11
Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul Oleh: N.A. Suprawoto A.Pendahuluan Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi kejenuhan belajar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan bahan ajar kedalam berbagai bentuk bahan ajar, misalnya bahan ajar yang berupa modul. Bahan ajar memiliki banyak ragam/bentuk. Salah satu bentuk bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh guru (karena tidak menuntut alat yang mahal dan keterampilan yang tinggi) adalah bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya modul. Mengembangkan bahan ajar sudah selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh setiap guru. Jika seorang guru tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang bervariasi maka guru akan terjebak pada situasi pembelajaran yang monoton dan cenderung membosankan bagi peserta didik. B. Pengertian dan Ragam Bahan Ajar a. Beberapa pengertian tentang bahan ajar 1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bias berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis 1 . 2. Bahan ajar merupakan informasi , alat dan/atau teks yang diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. 1 National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training. Page 1 of 11

Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

Oleh: N.A. Suprawoto

A. Pendahuluan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi kejenuhan belajar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan bahan ajar kedalam berbagai bentuk bahan ajar, misalnya bahan ajar yang berupa modul. Bahan ajar memiliki banyak ragam/bentuk. Salah satu bentuk bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh guru (karena tidak menuntut alat yang mahal dan keterampilan yang tinggi) adalah bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya modul.

Mengembangkan bahan ajar sudah selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh setiap guru. Jika seorang guru tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang bervariasi maka guru akan terjebak pada situasi pembelajaran yang monoton dan cenderung membosankan bagi peserta didik.

B. Pengertian dan Ragam Bahan Ajar

a. Beberapa pengertian tentang bahan ajar

1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bias berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis 1.

2. Bahan ajar merupakan informasi , alat dan/atau teks yang diperlukan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

3. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

b. Ragam bentuk bahan ajar

1. Bahan ajar dalam bentuk cetak; misalnya, lembar kerja siswa (LKS), handout, buku, modul, brosur, leaflet, wllchart, dll.

2. Bahan ajar berbentuk audio visual; misalnya film/video dan VCD.

3. Bahan ajar berbentuk audio misalnya; kasset, radio, CD audio.

4. Visual misalnya; foto, gambar, model/maket.

5. Multi media misalnya; CD Interaktif, computer based learning, internet.1 National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training.

Page 1 of 9

Page 2: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

C. Pengertian Modul

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang berupa bahan cetakan. Modul pembelajaran biasanya digunakan dalam perkuliahan pada perguruan tinggi dengan pembelajaran jarak jauh (bukan tatap muka). Ada beberapa pengertian tentang modul antara lain:

1. Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.

2. Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone), memberikan kesempatan mahasiswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan mahasiswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik.

Dengan memperhatikan kedua pengertian tentang modul di atas kita dapat menyimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

Modul memiliki sifat self contained artinya dikemas dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi tertentu. Modul juga memiliki sifat membantu dan mendorong pembacanya untuk mampu membelajarkan diri sendiri (self instructional) dan tidak bergantung pada media lain (self alone) dalam penggunaannya.

D. Tujuan dan manfaat penyusunan modul

Tujuan penyusunan modul salah satunya adalah untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik peserta didik serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya.

Page 2 of 9

Page 3: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

Modul memiliki berbagai manfaat baik ditinjau dari kepentingan peserta didik maupun dari kepentingan guru. Bagi peserta didik modul bermanfaat antara lain;

(1) peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri, (2) belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari diluar kelas dan diluar jam pembelajaran, (3) berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (4) berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul, (5) mampu membelajarkan diri sendiri, (6) mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya

Bagi guru, penyusunan modul bermanfaat karena;

(1) mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks, (2) memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi, (3) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar, (4) membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka, (5) menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

E. Prinsip-prinsip penyusunan modul pembelajaran

Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya memperhatikan berbagai prinsip yang membuat modul tersebut dapat memenuhi tujuan penyusunannya. Prinsip yang harus dikembangkan antara lain; (1) disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang lebih sulit, dan dari yang konkret untuk memahami yang semi konkret dan abstrak, (2) menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman, (3) umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap peserta didik, (4) memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar, (5) latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.

F. Alur Penyusunan Modul

Modul pada dasarnya adalah sarana pembelajaran yang memuat materi dan cara-cara pembelajarannya. Oleh karena itu penyusunannya hendaknya mengikuti cara-cara penyusunan perangkat pembelajaran pada umumnya. Sebelum menyusun modul kita harus lebih dahulu melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan dibelajarkan. Selain itu kita juga melakukan identifikasi terhadap indikator-indikator pencapaian kompetensi yang terdapat

Page 3 of 9

Page 4: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

dalam silabus yang telah disusun. Alur penyusunan modul dapat digambarkan sebagaimana bagan yang disajikan di bawah ini:

ALUR PENYUSUNAN MODUL

Berdasarkan gambar bagan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa penyusunan sebuah modul pembelajaran diawali dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Menetapkan judul modul yang akan kita susun.

2. Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya.

Page 4 of 9

JUDUL MODUL PEMBELAJARAN YANG AKAN DISUSUN

Identifikasi Kompetensi dasar, Aspek

Materi pembelajaran,

Kegiatan

BUKU-BUKU SUMBER / REFERENSI

Identifikasi Indikator dan Penilaian

PENYUSUNAN DRAFT MODULFormat Penulisan

VALIDASI DAN FINALISASI MODUL

Page 5: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

3. Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang bentuk kegiatan pembelajaran yang sesuai.

4. Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan.

5. Merancang format penulisan modul.

6. Penyusunan draft modul

Setelah draft modul tersusun, kegiatan berikutnya yang tidak kalah penting adalah melakukan validasi dan finalisasi terhadap draft modul tersebut. Kegiatan ini sangat penting supaya modul yang disajikan (dibelajarkan) kepada peserta didik benar-benar valid dari segi isi dan efektifitas modul dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan.

Kegiatan validasi ini antara lain dengan menguji apakah hubungan antara tujuan mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan indikator telah sesuai. Kecuali itu kita juga harus menguji tingkat efektifitas kegiatan belajar yang kita pilih mampu membantu siswa dalam mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan, serta mempertimbangkan keterjangkauan tersedianya alat dan bahan kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan finalisasi hal penting yang perlu diperhatikan adalah yang berhubungan dengan bahasa (penulisan kalimat) dan tata letak (layout). Penulisan kalimat dalam modul hendaknya menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah difahami. Kecuali itu kalimat harus dipola sedemikian rupa sehingga menjadi komunikatif dan akrab bagi peserta didik. Penulisan kalimat yang komunikatif berpengaruh terhadap minat belajar. Tata letak yang baik akan menimbulkan daya tarik tersendiri terhadap minat belajar peserta didik. Tata letak (layout) berhubungan dengan ilustrasi, ukuran huruf, spasi, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penampilan modul secara fisik. Ilustrasi sangat penting terutama yang dapat memperjelas pemahaman siswa atas konsep materi yang dibelajarkan sehingga mengurangi verbalisme. Konsistensi terhadap ukuran huruf dan jenis huruf juga akan berpengaruh terhadap kenyamanan dalam membaca. Demikian pula halnya dengan spasi (ruang kosong) antar baris atau kata perlu dijaga konsistensinya sehingga perbedaan antar bab, sub bab, serta bagian-bagian lain dalam modul tidak membingungkan.

G. Format

Pada umumnya modul pembelajaran mengikuti format sebagai berikut:

Halaman judul

Halaman isi

Pokok bahasan

Page 5 of 9

Page 6: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

a. Pengantar

b. Standar Kompetensi

c. Kompetensi Dasar

d. Tujuan Pembelajaran

e. Kegiatan Belajar 1

(Judul Kegiatan Belajar / Sub Pokok Bahasan)

1) Uraian dan Contoh

a) Sub-sub Pokok Bahasan

b) Sub-sub Pokok Bahasan

c) Dan seterusnya………..

2) Latihan 1

a) Petunjuk

b) Soal latihan

3) Rangkuman 1

4) Tes Formatif 1

5) Umpan balik dan Tindak Lanjut

f. Kegiatan Belajar 2

Idem

g. Kegiatan Belajar 3

Idem

h. Kunci Jawaban

1) Kunci Jawaban Tes Formatif 1

2) Kunci Jawaban Tes Formatif 2

3) Kunci Jawaban Tes Formatif 3

i. Daftar Pustaka

Page 6 of 9

Page 7: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

H. Pengisian Format

1. Halaman sampul paling tidak memuat judul pokok bahasan dan logo. Pada halaman ini dapat juga ditambahkan beberapa hal misalnya nama penulis, pertemuan keberapa, nama mata pelajaran, dan keterangan lain yang dirasa sangat perlu sebagai informasi.

2. Pokok bahasan : Ditulis seperti tertulis pada Standar Kompetensi. Pada mata pelajaran IPA kelas 5 Semester 1 misalnya, kita tulis “Makhluk hidup dan Proses Kehidupan”.

3. Pengantar berisi tentang kedudukan modul dalam suatu mata pelajaran, ruang lingkup materi modul, serta kaitan antar pokok bagasan dan sub-sub pokok bahasan.

4. Kompetensi Dasar dikutip dari Standar Isi (Kurikulum). Satu kompetensi dasar biasanya dirancang menjadi beberapa kegiatan belajar tergantung pada keluasan dan kedalam materi.

5. Kompetensi Dasar dikutip dari Standar Isi (Kurikulum). Satu kompetensi dasar biasanya dibuat untuk satu kegiatan belajar.

6. Tujuan Pembelajaran adalah rumusan ingkah laku gambaran tentang kemampuan tertentu yang akan harus dicapai peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar tertentu. Disamping meggunakan rumusan tingkah laku yang jelas (menggunakan satu kata kerja yang operasional dan spesifik), rumusan tujuan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat unsur audiens (A), behafiour (B), dan Content (C). Akan lebih baik ditambah degree (D) baik kualitatif atau pun kuantitatif. Rumusan tingkah laku dalam tujuan pembelajaran dapat berhubungan dengan aspek kognitif, aspek afektif, atau aspek psikomotorik.

7. Kegiatan belajar. Dalam satu modul biasanya terdiri atas 1 – 3 kegiatan belajar atau lebih sesuai dengan apa yang tercantum dalam silabus dan RPP.

8. Judul kegiatan belajar ditulis secara singkat tetapi menggambarkan keseluruhan isi materi pembelajaran. Dalam hal seperti pada contoh nomor dua penjelasan ini kita dapat menuliskan judul misalnya; “Fungsi Organ Tubuh Manusia dan Hewan”.

9. Urain dan Contoh. Pada bagian ini sebelum kita menuliskan uraian dan contoh kita menuliskan judul dalam sub-sub unit kecil misalnya; “Organ Pernafasan pada Manusia”. Uraian hendaknya dituliskan menggunakan bahasa yang sederhana tetapi tidak mengurangi substansi materi. Penulisan uraian disajikan dalam bentuk bertutur sehingga member kesan seolah-olah penulis berada di depan pembacanya. Menyertakan contoh secara lengkap dan jelas dalam uraian akan sangat membantu peserta didik dalam memahami isi materi pembelajaran yang disajikan dalam modul.

10. Latihan dalam modul merupakan alat untuk menguji diri sendiri bagi peserta didik. Dengan mengerjakan tugas atau soal-soal dalam latihan, peserta didik dapat mengukur seberapa

Page 7 of 9

Page 8: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

besar kemampuannya menguasai poko-pokok atau isi materi pembelajaran. Pada bagian ini hendaknya kita menyertakan petunjuk-petunjuk yang praktis dan jelas. Butir-butir latihan hendaknya menghidari sejauh mungkin bentuk pilihan ganda atau isian singkat. Seluruh materi latihan dapat diambil langsung dari uraian dan contoh, dapat juga sebagian diambil dari materi yang tidak tertulis pada uraian dan contoh tetapi memiliki hubungan yang erat.

11. Pada bagian rangkuman kita menuliskan pokok-pokok materi yang telah disajikan dalam uraian dan contoh.

12. Tes formatif pada modul dibuat bertujuan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam satu unit pembelajaran. Berbeda dengan latihan, butir-butir tes formatif diberikan dalam bentuk tes objektif (benar-salah, pilihan ganda, isian atau melengkapi kalimat, dan menjodohkan atau memasangkan yang sesuai). Pemberian tes objektif memudahkan siswa dalam melakukan pengukuran (member nilai) atas kemampuan diri sendiri.

13. Umpan balik dan tindak lanjut. Kita perlu memberikan rumus yang dapat digunakan untuk memaknai pencapaian hasil belajar peserta didik sehingga dapat diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peserta didik.

14. Kunci jawaban diberikan (pada halaman yang berbeda) dengan maksud agar peserta didik dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

15. Daftar pustaka mencantumkan daftar kepustakaan yang dijadikan sumber dalam penyusunan modul. Penulisan daftar pustaka menyantumkan nama penulis buku (tanpa menuliskan gelar), judul buku (dicetak miring dan digarisbawahi), kota tempat buku diterbitkan, nama penerbit, tahun terbit, dan halaman.

I. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka pada dasarnya menulis modul tidak terlalu rumit. Sehingga sangat mungkin setiap guru dapat menyusun modul sebagai pengembangan kemampuan profesinya dalam bidang pengembangan bahan ajar. Selain itu, penggunaan modul dalam pembelajaran juga melatih peserta didik berlatih belajar mandiri. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul adalah kecermatan dalam menyusun kalimat, sehingga modul yang tersusun benar-benar komunikatif dan mudah digunakan sebagai panduan belajar bagi peserta didik.

Kebumen, 17 Juni 2009

Page 8 of 9

Page 9: Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

Page 9 of 9