Upload
sri-supardi-wibowo
View
70
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Program Kreatifitas Mahasiswa - Artikel Ilmiah
Citation preview
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
MENGAPA Hypericum leschenaultii-Choisy di JAWA DAPAT
BERBUNGA SEPANJANG TAHUN ?
BIDANG KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh :
Sri Supardi Wibowo 3415122183 (2012)
Tasya Bonita Isyfandriari 3415122172 (2012)
Fauzia Nur Khidayati 3415131022 (2013)
Ni Wayan Evasari 3415120261 (2012)
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2015
MENGAPA Hypericum leschenaultii-Choisy di JAWA DAPAT BERBUNGA
SEPANJANG TAHUN ?
Sri Supardi Wibowo1)*
, Ni Wayan Evasari 1)
, Tasya Bonita Isyfandriari 1)
, Fauzia
Nur Khidayati 2
*Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur, Indonesia. Tel.: +62214894909
E-mail address:[email protected]
Abstrak
Puncak pegunungan merupakan daerah yang memiliki kondisi yang tidak sesuai
untuk organisme hidup. Hypericum leschenaultii merupakan salah satu jenis
tumbuhan alien asal Eropa yang tumbuh yang memperkaya biodiversitas flora
puncak pegunungan Indonesia. Studi ini dilakukan untuk mengamati waktu
berbunga H. leschenaultii di Jawa dan mengetahui penyebab jenis H. leschenaultii
di dua puncak Pegunungan di Pulau Jawa mengalami fase generatif (berbunga)
sepanjang tahun, sedangkan di tempat aslinya hanya setahun sekali. Teknik yang
digunakan adalah deskriptif dengan metode survey di Gunung Merbabu, Jawa
Tengah dan Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat pada tanggal 23-24 Agustus
2014 dan tanggal 12-14 Desember 2014 dan untuk mengetahui penyebab
perbedaan waktu berbunga dari jenis ini di lokasi asal dan di Jawa ini digunakan
studi literatur. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa jenis ini berbunga
sepanjang tahun disebabkan oleh kondisi ketinggian dan pencahayaan yang
mendukung terjadinya bunga.
Katakunci: St. Johns Wort, Gede Pangrango, Merbabu
Abstract
Mountain summit is an area that has a condition that is not suitable for most
living organisms. Hypericum leschenaultii is one of the alien species originated in
Europe that enriches plants biodiversity in Indonesian mountain summit. The purpose of this study was to observe H. leschenaultii flowering time in Java and to
know why this species undergo flowering time all year long, while in their native
habitat its flowering time is only once a year. The data was obtained by
descriptive techniques with survey method in Mt. Merbabu, Central Java and also
Mt. Gede Pangrango, West Java at 23rd
24th August 2014 and 12th 14th December 2014. Literature study was done to fully understand the reason which
lead to the difference of flowering time of this species in its native environment
and in Java Island. From the observation it was found that H. leschenaultii
undergo flowering time all year long due to the altitude and the lighting
conditions that favor the occurrence of flower.
Keywords: St. Johns Wort, Gede Pangrango, Merbabu
1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2012, Jurusan Biologi FMIPA UNJ
2 Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2013, Jurusan Biologi FMIPA UNJ
PENDAHULUAN
Hypericum termasuk ke dalam suku Hypericaceae bersama dengan 8 marga
lainnya (Stevens P., 2007; APG III 2009). Habitus dari marga ini dapat berupa
semak, herba dan pohon mencapai 500 jenis. Anggota dari Hypericum ini tersebar
di seluruh bagian dunia dengan suhu yang bervariasi dan pusat kelimpahan
terdapat di bagian wilayah beriklim sedang di bagian bumi belahan utara
(Northern Hemisphere) tepatnya di Eurasia. Hypericum tidak dapat ditemukan di
habitat yang ekstrem kekeringan, panas atau dingin, dan jarang ditemukan di air.
Bila dilihat dari zona termo-ekologi tentang perseberan tumbuhan (Van Steenis,
1972), Hypericum leschenaultii tergolong ke dalam mikroterm dimana tumbuhan
yang hidup di lintang tinggi beriklim dingin atau terdapat di pegunungan dengan
ketinggian lebih dari 2500 mdpl.
Marga Hypericum biasa dikenal dengan sebutan St. John's wort dan beberapa
yang dikenal dengan tutsan. Sebutan St. Johns wort diberikan pada tumbuhan
ini karena masa berbunganya berdekatan dengan hari St. John yang biasanya
berada pada bulan Juni atau Juli. Hypericum adalah marga terbesar dalam
keluarga Hypericaceae, sekitar 300 spp. Hypericum membutuhkan intensitas
cahaya yang tinggi untuk berbunga sehingga umumnya berbunga di awal musim
panas. Dan ketika kondisi tanah semakin lembab, tumbuhan ini akan mulai
bereproduksi secara vegetatif yaitu keberadaan stolon.
Meskipun H. leschenaultii dikenal sebagai tumbuhan Eropa, namun ternyata
diintroduksi sebagai tumbuhan alien di Indonesia. Tumbuhan ini sama sekali tidak
ditemukan di dataran rendah, namun menyebar di beberapa pegunungan berhawa
sejuk di Jawa dan Sumatra. Dua pegunungan Jawa yang disurvei menunjukkan
populasi H. leschenaultii tumbuh ternaturalisasi secara alamiah adalah di G.
Pangrango, Jawa Barat dan G. Merbabu, Jawa Tengah.
Pegunungan Indonesia memiliki keragaman biodiversitas flora yang melimpah di
daratan puncaknya. Bagi seorang ahli biologi ketinggian sesuatu hanya
merupakan soal nomer dua. Yang memesona adalah akibat-akibat ketinggian
tersebut menghasilkan kondisi hidup yang menyulitkan bagi tetumbuhan maupun
binatang yang hidup. Kondisi hidup di dekat puncak begitu keras dan
menimbulkan masalah kelestarian hidup karena organisme yang hidup di puncak
gunung harus melawan angin kencang, menginjak tanah berbatu yang kadang
menimbulkan longsor, serta udara yang miskin oksigen dan karbondioksida
dengan radiasi yang tinggi (Lorus & Margery, 1980). Ekspedisi kami pada dua
gunung yang berbeda secara spasial yaitu, Gunung Merbabu 3145 mdpl terletak di
daerah Wekas-Jawa Tengah dan Gunung Pangrango 3019 mdpl terletak di daerah
Cibodas-Jawa Barat bertujuan untuk melakukan pengamatan flora di daratan
puncak gunung.
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe strato, terletak secara geografis
pada 7.5 LS dan 110.4 BT. Gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang
di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan
selatan, Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara. Suhu di
puncak Merbabu berkisar 13-10 C atau bahkan bisa turun sampai minus nol
derajat Celcius. Gunung Pangrango berada dalam ruang lingkup Taman Nasional
Gede Pangrango. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 3019 mdpl dan berada pada
lintang 10651-10702 BT dan 641-651 LS. Suhu rata-rata di puncak
pangrango adalah 18C dan di malam hari berkisar 5C. Topografi kedua
pengunungan tersebut menciptakan kehidupan bagi jenis flora yang unik yaitu H.
leschenaultii.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengamatan bunga di Puncak
Gunung Merbabu dan Puncak Gunung Gede Pangrango serta membandingkan
lamanya waktu berbunga dari hasil pengamatan langsung dengan literatur jurnal.
Kemudian menganalisis penyebab jenis Hypericum leschenaultii dapat berbunga
di Pulau Jawa sepanjang tahun.
METODE PELAKSANAAN
Pengamatan dilakukan di Gunung Merbabu 3145 mdpl (23-24 Agustus 2014)
terletak di daerah Wekas Jawa Tengah dan Gunung Pangrango 3019 mdpl (12-14
Desember 2014) terletak di daerah Cibodas Jawa Barat. Menggunakan metode
deskriptif dengan teknik survei jalur pendakian hingga puncak gunung.
Pengambilan data menggunakan deskripsi morfologi singkat serta dengan
pengambilan foto bunga menggunakan kamera digital SAMSUNG ZOOM LENS
4.7 - 23.5 mm 1:3.3 - 5.9 26 mm. Diidentifikasi menggunakan buku Taxonomy of
Vascular Plant. Menganalisis penyebab terjadinya perbedaan waktu berbunga
jenis Hypericum leschenaultii di lokasi ditemukannya dengan daerah asalnya
melalui studi literatur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Habitat asli dari genus Hypericum terdistribusi hampir diseluruh belahan bumi
utara, Amerika Selatan, daerah tropis dan Afrika Selatan, Madagaskar, Asia
Tenggara dan beberapa jenis yang tersebar di Australasia dan Oceania. H.
leschenaultii merupakan jenis yang tersebar dari bumi belahan barat hingga timur.
Di daerah barat, H. leschenaultii ditemukan pada Kepulauan Inggris (Inggris dan
Irlandia). H. leschenaultii di Indonesia ditemukan hingga mencapai bagian timur
dari Garis Wallace (Lombok, Flores dan Sulawesi) yang disebabkan terjadinya
migrasi dari daerah Malaysia dan Guinea baru (Steenis, 1979). H. leschenaultii di
Kepulauan Inggris tergolong tanaman semi-hardy yang membutuhkan cahaya
matahari lebih dari 6 jam untuk berbunga dan tumbuh paling baik pada suhu
sekitar -2 C hingga 5C. Hypericum di tempat asalnya berhabitat di padang
rumput atau hutan-hutan yang terganggu akibat pembakaran, pembalakan liar
maupun konstruksi jalan. Belum ada data pasti mengenai ketinggian, namun dari
hasil pengamatan populasi Hypericum cenderung berada pada ketinggian di
bawah 5000ft (Sheahan, 2012).
Di daerah asalnya, Hypericum berbunga berdekatan dengan hari St. John pada
bulan Juni atau Juli ketika awal musim panas karena marga ini membutuhkan
intensitas cahaya yang tinggi untuk berbunga sehingga dapat melakukan proses
fisiologis anthesis. Ketika kelembaban tanah meningkat menjelang musim gugur
atau musim dingin batang yang tidak menghasilkan bunga akan tumbuh di
sepanjang permukaan tanah (Sheahan, 2012). Sehingga waktu berbunga dari
marga Hypericum atau St. Johnswort mendekati musim panas pada titik balik
matahari. Hingga kini diperoleh nama St. Johnswort karena mekar serta berbunga
mendekati tanggal 24th
Juni, pada hari ulang tahun dari Baptist St. John. Secara
tradisional, selama hari perayaan tanaman ini akan dijadikan ikon religius pada
rumah untuk mencegah ruh iblis. Pada pertengahan zaman Hypericum biasa
disebut dengan Fuga Daemoniumatau devil flight yang merupakan tumbuhan
untuk menolak ruh iblis. H.leschenaultii yang ditemukan pada Puncak Kenteng
Songo, Gunung Merbabu (23-24 Agustus 2014) dan Puncak Pangrango, Gunung
Pangrango (12-14 Desember 2014) sedang dalam keadaan anthesis dan beberapa
ada pada keadaan inisiasi bunga berbentuk kuncup seperti ice cone / kapsul di
waktu yang berbeda. Diketahui bahwa H. leschenaultii ini dapat berbunga
disepanjang tahun di daerah pegunungan.
Pada daerah asalnya Hypericum menyediakan nektar bagi pollinator dan
merupakan tumbuhan yang tepat untuk pengembalian habitat pollinator (Sheahan,
2012). Dari pengamatan awal ditemukan bahwa Hypericum menarik 7 jenis
Hymenoptera yang berada di daerah New Jersey. Tiga diantaranya yang paling
sering teramati mengunjungi bunga dari Hypericum adalah Brown belted bumble
bee (Bombus griseocollis), common eastern bumble bee (Bombus impatiens), dan
sweat bee (Lasioglossum tegulare). Namun belum diketahui apakah Hypericum
lebih disukai oleh pollinator tertentu dibandingkan tumbuhan lainnya (Stone,
1973).
Kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan Hypericum adalah tanah dengan
tekstur kasar yang memiliki kemampuan menyerap air dengan baik (well-
drained), karena Hypericum cenderung tidak dapat tumbuh dalam kondisi basah.
Hypericum dapat tumbuh sama baiknya pada tanah asam maupun tanah berkapur.
Dalam beberapa keadaan akar dari tanaman ini dikolonisasi oleh jamur vesicular-
arbuscular mycorrhizal (VAM) yang membuat tanaman ini menjadi semakin
toleran terhadap lingkungan yang lebih ekstrim.
Semaian Hypericum cenderung berukurun kecil dan tumbuh lambat kecuali bia di
inokulasi dengan jamur VAM. Ketika Hypericum ini menemui kondisi yang
cocok untuk berkembang, maka akan dapat terjadi peningkatan jumlah individu
tumbuhan secara tiba-tiba, juga adanya tunas-tunas baru yang membentuk karpet
tebal di sekitar dasar dari tumbuhan pertama. Kondisi tempat yang buruk akan
berasosiasi dengan terjadinya perkembangbiakan secara vegetatif. Telah diamati
bahwa semaian yang tumbuh dari biji akan memiliki akar yang lebih kuat
dibandingkan perkembangbiakan vegetative (Stone, 1973).
Hypericum bereproduksi secara generatif (biji) maupun vegetatif (stolon, stek).
Studi telah menunjukkan adanya variasi yang sangat tinggi pada hasil produksi
biji per tumbuhan. Diduga karena hasil produksi biji ini sangat dipengaruhi oleh
jenis dan kondisi lingkungan. Setiap tumbuhan memproduksi (kasarnya) 15.000
hingga 33.000 biji. Biji dapat tetap viable dalam tanah untuk waktu yang lama,
hingga mencapai 50 tahun (Sheahan, 2012). Biji Hypericum akan mengalami
dormansi sebelum germinasi. Masa dormansi ini akan dapat dipatahkan dengan
pencucian, pemanasan (suhu lingkungan yang tinggi akan memicu germinasi biji
Hypericum, namun suhu yang optimal untuk germinasi belum dapat dipastikan)
dan cahaya.
Meskipun biji dari Hypericum tidak terspesialisasi untuk mendukung persebaran
dengan angin, namun banyak koloni baru teramati tumbuh searah dengan arah
angin. Hal ini mendukung bahwa biji dari Hypericum juga dapat disebarkan
melalui angin. Selain angin, persebaran Hypericum juga sangat didukung oleh
hewan karena biji dari Hypericum mengeluarkan substansi yang lengket untuk
menempel pada tubuh burung dan mamalia. Karena hal ini banyak koloni
Hypericum yang tumbuh searah dengan jalan masuknya hewan ke padang rumput
(Crompton et. al, 1988).
Di Indonesia terdapatnya Hypericum leschenaultii ini menjadi pertanyaan bagi
penulis. Namun hipotesis dari keberadaan H. leschenaultii di pulau Jawa karena
telah di introduksi dan mampu bertahan, ternyata tumbuhan jenis ini mampu
berbunga setiap bulan atau sepanjang tahun yang berbeda pada habitat aslinya
yang hanya berbunga pada bulan tertentu (Juni atau Juli). Keberadaan Hypericum
tidak menjadi vegetasi invasif di area yang tidak terdistribusi, tetapi di area yang
terdistribusi sangat dominan. Bahkan dapat berpotensi menginvasi padang rumput
yang luas, padang rumput pegunungan, pohon berkayu keras seperti pohon maple-
beech-birch, pohon hickory dan pohon cemara (Sheahan, 2012).
Lokasi spesifik ditemukannya jenis Hypericum leschenaultii ini berada di Puncak
Gunung Merbabu, Jawa Tengah dan Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Di
kedua tempat tersebut bersamaan dalam fase anthesis ataupun berbunga pada
tanggal 23-24 Agustus 2014 dan tanggal 12-14 Desember 2014. Nama daerah atau
nama lokal dari Hypericum leshenaultii di pulau Jawa adalah Purwa sari (Jw.),
Kanyere gunung (Sd.). Menurut pemetaan persebaran Hypericum di Indonesia,
Diperkirakan persebaran dari jenis ini di Indonesia meliputi; Sumatra, Jawa,
Sulawesi dan Flores, Gambar 3 (Pattinson, 2013).
Topografi Inggris sebagian besar terdiri dari perbukitan dan dataran rendah,
terutama di Inggris bagian tengah dan selatan. Titik tertinggi di Inggris berada
pada 978 meter (3,209 ft) di Scafell Pike, Cumbria. Inggris memiliki iklim
laut sedang, dengan suhu tidak lebih rendah dari 0 C (32 F) pada musim
dingin dan tidak lebih tinggi dari 32 C (90 F) pada musim panas. Cuacanya
relatif lembab dan seringkali berubah-ubah. Cuaca terdingin terjadi pada bulan
Januari dan Februari, terutama di wilayah pesisir. Sedangkan cuaca terpanas
berlangsung pada bulan Juli. Bulan dengan cuaca sedang dan hangat adalah bulan
Mei, Juni, September dan Oktober. Curah hujan tersebar cukup merata sepanjang
tahun. Pengaruh iklim yang menimbulkan faktor lingkungan disana yang
membuat marga Hypericum dapat berbunga ketika musim panas pada bulan Juli.
Berbeda dengan keseluruhan wilayah Jawa memperoleh dampak dari
aktivitas gunung berapi. Terdapat tiga puluh delapan gunung yang terbentang dari
timur ke barat pulau ini, yang kesemuanya pada waktu tertentu pernah menjadi
gunung berapi aktif. Wilayah Jawa yang termasuk ke bagian iklim tropis memiliki
dua musim sepanjang tahun yaitu musim kemarau dan musim hujan. Jenis H.
leschenaultii mampu berbunga di dataran tinggi pegunungan Jawa karena tanah
pegunungan Jawa terdiri dari tanah bebatuan, tanah kapur. Suhu relatif lebih
dingin dibandingkan habitat asalnya serta penyinaran dan curah hujan yang cukup.
Sehingga tumbuh lebih nyaman maka cenderung untuk berbunga sepanjang tahun.
Sumber foto : Sri Supardi Wibowo
Gambar 1. Hypericum leschenaultii di Puncak Kenteng Songo, Gunung Merbabu-
Jawa Tengah, a) kuncup bunga dengan kerutan serta calyx terdiri dari 5
A B C
helai sepal; b) bunga dengan corolla 5 helai petal; c) kuncup bunga
seperti capsule.
Sumber foto : Sri Supardi Wibowo
Gambar 2. Hypericum leschenaultiidi Puncak Pangrango, Gunung Gede
Pangrango-Jawa Barat, a) bunga dari tampak samping; b) bunga
dari tampak depan; c) bunga dari tampak bawah, terlihat calyx.
Perbedaan waktu berbunga pada suatu jenis di daerah yang berbeda nampaknya
tidak hanya dialami oleh jenis H. leschenaultii. Contoh perbedaan waktu berbunga
juga dialami oleh jenis Prunus puddum (Sakura). Prunus puddum merupakan jenis
asli yang berasal dari pegunungan Himalaya dan tersebar ke wilayah Asia yaitu
Jepang. Prunus puddum adalah jenis yang masuk ke dalam suku Rosaceae dengan
ciri habitusnya pohon dengan tinggi 10-15m, berdaun kecil membentuk tajuk
seperti payung dan umum digunakan tanaman hias pinggir jalan di Jepang. Jenis
ini juga diintroduksi ke Indonesia (Kebun Raya Bali, 12501450 mdpl). Berbeda
dengan waktu berbunga di daerah asalnya (musim semi), di Indonesia, jenis ini
dapat berbunga dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari-April dan Juli-
Oktober. Pembungaan yang lebat diawali dengan rontoknya seluruh daun, diikuti
dengan pertumbuhan kuncup bunga, sehingga setelah bunga mekar hanya terlihat
bunga saja yang menutupi seluruh kanopi pohon. Pembungaan P. puddum sangat
dipengaruhi oleh kondisi klimatologi setempat. Fluktuasi iklim menyebabkan
pergeseran waktu berbunga. Penanaman jenis ini di pada lokasi dengan ketinggian
dibawah 1000 mdpl akan menyebabkan pohon hanya menghasilkan daun dan
tidak berbunga. Serupa dengan H. leschenaultii yang mungkin berbunga
sepanjang tahun, banyak faktor yang menyebabkan kedua jenis ini mampu
melakukan masa berbunga lebih lama dibandingkan pada daerah aslinya, antara
lain adalah: curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, suhu lingkungan,
dan ketinggian lokasi suatu daerah. Daerah dengan kondisi mendukung
perbungaan jenis akan menyebabkan tumbuhan berbunga lebih sering bila
dibandingkan dengan daerah asalnya. Keberadaan H. leschenaultii di Indonesia
baru ditemukan di dataran tinggi seperti pegunungan dan belum ada informasi
bahwa jenis ini ditemukan di dataran rendah. Apabila di introduksi di dataran
A B C
rendah kemungkingan besar jenis ini tidak dapat adaptif dengan faktor lingkungan
yang tidak sesuai habitat aslinya. Sehingga lingkungannya tidak toleran terhadap
H. leschenaultii. Pola berbunga sepanjang tahun pada H. leschenaultii dan sakura
(P. puddum) yang di introduksi ke Indonesia diperkirakan mampu memberikan
potensi agroindustri penyedia bunga potong sepanjang tahun. Namun untuk
potensi agroindustri ini harus dianalisis lebih lanjut dan mendalam. Secara sekilas
dari segi penyediaan lahan untuk penanaman yang tersedia di dataran tinggi
Indonesia memang cukup luas. Tetapi dari sisi ekologis akan menimbulkan
pertanyaan akankah jenis introduksi ini akan menginvasif daerah sekitar karena
tingginya tingkat toleransi dari jenis ini. Terlebih lagi keberadaan hama bawaan
yang mungkin membahayakan flora khas dataran tinggi Indonesia. Kemudian,
ditinjau dari efektifitas produksi, bunga potong harus sampai dalam keadaan segar
di tangan pelanggan (customer), apabila jenis ini ditanam di tempat yang sulit
dijangkau akses kendaraan besar maka akan menimbulkan masalah kesulitan
distribusi dari bunga potong. Karena itu penulis menekankan pentingnya analisis
dari berbagai macam segi baik lingkungan, ekonomi, maupun antropologi
sebelum akhirnya jenis introduksi yang berbunga sepanjang tahun di Indonesia
digunakan sebagai salah satu komoditi dagang bunga potong.
Peta Persebaran Hypericum leschenaultii di Indonesia
Sumber foto: David Pattinson-Natural History Museum
Gambar 3: Titik hitam pada peta merupakan persebaran H. leschenaultii.
Dominansi persebaran terdapat di Pulau Jawa.
KESIMPULAN
Hypericum leschenaultii merupakan jenis yang tersebar dari bumi belahan barat
hingga timur. Di daerah barat, H. leschenaultii ditemukan pada Kepulauan Inggris
(Inggris dan Irlandia). H. leschenaultii di Indonesia ditemukan hingga mencapai
bagian timur dari Garis Wallace (Lombok, Flores dan Sulawesi) yang disebabkan
terjadinya migrasi dari daerah Malaysia dan Guinea baru (Steenis, 1979). Di
daerah asalnya Hypericum leschenaultii berbunga pada bulan Juni atau Juli saat
suhu hangat atau suhu terpanas. Keberadaan H. leschenaultii di pulau Jawa akibat
introduksi dan mampu bertahan, ternyata tumbuhan jenis ini mampu berbunga
setiap bulan atau sepanjang tahun yang berbeda pada habitat aslinya yang hanya
berbunga pada bulan tertentu (Juni atau Juli). Wilayah Jawa yang termasuk ke
bagian iklim tropis memiliki dua musim sepanjang tahun yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Jenis H. leschenaultii mampu berbunga di dataran tinggi
pegunungan Jawa karena tanah pegunungan Jawa terdiri dari tanah bebatuan,
tanah kapur. Suhu relatif lebih dingin dibandingkan habitat asalnya serta
penyinaran dan curah hujan yang cukup. Sehingga tumbuh lebih nyaman maka
cenderung untuk berbunga sepanjang tahun. Banyak faktor yang menyebabkan H.
leschenaultii ini mampu melakukan masa berbunga lebih lama dibandingkan pada
daerah aslinya, antara lain adalah curah hujan, kecepatan angin, kelembaban
udara, suhu lingkungan, dan ketinggian lokasi suatu daerah. Daerah dengan
kondisi mendukung perbungaan jenis akan menyebabkan tumbuhan berbunga
lebih sering bila dibandingkan dengan daerah asalnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Bapak Agung Sedayu, S.Si, M.Sc selaku Dosen
Pembimbing, Lana Maulana, S.Pd yang telah membantu dalam identifikasi,
Hardik Musanasdi & Kurnia Nur Kusuma dalam ekspedisi Gunung Merbabu,
teman-teman Formica rufa dalam pelaksanaan ekpedisi Gunung Gede Pangrango,
keluarga PBR 2012, PBR 2013, serta teman-teman Biologi UNJ.
DAFTAR PUSTAKA
http://resources.woodlands-junior.kent.sch.uk/customs/questions/weather/diakses
pada tanggal 18 Febuari pukul 09:40
http://kehutanan.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=collection&view=detail&i
d=4411 diakses pada tanggal 17 Febuari 2015 pukul 05:05 WIB
Crompton, C. W., I.V. Hall, K.I.N. Jensen,, and P.D.Hilderbrand. 1988. The
biology of Canadian weeds. Can. J. Plant Sci. 68(1): 149-162.
Hartutiningsih, Siregar, M., dan Darma, I. D. P. 2003.Biologi Bunga dan
Perbanyakan Sakura(Prunus puddum Roxb. Ex. Wall.) diKebun Raya
Bali.BioSmart 5(2): 106-110
Lorus J.M.& Margery M. 1980.Gunung Edisi Kedua. Pustaka Alam Life.Tira
Pustaka Jakarta.
Pattinson, David. 2013. Hypericum leschenaultii.http://hypericum.myspecies.info/
diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 11.13 WIB
Sheahan, C.M. 2012. Plant guide for common St.Johnswort (Hypericum
perforatum).USDA-NRCS, Cape May Plant Materials Center. Cape May,
NJ.
Stone, W. 1973.The plants of southern New Jersey. Quarterman Publications, Inc.
Boston, Mass.
Steenis, C.G.G.J. van.1972.The Mountain Flora of Java. Leiden: E.J. Brill.
Stevens, P.F.2007. Hypericaceae. In: Kubitzki, K. (Ed.), The Families and Genera
of Vascular Plants. Springer Verlag, Berlin, Heidelberg, pp. 194201.
van Steenis, C.G.G.J. 1979. Plant Geography of East Malesia.Bot. J. Linn. 79: 97-
178.