4
Memahami Siklus Ekonomi Para ekonom belajar agar dampak dari krisis yang sangat mungkin terulang kembali bisa diminimalkan. Revolusi industri dan inovasi teknologi telah mendorong terciptanya keajaiban ekonomi. yakni, pening-katan kapasitas produksi barang dengan ongkos lebih rendah. Bagi para pengambil kebijakan ekonomi, ‘keajaib-an’ ini adalah resep mujarab untuk penyakit inflasi. Selama dua dekade pada awal abad ke-20, resep tersebut juga sangat diyakini, ke-tika pasokan barang kebutuhan sangat ber- limpah. Harga saham naik terus, demikian pula harga real estat, dan inflasi tak lebih dari dua persen per tahun. Semua orang waktu itu meyakini datang-nya era baru ekonomi dan mengucapkan se-lamat tinggal kepada krisis ekonomi. Pada abad sebelumnya, krisis menjadi semacam hal rutin dalam siklus tertentu.Ekonom John Maynard Keynes pada 1927 menyebut ekonomi Amerika tak akan mengalami crash lagi. guru besar ekonomi universitas yale, Irving fisher, pada musim pa nas 1929 pun menyatakan pasar saham telah mencapai plateau, posisi yang arahnya hanya naik dan naik terus. Namun, beberapa bulan setelah pernya-taan fisher, pasar saham jatuh. Berikutnya, terjadilah apa yang sekarang dikenal seba-gai Depresi Hebat 1930. Siklus krisis telah kembali. Perputaran Siklus

Memahami Siklus Ekonomi

  • Upload
    sofi

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makro

Citation preview

Page 1: Memahami Siklus Ekonomi

Memahami Siklus Ekonomi

Para ekonom belajar agar dampak dari krisis yang sangat mungkin terulang kembali bisa

diminimalkan.

Revolusi industri dan inovasi teknologi telah mendorong terciptanya keajaiban ekonomi.

yakni, pening-katan kapasitas produksi barang dengan ongkos lebih rendah. Bagi para pengambil

kebijakan ekonomi, ‘keajaib-an’ ini adalah resep mujarab untuk penyakit inflasi.

Selama dua dekade pada awal abad ke-20, resep tersebut juga sangat diyakini, ke-tika

pasokan barang kebutuhan sangat ber-limpah. Harga saham naik terus, demikian pula harga real

estat, dan inflasi tak lebih dari dua persen per tahun.

Semua orang waktu itu meyakini datang-nya era baru ekonomi dan mengucapkan se-

lamat tinggal kepada krisis ekonomi. Pada abad sebelumnya, krisis menjadi semacam hal rutin

dalam siklus tertentu.Ekonom John Maynard Keynes pada 1927 menyebut ekonomi Amerika tak

akan mengalami crash lagi. guru besar ekonomi universitas yale, Irving fisher, pada musim pa

nas 1929 pun menyatakan pasar saham telah mencapai plateau, posisi yang arahnya hanya naik

dan naik terus.

Namun, beberapa bulan setelah pernya-taan fisher, pasar saham jatuh. Berikutnya,

terjadilah apa yang sekarang dikenal seba-gai Depresi Hebat 1930. Siklus krisis telah kembali.

Perputaran Siklus

Krisis ekonomi pertama pertama kali ter-jadi di Inggris pada 1825, dan terus ber ulang

sejak itu. Setelah periode pertumbuhan eko-nomi mencapai booming, akan menyusul kon traksi,

resesi, bahkan mungkin depresi.

Lalu perekonomian berkonsolidasi lagi, ada pemulihan menuju ekspansi ekonomi, dan

seterusnya berdasarkan fluktuasi produksi, perdagangan, dan aktivitas bisnis.

Walau business cycle dianggap sebagai titik lemah alias achilles heel sistem ekonomi

kapitalis, pertumbuhan pesat ekonomi model apa pun pasti akan menemui titik jenuhnya. Harga

barang yang terus naik, misalnya, akan mencapai posisi tak ada lagi yang mau membeli karena

sudah terlalu mahal.

Page 2: Memahami Siklus Ekonomi

Dalam kasus Depresi Hebat, terlalu ba-nyak barang diproduksi melebihi yang mam-pu

dikonsumsi di dalam negeri, sementara pasar ekspor di Eropa lesu. Lalu, ada faktor spekulasi di

pasar modal.

Namun, siklus ibarat hutan yang tumbuh lebat selama tahun-tahun kaya curah hujan,

terbakar di kala tiba kemarau panjang, lalu abu hasil kebakaran itu bisa mempersubur tanaman

yang baru. Dari krisis, harga-harga akan jatuh ke titik keseimbangan baru me-nyesuaikan

permintaan yang juga menurun.

Meski dinamai siklus, kapan krisis beru-lang tak bisa dipastikan dan hanya bisa

diprediksi dengan melihat tanda-tanda yang ada. Sayangnya, ketika ekonomi dunia sema-kin

terhubung, variabel untuk memprediksi krisis semakin sulit. Karena, ada pergerakan cepat aliran

modal yang lari dari negara atau kawasan yang terkena krisis menuju ka-wasan yang

ekonominya masih menjanjikan.

Aliran modal yang dikenal sebagai hot money ini digerakkan oleh berbagai lembaga

keuangan swasta. Misalnya, lembaga hedge fund yang banyak berperan dalam berbagai krisis

ekonomi sejak 1990-an, ter-utama krisis ekonomi Asia pada 1998.

Saat itu, modal yang ditarik pulang dari Asia ke Amerika pun kemudian menyulut ge-lembung

‘dotcom’ di bursa Wall Street pada 2000. Akhirnya, penyebab utama krisis tak lagi melulu

datang dari faktor internal se-buah negara.

Para ekonom kemudian belajar agar dampak krisis yang sangat mungkin ber-ulang

kembali dapat diminimalkan. Sebisa mungkin ekonomi tak jatuh bebas atau crash landing seperti

Depresi Hebat Amerika.

Kebijakan fiskal Amerika yang disebut New Deal saat Depresi Hebat, dengan berba-gai

proyek infrastrukturnya, tak mampu me-mu lihkan ekonomi. Karenanya, ketika terja-di krisis

finansial global 2008 –krisis yang di anggap terburuk setelah Depresi Hebat 1930- The fed

mengombinasikan kebijakan defisit fiskal Pemerintah Amerika dengan ke-bijakan moneter.

Maka, lahirlah guyuran likuiditas melalui skema quantitative easing (QE) dan penetapan suku

bunga sangat ren dah untuk menggairahkan sektor keuangan. Gubernur The fed Ben Ber nanke

menilai dengan cara ini fase resesi atau kontraksi ekonomi bisa di persingkat dan fase depresi

dalam business cycle bisa dihindari. Hasilnya, Amerika melewati krisis 2008 dengan soft

landing.

Page 3: Memahami Siklus Ekonomi

Pendapat :

Menurut saya, dampak krisis mengglobal, Indonesia juga harus melakukan berbagai upaya

mencegah perekonomiannya tak ikut-ikutan jatuh bebas bila krisis kembali menerpa.

Beragam upaya pun tak terkecuali dilakukan Bank Indonesia.