. Dalam

perkembangan fisik atau jasmani pada

anak usia dini, yang dimaksud dengan

gerak yaitu perubahan posisi dari tempat

semula sebagai akibat adanya rangsangan

baik dari luar maupun dari dalam diri

anak. Belajar bergerak merupakan hal

yang penting bagi semua anak terutama

bagi kehidupan sosial dan emosionalnya.

Kemampuan bergerak sangat membantu

anak untuk melepaskan diri dari

ketergantungan pada orang lain, dan juga

merupakan bagian dari perkembangan

intelektual anak (Depdiknas, 2007).

Terdapat beberapa tahapan anak-anak

dalam belajar gerak yaitu:

1. Tingkat Penjelajahan (Exploration)

Dalam mempelajari sesuatu, anak

melalui proses mencoba dan

mencari apa yang akan dikerjakan.

Misalnya: dalam mengembangkan

kegiatan berjalan, anak tidak

diberikan contoh bagaimana cara

berjalan melainkan anak mencari

sendiri bagaimana cara dan macam

berjalan. Bagi anak yang sehat,

tingkat perkembangan ini akan

menjadi tahap kesukaannya karena

anak dipercaya untuk menciptakan

dan menjelajahi sendiri apa yang

ditugaskan padanya.

2. Tingkat Penemuan (Discovery)

Tingkat ini merupakan lanjutan dari

tingkat penjelajahan. Bila anak telah

menemukan berbagai macam cara

berjalan, yang sudah dikuasai

dengan berbagai kecepatan,

berbagai arah, berbagai irama, dan

berbagai lingkungan yang berbeda,

maka anak akan menemukan cara

mana yang paling bagus baginya

dalam berjalan dan pada saat

dipergunakan. Misalnya: untuk

berjalan yang paling baik adalah

dengan cara berjalan dengan

langkah dan ayunan tangan yang

Page 7: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 37 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42

seimbang, pandangan ke depan dan

sebagainya. Selanjutnya anak akan

menentukan untuk berjalan

badannya harus demikian,

langkahnya demikian, badannya

harus begini atau begitu, ayunan

tangan dan pandangan, bahu serta

dadanya harus begini dan

sebagainya; berjalan untuk senam

irama harus begini dan sebagainya.

Keseluruhan hal tersebut merupakan

hasil penemuan anak sendiri. Orang

tua, guru, dan lingkungan lain hanya

memberikan teknik dan cara yang

benar dari gerakan dan sikap

berjalan, berlari, melompat, dan

sebagainya.

3. Tingkat Pemilihan (Selection)

Tingkatan ini biasanya mulai

diberikan pada pemilihan suatu

kegiatan olah raga atau teknik

cabang olah raga tertentu yang

biasanya mulai dilaksanakan pada

anak usia SD tepatnya anak dengan

kelas 5 ke atas.

4. Tingkat Penghalusan (Refine)

Tingkat penghalusan merupakan

tahap dalam melanjutkan latihan

atau aktivitas gerak yang sudah

diajarkan sebelumnya, yaitu seperti

proses seleksi.

Aktivitas gerak merupakan aktivitas

dominan pada anak usia dini, sehingga

permasalahan gerak dan belajar gerak

menjadi sangat penting dan harus

mendapatkan perhatian khusus. Stimulus

gerak yang benar sangat penting karena

akan memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan anak. Sehingga salah satu

komponen yang penting untuk

dikembangkan untuk anak usia dini adalah

kemampuan motorik. Kemampuan

motorik diartikan sebagai kualitas unjuk

kerja/tampilan yang dapat mempermudah

seseorang dalam melakukan keterampilan

gerak. Kemampuan motorik juga

merupakan kualitas umum yang dapat

ditingkatkan melalui aktivitas gerak.

Proses motorik melibatkan sebuah sistem

pola gerakan yang terkoordinasi (otak,

saraf, otot, dan rangka) dengan proses

mental yang sangat kompleks, disebut

sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur

tersebut tidak bisa bekerja secara sendiri-

sendiri, melainkan selalu terkoordinasi.

Apabila salah satu unsur mengalami

gangguan, maka gerak yang dilakukan

dapat mengalami gangguan. Dengan kata

lain, gerakan yang dilakukan oleh anak

secara sadar dipengaruhi oleh stimulus

dari lingkungannya (informasi verbal atau

lisan, gambar, dan alat lainnya) yang dapat

direspons oleh anak (Depdiknas, 2007).

Masa keemasan merupakan waktu

yang ideal untuk menstimulasi

perkembangan kemampuan motorik anak.

Hal ini dikarenakan tubuh anak lebih

lentur dibandingkan tubuh saat remaja

ataupun dewasa, sehingga anak lebih

mudah menerima latihan fisik.

Selanjutnya, anak belum banyak memiliki

keterampilan yang akan berbenturan

dengan keterampilan baru yang

dipelajarinya, sehingga lebih mudah bagi

anak untuk mempelajari keterampilan

baru. Selain itu, secara keseluruhan anak

lebih berani mencoba hal baru pada saat

kecil dibandingkan dengan usia yang lebih

besar karena pada masa ini anak-anak

memiliki kemampuan belajar yang luar

biasa. Terdapat dua komponen

kemampuan gerak yang perlu

dikembangkan pada anak, yaitu:

keterampilan gerak dasar/motorik kasar

dan motorik halus. Keterampilan motorik

kasar yaitu gerakan yang dilaksanakan

dengan menggunakan otot-otot besar

(seperti: berjalan, berlari, melompat

Page 8: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

38 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

dengan dua kaki, dan melompati

rintangan). Sedangkan keterampilan

motorik halus adalah gerakan yang

dilaksanakan oleh kerja dari otot-otot

kecil (seperti: menggunting, menempel,

meronce, merobek, menyusun balok

menjadi suatu bentuk yang representatif,

menggambar, mewarnai, dan menulis).

Perkembangan motorik ini dilakukan

dengan tujuan untuk memperkenalkan dan

melatih gerakan kasar dan gerakan halus;

meningkatkan kemampuan mengelola,

mengontrol gerakan tubuh dan

keterampilan tubuh serta koordinasi; dan

meningkatkan keterampilan tubuh

(Komaini, 2018).

Unsur-unsur utama dalam

kemampuan motorik, yaitu:

1. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan

sekelompok otot untuk

menimbulkan tenaga saat terjadi

kontraksi. Kekuatan otot ini harus

dimiliki oleh anak. Apabila anak

tidak memiliki kekuatan otot, anak

tersebut tidak dapat melakukan

aktivitas bermain yang

menggunakan kekuatan fisik

seperti: berjalan, belari, melompat,

melempar, memanjat, bergantung

dan mendorong. Kekuatan

dipengaruhi oleh biomekanika,

ukuran otot, jenis kelamin, usia

dan aspek psikologis.

2. Koordinasi

Salah satu unsur penting untuk

mempelajari dan menguasai

keterampilan-keterampilan dalam

gerak adalah koordinasi.

Koordinasi merupakan

kemampuan untuk menyelesaikan

tugas-tugas motorik secara cepat

dan terarah. Gerakan yang

terkoordinasi disebabkan oleh

kesempurnaan waktu antara otot

dan sistem syaraf. Koordinasi

gerakan anak dikatakan baik

apabila mampu bergerak dengan

mudah, lancar dalam rangkaian,

dan irama gerakannya terkontrol

dengan baik. Koordinasi

ditentukan oleh proses

pengendalian dan pengaturan

gerakan, sehingga koordinasi

sering kali dikaitkan dengan

kualitas gerakan. Semakin baik

tingkat koordinasi, maka semakin

baik pula kualitas gerakan yang

ditampilkan demikian pula

sebaliknya. Kemampuan

koordinasi ditandai oleh

penguasaan berbagai bentuk dan

variasi gerakan.

3. Kecepatan

Kecepatan diartikan sebagai

kemampuan tubuh melakukan

gerakan sebanyak mungkin dalam

waktu tertentu, atau dapat juga

diartikan sebagai kemampuan

tubuh untuk melakukan suatu

gerakan dengan waktu yang

sesingkat mungkin. Secara

fisiologis, kecepatan diartikan

sebagai kemampuan untuk

melakukan gerakan-gerakan

dalam satu satuan waktu tertentu

yang ditentukan oleh fleksibilitas

tubuh, proses persyarafan, dan

kemampuan otot. Kecepatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

sedangkan faktor tersebut

tergantung dari jenis

kecepatannya, seperti: kecepatan

reaksi dipengaruhi oleh susunan

syaraf; kecepatan bergerak

ditentukan oleh faktor kekuatan

otot, daya ledak, dan daya

koordinasi gerakan; kecepatan

Page 9: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 39 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42

sprint dipengaruhi oleh kekuatan

otot dan persendian.

4. Keseimbangan

Keseimbangan tubuh dipengaruhi

oleh panca indra dalam tubuh yang

bekerja secara bersamaan. Jika

salah satu sistem mengalami

gangguan, maka akan terjadi

gangguan kesimbangan pada

tubuh (imbalance). Keseimbangan

terbagi dalam dua jenis yaitu:

keseimbangan statis dan dinamis.

Keseimbangan statis merupakan

keseimbangan tubuh ketika berdiri

pada satu tempat, sementara

keseimbangan dinamis adalah

kemampuan untuk menjaga

keseimbangan tubuh ketika

berpindah dari suatu tempat ke

tempat lain.

5. Kelenturan

Kelenturan ditentukan oleh

kondisi tulang, otot, ligament,

jaringan ikat, dan kulit. Kelenturan

bersifat esensial untuk semua

gerak, untuk memberikan

kebebasan dari gerak pada

persendian, mempertinggi

elastisitas otot, dan membantu

untuk mencegah kerusakan pada

otot tendon. Kelenturan

(fleksibilitas) merupakan

persyaratan yang diperlukan

secara anatomis bagi

berlangsungnya gerak dalam

aktivitas.

6. Kelincahan

Kelincahan merupakan komponen

kesegaran jasmani yang sangat

diperlukan pada semua aktivitas

yang membutuhkan kecepatan

perubahan posisi tubuh dan

bagian-bagiannya. Kelincahan

merupakan kombinasi kecepatan,

kekuatan, kecepatan reaksi,

keseimbangan, fleksibilitas, dan

koordinasi neuromuscular.

Kelincahan bukan merupakan

kemampuan fisik tunggal,

melainkan tersusun dari komponen

koordinasi, kekuatan, kelenturan,

waktu reaksi, dan tenaga. Dalam

melakukan kelincahan,

keseimbangan posisi tubuh harus

dijaga (Komaini, 2018).

3.3 Stimulasi Perkembangan Motorik

Anak Usia Dini Melalui Latihan

Yoga Asana

Motorik adalah semua gerakan

yang mungkin dapat dilakukan oleh tubuh.

Sementara perkembangan motorik

merupakan perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerak

tubuh. Perkembangan motorik erat

kaitannya dengan perkembangan pusat

motorik di otak. Keterampilan motorik

berkembang sejalan dengan kematangan

saraf dan otot anak. Oleh sebab itu, setiap

gerakan yang dilakukan anak sesederhana

apa pun, sebenarnya merupakan hasil pola

interaksi yang kompleks dari berbagai

bagian dan sistem dalam tubuh yang

dikontrol otak. Asana adalah tahapan yoga

ketiga dalam Astangga Yoga yang berupa

pose atau gerakan tubuh. Latihan āsana

dapat dilakukan oleh seluruh kalangan

masyarakat dari berbagai jenjang usia

karena manfaatnya yang besar untuk

kesehatan, salah satunya untuk anak usia

dini. Salah satu manfaat āsana khususnya

bagi anak usia dini adalah menstimulasi

perkembangan kemampuan motorik anak.

Gerakan latihan yoga āsana untuk anak

disesuiakan dengan kemampuan anak

yang dilakukan sambil bermain agar anak

merasa senang dan tidak terbebani.

Page 10: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

40 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

Adapun tahapan dalam latihan

yoga āsana yaitu:

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan, anak

diajarkan untuk mempersiapkan

diri dan lingkungannya sebelum

melakukan latihan yoga āsana.

Persiapan lingkungan yang

dilakukan dapat berupa mengajak

anak untuk menciptakan

lingkungan yang bersih dan

kondusif untuk berlatih yoga

dengan cara sambil bermain.

Setelah persiapan lingkungan,

dilanjutkan dengan persiapan diri

anak untuk berlatih yoga. Dalam

persiapan diri ini, kita dapat

menjelaskan pada anak kegiatan

latihan yoga āsana yang akan

dilakukan dengan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti

oleh anak.

2. Doa pembuka

Tahap kedua adalah doa pembuka.

Pada tahap ini, kita akan mengajak

anak untuk melakukan doa

sebelum melakukan sesuatu dalam

hal ini adalah berlatih yoga āsana.

Dengan doa pembuka ini kita

mengajarkan anak untuk terbiasa

berdoa sebelum memulai kegiatan

apapun.

3. Pemanasan

Tahap ketiga adalah gerakan

pemanasan. Gerakan pemanasan

yang dilakukan dalam latihan yoga

āsana ini adalah gerakan awal

untuk mempersiapkan tubuh anak

dalam melakukan gerakan inti

āsana. Gerakan pemanasan

dilakukan mulai dari leher, bahu,

lutut, kaki, serta mempersiapkan

tulang belakang dengan posisi

duduk dan berdiri. Keterampilan

motorik kasar yang dilatih dalam

tahap pemanasan yaitu melatih

fleksibilitas anak, meningkatkan

rentang gerak anak melalui

gerakan sendi, meningkatkan

kinerja aktivitas fisik dengan

mempersiapkan otot-otot,

meningkatkan aliran darah ke otot,

memperbaiki postur tubuh, dan

meningkatkan koordinasi anggota

tubuh anak (Astuti, 2020a).

Gerakan dalam pemanasan ini

dapat dipilih sesuai dengan usia

dan kondisi tubuh anak yang

dilakukan dengan cara sambil

bermain.

4. Gerakan inti āsana

Selanjutnya adalah memasuki

gerakan inti latihan yoga āsana.

Sama seperti gerakan pemanasan,

gerakan inti āsana juga dipilihkan

sesuai dengan usia dan kondisi

tubuh anak. Gerakan inti āsana

yang dipilih dapat berupa

menirukan gerakan-gerakan benda

atau binatang yang ada di sekitar

anak, sehingga memudahkan anak

untuk melakukan gerak tersebut.

Manfaat yang dapat dirasakan oleh

anak dalam gerakan inti āsana

berhubungan dengan otot dan

saraf. Salah satu gerakan inti āsana

yang dapat dilakukan oleh anak-

anak adalah Suryanamaskara.

Gerakan ini dapat melatih

kelenturan otot di belakang lutut,

memperkuat otot lengan,

punggung, perut, bahu dan kaki.

Pada tulang anak, gerakan ini

dapat meningkatkan kelenturan

tulang belakang dan tulang leher,

menyelaraskan urat saraf tulang

belakang, memberikan saraf-saraf

tersebut aliran darah yang optimal,

Page 11: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

p-ISSN 2549-7928 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA 41 e-ISSN 2621-1017 Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42

serta memperbaiki tulang belakang

yang bungkuk. Selain itu, gerakan

ini dapat meningkatkan koordinasi

anggota tubuh anak, memperbaiki

postur serta meningkatkan

kelenturan tubuh anak (Astuti,

2020a).

5. Rileksasi

Tahap rileksasi merupakan tahap

latihan yoga āsana dengan

gerakan untuk membuat tubuh

anak merasa rileks setelah

melakukan gerakan inti dari

latihan yoga āsana.

6. Latihan pernafasan

Tahap setelah rileksasi adalah

latihan pernafasan. Latihan

pernafasan baik diajarkan pada

anak sedini mungkin. Selain untuk

mengoptimalkan oksigen yang

masuk ke tubuh, latihan

pernafasan juga mampu

melancarkan sirkulasi darah ke

seluruh tubuh termasuk ke otak.

Lancarnya sirkulasi darah ke otak

dapat meningkatkan sistem kerja

otak termasuk meningkatkan

kemampuan motorik anak, karena

kemampuan motorik anak

dikoordinasikan oleh otak dan

sistem saraf untuk menggerakkan

otot-otot anak.

7. Meditasi sederhana

Setelah pelaksanaan latihan

pernafasan, dilanjutkan dengan

tahap meditasi. Meditasi yang

dilakukan untuk usia dini adalah

meditasi sederhana. Meditasi

sederhana dapat berupa aktivitas

untuk mengajak anak tersenyum

dan bersyukur atas kehidupannya

saat ini. Meditasi sederhana ini

mampu meningkatkan rasa

percaya diri anak untuk mampu

melakukan segala aktivitasnya

secara mandiri.

8. Doa penutup

Tahap terakhir dalam latihan yoga

āsana adalah doa penutup. Dalam

doa penutup ini kita mengajak

anak untuk selalu berterima kasih

kepada Tuhan Yang Maha Esa

setelah melakukan kegiatan

apapun. Doa penutup ini

diharapkan mampu emningkatkan

rasa syukur anak terhadap

kehidupannya.

Berdasarkan penjelasan dari tahapan

latihan yoga āsana di atas dapat dilihat

manfaat latihan yoga āsana untuk

kesehatan anak secara menyeluruh. Hal

tersebut menjelaskan bahwa latihan yoga

āsana sangat baik bagi anak terutama

dalam masa pertumbuhan dan

perkembangannya, dengan catatan asupan

gizi anak terpenuhi sesuai kebutuhannya

(Kinasih, 2010). Yoga yang dilaksanakan

secara disiplin dan teratur tidak hanya

bermanfaat untuk kesegaran jasmani dan

rohani, melainkan juga bermanfaat dalam

proses tumbuh kembang anak (Astuti,

2020b). Dalam delapan tahapan yoga

(Astangga Yoga) telah dijelaskan

bagaimana yoga mampu meningkatkan

kesehatan manusia seutuhnya baik secara

fisik-psikis-sosial-spiritual, sesuai dengan

definisi sehat menurut World Health

Organization (WHO) maupun sehat

berdasarkan Undang-Undang Kesehatan

Indonesia. Melalui pelaksanaan latihan

yoga sejak dini pada anak-anak yang

dilaksanakan secara disiplin dan teratur,

dapat menstimulasi perkembangan

kemampuan motorik anak. Stimulasi yang

baik sesuai dengan kebutuhan anak pada

tahapan usianya diharapkan mampu

mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak selanjutnya. Hal ini

Page 12: Meningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui

42 PURWADITA: JURNAL AGAMA DAN BUDAYA p-ISSN 2549-7928

Vol. 5, No. 1, Maret 2021, pp. 31-42 e-ISSN 2621-1017

diharapkan mampu membangun sumber

daya manusia seutuhnya sesuai dengan

hakekat penyelenggaraan visi

pembangunan nasional. Sumber daya

manusia yang baik akan menghasilkan

kualitas Negara yang baik pula.

SIMPULAN

Anak usia dini sedang dalam masa

emas (golden age) dimana anak sedang

mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat, baik secara

fisik maupun psikis. Perkembangan fisik

seorang anak erat kaitannya dengan

perkembangan motoriknya yang salah

satunya ditentukan oleh kemampuan

gerak anak yang berikutnya akan

menentukan keterampilan anak dalam

bergerak dan secara tidak langsung akan

mempengaruhi cara pandang anak

terhadap kemampuan dirinya dan

meningkatkan kemandirian anak dalam

menjalani kehidupannya. Demikian

pentingnya kemampuan motorik anak

sehingga diperlukan stimulus dalam

perkembangan kemampuan motoriknya,

salah satunya adalah dengan latihan yoga

āsana. Gerakan-gerakan dalam yoga

āsana yang dilakukan dengan disiplin dan

teratur oleh anak sejak dini dapat

merangsang pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga dapat

meningkatkan kemampuan motorik anak.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. P. . (2020a). Optimalisasi

Keterampilan Fisik Motorik Kasar

Anak dengan Latihan Yoga Asana di

Tengah Pandemi Covid-19. PAJAR

(Pendidikan Dan Pengajaran), 4(5).

Astuti, N. P. . (2020b). Yoga Asana Untuk

Anak Usia Sekolah Dasar. Badung:

NILACAKRA.

Depdiknas. (2007). Pedoman

Pembelajaran Bidang

Pengembangan Fisik/Motorik di

Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 137

Tahun 2014. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Kinasih, A. S. (2010). Pengaruh Latihan

Yoga Terhadap Peningkatan Kualitas

Hidup. Buletin Psikologi, 18(1).

Komaini, A. (2018). Kemampuan Motorik

Anak Usia Dini. Depok: PT

Rajagrafindo Persada.

Saraswatī, S. S. P. (2005). Pātañjali Rāja

Yoga. Surabaya: Paramita.

Somvir. (2010). Mari Beryoga. Denpasar:

Bali-India Foundation.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suryana, D. (2014). Hakikat Anak Usia

Dini. In Dasar-Dasar Pendidikan TK

(pp. 1–65). Jakarta: Universitas

Terbuka.

Telles, S., & Singh, N. (2018). Research-

Based Perspectives on the

Psychophysiology of Yoga. In

Advances in Medical Diagnosis,

Treatment, and Care (AMDTC).

United States of America: IGI

Global.

Tim Penyusun. (2014). Kamus Bali-

Indonesia Beraksara Bali dan Latin.

Denpasar: Badan Pembina Bahasa,

Aksara, dan Sastra Bali Kerjasama

Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

Zoetmulder, P. & Robson, S. (2006).

Kamus Jawa Kuna Indonesia.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.