Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    1/13

    Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI

    DAERAH KALIMANTAN TENGAH

    Sosial Budaya

    Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakatterbesar yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku

    lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing

    memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut

    antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Ot Danum,

    Maanyan, Lawangan, Siang dan lain-lain.

    Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi yang

    tinggi yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah khas

    Kalteng, berupa rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma Betang)

    Dayak Kalimantan Tengah tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga dengan

    segala perbedaannya seperti status sosial, ekonomi maupun agama namun tetap hidup

    secara harmonis.

    Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama

    dalam gerak hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung,

    Handep dan Harubuh.

    Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam kehidupanmasyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni Rupa, Seni

    Ukir, dan Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah dikenal dengan

    istilah : Karungut, Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki beragam corak

    terus dikembang oleh masyarakat sebagai kerajinan rakyat.

    Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan

    purun. Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang

    terbuat purun, getah nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada

    pembuatan benda-benda seperti Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan

    Sarung senjata khas Dayak Mandau, patung (Sapundu) dan bangunan pada rumah rumah

    adat.

    Disamping berbagai kerajinan Kalimantan Tengah juga kaya akan berbagai kegiatan

    upacara adat / ritual seperti Tiwah, Manyanggar, Mamapas Lewu (bersih desa),

    Mampakanan Sahur Parapah.Tiwah merupakan upacara ritual agama Kaharingan, yaitu

    mengantarkan arwah orang yang telah meninggal ke Lewu Tatau (sorga). Acara ini

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    2/13

    memakan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan atau lebih.

    Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut sipet merupakan senjata tradisional

    yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang

    dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran

    diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang

    sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebutmenjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada

    bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi,

    yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah

    atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna

    sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada

    batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi,

    kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran

    relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.

    Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga

    digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan

    peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan

    cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat

    dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar

    ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk

    berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah. Jenis

    peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang

    diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu

    gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang

    dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah

    banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan bisa atau

    racun dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran

    akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih

    besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di

    atas pohon-pohon tinggi.

    Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran,

    tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana

    sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini

    jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di

    Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropa, orang Belanda itu mempunyai rasa

    ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya.

    Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ

    ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Mereka pun melontarkan pelurusumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah

    seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda

    apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik

    berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang

    mengandung racun.

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    3/13

    Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering

    bermain perang-perangan menggunakan sumpit-sumpitan yang terbuat dari ruas

    bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main

    tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan.

    Seni Rupa/Ukir

    Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa

    dilihat dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang

    belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain.

    Seni Anyaman/Kerajinan

    Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan

    rotan, pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan

    Tengah lain yang sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata).

    Senjata Khas/Tradisional

    Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Mandau, Sipet

    (Sumpitan), Lunjo (Lembang), Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk dan

    artistik yang cukup tinggi.

    Transportasi Tradisional

    Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis

    transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan

    Banama (perahu besar).

    Beberapa macam seni rupa khas Kalimantan Tengah, antara lain :

    Sipet

    Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan. Senjata

    ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan segala

    mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh digunakan

    untuk membunuh sesama umat manusia.

    Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah

    ampuh, lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis

    akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak

    sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    4/13

    digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara melepaskan

    domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang sumpitan

    yang lurus.

    Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis

    untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkanbahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat tercipta

    ketulusan dan perdamaian.

    Mandau

    Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya

    pulau ini tidak hanya merupakan daerah asal orang Dayak semata karena di sana ada

    orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak

    sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan

    perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama

    persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.

    Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang

    disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari

    pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau jugaberfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu

    mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu

    seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.

    Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan

    saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual

    tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu

    (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang

    digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untukmenghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka

    rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat

    ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata,

    barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.

    http://balekkampong.multiply.com/photos/hi-res/upload/SB23AwoKCB8AAHhl@AQ1
  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    5/13

    Struktur Mandau

    1. Bilah Mandau

    Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-

    panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnyaberlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya

    dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan

    untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil

    dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon,

    mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur

    khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas,

    perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.

    Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungkuuntuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin.

    Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan

    bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan

    palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah

    mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat

    hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah

    mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili

    banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasansama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan

    palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah

    bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

    2. Gagang (Hulu Mandau)

    Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung.

    Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga,

    paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu

    binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat

    membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

    3. Sarung Mandau.

    Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas

    dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan

    sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang,

    burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau

    juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada

    sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.

    Nilai Budaya

    Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai

    yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    6/13

    masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan,

    ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang

    dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan,

    ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan

    ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan

    terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.

    Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di

    Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau

    dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya.

    Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk

    membuat senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan

    bertani, mandau juga digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu

    menggunakan mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya,kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau memiliki hulu (pegangan) terbuat dari

    tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk ukiran pada hulu mandau ini dapat

    membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan derajat pemakainya. Itu bisa

    terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu mandau disisipi

    rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan keampuhannya.

    Telawang

    TELAWANG atau KELABET adalah alat pertahanan diri dari serangan musuh yang

    menggunakan senjata tajam yang terkenal dan digunakan di seluruh Kalimantan.

    Terbuat dari kayu yang kuat, begian depannya diberi ukiran khas dayak.

    http://balekkampong.multiply.com/photos/hi-res/upload/SB24KAoKCB8AABfTTmk1
  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    7/13

    Gong

    Gong dalam etnik Dayak, berfungsi sebagai alat komunikasi yang vital dan alat seni

    budaya. Sebagai alat komunikasi gong juga dibunyikan untuk pemberitahuan, baik

    adanya bahaya, musuh datang dari luar, kebakaran atau panggilan untuk sesuatu

    pekerjaan gotong royong. Dalam peristiwa kematian, misalnya, gong dibunyikan tiga kali

    berturut-turut dalam waktu tertentu selama mayat masih belum dimakamkan. Bunyi itu

    terdengar sampai kampung-kampung yang jauh sehingga kaum kerabat dari tempat

    jauh datang untuk menghadiri upacara pemakaman. Dalam acara seni budaya, gong juga

    mempunyai peranan penting, seperti pada upacara-upacara "BOKAS", "TIWAH",upacara penyambutan tamu-tamu yang dihormati, perkawinan dan acara kesenian

    lainnya.

    Jukung Sudur

    Jukung Sudur Perahu ini bahannya dibuat dari sebatang pohon yang kuat, dibelah dua

    kemudian dibentuk menjadi semacam badan perahu dengan lambung yang rendah.

    Dengan bentuk seperti itu, jukung sudur terlihat sangat surut dan mengkhawatirkan

    bagi yang tidak pernah menaikinya. Sebenarnya bentuk seperti ini sangat praktis,

    karena tahan gelombang, mudah untuk melintasi riam-riam serta praktis jika harus

    diangkat. Sebagai alat angkutan, perahu (jukung sudur) inipun dapat pula diberidinding-dinding papan yang kuat (tambit bahasa daerah).

    Sesuai dengan keadaan geografis daerah Kalimantan, yang banyak memiliki anak sungai

    dan hutan rimbanya, perahu ini dibuat dari bahan alam yang tersedia. Sebagai

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    8/13

    hasil kultural asli masyarakatnya, jukung sudur menjadi alat angkutan untuk pergi

    berhuma dan alat komunikasi antar desa. Di masa perjuangan, perahu (jukung sudur) ini

    digunakan pahlawan-pahlawan, seperti Panglima Batur dan lainnya sebagai alat

    transportasi menghadapi tentara Belanda.

    Rumah betang

    A. Selayang Pandang

    Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak

    terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang adalah

    rumah tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang

    memanjang ke belakang dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumah-

    rumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan

    masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di

    Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang

    diwariskan oleh nenek moyang mereka.

    Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan

    sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang

    membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di

    dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai

    tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki

    ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan

    sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.

    Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawarejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang

    sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya.

    Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh

    berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir

    1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan

    Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan

    sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.

    B. Keistimewaan

    Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya

    memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin

    dengan diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang

    juga terbuat dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu

    bilik dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barang-

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    9/13

    barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai

    bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni

    Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat

    dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang menghiasi hampir di seluruh bagian rumah,

    mandau (senjata khas Suku Dayak) yang menempel di dinding rumah, tombak, dan

    berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.

    Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu masuk

    utama untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang luhur, yaitu

    agar semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan persepsi dan

    tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang dilakukan oleh

    para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang sama. Di samping

    itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni rumah dapat lebih

    mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni lainnya secara lebih

    dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati anak tangga yang berada dibawah kolong rumah.

    Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga

    memiliki sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap

    pengunjung yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup

    mengisi buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan

    diajak untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih karena

    dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.

    Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan danpersaudaraan di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang

    menimpa salah satu penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang

    meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi

    semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak,

    dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    10/13

    Kebudayaan suku Dayak

    Tudung Balanga Pot dari Rotan

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    11/13

    Berbagai jenis Kain dan pakaian

    Anyaman :

    Topi Lampit/Amak/Tikar Tas Tempat Tisu

    Motif-motif :

    Motif batang garing

    Motif talawang Motif Sulur Motif campuran

    Motif tanaman Motif Perhiasan Motif campuran Motif Sulur

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    12/13

    Penjelasan mengenai pola dan motif-motif khas Kalimantan Tengah :

    Pola-pola serta motif-motif yang umumnya digunakan oleh suku Dayak

    terinspirasi secara keseluruhan dari alam. Hal ini disebabkan karena kehidupan suku

    Dayak sangat bergantung dan dekat dengan alam. Sehingga rupanya hal tersebut juga

    mempengaruhi keseniannya, khusus dalam hal ini adalah seni rupa.Dapat kita lihat bahwa pola suku Dayak memiliki bentuk yang dinamis, berupa

    bentuk-bentuk yang asimetris, zig-zag, atau gelombang-gelombang spiral. Hal ini

    menandakan kehidupan masyarakat suku Dayak yang sangat aktif mengelola hidup

    mereka, namun tetap dengan wawasan alam.

    Motif yang paling sering kita temukan adalah motif batang garing, motif sulur,

    motif talawang, motif tanaman, motif perhiasan, atau motif dengan kombinasi dari

    beberapa motif yang ada sekaligus. Batang garing bagi suku dayak berarti hierarki

    dalam kehidupan. Semua manusia diibaratkan hidup dalam satu pohon yang kompleks,

    dengan Tuhan pada puncaknya, dan masyarakata dayak pada urutan-urutannya masing-masing. Walaupun terdapat kelas sosial khusus, tetapi antar masyarakat selalu

    tercipta hubungan yang harmoni dan saling bergotong-royong.

    Motif-motif lain juga kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di

    daerah kalimantan. Contohnya motif tanaman dan motif sulur yang terinspirasi dari

    tanaman-tanaman sulur rawa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman dan hutan

    kalimantan. Selain itu ada pula mitf bulu burung enggang, dimana bagi masyarakat

    dayak, burung enggangmemberikan pengaruh kedamaian, kekuasaan, kekuatan, serta

    kecerdasan. Begitu pula dengan berbagai macam motif-motif lainnya.

  • 5/19/2018 Mengenal Ragam Seni RUPA MURNI.docx

    13/13

    A. Daftar Kepustakaan

    ___________.2004. Ensiklopedi Populer Anak Jilid ke-4. Jakarta : PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve.

    Riwut.Tjilik ( disunting oleh Nila Riwut ).2003. Maneser Panatau Tatu Hiang

    (Menyelami Kekayaan Leluhur). Palangkaraya : Indonesia Publishing

    House.

    Tim Abdi Guru. 1978. Kesenian untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.

    B. Sumber Internet

    www.Melayu Online.com

    www.wisatamelayu.com

    http://balekkampong.multiply.com

    http://id.wikipedia.org

    http://www.sinarharapan.co.id

    http://noesantara.com

    www.hupelita.com

    www.kalteng.go.id

    http://www.wisatamelayu.com/http://www.wisatamelayu.com/http://balekkampong.multiply.com/http://balekkampong.multiply.com/http://id.wikipedia.org/http://id.wikipedia.org/http://www.sinarharapan.co.id/http://www.sinarharapan.co.id/http://noesantara.com/http://noesantara.com/http://www.hupelita.com/http://www.hupelita.com/http://www.hupelita.com/http://noesantara.com/http://www.sinarharapan.co.id/http://id.wikipedia.org/http://balekkampong.multiply.com/http://www.wisatamelayu.com/