18
1 Islam dan Pluralisme MENGUNGKAP PERADABAN PLURALITAS BERAGAMA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Prasetyo Umar Firdianto Mahasiswa/Taruna Jurusan Meteorologi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tangerang Selatan Abstrak Pluralitas atau keberagaman khususnya dalam beragama bukanlah suatu hal yang asing lagi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Akibatnya, kemungkinan besar dapat menimbulkan rawannya konflik yang terjadi antar umat beragama di desa setempat. Masyarakat di daerah tersebut cenderung semakin berkembang meskipun pluralitas beragama yang ada di sana terlihat sangat menonjol di banding daerah lain di Kabupaten Lamongan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pemahaman penduduk setempat mengenai munculnya pluralitas beragama, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pluralitas beragama, untuk mengetahui interaksi yang ditimbulkan akibat pluralitas beragama, dan perkembangan pluralitas beragama dalam bidang agama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kami menggunakan beberapa metode penelitian yaitu, metode literatur, metode penyebaran angket, wawancara langsung, observasi, dan dokumentasi. Munculnya pluralitas beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh peristiwa G 30S PKI dengan dapat diketahui secara jelas oleh masyarakat yang usianya diatas 1965. Adanya faktor-faktor dan interaksi yang menyebabkan pluralitas beragama. Akibatnya timbul perkembangan dalam bidang agama yang bersifat membangun dengan dilandasi rasa toleransi yang tinggi. 1. Pendahuluan Latar Belakang Pluralitas atau keberagaman khususnya dalam beragama bukanlah suatu hal yang asing lagi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Akibat adanya pluralitas dalam beragama tersebut kemungkinan besar dapat menimbulkan berbagai dampak, salah satunya rawannya konflik yang terjadi antar umat beragama di desa setempat. Namun

Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pluralitas atau keberagaman khususnya dalam beragama bukanlah suatu hal yang asing lagi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Akibatnya, kemungkinan besar dapat menimbulkan rawannya konflik yang terjadi antar umat beragama di desa setempat. Masyarakat di daerah tersebut cenderung semakin berkembang meskipun pluralitas beragama yang ada di sana terlihat sangat menonjol di banding daerah lain di Kabupaten Lamongan. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pemahaman penduduk setempat mengenai munculnya pluralitas beragama, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pluralitas beragama, untuk mengetahui interaksi yang ditimbulkan akibat pluralitas beragama, dan perkembangan pluralitas beragama dalam bidang agama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kami menggunakan beberapa metode penelitian yaitu, metode literatur, metode penyebaran angket, wawancara langsung, observasi, dan dokumentasi. Munculnya pluralitas beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh peristiwa G 30S PKI dengan dapat diketahui secara jelas oleh masyarakat yang usianya diatas 1965. Adanya faktor-faktor dan interaksi yang menyebabkan pluralitas beragama. Akibatnya timbul perkembangan dalam bidang agama yang bersifat membangun dengan dilandasi rasa toleransi yang tinggi.

Citation preview

Page 1: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

1

Islam dan Pluralisme

MENGUNGKAP PERADABAN PLURALITAS

BERAGAMA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Prasetyo Umar Firdianto

Mahasiswa/Taruna Jurusan Meteorologi

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Tangerang Selatan

Abstrak

Pluralitas atau keberagaman khususnya dalam beragama bukanlah suatu hal yang asing

lagi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di Desa Balun Kecamatan

Turi Kabupaten Lamongan. Akibatnya, kemungkinan besar dapat menimbulkan rawannya

konflik yang terjadi antar umat beragama di desa setempat. Masyarakat di daerah tersebut

cenderung semakin berkembang meskipun pluralitas beragama yang ada di sana terlihat

sangat menonjol di banding daerah lain di Kabupaten Lamongan. Tujuan penulisan ini untuk

mengetahui pemahaman penduduk setempat mengenai munculnya pluralitas beragama,

untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pluralitas beragama, untuk mengetahui

interaksi yang ditimbulkan akibat pluralitas beragama, dan perkembangan pluralitas

beragama dalam bidang agama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka kami menggunakan beberapa metode penelitian yaitu,

metode literatur, metode penyebaran angket, wawancara langsung, observasi, dan

dokumentasi. Munculnya pluralitas beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan dipengaruhi oleh peristiwa G 30S PKI dengan dapat diketahui secara jelas oleh

masyarakat yang usianya diatas 1965. Adanya faktor-faktor dan interaksi yang menyebabkan

pluralitas beragama. Akibatnya timbul perkembangan dalam bidang agama yang bersifat

membangun dengan dilandasi rasa toleransi yang tinggi.

1. Pendahuluan

Latar Belakang

Pluralitas atau keberagaman

khususnya dalam beragama bukanlah suatu

hal yang asing lagi dalam kehidupan

masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan. Akibat adanya pluralitas dalam

beragama tersebut kemungkinan besar dapat

menimbulkan berbagai dampak, salah

satunya rawannya konflik yang terjadi antar

umat beragama di desa setempat. Namun

Page 2: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

2

sebaliknya, akan timbul sebuah integrasi

sosial di dalam masyarakat bila masing-

masing individu saling menumbuhkan rasa

toleransi sehingga tercipta kerukunan antar

umat beragama di daerah tersebut.

Kondisi itu bisa tergambar dalam

atmosfer masyarakat di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan yang

memiliki peradaban yang khas ditinjau dari

aspek agamanya. Masyarakat di daerah

tersebut cenderung semakin berkembang

meskipun pluralitas beragama yang ada di

sana terlihat sangat menonjol di banding

daerah lain di Kabupaten Lamongan.

Dengan mengungkap peradaban dan

mengetahui asal-usul berkembangnya tiga

agama besar yaitu agama Islam, Kristen, dan

Hindhu di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan, diharapkan informasi

serta kajian yang telah diperoleh mampu

berperan dalam mengembangkan rasa

toleransi dan kebersamaan antar umat

beragama yang sudah semakin berkurang di

daerah Lamongan khususnya, dan Indonesia

umumnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah

yang ada, maka perumusan masalah yang

diteliti dalam tulisan ilmiah ini dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman penduduk

setempat mengenai munculnya pluralitas

beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan?

b. Apa faktor-faktor yang menyebabkan

pluralitas beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan?

c. Bagaimana interaksi yang ditimbulkan

dengan adanya pluralitas beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan?

d. Bagaimana perkembangan pluralitas

beragama dalam bidang agama di Desa

Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan?

Tujuan

Sedangkan, dalam penulisan ini ada

beberapa tujuan yang ingin di dapat, antara

lain:

a. Tujuan Umum : Untuk mengetahui

pemahaman penduduk setempat

mengenai munculnya pluralitas beragama

di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan, untuk mengetahui

faktor-faktor yang menyebabkan

pluralitas beragama di daerah tersebut,

untuk mengetahui interaksi yang

ditimbulkan dengan adanya pluralitas

beragama di daerah tersebut, untuk

mengetahui perkembangan pluralitas

beragama dalam bidang agama di daerah

tersebut.

b. Tujuan Khusus : Dalam Penulisan ini,

diharapkan dapat digunakan oleh

khalayak yang ingin mengetahui tentang

pluralitas beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

sebagai penerapan rasa toleransi

Page 3: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

3

antarumat beragama. Selain itu, penulisan

ini ditujukan untuk mengikuti Festival

Tulisan Ilmiah (Studi Islam

Kontemporer).

2. Kajian Pustaka

Pengertian Pluralitas

Pluralitas dimaknai dengan

keberagaman. Sebagaimana istilah,

Kebhinekaan. Yakni Indonesia ini memang

sangat plural. Apa yang dimaksud plural?

Secara umum Al Qur’an juga menyebut

dalam QS Ar Ruum:22.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya

ialah penciptaan langit dan bumi dan

berlainan bahasamu dan warna kulitmu.

Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda bagi orang-

orang yang mengetahui.”

Kemudian dalam QS Al Hujurat:13.

“Hai manusia, sesungguhNya kami telah

menciptakan kalian dari seorang laki-laki

dan perempuan, lalu menjadikan kalian

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar

kalian saling mengenal.”

Ayat-ayat dalam Al Qur’an ini pun

menunujukkan bahwa keberagaman suku,

bangsa, bahasa, warna kulit adalah hal yang

menjadi sunnatullah. Ini yang dikatakan

pluralitas. Jadi pluralitas adalah sunnatullah.

Sebagaimana di Indonesia ada suku Jawa,

Bugis, Sunda, Dayak, Melayu ataupun

Madura. Indonesia memiliki etnis dan

bahasa yang berbeda.

Pluralitas yang Sejalan dengan Islam

Islam mengakui pluralitas,

sebagaimana dalam QS Al-Hujurat dan Ar-

Ruum. Islam mengakui adanya perbedaan

bangsa dan suku, etnis dan bahasa.

Keragaman ini tidak bisa dihapus. Tapi

Islam mampu mengatasi keragaman atau

perbedaan ini. Sebagaimana telah di

firmankan oleh Allah swt bahwa Islam

adalah agama yang ditujukan bagi seluruh

umat manusia. Dalam QS Al A’raf: 158

إليكم جميعا قل يا أيها الناس إن ي رسول الل

ت والرض ل إله إل هو الذي له ملك السماوا

يحيي ورسوله النبي ويميت فآمنوا بالل

وكلماته واتبعوه لعلكم الذي يؤمن بالل ي الم

(158) تهتدون

“Katakanlah! ‘Hai manusia, sesungguhnya

aku adalah utusan Allah kepadamu semua,

yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit

dan bumi. Tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Dia, Yang menghidupkan

dan mematikan, maka berimanlah kamu

kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang

ummi yang beriman kepada Allah dan

Page 4: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

4

kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-

Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu

mendapat petunjuk.” (QS. Al A’raf: 158)

Yang kedua, bukti Islam mampu

mengatasi keragaman adalah pernah

diterapkannya Islam ke seluruh masyarakat.

Pada abad ke-8 hingga awal abad ke-20,

Islam meliputi tiga benua. Sewaktu itu di

bawah kepemimpinan Bani Umayyah

hingga Bani Utsmaniyah. Di Andalusia (kini

Spanyol dan Portugis), Islam menaungi tiga

umat. Yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.

Demikian juga di Yerusalem dan seluruh

bagian dunia Islam, termasuk di Indonesia.

Saat itu berbagai suku, etnis, bahkan agama,

hidup berdampingan secara damai.

Dari keterangan di atas dapat

disimpulkan bahwa pluralitas agama adalah

sebuah kenyataan bahwa di negara atau

daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk

agama yang hidup secara berdampingan.

Identifikasi Lokasi

Desa Balun merupakan salah satu

desa yang berada di wilayah Kecamatan

Turi, salah satu Kecamatan yang berada di

bagian tengah utara Kabupaten Lamongan,

Provinsi Jawa Timur.

Kondisi geografis Desa Balun

mempunyai luas 621.103 Ha yang meliputi:

a. Luas Sawah : 350.603 Ha

b. Luas Tegal : 52 Ha

c. Luas Pekarangan : 36 Ha

d. Luas Lain lain : 2,5 Ha

Adapun Desa Balun meliputi batas

batas Desa sebagai berikut :

a. Utara : Desa Ngujungrejo

b. Timur : Desa Gedongboyo Untung

c. Selatan : Kelurahan Sukorejo

(Kecamatan Lamongan Kota)

d. Barat : Desa Tambak Ploso.

Jumlah penduduk Desa Balun pada

akhir tahun 2010 adalah 4.730 jiwa yang

terdiri dari :

a. Laki laki : 2.322 jiwa

b. Perempuan : 2.408 jiwa

c. Jumlah Kepala Keluarga : 1.134 Kepala

Keluarga

Berdasarkan aspek keagamaan, maka

penduduk Desa Balun memeluk tiga agama,

yakni :

a. Islam : 3.760 jiwa

b. Kristen Protestan : 688 jiwa

c. Hindu : 282 jiwa.

Sejarah

Desa Balun merupakan salah satu

desa tua yang sarat dengan berbagai nilai

sejarah, termasuk tentang penyebaran Islam

oleh para santri murid Walisongo dan masih

terkait dengan sejarah hari jadi Kota

Lamongan. Balun berasal dari nama “Mbah

Alun” seorang tokoh yang mengabdi dan

berperan besar terhadap terbentuknya desa

Balun sejak tahun 1600-an. Mbah Alun yang

dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau

Mbah Sin Arih konon adalah Raja

Blambangan bernama Bedande Sakte

Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang

Page 5: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

5

Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574.

Dia merupakan anak dari Minak Lumpat

yang menurut buku babat sembar adalah

keturunan Lembu Miruda dari Majapahit

(Brawijaya).

Mbah Alun belajar mengaji di bawah

asuhan Sunan Giri IV (Sunan Prapen).

Selesai mengaji beliau kembali ke tempat

asalnya untuk menyiarkan agama Islam

sebelum diangkat menjadi Raja

Blambangan. Selama pemerintahannya

(tahun 1633-1639) Blambangan

mendapatkan serangan dari Mataram dan

Belanda hingga kedaton Blambangan

hancur. Saat itu Sunan tawang Alun

melarikan diri ke arah barat menuju

Brondong untuk mencari perlindungan dari

anaknya yaitu Ki Lanang Dhangiran (Sunan

Brondong), lalu diberi tempat di desa kuno

bernama Candipari (kini menjadi desa

Balun) untuk bersembunyi dari kejaran

musuh. Disinilah Sunan Tawang Alun I

mulai mengajar mengaji dan menyiarkan

ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654

berusia 80 tahun sebagai seorang

Waliyullah. Sebab menyembunyikan

identitasnya sebagai Raja, maka beliau

dikenal sebagai seorang ulama dengan

sebutan Raden Alun atau Sin Arih. Sunan

Tawang Alun I sebagai ulama hasil

gemblengan Pesantren Giri Kedaton ini

menguasai ilmu Laduni, Fiqh, Tafsir, Syariat

dan Tasawuf. Sehingga dalam dirinya

dikenal tegas, kesatria, cerdas, Alim, Arif,

persuatif, dan yang terkenal adalah sifat

toleransinya terhadap orang lain, terhadap

budaya lokal dan toleransinya terhadap

agama lain.

Desa tempat makam Mbah Alun ini

kemudian disebut Desa Mbah Alun dan kini

Menjadi Desa Balun, Kecamatan Turi. Dan

makamnya sampai sekarang masih banyak

di ziarahi oleh orang-orang dari daerah lain,

apalagi bila hari Jum’at kliwon banyak

sekali rombongan-rombongan peziarah yang

datang ke Desa Balun.

Pasca G 30S PKI tepatnya tahun

1967 Kristen dan Hindu mulai masuk dan

berkembang di Desa Balun. Berawal dari

adanya pembersihan pada orang-orang yang

terlibat dengan PKI termasuk para pamong

desa yang diduga terlibat. Akibatnya terjadi

kekosongan kepala desa dan perangkatnya.

Maka untuk menjaga dan menjalankan

pemerintahan desa ditunjuklah seorang

prajurit untuk menjadi pejabat sementara di

desa Balun. Prajurit tersebut bernama Pak

Marthin Batih yang beragama Kristen. Dari

sinilah Kristen mulai dapat pengikut,

kemudian pak Batih mengambil teman dan

pendeta untuk membabtis para pemeluk

baru. Karena sikap keterbukaan dan

toleransi yang tinggi dalam masyarakat

Balun maka penetrasi Kristen tidak

menimbulkan gejolak. Di samping itu

kristen tidak melakukan dakwa dengan

ancaman atau kekerasan.

Page 6: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

6

Pada tahun yang sama yakni 1967

juga masuk pembawa agama Hindu yang

datang dari desa sebelah, yaitu Plosowahyu.

Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak

Tahardono Sasmito. Agama Hindu inipun

tidak membawa gejolak pada masyarakat

umumnya. Masuknya seseorang pada agama

baru lebih pada awalnya lebih disebabkan

oleh ketertarikan pribadi tanpa ada paksaan.

Sebagai agama pendatang di desa Balun,

Kristen dan Hindu berkembang secara

perlahan-lahan. Mulai melakukan

sembahyang di rumah tokoh-tokoh agama

mereka, kemudian pertambahan pemeluk

baru dan dengan semangat swadaya yang

tinggi mulai membangun tempat ibadah

sederhana dan setelah melewati tahap-tahap

perkembangan sampai akhirnya berdirilah

Gereja dan Pura yang megah.

Adat dan Kebudayaan

Masyarakat Muslim di Desa Balun

biasanya mengadakan acara selamatan

menyambut bulan Romadhon dan selamatan

sebelum hari raya umat Islam. Bagi yang

bukan agama Islam juga ikut mengadakan

selamatan, hal ini lebih dimaksudkan atau

dimaknai sebagai tindakan sosial dari pada

tindakan religius sebab mereka bukan umat

Islam. Mereka memaknai untuk merekatkan

antar tetangga dan mengenai waktu mereka

selaraskan dengan pilihan umat Islam.

Selamatan untuk orang meninggal juga

masih dilakukan sebagian besar masyarakat

Balun, dan mengundang para tetangga dan

kerabat termasuk mereka yang beragama

Hindu dan Kristen. Bagi mereka memennuhi

undangan adalah sesuatu yang penting

karena disitu terdapat kontrol sosial yang

ketat. Bagi mereka yang tidak datang harus

pamitan sebelum atau sesudahnya.

Kebiasaan lain dari masyarakat

Balun ini adalah penyambutan bulan

Agustus yang dimeriahkan dengan banyak

acara yang biasanya atas inisiatif atau arahan

pihak desa. Untuk Agustus tahun ini acara

yang diadakan dalam lingkup desa dan

mencakup semua masyarakat adalah pentas

seni dan donor darah masal yang di pelopori

oleh kalangan pemuda (karang taruna ).

Sebagai ciri khas masyarakat yang multi

agama adalah seni yang dimainkan dalam

pentas seni. Adanya kolaborasi dari tri-

agama, dimana Islam dengan seni bermain

terbang, kristen dengan band, dan hindu

dengan gamelannya.

Kehidupan Beragama

Dalam berbagai kegiatan

pemerintahan desa, Forum Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa

(Musrenbang), Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangkah Menengah Desa

(RPJMDes), penyusunan APBDes dan

sebagainya, pihak pemerintah Desa turut

mengundang partisipasi warga, khususnya

wakil-wakil tokoh agama untuk terlibat.

Bahkan dalam APBDes, terdapat sejumlah

anggaran untuk pemberian insentif bagi

Page 7: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

7

tokoh agama di samping anggaran untuk

pembangunan desa.

Pemberian insentif ini sebagai

bentuk kepedulian atas jasa tokoh agama

dalam meningkatkan toleransi

antarpenganut agama. Perhatian terhadap

Karang Taruna juga dinilai sangat penting

mengingat pemuda dapat menjadi potensi

terjadinya konflik. Di Balun sendiri sekitar

tahun 2001 hingga 2003 pernah terjadi

konflik antar RT (Rukun Tetangga) namun

konflik tersebut tidak dinilai sebagai konflik

antaragama. Sebab pada 17 Juni 1998, telah

terjadi kesepakatan atau komitmen seluruh

warga Dusun Balun agar menjaga dan

mengembangkan kerukunan atau toleransi

antarpenganut agama.

Pluralitas Beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

Desa Balun merupakan salah satu

wilayah yang unik di Kabupatn Lamongan.

Disana terdapat beranekaragam agama yang

dipeluk warganya masing-masing, yaitu

agama islam, kristen protestan dan Hindu.

Setiap warga mempunyai kebebasan

memilih agama yang dianut tanpa ada

aturan-aturan yang mengikat. Karena sudah

terbentuknya rasa toleransi yang tinggi antar

warga desa.

Dalam menjalani kehidupan sehari-

hari, mereka saling berdampingan satu sama

lain tanpa menimbulkan konflik antar

pemeluk agama. Di sana mereka diatur oleh

pemerintah desa yang mengelola tata aturan

setiap agama masing-masing. Ini dapat

dibutktikan dengan kesepakatan atau

komitmen seluruh warga Dusun Balun agar

menjaga dan mengembangkan kerukunan

atau toleransi antar penganut agama pada

pada 17 Juni 1998. Masing-masing dari

mereka saling menjaga. Begitu pula tidak

ada pengelompokan tempat tinggal

berdasarkan agama, mereka campur dan

menyebar merata.

Interaksi sosial yang demikian itu

melahirkan budaya-budaya yang khas, serta

budaya asli juga dapat memengaruhi

interaksi multi agama yang terjadi. Interaksi

sosial yang demikian itu melahirkan

interpretasi pada simbol-simbol budaya

berbeda dengan daerah lain. Suatu misal

pada saat datang kehajatan untuk

menyumbang atau membantu para

perempuan banyak yang memakai kerudung

(bukan jilbab) dan bapak-bapak banyak yang

memakai songkok atau kopyah, padahal

agama mereka belum tentu Islam

sebagaimana pada masyarakat yang lain. Hal

ini berarti kerudung dan kopyah lebih berarti

sebagai simbol budaya yang

diinterpretasikan menghormati pesta hajatan

atau acara ngaturi.

Page 8: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

8

3. Metode

Dalam menyusun karya ini, penulis

menggunakan beberapa metode penulisan,

yaitu :

a. Metode Literatur : Kami mengambil

sumber dari internet dan buku-buku yang

relevan tentang peradaban pluralitas

beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan.

b. Metode Penyebaran Angket : Yaitu

dengan menyebarkan angket yang berisi

beberapa pertanyaan mengenai

peradaban pluralitas beragama di Desa

Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

c. Metode Wawancara Langsung : Kami

melakukan wawancara dengan beberapa

warga dan Kepala Desa Balun tentang

peradaban pluralitas beragama di Desa

Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

d. Metode Observasi : Yaitu dengan melihat

dan mengamati masyarakat tentang

peradaban pluralitas beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

Teknik analisa dan intepretasi data

penulisan mengacu pada beberapa objek,

yaitu adanya pemahaman penduduk

setempat tentang asal-usul pluralitas

beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan, adanya faktor-faktor

yang mnyebabkan pluralitas beragama di

daerah tersebut. Adanya interaksi yang

ditimbulkan akibat pluralitas beragama di

daerah tersebut, untuk mengetahui

perkembangan pluralitas beragama dalam

bidang agama di daerah tersebut.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah daftar pertanyaan

wawancara langsung dan penyebaran angket

dengan warga Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan, yaitu :

a. Pertanyaan angket dengan 25 Responden

tentang pemahaman penduduk setempat

mengenai munculnya pluralitas beragama

di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan.

Pertanyaan 1 :

Apakah Anda mengetahui munculnya

keberagaman agama di Desa Balun?

Pertanyaan 2 :

Apakah perlu mengetahui tentang

munculnya keberagaman agama di

Desa Balun?

Pertanyaan 3 :

Apakah ada yang memberi informasi

tentang munculnya keberagaman

agama di Desa Balun?

b. Pertanyaan wawancara dengan 4

responden tentang pemahaman penduduk

setempat mengenai munculnya pluralitas

beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan.

Page 9: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

9

Pertanyaan 1 :

Apa yang anda ketahui tentang asal-

usul pluralitas beragama di Desa

Balun?

Pertanyaan 2 :

Dari mana Anda mengetahui

informasi tentang asal usul pluralitas

beragama di Desa Balun?

c. Pertanyaan wawancara dengan 4

responden tentang faktor-faktor yang

menyebabkan pluralitas beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

Pertanyaan :

Apa fakor-faktor yang menyebabkan

terjadinya pluralitas beragama di Desa

Balun?

d. Pertanyaan Angket dengan 25 Responden

tentang Interaksi yang Ditimbulkan

dengan adanya Pluralitas Beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan.

Pertanyaan 1 :

Apakah Anda merasa terganggu

dengan adanya perbedaan agama di

lingkungan sekitar Anda tersebut?

Pertanyaan 2 :

Apakah sering muncul kesenjangan

sosial antar umat beragama?

Pertanyaan 3 :

Apakah terdapat dampak positif

dengan adanya keberagaman agama di

Desa Balun?

Pertanyaan 4 :

Apakah terdapat dampak negatif

dengan adanya keberagaman agama di

Desa Balun?

Pertanyaan 5 :

Apakah terdapat organisasi formal di

Desa Balun yang menangani

keberagaman agama?

e. Pertanyaan wawancara dengan 4

responden tentang interaksi yang

ditimbulkan dengan adanya pluralitas

beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan.

Pertanyaan 1 :

Bagaimana cara Anda berinteraksi

dengan warga lain yang berbeda

agama di Desa Balun?

Pertanyaan 2 :

Bagaimana dampak yang timbul dari

interaksi yang Anda lakukan terhadap

warga lain yang berbeda agama di

Desa Balun?

f. Pertanyaan wawancara dengan 4

responden tentang perkembangan

pluralitas beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

Pertanyaan :

Bagaimana upaya pemerintah Desa

Balun dan Kabupaten Lamongan

dalam hal pembangunan tempat

ibadah di Desa Balun?

Dalam penulisan ini, kami mengambil

data kualitatif tentang pluralitas beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Page 10: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

10

Lamongan dengan metode wawancara

langsung dan penyebaran angket.

a. Metode wawancara dengan 4 responden

1) Responden 1

Nama : Sudarjo

Umur : 40 tahun

Agama : Islam

Status : Kepala Desa Balun

2) Responden 2

Nama : Suwito

Umur : 49 tahun

Status : Tokoh agama Islam Desa

Balun

3) Responden 3

Nama : Sutrisno

Umur : 51 tahun

Status : Tokoh agama Kristen Desa

Balun

4) Responden 4

Nama : Tadi

Umur : 45 tahun

Status : Tokoh agama Hindu Desa

Balun

b. Metode wawancara dengan 25 responden

Tabel 1

Daftar 25 Responden Pengisi Angket

di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan

No. Nama Umur Agama

1. Sulaiman 54 tahun Islam

2. Iqrob 53 tahun Islam

3. Totong 46 tahun Islam

4. Karsono 40 tahun Islam

5. Wati 31 tahun Islam

6. Slamet 58 tahun Islam

7. Suwito 38 tahun Islam

8. Basuki 43 tahun Islam

9. Lilis 34 tahun Islam

10. Mulyono 51 tahun Islam

11. Fatoni 51 tahun Islam

12. Hilmi 21 tahun Islam

13. Vika 25 tahun Islam

14. Iwan 38 tahun Islam

15. Kasmolan 42 tahun Islam

16. Sanjaya 35 tahun Kristen

17. Sukirno 46 tahun Kristen

18. Teguh 23 tahun Kristen

19. Mariono 41 tahun Kristen

20. Misnah 41 tahun Kristen

21. Ria 24 tahun Kristen

22. Tami 29 tahun Hindu

23. Wadi 59 tahun Hindu

24. Dede 30 tahun Hindu

25. Seni 60 tahun Hindu

Page 11: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

11

4. Pembahasan

Jawaban Pertanyaan Angket dengan 25

Responden tentang pemahaman

penduduk setempat mengenai munculnya

pluralitas beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

Diagram 1

Berdasarkan Diagram 1 diketahui

bahwa jawaban masyarakat Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

sebanyak 25 responden adalah sebagai

berikut:

Sebanyak 5 orang memahami asal

usul pluralitas beragama di desa mereka, dan

sebanyak 20 orang sisanya tidak

mengetahui. Beberapa warga yang

mengetahui jelas akan sejarah tersebut yaitu

tokoh masing-masing agama.

Sebanyak 25 orang menjawab bahwa

mereka merasa perlu mengetahui munculnya

pluralitas agama di desa mereka. Banyak

warga yang menganjurkan agar pemahaman

atas munculnya pluralitas agama di Desa

Balun diberikan kepada para generasi muda.

Sebanyak 21 orang menjawab tidak

adanya informasi yang diberikan kepada

mereka mengenai munculnya pluralitas

beragama di Desa Balun. Dan 4 orang

lainnya menjawab ada. Sedangkan bagi

setiap orang yang mencoba berkunjung ke

Desa balun dan ingin untuk meneliti lebih

dalam, telah disiapkan sebuah brosur yang

memuat sejarah berdirinya Desa Balun.

Segala informasi yang ada dalam brosur

tersebut merupakan hasil penggalian sejarah

oleh Drs. H. Achmad Chambali.

Pembahasan Hasil Wawancara dengan 4

Responden tentang Pemahaman

Penduduk setempat mengenai

Munculnya Pluralitas Beragama di Desa

Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan

Masyarakat Desa Balun Kecamatan

Turi Kabupaten Lamongan kelahiran tahun

sebelum 1965 masih memungkinkan untuk

mengetahui riwayat munculnya tiga agama

di desa mereka. Sedangkan masyarakat

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan kelahiran tahun 1970 sampai

sekarang tidak mengetahui secara jelas

mengenai riwayat timbulnya pluralitas

agama tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Bapak Sutrisno (51 tahun) selaku

tokoh agama Kristen di Desa Balun, ketiga

agama tersebut masuk secara alami karena

pengaruh G 30 S/PKI yang menyebabkan

suasana Desa Balun mencekam. Seorang

prajurit Angkatan Darat bernama Pak Batih

kemudian mencoba untuk menetralkan

suasana Desa Balun dan berhasil. Setelah

5

25

4

20

0

21

0

10

20

30

PertanyaanNomor 1

PertanyaanNomor 2

PertanyaanNomor 3

Ya Tidak

Page 12: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

12

melalui tahap pemilihan, akhirnya beliau

diangkat menjadi kepala desa Balun pada

masa itu. Pak Bathi adalah seseorang

pemeluk agama Kristen Protestan sehingga

secara tidak sengaja membuat sebagian

warganya mengikuti agama yang dianutnya

tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Pak

Tadi (45 tahun) selaku tokoh agama Hindhu.

Asal mula masuknya agama Hindu di Desa

Balun diduga terjadi saat tahun 1969. Pada

masa itu, Pak Bathi sebagai kepala desa

kemudian menyuruh warga yang menganut

Aliran Budha Wisnu di desa Balun untuk

mencari induk agamanya, sehingga

muncullah agama Hindu di desa tersebut.

Pak Bathi juga memberikan kebebasan

kepada seluruh warganya untuk menganut

agama yang mereka yakini masing-masing,

dengan syarat agama tersebut telah disahkan

dan diakui oleh pemerintah.

Berdasarkan wawancara dengan

Bapak Kepala Desa Balun (Sudarjo, 45

tahun) Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan, pada tahun 1968-1969 agama

Kristen Protestan mulai masuk ke Desa

Balun. Selanjutnya pada tahun yang hampir

sama, agama Hindu menyebar ke Desa

Balun. Agama Hindu datang dari Desa

Plosowahyu (sekitar 2,5 km) dekatnya dari

Desa Balun.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Pak Suwito (49 tahun) selaku tokoh

agama Islam. Penyebaran agama Islam di

Desa Balun diduga muncul akibat pengaruh

Mbah Alun atau Mbah Sin Arih sebenarnya

adalah Raja Blambangan bernama Bedande

Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja

Tawang Alun I, yang lahir di Lumajang

tahun 1574. Mbah Alun belajar mengaji di

bawah asuhan Sunan Giri IV (Sunan

Prapen). Selesai mengaji beliau kembali ke

tempat asalnya untuk menyiarkan agama

Islam sebelum diangkat menjadi Raja

Blambangan. Selama pemerintahannya,

Blambangan mendapatkan serangan dari

Mataram dan Belanda hingga kedaton

Blambangan hancur. Saat itu Sunan tawang

Alun melarikan diri ke arah barat menuju

Brondong untuk mencari perlindungan dari

anaknya yaitu Ki Lanang Dhangiran (Sunan

Brondong), lalu diberi tempat di desa kuno

bernama Candipari (kini menjadi desa

Balun) untuk bersembunyi dari kejaran

musuh. Disinilah Sunan Tawang Alun I

mulai mengajar mengaji dan menyiarkan

ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654

berusia 80 tahun sebagai seorang

Waliyullah. Dalam dirinya dikenal tegas,

kesatria, cerdas, Alim, Arif, persuatif, dan

yang terkenal adalah sifat toleransinya

terhadap orang lain, terhadap budaya lokal

dan toleransinya terhadap agama lain.

Pembahasan Hasil Wawancara dengan 4

Responden tentang Faktor-faktor yang

Menyebabkan Pluralitas Beragama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan

Page 13: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

13

Hasil wawancara dari masing-

masing narasumber dapat dikelompokkan

menjadi beberapa poin.

Yakni hasil wawancara dari Pak

Sudarjo selaku Kepala Desa Balun saat ini,

dan wawancara dari Pak Tadi yang

menyimpulkan bahwa faktor-faktor

penyebab munculnya pluralitas beragama

disebabkan karena faktor alami. Maksud

dari faktor alami ini adalah, faktor nilai-nilai

yang tidak berbenturan yaitu Islam (NU),

Kristen (GKJW), dan Hindu.

Sedangkan Pak Sutrisno

menyimpulkan bahwa faktor munculnya

pluralitas agama di Desa Balun disebabkan

oleh masa pasca G 30S PKI, dimana agama

Kristen dan Hindu mulai masuk dan

berkembang di Desa Balun. Mada masa itu

terjadi pembersihan (pembunuhan) kepada

warga desa yang terlibat dalam PKI

termasuk para pamong desa. Akibatnya

terjadi kekosongan kepala desa dan

perangkatnya. Maka untuk menjaga dan

menjalankan pemerintahan desa, ditunjuklah

seorang prajurit sebagai pejabat sementara di

desa Balun. Prajurit tersebut bernama Pak

Bathi yang beragama Kristen. Dari sinilah

Kristen mulai memiliki pengikut. Karena

pengikut yang kian bertambah, pak Bathi

kemudian memanggil teman dan pendeta

untuk membabtis para pemeluk baru. Di

samping itu, kristen tidak melakukan

penyebaran agama dengan ancaman ataupun

kekerasan.

Tokoh agama Islam Desa Balun, Pak

Suwito menyimpulkan bahwa faktor

penyebab terjadinya pluralitas beragama di

Desa Balun terjadi karena struktur

masyarakat pedesaan yang masih

bergantung pada tokoh pemimpin desa. Hal

itu juga ditunjang dengan sikap keterbukaan

dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat

Desa Balun sehingga penetrasi agama

Kristen dan Hindu tidak menimbulkan

gejolak berarti. Umat Islam selaku penganut

agama asli di Desa tersebut juga berusaha

menjaga kerukunan antar umat sehingga

tidak menimbulkan terjadinya konflik.

Jawaban Pertanyaan Angket dengan 25

Responden tentang Interaksi yang

Ditimbulkan dengan Adanya Pluralitas

Beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan

Diagram 2

Berdasarkan Diagram 2, diketahui

bahwa sebenyak 25 responden tidak

merasakan adanya gangguan selama

berinteraksi dengan warga lain yang berbeda

agama.

Sebanyak 25 responden juga

menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan

0 0

25

06

25 25

0

2519

0

10

20

30

Ya Tidak

Page 14: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

14

sosial yang terjadi akibat pluralitas agama di

Desa Balun.

Sebanyak 25 responden menyatakan

bahwa interaksi yang terjadi antarwarga di

Desa balun menimbulkan dampak positif.

Yaitu berupa peningkatan pada aspek

agama. Dimana masyarakat setempat

mampu berinteraksi dengan mudah terhadap

warga lain yang berbeda agama. Interaksi

yang akrab tersebut juga sangat berpengaruh

dalam kemajuan komoditas produksi hasil

pertanian dan perikanan Desa Balun.

Sebanyak 25 responden juga

menyebut bahwa interaksi yang dilakukan

oleh masyarakat setempat tidak pernah

berdampak negatif.

Sebanyak 19 orang menyatakan

bahwa tidak terdapat organisasi formal yang

menangani keberagaman agama di Desa

Balun. Dan sebanyak 6 oranmg lainnya

menjawab ada.

Pembahasan Hasil Wawancara dengan 4

Responden tentang Interaksi yang

Ditimbulkan dengan Adanya Pluralitas

Beragama di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan

Beberapa interaksi unik yang hanya

terjadi ketika masing-masing agama

menjalani ritual, atau ketika menjelang

maupun saat perayaan hari besarnya masing-

masing diantaranya:

1. Pada bulan Ramadhan, masyarakat muslim

di Desa Balun mengadakan kegiatan

tadarus tidak lebih dari jam 10 malam,

karena takut menganggu waktu istirahat

warga lain.

2. Pada saat akan menjalani Nyepi, warga

Desa Balun yang beragama Hindu

mengadakan ritual Ogo-Ogo yang diarak

ke seluruh Desa Balun mulai jam 3 sore.

Jadi mereka yang tidak beragama Hindu

juga bisa melihat arak-arak tiap tahun

tersebut, sebelum akhirnya dibakar di

depan Pura.

3. Sering mengadakan kemah di lapangan

depan masjid Desa Balun. Dan pada saat

hari Natal tiba, semua warga Desa Balun

yang dibantu aparat kepolisian menjaga

Gereja dari kejadian yang tidak

diinginkan.

4. Apabila salah satu warga agama

mengadakan acara syukuran maka warga

Desa Balun khususnya tokoh masing-

masing agama akan diundang dalam

acara tersebut. Pemberian waktu kepada

tokoh tiap agama untuk menyampaikan

sambutan / kesan pesan terhadap acara

tersebut juga disediakan oleh penitia

penyelenggara acara.

Dampak positif yang timbul dari

interaksi antar umat beragama di Desa Balun

diantaranya :

1. Keadaan geografis Desa Balun yang

kebanyakan berupa pertanian dan tambak

membuat para warganya sering berembuk

untuk mencari solusi guna mengatasi

hama wereng dan permasalahan lainnya.

Page 15: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

15

2. Dalam kegiatan Karang Taruna Desa

Balun, para pemudanya tidak membatasi

diri untuk berkumpul dan bersosialisasi

dengan pemuda lain yang berbeda agama.

Hal ini menyebabkan para generasi muda

mampu menyadari sedari dini bahwa

perbedaan agama di desa mereka adalah

warisan turun temurun yang patut dijaga

bersama.

Pembahasan Hasil Wawancara dengan 4

Responden tentang Perkembangan

Pluralitas Beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

Selama ini pemerintah Kabupaten

Lamongan hanya memberikan bantuan

kepada masayarakat Desa Balun berupa

penjagaaan keamanan saat ada hari-hari

besar saja. Selebihnya, seperti pembangunan

tempat ibadah tiap agama warga desa, tokoh

agama dan perangkat desa mencoba

berusaha sendiri. Misalnya pengurusan surat

tanah yang digunakan sebagai tempat ibadah

umat Hindu baru tahun 2007 bisa

mendapatkan surat pengesahan tanah.

Sedangkan pendirian organisasi formal antar

umat beragama di Desa Balun belum ada.

Hal ini bukan sesuatu yang wajib dilakukan

bagi tiap agama. Karena mereka (per

individu) sadar akan keanekaragaman

agama tersebut sudah ada sejak puluhan

tahun lalu dan terus menjadi lambang desa

mereka.

Perenovasian pada tiap-tiap tempat

ibadah juga semakin giat dilakukan oleh

masyarakat setempat. Dikarenakan tidak

adanya bantuan dari pemerintah kabupaten

dalam hal pembangunan, maka masyarakat

Desa Balun berinisiatif untuk

mengumpulkan swadana.

5. Penutup

Dari penjelasan sebelumnya, dapat

kita ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan informasi yang diperoleh

dari narasumber atau tokoh agama di

Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan, masyarakat yang mengetahui

secara jelas akan asal-usul pluralitas

beragama di wilayah mereka adalah yang

lahir sebelum tahun 1965. Sedangkan

bagi masyarakat yang lahir setelah tahun

1970 hanya meneruskan kepercayaan

beragama yang dimiliki oleh orang tua

mereka masing-masing. Maka mayoritas

penduduk Desa Balun khususnya kaum

remaja tidak mengerti jelas tentang asal-

usul desa mereka.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan

pluralitas beragama di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan,

yaitu:

a. Terjadinya penumpasan anggota PKI

di Desa Balun yang menyebabkan

situasi di daerah tersebut mencekam.

Kemudian datang prajurit bernama

Batih yang merupakan pemeluk agama

Kristen Protestan. Beliau mencoba

Page 16: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

16

untuk mengamankan Desa Balun dan

akhirnya terpilih menjadi kepala desa

pada saat itu. Masyarakat yang

awalnya memeluk agama Islam

kemudian berganti memeluk agama

Kristen Protestan. Hal tersebut tanpa

ada paksaan dari Pak Batih.

b. Pada masa G 30S PKI, masyarakat di

Desa Balun diharuskan memeluk salah

satu agama.

c. Kemudahan akses masuk dan

perekrutan anggota organisasi

termasuk PKI, di daerah Balun. Hal ini

dikarenakan banyak pemeluk agama

Islam di Desa Balun yang hanya

menganut ‘Islam KTP’ sehingga

mudah terpengaruh oleh provokasi

dari luar.

d. Struktur masyarakat pedesaan yang

masih bergantung pada tokoh

pemimpin desa.

3. Interaksi unik terjadi ketika setiap agama

menjalani ritual menjelang hingga saat

hari besarnya masing-masing. Dampak

positif dari kegiatan interaksi tersebut

timbul secara alami dengan dukungan

faktor letak geografis Desa Balun yang

kebanyakan berupa tambak ikan air tawar

dan udang fanami. Antar warga secara

tidak langsung sering berdiskusi untuk

mencari solusi atas permasalahan

mengenai kegiatan pertanian dan

perikananan.

4. Perkembangan Desa Balun bisa terbilang

cukup pesat, terutama pada aspek agama.

Balun juga menjadi salah satu tempat

studi banding yang dikunjungi oleh

berbagai lembaga maupun institusi dari

dalam dan luar negeri. Mereka ingin

membuktikan mengenai pluralitas dan

kerukunan beragama yang tengah

berkembang di wilayah ini.

Selain itu, dari uraian diatas banyak

harapan bagi penulis :

1. Perlu diadakan penelitian lanjutan dalam

membangun kerukunan, kebersamaan,

dan keragaman antarumat beragama dan

penerapannya.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan di

bidang peradaban Islam dan

penerapannya untuk lebih mengetahui

perkembangan Agama Islam itu sendiri.

3. Diharapkan pemerintah lebih

memperhatikan bangunan/ tempat ibadah

sebagai fasilitas umat beragama.

4. Diharapkan agar tokoh agama mampu

mengontrol dan membina para generasi

muda di wilayah mereka agar

mewujudkan situasi yang tenang.

6. Daftar Pustaka

Maman, U, dkk. 2006. Metodologi

Penelitian Agama: teori dan praktik.

Jakarta: Rajawali Pers.

Abdurrahman, Moeslim. 2003. Islam

Pribumi. Jakarta: Erlangga.

Page 17: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

17

Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan

Agama Berwawasan Multikultural.

Jakarta: Erlangga.

Djuroto, Totok & Bambang Suprijadi. 2002.

Menulis Artikel & Karya Ilmiah.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dzikri , Burhanuddin Dzikri. 2007.

Memahami Hubungan antar Agama.

Yogyakarta:eLSAQ Press.

Abdurrahman, Moeslim. 2003. Islam

Sebagai Kritik Sosial. Jakarta:

Erlangga.

Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban

Barat: dari hegemoni Kristen ke

dominasi sekular-liberal. Jakarta:

Gema Insani Press.

Harahap, Syahrin. 2011. Teologi Kerukunan.

Jakarta: Prenada.

Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan

Agama-Agama Besar di India. Jakarta:

Bumi Aksara.

Bambang Sudibyo Samad, M.Pd.I. 2012.

Cara Analisis dan Interpretasi Data

dalam Penelitian: Penelitian -

Pendidikan. 2012.

www.kompas.com. Senin, 22 Agustus 2011.

Toleransi dari Kampung Pancasila. Adi

Sucipto K.

www.detik.com. 20 Juni 2010.

Politik&Peristiwa, Politik. Perbedaan

Pluralitas & Pluralisme. Kekasih2010.

Page 18: Mengungkap Pluralitas Beragama Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

18

Biodata Singkat Penulis

Prasetyo Umar Firdianto. Lahir 27 Februari 1996 di

Lamongan, Jawa Timur. Saat ini, sedang menempuh pendidikan

sebagai Mahasiswa/Taruna program Diploma 4 Jurusan

Meteorologi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika, Tangerang Selatan. Alamat Asalnya adalah di Dusun

Kedungdowo RT 003/RW 001 Desa Kedungmegarih Kecamatan

Kembangbahu Kabupaten Lamongan. Sedangkan, Alamat Domisili

sekarang adalah di Dusun Wadassari 2 No. 71 RT 007/ RW 002

Kelurahan Pondok Betung Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Tangerang Selatan. Dapat

dihubungi melalui email [email protected] atau melalui ponsel 085851277223.